• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI MENGENAL TUMBUHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS III DI MI MUHAMMADIYAH KARANGPLOSO WONOSEGORO BOYOLALI TAHUN AJARAN 20142015 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI MENGENAL TUMBUHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS III DI MI MUHAMMADIYAH KARANGPLOSO WONOSEGORO BOYOLALI TAHUN AJARAN 20142015 SKRIPSI"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI

MENGENAL TUMBUHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN

CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) PADA SISWA

KELAS III DI MI MUHAMMADIYAH KARANGPLOSO

WONOSEGORO BOYOLALI TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

EKO ZULIANTO

NIM 11510068

JURUSAN TARBIYAH

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(2)
(3)

iii

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI

MENGENAL TUMBUHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN

CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) PADA SISWA

KELAS III DI MI MUHAMMADIYAH KARANGPLOSO

WONOSEGORO BOYOLALI TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

EKO ZULIANTO

NIM 11510068

JURUSAN TARBIYAH

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(4)

iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:

Nama : Eko zulianto

NIM : 11510068

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Judul Skripsi :

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI

MENGENAL TUMBUHAN MENGGUNAKAN

PENDEKATAN CONTEXTUAL LEARNING TEACHING (CTL) PADA SISWA KELAS III DI MI MUHAMMADIYAH KARANGPLOSO WONOSEGORO BOYOLALI TAHUN AJARAN 2014/2015

Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 16 Maret 2015

Pembimbing

(5)

v

SKRIPSI

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI

MENGENAL TUMBUHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN

CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) PADA SISWA

KELAS III DI MI MUHAMMADIYAH KARANGPLOSO

WONOSEGORO BOYOLALI TAHUN AJARAN 2014/2015

DISUSUN OLEH

EKO ZULIANTO

NIM : 11510068

Talah dipertahankan didepan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 7 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar S1 Kependidikan Islam

Susunan Panitia Penguji

Ketuan Penguji : Suwardi, S.Pd, M.Pd

Sekretaris Penguji : Eni Titikkusumawati, M.Pd

Penguji I : Dr. Winarno, M.Pd

Penguji II : Peni Susapti, M. Si

Salatiga, 7 April 2015

Dekan

FTIK IAIAN Salatiga

Suwardi, M.Pd

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Eko Zulianto

NIM : 11510068

Progdi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

ilmiah.

Salatiga, 02 Februari 2015

Yang Menyatakan

Eko zulianto

(7)

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Menjalani hidup dengan ikhlas dan dengan niat beribadah.

2. Mensyukuri semua yang di kehendaki oleh Allah SWT.

3. Kalau tidak sekarang kapan lagi.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ibu dan Bapak tercinta yang selalu mendoakan dan menasihatiku.

Terimakasih atas semua yang diberikan kepadaku.

2. Terima kasih kepada nenek yang selalu memberikan kasih sayang

kepadaku seperti engkau memberikan kasih sayangmu kepada

anak-anakmu.

3. Kepada semua kelurga yang selalu memberi nasehat dan menyuport agar

tetap bekerja keras.

4. Kakak dan adikku tersayang yang selalu perhatian, selalu mendukungku,

dan selalu memberikan semangat dalam belajar.

5. Teman-teman terdekatku trimakasih atas motivasi dan bantuannya.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji sukur atas rahmat dan nikmat Allah SWT,yang telah memberikan

Karunia dan Inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan semua umat Islam yang

Mengikutinya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berjalan lancar

tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Atas segala dorongan dan

bantuanya penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua IAIN Salatiga:

2. Bapak Suwardi, M.Pd,. selaku Ketua Jurusan Tarbiyah IAIN Salatiga:

3. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), serta selaku pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya hingga terselesaikannya skripsi

ini:

4. Seluruh Dosen IAIN Salatiga, yang telah membagi ilmunya yang sangat

bermanfaat.

5. Bapak Suyadi, S.Ag selaku kepala sekolah MI Muhammadiyah

Karangploso.

(9)

ix

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

berperan dan membantu hingga terselesaikannya sekripsi ini.

Teriring doa dan harapan semoga amal baik dan jasa semua pihak tersebut

diatas akan mendapat balasan yang melimpah dari Allah SWT.Penulis yakin

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat banyak kesalahan serta

kekurangan.Maka Kritik dan saran yang membangun sangat kami

harapkan.Besar harapan kami, skripsi ini bisa bermanfaat kepada pihak-pihak

terkait secara khusus, dan bagi semua pembaca secara umum.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

(10)

x

ABSTRAK

Eko zulianto.2015. Peningkatan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Materi Mengenal Tumbuhan dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Siswa Kelas III MI Muhammadiyah Karangploso Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2014/2015. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Peni Susapti, M.si.

Kata Kunci : Prestasi Belajar IPA, Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Belajar merupakan proses yang sangat penting dalam pendidikan.Dalam proses pembelajaran guru semaksimal mungkin menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.Hal ini diperlukan guru yang kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik.Pertanyaan utama yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah Apakah

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan

prestasi belajar IPA materi Mengenal Tumbuhan pada siswa kelas III MI Muhammadiyah Karangploso Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2014/2015? Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III MI Muhammadiyah Karangploso Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2014/2015.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Adapun langkah-langkah dalam PTK ini yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi yang dilakukan dalam tiga siklus.

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ... i

Lembar Berlogo ...ii

Halaman Judul ... iii

Lembar Persetujuan ... iv

Lembar Pengesahan ... v

Peryataan Keaslian Tulisan ... vi

Motto dan Persembahan ...vii

Kata Pengantar ... viii

Abstrak ... x

Dartar Isi ...xi

Darter Tabel ...xiv

Daftar Lampiran ...xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Hipotesis dan Indikator Keberhasilan ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional ... 7

G. Metode Penelitian ... 9

(12)

xii

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar... 15

1. Pengertian Prestasi Belajar ... ...15

2. Prestasi Belajar ... 19

3. Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 20

4. Prinsip-prinsip Belajar ... 21

5. Tujuan Belajar ... 22

6. Pengertian IPA ... 23

7. Fungsi IPA ... 24

8. Tujuan, Ruang Lingkup ... 24

B. Contekstuan Teaching and Learning (CTL) ... 26

1. Konsep CTL ... 26

2. Dasar Teori Pembelajaran CTL. ... 27

3. Karateristik CTL ... 28

4. Komponen CTL ... 29

5. Prinsip Dasar Setiap Komponen CTL ... 31

6. Langakah-langkah Pembelajaran CTL ... 41

7. Perbedaan CTL dengan Pendekatan Tradisional ... 42

8. Manfaat Pembelajaran CTL ... 46

C. Penerapan CTL dalam IPA ... 53

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 55

(13)

xiii

C. Pelaksanaan Penelitian ... 60

1. Deskripsi Pelaksanaan Pelaksanaan Siklus I ... 60

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 65

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 75

1. Siklus I ... 76

2. Siklus II ... 81

3. Siklus III ... 86

B. Pembahasan Penelitian ... 91

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 94

C. Penutup ... 94

DAFTAR PUSTAKA...95

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional .... 42

Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Belajar ... 57

Tabel 3.2 Nama Siswa Kelas III MI Muhammadiyah Karangploso ... 58

Tabel 4.1 Nilai Siswa Siklus I ... 76

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Guru dan Siswa Siklus I ... 78

