POLA PENDIDIKAN AKHLAK ANAK
DALAM KELUARGA TKW
Studi Kasus di Keluarga TKW Dusun Tugu, Desa Banding,
Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
MUSLIKHATUN UMAMI
NIM 11110034
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
SALATIGA
Muna Erawati, M. Si Dosen IAIN Salatiga
Gedangan, RT 02/RW 01, No 10, Tuntang, Kab. Semarang HP
081931662001
NOTA PEMBIMBING
Lamp. : 5 eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Yth. Rektor IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamualaikum wr. Wb
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:
Nama : Muslikhatun Umami
NIM : 11110034
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : POLA PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM
KELUARGA TKW (Studi Kasus di Keluarga TKW
Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin,
Kabupaten Semarang Tahun 2015).
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Wassalamualaikum wr. Wb
Salatiga, 27 Januari 2015
Pembimbing
Muna Erawati, M. Si
SKRIPSI
POLA PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA TKW
STUDI KASUS DI KELUARGA TKW DUSUN TUGU, DESA BANDING, KECAMATAN BRINGIN, KABUPATEN SEMARANG
2015 DISUSUN OLEH MUSLIKHATUN UMAMI
11110034
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam,Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 30 Maret 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua penguji : Drs. A. Bahrudin, M. Ag
Sekretaris penguji : Muna Erawati, M. Si
Penguji I : Dr. M. Zulfa, M. Ag.
Penguji II : M. Gufron, M. Ag
Salatiga, 30 maret 2015
Dekan
FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M. Pd.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muslikhatun Umami
NIM : 11110034
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip
atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 30 Januari 2015
Yang menyatakan,
MOTTO
Artinya: “Hak anak atas orang tuanya, hendaklah orang tuanya memberi nama
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Semua anggota keluargaku, suami dan anakku, orang tuaku, adik-adikku
yang semuanya telah memotivasiku dan memberikan dukungan serta
bantuan.
2. Keluarga besarku yang dengan ikhlas mendo’akanku dan mendukungku.
3. Ibu Muna Erawati M. Si yang dengan sabar membimbingku dalam
penulisan skripsi.
4. KH Habib Ikhsanudin dan Ibu Nyai, serta KH Zoemri RWS dan Ibu Nyai,
serta keluarga ndalem yang lain yang telah mendidikku dan mengajariku
banyak hal ketika di pesantren.
5. Semua dosen dan guru-guruku yang dengan ikhlas dan sabar mendidikku.
6. Semua ustadz-dan ustadzahku yang telah mendidikku dengan sabar.
7. Semua sahabatku di IAIN Salatiga, sahabatku di YPP Al Huda Boyolali,
sahabatku di PPTI Al Falah Grogol Salatiga, dan sahabatku yang lainnya
trimakasih atas semuanya.
8. Semua pihak yang telah berperan dalam penulisan skripsi ini, trimakasih
ABSTRAK
Umami, Muslikhatun. 2015. Pola Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga TKW(Studi Kasus di Keluarga TKW Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muna Erawati, M. Si.
Kata Kunci: pendidikan akhlak dan keluarga TKW
Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan akhlak di keluarga TKW Dusun Tugu. Pertanyaan umum yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana pola pendidikan akhlak dalam keluarga TKW? (a) Siapa saja pihak yang terlibat dalam pendidikan akhlak anak di keluarga TKW? (b) Bagaimana strategi pendidikan akhlak di keluarga TKW? ((c) Nilai akhlak apa saja yang ditanamkan dalam pendidikan akhlak di keluarga TKW? (2) Apa saja kendala-kendala yang dihadapi keluarga dalam pendidikan akhlak anak di keluarga TKW Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2015? (3) Apa faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan akhlak anak di keluarga TKW?.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan dengan jenis penelitian fenomenologis. Jadi kehadiran peneliti dilapangan sangat penting mengingat peneliti bertindak langsung dalam proses pencarian data dilapangan. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari informan pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain data tersebut berupa keterangan dari para informan. Selain data yang berupa keterangan yaitu data dari hasil observasi. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan, dan tahap akhir dari analisa data adalah mengadakan keabsahan temuan.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pihak yang terlibat dalam pendidikan akhlak anak adalah orang tua, keluarga, guru atau ustadz, dan masyarakat. Strategi pendidikan akhlak anak dengan pemberian nasihat, peneladanan, dan pemberian hadiah. Nilai akhlak yang ditanamkan ada jujur, rajin, sabar, disiplin, ketuhanan. Kendala yang dihadapi keluarga dalam pendidikan akhlak kurangnya pengetahuan pengasuh, kurangnya ketrampilan pengasuh, dan kurangnya kepedulia pengasuh. Faktor yang memengaruhi pembentukan akhlak anak adalah perhatian pengasuh, faktor bawaan anak, dan lingkungan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWt yang telah
memberikan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “pola pendidikan akhlak dalam
keluarga TKW (studi kasus di keluarga TKW dusun tugu, desa banding,
kecamatan bringin, kabupaten semarang tahun 2015)”.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta
para pengikutnya yang setia. Beliau adalah utusan Allah untuk
membebaskan manusia dari kejahiliahan dengan membawa agama islam.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPd.I) di Sekolah Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul .“pola
pendidikan akhlak anak dalam keluarga TKW (studi kasus di keluarga
TKW dusun tugu, desa banding, kecamatan bringin, kabupaten semarang
tahun 2015)”.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai
pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Suwardi, M. Pd selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga
4. Muna Erawati, M. Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai
ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
6. Karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta
bantuan.
