i
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI
MENGENAL TUMBUHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) PADA SISWA
KELAS III DI MI MUHAMMADIYAH KARANGPLOSO
WONOSEGORO BOYOLALI TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
EKO ZULIANTO
NIM 11510068
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
iii
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI
MENGENAL TUMBUHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) PADA SISWA
KELAS III DI MI MUHAMMADIYAH KARANGPLOSO
WONOSEGORO BOYOLALI TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
EKO ZULIANTO
NIM 11510068
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:
Nama : Eko zulianto
NIM : 11510068
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul Skripsi :
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI
MENGENAL TUMBUHAN MENGGUNAKAN
PENDEKATAN CONTEXTUAL LEARNING TEACHING (CTL) PADA SISWA KELAS III DI MI MUHAMMADIYAH KARANGPLOSO WONOSEGORO BOYOLALI TAHUN AJARAN 2014/2015
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 16 Maret 2015
Pembimbing
v
SKRIPSI
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI
MENGENAL TUMBUHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) PADA SISWA
KELAS III DI MI MUHAMMADIYAH KARANGPLOSO
WONOSEGORO BOYOLALI TAHUN AJARAN 2014/2015
DISUSUN OLEH
EKO ZULIANTO
NIM : 11510068
Talah dipertahankan didepan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 7 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar S1 Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji
Ketuan Penguji : Suwardi, S.Pd, M.Pd
Sekretaris Penguji : Eni Titikkusumawati, M.Pd
Penguji I : Dr. Winarno, M.Pd
Penguji II : Peni Susapti, M. Si
Salatiga, 7 April 2015
Dekan
FTIK IAIAN Salatiga
Suwardi, M.Pd
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Eko Zulianto
NIM : 11510068
Progdi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Salatiga, 02 Februari 2015
Yang Menyatakan
Eko zulianto
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Menjalani hidup dengan ikhlas dan dengan niat beribadah.
2. Mensyukuri semua yang di kehendaki oleh Allah SWT.
3. Kalau tidak sekarang kapan lagi.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ibu dan Bapak tercinta yang selalu mendoakan dan menasihatiku.
Terimakasih atas semua yang diberikan kepadaku.
2. Terima kasih kepada nenek yang selalu memberikan kasih sayang
kepadaku seperti engkau memberikan kasih sayangmu kepada
anak-anakmu.
3. Kepada semua kelurga yang selalu memberi nasehat dan menyuport agar
tetap bekerja keras.
4. Kakak dan adikku tersayang yang selalu perhatian, selalu mendukungku,
dan selalu memberikan semangat dalam belajar.
5. Teman-teman terdekatku trimakasih atas motivasi dan bantuannya.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji sukur atas rahmat dan nikmat Allah SWT,yang telah memberikan
Karunia dan Inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan semua umat Islam yang
Mengikutinya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berjalan lancar
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Atas segala dorongan dan
bantuanya penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua IAIN Salatiga:
2. Bapak Suwardi, M.Pd,. selaku Ketua Jurusan Tarbiyah IAIN Salatiga:
3. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), serta selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya hingga terselesaikannya skripsi
ini:
4. Seluruh Dosen IAIN Salatiga, yang telah membagi ilmunya yang sangat
bermanfaat.
5. Bapak Suyadi, S.Ag selaku kepala sekolah MI Muhammadiyah
Karangploso.
ix
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
berperan dan membantu hingga terselesaikannya sekripsi ini.
Teriring doa dan harapan semoga amal baik dan jasa semua pihak tersebut
diatas akan mendapat balasan yang melimpah dari Allah SWT.Penulis yakin
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat banyak kesalahan serta
kekurangan.Maka Kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan.Besar harapan kami, skripsi ini bisa bermanfaat kepada pihak-pihak
terkait secara khusus, dan bagi semua pembaca secara umum.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
x
ABSTRAK
Eko zulianto.2015. Peningkatan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Materi Mengenal Tumbuhan dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Siswa Kelas III MI Muhammadiyah Karangploso Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2014/2015. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Peni Susapti, M.si.
Kata Kunci : Prestasi Belajar IPA, Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Belajar merupakan proses yang sangat penting dalam pendidikan.Dalam proses pembelajaran guru semaksimal mungkin menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.Hal ini diperlukan guru yang kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik.Pertanyaan utama yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah Apakah
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan
prestasi belajar IPA materi Mengenal Tumbuhan pada siswa kelas III MI Muhammadiyah Karangploso Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2014/2015? Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III MI Muhammadiyah Karangploso Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2014/2015.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Adapun langkah-langkah dalam PTK ini yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi yang dilakukan dalam tiga siklus.
xi
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ... i
Lembar Berlogo ...ii
Halaman Judul ... iii
Lembar Persetujuan ... iv
Lembar Pengesahan ... v
Peryataan Keaslian Tulisan ... vi
Motto dan Persembahan ...vii
Kata Pengantar ... viii
Abstrak ... x
Dartar Isi ...xi
Darter Tabel ...xiv
Daftar Lampiran ...xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang... 1B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Hipotesis dan Indikator Keberhasilan ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Definisi Operasional ... 7
G. Metode Penelitian ... 9
xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar... 15
1. Pengertian Prestasi Belajar ... ...15
2. Prestasi Belajar ... 19
3. Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 20
4. Prinsip-prinsip Belajar ... 21
5. Tujuan Belajar ... 22
6. Pengertian IPA ... 23
7. Fungsi IPA ... 24
8. Tujuan, Ruang Lingkup ... 24
B. Contekstuan Teaching and Learning (CTL) ... 26
1. Konsep CTL ... 26
2. Dasar Teori Pembelajaran CTL. ... 27
3. Karateristik CTL ... 28
4. Komponen CTL ... 29
5. Prinsip Dasar Setiap Komponen CTL ... 31
6. Langakah-langkah Pembelajaran CTL ... 41
7. Perbedaan CTL dengan Pendekatan Tradisional ... 42
8. Manfaat Pembelajaran CTL ... 46
C. Penerapan CTL dalam IPA ... 53
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 55xiii
C. Pelaksanaan Penelitian ... 60
1. Deskripsi Pelaksanaan Pelaksanaan Siklus I ... 60
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 65
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ... 70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 751. Siklus I ... 76
2. Siklus II ... 81
3. Siklus III ... 86
B. Pembahasan Penelitian ... 91
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 93B. Saran ... 94
C. Penutup ... 94
DAFTAR PUSTAKA...95
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional .... 42
Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Belajar ... 57
Tabel 3.2 Nama Siswa Kelas III MI Muhammadiyah Karangploso ... 58
Tabel 4.1 Nilai Siswa Siklus I ... 76
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Guru dan Siswa Siklus I ... 78
Tabel 4.3 Nilai Siswa Siklus II ... 81
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Guru dan Siswa Siklus II ... 83
Tabel 4.5 Nilai Siswa Siklus III ... 86
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Guru dan Siswa Siklus III ... 88
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I...96
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II...107
Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III...122
Lampiran 4 : Lembar Pengamatan Siklus I...106
Lampiran 5 : Lembar Pengamatan Siklus II...121
Lampiran 6 : Lembar Pengamatan Siklus III...132
Lampiran 7 : Dokumentasi Kegiatan...133
Lampiran 8 : Lembar Konsultasi...136
Lampiran 9 : Surat Tugas Pembimbing Skripsi...137
Lampiran 10 : Surat Izin Penelitian...138
Lampiran 11 : Surat Keterangan Melakukan Penelitian...139
Lampiran 12 : Daftar Nilai SKK...140
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan proses yang sangat penting dalam pendidikan.