Tabel 4.3 Nilai Siswa Siklus II ... 81

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Guru dan Siswa Siklus II ... 83

Tabel 4.5 Nilai Siswa Siklus III ... 86

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Guru dan Siswa Siklus III ... 88

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I...96

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II...107

Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III...122

Lampiran 4 : Lembar Pengamatan Siklus I...106

Lampiran 5 : Lembar Pengamatan Siklus II...121

Lampiran 6 : Lembar Pengamatan Siklus III...132

Lampiran 7 : Dokumentasi Kegiatan...133

Lampiran 8 : Lembar Konsultasi...136

Lampiran 9 : Surat Tugas Pembimbing Skripsi...137

Lampiran 10 : Surat Izin Penelitian...138

Lampiran 11 : Surat Keterangan Melakukan Penelitian...139

Lampiran 12 : Daftar Nilai SKK...140

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan proses yang sangat penting dalam pendidikan.

Belajar juga sebagai karakteristik penting yang membedakan manusia dengan

makhluk hidup lainya. Selain itu, belajar adalah hal wajib bagi setiap manusia

yang harus dilakukan setiap saat. Al-Qur‟an pertama kali diturunkan berisi

perintah untuk belajar dengan membaca, sebagaimana dalam surat al-Alaq

ayat 1 – 5 berikut :



















“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam.Dia mengajar pada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Al -Alaq:1-5)

Pendidikan pada hakikatnya adalah merupakan usaha sadar untuk

pengembangan kepribadian yang berlangsung seumur hidup baik di sekolah

maupun madarasah. Pendidikan juga bermakna proses membantu individu

baik jasmani dan rohani ke arah terbentuknya kepribadian utama (pribadi yang

(17)

2

dimulai dari usia dini hingga meninggal dunia. Proses pendidikan tidak hanya

dilakukan di lembaga pendidikan formal, namun bisa juga dilakukan di

lembaga non formal misalnya di rumah. Dalam proses pendidikan terjadi

perubahan pada diri peserta didik, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang

berperilaku buruk menjadi baik, dan sebagaianya.

Dalam pendidikan masih memerlukan banyak perbaikan dalam

berbagai hal, baik dalam segi pengajar, sarana prasarana maupun sistem yang

berlaku. Untuk itulah mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan guru

untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses

belajar bagi peserta didik. Dalam mengajar guru tidak hanya menerangkan dan

menyampaikan sejumlah materi pelajaran kepada siswa, namun guru

hendaknya selalu memberikan rangsangan dan dorongan agar pada diri siswa

terjadi proses belajar. Oleh sebab itu, setiap guru perlu menguasai berbagai

metode mengajar dan dapat mengelola kelas secara baik sehingga mampu

menciptakan iklim yang kondusif. Agar kegiatan mengajar dapat berjalan

efektif, maka guru harus mampu memilih metode mengajar yang paling

sesuai.

Proses pembelajaran akan efektif jika berlangsung dalam situasi dan

(18)

3

karena itu guru perlu memahami berbagai metode mengajar dengan berbagai

karakteristiknya, sehingga mampu memilih metode yang tepat dan mampu

menggunakan metode mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan maupun

kompetensi yang diharapkan (Suwarna, 2006: 105). Jadi peran seorang guru

sangatlah penting dalam menciptakan suasana kelas. Guru harus mampu

menghidupkan semangat belajar siswa dan menjadikan sebuah pembelajaran

itu suatu yang menyenangkan. Untuk itulah seorang guru harus pandai dalam

menentukan model pembelajaran yang akan digunakan.

Upaya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari

berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini diperlukan guru yang

kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai

oleh peserta didik. Sehingga setiap materi pelajaran dapat menggunakan

metode dan pendekatan pembelajaran yang berbeda. Pada mata pelajaran IPA

lebih banyak membahas mengenai kehidupan sehari-hari, baik makhluk hidup

maupun tak hidup. Proses pembelajaran yang dilakukan seharusnya langsung

terjun di lingkungan. Tidak hanya berlangsung di dalam kelas, hal ini

dimaksudkan agar peserta didik lebih memahami tentang lingkungan

sekitarnya.Dalam tema atau materi mengenal tumbuhan, peserta didik dapat

(19)

4

sekitar sekolah maupun di sekitar tempat tinggalnya. Namun kenyataannya di

MI Muhammadiyah Karangploso Wonosegoro Boyolali proses pembelajaran

masih kurang efektif karena hanya berlangsung di dalam kelas. Hal ini

menyebabkan perhatian peserta didik menjadi kurang karena kondisi dan

suasana belajar yang monoton, sehingga hal tersebut berdampak pada prestasi

belajar siswa.Sehingga kebanyakan siswa sudah mencapai nilai KKM yang

ditentukan oleh sekolah yaitu 60. Namun sayangnya belum banyak mendapat

nilai tinggi jauh diatas KKM. Kebanyakan nilai yang didapat jauh dari

standar KKM yang telah ditentukan. Oleh karena itu, penulis akan

menerapkan pendekatan kontekstual dimaksudkan agar dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa dan mampu melampui KKM yang ditentukan adalah 60.

Pendekatan Contextual teaching and learning (CTL) merupakan suatu

konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan

situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara

pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga, warga Negara, dan tenaga kerja (Blandchard, dalam Trianto,

2009:104-105). Pembelajaran kontekstual lebih memudahkan peserta didik

dalam memahami materi pembelajaran karena mereka melihat langsung

keadaan sekitar.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

(20)

5

BELAJAR IPAMETERI MENGENAL TUMBUHAAN MENGGUNAKAN

PENDEKATAN COTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL)PADA

SISWA KELAS IIIDI MI MUHAMMADIYAH KARANGPLOSO

WONOSEGORO BOYOLALI TAHUN AJARAN 2014/2015”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan suatu masalah

yaitu:

„‟Apakah pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) dapat

meningkatkan prestasi belajar IPA materi Mengenal Tumbuhan pada siswa

kelas III MI Muhammadiyah Karangploso Wonosegoro Boyolali pada tahun

ajaran 2014/2015?‟‟

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:

Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar IPA materi Mengenal

Tumbuhan dengan pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) pada

siswa kelas III MI Muhammadiyah Karangploso Wonosegoro Boyolali pada

tahun ajaran 2014/2015.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

Hipotesis menurut Arikunto (1990:56) adalah tebakan pemecahan atau

(21)

6

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah Penerapan pendekatan

Contekstual Teaching and Learning dapat meningkatkan prestasi belajar mata

pelajaran IPA materi mengenal tumbuhan pada siswa kelas III MI

Muhammadiyah Karangploso Wonosegoro Boyolali pada tahun ajaran

2014/2015.

