• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA TKW Studi Kasus di Keluarga TKW Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2014 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "POLA PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA TKW Studi Kasus di Keluarga TKW Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2014 SKRIPSI"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PENDIDIKAN AKHLAK ANAK

DALAM KELUARGA TKW

Studi Kasus di Keluarga TKW Dusun Tugu, Desa Banding,

Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

MUSLIKHATUN UMAMI

NIM 11110034

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )

SALATIGA

(2)
(3)

Muna Erawati, M. Si Dosen IAIN Salatiga

Gedangan, RT 02/RW 01, No 10, Tuntang, Kab. Semarang HP

081931662001

NOTA PEMBIMBING

Lamp. : 5 eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Yth. Rektor IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamualaikum wr. Wb

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:

Nama : Muslikhatun Umami

NIM : 11110034

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : POLA PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM

KELUARGA TKW (Studi Kasus di Keluarga TKW

Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin,

Kabupaten Semarang Tahun 2015).

Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Wassalamualaikum wr. Wb

Salatiga, 27 Januari 2015

Pembimbing

Muna Erawati, M. Si

(4)

SKRIPSI

POLA PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA TKW

STUDI KASUS DI KELUARGA TKW DUSUN TUGU, DESA BANDING, KECAMATAN BRINGIN, KABUPATEN SEMARANG

2015 DISUSUN OLEH MUSLIKHATUN UMAMI

11110034

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam,Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 30 Maret 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji

Ketua penguji : Drs. A. Bahrudin, M. Ag

Sekretaris penguji : Muna Erawati, M. Si

Penguji I : Dr. M. Zulfa, M. Ag.

Penguji II : M. Gufron, M. Ag

Salatiga, 30 maret 2015

Dekan

FTIK IAIN Salatiga

Suwardi, M. Pd.

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muslikhatun Umami

NIM : 11110034

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan

hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip

atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 30 Januari 2015

Yang menyatakan,

(6)

MOTTO

Artinya: “Hak anak atas orang tuanya, hendaklah orang tuanya memberi nama

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Semua anggota keluargaku, suami dan anakku, orang tuaku, adik-adikku

yang semuanya telah memotivasiku dan memberikan dukungan serta

bantuan.

2. Keluarga besarku yang dengan ikhlas mendo’akanku dan mendukungku.

3. Ibu Muna Erawati M. Si yang dengan sabar membimbingku dalam

penulisan skripsi.

4. KH Habib Ikhsanudin dan Ibu Nyai, serta KH Zoemri RWS dan Ibu Nyai,

serta keluarga ndalem yang lain yang telah mendidikku dan mengajariku

banyak hal ketika di pesantren.

5. Semua dosen dan guru-guruku yang dengan ikhlas dan sabar mendidikku.

6. Semua ustadz-dan ustadzahku yang telah mendidikku dengan sabar.

7. Semua sahabatku di IAIN Salatiga, sahabatku di YPP Al Huda Boyolali,

sahabatku di PPTI Al Falah Grogol Salatiga, dan sahabatku yang lainnya

trimakasih atas semuanya.

8. Semua pihak yang telah berperan dalam penulisan skripsi ini, trimakasih

(8)

ABSTRAK

Umami, Muslikhatun. 2015. Pola Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga TKW(Studi Kasus di Keluarga TKW Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muna Erawati, M. Si.

Kata Kunci: pendidikan akhlak dan keluarga TKW

Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan akhlak di keluarga TKW Dusun Tugu. Pertanyaan umum yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana pola pendidikan akhlak dalam keluarga TKW? (a) Siapa saja pihak yang terlibat dalam pendidikan akhlak anak di keluarga TKW? (b) Bagaimana strategi pendidikan akhlak di keluarga TKW? ((c) Nilai akhlak apa saja yang ditanamkan dalam pendidikan akhlak di keluarga TKW? (2) Apa saja kendala-kendala yang dihadapi keluarga dalam pendidikan akhlak anak di keluarga TKW Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2015? (3) Apa faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan akhlak anak di keluarga TKW?.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan dengan jenis penelitian fenomenologis. Jadi kehadiran peneliti dilapangan sangat penting mengingat peneliti bertindak langsung dalam proses pencarian data dilapangan. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari informan pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain data tersebut berupa keterangan dari para informan. Selain data yang berupa keterangan yaitu data dari hasil observasi. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan, dan tahap akhir dari analisa data adalah mengadakan keabsahan temuan.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pihak yang terlibat dalam pendidikan akhlak anak adalah orang tua, keluarga, guru atau ustadz, dan masyarakat. Strategi pendidikan akhlak anak dengan pemberian nasihat, peneladanan, dan pemberian hadiah. Nilai akhlak yang ditanamkan ada jujur, rajin, sabar, disiplin, ketuhanan. Kendala yang dihadapi keluarga dalam pendidikan akhlak kurangnya pengetahuan pengasuh, kurangnya ketrampilan pengasuh, dan kurangnya kepedulia pengasuh. Faktor yang memengaruhi pembentukan akhlak anak adalah perhatian pengasuh, faktor bawaan anak, dan lingkungan.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWt yang telah

memberikan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “pola pendidikan akhlak dalam

keluarga TKW (studi kasus di keluarga TKW dusun tugu, desa banding,

kecamatan bringin, kabupaten semarang tahun 2015)”.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan

kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta

para pengikutnya yang setia. Beliau adalah utusan Allah untuk

membebaskan manusia dari kejahiliahan dengan membawa agama islam.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPd.I) di Sekolah Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul .“pola

pendidikan akhlak anak dalam keluarga TKW (studi kasus di keluarga

TKW dusun tugu, desa banding, kecamatan bringin, kabupaten semarang

tahun 2015)”.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai

pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Suwardi, M. Pd selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga

(10)

4. Muna Erawati, M. Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai

ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

6. Karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta

bantuan.

7. Semua anggota keluargaku suamiku, ibu serta ayahku, dan anggota

keluarga yang lain yang telah menemani, membantu, dan memberikan

motivasi kepada penulis.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini,

sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Semoga amal kebaikan

mereka diterima oleh Allah SWt.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini

dapat berguna bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya.

Salatiga, 30 januari 2015 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN LOGO... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

(12)

E. Penegasan Istilah ... 8

F. Metode Penelitian ... 10

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11

2. Kehadiran Peneliti ... 11

3. Lokasi Penelitian ... 12

4. Sumber Data ... 12

5. Prosedur Pengumpulan Data ... 13

6. Analisis Data ... 14

7. Pengecekan Keabsahan Data ... 15

G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 15

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pola Pendidikan Akhlak 1. Pengertian Pendidikan Akhlak... 16

2. Model Pola Asuh Dalam Keluarga... 17

3. Isi Materi Pendidikan Akhlak... 21

B. Keluarga TKW 1. Pengertian Keluarga TKW... 33

2. Faktor Penyebab Menjadi TKW... 34

3. Kendala Dan Pemecahan Yang Dihadapi Dalam Keluarga TKW a. Keadaan pengasuh... 38

b. Pengasuhan anak selama ditinggal ibu menjadi TKW... 39

(13)

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

1. Letak Geografis... 44

2. Keadaan Penduduk... 44

3. Diskripsi Pola Pendidikan Akhlak a. Hasil wawancara MZ 1... 48

b. Hasil wawancara KS 1... 51

c. Hasil wawancara NH 1... 54

d. Hasil wawancara BS 1... 57

e. Hasil wawancara ZR 1... 59

BAB IV PEMBAHASAN A. Pola Pendidikan Akhlak dalam Keluarga TKW 1. Pihak yang Terlibat dalam Pendidikan Akhlak... 62

