i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE EKSPERIMEN IPA POKOK BAHASAN MAKANAN BERKARBOHIDRAT PADA SISWA KELAS V SDN KLETEK 01 KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN
PATI TAHUN PELAJARAN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
Yudi Siswanto
NIM 11509040
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
ii
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721
http://www.stainsalatiga.ac.id e-mail:administrasi@stainsalatiga.ac.id
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 Eks
Hal : Naskah Skripsi
Saudara Yudi Siswanto
Kepada
Yth: Rektor IAIN Salatiga di – Salatiga
ASSALAMU’ALAIKUM, WR. WB.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara :
Nama : Yudi Siswanto NIM : 11509040
Jurusan : Tarbiyah/ Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul : PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE EKSPERIMEN IPA POKOK BAHASAN MAKANAN BERKARBOHIDRAT PADA SISWA KELAS V SDN KLETEK 01 KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN PATI TAHUN AJARAN 2013/2014
Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut diatas segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.
WASSALAMU’ALAIKUM, WR. WB.
Salatiga, 21 April 2015
Pembimbing
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini.
Nama : Yudi Siswanto
NIM : 11509040
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 11 Maret 2015 Yang menyatakan,
v
MOTTO
(
مجنلا
:
)
“Dan bawasanya seseorang manusia tiada yang memperoleh selain apa yang
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Ayahku (Triman) dan Ibuku (Rusmini) sebagai wujud baktiku padanya, yang
senantiasa mencurahkan kasih sayang dan doanya.
2. Adek ponakan Muhammad Sukarno yang selalu mendukung keberhasilan
skripsiku
3. Teman-teman kontrakan, Kembang Arum Salatiga (Mas Kusnanto, Karim,
dan Burhanudin).
4. Teman-teman KKN 2009 Mamak Mutia, Nunung, Sari, Neneng, Mamak Lia,
Hendrian, Burhan.
5. Teman-teman PGMI 2009 seperjuangan (Muhammad Fauzi, Afit Nugroho,
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita di dunia dan akhirat kelak.
Suatu kebanggaan tersendiri, jika tugas dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya skripsi dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Ketua IAIN Salatiga
2. Peni Susapti, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IAIN Salatiga.
3. Dr. Winarno, M. Pd, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, arahan dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 4. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf karyawan di lingkungan program
studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
viii
6. Bapak/Ibu guru dan Karyawan SDN Kletek, Pucakwangi, Pati yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian di madrasah tersebut.
7. Murid-murid kelas V SDN Kletek, Pucakwangi, Pati yang telah mendukung dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.
8. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang, doa dan dukungan demi keberhasilan penulis.
9. Teman seperjuangan, PGMI 2009, yang selama ini telah berjuang bersama. 10.Sahabat-sahabat tercinta dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu
persatu, terima kasih atas dukungan kalian.
11.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Atas jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.
Penulis dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Salatiga, 11 Maret 2015 Penulis,
ix
ABSTRAK
Siswanto, Yudi. 2014. Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ipa Pokok Bahasan Makanan Berkarbohidrat Pada Siswa Kelas V Sdn Kletek 01 Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati Tahun
Ajaran 2013. Skripsi, Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dr. Winarno M.Pd.
Kata kunci: Hasil belajar dan teknik Eksperimen
Penelitian ini merupakan upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Kletek, Pucakwangi, Pati pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan teknik Eksperimen. Masalah utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Apakah penggunaan teknik Eksperimen dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas kelas V SDN Kletek, Pucakwangi, Pati tahun 2013?
Guna menjawab pertanyaaan tersebut peneliti melakukan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan 3 siklus. Tiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari 1) Planning, untuk mengidentifikasi masalah dan merencanakan kegiatan pembelajaran, dan membuat instrumen penelitian lainnya. 2) Acting, melaksanakan pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pokok bahasan Makanan berkarbohidrat 3) Observing, pengambilan data tentang hasil melalui tes dan lembar pengamatan, 4) Reflecting, menganalisis data hasil pengamatan. Subyek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V SDN Kletek, Pucakwangi, Pati yang berjumlah 30 38 siswa, terdiri dari laki-laki 24 anak dan 14 anak perempuan.. Penelitian ini menggunakan teknik Eksperimen pada saat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan teknik
Eksperimen yang tepat mampu meningkatkan hasil belajar. Dalam penelitian ini hasil
x
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Definisi Operasional ... 5
xi
c. Prinsip-prinsip belajar ... 17
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar... 18
2. Hasil belajar ... 22
3. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar ... 23
B. Metode Eksperimen ... 26
1. Definisi Metode Eksperimen. ... 26
2. Langkah-langkah Metode Eksperimen ... 27
3. Kelebihan dan kelemahan Metode Eksperimen ... 28
C. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ... 29
1. Pengertian IPA ... 29
2. Fungsi IPA ... 30
3. Pembelajaran IPA di SD/MI………. 31
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 34
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 37
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Paparan Siklus ... 46
1. Deskripsi Paparan Siklus I ... 46
xii
3. Deskripsi Paparan Siklus Siklus III ... 52
B. Pembahasan ... 55
1. Hasil Rekapitulasi ... 55
2. Kondisi Awal ... 56
3. Kondisi Akhir ... 56
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 59
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Hasil tes formatif pada siklus I ... 45
Tabel 3.2. Hasil tes formatif pada siklus II ... 48
Tabel 3.3. Hasil tes formatif pada siklus III ... 51
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus I
Lampiran 2 Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
Lampiran 3 Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus III
Lampiran 4 Lembar test formatif siklus I
Lampiran 5 Lembar test formatif siklus II
Lampiran 6 Lembar test formatif siklus III
Lampiran 7 Hasil tes formatif siswa pada siklus I
Lampiran 8 Hasil tes formatif siswa pada siklus II
Lampiran 9 Hasil tes formatif siswa pada siklus III
Lampiran 10 Hasil pengamatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I
Lampiran 11 Hasil pengamatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II
Lampiran 12 Hhasil pengamatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran siklus III
Lampiran 13 Lampiran dokumentasi
Lampiran 14 Surat tugas pembimbing
Lampiran 16 Lembar konsultasi skripsi
Lampiran 17 Surat permohonan ijin penelitian
Lampiran 18 Surat balasan ijin penelitian
Lampiran 19 Nilai SKK mahasiswa
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih
membuat persaingan yang ketat dalam dunia pendidikan, sehingga peserta didik harus memerlukan pembekalan-pembekalan yang optimal pada jenjang sekolah dasar. Sekarang ini banyak guru-guru menggunakan pembelajaran
yang kurang efektif, sehingga hasil yang dicapai peserta didik kurang memuaskan. Agar peserta didik mendapatkan hasil yang maksimal, guru
harus meningkatkan pengetahuanya menggunakan metode-metode yang tepat dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah metode yang digunakan dalam pembelajaran sains.