Belajar juga sebagai karakteristik penting yang membedakan manusia dengan
makhluk hidup lainya. Selain itu, belajar adalah hal wajib bagi setiap manusia
yang harus dilakukan setiap saat. Al-Qur‟an pertama kali diturunkan berisi
perintah untuk belajar dengan membaca, sebagaimana dalam surat al-Alaq
ayat 1 – 5 berikut :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam.Dia mengajar pada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Al -Alaq:1-5)
Pendidikan pada hakikatnya adalah merupakan usaha sadar untuk
pengembangan kepribadian yang berlangsung seumur hidup baik di sekolah
maupun madarasah. Pendidikan juga bermakna proses membantu individu
baik jasmani dan rohani ke arah terbentuknya kepribadian utama (pribadi yang
2
dimulai dari usia dini hingga meninggal dunia. Proses pendidikan tidak hanya
dilakukan di lembaga pendidikan formal, namun bisa juga dilakukan di
lembaga non formal misalnya di rumah. Dalam proses pendidikan terjadi
perubahan pada diri peserta didik, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang
berperilaku buruk menjadi baik, dan sebagaianya.
Dalam pendidikan masih memerlukan banyak perbaikan dalam
berbagai hal, baik dalam segi pengajar, sarana prasarana maupun sistem yang
berlaku. Untuk itulah mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan guru
untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses
belajar bagi peserta didik. Dalam mengajar guru tidak hanya menerangkan dan
menyampaikan sejumlah materi pelajaran kepada siswa, namun guru
hendaknya selalu memberikan rangsangan dan dorongan agar pada diri siswa
terjadi proses belajar. Oleh sebab itu, setiap guru perlu menguasai berbagai
metode mengajar dan dapat mengelola kelas secara baik sehingga mampu
menciptakan iklim yang kondusif. Agar kegiatan mengajar dapat berjalan
efektif, maka guru harus mampu memilih metode mengajar yang paling
sesuai.
Proses pembelajaran akan efektif jika berlangsung dalam situasi dan
3
karena itu guru perlu memahami berbagai metode mengajar dengan berbagai
karakteristiknya, sehingga mampu memilih metode yang tepat dan mampu
menggunakan metode mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan maupun
kompetensi yang diharapkan (Suwarna, 2006: 105). Jadi peran seorang guru
sangatlah penting dalam menciptakan suasana kelas. Guru harus mampu
menghidupkan semangat belajar siswa dan menjadikan sebuah pembelajaran
itu suatu yang menyenangkan. Untuk itulah seorang guru harus pandai dalam
menentukan model pembelajaran yang akan digunakan.
Upaya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari
berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini diperlukan guru yang
kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai
oleh peserta didik. Sehingga setiap materi pelajaran dapat menggunakan
metode dan pendekatan pembelajaran yang berbeda. Pada mata pelajaran IPA
lebih banyak membahas mengenai kehidupan sehari-hari, baik makhluk hidup
maupun tak hidup. Proses pembelajaran yang dilakukan seharusnya langsung
terjun di lingkungan. Tidak hanya berlangsung di dalam kelas, hal ini
dimaksudkan agar peserta didik lebih memahami tentang lingkungan
sekitarnya.Dalam tema atau materi mengenal tumbuhan, peserta didik dapat
4
sekitar sekolah maupun di sekitar tempat tinggalnya. Namun kenyataannya di
MI Muhammadiyah Karangploso Wonosegoro Boyolali proses pembelajaran
masih kurang efektif karena hanya berlangsung di dalam kelas. Hal ini
menyebabkan perhatian peserta didik menjadi kurang karena kondisi dan
suasana belajar yang monoton, sehingga hal tersebut berdampak pada prestasi
belajar siswa.Sehingga kebanyakan siswa sudah mencapai nilai KKM yang
ditentukan oleh sekolah yaitu 60. Namun sayangnya belum banyak mendapat
nilai tinggi jauh diatas KKM. Kebanyakan nilai yang didapat jauh dari
standar KKM yang telah ditentukan. Oleh karena itu, penulis akan
menerapkan pendekatan kontekstual dimaksudkan agar dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa dan mampu melampui KKM yang ditentukan adalah 60.