Berdasarkan hipotesis di atas, maka indikator keberhasilannya dapat

peneliti tunjukkan sebagai berikut:

Tabel 1.1 indikator keberhasilan

Indikator Keberhasilan Sub Indikator Keberhasilan Peningkatan prestasi belajar IPA

materi mengenal tumbuhan dengan

pendekatan Contekstual Teaching

and Learning (CTL)

 Siswa dapat mengerti dan

memahami pembelajaran

menegnal tumbuhan dengan

menggunakan Contekstual

Teaching and Learning

(CTL)

 Siswa mampu mengaitkan

hubungan antara materi yang

dipelajari dengan situasi

kehidupan nyata.

(22)

7

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan

pendidikan pada umumnya, khususnya dapat memperkarya khasanah

dunia pendidikan IPA yang diperoleh dari penelitian di lapangan.

2. Manfaat praktis

a. Untuk guru

1) Dapat meningkatkan mutu pendidikan IPA di Madrasah Ibtidaiyah.

2) Dapat meningkatkan keterampilan dan kreativitas dalam mengajar

pelajaran IPA di Madarasah Ibtidaiyah.

3) Dapat memperoleh strategi yang tepat untuk meningkatkan

pembelajaran IPA yang telah disampaikan.

b. Untuk siswa

1) Meningkatkan hasil belajar siswa dari aspek kognitif, efektif, dan

psikomotorik.

2) Meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar didalam kelas.

3) Dapat menumbuhkan semangat belajar siswa pada pelajaran IPA.

F. Definisi Operasional

Supaya tidak terjadinya perbedaan antara penafsiran dengan maksud

utama penulisan dan penggunaan kata pada judul, maka penulis perlu

menjelaskan dalam definisi operasional sebagai berikut:

(23)

8

Menurut Poerwadarminta (2006: 121) Prestasi adalah hasil yang

telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dsb). Sedangkan belajar adalah

berusaha (berlatih dsb) supaya mendapat suatu kepandaian.Dari pengertian

prestasi dan belajar tersebut maka prestasi belajar adalah hasil yang

dicapai setelah berusaha dalam belajar.

2. Pengertian pelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) adalah salah satu mata pelajaran

yang ada di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) diberikan

sejak sekolah dasar hingga menengah keatas. Pengetahuan alam

merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk

menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip,

proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) di madrasah ibtidaiyah bermanfaat bagi peserta

didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar (Standar Kompetensi

MI, 2004:205).Pendidikan pengetahuan menekankan pada pemberian

secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik

mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Alam diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat

sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman

yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Standar Kompetensi MI,

2004:205-206).

(24)

9

Merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan

konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa

membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga

kerja (Blandchard, dalam Trianto, 2009:104-105).

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang diterapkan adalah penelitian tindakan

kelas. Menurut istilah “ Penelitian Tindakan Kelas” adalah bentuk

penelitian yang dilakukan guru dikelasnya melalui refleksi diri dengan

tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa

meningkat (Arikunto, 2006: 91). Dalam penelitian tindakan kelas

dilaksanakan beberapa siklus tindakan, setiap siklus terdiri dari (a)

perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) obervasi dan (d)

refleksi. Siklus tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki,

baik efektifitas, perhtian siswa maupun prestasi belajar siswa.

a. Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian

1) Subjek Penelitan

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa

kelas III MI Muhammadiyah Karangploso Wonosegoro Boyolali

(25)

10 2) Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di MI Muhammadiyah

Karangploso Wonosegoro Boyolali.Dengan pertimbangan bahwa

selain karena permasalahan yang ada, lokasi tersebut juga masih

jarang untuk penelitian.

3) Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan kurang lebih adalah waktu yang

diperlukan peneliti dalam penelitian dan memperoleh semua data

yang diperlukan. Penelitian ini dilakukan dalam waktu kurang

lebih satu bulan, yaitu mulai bulan Desember 2014 sampai selesai.

b. Langkah-Langkah atau Siklus Penelitian

Secara dalam garis besar prosedur dalam tindakan kelas ini,

peneliti akan melalui tiga siklus. Setiap sikus meliputi empat tahapan

yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.Adapun alur

(26)

11

Gambar.1.1Tahap penelitian (Arikunto, 2008:16)

1) Perencanan Tindakan

Perencanaan adalah tahap pertama yang dilakukan peneliti

dalam penelitian tindakan kelas. Dalam tahap ini yang peneliti

lakukan antara lain; mengidentifikasi masalah, merumuskan Perencanaan

refleksi

Siklus I

Pelaksanaan

Pengamatan

perencanaan

Pelaksanaan

Siklus II

Pengamatan

refleksi

?

perencanaan

Siklus III

pengamatan

(27)

12

pemecahan masalah, membuat sekenario pembelajaran, dan

mempersiapkan cara menganalisis data.

2) Pelaksanaan Tindakan

Di dalam tahap pelaksanaan peneliti ini, melaksakan

pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah dirancang

yaitu urutan pembelajaran dari pembukaan sampai

pembelajaran selesai.

3) Observasi

Pada penelitian ini peneliti melakukan tindakan untuk

mengamati proses pembelajaran di kelas dari awal sampai

akhir dengan menggunakan lembar observasi. Dengan maksud

apakah peserta didik lebih semangat dan lebih aktif dalam

berpatisipasi dalam proses belajar dengan diterapkan metode

eksperimen.