2. Strategi Pendidikan Akhlak di Keluarga TKW... 65

3. Nilai Akhlak yang Ditanamkan dalam Pendidikan Akhlak di Keluarga TKW... 68

B. Kendala yang Dihadapi Keluarga dalam Pendidikan Akhlak Anak di Keluarga TKW 1. Kurangnya Pengetahuan Pengasuh Dalam Mendidik Anak... 71

2. Kurangnya Ketrampilan Pengasuh Dalam Mendidik Anak... 72

(14)

C. Faktor Yang Memengaruhi Pembentukan Akhlak Anak Dalam

Keluarga TKW

1. Perhatian Pengasuh... 71

2. Kepribadian Bawaan Anak... 72

3. Lingkungan Sekitar... 73

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 78

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Usia ... 45

Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ... 53

Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan... 47

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan akhlak merupakan pendidikan tingkah laku yang bertujuan

untuk membentuk akhlak mahmudah. Jadi pendidikan akhlak adalah usaha

untuk membentuk akhlak dari yang belum baik menjadi baik atau dari yang

kurang baik menjadi lebih baik. Pendidikan akhlak adalah kebutuhan bagi

setiap manusia yang harus diberikan agar dia menjadi insan yang baik.

Karena manusia yang baik akan menguntungkan orang lain dan dirinya

sendiri, tetapi sebaliknya jika orang yang tidak baik akan merugikan orang

laindan dirinya sendiri pula.

Nata berpendapat jika kata al-tahzib berarti pendidikan akhlak atau

menyucikan diri dari perbuatan akhlak buruk. Dari arti kata

tersebutPendidikan akhlak adalahmemperbaiki mental seseorang yang tidak

sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi sejalan dengan ajaran

norma, memperbaiki perilakunya agar menjadi baik dan terhormat serta

memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar menjadi berakhlak mulia (Nata,

2010:16). Akhlak adalah kebiasaan, kehendak. Berarti bahwa kehendak itu

bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak

(Achmad,1998:62). Contoh bila kehendak itu membiasakan memberi,

kebiasaan kehendak itu ialah akhlak dermawan.

Istilah akhlak tidaklah jauh dari etika dan moral, karena ketiganya

mencakup pengertian tingkahlaku, tabiat, perangai, karakter manusia yang

(17)

sesama makhluk. Menurut Imam Ghazali akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan

mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran( Nata, 2002:4).

Sedangkan etika adalah teori tentang perbuatan manusia ditimbang menurut

baik-buruknya, ukuran baik-buruknya adalah tanggapan pembawaan manusia

(Achmad, tt:13-15). Moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul

salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai

manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. Norma norma

moral adalah tolok ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan

seseorang. ( Magnis, 2005:19).

Jadi ketiganya memiliki sumber yang berbeda. Akhlak adalah yang

menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela. Sumber akhlak adalah

Al-Quran dan sunah,bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat

sebagaimana konsep etika dan moral. Etika untuk menentukan nilai perbuatan

manusia baik atau buruk tolak ukur yang digunakan atau sumbernya adalah

akal pikiran atau rasio(filsafat), sedangkan dalam pembicaraan moral tolak ukur yanng digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang

dan berlangsung dimasyarakat.

Anak sangat ditentukan perkembangannya oleh keluarga. Ayah dan Ibu

serta anggota lain di rumah harus bekerjasama dalam mendidik Anak. Mansur

mengemukakan “Dalam masalah pendidikan yang pertama dan utama,

keluargalah yang memegang peranan utama dan memegang tanggung jawab

(18)

keluarga terutama Ayah dan Ibu sangat mempengaruhiperkembangan Anak.

Sehingga orang tua perlu mempertimbangkan hal-hal yang akan dilakukan

jika harus berpisah dengan Anak.

Dalam sebuah hadistelah dijelaskan beberapa kewajiban orang tua

terhadap anak:

ىىا ُّقَح

َا

ِ ىىا ًيع دَى

نا دى

ةح ابساو ةب اتنىا ًميعي نا و ًب دا و ًمسا هسحي

مم احىا ياوز( كزدا اذا ًجوصي ناو ابيطلاا ًقشسي لا ناو ةي امسىاو

)

Artinya:“ :Hak anak atas orang tuanya membaguskan namanya dan

akhlak/sopan santun, mengajarkan tulis menulis, berenang, dan memanah, memberi makan dengan makanan yang baik, menikahkannya bila telah cukup

umur.”(Syu’bu Al Iman Li Al Baihaqi, hadis ke 8137:2856)

Hal itu sangatlah jelas jika mendidik akhlak anak hukumnya wajib,

karena disitu disebutkan jika orang tua wajib mendidik sopan santun yang

juga merupakan akhlak.

Akhlak adalah kebiasaan, kehendak. Berarti bahwa kehendak itu bila

membiasakan sesuatu maka kebiasaannya iti disebut akhlak.(Achmad,

1998:62). Contoh bila kehendak itu membiasakan memberi, kebiasaan

kehendak itu ialah akhlak dermawan. Djatnika berpendapat jika “Akhlak yang mulia menurut ajaran islam adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban

menjauhi segala larangan-larangan memberikan hak pada yang

mempunyainya, baik yang berhubungan dengan Allah maupun yang

berhubungan dengan makhluk, dirinya sendiri, orang lain dan

lingkungannya,dengan sebaik-baiknya seakan melihat Allah dan apabila tidak

(19)

perbuatan itu benar-benar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dan

kesemuanya itu dilandasi dengan iman dan taqarrub kepada Allah” (Djatnika,

1996:24).

Orang yang ada di sisi anak tidak hanya bertugas untuk mendidik saja,

tetapi mengasuhnya. “Asuh mempunyai arti mendidik, mengajar, dan merawat anak dari awal kehadirannya sampai batas waktu tertentu, sesuai

posisi anak sebagai mahluk biopsikososiospiritual, tanpa mengharap

imbalan”(Lestari & Ngatini,2010:2). Jadi hal-hal lain salain mandidik juga harus dilakukan dengan baik, karena akan mempengaruhi yang lainnya.

TKW (Tenaga KerjaWanita) adalah pekerjaan yang dilakukan oleh

perempuan atau ibu rumah tangga dengan menjadi buruh di negara lain.

Kebanyakan mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga, meskipun ada

beberapa yang bekerja menjadi karyawan pabrik, penjaga toko atau yang

lainnya. Dalam RUU Tenaga Kerja Luar Negri (versi badan legislatif)

mendefinisikan TKI atau pekerja Indonesia di luar negri adalah setiap orang

Indonesia dewasa yang sedang dan pasca bekerja di luar negri di dalam suatu

hubungan kerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain (Bab

1 pasal 1 angka 1) (Tim PSGK, 2007:11).

TKW menjadi pilihan ibu-ibu yang ingin mendapat penghasilan banyak

dengan mudah dan tanpa membutuhkan ketrampilan khusus. Hampir semua

orang bisa asalkan dia benar-benar bertekad melakukannya. Untuk menjadi

TKW tidak harus bermodal banyak guna mendapatkan pendidikan bahasa

(20)

biaya pendidikan dengan sistem potong gaji setelah dia bekerja. Hal inilah

yang menyebabkan pekerjaan ini menjadi pilihan mereka. Tim PSGK STAIN

berpendapat jika faktor yang mendorong perempuan menjadi TKW ada tiga:

Faktor tekanan ekonomi, faktor tekanan psikologis, faktor kemudahan

menjadi TKW (Tim PSGK, 2007:31-38).