Cara-cara mengajarkan materi pelajaran sain secara tradisional tampaknya kurang memadai, sebab para peserta didik kini mulai kritis. Metode murni
hanya efektif untuk sekitar 15 menit yang pertama. Untuk melibatkan sebanyak mungkin alat indra siswa dalam mengajar, penggunaan metode harus diperhatikan Elisa (2010: 1).
Untuk memilih metode mengajar yang akan digunakan dalam rangka pengajaran, perlu dipertimbangkan faktor-faktor tertentu, antara lain
kesesuaian dengan tujuan instruksional serta keterlaksanaanya dilihat dari waktu dan sarana yang ada. Untuk itu sangatlah penting digunakan metode
2
jasmaniah tetapi juga secara rohaniah, belajar tidak hanya bersifat menerima tetapi juga memberi atau berbuat, tidak menghafal tetapi menangkap arti
Ibrahim (1991: 108).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsipsaja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA
juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat
IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan
melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.
Melalui survei yang dilakukan pada bulan Juni di kelas V SDN Kletek
01 Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati ditemukan bahwa kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran IPA tergolong rendah terutama pada mata
pokok bahasan makanan berkarbohidrat. Hal ini dapat dilihat dari kriteria ketuntasan mengajar yang diterapkan untuk mata pelajaran IPA adalah 70.
3
16 siswa memperoleh nilai sesuai KKM dan 22 siswa yang lain belum memenuhi KKM yang ditentukan.
Berdasarkan survei diketahui bahwa faktor penyebab rendahnya kemampuan dalam pembelajaran IPA adalah faktor dari faktor guru kelas
adalah kurangnya kreativitas guru dalam menggunakan teknik pembelajaran yang efektif dan efisien. Guru kelas juga ditengarahi belum menganekaragamkan penyajian, isi materi, proses pembelajaran dan hasil
belajar yang bermakna. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran di kelas
diarahkan kepada guru sebagai pusat pembelajaran. Kemudian siswa diarahkan kemampuannya untuk menghafal informasi tanpa ditutut untuk memahami informasi yang diingatnya. Pembelajaran yang terjadi tidak dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan sistematis. Siswa kurang didorong untuk mengembangkan dirinya supaya kreatif.
Akhirnya, pemilihan metode eksperimen, sangat tepat digunakan dalam pembelajaran IPA. Bukan hanya guru yang aktif, melainkan pembelajaran
student center dengan harapan siswa akan lebih kreatif dalam menggali ilmu
pengetahuannya.
Dengan latar belakang itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “ PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI
4
KLETEK 01 KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN PATI TAHUN PELAJARAN 2013/2014
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Kletek 01 Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini dalah:
Untuk mengetahui apakah penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Kletek 01 Kecamatan
Pucakwangi Kabupaten Pati
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis menurut mulyasa, hipotesis tindakan merupakan jawaban
sementara terhadap masalah yang dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui PTK (Mulyasa, 2011: 63). Sedangkan menurut Acep Yonny
Hipotesis merupakan sesuatu yang dianggap benar atas suatu pendapat atau teori meskipun kebenaranya harus dibuktikan (Acep Yonny, 2012: 53).
Berdasarkan rumusan masalah di atas hipotesis dalam penelitian ini adalah Penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa V
5
E. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas
tentang penggunaan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar IPA, informasi tersebut diharapkan dapat bermanfaat, antara lain:
a. Secara Teoritis
1. Menambah pengetahuan bagi penulis tentang pentingnya penggunaan metode eksperimen dalam proses belajar IPA.
2. Memperkaya bahan informasi ilmiah bagi sekolah sebagai penyelenggara pendidikan bagi siswa.
b. Secara Praktis
1. Seorang guru dapat menggunakan metode eksperimen dalam proses belajar mengajar IPA.
2. Memberikan kontribusi positif bagi kepala sekolah untuk dapat memberikan intruksi untuk melengkapi dan mengefektifkan
penggunaan metode eksperimen dalam belajar IPA.
F. Definisi Operasional
Untuk mendapatkan kejelasan judul diatas, penulis memberikan definisi
operasional terhadap istilah-istilah yang ada. Dengan harapan agar tidak ada kesalahpahaman dalam pemahaman judul yang penulis angkat. Adapun istilah- istilah tersebut adalah:
a. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam
Hasil adalah suatu pendapatan atau perolehan dari sesuatu yang
6
Surayin (2007). Secara etimologi belajar memiliki arti ”berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian
bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian (Baharuddin, 2010:13). Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu
kemampuan yang berupa keterampilan dan prilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh. Dalam hal ini, Gagne dan Briggs mengidentifikasi hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar (Sam’s, 2010:33). Jadi, hasil
belajar ialah suatu perolehan yang telah di capai dari suatu pekerjaan
sesuai dengan usaha yang dilakukannya dalam proses keiatan belajar. b. Metode Eksperimen
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan
mengalami dan membuktikan sendiri (Djamarah, 1995: 95). Ibrahim (1991: 107) mengatakan bahwa metode eksperimen langsung melibatkan para siswa melakukan percobaan untuk mencari jawaban terhadap
permasalahan yang diajukan. Eksperimen sering dilakukan dalam bidang studi IPA, sehingga metode ini sangat cocok digunakan untuk praktek.
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
7
penyajian data yang dilakukan secara sistematis, dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk
mengembangkan prinsip-prinsip umum (Acep Yoni, 2010 :1).
Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi (2006) menjelaskan PTK
dengan memisahkan kata-kata yang tergabung di dalamnya, yakni: Penelitian + Tindakan + Kelas. Berdasarkan ketiga kata kunci tersebut, dapat disimpulkan bahwa: penelitian tindakan kelas merupakan suatu
upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja
dimunculkan (Mulyasa, 2011: 11). Jadi secara garis besarnya penelitian tindakan kelas adalah jenis penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas untuk memecahkan masalah/meningkatkan mutu pembelajaran dilakukan
secara bertahap dan terus menerus. 2. Subyek penelitian
Penentuan subjek penelitian merupakan masalah pokok yang perlu diperhatikan dalam sebuah penelitian, karena tingkat validitas sustu penelitian sangat dipengaruhi pengambilan subjek penelitian.