4) Refleksi

Pada tahap ini data yang diperoleh melalui observasi

dikumpulkan dan dianalisi. Dari observasi tersebut, guru

melakukan refleksi diri tentang kegiatan yang telah dilakukan

untuk selanjutnya dari hasil refleksi itu peneliti akan

mengetahui adanya keberhasilan atau kegagalan dalam

pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga dapat

(28)

13 c. Instrumen Penelitian

1) Soal pre test dan post test

2) Lembar observasi guru dan siswa

3) Lembar rencana pelaksanaan pembelajaran

d. Pengumpulan Data

1) Obeservasi

Observasi adalah salah satu cara untuk mengadakan evaluasi

dengan jalan pengamatan dan pencatatan secra sistematis, logis,

rasional, mengenai peristiwa-peristiwa yang diteliti (Arifin,

1990:49)

2) Tes

Tes adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh guru untuk

mengukur kemampuan siswa dalam bentuk evaluasi pre test dan

pro test.

a) Analisis data

Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan, maka

analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis dan

refleksi dalam setiap siklusnya.Analisis reflektif dilakukan

peneliti bersama dengan kolabolator yaitu rekan sejawat yang

mengamati jalannya pembelajaran sebagai pijakan untuk

menentukan program aksi pada siklus selanjutnya. Sedangkan

analisis deskriptif yang dipergunakan adalah prosentase

(29)

14 P

x 100 %

P :Prosentasi

n :Poin yang diperoleh

∑ :Jumlah poin / sekor maksimal.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

BAB I Pendahuluan, pada bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, dan indikator

keberhasilan, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka, dalam bab ini berisi definisi prestasi belajar, definisi

CTL, manfaat CTL, pelaksanaan CTL, dan materi IPA dalam kegiatan

mengenal tumbuhan.

BAB III Pelaksanaan Penelitian, meliputi subjek penelitian, deskripsi siklus I

yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.Siklus II meliputi

perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi, dan deskripsi siklus III.

BAB IV Hasil Penelitian,berisi tentang pemaparan tentang deskripsi per siklus

(data hasil pengamatan/ wawancara, refleksi keberhasilan dan kegagalan).

BAB V Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran bagian akhir, daftar

(30)

15 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar.

Prestasi belajar adalah kemampuan, keterampilan, dan sikap

seseorang dalam menyelesaikan suatu hal (Arifin, 1990:3).Prestasi

belajar adalah merupakan realisai atau pemekaran dari

kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang

(Sukmadinata, 2003:102).

2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Bahrudin (2007:19-28) Secara umum faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan atas dua katagori, yaitu

faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tresebut saling

mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan

presatasi belajar.

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari

individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu.

Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.

1) Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang

berhubungan dengan kondisi fisik individu.Faktor-faktor ini

(31)

16

a) Kondisi tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada

umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar

seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan

memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar

individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit

akan mengahambat tercapainya hasil belajar yang

maksimal.

b) Keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar

berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia

sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra.

Pancaindra yang berfungsi dengan baik pula.

2) Faktor psikologis

faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis

seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa

faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar

adalah kecerdasan siswa, dan motivasi.

a) Kecerdasan

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai

kemampuan psikofisik dalam mereaksi rangsangan atau

menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang

tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan

kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ yang lainnya

(32)

17

b) Motivasi

Menurut Salvin Motivasi adalah salah satu faktor

yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar

siswa.Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan

kegiatan belajar. Para ahli psikolog mendifisikan motivasi

sebagai proses didalam diri individu yang aktif,

mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap

saat.

b. Faktor eksternal

Selain karateristik siswa, faktor eksternal juga dapat

mempengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini (Syah, 2003)

menjelaskan bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi belajar

dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan

sosial dan faktor lingkungan nonsional.

1) Lingkungan sosial

a) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan

teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar

siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat

menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik

disekolah.

b) Lingkungan sosial masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal

(33)

18

yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga

dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak

siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi,

atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum

dumilikinya.

c) Lingkungan sosial keluarga

Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan

belajar.Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua.

Demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan

keluarga,emografi keluarga (letak rumah), pengelolaan

keluarga, semua dapat memberi dampak terhadap aktivitas

belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orang

tua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu

siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

2) Lingkungan non sosial

a) Lingkungan alamiah

Seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan

tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau, atau tidak

terlalau gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan

alamiah tersebut merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila

kindisi kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses

(34)

19

b) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan kepada siswa)

Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia

perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar

guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.

B. Pengertian Belajar

Proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan

lingkungan (Rusyan, 1989:7). Belajar menurut pandangan skinner adalah

suatu perilaku.Pada saat orang belajar, makan responya lebih baik.

Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responya menurun. Sedangkan

menurut Gagne adalah merupakan kegiatan yang kompleks.Hasil belajar

berupa kapabilitas.Setelah belajar orang memiliki keterampilan,

pengetahuan, sikap, dan nilai (Dimyati dan Mudjiono, 2002:9-10).Menurut

Hilgard Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan,reaksi terhadap

lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebutbelajar apabila

disebabakan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti

kelelahan atau disebabkan oleh obat-obatan (Simadjuntak, 1983:59).

Dari pengertian belajar di atas maka penulis menyimpulkan bahwa

belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang karena adanya dorongan

(35)

20 C. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

a. Latihan

Latihan-latihan memajukan kegiatan pre belajar tetapi latihan

saja belum tentu menjamin.Thorndik, Sciller mengatakan bahwa

kebiasaan itu tidak dapat diajarkan, tetapi dengan latihan sesuai dengan

law effeck.Setiap ulangan harus diakhiri dengan hasil yang memberi

kepuasan.Sedangkan menurut K. Lewin mengatakan bahwa latihan

dan perubahan struktur pemahaman perlu untuk kemajuan belajar.

b. Peranan motip

Dalam belajar, motivasi memegang peranan penting.Tidak ada

motivasi berarti tidak ada belajar dalam arti sebenarnya. Melihat

peranan motivasi belajar, maka apabila proses belajar macet atau

menurun, sebaiknya dicari dari segi motivasi terlebi dahulu. Seperti

diketahui motip ini bejenis-jenis. Menurut jenisnya dapat

dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu:

(1) Motip asli yaitu motip yang sudah ada seperti motiv belajar, motiv

biologis dan rohaniah.

(2) Motip terpelajar yaitu motip yang timbul dari luar oleh karena

guru.

c. Peranan hukuman dan pengahargaan

Penghargaan dan hukuman dapat merupakan motivasi dalam

(36)

21

samabesarnya. Hukuman membuat anak tidak untuk melakukan

sesuatu, sedangkan pengahargaan membuat suatu perbuatan dilakukan.

Dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar anak diatas

menyimpulkan bahwa anak akan lebih baik saat belajar ketika

mendapat arahan yang lebih dari guru agar anak bisa menjadi lebih

baik (Simadjuntak, 1983:71-77).

d. Faktor yang bepengaruh dalam motivasi

setiap kegiatan belajar mempunyai tujuan. Tujuan yang sesuai

dengan bakatlah yang diinginkan.Itulah sebabnya guru

menganjurkan.Tujuan terlalu tinggi tidak mendorong karena bakat,

kemampuan tidak dapat merealisasikan. Demikian sebaliknya tujuan

yang rendahpun tidak akan mendorong karena bakat tidak sanggup

merealisasikan.