Sebenarnya gaji mereka tidak terlalu besar, tetapi dibanding dengan

keuangan orang yang memiliki ekonomi rendah sudah cukup lumayan.

Pendapatan mereka digunakan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga

keluarga dirumah dan sisannya untuk simpanan. Kebanyakan dari mereka

tidak menggunakan gajinya untuk modal usaha sehingga dia bisa merubah

kondisi ekonominya, tetapi mereka mempergunakan sisa uangnya untuk

memperbaiki rumah dan membeli sebidang tanah. Ada juga TKW yang

uangnya habis karena digunakan untuk berfoya-foya suaminya.

Di Dusun Tugu banyak ibu rumah tangga yang memilih jalan hidupnya

untuk menjadi TKW. Mereka ada yang bekerja di Saudi Arabia, Abudabi,

Taiwan, dll. Biasanya mereka pergi selama dua tahun, tetapi ada juga yang

sampai tiga atau empat tahun. Pekerjaan mereka juga beragam, ada yang

mengasuh anak, merawat lansia, pembantu rumah tangga, dll. Banyak

diantara mereka yang kembali kesana setelah pulang ke kampung karena

merasa lebih nyaman berada di sana.

Alasan mereka memilih pekerjaan itu karena hasilnya yang lumayan,

tidak membutuhkan biaya tinggi, dan tidak membutuhkan pendidikan yang

(21)

rumah tangga sehingga mereka kemungkinan besar bisa mengerjakannnya,

hanya saja bahasa komunikasinya yang berbeda dan perlu belajar. Alasan

lainnya, sebagian ada yang tidak mempunyai sumber pendapatan, karena

mempunyai pendapatan yang tidak mencukupi, serta tidak dimilikinya jalan

atau modal untuk mendapatkan penghasilan. Mereka melakukan itu karena

keadaan yang mendesak, demi keluarganya agar bisa bertahan hidup. Ada

juga yang benar-benar bertekad karena merasa tidak cukup dengan

pendapatan yang di berikan oleh suaminya atau ingin memiliki rumah bagus

dan tanah yang luas seperti tetangga yang kaya.

Di Dusun Tugu sebagian besar orang bermata pencaharian sebagai

petani dan pengrajin besek ikan dan nasi, akan tetapi sawah di daerah Tugu

tidak ada sistem irigasinya sehingga sawah hanya bisa digarap ketika musim

penghujan. Selain itu biasanya masyarakat hanya memiliki sebidang tanah

yang hasilnya tidak cukup untuk makan sampai masa panen selanjutnya tiba.

Nilai jual besekjuga sangat rendah, bahkan besek nasi sudah digeser oleh

bakul plastik sehingga kurang laku dan masyarakat beralih ke besek ikan.

Dalam sehari rata-rata mereka mendapat satu ikat yang harganya 7500 dan

bahan baku bambu juga harus membeli. Sebagian dari kepala keluarga

mereka ada yang merantau ke luar kota untuk bekerja sebagai tukang

bangunan atau tukang cat di sela-sela musim menggarap sawah. Akan tetapi

mereka yang mempunyai ketrampilan tidak harus pergi ke luar kota untuk

bertahan hidup, mereka ada yang berprofesi sebagai tukang atau pengrajin

(22)

Mereka yang pergi kurang memikirkan dampak negatif dari

kepergiannya pada keluarga, terutama bagi anaknya. Anak sangat

membutuhkan peran ibu untuk memberikan kasih sayang, pendidikan dan

perhatian. Mereka hidup tanpa kasih sayang seorang ibu dan hanya

mendapatkan perhatian dari ayah dan orang lain di sekitarnya. Sebagian ayah

ada yang kurang memperhatikan anaknya karena kurangnya ketlatenan dari

pribadi seorang ayah dan sebagian ada yang karena ayahnya menyeleweng

setelah ditingggal ibu. Laki-laki yang ditinggal istrinya ada yang

justrubermain judi, bermain perampuan, dan mencuri. Sehingga dengan

keadaan seperti itu anak tidak lagi terurus dan hanya mendapatkan

pemenuhan kebutuhan materi saja. Anak-anak mereka tidak mau sekolah

tidak mau mengaji sehingga setelah dewasa hanya menjadi orang yang

kurang baik. Mereka yang diperhatikan ayahnya saja juga nakal karena

kurangnya kasih sayang dan ketlatenan dari seorang ayah.

Kasih sayang seorang ibu sangat dibutuhkan oleh anak. Bagi yang

memang pergi ke luar negeri ayah menjalankan perannya sebagai sosok Ayah

sekaligus Ibu, supaya mereka menjadi orang yang baik, terarah, dan tidak

kurang kasih sayang. Dalam mengasuh Anak perlu kesungguhan dan usaha

yang total agar Anak terbentuk sesuai keinginan orang tua, anak berakhlakul

karimah dan menjadi kebanggaan orang tua.

Dengan keadaan tersebut peneliti bermaksud untuk meneliti masalah itu

agar mengetahui tentang pola keluarga TKW dalam mendidik akhlak anaknya

(23)

KELUAGA TKW, Studi Kasus di Keluarga TKW Dusun Tugu, Desa

Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2015.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pola pendidikan akhlak anak dalam keluarga TKW di Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2015?

a. Siapa saja pihak yang terlibat dalam pendidikan akhlak anak di keluarga TKW?

b. Bagaimana strategi pendidikan akhlak anak di keluarga TKW?

c. Nilai akhlak apa saja yang ditanamkan dalam pendidikan akhlak anak

di keluarga TKW?

2. Apa saja kendalayang dihadapi keluarga dalam pendidikan akhlak anak di

keluarga TKW Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin,

Kabupaten Semarang 2015?

3. Apa faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan akhlak anak di

keluarga TKW?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pola pendidikan akhlak anak dalam keluarga TKW di

Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang

2015?

a. Untuk mengetahui pihak yang terlibat dalam pendidikan akhlak anak

di keluarga TKW.

(24)

c. Untuk mengetahui nilai akhlakanak yang ditanamkan dalam

pendidikan akhlak di keluarga TKW.

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi keluarga dalam pendidikan

akhlak anak di keluarga TKW Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan

Bringin, Kabupaten Semarang 2015?

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi akhlak anak di

keluarga TKW.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoretik

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan untuk

pengembangan kualitas pendidikan akhlak anak di keluarga TKW serta

meningkatkan kualitas akhlak anak-anak TKW terutama di Dusun Tugu.

2. Praktis

Penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis berupa

pengetahuan mengenai pola pendidikan akhlak anak bagi pengasuh, serta

pendidikan akhlak yang tepat bagi anak-anak TKW. Sehingga mereka

akan terdidik akhlaknya dan berakhlakul karimah.

E. Penegasan Istilah

Pola artinya bentuk (struktur) yang tetap (Qodratilah, 2011:419).“Istilah

pola dan model sama-sama merupakan kerangka atau bentuk awal yang

bersifat umum kemudian diberi sentuhan personal menuju bentuk yang

sempurna yang bersifat unik, pola lebih bersifat umum, dasar, dan kaku,

(25)

Akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari

karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi

istimewa (Mahmud, 2004:26-27).Sedangkan pendapat lain akhlak adalah

sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan

selalu ada padanya (Asmaran, 2002:1).Pendapat lain lagi akhlak adalah sifat

yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan

dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan

(Al Ghazali dalam Nata, 2002:4).Jadi akhlak adalah sifat yang tertanam

dalam jiwa yang selalu ada padanya yang menimbulkan bermacam-macam

perbuatan dengan mudah tanpa pemikiran. Pendidikan akhlak

adalahmemperbaiki mental seseorang yang tidak sejalan dengan ajaran atau

norma kehidupan menjadi sejalan dengan ajaran norma, memperbaiki

perilaku agar menjadi baik dan terhormat, serta memperbaiki akhlak dan budi

pekertinya agar menjadi berakhlak mulia (Nata, 2010:16).