Dalam penelitian ini yang penulis jadikan sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Kletek 01 Kecamatan Pucakwangi Kabupaten
Pati Tahun Pelajaran 2013. Dengan demikian diharapkan dapat membantu kelancaran dalam memperoleh data yang diperlukan dan mengadakan
8 3. Siklus Penelitian
Menurut Arikunto (2008: 74) ada empat kegiatan utama yang ada
pada setiap siklus yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Untuk dapat melaksanakan penelitian ini penulis dapat melakukan
langkah-langkah seperti tergambar dalam skema berikut:
Gambar 1.1 Tahap-tahap penelitian tindakan kelas (Arikunto, 2008: 74)
Penjelasan alur PTK diatas adalah sebagai berikut:
a. Rancangan atau rencana awal, sebelum mengadakan penelitian, peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk didalamnya instrument penelitian dan perangkat
pembelajaran.
b. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh
peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari penerapan isi rancangan
9
c. Refleksi, yakni peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar
pengamatan yang diisi oleh pengamat
d. Rancangan atau rencana yang direvisi berdasarkan hasil refleksi dari
pengamat, membuat rencana yang direvisi untuk melaksanakan siklus berikutnya.
e. Pembelajaran pada siklus I terdiri empat tahap, yaitu planning
(rencana), action (tindakan), observing (pengamatan) dan reflecting (refleksi) dengan menggunakan metode eksperimen.
f. Pembelajaran siklus II dilaksanakan berdasarkan refleksi siklus I atas kinerja yang dilaksanakan pada proses pembelajaran, yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini meliputi RPP, dan silabus, dan soal-soal
tes, angket maupunlembar observasi. 5. Metode Pengumpulan Data
Data merupakan informasi tentang objek penelitian. Data
10
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua metode, yaitu: a. Tes
Mengadakan tes atau evaluasi terhadap peserta didik melalui pre tes dan post tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami
pelajaran IPA. b. Observasi
Menurut Acep Yonny (2012: 127) observasi adalah kegiatan
pengamatan atau pengambilan data untuk memotret seberapa jauh efek tindakan yang telah dicapai. Observasi ini dilakukan terhadap
peserta didik dan guru selama pembelajaran berlangsung untuk mengetahui tingkat kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen.
6. Indikator Keberhasilan
Indicator keberhasilan ini meliputi;
a. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Didalan penelitian ini kriteria ketuntasan dalam mata pelajaran IPA adalah ≥70.
b. Persentase ketuntasan
Peneliti mengambil persentase ketuntasan belajar dalam penelitian
ini adalah 80% dari jumlah total siswa dalam satu kelas 7. Analisis Data
11
a. Data kuantitatif, atau nilai hasil belajar siswa yang dianalisis secara deskriptif. Dalam hal ini penulis menggunakan statistik deskriptif
b. Data kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberikan gambaran ekspresi tentang tingkat pemehaman
terhadap mata pelajaran IPA (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap suatu metode belajar yang baru, aktivitas dalam mengikuti pelajaran, dan antusias mengikuti pelajaran serta motivasi belajar.
Penulis menganalisa data dengan menyusun dan mengolah data yang terkumpul melalui hasil tes dan catatan observasi. Pelaksanaan
analisis dilaksanakan secara terus menerus pada saat penelitian berlangsung hingga pembuatan laporan penelitian akan menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam rangka membuktikan hipotesis, maka hasil penelitian akan dilakukan analisis menggunakan rumus sebagai berikut:
P = Jumlah nilai persen
F = Frekuensi
N = Jumlah kegiatan keseluruhan (Sam’s: 2010)
Dari siklus I sampai siklus III hasil yang saya dapatkan dari 38 siswa, 90% sudah
12
H. Sistematika Penulisan
BAB I Berisi pendahuluan, terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Berisi kajian pustaka yang mencakup: Hasil belajar siswa meliputi definisi belajar, jenis-jenis belajar, prinsip-prinsip belajar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, perhataian belajar, hasil belajar, faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar. Pembelajaran IPA di SD/MI meliputi pengertian IPA, pembelajaran IPA di SD/MI. Metode eksperimen meliputi definisi
eksperimen, langkah-langkah metode eksperimen, kelebihan dan kelemahan
eksperimen, aplikasi mind mapping dalam pembelajaran
BAB III Berisi pelaksanaan penelitian, meliputi subjek penelitian, deskripsi siklus I meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi, siklus II meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dan siklus III meliputi
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
BAB IV Berupa hasil penelitian dan pembahasan yang akan memaparkan tentang deskripsi per siklus (data hasil pengamatan/ wawancara, refleksi
keberhasilan dan kegagalan).
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
1. Belajar
a. Definisi belajar
Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban, mengajarkan kepada orang lain hendaklah dengan jelas, dengan terang, dan janganlah
menyembunyikan yang benar. Hendaklah mengajarkan sesuatu dengan penuh kebijaksanaan (Hadhiri, 1993:45). Dalam Al Quran
juga dijelaskan pada ayat:
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka
14
Dari penjelasan ayat tersebut dapat kita ambil sebagai dasar untuk kita selalu menuntut ilmu (belajar). Belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti,
bahwa berhasi atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. (
Syah, 2010: 63).
Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya
Educational Psichology: The Teaching-Leaching Process,
berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif (Syah, 2010: 64).
b. Jenis-jenis Belajar
Menurut (Slameto, 1995: 5) dalam bukunya mengatakan jenis-jenis
belajar ada 11 macam, yaitu:
1. Belajar bagian (part learning, fractioned learning)
Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia
dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif, misalnya mempelajari sajak ataupun gerakan-gerakan motoris
seperti bermain silat. Dalam hal ini individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian satu sama lain berdiri
15
2. Belajar dengan wawasan (learning by insight)
Konsep ini diperkenalkan oleh W. Kohler, salah seorang tokoh
Psikologi Gestalt pada permulaan tahun 1971. Sebagai suatu konsep, wawasan (insight) ini merupakan pokok utama dalam
pembicaraan psikologi belajar dan proses berfikir. Meskipun W. Kohler sendiri dalam menerangkan wawasan berorientasi pada data yang bersifat tingkah laku (perkembangan yang
lembut dalam menyelesaikan suatu persoalan dan kemudian secara tiba-tiba terjadi reorganisasi tingkah laku) namun tidak
urung wawasan ini merupakan konsep yang secara prinsipiil ditentang oleh penganut aliran neo-behaviorisme.
3. Belajar diskriminatif (discriminative learning)
Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi/stimulus dan kemudian
menjadikanya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Dengan pengertian ini maka dalam eksperimen, subjek diminta untukberespon secara berbeda-beda terhadap stimulus yang
berlainan.
4. Belajar global/keseluruhan (global whole learning)
Di sini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhaan berulang sampai pelajar menguasainya; lawan dari belajar bagian.