D. Prinsip-prinsip Belajar

Prinsip-prinsip belajar memiliki peranan penting dalam kegiatan

belajar mengajar, maka seorang guru harus mengetahui prinsip-prinsip

belajar agar dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan

baik.

Ada beberapa prinsip-prinsip belajar menurut (Slameto, 1991:29).

a. Dalam belajar siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan

(37)

22

b. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,

penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap

pengertiannya.

c. Belajar harus menimbulkan reirforcement dan motivasi yang kuat pada

siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

d. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut

perkembanganya.

e. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery.

f. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai

dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

g. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar

dengan tenang.

h. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan

efektif.

i. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

j. Belajar adalah proses kontiguitas (hubungan antara pengertian yang

satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapat pengertian yang

diharapkan.

k. Repitasi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar

pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.

E. Tujuan Belajar

(38)

23

a. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir.Pemilikan

pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak dapat

dipisahkan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar

perkembangannya didalam kegiatan belajar.

b. Penanaman konsep dan keterampilan

Penananman konsep atau merumuskan konsep memerlukan

suatu keterampilan.Keterampilan jasmani maupun

rohani.Keterampilan emamng dapat dididik, yaitu dengan banyak

melatih kemampuan.Demikian juga mengungkapkan perasaan melalui

bahsa atau lisan, bukan soal kosa kata atau tata bahasa, semua

memerlukan banyak latihan.

c. Pembentukan sikap

Dalam interaksi belajar mengajar guru akan senantiasa

diobservasi, dilihat, didengar, ditiru semua perilakunya oleh siswanya.

Dari proses observasi siswa mungkin juga meniru perilaku gurunya,

sehingga diharapkan terjadinya proses internalisasi yang dapat

menumbuhkan proses pengahayatan pada setiap diri siswa untuk

kemudian diamalkan.

Jadi pada intinya, tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan

pengetahuan, ketrampilan dan penanaman sikap mental/nilai-nalai.

(39)

24

Pengetahuan Alam merupakan cara mencari tahu tentang alam

secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta,

konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah

(Departemen Agama RI, 2004:205).

2. Fungsi IPA

Fungsi dari mata pelajaran IPA di SD/MI adalah sebagai berikut:

a. Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangkai

lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan

pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.

b. Mengembangkan keterampilan proses.

c. Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi

siswa untuk meningkatkan kualitas hidup sehari-hari.

d. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubangan keterkaitan

yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi

dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan

sehari-hari.

e. Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta keterampilan yang

berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan

pedidikanya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

3. Tujuan, Ruang lingkup, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pengajaran IPA bagi Siswa

(40)

25

1) Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan

kehidupan sehari-hari.

2) Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan

pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar.

3) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari

benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar.

4) Bersikap ingintahu, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung

jawab, bekerjasama dan mandiri.

5) Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan

gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan

sehari-hari.

6) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk

memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan

sehari-hari.

7) Mengenal dan memupuk rasa cinta pada alam sekitar sehingga

menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

b. Ruang lingkup

1) Mahluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya.

2) Materi, sifat-sifat, dan kegunaannya meliputi: udara, air, tanah

(41)

26

3) Listrik dan magnet, energi dan panas, gaya dan pesawat

sederhana, cahaya dan bunyi, tata surya, bumi dan benda-benda

langit lainnya.

4) Kesehatan, makanan, penyakit dan pencegahannya.

5) Sumber daya alam, kegunaan, pemeliharaan, dan pelestariannya

(Departemen Agama RI, 2002:253-254).

c. Standard kompetensi

Memahami ciri-ciri dan mahkluk hidup serta hal-hal yang

menpengaruhi perubhan pada mahkluk hidup.

d. Kompetensi Dasar

1) Mengidentifikasi bagian-bagian tumbuhan

2) Mendeskripsikan fungsi bagian tumbuhan

3) Menggolongkan tumbuhan secara sederhana

G. Pendekatan CTL

1. Konsep Contekstual Teaching and Learning (CTL)

Menurut Johnson (2002:65) Contextual Teaching and Learning

(CTL) adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru

menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan

memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan penerapanya

dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Menurut Riyanto (2012: 159) pendekatan kontekstual (Contextual

Teaching and Learning (CTL)) merupakan konsep belajar yang

(42)

27

dunia nyata siswa dan mendorong antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga dan masyarakat.Sedangkan Contextual Teaching and

Learning(CTL) menurut Nurhadi (dalam Sugiyanto,2010:14) adalah

konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata

pelajaran dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa agar

menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dan

penerapannya dengan kehidupan sehari-hari. Pengetahuan siswa

diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan

keterampilan baru ketika ia belajar.

Berdasarkan ketiga pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan

bahwa pendekatan Contextual Teaching and Learning(CTL)

merupakan konsep belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran

untuk mendorong peningkatan pemahaman siswa dengan cara

mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata. Dengan

konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.

2. Dasar Teori Model Pembelajaran Contextual Teachig and Learning (CTL)

Para pendidik yang menyetujui pandangan ilmu pengetahuan

bahwa alam semesta itu hidup, tidak diam, dan bahwa alam semesta

ditopang oleh tiga prinsip kesaling-bergantungann diferensiasi, dan

(43)

28

mengenai pembelajaran dan pengajaran. Menurut ( Janson, 2002:86)

ada tiga prinsip dalam sistem CTL yaitu:

a. CTL menerapkan prinsip kesaling-bergantungan yang merupakan

perwujudtan diri, misalnya ketika para siswa bergabung untuk

memecahkan masalah.

b. CTL merupakan prinsip deferensiasi diri hal ini terlihat ketika CTL

menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan

masing-masing, untuk menghormati perbedaan-perbedaan, untuk menjadi

kreatif, untuk bekerja sama, untuk menghasilkan gagasan dan hasil

baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah

tanda kemantapan dan kekuatan.

c. CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri, hal ini terlihat

ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat

mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik

yang diberikan oleh penilaian autentik, mengulas usaha-usaha

mereka dalam tuntunan tujuan yang jelas, dan berperan serta dalam

kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa yang membuat hati

mereka bernyanyi.

3. Karateristik Contextual Teaching and Learning (CTL)

Menurut Muslich (2008:42) pembelajaran dengan pendekatan

konstektual mempunyai karateristik sebagai berikut:

a. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu

(44)

29

dalam konteks nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam

lingkungan yang alamiah (leraning in real life setting).

b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).

c. Pembelajaran dilaksanakn dengan memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa (learning by doing).

d. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi,

saling mengoreksi antar teman (learning in group).

e. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa

kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu

dengan yang laing secara mendalam (learning to know each other

deeply).

f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan

mementingkan kerja sama(learning to ask, to inquiry, to work

together).

g. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan

(learning as an enjoy activity).