7. Semua anggota keluargaku suamiku, ibu serta ayahku, dan anggota
keluarga yang lain yang telah menemani, membantu, dan memberikan
motivasi kepada penulis.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini,
sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Semoga amal kebaikan
mereka diterima oleh Allah SWt.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini
dapat berguna bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 30 januari 2015 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN LOGO... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO... vi
PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
E. Penegasan Istilah ... 8
F. Metode Penelitian ... 10
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11
2. Kehadiran Peneliti ... 11
3. Lokasi Penelitian ... 12
4. Sumber Data ... 12
5. Prosedur Pengumpulan Data ... 13
6. Analisis Data ... 14
7. Pengecekan Keabsahan Data ... 15
G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 15
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pola Pendidikan Akhlak 1. Pengertian Pendidikan Akhlak... 16
2. Model Pola Asuh Dalam Keluarga... 17
3. Isi Materi Pendidikan Akhlak... 21
B. Keluarga TKW 1. Pengertian Keluarga TKW... 33
2. Faktor Penyebab Menjadi TKW... 34
3. Kendala Dan Pemecahan Yang Dihadapi Dalam Keluarga TKW a. Keadaan pengasuh... 38
b. Pengasuhan anak selama ditinggal ibu menjadi TKW... 39
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Letak Geografis... 44
2. Keadaan Penduduk... 44
3. Diskripsi Pola Pendidikan Akhlak a. Hasil wawancara MZ 1... 48
b. Hasil wawancara KS 1... 51
c. Hasil wawancara NH 1... 54
d. Hasil wawancara BS 1... 57
e. Hasil wawancara ZR 1... 59
BAB IV PEMBAHASAN A. Pola Pendidikan Akhlak dalam Keluarga TKW 1. Pihak yang Terlibat dalam Pendidikan Akhlak... 62
2. Strategi Pendidikan Akhlak di Keluarga TKW... 65
3. Nilai Akhlak yang Ditanamkan dalam Pendidikan Akhlak di Keluarga TKW... 68
B. Kendala yang Dihadapi Keluarga dalam Pendidikan Akhlak Anak di Keluarga TKW 1. Kurangnya Pengetahuan Pengasuh Dalam Mendidik Anak... 71
2. Kurangnya Ketrampilan Pengasuh Dalam Mendidik Anak... 72
C. Faktor Yang Memengaruhi Pembentukan Akhlak Anak Dalam
Keluarga TKW
1. Perhatian Pengasuh... 71
2. Kepribadian Bawaan Anak... 72
3. Lingkungan Sekitar... 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 78
B. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Usia ... 45
Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ... 53
Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan... 47
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan akhlak merupakan pendidikan tingkah laku yang bertujuan
untuk membentuk akhlak mahmudah. Jadi pendidikan akhlak adalah usaha
untuk membentuk akhlak dari yang belum baik menjadi baik atau dari yang
kurang baik menjadi lebih baik. Pendidikan akhlak adalah kebutuhan bagi
setiap manusia yang harus diberikan agar dia menjadi insan yang baik.
Karena manusia yang baik akan menguntungkan orang lain dan dirinya
sendiri, tetapi sebaliknya jika orang yang tidak baik akan merugikan orang
laindan dirinya sendiri pula.
Nata berpendapat jika kata al-tahzib berarti pendidikan akhlak atau
menyucikan diri dari perbuatan akhlak buruk. Dari arti kata
tersebutPendidikan akhlak adalahmemperbaiki mental seseorang yang tidak
sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi sejalan dengan ajaran
norma, memperbaiki perilakunya agar menjadi baik dan terhormat serta
memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar menjadi berakhlak mulia (Nata,
2010:16). Akhlak adalah kebiasaan, kehendak. Berarti bahwa kehendak itu
bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak
(Achmad,1998:62). Contoh bila kehendak itu membiasakan memberi,
kebiasaan kehendak itu ialah akhlak dermawan.
Istilah akhlak tidaklah jauh dari etika dan moral, karena ketiganya
mencakup pengertian tingkahlaku, tabiat, perangai, karakter manusia yang
sesama makhluk. Menurut Imam Ghazali akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan
mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran( Nata, 2002:4).
Sedangkan etika adalah teori tentang perbuatan manusia ditimbang menurut
baik-buruknya, ukuran baik-buruknya adalah tanggapan pembawaan manusia
(Achmad, tt:13-15). Moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul
salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai
manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. Norma norma
moral adalah tolok ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan
seseorang. ( Magnis, 2005:19).
Jadi ketiganya memiliki sumber yang berbeda. Akhlak adalah yang
menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela. Sumber akhlak adalah
Al-Quran dan sunah,bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat
sebagaimana konsep etika dan moral. Etika untuk menentukan nilai perbuatan
manusia baik atau buruk tolak ukur yang digunakan atau sumbernya adalah
akal pikiran atau rasio(filsafat), sedangkan dalam pembicaraan moral tolak ukur yanng digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang
dan berlangsung dimasyarakat.
Anak sangat ditentukan perkembangannya oleh keluarga. Ayah dan Ibu
serta anggota lain di rumah harus bekerjasama dalam mendidik Anak. Mansur
mengemukakan “Dalam masalah pendidikan yang pertama dan utama,
keluargalah yang memegang peranan utama dan memegang tanggung jawab
keluarga terutama Ayah dan Ibu sangat mempengaruhiperkembangan Anak.
Sehingga orang tua perlu mempertimbangkan hal-hal yang akan dilakukan
jika harus berpisah dengan Anak.
Dalam sebuah hadistelah dijelaskan beberapa kewajiban orang tua
terhadap anak:
ىىا ُّقَح
َا
ِ ىىا ًيع دَى
نا دى
ةح ابساو ةب اتنىا ًميعي نا و ًب دا و ًمسا هسحي
مم احىا ياوز( كزدا اذا ًجوصي ناو ابيطلاا ًقشسي لا ناو ةي امسىاو
)
Artinya:“ :Hak anak atas orang tuanya membaguskan namanya dan
akhlak/sopan santun, mengajarkan tulis menulis, berenang, dan memanah, memberi makan dengan makanan yang baik, menikahkannya bila telah cukup
umur.”(Syu’bu Al Iman Li Al Baihaqi, hadis ke 8137:2856)
Hal itu sangatlah jelas jika mendidik akhlak anak hukumnya wajib,
karena disitu disebutkan jika orang tua wajib mendidik sopan santun yang
juga merupakan akhlak.
Akhlak adalah kebiasaan, kehendak. Berarti bahwa kehendak itu bila
membiasakan sesuatu maka kebiasaannya iti disebut akhlak.(Achmad,
1998:62). Contoh bila kehendak itu membiasakan memberi, kebiasaan
kehendak itu ialah akhlak dermawan. Djatnika berpendapat jika “Akhlak yang mulia menurut ajaran islam adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban
menjauhi segala larangan-larangan memberikan hak pada yang
mempunyainya, baik yang berhubungan dengan Allah maupun yang
berhubungan dengan makhluk, dirinya sendiri, orang lain dan
lingkungannya,dengan sebaik-baiknya seakan melihat Allah dan apabila tidak
perbuatan itu benar-benar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dan
kesemuanya itu dilandasi dengan iman dan taqarrub kepada Allah” (Djatnika,
1996:24).