Tujuan pendidikan akhlak adalah memperbaiki mental seseorang. Nata

menyebutkan Pendidikan akhlak adalah memperbaiki mental seseorang yang

tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi sejalan dengan

ajaran norma, memperbaiki perilakunya agar menjadi baik dan terhormat

serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar menjadi berakhlak mulia

(Nata, 2010:16). Jadi tujuan pendidikan akhlak anak adalah untuk perbaikan

mental anak.

Dalam RUU Tenaga Kerja Luar Negri (versi badan legislatif)

(26)

indonesia dewasa yang sedang dan pasca bekerja di luar negri di dalam suatu

hubungan kerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain (Bab

1 pasal 1 angka 1) (Tim PSGK, 2007:11).

Mughni mendefinisikan buruh migran indonesia adalah setiap orang

yang akan, sedang, dan pasca bekerja di luar negri di dalam suatu hubungan

kerja dengan menerima upah dan imbalan dalam bentuk lain. (Tim PSGK,

2007:11-12).

Jadi keluarga TKW adalah keluarga yang ibu di keluarga itu bekarja di

luar negri di dalam satu hubungan kerja dengan menerima upah atau imbalan

dalam bentuk lain.

Jadi pola pendidikan akhlak dalam keluarga TKW adalah bentuk usaha

orang tua dalam memperbaiki mental anak agar sesuai dengan norma

kehidupan dan ajaran agama, memperbaiki perilakunya supaya lebih baik

dan memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar berakhlak mulia. Anak

yang laki-laki agar menjadi anak yang soleh, dan yang perempua menjadi

anak yang solikhah. Sementara sosok ibu sebagai orang yang paling dekat

dengan anak pergi ke luar negri.

E.Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk

mendapatkan data dan informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti (Darmawan, 2014: 127).

Pengambilan metode ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola

(27)

oleh orang yang paling dekat dengan dirinya yaitu Ibu. Mereka diusahakan

agar memiliki akhlakul karimah walaupun tanpa didikan dari Ibu mereka.

Orang yang selalu disisinya mungkin adalah Bapak, Kakak, Kakek, dan

Nenek, bibi, atau paman.

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian

kualitatif mempunyai latar aktual sebagai sumber langsung data dan

peneliti merupakan instrumen kunci dalam penelitian tersebut. Penelitian

kualitatif kami maksudkan sebagai jenis penelitian yang

temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik ataubentuk hitungan

lainnya (Strauss & Corbin,2007:4). Penelitian kualitatif adalah deskriptif,

data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar

daripada angka. Dalam penelitian ini lebih berkonsentrasi pada proses

daripada hasil atau produk serta cenderung menganalisis data mereka

secara induktif (Emzir, 2011:2-3).

Jenis penelitiannya adalah fenomenologis. Penelitian ini melihat

secara dekat interpretasi individual tentang pengalaman-pengalamannya.

Penelitian fenomenologis berusaha memahami makna dari sebuah

pengalaman dari perspektif partisipan.

2. Kehadiran peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti secara langsung mendapatkan data dari

responden sehingga sangat leluasa untuk mendapatkan data secara

(28)

peneliti sangat mengetahui keadaan responden yang akan mempermudah

peneliti mendapatkan data dan perkembangan dari waktu-kewaktu. Data

yang lengkap mudah didapatkan oleh peneliti.

3. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian di Dusun Tugu, Desa Banding, Kec. Bringin,

Kab. Semarang. Di daerah pedesaan yang disitu terdapat banyak TKW.

Daerah tersebut merupakan daerah tempat tinggal peneliti sendiri.

4. Sumber data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan buku sebagai sumber

data yang bersifat teoretik. Peneliti menggunakan teknik observasi dan

wawancara guna mendapatkan data yang valid secara langsung dari

informan penelitian kemudian dianalisis. Dengan kata lain sumber data

yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

a) Sumber data primer

Yaitu sumber data yang berkaitan langsung dengan objek riset

(Arikunto, 1989: 1). Data primer dalam penelitian ini adalah data di

lapangan yang dapat menyempurnakan penelitian ini.Informan utama

dalam penelitian ini diantaranya anak dan pengasuh anak bisa bapak,

nenek, kakek, ataukakak. Dan informan pendukungnya adalah pihak

yang berperan dalam pendidikan anak, tetangga, dan teman sebaya

anak. Peneliti membatasi keluarga TKW yang memiliki anak usia

(29)

b)Sumber data sekunder

Yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber

data primer. Data skunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi

berupa foto monografi di lingkungan penelitian serta data-data lain di

tempat pebelitian.

5. Prosedur pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan peneliti menggunakan

beberapa metode, diantaranya: Observasi, wawancara, analisis data, dan

pengecekan keabsahan temuan. Semua itu dibutuhkan agar didapat data

yang lengkap dan valid.

a) Observasi

Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data pada

penelitian ini adalah observasi atau pengamatan yaitu perhatian yang

terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu ( Emzir,

2011:37-38).Peneliti menggunakan observasi partisipan yaitu observasi yang

dilakukan oleh peneliti yang berperan sebagai anggota yang berperan

serta dalam kehidupan masyarakat topik penelitian

(Emzir,2011:39).Penulis melakukan pengamatan secara langsung pada

keluarga TKW mengenai pendidikan akhlak yang diterapkannya pada

anak agar memiliki ahlakul karimah. Bagaimana caranya, siapa yang

(30)

b) Wawancara

Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu interviewer (yang

mengajukan pertanyaaan) dan interviewee (yang memberikan

jawaban) atas pertanyaan itu (Moleoeng, 2011:186). Wawancara akan

dilakukan terhadap Anak, Bapak, Kakak, Kakek, atau Nenek serta

anggota keluarga lain. Untuk menggali data mengenai pola pendidikan

akhlak di dalam keluarga TKW, akhlak anak yang ibunya menjadi

TKW, dan kendala yang dihadapi dalam mendidik akhlak anak yang

ibunya menjadi TKW.

c) Analisis data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,mencari dan

mengemukakan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang

lain (Moloeng, 2011:248).Dalam penelitian ini menggunakan analisis

induktif, yaitu mentransformasi fakta-fakta khusus sebagai bahan

untuk membangun kesimpulan. Metode ini digunakan untuk

menganalisis keadaan keluarga TKW, khususnya mengenai pola

(31)

d) Pengecekan keabsahan temuan

Agar diperoleh data yang akurat peneliti terjun langsung dengan

melakukan wawancara dan observasi.Untuk mendapatkan data yang

tepat peneliti akan melakukan triangulasi data dengan mewawancarai

secara langsung beberapa informan penelitian baik informan utama

maupun informan pendukung dengan beberapa teknis yang berbeda,

sehingga akan dihasilkan jawaban yang beragam dan kemudian data

tersebut akan penulis simpulkan.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya sebagai

berikut:

Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian,manfaat penelitian, metologi penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II kajian teori, berisi tentang diskripsi pendidikan akhlak anak, dan

bagaimana pola pendidikan akhlak anak dan bagaimana penerapan dalam

keluarga TKW.

Bab III membahas tentang gambaran umum, diskripsi pola pendidikan akhlak

anak dalam keluarga TKW.

Bab IV analisis tentang pola pendidikan akhlak anak dalam keluarga TKW di

Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2015.