16
5. Belajar incidental (incidental learning)
Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu
selalu berarah-tujuan (intensional). Sebab dalam belajar incidental pada individu tidak ada sama sekali kehendak untuk
belajar. Atas dasar ini maka untuk kepentingan penelitian, disusun perumusan operasional sebagai berikut: belajar disebut incidental bila tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan
pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak.
6. Belajar instrumental (instrumental learning)
Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi seseorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada
apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Oleh karena itu capat atau lambatnya
seseorang belajar dapat diatur dengan jalan memberikan penguat (rein-forcement) atas dasar tingkat-tingkat kebutuhan.
7. Belajar intensional (intensional learning)
Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar incidental, yang akan dibahas lebih luas pada bagian berikut.
8. Belajar laten (laten learning)
Dalam belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang
17
9. Belajar mental (mental learning)
Perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi disini tidak
nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari. Ada tidaknya belajar
mental ini sangat jelas terlihat pada tugas-tugas yang sifatnya motoris.
10.Belajar produktif
R. Berguis (1964) memberikan arti belajar produktif sebagai belajar dengan transfer yang maksimum. Belajar adalah
mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi yang lain. Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu
persoalan dalam satu situasi ke situasi lain.
11.Belajar verbal (verbal learning)
Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan. Dasar dari belajar verbal diperlihatkan dalam eksperimen klasik dari Ebbinghaus.
c. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar (Mustaqim, 2004: 69) antara lain sebagai
berikut:
1. Belajar akan berhasil jika disertai kemauan dan tujuan tertentu.
18
3. Belajar lebih berhasil jika memberi sukses yang menyenangkan. 4. Belajar lebih berhasil jika tujuan belajar berhubungan dengan
aktivitas belajar itu sendiri atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya.
5. Belajar lebih berhasil jika bahan yang sedang dipelajari dipahami, bukan sekedar menghafal fakta.
6. Dalam proses belajar memerlukan bantuan dan bimbingan orang
lain.
7. Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri si
pelajar.
8. Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Menurut uraian H.C. Witherington dan lee J. Cronbach Bapemsi,
factor-faktor serta kondisi-kondisi yang mendorong perbuatan belajar bisa diringkas (Mustaqim, 2004: 69-70) sebagai berikut:
1. Situasi belajar (kesehatan jasmani, keadaan psikis, pengalaman
dasar).
2. Penguasaan alat-alat intelektual.
3. Latihan-latihan yang terpancar. 4. Penggunaan unit-unit yang berarti.
5. Latihan yang aktif.
19
7. Efek penghargaan (reward) dan hukuman. 8. Tindakan-tindakan pedagogis.
9. Kapasitas dasar.
Dari factor-faktor yang mempengaruhi belajar diatas dapat
diuraikan sebagai berikut: 1. Situasi belajar
a. Kesehatan jasmani
Kekurangan gizi biasanya mempunyai pengaruh terhadap keadaan jasmani, mudah mengantuk, lekas lelah, lesu dan
sejenisnya terutama bagi anak-anak yang usianya masih muda, pengaruh ini sangat menonjol.
b. Keadaan psikis
Bila menengok kembali kepada perubahan jenis-jenis belajar, nampak dengan jelas belajar lebih banyak
berhubungan dengan aktivitas jiwa, dengan kata lain factor-faktor psikis memang memiliki peran yang sangat menentukan di dalam belajar.
Faktor psikis antara lain: 1) Perhatian
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu objek atau banyak sdikitnya kesadaran yang
20 2) Kognitif
a. Pengamatan
Secara umum manusia mengenal dunia nyata
melalui pengamatan yaitu dengan melihat, membau, mencecap, dan meraba.
b. Tanggapan dan fantasi
Tanggapan adalah bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah melakukan pengamatan. Sedangkan
daya untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru berdasarkan tanggapan-tanggapan yang sudah ada dinamakan fantasi.
c. Ingatan
Batasan ingatan yang terbanyak diutarakan ahli
jiwa adalah mencamkan kesan-kesan, menyimpan dan memprokdusikan.
d. Berfikir
Berfikir adalah aktivitas jiwa dengan arah yang ditentukan oleh masalah yang dihadapi.
3) Faktor afektif
Afektif meliputi perasaan, emosi dan suasana hati.
21
gembira. Secara garis besar bisa dibedakan menjadi suasana perasaan riang dan suasana peraan murung.
4) Faktor motivasi
Keadaan jiwa individu yang mendorong untuk
melakukan suatu perbuatan guna mencapai suatu tujuan.
2. Penguasaan alat-alat intelektual
Menurut HC. Witherington adalah pengertian kuantitatif tingkat tinggi, mengarang bahasa asing dan logika. Alat-alat ini
sangat membantu dalam belajar. 3. Latihan-latihan yang terpancar
Belajar akan lebih efektif apabila periode latihan disusun
terpancar, belajar 6 jam sehari akan lebih baik dipendekkan menjadi 3 hari, tiap hari 2 jam.
4. Penggunaan unit-unit yang berarti
Dalam belajar dikendaki adanya pola sambutan, pola ini harus mengandung arti dan dapat pula berarti dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Latihan yang aktif
Faktor pembantu untuk mempertinggi efesiensi belajar aktif adalah peta gambar, globe, alat-alat visuallainya yang sejenis.
22
Misalnya setiap individu sangat merasakan enaknya mempelajari suatu buku yang disusun secara sistematis, bab I
disusul bab II dengan isi yang tidak terbalik. 7. Efek penghargaan dan hukuman
Penghargaan atau hukuman perlu dipilih oleh pendidik meskipun hanya merupakan motif yang kurang murni. Rahasia yang diketahui oleh semua pendidik dalam hal penghargaan
dan hukuman adalah mengetahui kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan mereka.
8. Tindakan-tindakan pedagogis
Hal-hal yang dianggap bisa menghambat antara lain, merusak motif belajar yang sudah ada dengan merubah rencana si anak
yang memang sesuai dengan minat dan bakatnya. 9. Kapasitas dasar
Dengan kapasitas dasar yang berbeda, mereka berjalan dengan kecepatan masing-masing dan mereka menangkap fakta-fakta dengan luas dan sempitnya daerah yang mereka miliki.
2. Hasil belajar
Sebelum membicarakan pengertian hasil belajar terlebih dahulu
akan dikemukakan apa yang dimaksud dengan hasil dan belajar. Para ahli pendidikan mengemukakan pendapat mereka. Surayin (2007) Hasil
23
diperoleh. Dalam hal ini, Gagne dan Briggs mengidentifikasi hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar (Sam’s, 2010: 33).