Pendekatan Contextual teaching and learning (CTL) merupakan suatu
konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan
situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara
pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga, warga Negara, dan tenaga kerja (Blandchard, dalam Trianto,
2009:104-105). Pembelajaran kontekstual lebih memudahkan peserta didik
dalam memahami materi pembelajaran karena mereka melihat langsung
keadaan sekitar.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
5
BELAJAR IPAMETERI MENGENAL TUMBUHAAN MENGGUNAKAN
PENDEKATAN COTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL)PADA
SISWA KELAS IIIDI MI MUHAMMADIYAH KARANGPLOSO
WONOSEGORO BOYOLALI TAHUN AJARAN 2014/2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan suatu masalah
yaitu:
„‟Apakah pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) dapat
meningkatkan prestasi belajar IPA materi Mengenal Tumbuhan pada siswa
kelas III MI Muhammadiyah Karangploso Wonosegoro Boyolali pada tahun
ajaran 2014/2015?‟‟
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:
Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar IPA materi Mengenal
Tumbuhan dengan pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) pada
siswa kelas III MI Muhammadiyah Karangploso Wonosegoro Boyolali pada
tahun ajaran 2014/2015.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
Hipotesis menurut Arikunto (1990:56) adalah tebakan pemecahan atau
6
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah Penerapan pendekatan
Contekstual Teaching and Learning dapat meningkatkan prestasi belajar mata
pelajaran IPA materi mengenal tumbuhan pada siswa kelas III MI
Muhammadiyah Karangploso Wonosegoro Boyolali pada tahun ajaran
2014/2015.
Berdasarkan hipotesis di atas, maka indikator keberhasilannya dapat
peneliti tunjukkan sebagai berikut:
Tabel 1.1 indikator keberhasilan
Indikator Keberhasilan Sub Indikator Keberhasilan Peningkatan prestasi belajar IPA
materi mengenal tumbuhan dengan
pendekatan Contekstual Teaching
and Learning (CTL)
Siswa dapat mengerti dan
memahami pembelajaran
menegnal tumbuhan dengan
menggunakan Contekstual
Teaching and Learning
(CTL)
Siswa mampu mengaitkan
hubungan antara materi yang
dipelajari dengan situasi
kehidupan nyata.
7
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan
pendidikan pada umumnya, khususnya dapat memperkarya khasanah
dunia pendidikan IPA yang diperoleh dari penelitian di lapangan.
2. Manfaat praktis
a. Untuk guru
1) Dapat meningkatkan mutu pendidikan IPA di Madrasah Ibtidaiyah.
2) Dapat meningkatkan keterampilan dan kreativitas dalam mengajar
pelajaran IPA di Madarasah Ibtidaiyah.
3) Dapat memperoleh strategi yang tepat untuk meningkatkan
pembelajaran IPA yang telah disampaikan.
b. Untuk siswa
1) Meningkatkan hasil belajar siswa dari aspek kognitif, efektif, dan
psikomotorik.
2) Meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar didalam kelas.
3) Dapat menumbuhkan semangat belajar siswa pada pelajaran IPA.
F. Definisi Operasional
Supaya tidak terjadinya perbedaan antara penafsiran dengan maksud
utama penulisan dan penggunaan kata pada judul, maka penulis perlu
menjelaskan dalam definisi operasional sebagai berikut:
8
Menurut Poerwadarminta (2006: 121) Prestasi adalah hasil yang
telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dsb). Sedangkan belajar adalah
berusaha (berlatih dsb) supaya mendapat suatu kepandaian.Dari pengertian
prestasi dan belajar tersebut maka prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai setelah berusaha dalam belajar.
2. Pengertian pelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) adalah salah satu mata pelajaran
yang ada di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) diberikan
sejak sekolah dasar hingga menengah keatas. Pengetahuan alam
merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk
menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip,
proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) di madrasah ibtidaiyah bermanfaat bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar (Standar Kompetensi
MI, 2004:205).Pendidikan pengetahuan menekankan pada pemberian
secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik
mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat
sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Standar Kompetensi MI,
2004:205-206).
9
Merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan
konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa
membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga
kerja (Blandchard, dalam Trianto, 2009:104-105).
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang diterapkan adalah penelitian tindakan
kelas. Menurut istilah “ Penelitian Tindakan Kelas” adalah bentuk
penelitian yang dilakukan guru dikelasnya melalui refleksi diri dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa
meningkat (Arikunto, 2006: 91). Dalam penelitian tindakan kelas
dilaksanakan beberapa siklus tindakan, setiap siklus terdiri dari (a)
perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) obervasi dan (d)
refleksi. Siklus tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki,
baik efektifitas, perhtian siswa maupun prestasi belajar siswa.
a. Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian
1) Subjek Penelitan
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa
kelas III MI Muhammadiyah Karangploso Wonosegoro Boyolali
10 2) Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di MI Muhammadiyah
Karangploso Wonosegoro Boyolali.Dengan pertimbangan bahwa
selain karena permasalahan yang ada, lokasi tersebut juga masih
jarang untuk penelitian.
3) Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan kurang lebih adalah waktu yang
diperlukan peneliti dalam penelitian dan memperoleh semua data
yang diperlukan. Penelitian ini dilakukan dalam waktu kurang
lebih satu bulan, yaitu mulai bulan Desember 2014 sampai selesai.
b. Langkah-Langkah atau Siklus Penelitian
Secara dalam garis besar prosedur dalam tindakan kelas ini,
peneliti akan melalui tiga siklus. Setiap sikus meliputi empat tahapan
yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.Adapun alur
11
Gambar.1.1Tahap penelitian (Arikunto, 2008:16)
1) Perencanan Tindakan
Perencanaan adalah tahap pertama yang dilakukan peneliti
dalam penelitian tindakan kelas. Dalam tahap ini yang peneliti
lakukan antara lain; mengidentifikasi masalah, merumuskan Perencanaan
refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan
perencanaan
Pelaksanaan
Siklus II
Pengamatan
refleksi
?
perencanaan
Siklus III
pengamatan
12
pemecahan masalah, membuat sekenario pembelajaran, dan
mempersiapkan cara menganalisis data.
2) Pelaksanaan Tindakan
Di dalam tahap pelaksanaan peneliti ini, melaksakan
pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah dirancang
yaitu urutan pembelajaran dari pembukaan sampai
pembelajaran selesai.
3) Observasi
Pada penelitian ini peneliti melakukan tindakan untuk
mengamati proses pembelajaran di kelas dari awal sampai
akhir dengan menggunakan lembar observasi. Dengan maksud
apakah peserta didik lebih semangat dan lebih aktif dalam
berpatisipasi dalam proses belajar dengan diterapkan metode
eksperimen.