Secara lebih sederhana Nurhadi (2002) mendeskripsikan

karateristik pembelajaran konstektual dengan cara menderetkan

sepuluh kata kunci, yaitu: (1) kerja sama, (2) saling menunjang, (3)

menyenangkan, tidak membosankan, (4) belajar dengan gairah, (5)

(45)

30

siswa aktif, (8) sharing dengan teman, (9) siswa kritis, dan (10)

guru kreatif (Muslich, 2008:42-43).

4. Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh

komponen utama, yaitu (1) constructivism (kontrukstivisme,

membangun, membentuk), (2) questioning (bertanya), (3) inquiry

(menyelidiki, menemukan), (4) learning community (masyarakat

belajar), (5) modelling (pemodelan), (6) reflection (refleksi atau umpan

balik), dan (7) authentic assessement (penilaian yang sebenarnya).

Apabila tujuh komponen ini diterapkan dalam pembelajaran, terlihat

pada realistis berikut.

a. Kegiatan yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran

akan lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri, menemukan,

dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

b. Kegiatan belajar yang mendorong sikap keingintahuan siswa lewat

bertanya tentang topik atau permasalahan yang akan dipelajari.

c. Kegiatan belajar yang bisa mengkondisikan siswa untuk

mengamati, meyelidiki, menganalisis topik atau permasalahan yang

dihadapi sehingga ia berhasil menemukan sesuatu.

d. Kegiatan belajar yang bisa menciptakan suasana belajar bersama

atau kelompok sehingga ia bisa berdiskusi, curah pendapat, bekerja

(46)

31

e. Kegiatan belajar yang bisa menunjukkan model yang bisa dipakai

rujukan atau panutan siswa dalam bentuk penampilan tokoh,

domonstrasi kegiatan, penampilan hasil karya, cara mengoperasikan

sesuatu, dan sebagainya.

f. Kegiatan belajar yang memberikan refleksi atau umpan balik dalam

bentuk tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi

dan pemecahanya, merekonstruksi kegiatan yang telah dilakukan,

kesan siswa selama melakukan kegiatan, dan saran atau harapan

siswa.

g. Kegiatan belajar yang bisa diamati secara periodik perkembangan

kompetensi siswa melalui kegiatan-kegiatan nyata ketika

pembelajaran berlangsug.

5. Prinsip Dasar Setiap Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)

Menurut Muslich (2008:43) dijelaskan setiap komponen utama

CTL mempunyai prinsip-prinsip dasar yaitu harus diperhatian ketika

akan menerapkannya dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip dasar yag

dimaksud terlihat pada penjelasan berikut.

a. Konstruktivisme

Komponen ini merupakan landasan filosofis (berpikir)

pendekatan CTL.Pembelajaran yang bersifat konstruktivisme

menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif,

(47)

32

dan dari pengalaman belajar yang bermakna.Pengetahuan bukanlah

serangkaian fakta, konsep, dan kaidah yang siap

dipraktikkan.Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu

pengetahuan tersebut dan memberikan makna melalui pengalaman

nyata.Karena itu, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan

masalah, menemuan sesuatu yang beguna bagi dirinya, dan

mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya.

Atas dasar pengertian tersebut, prinsip dasar konstruktivisme yang

dalam praktik pembelajaran harus dipegang guru adalah sebagai

berikut.

1) Proses pembelajaran lebih utama daripada hasil pembelajaran.

2) Informasi bermakna dan relavan dengan kehidupan nyata siswa

lebih penting daripada informasi verbalisitis.

3) Siswa mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk menemukan

dan menerapkan idenya sendiri.

4) Siswa diberikan kebebasan untuk menerapkan strateginya

sendiri dalam belajar.

5) Pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui

pengalaman sendiri.

6) Pemahaman siswa akan bekembang semakin dalam dan

semakin kuat apabila diuji dengan pengalaman baru.

7) Pengalaman siswa bisa dibangun secara asimilasi (yaitu

(48)

33

sudah ada) maupun akomodasi (yaitu struktur pengetahuan yang

sudah ada dimodifikasi untuk menampung/menyesuaikan

hadirnya pengalaman baru).

b. Bertanya (questioning)

Komponen ini merupakan strategi pembelajaran

CTL.Belajar dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai upaya

guru yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu,

mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus

mengetahui pekembangan kemampuan berfikir siswa. Pada sisi

lain menyatakan menunjukkan bahwa pemerolehan pengetahuan

seseorang selalu bermula dari bertanya.

Atas dasar pengertian tersebut, prinsip-prinsip yang perlu

diperhatikan guru dalam pembelajaran berkaitan dengan komponen

bertanya adalah sebagai berikut.

1) Panggilan informasi lebih efektif apabila dilakukan melalui

bertanya.

2) Konfirmasi terhadap apa yang sudah diketahui lebih efektif

melalui tanya jawab.

3) Dalam rangka penambahan atau pemantapan pemahaman lebih

efektif dilakukan lewat diskusi ( baik kelompok maupun kelas).

4) Bagi guru, bertanya kepada siswa bisa mendorong,

(49)

34

5) Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna

untuk: (a) menggali informasi, (b) mengecek pemahaman siswa,

(c) membangkitkan respon siswa, (d) mengetahui kadar

keingintahuan siswa, (e) mengetahui hal-hal yang diketahui

siswa, (f) memfokuskan perhatian siswa pada sesuai yang

dikehendaki siswa, (g) membangkitkan lebih banyak pertanyaan

bagi diri siswa, dan (h) menyegarkan pengetahuan siswa.

c. Menemukan (inquiry)

Komponen merupakan kegiatan inti CTL.Kegiatan ini

diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan

kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang

diperoleh sendiri oleh siswa.Dengan demikian, pengetahuan dan

keterampilan yang diperoleh oleh siswa tidak dari hasil mengingat

seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri fakta yang

dihadapinya.

Atas dasar tersebut, prinsip-prinsip yang bisa dipegang

guru ketika menerapakan komponen inquiry dalam pembelajaran

adalah sebagai berikut.

1) Pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila

siswa menemukan sendiri.

2) Informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila

diikuti dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri

(50)

35

3) Siklus inquiry adalah observasi (observation), bertanya

(questioning), mengajukan dugaan ( hiphotesis), pengumpulan

data (data gathering), dan penyimpulan (conclussion).