Bab V penutup berisi kesimpulan dan saran sebagai masukan dalam dunia

(32)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Pola Pendidikan Akhlak

1. Pengertian pendidikan akhlak

Anak merupakan titipan dari Allah SWt yang harus kita jaga, dalam

artian kita harus mengasuhnya, mendidiknya serta menghidupinya dengan

cara sebaik mungkin semampu kita. Hal itu harus benar-benar kita berikan

secara ikhlas, karena hal itu hukumnya adalah wajib. Kewajiban tersebut

bisa kita titipkan pada orang lain yang lebih mampu untuk membantu kita

mendidik anak, misalnya ustad, guru, dan kiyai. Karena kemampuan orang

dalam mendidik anak berbeda-beda. Akan tetapi tugas mendididik tidak

bisa kita bebankan pada orang lain, tanggung jawab tetap berada ditangan

orang tua. “Pendidik di luar keluarga hanya sebagai bantuan dan

meringankan beban saja” (Ahid, 2010:vi).

Sangatlah tidak tepat jika seseorang menyerahkan sepenuhnya

pendidikan anak pada lembaga tertentu dan tidak ikut serta dalam

mendidik anak. Keberhasilan pendidikan tersebut kurang maksimal,

karena waktu anak lebih banyak di rumah dari pada di lembaga pendidikan

tersebut. Selain itu bentuk tanggung jawab dari orang tua kurang

terwujudkan. “Tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar bagi

perkembangan bagi anak berikutnya, agar anak dapat berkembang secara

baik” (Ahid, 2010:100). Untuk itu orang tua tidak boleh sembarangan

(33)

Pendidikan mempunyai arti yang sangat luas, dan setiap orang

mempunyai pengertian yang berbeda-beda tentang pendidikan. Nata

mengartikan pendidikan sebagai usaha memperbaiki mental seseorang yang

tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi sejalan dengan

ajaran norma, memperbaiki perilakunya agar menjadi baik dan terhormat

serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar menjadi berakhlak

mulia (Nata, 2010:16).

2. Model pola asuh dalam keluarga

Model adalah ragam atau cara yang terbaik (Sulistiyo &

Mulyono:306). “Istilah pola dan model sama-sama merupakan kerangka

atau bentuk awal yang bersifat umum kemudian diberi sentuhan personal

menuju bentuk yang sempurna yang bersifat unik, pola lebih bersifat

umum, dasar, dan kaku, sedangkan model lebih bersifat subjektif” (Lestari

& Ngatini, 2010:1).

“Asuh mempunyai arti mendidik, mengajar, dan merawat anak dari

awal kehadirannya sampai batas waktu tertentu, sesuai posisi anak sebagai

mahluk biopsikososiospiritual, tanpa mengharap imbalan” (Lestari &

Ngatini, 2010:2).

“Keluarga adalah umat kecil yang memiliki pemimpin dan anggota,

mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi

masing-masing anggotanya”(Ahid, 2010:75). Jadi yang termasuk dalam anggota keluarga adalah suami, istri, ayah, ibu, anak, serta orang yang

(34)

Selain keluarga ada pihak-pihak di luar rumah yang berperan dalam

pendidikan anak seperti guru, ustadz, serta tetangga sekitar yang peduli.

Meskipun perannya sangat sedikit juga sangat mempengaruhi akan tetapi

tidak boleh dianggungjawabkan sepenuhnya karena pendidikan adalah

tugas orang tua. “Pendidik di luar keluarga hanya sebagai bantuan dan

meringankan beban saja” (Ahid, 2010:vi).

Jadi model pola asuh dalam keluarga adalah kerangka dalam

mendidik, mengajar dan merawat pada jangka waktu tertentu dalam

keluarga.

Pola asuh menurut Hurlock, Schneider, dan Lore ada tiga: otoriter,

permisif, demokratis (Lestari & Ngatini, 2010:6-8).

a. Otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan cara

mengasuh anak-anaknya dengan aturan-aturan ketat, seringkali

memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua),

kebebasan bertindak atas nama diri sendiri dibatasi (Mansur,

2005:354). Pola asuh ini cukup ketat dengan apa yang mereka

harapkan dari anaknya dan hukuman perilaku anak yang kurang

baik juga berat. Peraturan diterapkan secara kaku dan seringkali

tidak dijelaskan secara memadai dan kurang memahami serta

mendengarkan kemauan anaknya. Penekanan pola asuh ini adalah

(35)

Disiplin pada rumah tangga ini cenderung kasar dan banyak

hukuman yang diberikan pada anak.

b. Permisif

Orang tua pada kelompok ini membiarkan anaknya untuk

menampilkan dirinya dan tidak membuat aturan yang jelas serta

kejelasan tentang perilaku yang mereka harapkan. Mereka

seringkali menenima atau tidak peduli dengan perilaku yang buruk.

Hubungan mereka dengan anaknya adalah hangat dan menerima.

Pola ini mengasuh anak dengan sangat bebas.

Hal ini ternyata dapat diterapkan pada orang dewasa yang

sudah matang pemikirannya (Mansur, 2005:357). Karena mereka

sudah bisa memilah tersendiri mana yang tepat dan mana yang

tidak, asalkan bekal pengetehuan yang dimilikinya sudah cukup.

c. Demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan

pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak-anaknya, dan

kemudian anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung

kepada orang tua (Mansur,2005:355). Orang tua yang memberikan

kebebasan yang memadai pada anaknya tetapi memiliki standar

perilaku yang jelas. Mereka memberikan alasan yang jelas dan mau

mendengarkan anaknya tetapi juga tidak segan untuk menetapkan

(36)

Menurut islam ada enam model pola asuh yang bisa dijadikan

referensi dalam mendidik anak, diantaranya: metode dialog Qur’ani dan nabawi, metode kisah Al Qur’an dan nabawi, metode keteladanan, metode

praktek dan perbuatan, metode ibrah dan mau’izah, metode targhib dan

tarhib (Lestari & Ngatini, 2010:9-10).

a. Metode dialog Qur’ani dan nabawi

Metode ini juga bisa disebut dengan metode hiwar

(percakapan). Metode hiwar atau dialog adalah percakapan silih

berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai

satu topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang

dikehendaki (Gunawan, 2014:260).

b. Metode kisah Al Qur’an dan nabawi

Mendidik anak menggunakan metode ini yakni dengan cara

menceritakan kisah-kisah teladan yang ada pada al- Qur’an, serta

kisah-kisah nabi dan umat islam terdahulu. Karena dengan

mendengar cerita seorang anak akan terpengaruh mengikutinya.

c. Metode keteladanan

Maksud metode ini yakni mendidik anak dengan cara

memberi teladan yang baik supaya anak memiliki perilaku yang

sama dengan yang dicontohkan. Karena teladan atau contoh akan

sangat mudah mempengaruhi anak, orang tua tidak perlu banyak

memberikan pengarahan asalkan dia melakukan hal-hal yang baik

(37)

d. Metode praktek dan perbuatan

Metode ini yakni mendidik anak dengan cara mengajari

anak secara langsung tanpa teori yang bertele-tele. Jadi anak

langsung diberikan pengertian pada hal yang dimaksud, anak dapat

langsung menangkap apa yang dia jelaskan.

e. Metode ibrah danmau’izah

Metode ini yakni mendidik anak dengan cara mengambil

pelajaran dan khikmah dari setiap peristiwa yang dialaminya,

sehingga dari situ anak bisa meresapi maknanya. Anak sangat

membutuhkan dampingan orang tua disetiap hal yang dialaminya,

karena anak belum bisa mengambil hikmah disetiap kejadian.