4) Refleksi
Pada tahap ini data yang diperoleh melalui observasi
dikumpulkan dan dianalisi. Dari observasi tersebut, guru
melakukan refleksi diri tentang kegiatan yang telah dilakukan
untuk selanjutnya dari hasil refleksi itu peneliti akan
mengetahui adanya keberhasilan atau kegagalan dalam
pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga dapat
13 c. Instrumen Penelitian
1) Soal pre test dan post test
2) Lembar observasi guru dan siswa
3) Lembar rencana pelaksanaan pembelajaran
d. Pengumpulan Data
1) Obeservasi
Observasi adalah salah satu cara untuk mengadakan evaluasi
dengan jalan pengamatan dan pencatatan secra sistematis, logis,
rasional, mengenai peristiwa-peristiwa yang diteliti (Arifin,
1990:49)
2) Tes
Tes adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh guru untuk
mengukur kemampuan siswa dalam bentuk evaluasi pre test dan
pro test.
a) Analisis data
Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan, maka
analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis dan
refleksi dalam setiap siklusnya.Analisis reflektif dilakukan
peneliti bersama dengan kolabolator yaitu rekan sejawat yang
mengamati jalannya pembelajaran sebagai pijakan untuk
menentukan program aksi pada siklus selanjutnya. Sedangkan
analisis deskriptif yang dipergunakan adalah prosentase
14 P
∑ x 100 %
P :Prosentasi
n :Poin yang diperoleh
∑ :Jumlah poin / sekor maksimal.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
BAB I Pendahuluan, pada bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, dan indikator
keberhasilan, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II Kajian Pustaka, dalam bab ini berisi definisi prestasi belajar, definisi
CTL, manfaat CTL, pelaksanaan CTL, dan materi IPA dalam kegiatan
mengenal tumbuhan.
BAB III Pelaksanaan Penelitian, meliputi subjek penelitian, deskripsi siklus I
yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.Siklus II meliputi
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi, dan deskripsi siklus III.
BAB IV Hasil Penelitian,berisi tentang pemaparan tentang deskripsi per siklus
(data hasil pengamatan/ wawancara, refleksi keberhasilan dan kegagalan).
BAB V Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran bagian akhir, daftar
15 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar.
Prestasi belajar adalah kemampuan, keterampilan, dan sikap
seseorang dalam menyelesaikan suatu hal (Arifin, 1990:3).Prestasi
belajar adalah merupakan realisai atau pemekaran dari
kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang
(Sukmadinata, 2003:102).
2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Bahrudin (2007:19-28) Secara umum faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan atas dua katagori, yaitu
faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tresebut saling
mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan
presatasi belajar.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari
individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu.
Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
1) Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu.Faktor-faktor ini
16
a) Kondisi tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada
umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar
seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan
memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar
individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit
akan mengahambat tercapainya hasil belajar yang
maksimal.
b) Keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar
berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia
sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra.
Pancaindra yang berfungsi dengan baik pula.
2) Faktor psikologis
faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis
seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa
faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar
adalah kecerdasan siswa, dan motivasi.
a) Kecerdasan
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai
kemampuan psikofisik dalam mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang
tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan
kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ yang lainnya
17
b) Motivasi
Menurut Salvin Motivasi adalah salah satu faktor
yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar
siswa.Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan
kegiatan belajar. Para ahli psikolog mendifisikan motivasi
sebagai proses didalam diri individu yang aktif,
mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap
saat.
b. Faktor eksternal
Selain karateristik siswa, faktor eksternal juga dapat
mempengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini (Syah, 2003)
menjelaskan bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi belajar
dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan
sosial dan faktor lingkungan nonsional.
1) Lingkungan sosial
a) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan
teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar
siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat
menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik
disekolah.
b) Lingkungan sosial masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal
18
yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga
dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak
siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi,
atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum
dumilikinya.
c) Lingkungan sosial keluarga
Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan
belajar.Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua.
Demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan
keluarga,emografi keluarga (letak rumah), pengelolaan
keluarga, semua dapat memberi dampak terhadap aktivitas
belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orang
tua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu
siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2) Lingkungan non sosial
a) Lingkungan alamiah
Seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan
tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau, atau tidak
terlalau gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan
alamiah tersebut merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila
kindisi kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses
19
b) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan kepada siswa)
Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia
perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar
guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.
B. Pengertian Belajar
Proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungan (Rusyan, 1989:7). Belajar menurut pandangan skinner adalah
suatu perilaku.Pada saat orang belajar, makan responya lebih baik.
Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responya menurun. Sedangkan
menurut Gagne adalah merupakan kegiatan yang kompleks.Hasil belajar
berupa kapabilitas.Setelah belajar orang memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap, dan nilai (Dimyati dan Mudjiono, 2002:9-10).Menurut
Hilgard Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan,reaksi terhadap
lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebutbelajar apabila
disebabakan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti
kelelahan atau disebabkan oleh obat-obatan (Simadjuntak, 1983:59).
Dari pengertian belajar di atas maka penulis menyimpulkan bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang karena adanya dorongan
20 C. Faktor yang Mempengaruhi Belajar
a. Latihan
Latihan-latihan memajukan kegiatan pre belajar tetapi latihan
saja belum tentu menjamin.Thorndik, Sciller mengatakan bahwa
kebiasaan itu tidak dapat diajarkan, tetapi dengan latihan sesuai dengan
law effeck.Setiap ulangan harus diakhiri dengan hasil yang memberi
kepuasan.Sedangkan menurut K. Lewin mengatakan bahwa latihan
dan perubahan struktur pemahaman perlu untuk kemajuan belajar.
b. Peranan motip
Dalam belajar, motivasi memegang peranan penting.Tidak ada
motivasi berarti tidak ada belajar dalam arti sebenarnya. Melihat
peranan motivasi belajar, maka apabila proses belajar macet atau
menurun, sebaiknya dicari dari segi motivasi terlebi dahulu. Seperti
diketahui motip ini bejenis-jenis. Menurut jenisnya dapat
dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu:
(1) Motip asli yaitu motip yang sudah ada seperti motiv belajar, motiv
biologis dan rohaniah.
(2) Motip terpelajar yaitu motip yang timbul dari luar oleh karena
guru.
c. Peranan hukuman dan pengahargaan
Penghargaan dan hukuman dapat merupakan motivasi dalam
21
samabesarnya. Hukuman membuat anak tidak untuk melakukan
sesuatu, sedangkan pengahargaan membuat suatu perbuatan dilakukan.
Dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar anak diatas
menyimpulkan bahwa anak akan lebih baik saat belajar ketika
mendapat arahan yang lebih dari guru agar anak bisa menjadi lebih
baik (Simadjuntak, 1983:71-77).
d. Faktor yang bepengaruh dalam motivasi
setiap kegiatan belajar mempunyai tujuan. Tujuan yang sesuai
dengan bakatlah yang diinginkan.Itulah sebabnya guru
menganjurkan.Tujuan terlalu tinggi tidak mendorong karena bakat,
kemampuan tidak dapat merealisasikan. Demikian sebaliknya tujuan
yang rendahpun tidak akan mendorong karena bakat tidak sanggup
merealisasikan.
D. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar memiliki peranan penting dalam kegiatan
belajar mengajar, maka seorang guru harus mengetahui prinsip-prinsip
belajar agar dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan
baik.
Ada beberapa prinsip-prinsip belajar menurut (Slameto, 1991:29).
a. Dalam belajar siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan
22
b. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,
penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap
pengertiannya.
c. Belajar harus menimbulkan reirforcement dan motivasi yang kuat pada
siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
d. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut
perkembanganya.
e. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery.
f. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai
dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
g. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar
dengan tenang.
h. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan
efektif.
i. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
j. Belajar adalah proses kontiguitas (hubungan antara pengertian yang
satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapat pengertian yang
diharapkan.
k. Repitasi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.
E. Tujuan Belajar
23
a. Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir.Pemilikan
pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak dapat
dipisahkan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar
perkembangannya didalam kegiatan belajar.
b. Penanaman konsep dan keterampilan
Penananman konsep atau merumuskan konsep memerlukan
suatu keterampilan.Keterampilan jasmani maupun
rohani.Keterampilan emamng dapat dididik, yaitu dengan banyak
melatih kemampuan.Demikian juga mengungkapkan perasaan melalui
bahsa atau lisan, bukan soal kosa kata atau tata bahasa, semua
memerlukan banyak latihan.
c. Pembentukan sikap
Dalam interaksi belajar mengajar guru akan senantiasa
diobservasi, dilihat, didengar, ditiru semua perilakunya oleh siswanya.
Dari proses observasi siswa mungkin juga meniru perilaku gurunya,
sehingga diharapkan terjadinya proses internalisasi yang dapat
menumbuhkan proses pengahayatan pada setiap diri siswa untuk
kemudian diamalkan.
Jadi pada intinya, tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan
pengetahuan, ketrampilan dan penanaman sikap mental/nilai-nalai.
24
Pengetahuan Alam merupakan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah
(Departemen Agama RI, 2004:205).
2. Fungsi IPA
Fungsi dari mata pelajaran IPA di SD/MI adalah sebagai berikut:
a. Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangkai
lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan
pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
b. Mengembangkan keterampilan proses.
c. Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi
siswa untuk meningkatkan kualitas hidup sehari-hari.
d. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubangan keterkaitan
yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi
dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan
sehari-hari.
e. Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta keterampilan yang
berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan
pedidikanya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
3. Tujuan, Ruang lingkup, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pengajaran IPA bagi Siswa
25
1) Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan
kehidupan sehari-hari.
2) Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan
pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar.
3) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari
benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar.
4) Bersikap ingintahu, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung
jawab, bekerjasama dan mandiri.
5) Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan
gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
6) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk
memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari.
7) Mengenal dan memupuk rasa cinta pada alam sekitar sehingga
menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
b. Ruang lingkup
1) Mahluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya.
2) Materi, sifat-sifat, dan kegunaannya meliputi: udara, air, tanah
26
3) Listrik dan magnet, energi dan panas, gaya dan pesawat
sederhana, cahaya dan bunyi, tata surya, bumi dan benda-benda
langit lainnya.
4) Kesehatan, makanan, penyakit dan pencegahannya.
5) Sumber daya alam, kegunaan, pemeliharaan, dan pelestariannya
(Departemen Agama RI, 2002:253-254).
c. Standard kompetensi
Memahami ciri-ciri dan mahkluk hidup serta hal-hal yang
menpengaruhi perubhan pada mahkluk hidup.
d. Kompetensi Dasar
1) Mengidentifikasi bagian-bagian tumbuhan
2) Mendeskripsikan fungsi bagian tumbuhan
3) Menggolongkan tumbuhan secara sederhana
G. Pendekatan CTL
1. Konsep Contekstual Teaching and Learning (CTL)
Menurut Johnson (2002:65) Contextual Teaching and Learning
(CTL) adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru
menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan
memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan penerapanya
dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Menurut Riyanto (2012: 159) pendekatan kontekstual (Contextual
Teaching and Learning (CTL)) merupakan konsep belajar yang
27
dunia nyata siswa dan mendorong antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat.Sedangkan Contextual Teaching and
Learning(CTL) menurut Nurhadi (dalam Sugiyanto,2010:14) adalah
konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata
pelajaran dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa agar
menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dan
penerapannya dengan kehidupan sehari-hari. Pengetahuan siswa
diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan baru ketika ia belajar.
Berdasarkan ketiga pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa pendekatan Contextual Teaching and Learning(CTL)
merupakan konsep belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran
untuk mendorong peningkatan pemahaman siswa dengan cara
mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata. Dengan
konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
2. Dasar Teori Model Pembelajaran Contextual Teachig and Learning (CTL)
Para pendidik yang menyetujui pandangan ilmu pengetahuan
bahwa alam semesta itu hidup, tidak diam, dan bahwa alam semesta
ditopang oleh tiga prinsip kesaling-bergantungann diferensiasi, dan
28
mengenai pembelajaran dan pengajaran. Menurut ( Janson, 2002:86)
ada tiga prinsip dalam sistem CTL yaitu:
a. CTL menerapkan prinsip kesaling-bergantungan yang merupakan
perwujudtan diri, misalnya ketika para siswa bergabung untuk
memecahkan masalah.
b. CTL merupakan prinsip deferensiasi diri hal ini terlihat ketika CTL
menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan
masing-masing, untuk menghormati perbedaan-perbedaan, untuk menjadi
kreatif, untuk bekerja sama, untuk menghasilkan gagasan dan hasil
baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah
tanda kemantapan dan kekuatan.
c. CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri, hal ini terlihat
ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat
mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik
yang diberikan oleh penilaian autentik, mengulas usaha-usaha
mereka dalam tuntunan tujuan yang jelas, dan berperan serta dalam
kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa yang membuat hati
mereka bernyanyi.