Hasil belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan hasil adalah porelehan akhir dari proses belajar. Jadi, hasil belajar ialah suatu perolehan yang telah di capai dari suatu pekerjaan sesuai dengan
usaha yang dilakukannya dalam proses kegiatan belajar.
Menurut Bloom, hasil belajar dikategorikan menjadi 3 ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor (Sam’s, 2010:35). Dalam
penelitian ini, tiga ranah diatas menjadi hal yang sangat penting dalam keberhasilan pembelajaran. Ranah kognitif meliputi pembelajaran yang
mengutamakan nilai pengetahuan, afektif meliputi tingkah laku atau sikap anak didik dalam pembelajaran dan psikomotor meliputi skill atau
keterampilan peserta didik dalam pembelajaran. Jadi tiga hal tersebut sebagai alat atau cara untuk membantu keberhasilan dari pembelajaran.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Proses belajar melibatkan berbagai faktor yang sangat kompleks. Oleh sebab itu, masing-masing factor perlu diperhatikan agar proses
belajar dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Suryabrata (2004), keberhasilan belajar sangat
24
Masing masing faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah factor-faktor yang terdapat di luar individu. Dalam proses belajar disekolah, factor eksternal berarti factor-faktor
berada di luar diri siswa. Factor-faktor aksternal terdiri dari factor nonsosial dan factor social.
a. Faktor Nonsosial
Factor nonsosial adalah factor-faktor diluar individu yang berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. Kondisi fisik berupa
cuaca, alat, gedung dan sejenisnya. b. Faktor Sosial
Factor social adalah factor-faktor diluar individu yang berupa manusia. Factor eksternal yang bersifat social, bisa dipilah menjadi factor yang berasal keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat (termasuk teman pergaulan anak). Misalnya, kehadiran orang dalam belajar, kedekatan hubungan
antara anak dengan orang lain, keharmonisan atau pertengkaran dalam keluarga, hubungan antar personil sekolah dan
25
Factor internal adalah factor-faktor yang ada dalam diri individu yang yang sedang belajar. Factor internal terdiri dari factor fisiologis
dan factor psikologis. a. Factor fisiologis
Factor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri individu. Factor fisiologis terdiri dari:
1. Keadaan Tonus jasmani pada umumnya
Keadaan tonus jasmani secara umum yang ada dalam diri individu sangat mempengaruhi hasil belajar. Keadaan tonus
jasmani secara umum ini, misalnyatingkat kesehatan dan kebugaran fisik individu. Apabila badan individu dalam keadaan bugar dan sehat maka akan mendukung hasil
belajar. Sebaliknya, jika badan individu dalam keadaan kurang bugar dan kurang sehat akan menghambat hasil
belajar.
2. Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu
Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu adalah keadaan
fungsi jasmani tertentu, terutama yang terkait dengan fungsi panca indra yang ada dalam diri individu. Panca indra
merupakan pintu gerbang masuknya pengetahuan dalam diri individu.
26
Factor psikologis adalah factor psikis yang ada dalam individu. Factor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat
kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian, kematangan dan lain sebagainya.
Faktok ekstern dan intern mempengaruhi keberhasilan belajar, pengaruhnya bisa bersifat positif-mendukung, namun juga bisa negative-menghambat.
B. Metode Eksperimen
1. Definisi Metode Eksperimen
Menurut Djamarah (1995), metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode
eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
(Djamarah, 1995: 95). Ibrahim (1991: 107) mengatakan bahwa metode eksperimen langsung melibatkan para siswa melakukan percobaan untuk mencari jawaban terhadap permasalahan yang diajukan. Eksperimen
sering dilakukan dalam bidang studi IPA, sehingga metode ini sangat cocok digunakan untuk praktek.
Sedangkan menurut Ahmadi dan Prasetyo mengatakan metode eksperimen adalah metode pengajaran dimana guru dan murid
27
ialah apabila seorang murid melakukan suatu percobaan dan setiap proses dan hasil percobaab itu diamati oleh setiap murid. (Maunah, 2009: 169).
Hal senada juga diungkapkan oleh Armai Aruf bahwa metode eksperimen ialah cara pengajaran dimana guru dam murid melakukan suatu latihan
atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu aksi. (Maunah, 2009: 169-170)
2. Roestiyah mengatakan bahwa langkah-langkah yang harus ditempuh
dalam melaksanakan eksperimen, yaitu:
a. Menerangkan tujuan eksperimen. Tujuan eksperimen harus diketahui
terlebih dahulu supaya mereka mengetahui masalah apa yang mereka pecahkan dalam melaksanakan eksperimen tersebut. (Maunah, 2009: 171)
b. Membicarakan terlebih dahulu masalah mana yang penting didahulukan dan mana yang harus dikemudiankan pelaksanaanya.
c. Sebelum eksperimen dilaksanakan terlebih dahulu guru harus menetapkan:
1) Alat-alat mana yang diperlukan
2) Langkah-langkah apa yang harus ditempuh 3) Hal-hal apa yang harus dicatat
4) Variable-variabel mana yang harus dikontrol d. Setelah eksperimen berakhir guru harus:
28
3) Melaksanakan tes untuk menguji pengertian murid
3. Kelebihan-kelebihan yang dapat diambil dari metode eksperimen (Hamid,
2011: 212) sebagai berikut:
a. Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaanya sendiri daripada hanya menerima kata dari guru atau buku.
b. Siswa dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi
ekspiorasi (menjelajahi) ilmu dan tegnologi, suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuan.
c. Dengan metode ini, akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru,dengan penemuan yang didapatinya dari hasil percobaan, yang diharapkan dapat bermanfaat bagi
kesejahteraan hidup manusia.
4. Kelemahan-kelemahan metode eksperimen (Hamid, 2011: 213), antara
lain:
a. Tidak cukupnya alat-alat atau sarana untuk bereksperimen, sehingga tidak setiap siswa berkesempatan untuk mengadakan eksperimen.
b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, maka siswa harus menanti untuk melanjutkan pelajaran; serta
c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan tegnologi.
29
sekolah harus bisa menyediakan alat-alat yang cukup dalam pembelajaran terutama pembelajaran IPA
C. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam 1. Pengertian IPA
IPA atau sains dalam arti sempit sebagai disiplin ilmu terdiri atas physical sciences. Termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu
asstronomi, kimia, mineralogy, meteorology, dan fisika; sedangkan life science meliputi biologi, zoology, dan fisiologi. Dari aspek ontology (“apakah yang ingin kita ketahui?”) dan aspek epistemology (“bagaimanakah cara kita memperoleh ilmu pengetahuan?”), James
Conant (Holton dan Roller, 1958) mendefinisikan sains sebagai “suatu
deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut”. Kemudian , A.N
Whitehead (M.T. Zen, 1981) menyatakan bahwa sains dibentuk karena pertemuan dua orde pengalaman. Orde pertama didasarkan pada hasil observasi terhadap gejala/fakta (orde observasi), dan orde kedua
didasarkan pada konsep manusia mengenai alam semesta (orde konsepsional). Jelaslah bahwa sains (IPA) termasuk mata pelajaran yang
harus ditekuni dan dikuasai oleh para pemuda (siswa/mahasiswa) kita, karena sains merupakan fondasi teknologi.