Orang yang ada di sisi anak tidak hanya bertugas untuk mendidik saja,
tetapi mengasuhnya. “Asuh mempunyai arti mendidik, mengajar, dan merawat anak dari awal kehadirannya sampai batas waktu tertentu, sesuai
posisi anak sebagai mahluk biopsikososiospiritual, tanpa mengharap
imbalan”(Lestari & Ngatini,2010:2). Jadi hal-hal lain salain mandidik juga harus dilakukan dengan baik, karena akan mempengaruhi yang lainnya.
TKW (Tenaga KerjaWanita) adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
perempuan atau ibu rumah tangga dengan menjadi buruh di negara lain.
Kebanyakan mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga, meskipun ada
beberapa yang bekerja menjadi karyawan pabrik, penjaga toko atau yang
lainnya. Dalam RUU Tenaga Kerja Luar Negri (versi badan legislatif)
mendefinisikan TKI atau pekerja Indonesia di luar negri adalah setiap orang
Indonesia dewasa yang sedang dan pasca bekerja di luar negri di dalam suatu
hubungan kerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain (Bab
1 pasal 1 angka 1) (Tim PSGK, 2007:11).
TKW menjadi pilihan ibu-ibu yang ingin mendapat penghasilan banyak
dengan mudah dan tanpa membutuhkan ketrampilan khusus. Hampir semua
orang bisa asalkan dia benar-benar bertekad melakukannya. Untuk menjadi
TKW tidak harus bermodal banyak guna mendapatkan pendidikan bahasa
biaya pendidikan dengan sistem potong gaji setelah dia bekerja. Hal inilah
yang menyebabkan pekerjaan ini menjadi pilihan mereka. Tim PSGK STAIN
berpendapat jika faktor yang mendorong perempuan menjadi TKW ada tiga:
Faktor tekanan ekonomi, faktor tekanan psikologis, faktor kemudahan
menjadi TKW (Tim PSGK, 2007:31-38).
Sebenarnya gaji mereka tidak terlalu besar, tetapi dibanding dengan
keuangan orang yang memiliki ekonomi rendah sudah cukup lumayan.
Pendapatan mereka digunakan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga
keluarga dirumah dan sisannya untuk simpanan. Kebanyakan dari mereka
tidak menggunakan gajinya untuk modal usaha sehingga dia bisa merubah
kondisi ekonominya, tetapi mereka mempergunakan sisa uangnya untuk
memperbaiki rumah dan membeli sebidang tanah. Ada juga TKW yang
uangnya habis karena digunakan untuk berfoya-foya suaminya.
Di Dusun Tugu banyak ibu rumah tangga yang memilih jalan hidupnya
untuk menjadi TKW. Mereka ada yang bekerja di Saudi Arabia, Abudabi,
Taiwan, dll. Biasanya mereka pergi selama dua tahun, tetapi ada juga yang
sampai tiga atau empat tahun. Pekerjaan mereka juga beragam, ada yang
mengasuh anak, merawat lansia, pembantu rumah tangga, dll. Banyak
diantara mereka yang kembali kesana setelah pulang ke kampung karena
merasa lebih nyaman berada di sana.
Alasan mereka memilih pekerjaan itu karena hasilnya yang lumayan,
tidak membutuhkan biaya tinggi, dan tidak membutuhkan pendidikan yang
rumah tangga sehingga mereka kemungkinan besar bisa mengerjakannnya,
hanya saja bahasa komunikasinya yang berbeda dan perlu belajar. Alasan
lainnya, sebagian ada yang tidak mempunyai sumber pendapatan, karena
mempunyai pendapatan yang tidak mencukupi, serta tidak dimilikinya jalan
atau modal untuk mendapatkan penghasilan. Mereka melakukan itu karena
keadaan yang mendesak, demi keluarganya agar bisa bertahan hidup. Ada
juga yang benar-benar bertekad karena merasa tidak cukup dengan
pendapatan yang di berikan oleh suaminya atau ingin memiliki rumah bagus
dan tanah yang luas seperti tetangga yang kaya.
Di Dusun Tugu sebagian besar orang bermata pencaharian sebagai
petani dan pengrajin besek ikan dan nasi, akan tetapi sawah di daerah Tugu
tidak ada sistem irigasinya sehingga sawah hanya bisa digarap ketika musim
penghujan. Selain itu biasanya masyarakat hanya memiliki sebidang tanah
yang hasilnya tidak cukup untuk makan sampai masa panen selanjutnya tiba.
Nilai jual besekjuga sangat rendah, bahkan besek nasi sudah digeser oleh
bakul plastik sehingga kurang laku dan masyarakat beralih ke besek ikan.
Dalam sehari rata-rata mereka mendapat satu ikat yang harganya 7500 dan
bahan baku bambu juga harus membeli. Sebagian dari kepala keluarga
mereka ada yang merantau ke luar kota untuk bekerja sebagai tukang
bangunan atau tukang cat di sela-sela musim menggarap sawah. Akan tetapi
mereka yang mempunyai ketrampilan tidak harus pergi ke luar kota untuk
bertahan hidup, mereka ada yang berprofesi sebagai tukang atau pengrajin
Mereka yang pergi kurang memikirkan dampak negatif dari
kepergiannya pada keluarga, terutama bagi anaknya. Anak sangat
membutuhkan peran ibu untuk memberikan kasih sayang, pendidikan dan
perhatian. Mereka hidup tanpa kasih sayang seorang ibu dan hanya
mendapatkan perhatian dari ayah dan orang lain di sekitarnya. Sebagian ayah
ada yang kurang memperhatikan anaknya karena kurangnya ketlatenan dari
pribadi seorang ayah dan sebagian ada yang karena ayahnya menyeleweng
setelah ditingggal ibu. Laki-laki yang ditinggal istrinya ada yang
justrubermain judi, bermain perampuan, dan mencuri. Sehingga dengan
keadaan seperti itu anak tidak lagi terurus dan hanya mendapatkan
pemenuhan kebutuhan materi saja. Anak-anak mereka tidak mau sekolah
tidak mau mengaji sehingga setelah dewasa hanya menjadi orang yang
kurang baik. Mereka yang diperhatikan ayahnya saja juga nakal karena
kurangnya kasih sayang dan ketlatenan dari seorang ayah.