4) Langkah-langkah kegiatan inquiry: a) merumuskan masalah,

(b) mengamati atau melakukan observasi, (c) menganalisis data

dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,

tabel, dan karya lain, (d) mengomunikasikan atau menyajikan

hasilnya pada pihak lain (pembaca, tema sekelas, guru, audiens

yang lain).

d. Masyarakat Belajar (learning community)

Konsep ini menyarankan hasil belajar sebaiknya diperoleh

dari hasil kerja sama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa hasil

belajar bisa diperoleh dengan sharing antar teman, antar kelompok,

dan antara yang tahu kepada yang tidak tahu, baik didalam maupun

diluar kelas.Karena itu, pembelajaran yang dikemas dalam

berdiskusi kelompok yang anggotanya heterogen, dengan jumlah

bervariasi, sangat mendukung komponen learning community ini.

Berikut disajikan prinsip-prinsip yang bisa diperhatikan guru

ketika menerapkan pembelajaran yang berkonsentrasi pada

komponen learning community.

1) Pada dasarnya hasil belajar diperoleh dari kerja sama atau

(51)

36

2) Sharing terjadi apabila pihak yang saling memberi dan saling

menerima informasi.

3) Sharing terjadi apabila ada komunikasi dua atau multiarah.

4) Masyarakat belajar terjadi apabila masing-masing pihak yang

terlibat didalamnya sadar bahwa pengetahuan, pengalaman, dan

keterampilan yang dimilikinya bermanfaat bagi yang lain.

5) Yang terlibat dalam masyarakat belajar pada dasarnya bisa

menjadi sumber belajar.

e. Pemodelan (modelling)

Komponen pendekatan CTL ini menyarankan bahwa

pebelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan

model yang bisa ditiru siswa. Model yang dimaksud bisa berupa

pemberian contoh tentang, misalnya, cara mengoperasikan sesuatu,

menunjukkan hasil karya, mempertonton suatu penampilan. Cara

pembelajaran semacam ini akan lebih cepat dipahami siswa

daripada hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa

tanpa ditunjukkan modelnya atau contohnya.

Prinsip-prinsip komponen modelling yang bisa diperhatikan

guru ketika melaksanakan pembelajaran adalah sebagai berikut.

1) Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan mantap

apabila ada model atau contoh yang bisa ditiru.

2) Model atau contoh bisa diperoleh langsung dari bekompeten

(52)

37

3) Model atau contoh bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu

contoh hasil karya, atau model penampilan.

f. Refleksi (reflection)

Kompenen yang merupakan bagian tepenting dari

pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah perenungan kembali

atas pengetahuan yang dipelajari. Dengan memikirkan dengan apa

yang baru saja dipelajari, menelaah dan merespon semua kejadian,

aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran,

bahkan memberikan masukan atau saran jika diperlukan, siswa

akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperolehnya

merupakan pengayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan yang

telah dimiliki sebelumnya. Kesadaran semacam ini penting

ditanamkan kepada siswa agar ia bersikap terbuka terhadap

pengetahuan-pengetahuan baru.

Prinsi-prinsip dasar yang perlu diperhatikan guru dalam

rangka penerapan komponen refleksi adalah sebagai berikut.

1) Perenungan atas sesuatu pengetahuan yang baru diperoleh

merupakan pengayaan atas pengetahuan sebelumnya.

2) Perenungan merupakan respons atas kejadian, aktivitas, atau

(53)

38

3) Perenungan bisa berupa menyampaikan penilaian atas

pengetahuan yang baru diterima, membuat catatan singkat,

diskusi dengan teman sejawat, atau untuk kerja.

g. Penilaian autentik (authentic assessement)

Komponen yang merupakan cirri khusus dari pendekatan

konstekstual adalah proses berbagai pengumpulan bebagai data

yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang

pekembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan

pengalaman siswa ini perlu diketahui guru setiap saat agar bisa

memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. Dengan

demikian, penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati,

menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika

atau dalam proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan

semata-mata pada hasil pembelajaran.

Sehubungan dengan hal tersebut, dasar prinsip yang perlu

menjadi perhatian guru ketika menerapkan komponen penilain

autentik dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

1) Penilaian autentik bukan menghakimi siswa, tetapi untuk

mengetahui perkembangan pengalaman belajar siswa.

2) Penilaian dilakukan secara komprehensif dan seimbang antara

(54)

39

3) Guru menjadi penilai yang konstruktif (contructive evaluators)

yang dapat merefleksikan bagaimana siswa belajar, bagaimana

siswa menghubungkan apa yang mereka ketahui dengan

berbagai konteks, dan bagaimana berkembangan belajar siswa

dalam berbagai konteks belajar siswa.

4) Penilaian autentik memberikan kesempatan siswa untuk dapat

mengembangkan penilaian diri (self assessement) dan penilaian

sesama (peer assessement).

5) Penilaian autentik mengukur keterampilan dari perfomasi

dengan kriteria yang jelas (perfonmance-based).

6) Penilaian autentik dilakukan dengan berbagai alat dengan

berkesinambungan sebagai bagian integral dari proses

pembelajaran.

7) Penilaian autentik dapat dimanfaatkan oleh siswa, orang tua,

dan sekolah untuk mendiagnosis kesulitan belajar, umpan balik

pembelajaran, dan/atau untuk menentukan prestasi siswa.

Bertolak dari prinsip-prinsip dasar pada setiap

komponen pada pendekatan CTL tersebut, kata-kata kunci

(keywords)yang dapat dipakai sebagai pengingat guru ketika

melakukan pembelajaran berbasis CTL adalah sebagai berikut.

a. Belajar pada hakikatnya adalah real-word learning, yaitu

belajar dari kenyataan yang bisa diamati, dipraktikkan,

(55)

40

b. Belajar adalah mengutamakan pengalaman nyata, bukan

hanya pengalaman yang diangan-angan saja, yang tidak bisa

dibuktikan secara empiris.

c. Belajar adalah berpikir tingkat tinggi, yaitu berpikir kritis

yang mengdepankan siklus inquirymulai dari mengamati,

bertanya, mengajukan dugaan sementara (hipotesis),

mengumpulkan data, menganalisis data, sampai dengan

merumuskan kesimpulan (teori).

d. Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa, yaitu

pembelajaran yang memberikan kondisi yang memungkinkn

siswa melakukan serangkaian kegiatan secara maksimal.

e. Kegiatan pembelajaran memberikan kesempatan siswa

untuk aktif, kritis, dan kreatif.

f. Kegiatan pembelajaran menghasilkan pengetahuan

bermakna dalam kehidupan siswa.

g. Kegiatan pembelajaran harus dekat dengan kehidupan nyata.

h. Kegiatan belajar harus bisa menunjukkan perubahan

perilaku siswa sesuai yang diinginkan.

i. Kegiatan pembelajaran diarahkan pada siswa praktik, bukan

menghafal.

j. Pembelajaran bisa menciptakan siswa belajar (learning),

(56)

41

k. Sasaran pembelajaran adalah pendidikan (education), bukan

engajaran (instruction).

l. Pembelajaran diarahkan pada pembentukan perilaku

manusia yang berbudaya.

m. Strategi pembelajaran diarahkan pada pemecahan masalah

sehingga siswa lebih berpikir kritis.

n. Situasi pembelajaran dikondisikan agar siswa lebih banyak

bertindak (acting), sedangkan guru hanya mengarahkan.

o. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara, bukan hanya

dengan tes.