3. Karateristik Contextual Teaching and Learning (CTL)
Menurut Muslich (2008:42) pembelajaran dengan pendekatan
konstektual mempunyai karateristik sebagai berikut:
a. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu
29
dalam konteks nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam
lingkungan yang alamiah (leraning in real life setting).
b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).
c. Pembelajaran dilaksanakn dengan memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa (learning by doing).
d. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi,
saling mengoreksi antar teman (learning in group).
e. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa
kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu
dengan yang laing secara mendalam (learning to know each other
deeply).
f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan
mementingkan kerja sama(learning to ask, to inquiry, to work
together).
g. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan
(learning as an enjoy activity).
Secara lebih sederhana Nurhadi (2002) mendeskripsikan
karateristik pembelajaran konstektual dengan cara menderetkan
sepuluh kata kunci, yaitu: (1) kerja sama, (2) saling menunjang, (3)
menyenangkan, tidak membosankan, (4) belajar dengan gairah, (5)
30
siswa aktif, (8) sharing dengan teman, (9) siswa kritis, dan (10)
guru kreatif (Muslich, 2008:42-43).
4. Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh
komponen utama, yaitu (1) constructivism (kontrukstivisme,
membangun, membentuk), (2) questioning (bertanya), (3) inquiry
(menyelidiki, menemukan), (4) learning community (masyarakat
belajar), (5) modelling (pemodelan), (6) reflection (refleksi atau umpan
balik), dan (7) authentic assessement (penilaian yang sebenarnya).
Apabila tujuh komponen ini diterapkan dalam pembelajaran, terlihat
pada realistis berikut.
a. Kegiatan yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran
akan lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri, menemukan,
dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Kegiatan belajar yang mendorong sikap keingintahuan siswa lewat
bertanya tentang topik atau permasalahan yang akan dipelajari.
c. Kegiatan belajar yang bisa mengkondisikan siswa untuk
mengamati, meyelidiki, menganalisis topik atau permasalahan yang
dihadapi sehingga ia berhasil menemukan sesuatu.
d. Kegiatan belajar yang bisa menciptakan suasana belajar bersama
atau kelompok sehingga ia bisa berdiskusi, curah pendapat, bekerja
31
e. Kegiatan belajar yang bisa menunjukkan model yang bisa dipakai
rujukan atau panutan siswa dalam bentuk penampilan tokoh,
domonstrasi kegiatan, penampilan hasil karya, cara mengoperasikan
sesuatu, dan sebagainya.
f. Kegiatan belajar yang memberikan refleksi atau umpan balik dalam
bentuk tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi
dan pemecahanya, merekonstruksi kegiatan yang telah dilakukan,
kesan siswa selama melakukan kegiatan, dan saran atau harapan
siswa.
g. Kegiatan belajar yang bisa diamati secara periodik perkembangan
kompetensi siswa melalui kegiatan-kegiatan nyata ketika
pembelajaran berlangsug.
5. Prinsip Dasar Setiap Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)
Menurut Muslich (2008:43) dijelaskan setiap komponen utama
CTL mempunyai prinsip-prinsip dasar yaitu harus diperhatian ketika
akan menerapkannya dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip dasar yag
dimaksud terlihat pada penjelasan berikut.
a. Konstruktivisme
Komponen ini merupakan landasan filosofis (berpikir)
pendekatan CTL.Pembelajaran yang bersifat konstruktivisme
menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif,
32
dan dari pengalaman belajar yang bermakna.Pengetahuan bukanlah
serangkaian fakta, konsep, dan kaidah yang siap
dipraktikkan.Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu
pengetahuan tersebut dan memberikan makna melalui pengalaman
nyata.Karena itu, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan
masalah, menemuan sesuatu yang beguna bagi dirinya, dan
mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya.
Atas dasar pengertian tersebut, prinsip dasar konstruktivisme yang
dalam praktik pembelajaran harus dipegang guru adalah sebagai
berikut.
1) Proses pembelajaran lebih utama daripada hasil pembelajaran.
2) Informasi bermakna dan relavan dengan kehidupan nyata siswa
lebih penting daripada informasi verbalisitis.
3) Siswa mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk menemukan
dan menerapkan idenya sendiri.
4) Siswa diberikan kebebasan untuk menerapkan strateginya
sendiri dalam belajar.
5) Pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui
pengalaman sendiri.
6) Pemahaman siswa akan bekembang semakin dalam dan
semakin kuat apabila diuji dengan pengalaman baru.
7) Pengalaman siswa bisa dibangun secara asimilasi (yaitu
33
sudah ada) maupun akomodasi (yaitu struktur pengetahuan yang
sudah ada dimodifikasi untuk menampung/menyesuaikan
hadirnya pengalaman baru).
b. Bertanya (questioning)
Komponen ini merupakan strategi pembelajaran
CTL.Belajar dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai upaya
guru yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu,
mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus
mengetahui pekembangan kemampuan berfikir siswa. Pada sisi
lain menyatakan menunjukkan bahwa pemerolehan pengetahuan
seseorang selalu bermula dari bertanya.
Atas dasar pengertian tersebut, prinsip-prinsip yang perlu
diperhatikan guru dalam pembelajaran berkaitan dengan komponen
bertanya adalah sebagai berikut.
1) Panggilan informasi lebih efektif apabila dilakukan melalui
bertanya.
2) Konfirmasi terhadap apa yang sudah diketahui lebih efektif
melalui tanya jawab.
3) Dalam rangka penambahan atau pemantapan pemahaman lebih
efektif dilakukan lewat diskusi ( baik kelompok maupun kelas).