Kasih sayang seorang ibu sangat dibutuhkan oleh anak. Bagi yang
memang pergi ke luar negeri ayah menjalankan perannya sebagai sosok Ayah
sekaligus Ibu, supaya mereka menjadi orang yang baik, terarah, dan tidak
kurang kasih sayang. Dalam mengasuh Anak perlu kesungguhan dan usaha
yang total agar Anak terbentuk sesuai keinginan orang tua, anak berakhlakul
karimah dan menjadi kebanggaan orang tua.
Dengan keadaan tersebut peneliti bermaksud untuk meneliti masalah itu
agar mengetahui tentang pola keluarga TKW dalam mendidik akhlak anaknya
KELUAGA TKW, Studi Kasus di Keluarga TKW Dusun Tugu, Desa
Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2015.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pola pendidikan akhlak anak dalam keluarga TKW di Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2015?
a. Siapa saja pihak yang terlibat dalam pendidikan akhlak anak di keluarga TKW?
b. Bagaimana strategi pendidikan akhlak anak di keluarga TKW?
c. Nilai akhlak apa saja yang ditanamkan dalam pendidikan akhlak anak
di keluarga TKW?
2. Apa saja kendalayang dihadapi keluarga dalam pendidikan akhlak anak di
keluarga TKW Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin,
Kabupaten Semarang 2015?
3. Apa faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan akhlak anak di
keluarga TKW?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pola pendidikan akhlak anak dalam keluarga TKW di
Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang
2015?
a. Untuk mengetahui pihak yang terlibat dalam pendidikan akhlak anak
di keluarga TKW.
c. Untuk mengetahui nilai akhlakanak yang ditanamkan dalam
pendidikan akhlak di keluarga TKW.
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi keluarga dalam pendidikan
akhlak anak di keluarga TKW Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan
Bringin, Kabupaten Semarang 2015?
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi akhlak anak di
keluarga TKW.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoretik
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan untuk
pengembangan kualitas pendidikan akhlak anak di keluarga TKW serta
meningkatkan kualitas akhlak anak-anak TKW terutama di Dusun Tugu.
2. Praktis
Penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis berupa
pengetahuan mengenai pola pendidikan akhlak anak bagi pengasuh, serta
pendidikan akhlak yang tepat bagi anak-anak TKW. Sehingga mereka
akan terdidik akhlaknya dan berakhlakul karimah.
E. Penegasan Istilah
Pola artinya bentuk (struktur) yang tetap (Qodratilah, 2011:419).“Istilah
pola dan model sama-sama merupakan kerangka atau bentuk awal yang
bersifat umum kemudian diberi sentuhan personal menuju bentuk yang
sempurna yang bersifat unik, pola lebih bersifat umum, dasar, dan kaku,
Akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari
karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi
istimewa (Mahmud, 2004:26-27).Sedangkan pendapat lain akhlak adalah
sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan
selalu ada padanya (Asmaran, 2002:1).Pendapat lain lagi akhlak adalah sifat
yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan
dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan
(Al Ghazali dalam Nata, 2002:4).Jadi akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang selalu ada padanya yang menimbulkan bermacam-macam
perbuatan dengan mudah tanpa pemikiran. Pendidikan akhlak
adalahmemperbaiki mental seseorang yang tidak sejalan dengan ajaran atau
norma kehidupan menjadi sejalan dengan ajaran norma, memperbaiki
perilaku agar menjadi baik dan terhormat, serta memperbaiki akhlak dan budi
pekertinya agar menjadi berakhlak mulia (Nata, 2010:16).
Tujuan pendidikan akhlak adalah memperbaiki mental seseorang. Nata
menyebutkan Pendidikan akhlak adalah memperbaiki mental seseorang yang
tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi sejalan dengan
ajaran norma, memperbaiki perilakunya agar menjadi baik dan terhormat
serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar menjadi berakhlak mulia
(Nata, 2010:16). Jadi tujuan pendidikan akhlak anak adalah untuk perbaikan
mental anak.
Dalam RUU Tenaga Kerja Luar Negri (versi badan legislatif)
indonesia dewasa yang sedang dan pasca bekerja di luar negri di dalam suatu
hubungan kerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain (Bab
1 pasal 1 angka 1) (Tim PSGK, 2007:11).
Mughni mendefinisikan buruh migran indonesia adalah setiap orang
yang akan, sedang, dan pasca bekerja di luar negri di dalam suatu hubungan
kerja dengan menerima upah dan imbalan dalam bentuk lain. (Tim PSGK,
2007:11-12).
Jadi keluarga TKW adalah keluarga yang ibu di keluarga itu bekarja di
luar negri di dalam satu hubungan kerja dengan menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain.
Jadi pola pendidikan akhlak dalam keluarga TKW adalah bentuk usaha
orang tua dalam memperbaiki mental anak agar sesuai dengan norma
kehidupan dan ajaran agama, memperbaiki perilakunya supaya lebih baik
dan memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar berakhlak mulia. Anak
yang laki-laki agar menjadi anak yang soleh, dan yang perempua menjadi
anak yang solikhah. Sementara sosok ibu sebagai orang yang paling dekat
dengan anak pergi ke luar negri.
E.Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan data dan informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti (Darmawan, 2014: 127).
Pengambilan metode ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola
oleh orang yang paling dekat dengan dirinya yaitu Ibu. Mereka diusahakan
agar memiliki akhlakul karimah walaupun tanpa didikan dari Ibu mereka.
Orang yang selalu disisinya mungkin adalah Bapak, Kakak, Kakek, dan
Nenek, bibi, atau paman.
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif mempunyai latar aktual sebagai sumber langsung data dan
peneliti merupakan instrumen kunci dalam penelitian tersebut. Penelitian
kualitatif kami maksudkan sebagai jenis penelitian yang
temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik ataubentuk hitungan
lainnya (Strauss & Corbin,2007:4). Penelitian kualitatif adalah deskriptif,
data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar
daripada angka. Dalam penelitian ini lebih berkonsentrasi pada proses
daripada hasil atau produk serta cenderung menganalisis data mereka
secara induktif (Emzir, 2011:2-3).
Jenis penelitiannya adalah fenomenologis. Penelitian ini melihat
secara dekat interpretasi individual tentang pengalaman-pengalamannya.
Penelitian fenomenologis berusaha memahami makna dari sebuah
pengalaman dari perspektif partisipan.
2. Kehadiran peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti secara langsung mendapatkan data dari
responden sehingga sangat leluasa untuk mendapatkan data secara
peneliti sangat mengetahui keadaan responden yang akan mempermudah
peneliti mendapatkan data dan perkembangan dari waktu-kewaktu. Data
yang lengkap mudah didapatkan oleh peneliti.
3. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian di Dusun Tugu, Desa Banding, Kec. Bringin,
Kab. Semarang. Di daerah pedesaan yang disitu terdapat banyak TKW.
Daerah tersebut merupakan daerah tempat tinggal peneliti sendiri.
4. Sumber data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan buku sebagai sumber
data yang bersifat teoretik. Peneliti menggunakan teknik observasi dan
wawancara guna mendapatkan data yang valid secara langsung dari
informan penelitian kemudian dianalisis. Dengan kata lain sumber data
yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
a) Sumber data primer
Yaitu sumber data yang berkaitan langsung dengan objek riset
(Arikunto, 1989: 1). Data primer dalam penelitian ini adalah data di
lapangan yang dapat menyempurnakan penelitian ini.Informan utama
dalam penelitian ini diantaranya anak dan pengasuh anak bisa bapak,
nenek, kakek, ataukakak. Dan informan pendukungnya adalah pihak
yang berperan dalam pendidikan anak, tetangga, dan teman sebaya
anak. Peneliti membatasi keluarga TKW yang memiliki anak usia
b)Sumber data sekunder
Yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber
data primer. Data skunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi
berupa foto monografi di lingkungan penelitian serta data-data lain di
tempat pebelitian.
5. Prosedur pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan peneliti menggunakan
beberapa metode, diantaranya: Observasi, wawancara, analisis data, dan
pengecekan keabsahan temuan. Semua itu dibutuhkan agar didapat data
yang lengkap dan valid.
a) Observasi
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data pada
penelitian ini adalah observasi atau pengamatan yaitu perhatian yang
terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu ( Emzir,
2011:37-38).Peneliti menggunakan observasi partisipan yaitu observasi yang
dilakukan oleh peneliti yang berperan sebagai anggota yang berperan
serta dalam kehidupan masyarakat topik penelitian
(Emzir,2011:39).Penulis melakukan pengamatan secara langsung pada
keluarga TKW mengenai pendidikan akhlak yang diterapkannya pada
anak agar memiliki ahlakul karimah. Bagaimana caranya, siapa yang
b) Wawancara
Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu interviewer (yang
mengajukan pertanyaaan) dan interviewee (yang memberikan
jawaban) atas pertanyaan itu (Moleoeng, 2011:186). Wawancara akan
dilakukan terhadap Anak, Bapak, Kakak, Kakek, atau Nenek serta
anggota keluarga lain. Untuk menggali data mengenai pola pendidikan
akhlak di dalam keluarga TKW, akhlak anak yang ibunya menjadi
TKW, dan kendala yang dihadapi dalam mendidik akhlak anak yang
ibunya menjadi TKW.
c) Analisis data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,mencari dan
mengemukakan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain (Moloeng, 2011:248).Dalam penelitian ini menggunakan analisis
induktif, yaitu mentransformasi fakta-fakta khusus sebagai bahan
untuk membangun kesimpulan. Metode ini digunakan untuk
menganalisis keadaan keluarga TKW, khususnya mengenai pola
d) Pengecekan keabsahan temuan
Agar diperoleh data yang akurat peneliti terjun langsung dengan
melakukan wawancara dan observasi.Untuk mendapatkan data yang
tepat peneliti akan melakukan triangulasi data dengan mewawancarai
secara langsung beberapa informan penelitian baik informan utama
maupun informan pendukung dengan beberapa teknis yang berbeda,
sehingga akan dihasilkan jawaban yang beragam dan kemudian data
tersebut akan penulis simpulkan.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian,manfaat penelitian, metologi penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab II kajian teori, berisi tentang diskripsi pendidikan akhlak anak, dan
bagaimana pola pendidikan akhlak anak dan bagaimana penerapan dalam
keluarga TKW.
Bab III membahas tentang gambaran umum, diskripsi pola pendidikan akhlak
anak dalam keluarga TKW.
Bab IV analisis tentang pola pendidikan akhlak anak dalam keluarga TKW di
Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2015.
Bab V penutup berisi kesimpulan dan saran sebagai masukan dalam dunia
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pola Pendidikan Akhlak
1. Pengertian pendidikan akhlak
Anak merupakan titipan dari Allah SWt yang harus kita jaga, dalam
artian kita harus mengasuhnya, mendidiknya serta menghidupinya dengan
cara sebaik mungkin semampu kita. Hal itu harus benar-benar kita berikan
secara ikhlas, karena hal itu hukumnya adalah wajib. Kewajiban tersebut
bisa kita titipkan pada orang lain yang lebih mampu untuk membantu kita
mendidik anak, misalnya ustad, guru, dan kiyai. Karena kemampuan orang
dalam mendidik anak berbeda-beda. Akan tetapi tugas mendididik tidak
bisa kita bebankan pada orang lain, tanggung jawab tetap berada ditangan
orang tua. “Pendidik di luar keluarga hanya sebagai bantuan dan
meringankan beban saja” (Ahid, 2010:vi).
Sangatlah tidak tepat jika seseorang menyerahkan sepenuhnya
pendidikan anak pada lembaga tertentu dan tidak ikut serta dalam
mendidik anak. Keberhasilan pendidikan tersebut kurang maksimal,
karena waktu anak lebih banyak di rumah dari pada di lembaga pendidikan
tersebut. Selain itu bentuk tanggung jawab dari orang tua kurang
terwujudkan. “Tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar bagi
perkembangan bagi anak berikutnya, agar anak dapat berkembang secara
baik” (Ahid, 2010:100). Untuk itu orang tua tidak boleh sembarangan
Pendidikan mempunyai arti yang sangat luas, dan setiap orang
mempunyai pengertian yang berbeda-beda tentang pendidikan. Nata
mengartikan pendidikan sebagai usaha memperbaiki mental seseorang yang
tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi sejalan dengan
ajaran norma, memperbaiki perilakunya agar menjadi baik dan terhormat
serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar menjadi berakhlak
mulia (Nata, 2010:16).
2. Model pola asuh dalam keluarga
Model adalah ragam atau cara yang terbaik (Sulistiyo &
Mulyono:306). “Istilah pola dan model sama-sama merupakan kerangka
atau bentuk awal yang bersifat umum kemudian diberi sentuhan personal
menuju bentuk yang sempurna yang bersifat unik, pola lebih bersifat
umum, dasar, dan kaku, sedangkan model lebih bersifat subjektif” (Lestari
& Ngatini, 2010:1).