6. Langkah-langkah pembelajaran CTL

Secara sederhana langkah penerapan CTL dalam kelas secara garis

besar adalah:

a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna

dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri

pengetahuan dan keterampilan barunya.

b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik.

c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

d. Ciptakan masyarakat belajar.

e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

(57)

42

7. Perbedaan pendekatan Contextual Teaching and Learning(CTL) dengan pendekatan tradisional

a. Kelebihan pendekatan CTL

Pendekatan Contextual Teaching and Learning(CTL) mempunyai

cirikhas dalam proses pembelajaran yang berbeda dengan model

pembelajaran yang lain. Riyanto (2012: 165-168) menyebutkan

perbedaan pendekatan kontektual dengan pendekatan tradisional

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan pendekatan Tradisional

NO PENDEKATAN CTL PENDEKATAN TRADISIONAL

1. Siswa secara aktif terlibat

dalam proses pembelajaran.

Siswa adalah penerima informasi

secara pasif.

2. Siswa belajar dari teman

melalui kerja kelompok,

diskusi, saling mengoreksi

Siswa belajar secara individual.

3. Pembelajaran dikaitkan

dengan kehidupan nyata dan

masalah yang disimulasikan.

Pembelaaran sangat abstrak dan

teoritis.

4. Perilaku dibangun atas

kesadaran sendiri.

Perilaku dibangun atas dasar

kebiasaan.

5. keterampilan dikembangkan

atas atas dasar pemahaman

Keterampilan dikembangkan atas

(58)

43

7. Seseorang tidak melakukan

yang jelek karena dia tahu

hal itu keliru dan merugikan.

Seseorang tidak melakukan hal

yang jelek karena dia takut

hukuman.

8. Bahasa diajarkan dengan

pendekatan komunikatif,

yakni siswa diajak

menggunakan bahasa dalam

konteks nyata.

Bahasa diajarkan

denganpendekatan struktural,

rumus diteranggkan sampai faham

kemudian dilatihkan.

9. Pemahaman rumus

dikembangkan atas dasar

skema yang sudah ada dalam

diri siswa.

Rumus itu ada di luar diri siswa,

yang harus diterangkan, diterima,

dihafalkan dan dilatihkan.

Rumus adalah kebenaran absolut

(sama untuk semua orang). Hanya

ada dua kemungkinan yaitu

pemahaman rumus yang salah

atau pemahaman rumus yang

benar.

11. Siswa menggunakan

kemampuan berfikir kritis,

Siswa secara pasif menerima

(59)

44

terlibat penuh dalam

mengupayakan terjadinya

proses pembelajaran yang

efektif, ikut bertanggung

jawab atas terjadinya

pembelajaran yang efektif,

dan membawa semata

masing-masing ke dalam

proses pembelajaran.

mendengar, mencatat, menghafal)

tanpa memberikan kontribusi ide

dalam proses pembelaaran.

12. Pengetahuan yang dimiliki

manusia dikembangkan oleh

manusia itu sendiri. Manusia

menciptakan atau

membangun pengetahuan

dengan cara memberi arti dan

memahami pengalamannya.

Pengetahuan adalah penangkapan

terhadap serangkaian fakta,

konsep, atau hukum yang berada

mengalami peristiwa baru,

maka pengetahuan itu tidak

pernah stabil, selalu

Kebenaran bersifat absolut dan

(60)

45

berkembang (tentative

incomplete)

14. Siswa diminta bertanggung

jawab memonitor dan

mengembangkan

pembelajaran mereka

masing-masing.

Guru adalah penentu jalannya

proses pembelajaran.

15. Penghargaan terhadap siswa

sangat diutamakan.

Pembelajaran tidak

memperhatikan pengalaman

siswa.

16. Hasil belajar diukur dengan

berbagai cara proses bekerja

hasil karya, penampilan,

rekaman tes, dan lain-lain.

Hasil belajar diukur hanya dengan

tes.

17. Pembelajaran terjadi

diberbagai tempat, konteks,

dan setting.

Pembelajaran hanya terjadi dalam

kelas.

18. Penyesalan adalah hukuman

dari perilaku jelek.

Sangsi adalah hukuman dari

perilaku jelek.

19. Perilaku baik berdasarkan

motifasi intrinsik.

Perilaku baik berdasarkan dari

motifasi ekstrinsik.

20. Seseorang berperilaku baik

karena dia yakin itulah yang

Seseorang berperilaku baik karena

Gambar

Tabel 1.1 indikator keberhasilan
Tabel 2.1 Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan
Tabel 3.1Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Belajar MI Muhammadiyah Karangploso  Tahun Pelajaran 2011/2012
Tabel 3.2 Nama Siswa Kelas III MI Muhammadiyah Karangploso Tahun Pelajaran 2013/2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

PERPUSTAKAAN KOTA YOGYAKARTA PADA TAHUN 2010 INI / MEMPUNYAI PROGRAM KERJA. PEMBINAAN

Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.Kawasan penelitian ini merupakan kawasan yang memiliki potensi kemenyan terbesar pada kawasan Batang Toru.Adiankoting

The denotative meaning is the meaning that suitable with the definition in that denotative is the part of the meaning of a word or phrase that relates it to phenomena in the

Prevalensi gingivitis terhadap kebiasaan mengunyah satu sisi pada anak usia 6-12 tahun: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddi.. Merawat Gigi Anak Sejak

UNIT LAYANAN PENGADAAN PENGADILAN TINGGI SULAWESI TENGGARA. POKJA 4 KOORDINATOR PENGADILAN TINGGI

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Lelang Nomor : 07/TAP/DPU/SDA-18/POKJA/2015 tanggal 19 Juni 2015 tentang Penetapan Pemenang Lelang Paket Pekerjaan Peningkatan Jaringan

Kawasan Berikat adalah suatu banguan, tempat, atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang didalamya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan barang dan bahan, kegiatan

cara membaca huruf- huruf hijaiyah sesuai mahraj dan tanda bacanya (fathatain, kasratain, damatain, sukun dan tasydid). - -