4) Bagi guru, bertanya kepada siswa bisa mendorong,
34
5) Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna
untuk: (a) menggali informasi, (b) mengecek pemahaman siswa,
(c) membangkitkan respon siswa, (d) mengetahui kadar
keingintahuan siswa, (e) mengetahui hal-hal yang diketahui
siswa, (f) memfokuskan perhatian siswa pada sesuai yang
dikehendaki siswa, (g) membangkitkan lebih banyak pertanyaan
bagi diri siswa, dan (h) menyegarkan pengetahuan siswa.
c. Menemukan (inquiry)
Komponen merupakan kegiatan inti CTL.Kegiatan ini
diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan
kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang
diperoleh sendiri oleh siswa.Dengan demikian, pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh oleh siswa tidak dari hasil mengingat
seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri fakta yang
dihadapinya.
Atas dasar tersebut, prinsip-prinsip yang bisa dipegang
guru ketika menerapakan komponen inquiry dalam pembelajaran
adalah sebagai berikut.
1) Pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila
siswa menemukan sendiri.
2) Informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila
diikuti dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri
35
3) Siklus inquiry adalah observasi (observation), bertanya
(questioning), mengajukan dugaan ( hiphotesis), pengumpulan
data (data gathering), dan penyimpulan (conclussion).
4) Langkah-langkah kegiatan inquiry: a) merumuskan masalah,
(b) mengamati atau melakukan observasi, (c) menganalisis data
dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,
tabel, dan karya lain, (d) mengomunikasikan atau menyajikan
hasilnya pada pihak lain (pembaca, tema sekelas, guru, audiens
yang lain).
d. Masyarakat Belajar (learning community)
Konsep ini menyarankan hasil belajar sebaiknya diperoleh
dari hasil kerja sama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa hasil
belajar bisa diperoleh dengan sharing antar teman, antar kelompok,
dan antara yang tahu kepada yang tidak tahu, baik didalam maupun
diluar kelas.Karena itu, pembelajaran yang dikemas dalam
berdiskusi kelompok yang anggotanya heterogen, dengan jumlah
bervariasi, sangat mendukung komponen learning community ini.
Berikut disajikan prinsip-prinsip yang bisa diperhatikan guru
ketika menerapkan pembelajaran yang berkonsentrasi pada
komponen learning community.
1) Pada dasarnya hasil belajar diperoleh dari kerja sama atau
36
2) Sharing terjadi apabila pihak yang saling memberi dan saling
menerima informasi.
3) Sharing terjadi apabila ada komunikasi dua atau multiarah.
4) Masyarakat belajar terjadi apabila masing-masing pihak yang
terlibat didalamnya sadar bahwa pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan yang dimilikinya bermanfaat bagi yang lain.
5) Yang terlibat dalam masyarakat belajar pada dasarnya bisa
menjadi sumber belajar.
e. Pemodelan (modelling)
Komponen pendekatan CTL ini menyarankan bahwa
pebelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan
model yang bisa ditiru siswa. Model yang dimaksud bisa berupa
pemberian contoh tentang, misalnya, cara mengoperasikan sesuatu,
menunjukkan hasil karya, mempertonton suatu penampilan. Cara
pembelajaran semacam ini akan lebih cepat dipahami siswa
daripada hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa
tanpa ditunjukkan modelnya atau contohnya.
Prinsip-prinsip komponen modelling yang bisa diperhatikan
guru ketika melaksanakan pembelajaran adalah sebagai berikut.
1) Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan mantap
apabila ada model atau contoh yang bisa ditiru.
2) Model atau contoh bisa diperoleh langsung dari bekompeten
37
3) Model atau contoh bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu
contoh hasil karya, atau model penampilan.
f. Refleksi (reflection)
Kompenen yang merupakan bagian tepenting dari
pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah perenungan kembali
atas pengetahuan yang dipelajari. Dengan memikirkan dengan apa
yang baru saja dipelajari, menelaah dan merespon semua kejadian,
aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran,
bahkan memberikan masukan atau saran jika diperlukan, siswa
akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperolehnya
merupakan pengayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan yang
telah dimiliki sebelumnya. Kesadaran semacam ini penting
ditanamkan kepada siswa agar ia bersikap terbuka terhadap
pengetahuan-pengetahuan baru.
Prinsi-prinsip dasar yang perlu diperhatikan guru dalam
rangka penerapan komponen refleksi adalah sebagai berikut.
1) Perenungan atas sesuatu pengetahuan yang baru diperoleh
merupakan pengayaan atas pengetahuan sebelumnya.
2) Perenungan merupakan respons atas kejadian, aktivitas, atau
38
3) Perenungan bisa berupa menyampaikan penilaian atas
pengetahuan yang baru diterima, membuat catatan singkat,
diskusi dengan teman sejawat, atau untuk kerja.
g. Penilaian autentik (authentic assessement)
Komponen yang merupakan cirri khusus dari pendekatan
konstekstual adalah proses berbagai pengumpulan bebagai data
yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang
pekembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan
pengalaman siswa ini perlu diketahui guru setiap saat agar bisa
memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. Dengan
demikian, penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati,
menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika
atau dalam proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan
semata-mata pada hasil pembelajaran.
Sehubungan dengan hal tersebut, dasar prinsip yang perlu
menjadi perhatian guru ketika menerapkan komponen penilain
autentik dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.
1) Penilaian autentik bukan menghakimi siswa, tetapi untuk
mengetahui perkembangan pengalaman belajar siswa.
2) Penilaian dilakukan secara komprehensif dan seimbang antara
39
3) Guru menjadi penilai yang konstruktif (contructive evaluators)
yang dapat merefleksikan bagaimana siswa belajar, bagaimana
siswa menghubungkan apa yang mereka ketahui dengan
berbagai konteks, dan bagaimana berkembangan belajar siswa
dalam berbagai konteks belajar siswa.
4) Penilaian autentik memberikan kesempatan siswa untuk dapat
mengembangkan penilaian diri (self assessement) dan penilaian
sesama (peer assessement).
5) Penilaian autentik mengukur keterampilan dari perfomasi
dengan kriteria yang jelas (perfonmance-based).
6) Penilaian autentik dilakukan dengan berbagai alat dengan
berkesinambungan sebagai bagian integral dari proses
pembelajaran.
7) Penilaian autentik dapat dimanfaatkan oleh siswa, orang tua,
dan sekolah untuk mendiagnosis kesulitan belajar, umpan balik
pembelajaran, dan/atau untuk menentukan prestasi siswa.