“Asuh mempunyai arti mendidik, mengajar, dan merawat anak dari
awal kehadirannya sampai batas waktu tertentu, sesuai posisi anak sebagai
mahluk biopsikososiospiritual, tanpa mengharap imbalan” (Lestari &
Ngatini, 2010:2).
“Keluarga adalah umat kecil yang memiliki pemimpin dan anggota,
mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi
masing-masing anggotanya”(Ahid, 2010:75). Jadi yang termasuk dalam anggota keluarga adalah suami, istri, ayah, ibu, anak, serta orang yang
Selain keluarga ada pihak-pihak di luar rumah yang berperan dalam
pendidikan anak seperti guru, ustadz, serta tetangga sekitar yang peduli.
Meskipun perannya sangat sedikit juga sangat mempengaruhi akan tetapi
tidak boleh dianggungjawabkan sepenuhnya karena pendidikan adalah
tugas orang tua. “Pendidik di luar keluarga hanya sebagai bantuan dan
meringankan beban saja” (Ahid, 2010:vi).
Jadi model pola asuh dalam keluarga adalah kerangka dalam
mendidik, mengajar dan merawat pada jangka waktu tertentu dalam
keluarga.
Pola asuh menurut Hurlock, Schneider, dan Lore ada tiga: otoriter,
permisif, demokratis (Lestari & Ngatini, 2010:6-8).
a. Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan cara
mengasuh anak-anaknya dengan aturan-aturan ketat, seringkali
memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua),
kebebasan bertindak atas nama diri sendiri dibatasi (Mansur,
2005:354). Pola asuh ini cukup ketat dengan apa yang mereka
harapkan dari anaknya dan hukuman perilaku anak yang kurang
baik juga berat. Peraturan diterapkan secara kaku dan seringkali
tidak dijelaskan secara memadai dan kurang memahami serta
mendengarkan kemauan anaknya. Penekanan pola asuh ini adalah
Disiplin pada rumah tangga ini cenderung kasar dan banyak
hukuman yang diberikan pada anak.
b. Permisif
Orang tua pada kelompok ini membiarkan anaknya untuk
menampilkan dirinya dan tidak membuat aturan yang jelas serta
kejelasan tentang perilaku yang mereka harapkan. Mereka
seringkali menenima atau tidak peduli dengan perilaku yang buruk.
Hubungan mereka dengan anaknya adalah hangat dan menerima.
Pola ini mengasuh anak dengan sangat bebas.
Hal ini ternyata dapat diterapkan pada orang dewasa yang
sudah matang pemikirannya (Mansur, 2005:357). Karena mereka
sudah bisa memilah tersendiri mana yang tepat dan mana yang
tidak, asalkan bekal pengetehuan yang dimilikinya sudah cukup.
c. Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan
pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak-anaknya, dan
kemudian anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung
kepada orang tua (Mansur,2005:355). Orang tua yang memberikan
kebebasan yang memadai pada anaknya tetapi memiliki standar
perilaku yang jelas. Mereka memberikan alasan yang jelas dan mau
mendengarkan anaknya tetapi juga tidak segan untuk menetapkan
Menurut islam ada enam model pola asuh yang bisa dijadikan
referensi dalam mendidik anak, diantaranya: metode dialog Qur’ani dan nabawi, metode kisah Al Qur’an dan nabawi, metode keteladanan, metode
praktek dan perbuatan, metode ibrah dan mau’izah, metode targhib dan
tarhib (Lestari & Ngatini, 2010:9-10).
a. Metode dialog Qur’ani dan nabawi
Metode ini juga bisa disebut dengan metode hiwar
(percakapan). Metode hiwar atau dialog adalah percakapan silih
berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai
satu topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang
dikehendaki (Gunawan, 2014:260).
b. Metode kisah Al Qur’an dan nabawi
Mendidik anak menggunakan metode ini yakni dengan cara
menceritakan kisah-kisah teladan yang ada pada al- Qur’an, serta
kisah-kisah nabi dan umat islam terdahulu. Karena dengan
mendengar cerita seorang anak akan terpengaruh mengikutinya.
c. Metode keteladanan
Maksud metode ini yakni mendidik anak dengan cara
memberi teladan yang baik supaya anak memiliki perilaku yang
sama dengan yang dicontohkan. Karena teladan atau contoh akan
sangat mudah mempengaruhi anak, orang tua tidak perlu banyak
memberikan pengarahan asalkan dia melakukan hal-hal yang baik
d. Metode praktek dan perbuatan
Metode ini yakni mendidik anak dengan cara mengajari
anak secara langsung tanpa teori yang bertele-tele. Jadi anak
langsung diberikan pengertian pada hal yang dimaksud, anak dapat
langsung menangkap apa yang dia jelaskan.
e. Metode ibrah danmau’izah
Metode ini yakni mendidik anak dengan cara mengambil
pelajaran dan khikmah dari setiap peristiwa yang dialaminya,
sehingga dari situ anak bisa meresapi maknanya. Anak sangat
membutuhkan dampingan orang tua disetiap hal yang dialaminya,
karena anak belum bisa mengambil hikmah disetiap kejadian.
Karena semua taqdir allah itu baik dan apa yang terjadi adalah
pelajaran bagi yang mengalaminya.
f. Metode targhib dan tarhib
Metode ini yakni mendidik anak dengan cara
memberitahukan anak atas akibat dari perbuatan yang dilakukan
baik positif maupun negatif. Jadi disetiap yang dilakukan ada
akibatnya, sehingga anak selalu diarahkan untuk memilah-milah
apa yang akan dia lakukan. Apapun yang dia lakukan akan
mendapatkan akibat positif dan negatif.
3. Isi materi pendidikan akhlak
Agar anak memiliki akhlak yang baik perlu ditanamkan
a. Jujur
Jujur adalah menyampaikan sesuatu sesuai kenyataan yang
sesungguhnya, baik perkataan maupun perbuatan.
(Tatapangarsa,1991:149). Sikap jujur teremasuk salah satu akhlak
mahmudah, untuk itu kita harus mengupayakan diri kita untuk
selalu bersikap jujur. Allah sangat menganjurkan orang bersikap
jujur, hal ini sesuai dengan Q.S Al Ahzab: 71-70.