Karena semua taqdir allah itu baik dan apa yang terjadi adalah

pelajaran bagi yang mengalaminya.

f. Metode targhib dan tarhib

Metode ini yakni mendidik anak dengan cara

memberitahukan anak atas akibat dari perbuatan yang dilakukan

baik positif maupun negatif. Jadi disetiap yang dilakukan ada

akibatnya, sehingga anak selalu diarahkan untuk memilah-milah

apa yang akan dia lakukan. Apapun yang dia lakukan akan

mendapatkan akibat positif dan negatif.

3. Isi materi pendidikan akhlak

Agar anak memiliki akhlak yang baik perlu ditanamkan

(38)

a. Jujur

Jujur adalah menyampaikan sesuatu sesuai kenyataan yang

sesungguhnya, baik perkataan maupun perbuatan.

(Tatapangarsa,1991:149). Sikap jujur teremasuk salah satu akhlak

mahmudah, untuk itu kita harus mengupayakan diri kita untuk

selalu bersikap jujur. Allah sangat menganjurkan orang bersikap

jujur, hal ini sesuai dengan Q.S Al Ahzab: 71-70.

ْسِفْغَي َو ْمُنَىاَمْعَا ْمُنَى ْحِيْصُي .اًدْـيِدَس ًلاْىَق اْىُىْىُق َو َالله اىُقـَّتا اىُىَما َهْـيِرَّىا اَهُّـيَاـي

:باصحلاا .اًمْيِظَع اًشْىَف َشاَف ْدَقـَف ًَىْىُسَز َو َالله ِعِطـُّي ْهَم َو ،ْمُنَبْىُـوُذ ْمُنَى

07

-07

Artinya: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah engkau kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar(Departemen Agama, 2005: 427)

Jujur adalah modal untuk mendapatkan kepercayaan dari

orang lain. Jujur juga akan membawa keberuntungan, karena

dengan sifat jujur seseorang akan memberikan kepercayaannya

pada orang tersebut. Biasanya orang yang jujur akan diberikan

kepercayaan kembali oleh orang yang memberikan kepercayaan

kepadanya, karena dia merasa senang dan tidak kecewa dengan hal

teresebut.

Kejujuran adalah seimbangnya antara batin dan lahir

sehingga orang yang jujur adalah orang yang benar dalam

perkataannya, dalam segala perbuatannya, dan juga benar dalam

(39)

merupakan orang yang baik, karena kata-katanya, perbuatannya,

juga segala kondisinya selalu benar. Orang yang jujur akan tenang,

karena dia tidak punya beban karena telah mengucapkan ataupun

melakukan sesuatu yang tidak benar.

Jujur perlu dibiasakan sejak dini, karena hal itu mudah dan

ringan dilakukana jika sudah terbiasa, tetapi sebaliknya jika kita

tidak terbiasa akan terasa berat dan sulit. Anak perlu dilatih untuk

berani bersikap jujur, jangan menghukum anak yang telah berani

jujur dengan apa yang telah dilakukan. Jika dia memang salah dan

berani jujur anak cukup diarahkan atas kesalahannya agar dia tidak

takut untuk jujur dikemudian waktu. Hal tersebut kemudian dengan

bertahap akan membentuk anak yang jujur dan terbiasa dengan

melakukan hal itu.

b. Ikhlas

Ikhlas artinya murni atau bersih, tidak ada campuran

(Tatapangarsa, 1991:151). Maksudnya apa yang dia lakukan murni

untuk beribadah pada Allah, dan bersih dari niat-niat

lain.Seseorang yang melakukan pekerjaan dengan niat selain

karena allah maka dia tidak akan mendapat pahala darinya, dia

hanya akan mendapatkan apa yang dia inginkan selain dari allah

tetapi itupun belum pasti ia dapatkan. Contoh seseorang yang

bersedekah karena ingin mendapatkan pujian dia hanya akan

(40)

malah mengejeknya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul yang

diriwayatkan Imam Bukhori yang berbunyi:

اموا

يىو ام ئسما ونى امواو ةيىىاب ه امعلأ

Artinya: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang

hanya mendapatkan sesuai niatnya.( Bukhori juz 4: 48).

Ikhlas termasuk akhlak mahmudah yang perlu kita biasakan.

Jika hal tersebut terasa berat perlu dilatih sedikit demi sedikit

dengan melakukan yang ringan terlebih dahulu.

c. Qana’ah

Qana’ah artinya menerima dengan rela apa yang ada atau

merasa cukup dengan apa yang ia miliki (Tatapangarsa,1991:153).

Qana’ah disini bukan berarti menerima apa yang ia miliki tanpa

usaha dan hanya berpangku tangan tanpa melakukan apapun. Jadi

seseorang harus berusaha dengan sungguh-sungguh kemudian

menerima dengan rela apapun hasilnya, karena itu adalah kehendak

allah Swt. Kita semua harus meyakini jika allah sudah bertanggung

jawab untuk memberikan kebutuhan semua makhluknya. Kita

harus berusaha dan menerima dengan ikhlas atas pemberian-Nya.

Dalam QS. Hud ayat 6 dijelaskan:

ُُمَلْعَ يَو

ُ لُكيِفٍباَتِكٍنيِبُماَمَوْ نِمٍةَّباَديِفِضْرلأالاِإاىَلَعِهَّللاَهُ قْزِر

َُ تْسُماَهَعَدْوَ تْسُمَو

اَهَّرَق

Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi

melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya.

Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata

(41)

Seseorang kadang salah memahami makna qona’ah itu

sendiri, karena beberapa orang menganggap orang yang qona’ah

berarti orang yang putus asa dengan keadaannya, orang yang tidak

mau usaha untuk mengubah diri. Qana’ah dalam pengertiannya

yang luas sebenarnya mengandung lima perkara, yaitu:

1) Menerima dengan rela apa yang ada.

2) Menerima dengan tuhan tambahan yang pantas, disertai

dengan usaha atau ikhtiar.

3) Menerima dengan sabar ketentuan Tuhan.

4) Bertawakal kepada allah.

5) Tidak tertarik oleh tipu daya dunia.

d. Tanggung jawab

Tanggung jawab artinya bersedia untuk melakukan apa yang

seharusnya dilakukan dengan sebaik mungkin. Tanggung jawab

menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib

menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab

menurut kamus Bahasa Indonesia adalah berkewajiban

menanggung, memikul jawab,mananggung segala sesuatunya, atau

memberikan jawab dan menanggung akibatnya.

Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku

atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan

(42)

Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi

bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani

dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab,

maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu.

Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi,

yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak

lain.

Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya).

Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat

baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak

lain memerlukan mengabdian atau pengorbanannya. Untuk

memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab

perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan,

keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan

manusia atau hubungan yang dibuatnya. Atas dasar ini, lalu dikenal

beberapa jenis tanggung jawab, yaitu :

1) Tanggung Jawab terhadap Diri Sendiri

QS. Al-An’am ayat 142:

ُهَّللٱبَلَو۟اىُعِبَّتَت

(43)

itu musuh yang nyata bagimu (Departemen Agama, 2005: 146).

Tanggung jawab terhadap diri sendiri yaitu kesadaran

setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam

mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan

demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusian

mengenai dirinya sendiri. Contohnya: Rudi membaca sambil

berjalan. Meskipun sebentar-bentar ia melihat ke jalan tetap

juga ia lengah dan terperosok ke sebuah lubang. Ia harus

beristirahat dirumah beberapa hari. Konsekuensi tinggal

dirumah beberapa hari merupakan tanggung jawab ia sendiri

akan kelengahannya.