Bertolak dari prinsip-prinsip dasar pada setiap
komponen pada pendekatan CTL tersebut, kata-kata kunci
(keywords)yang dapat dipakai sebagai pengingat guru ketika
melakukan pembelajaran berbasis CTL adalah sebagai berikut.
a. Belajar pada hakikatnya adalah real-word learning, yaitu
belajar dari kenyataan yang bisa diamati, dipraktikkan,
40
b. Belajar adalah mengutamakan pengalaman nyata, bukan
hanya pengalaman yang diangan-angan saja, yang tidak bisa
dibuktikan secara empiris.
c. Belajar adalah berpikir tingkat tinggi, yaitu berpikir kritis
yang mengdepankan siklus inquirymulai dari mengamati,
bertanya, mengajukan dugaan sementara (hipotesis),
mengumpulkan data, menganalisis data, sampai dengan
merumuskan kesimpulan (teori).
d. Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa, yaitu
pembelajaran yang memberikan kondisi yang memungkinkn
siswa melakukan serangkaian kegiatan secara maksimal.
e. Kegiatan pembelajaran memberikan kesempatan siswa
untuk aktif, kritis, dan kreatif.
f. Kegiatan pembelajaran menghasilkan pengetahuan
bermakna dalam kehidupan siswa.
g. Kegiatan pembelajaran harus dekat dengan kehidupan nyata.
h. Kegiatan belajar harus bisa menunjukkan perubahan
perilaku siswa sesuai yang diinginkan.
i. Kegiatan pembelajaran diarahkan pada siswa praktik, bukan
menghafal.
j. Pembelajaran bisa menciptakan siswa belajar (learning),
41
k. Sasaran pembelajaran adalah pendidikan (education), bukan
engajaran (instruction).
l. Pembelajaran diarahkan pada pembentukan perilaku
manusia yang berbudaya.
m. Strategi pembelajaran diarahkan pada pemecahan masalah
sehingga siswa lebih berpikir kritis.
n. Situasi pembelajaran dikondisikan agar siswa lebih banyak
bertindak (acting), sedangkan guru hanya mengarahkan.
o. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara, bukan hanya
dengan tes.
6. Langkah-langkah pembelajaran CTL
Secara sederhana langkah penerapan CTL dalam kelas secara garis
besar adalah:
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Ciptakan masyarakat belajar.
e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
42
7. Perbedaan pendekatan Contextual Teaching and Learning(CTL) dengan pendekatan tradisional
a. Kelebihan pendekatan CTL
Pendekatan Contextual Teaching and Learning(CTL) mempunyai
cirikhas dalam proses pembelajaran yang berbeda dengan model
pembelajaran yang lain. Riyanto (2012: 165-168) menyebutkan
perbedaan pendekatan kontektual dengan pendekatan tradisional
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan pendekatan Tradisional
NO PENDEKATAN CTL PENDEKATAN TRADISIONAL
1. Siswa secara aktif terlibat
dalam proses pembelajaran.
Siswa adalah penerima informasi
secara pasif.
2. Siswa belajar dari teman
melalui kerja kelompok,
diskusi, saling mengoreksi
Siswa belajar secara individual.
3. Pembelajaran dikaitkan
dengan kehidupan nyata dan
masalah yang disimulasikan.
Pembelaaran sangat abstrak dan
teoritis.
4. Perilaku dibangun atas
kesadaran sendiri.
Perilaku dibangun atas dasar
kebiasaan.
5. keterampilan dikembangkan
atas atas dasar pemahaman
Keterampilan dikembangkan atas
43
7. Seseorang tidak melakukan
yang jelek karena dia tahu
hal itu keliru dan merugikan.
Seseorang tidak melakukan hal
yang jelek karena dia takut
hukuman.
8. Bahasa diajarkan dengan
pendekatan komunikatif,
yakni siswa diajak
menggunakan bahasa dalam
konteks nyata.
Bahasa diajarkan
denganpendekatan struktural,
rumus diteranggkan sampai faham
kemudian dilatihkan.
9. Pemahaman rumus
dikembangkan atas dasar
skema yang sudah ada dalam
diri siswa.
Rumus itu ada di luar diri siswa,
yang harus diterangkan, diterima,
dihafalkan dan dilatihkan.
Rumus adalah kebenaran absolut
(sama untuk semua orang). Hanya
ada dua kemungkinan yaitu
pemahaman rumus yang salah
atau pemahaman rumus yang
benar.
11. Siswa menggunakan
kemampuan berfikir kritis,
Siswa secara pasif menerima
44
terlibat penuh dalam
mengupayakan terjadinya
proses pembelajaran yang
efektif, ikut bertanggung
jawab atas terjadinya
pembelajaran yang efektif,
dan membawa semata
masing-masing ke dalam
proses pembelajaran.
mendengar, mencatat, menghafal)
tanpa memberikan kontribusi ide
dalam proses pembelaaran.
12. Pengetahuan yang dimiliki
manusia dikembangkan oleh
manusia itu sendiri. Manusia
menciptakan atau
membangun pengetahuan
dengan cara memberi arti dan
memahami pengalamannya.
Pengetahuan adalah penangkapan
terhadap serangkaian fakta,
konsep, atau hukum yang berada
mengalami peristiwa baru,
maka pengetahuan itu tidak
pernah stabil, selalu
Kebenaran bersifat absolut dan
45
berkembang (tentative
incomplete)
14. Siswa diminta bertanggung
jawab memonitor dan
mengembangkan
pembelajaran mereka
masing-masing.
Guru adalah penentu jalannya
proses pembelajaran.
15. Penghargaan terhadap siswa
sangat diutamakan.
Pembelajaran tidak
memperhatikan pengalaman
siswa.
16. Hasil belajar diukur dengan
berbagai cara proses bekerja
hasil karya, penampilan,
rekaman tes, dan lain-lain.
Hasil belajar diukur hanya dengan
tes.
17. Pembelajaran terjadi
diberbagai tempat, konteks,
dan setting.
Pembelajaran hanya terjadi dalam
kelas.
18. Penyesalan adalah hukuman
dari perilaku jelek.
Sangsi adalah hukuman dari
perilaku jelek.
19. Perilaku baik berdasarkan
motifasi intrinsik.
Perilaku baik berdasarkan dari
motifasi ekstrinsik.
20. Seseorang berperilaku baik
karena dia yakin itulah yang
Seseorang berperilaku baik karena