ْسِفْغَي َو ْمُنَىاَمْعَا ْمُنَى ْحِيْصُي .اًدْـيِدَس ًلاْىَق اْىُىْىُق َو َالله اىُقـَّتا اىُىَما َهْـيِرَّىا اَهُّـيَاـي
:باصحلاا .اًمْيِظَع اًشْىَف َشاَف ْدَقـَف ًَىْىُسَز َو َالله ِعِطـُّي ْهَم َو ،ْمُنَبْىُـوُذ ْمُنَى
07
-07
Artinya: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah engkau kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar(Departemen Agama, 2005: 427)
Jujur adalah modal untuk mendapatkan kepercayaan dari
orang lain. Jujur juga akan membawa keberuntungan, karena
dengan sifat jujur seseorang akan memberikan kepercayaannya
pada orang tersebut. Biasanya orang yang jujur akan diberikan
kepercayaan kembali oleh orang yang memberikan kepercayaan
kepadanya, karena dia merasa senang dan tidak kecewa dengan hal
teresebut.
Kejujuran adalah seimbangnya antara batin dan lahir
sehingga orang yang jujur adalah orang yang benar dalam
perkataannya, dalam segala perbuatannya, dan juga benar dalam
merupakan orang yang baik, karena kata-katanya, perbuatannya,
juga segala kondisinya selalu benar. Orang yang jujur akan tenang,
karena dia tidak punya beban karena telah mengucapkan ataupun
melakukan sesuatu yang tidak benar.
Jujur perlu dibiasakan sejak dini, karena hal itu mudah dan
ringan dilakukana jika sudah terbiasa, tetapi sebaliknya jika kita
tidak terbiasa akan terasa berat dan sulit. Anak perlu dilatih untuk
berani bersikap jujur, jangan menghukum anak yang telah berani
jujur dengan apa yang telah dilakukan. Jika dia memang salah dan
berani jujur anak cukup diarahkan atas kesalahannya agar dia tidak
takut untuk jujur dikemudian waktu. Hal tersebut kemudian dengan
bertahap akan membentuk anak yang jujur dan terbiasa dengan
melakukan hal itu.
b. Ikhlas
Ikhlas artinya murni atau bersih, tidak ada campuran
(Tatapangarsa, 1991:151). Maksudnya apa yang dia lakukan murni
untuk beribadah pada Allah, dan bersih dari niat-niat
lain.Seseorang yang melakukan pekerjaan dengan niat selain
karena allah maka dia tidak akan mendapat pahala darinya, dia
hanya akan mendapatkan apa yang dia inginkan selain dari allah
tetapi itupun belum pasti ia dapatkan. Contoh seseorang yang
bersedekah karena ingin mendapatkan pujian dia hanya akan
malah mengejeknya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul yang
diriwayatkan Imam Bukhori yang berbunyi:
اموا
يىو ام ئسما ونى امواو ةيىىاب ه امعلأ
Artinya: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang
hanya mendapatkan sesuai niatnya.( Bukhori juz 4: 48).
Ikhlas termasuk akhlak mahmudah yang perlu kita biasakan.
Jika hal tersebut terasa berat perlu dilatih sedikit demi sedikit
dengan melakukan yang ringan terlebih dahulu.
c. Qana’ah
Qana’ah artinya menerima dengan rela apa yang ada atau
merasa cukup dengan apa yang ia miliki (Tatapangarsa,1991:153).
Qana’ah disini bukan berarti menerima apa yang ia miliki tanpa
usaha dan hanya berpangku tangan tanpa melakukan apapun. Jadi
seseorang harus berusaha dengan sungguh-sungguh kemudian
menerima dengan rela apapun hasilnya, karena itu adalah kehendak
allah Swt. Kita semua harus meyakini jika allah sudah bertanggung
jawab untuk memberikan kebutuhan semua makhluknya. Kita
harus berusaha dan menerima dengan ikhlas atas pemberian-Nya.
Dalam QS. Hud ayat 6 dijelaskan:
ُُمَلْعَ يَو
ُ لُكيِفٍباَتِكٍنيِبُماَمَوْ نِمٍةَّباَديِفِضْرلأالاِإاىَلَعِهَّللاَهُ قْزِر
َُ تْسُماَهَعَدْوَ تْسُمَو
اَهَّرَق
Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya.
Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata
Seseorang kadang salah memahami makna qona’ah itu
sendiri, karena beberapa orang menganggap orang yang qona’ah
berarti orang yang putus asa dengan keadaannya, orang yang tidak
mau usaha untuk mengubah diri. Qana’ah dalam pengertiannya
yang luas sebenarnya mengandung lima perkara, yaitu:
1) Menerima dengan rela apa yang ada.
2) Menerima dengan tuhan tambahan yang pantas, disertai
dengan usaha atau ikhtiar.
3) Menerima dengan sabar ketentuan Tuhan.
4) Bertawakal kepada allah.
5) Tidak tertarik oleh tipu daya dunia.
d. Tanggung jawab
Tanggung jawab artinya bersedia untuk melakukan apa yang
seharusnya dilakukan dengan sebaik mungkin. Tanggung jawab
menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab
menurut kamus Bahasa Indonesia adalah berkewajiban
menanggung, memikul jawab,mananggung segala sesuatunya, atau
memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku
atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi
bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani
dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab,
maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu.
Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi,
yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak
lain.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya).
Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat
baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak
lain memerlukan mengabdian atau pengorbanannya. Untuk
memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab
perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan,
keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan
manusia atau hubungan yang dibuatnya. Atas dasar ini, lalu dikenal
beberapa jenis tanggung jawab, yaitu :
1) Tanggung Jawab terhadap Diri Sendiri
QS. Al-An’am ayat 142:
ُهَّللٱبَلَو۟اىُعِبَّتَت
itu musuh yang nyata bagimu (Departemen Agama, 2005: 146).
Tanggung jawab terhadap diri sendiri yaitu kesadaran
setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam
mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan
demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusian
mengenai dirinya sendiri. Contohnya: Rudi membaca sambil
berjalan. Meskipun sebentar-bentar ia melihat ke jalan tetap
juga ia lengah dan terperosok ke sebuah lubang. Ia harus
beristirahat dirumah beberapa hari. Konsekuensi tinggal
dirumah beberapa hari merupakan tanggung jawab ia sendiri
akan kelengahannya.