2) Tanggung Jawab kepada Keluarga

Q. S At Tahrim ayat 6:

ُُةَراَجِْلْاَوُُساَّنلاُاَهُدوُقَوُاًراَنُْمُكيِلْهَأَوُْمُكَسُفنَأُاوُقُاوُنَمآَُنيِذَّلاُاَهُّ يَأُاَي

ُاَمَُنوُلَعْفَ يَوُْمُهَرَمَأُاَمَُهَّللاَُنوُصْعَ يُ َّلاٌُداَدِشٌُظ َلَِغٌُةَكِئ َلََمُاَهْ يَلَع

َُنوُرَمْؤُ ي

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai ( perintah ) Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (Departemen Agama, 2005: 560).

Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri

dari suami-istri, ayah-ibu dan anak-anak, dan juga orang lain

(44)

bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini

menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga

merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan

kehidupan. Contohnya: Dalam sebuah keluarga biasanya

memiliki peraturan-peraturan sendiri yang bersifat mendidik,

suatu hal peraturan tersebut dilanggar oleh salah satu anggota

keluarga. Sebagai kepala keluarga (Ayah) berhak menegur atau

bahkan memberi hukuman. Hukuman tersebut merupakan

tanggung jawab terhadap perbuatannya.

3) Tanggung Jawab terhadap Masyarakat

Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan

manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk

sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus

berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan

demikian manusia di sini merupakan anggota masyarakat yang

tentunya mempunyai tanggung jawab tersebut. Wajarlah

apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus

dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Contohnya: Safi’i

terlalu congkak dan sombong, ia mengejek dan menghina

orang lain yang mungkin lebih sederhana dari pada dia. Karena

ia termasuk dalam orang yang kaya dikampungnya. Ia harus

(45)

konsekuensi dari kelakuannya tersebut, Safi’i dijauhi oleh

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.” (Departemen Agama, 2005: 63).

4) Tanggung Jawab terhadap Bangsa dan Negara

Suatu kenyataan lagi, bahwa setiap manusia adalah warga

dari suatu negara. Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertingkah

laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran

yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya

sendiri. Bila perbuatan manusia itu salah, maka ia harus

bertanggung jawab kepada negara.

Setiap orang harus ikut menjaga negara masing-masing

agar tetap baik dan tentram. Sekarang banyak ulah manusia

yang merugikan negara atau orang lain, seperti penjelasan surat

Ar-Ruum ayat 41:

(46)

perbuatan-perbuatan maksiat (supaya Allah merasakan kepada mereka) dapat dibaca liyudziiqahum dan linudziiqahum; kalau dibaca linudziiqahum artinya supaya Kami merasakan kepada mereka (sebagian dari akibat perbuatan mereka) sebagai hukumannya (agar mereka kembali) supaya mereka bertobat dari perbuatan-perbuatan maksiat (Departemen Agama, 2005: 408).

Contohnya: Kasus kriminal yang banyak diberitakan,

seseorang yang mencuri untuk memenuhi kebutuhan

keluarganya. Hal itu harus dipertanggungjawabkan kepada

pemerintah, ketika perbuatan itu diketahui ia harus berurusan

dengan pihak kepolisian dan pengadilan.

5) Tanggung Jawab terhadap Allah Swt

Allah SWT menciptakan manusia di bumi ini bukanlah

tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya.

Manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap

perintah Allah SWT. Sehingga tindakan atau perbuatan manusia

tidak bisa lepas dari pengawasan Allah SWT yang dituangkan

dalam kitab suci Al Qur'an. Allah menjadikan manusia sebagai

kholifah di bumi, sehingga manusia harus benar-benar bersikap

baik dan menjaga bumi ini. Hal ini dijelaskan dalam QS.

Al-Baqoroh 30:

ًةَفْيِيَخ ِضْزَ ْلأا يِف وِعاَج ْيِّوِإ ِةَنِئَلاَمْيِى َلُّبَز َهاَق ْذِإ َو

ُهْحَو َو َءاَمِّدىا ُلِفْسَيَو اَهْيِف ُدِسْفُي هَم اَهْيِف ُوَعْجَتَأ اْىُىاَق

ُضِّدَقُو َو َكِدْمَحِب

نْىُمَيْعَت َلا اَم ُمَيْعَأ ْيِّوِإ َهاَق َلَى

ََ

ُحِّبَسُو

(47)

menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata : Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (Departemen Agama, 2005: 6)

Selain sebagai kholifah manusia juga memiliki tanggung jawab

untuk beribadah kepada allah, karena allah menciptakan

manusia adalah untuk beribadah kepadanya, dijelaskan dalam

QS. Al-Dzariat ayat 56:

نوُدُبْعَ يِل لاِإ َسْنلإاَو َّنِجْلا ُتْقَلَخ اَمَو

Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia

melainkan untuk beribadah kepadaku.(Departemen Agama,

2005: 523).

Pelanggaran dari hukuman-hukuman tersebut akan

segera diperingatkan oleh Allah dan jika dengan peringatan

yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraukannya

maka Allah akan melakukan kutukan. Contohnya: Seorang

muslim yang taat kepada agamanya maka ia bertanggung jawab

terhadap dirinya sendiri dan kepada Allah. Karena ia

menghindari hukuman yang akan ia terima jika tidak taat pada

ajaran agama. Kedua yang harus dilakukan seorang muslim

kepada Allah SWT adalah memiliki rasa tanggung jawab atas

amanah yang diberikan padanya. Pada hakekatnya kehidupan

inipun merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh karenanya

seorang mukmin senantiasa meyakini apapun yang Allah

berikan padanya, maka itu merupakan amanah yang kelak akan

(48)

e. Rendah hati (tawadhu’)

Rendah hati adalah tidak melihat diri kita memiliki nilai

lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya. Orang yang

tawadhu’ adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang

didapatnya bersumber dari Allah SWT. Yang dengan

pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun

dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain,

tidak merasa bangga dengan potensi dan prestasi yang sudah

dicapainya. Ia tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat

segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap

menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah. Sikap

rendah hati ini sangat dianjurkan, dan telah dijelaskan dalam QS.

Al-Furqon ayat 63:

َُنوُلِهاَْلْااوُلاَقاًملََسُداَبِعَوِنَْحَّْرلاَنيِذَّلاَنوُشْمَيىَلَعِضْرلأااًنْوَهاَذِإَوُمُهَ بَطاَخ

Artinya, "Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan 'salâm'." (Departemen Agama, 2005: 365)

B. Keluarga TKW (Tenaga Kerja Wanita)

1. Pengertian keluarga TKW (Tenaga Kerja Wanita)

a. Pengertian keluarga dari beberapa ahli sebagai berikut:

1) Menurut ahid “keluarga adalah umat kecil yang memeliki

(49)

kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing

anggotanya” (Ahid, 2010:75).

2) Keluarga adalah kesatuarahan dan kesatutujuan atau keutuhan

dalam mengupayakan anak untuk memiliki dan

mengembangkan dasar-dasar disiplin diri (Shochib, 1998:18).

Pengertian TKW menurut beberapa ahli sebagai berikut:

a. Dalam RUU Tenaga Kerja Luar Negri (versi badan legislatif)

mendefinisikan TKI atau pekerja Indonesia di luar negeri adalah

setiap orang Indonesia dewasa yang sedang dan pasca bekerja di

luar negri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah

atau imbalan dalam bentuk lain (Bab 1 pasal 1 angka 1) (Tim

PSGK, 2007:11).

b. Mughni mendefinisikan buruh migran Indonesia adalah setiap

orang yang akan, sedang, dan pasca bekerja di luar negri di dalam

suatu hubungan kerja dengan menerima upah dan imbalan dalam

bentuk lain (Tim PSGK, 2007:11-12).