30
dua orde pengalaman, orde observasi yang mana merupakan pengamatan terhadap gejala-gejala atau fakta-fakta alam semesta, kemudian
dilanjutkan orde konseptual yang merupakan perumusan konsep terhadap apa yang telah diamati.
Pemberian mata pelajaran IPA atau pendidikan IPA bertujuan agar siswa memahami/menguasai konsep-konsep IPA dan saling keterkaitannya, serta mampu menggunakan metode ilmiah untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya (Budi,1998: 31). 2. Fungsi IPA (Budi,1998: 35) antara lain:
a. Memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun untuk diterapkan dalam kehidupn sehari-hari.
b. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam memperoleh, mengembangkan, menerapkan konsep-konsep IPA.
c. Menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
d. Menyadarkan siswa akan keteraturan alam dan segala keindahanya,
sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan penciptanya.
e. Memupuk daya kreatif dan inovatif siswa.
f. Membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam
bidang IPTEK.
31
3. Pembelajaran IPA di SD/MI
Siswa SD yang secara umum berusia 6-12 tahun, secara perkembangan kognitif termasuk dalam tahapan perkembangan operasional konkrit. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah: 1)
pengurutan, kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran,
bentuk, atau ciri lainnya.2) klasifikasi, kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya,
ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian
tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
3) Decentering, anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu
permasalahan untuk bisa memecahkannya. 4) Reversibility, anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian
kembali ke keadaan awal. 5) Konservasi, memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. 6)
Penghilangan sifat Egosentrisme, kemampuan untuk melihat sesuatu dari
sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara
yang salah).
Uraian di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPA di SD
32
dalam belajar produk dan proses IPA harus dapat mengemas pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Ada beberapa
prinsip pembelajaran IPA untuk SD yang harus diperhatikan oleh guru. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
a. Pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita di mulai melalui pengalaman baik secara inderawi maupun non inderawi.
b. Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung,
karena itu perlu diungkap selama proses pembelajaran. Pengetahuan siswa yang diperoleh dari pengalaman itu perlu diungkap di setiap
awal pembelajaran.
c. Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang konsisten dengan pengetahuan para ilmuwan, pengetahuan yang Anda
miliki. Pengetahuan yang demikian Anda sebut miskonsepsi. Anda perlu merancang kegiatan yang dapat membetulkan miskonsepsi ini
selama pembelajaran.
d. Setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang, dan relasi dengan konsep yang lain. Tugas sebagai guru IPA adalah
mengajak siswa untuk mengelompokkan pengetahuan yang sedang dipelajari itu ke dalam fakta, data, konsep, simbol, dan hubungan
dengan konsep yang lain.
e. IPA terdiri atas produk dan proses. Guru perlu mengenalkan kedua
33
menekankan pada produk IPA saja. Perlu diingat bahwa perkembangan IPA sangat pesat.
Penerapan metode eksperiman pada mata pelajaran IPA adalah dengan cara melakukan beberapa percobaan yang dilakukan oleh guru dilanjutkan dengan
34
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada semester I, hari Jumat 19 Juli 2013, selama kurang lebih 2 jam pelajaran (2x 35 menit ). Pelaksanaan tindakan siklus I ini dilakukan dalam 4 (empat) tahapan,
yaitu dengan alur perencanaan (planning), implementasi tindakan (acting),
observasi dan interprestasi (observing), dan refleksi (reflekting), secara garis
besar pelaksanaan dapat didiskripsikan sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan/ planning, antara lain:
1) Guru menentukan sub pokok bahasan yang akan diajarkan.
2) Merancang rencana pembelajaran sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar.
3) Merancang kegiatan pembelajaran dengan alat dan bahan yang diperlukan.
4) Merancang soal-soal sebagai sarana untuk mengetahui kemampuan siswa.
5) Merancang atau menyiapkan lembar observasi/pengamatan untuk
guru guna mengertahui perubahan dan pengembangan.
6) Menggunakan media pembelajaran yaitu betadine, buah-buahan dan
35
b. Tahap implementasi tindakan/acting.
Pada tahap ini guru selaku peneliti melaksanakan kegiatan
pembelajaran di kelas sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah didesain, antara lain:
1) Kegiatan awal (5 menit), antara lain: Appersepsi
a. Guru mengucap salam.
b. Guru melakukan presensi siswa.
c. Guru mengajak siswa membaca basmalah bersama sebelum
pelajaran dimulai.
d. Guru menuliskan materi yang akan dicapai.
e. Guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik yang berkaitan
dengan materi yang dilibatkan dalam kehidupan sehari-hari. 2) Kegiatan inti (60 menit), antara lain:
Eksplorasi
a. Guru mengajak siswa menyanyikan lagu menanam jagung untuk
memotivasi siswa kearah materi pelajaran.
b. Guru menanyakan apa judul lagu yang baru dinyanyikan tadi c. Guru menanyakan selain jagung, tanaman apa saja yang ditanam
36
d. Kemudian guru memperlihatkan gambar berbagai jenis makanan dan menanyakan kandungan zat gizi apa saja yang terkandung
dalam makanan Elaborasi
a. Guru menulis topik dipapan tulis
b. Masing-masing kelompok melaksanakan percobaanya c. Siswa menetesi betadin diatas jagung
d. Siswa mencatat apa yang terjadi pada jagung tersebut e. Salah satu siswa mencatat perubahan tersebut
f. Siswa menyampaikan hasil percobaanya Konfirmasi
a. Guru memberikan evaluasi kepada siswa.
b. Guru bersama-sama dengan siswa membuat rangkuman atau simpulan pembelajaran.
c. Siswa disuruh mencatat tentang materi yang telah disimpulkan 3) Kegiatan akhir (5 menit), antara lain:
a. Guru mengajak siswa membaca hamdalah bersama-sama. b. Guru mengucapkan salam.
c. Tahap observasi/ observing.
37
1. Digunakan lembar observasi oleh guru untuk mengamati partisipasi peserta didik pada saat kegiatan pembelajaran.
2. Digunakan lembar observasi oleh guru kolaborator untuk mengamati aktivitas peneliti dalam mengelola pembelajaran selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
d. Tahap refleksi/ reflecting.