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan jika

pengertian keluarga TKW adalah sekelompok orang yang memiliki

hubungan darah terhadap anak yang ibunya bekerja di luar negri dan

tinggal serumah dengannya.

2. Faktor penyebab menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita)

Setiap orang yang bekerja menjadi TKW ada sebabnya, menurut

(50)

faktor tekanan ekonomi, faktor tekanan psikologis, dan faktor

kemudahan prosedur menjadi TKW .

a. Faktor ekonomi

Sebagaian besar wanita bekerja ke luar negri karena ingin

memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya, dia ingin lebih

makmur dengan memiliki harta yang cukup. Kepemilikannya sulit

dimungkinkan untuk bisa mengubah kondisi ekonominya yang

lemah.

Dimasa sekarang ini pekerjaan semakin sulit didapatkan.

Hasil pertanian penduduk yang sangat minim tidak dapat

mencukupi kebutuhannya. Apalagi sekarang pupuk dan obat

harganya tinggi, sementara hasil pertanian harganya rendah.

Lebih-lebih banyaknya penyakit yang menyerang tanaman petani

menyebabkan minimnya hasil dan pendapatan dari sektor

pertanian. Selain itu jasa manusia sangat minim dibutuhkan karena

tergeser oleh tenaga mesin yang banyak berdatangan.

Kebutuhan yang semakin banyak, harga yang melambung

tinggi, serta biaya pendidikan anak yang tidak sedikit juga menjadi

pendorong bagi mereka untuk menjadi TKW. Mereka kesulitan

untuk mencukupi kebutuhannya, padahal itu semua harus

didapatkan. Mulai dari sandang, pangan, dan papan senua harus

(51)

Dengan menjadi TKW mereka akan mendapatkan gaji tetap

yang lumayan tinggi dan bisa ia gunakan untuk mencukupi

kebutuhannya. Dia tidak perlu sulit-sulit dan banyak berfikir, yang

penting dia bekerja menyelesaikan tugasnya selesai istirahat, setiap

bulan menerima gaji. Hal ini menjadikan mereka lebih senang

menjadi TKW dari pada dirumah tapi tidak punya apa-apa.

b. Faktor tekanan psikologis

Selain karena faktor ekonomi, seseorang menjadi TKW

karena faktor psikologis. Sebenarnya juga masih berhubungan

dengan ekonomi, akan tetapi keinginannya bukan untuk memenuhi

kebutuhannya yang masih kurang. Mereka ke luar negri karena

gengsi dengan tetangganya yang mampu atau ingin seperti

tetangganya yang pulang dari luar negri dan mempunyai banyak

harta yang dihasilkan dari sana.

Perbedaan antar masyarakat sangat mencolok pada

kepemilikannya. Orang yang kaya memiliki rumah bagus, isi

rumah yang lengkap, tanah yang luas, perhiasan, serta kendaraan

yang bagus. Sementara mereka yang biasa atau tidak punya hanya

memiliki rumah sederhana dan fasilitas apa kadarnya dengan gaya

hidup yang sederhana. Hal tersebut menjadikan para istri berminat

untuk menjadi TKW. Padahal itu hanya sementara ketika mereka

baru pulang, setelah beberapa waktu di rumah biasanya mereka

(52)

c. Faktor kemudahan prosedur menjadi TKW

Untuk menjadi TKW caranya sangatlah mudah, hal itu

mengakibatkan banyaknya orang berminat menjadi TKW.

Meskipun sebenarnya dia kurang membutuhkan seseorang kadang

pergi karena terbawa bujukan sponsor (orang yang mencari

peminat menjadi TKW) dan syaratnya yang mudah. Seseorang

tidak perlu mempunyai pendidikan khusus karena di PT

calon-calon TKW diajarkan bahasa dan ketrampilan yang akan

dikerjakan disana. Dan untuk biaya pendidikan dan lain-lain bisa

potong gaji, sehingga dia tidak harus memiliki uang untuk biaya

berangkat.

Banyak sponsor yang masuk ke desa-desa untuk mencari

orang yang mau ke luar negeri. Para sponsor akan mendekati

seseorang di tiap-tiap desa dan memberikan persen guna mendekati

orang-orang disekitarnya. Mereka memberikan iming-iming

keberhasilan sepulang dari sana. Di luar nanti mereka tinggal

bekerja dan akan menerima gaji yang besar setiap bulan. Itulah

beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya kaum istri yang

berminat menjadi TKW. Dengan rayuan yang manis dan

iming-iming yang menarik lama-kelamaan ibu-ibu mulai berfikir dan

lama-kelamaan mereka akan tertarik.

3. Kendala dan pemecahan yang dihadapi dalam keluarga TKW

(53)

a. Pendidikan anak

1) Kondisi pengetahuan pengasuh

Anak membutuhkan pengasuhan yang tepat supaya dia

terbentuk sesuai yang diharapkan. Hal itu juga dipengaruhi

oleh pendidikan pengasuhnya. Orang yang berpendidikan

rendah kurang mengerti tentang cara mengasuh yang tepat.

Mereka juga kurang mengetahui tugas anak sekolah, prestasi,

dan kegiatan-kegiatan lain.

Orang tua dalam melaksanakan berbagai upaya baik

spiritual (psikis) ataupun fisik juga akan sangat dipengaruhi

oleh tingkatan pendidikannya. Pendidikan yang rendah

biasanya dalam merawat atau perhatian pendidikan seadanya

atau alami sesuai dengan perputaran waktu atau bahkan

pengaruh lingkungan (Mansur, 2005:358). Hal itulah yang

menjadi kendala pengasuh dalam mendidik akhlaknya.

2) Kondisi kepedulian pengasuh terhadap pendidikan

anak

Orang tua terkadang menyekolahkan anak tanpa

memiliki tujuan yang jelas, dia hanya mengikuti kebiasaan

orang yang ada disekitarnya. Sekolah kemudian lulus dan

melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Mereka tidak

mempedulikan nilai anak, yang penting sekolah seperti

Gambar

Jumlah Penduduk Menurut UsiaTabel 1
Tabel 2
Tabel 4

Referensi

Dokumen terkait

Jika pemberi materi dengan pembuat soal adalah dosen yang sama, maka pola baca mahasiswa memiliki keterkaitan signifikan dengan prestasi akademik, atau dapat

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini dengan Judul “RANCANG BANGUN ALAT

Hasil analisis menggunakan koefisien determinasi (R 2 ) bahwa nilai adjusted R square sebesar 0.607 yang berarti kontribusi dari ketiga variabel bebas (Efektivitas

Gambar 5.14 Layar Entri Delay pada Menu Transaksi 199 Gambar 5.15 Layar Generate Schedule pada Menu Transaksi 200 Gambar 5.16 Layar Jadwal Produksi pada Menu Penjadwalan

Penerbitan buku hasil inventarisasi kain tradisional tersebut, salah satunya adalah penerbitan hasil inventarisasi kain tradisional Kofo di Sangihe, kegiatan ini merupakan salah

Fasade bangunan pada tampak tersebut merupakan arsitektur rumah panggung serta bentuk atap perisai dan terdapat kantilever yang disangga dengan menggunakan konsol

Bahwa perbuatan Tergugat V dan Tergugat VI dan terus melakukan kegiatan diatas tanah milik Penggugat adalah suatu perbuatan melawan hukum atas hak orang lain yang menimbulkan

Konsumen dapat melihat semuanya dengan secara cepat dan langsung menggunakan teknologi website, ketika konsumen mengakses web Whitebox Studio Palembang, maka