Setelah melakukan pembelajaran pada siklus I dan menganalisis
hasil pengamatan, peneliti mengadakan refleksi. Ternyata dari 38 siswa banyak siswa yang kurang memperhatikan materi yang telah sampaikan.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: 1. Siswa belum tau definisi karbohidrat
2. Siswa kurang memperhatikan perubahan warna makanan setelah
ditetesi betadin.
3. Siswa banyak bercanda dengan teman-temannya.
Pada siklus I masih menganggap proses pembelajaran sama yang dilakukan oleh guru kelas V (lima) yang hanya menggunakan metode lama
yaitu dengan menggunakan metode ceramah. Disini guru harus bisa menggunakan teknik pembelajaran yang baru agar siswa memperhatikan dan fokus dalam pembelajaran serta hasil belajar meningkat.
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan pada semester I,
38
Pelaksanaan tindakan siklus II ini dilakukan dalam 4 (empat) tahapan, yaitu dengan alur perencanaan (planning), implementasi tindakan (acting),
observasi dan interprestasi (observing), dan refleksi (reflekting), secara garis besar pelaksanaan dapat didiskripsikan sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan/ planning
Rencana perbaikan pembelajaran untuk siklus II ini, peneliti berupaya meningkatkan hasil dalam pembelajaran. Materi yang dibahas
dalam siklus ini masih sama, Adapun perencanaan dalam siklus II ini, sebagai berikut:
1) Identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan refleksi pada siklus I.
2) Menentukan sub pokok bahasan.
3) Merancang rencana pembelajaran sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar.
4) Mempersiapkan teknik eksperimen dengan baik.
5) Merancang soal-soal untuk dikerjakan siswa dan merancang tes
formatif untuk mengetahui kemampuan siswa.
6) Merancang lembar observasi untuk mengetahui atau mendapatkan data perubahan dan perkembangan siswa.
39
b. Tahap implementasi tindakan/acting.
Pada tahap ini guru selaku peneliti melaksanakan kegiatan
pembelajaran di kelas sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah didesain, antara lain:
1) Kegiatan awal (5 menit), antara lain: Appersepsi
a. Guru mengucap salam.
b. Guru melakukan presensi siswa.
c. Guru mengajak siswa membaca basmalah bersama sebelum
pelajaran dimulai.
d. Guru menata duduk siswa dengan baik. e. Guru menanyakan keadaan siswa.
f. Guru mereview pelajaran yang disampaikan sebelumnya. 2) Kegiatan inti (60 menit), antara lain:
Eksplorasi
a. Guru memberi pertanyaan siswa tentang materi yang diajarkan
b. Guru memberi kesempatan siswa untuk menjelaskan kandungan karbohidrat yang siswa ketahui.
c. Guru mengajak siswa menyebutkan makanan yang mengandung
40 Elaborasi
a. Guru menyediakan bahan praktek yang berbeda untuk diuji
b. Siswa disuruh menguji makanan berkarbohidrat yang disediakan guru dengan bahan yang berbeda
c. Guru membimbing siswa dalam percobaan Konfirmasi
a. Guru memberikan evaluasi kepada siswa.
b. Guru bersama-sama dengan siswa membuat rangkuman atau simpulan pembelajaran.
3) Kegiatan akhir (5 menit), antara lain:
a. Guru mengajak siswa membaca hamdalah bersama-sama. b. Guru mengucapkan salam.
c. Tahap observasi dan interprestasi / Observing.
Pada tahap ini dilaksanakan observasi/ pengamatan terhadap
pelaksanaan pembelajaran berlangsung, antara lain:
1. Digunakan lembar observasi oleh guru untuk mengamati partisipasi
peserta didik pada saat kegiatan pembelajaran.
2. Digunakan lembar observasi oleh guru kolaborator untuk mengamati aktivitas peneliti dalam mengelola pembelajaran selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
3. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan
41
4. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan-kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta
memberikan saran perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
5. Guru memberi pengarahan terhadap siswa yang kurang maksimal
dalam mengerjakan tugasnya.
d. Tahap refleksi/ reflecting.
Pada siklus II ini jumlah siswa yang kurang memperhatikan sudah
berkurang jika dibanding dengan siklus I. Hal ini karena guru sudah menggunakan teknik eksperimen dengan baik, sehingga siswa banyak
yang memperhatikan dengan seksama. Dari hasil tes juga menunjukkan peningkatan.
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III
Pelaksanaan tindakan pada siklus III dilaksanakan pada semester I, hari Jumat 26 Juli 2013, selama kurang lebih 2 jam pelajaran (2x 35 menit).
Pelaksanaan tindakan siklus III ini dilakukan dalam 4 (empat) tahapan, yaitu dengan alur perencanaan (planning), implementasi tindakan (action),
observasi dan interprestasi (observing), dan refleksi (reflekting), secara garis besar pelaksanaan dapat didiskripsikan sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan/ planning
42
dalam siklus ini masih sama. Adapun perencanaan dalam siklus III ini, sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi dan perumusan masalah berdasarkan refleksi pada siklus II.
2) Menentukan sub pokok bahasan.
3) Pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus III. RPP ini disusun dengan mempertimbangkan hasil pembelajaran
atau kelemahan pada siklus II. RPP ini dilakukan sebelum tindakan dilakukan.
4) Mendiskusikan penerapan teknik eksperimen dengan guru, peneliti mendiskusikan tata cara pelaksanaan teknik eksperimen pada siklus III dengan guru kolabolator, guna mempersiapkan
perlengkapan eksperimen agar lebih baik dari siklus I dan siklus II 5) Merancang soal-soal untuk dikerjakan siswa sebagai tes formatif
untuk mengetahui kemampua siswa.
6) Merancang lembar observasi untuk mengetahui atau mendapatkan
data perubahan dan perkaembangan siswa.
7) Merancang lembar observasi untuk guru guna mengetahui perubahan dan perkembangan.
43
b. Tahap implementasi tindakan/acting.
Pada tahap ini guru selaku peneliti melaksanakan kegiatan
pembelajaran di kelas sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah didesain, antara lain:
1) Kegiatan awal (5 menit), antara lain: Appersepsi
a. Guru mengucap salam.
b. Guru melakukan presensi siswa.
c. Guru mengajak siswa membaca basmalah bersama sebelum
pelajaran dimulai.
d. Guru menata duduk siswa dengan baik. e. Guru menanyakan keadaan siswa.
f. Guru mereview pelajaran yang disampaikan sebelumnya. 2) Kegiatan inti (60 menit), antara lain:
Eksplorasi
a. Guru memberi pertanyaan siswa tentang materi ajar
b. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang materi ajar yang belum jelas
Elaborasi
a. Guru menyediakan bahan praktek yang berbeda untuk diuji b. Siswa disuruh menguji makanan berkarbohidrat yang
44
c. Guru membimbing siswa dalam percobaan Konfirmasi
a. Guru memberikan evaluasi kepada siswa. b. Siswa mengerjakan tes formatif.
3) Kegiatan akhir (5 menit), antara lain:
a. Guru mengajak siswa membaca hamdalah bersama-sama. b. Guru mengucapkan salam.
c. Tahap observasi dan interprestasi / observing.
Pada tahap ini dilaksanakan observasi/ pengamatan terhadap
pelaksanaan pembelajaran berlangsung, antara lain:
1. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan siswa dengan lembar pengamatan siswa.
2. Melakukan pengamatan terhadap peneiti yang dilakuakan oleh guru kolaborator.
3. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan teknik eksperimen yang sedang berlangsung.
4. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan-kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
45
d. Tahap refleksi/ reflecting.
Setelah melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus III. Pada siklus
III ini jumlah siswa yang memperhatikan semakin banyak dibanding siklus II, hal ini karena perlengkapan dan cara pembelajaran Eksperimen
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Paparan Siklus
Dalam penelitian ini setiap pembelajaran di gunakan lembar observasi untuk mengukur sejauh mana hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan menerapkan teknik eksperimen. Secara rinci,
hasil penelitian akan diuraikan sebagai berikut:
1. Siklus I
Adapun dari hasil tes formatif pada siklus I ini, didapatkan hasil sebagaimana terdapat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Hasil tes formatif pada siklus I
48
37 Siswa AK 70 80 Tuntas 38 Siswa AL 70 40 Tidak Tuntas
Rata-rata 184,2 182,11
Keterangan :
Siswa yang tuntas : 11 Siswa (28,9 %) Siswa yang tidak tuntas : 27 Siswa (71,5 %)
Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi pada siklus I ini, dari 38
siswa ternyata banyak siswa yang kurang memperhatikan, hal ini disebabkan selain teknik pembelajaran yang baru dikenal ternyata banyak siswa yang
tidak bersungguh-sungguh belajar dengan teknik eksperimen, banyak yang bermain sendiri. Dari data dan uraian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada siklius I dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Banyak murid yang tidak tahu arti karbohidrat
b. Banyak murid yang tidak memperhatikan perubahan warna dari
percobaanya.
c. Sering banyak murid yang bercanda dengan teman-temannya.
Secara garis besar siklus I berjalan baik dan kondusif, walaupun hasil belajar siswa belum mencapai rata - rata 70. Hal ini harus dijadikan suatu yang harus dibenahi dalam pelaksanaan siklus II.
49
Adapun dari hasil tes formatif pada siklus II ini, didapatkan hasil sebagaimana terdapat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.2
Hasil tes formatif pada siklus II
50
51
terbukti dari 38 siswa 28 siswa (73,7%) tuntas dan 10 siswa (26,3%) tidak tuntas. berarti ada peningkatan kemampuan siswa dalam hasil belajar siswa.
Setelah adanya pengamatan dalam pembelajaran pada Siklus II didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Siswa tidak lagi merasa bingung dengan pembelajaran menggunakan teknik eksperimen, hal ini dikarenakan guru melakukan sosialisasi terlebih dahulu terhadap siswa.
b. Siswa sudah fokus terhadap apa yang diperintahkan oleh guru.
c. Sudah 50% lebih siswa sudah benar dalam menjawab soal-soal tes
formatif.
d. Dari guru, tidak ada lagi kendala dalam mempersiapkan pembelajaran tersebut karena belajar dari pengalaman pelaksanaan siklus I.
Secara garis besar pelaksanaan siklus II sudah berjalan baik. Dari hasil belajar siswa terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal, terbukti dari 38 siswa 28 siswa (73,7%) tuntas dan 10 siswa (26,3%) tidak tuntas. Berati ada peningkatan kemampuan siswa dalam
hasil belajar siswa. Meskipun sudah 50 % lebih siswa yang tuntas dalam mengikuti tes formatif pada Siklus II akan tetapi nilai yang diperoleh belum cukup memuaskan sehingga perlu diadakan Siklus III.
3. Siklus III
Adapun dari hasil tes formatif pada siklus III ini, didapatkan hasil
52
Tabel 3.3
Hasil tes formatif pada siklus III
53
25 Siswa Y 70 90 Lulus 26 Siswa Z 70 100 Lulus 27 Siswa AA 70 80 Lulus 28 Siswa AB 70 80 Lulus 29 Siswa AC 70 80 Lulus 30 Siswa AD 70 80 Lulus 31 Siswa AE 70 60 Tidak Lulus 32 Siswa AF 70 100 Lulus 33 Siswa AG 70 100 Lulus 34 Siswa AH 70 100 Lulus 35 Siswa AI 70 60 Tidak Lulus 36 Siswa AJ 70 80 Lulus 37 Siswa AK 70 80 Lulus 38 Siswa AL 70 100 Tuntas
Rata-rata 184,2 80,79
Keterangan:
Siswa yang tuntas : 31 Siswa (81,6%) Siswa yang tidak tuntas : 7 Siswa (18,4 %)
Pada siklus III hampir semua siswa fokus dan memperhatikan materi pembelajaran yang disampaikan guru, hal ini dikarenakan guru
mempersiapkan pembelajaran menggunakan teknik eksperimen secara maksimal. Selain itu pembelajaran menggunakan teknik eksperimen yang
54
belajar siswa terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal, terbukti dari 38 siswa 31 siswa (81,6%) tuntas dan 7 siswa (18,4%) tidak
tuntas. Berarti ada peningkatan yang signifikan kemampuan siswa terhadap hasil belajar dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan
menggunakan teknik eksperimen.
Setelah adanya pengamatan dalam pembelajaran pada Siklus III didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Siswa sudah terbiasa dengan belajar teknik eksperimen.
b. Sebagian besar siswa sudah fokus mengikuti instruksi yang
disampaikan guru.
c. Sebagian besar siswa sudah benar dalam menjawab soal-soal tes formatif.
d. Guru tidak lagi menjelasakan mengenai pembelajaran dengan teknik
eksperimen kepada siswa sehingga hanya fokus terhadap materi yang
akan diberikan kepada siswa.
Secara garis besar pelaksanaan siklus III sudah berjalan baik. Dari
hasil belajar siswa terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal, terbukti dari 38 siswa 31 siswa (81,6%) tuntas dan 7 siswa (18,4%) tidak tuntas. berati ada peningkatan yang signifikan