2) Tanggung Jawab kepada Keluarga
Q. S At Tahrim ayat 6:
ُُةَراَجِْلْاَوُُساَّنلاُاَهُدوُقَوُاًراَنُْمُكيِلْهَأَوُْمُكَسُفنَأُاوُقُاوُنَمآَُنيِذَّلاُاَهُّ يَأُاَي
ُاَمَُنوُلَعْفَ يَوُْمُهَرَمَأُاَمَُهَّللاَُنوُصْعَ يُ َّلاٌُداَدِشٌُظ َلَِغٌُةَكِئ َلََمُاَهْ يَلَع
َُنوُرَمْؤُ ي
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai ( perintah ) Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (Departemen Agama, 2005: 560).
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri
dari suami-istri, ayah-ibu dan anak-anak, dan juga orang lain
bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini
menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga
merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan
kehidupan. Contohnya: Dalam sebuah keluarga biasanya
memiliki peraturan-peraturan sendiri yang bersifat mendidik,
suatu hal peraturan tersebut dilanggar oleh salah satu anggota
keluarga. Sebagai kepala keluarga (Ayah) berhak menegur atau
bahkan memberi hukuman. Hukuman tersebut merupakan
tanggung jawab terhadap perbuatannya.
3) Tanggung Jawab terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan
manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk
sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus
berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan
demikian manusia di sini merupakan anggota masyarakat yang
tentunya mempunyai tanggung jawab tersebut. Wajarlah
apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Contohnya: Safi’i
terlalu congkak dan sombong, ia mengejek dan menghina
orang lain yang mungkin lebih sederhana dari pada dia. Karena
ia termasuk dalam orang yang kaya dikampungnya. Ia harus
konsekuensi dari kelakuannya tersebut, Safi’i dijauhi oleh
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.” (Departemen Agama, 2005: 63).
4) Tanggung Jawab terhadap Bangsa dan Negara
Suatu kenyataan lagi, bahwa setiap manusia adalah warga
dari suatu negara. Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertingkah
laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran
yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya
sendiri. Bila perbuatan manusia itu salah, maka ia harus
bertanggung jawab kepada negara.
Setiap orang harus ikut menjaga negara masing-masing
agar tetap baik dan tentram. Sekarang banyak ulah manusia
yang merugikan negara atau orang lain, seperti penjelasan surat
Ar-Ruum ayat 41:
perbuatan-perbuatan maksiat (supaya Allah merasakan kepada mereka) dapat dibaca liyudziiqahum dan linudziiqahum; kalau dibaca linudziiqahum artinya supaya Kami merasakan kepada mereka (sebagian dari akibat perbuatan mereka) sebagai hukumannya (agar mereka kembali) supaya mereka bertobat dari perbuatan-perbuatan maksiat (Departemen Agama, 2005: 408).
Contohnya: Kasus kriminal yang banyak diberitakan,
seseorang yang mencuri untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Hal itu harus dipertanggungjawabkan kepada
pemerintah, ketika perbuatan itu diketahui ia harus berurusan
dengan pihak kepolisian dan pengadilan.
5) Tanggung Jawab terhadap Allah Swt
Allah SWT menciptakan manusia di bumi ini bukanlah
tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya.
Manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap
perintah Allah SWT. Sehingga tindakan atau perbuatan manusia
tidak bisa lepas dari pengawasan Allah SWT yang dituangkan
dalam kitab suci Al Qur'an. Allah menjadikan manusia sebagai
kholifah di bumi, sehingga manusia harus benar-benar bersikap
baik dan menjaga bumi ini. Hal ini dijelaskan dalam QS.
Al-Baqoroh 30:
ًةَفْيِيَخ ِضْزَ ْلأا يِف وِعاَج ْيِّوِإ ِةَنِئَلاَمْيِى َلُّبَز َهاَق ْذِإ َو
ُهْحَو َو َءاَمِّدىا ُلِفْسَيَو اَهْيِف ُدِسْفُي هَم اَهْيِف ُوَعْجَتَأ اْىُىاَق
ُضِّدَقُو َو َكِدْمَحِب
نْىُمَيْعَت َلا اَم ُمَيْعَأ ْيِّوِإ َهاَق َلَى
ََ
ُحِّبَسُو
menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata : Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (Departemen Agama, 2005: 6)
Selain sebagai kholifah manusia juga memiliki tanggung jawab
untuk beribadah kepada allah, karena allah menciptakan
manusia adalah untuk beribadah kepadanya, dijelaskan dalam
QS. Al-Dzariat ayat 56:
نوُدُبْعَ يِل لاِإ َسْنلإاَو َّنِجْلا ُتْقَلَخ اَمَو
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan untuk beribadah kepadaku.(Departemen Agama,
2005: 523).
Pelanggaran dari hukuman-hukuman tersebut akan
segera diperingatkan oleh Allah dan jika dengan peringatan
yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraukannya
maka Allah akan melakukan kutukan. Contohnya: Seorang
muslim yang taat kepada agamanya maka ia bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri dan kepada Allah. Karena ia
menghindari hukuman yang akan ia terima jika tidak taat pada
ajaran agama. Kedua yang harus dilakukan seorang muslim
kepada Allah SWT adalah memiliki rasa tanggung jawab atas
amanah yang diberikan padanya. Pada hakekatnya kehidupan
inipun merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh karenanya
seorang mukmin senantiasa meyakini apapun yang Allah
berikan padanya, maka itu merupakan amanah yang kelak akan
e. Rendah hati (tawadhu’)
Rendah hati adalah tidak melihat diri kita memiliki nilai
lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya. Orang yang
tawadhu’ adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang
didapatnya bersumber dari Allah SWT. Yang dengan
pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun
dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain,
tidak merasa bangga dengan potensi dan prestasi yang sudah
dicapainya. Ia tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat
segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap
menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah. Sikap
rendah hati ini sangat dianjurkan, dan telah dijelaskan dalam QS.
Al-Furqon ayat 63:
َُنوُلِهاَْلْااوُلاَقاًملََسُداَبِعَوِنَْحَّْرلاَنيِذَّلاَنوُشْمَيىَلَعِضْرلأااًنْوَهاَذِإَوُمُهَ بَطاَخ
Artinya, "Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan 'salâm'." (Departemen Agama, 2005: 365)
B. Keluarga TKW (Tenaga Kerja Wanita)
1. Pengertian keluarga TKW (Tenaga Kerja Wanita)
a. Pengertian keluarga dari beberapa ahli sebagai berikut:
1) Menurut ahid “keluarga adalah umat kecil yang memeliki
kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing
anggotanya” (Ahid, 2010:75).
2) Keluarga adalah kesatuarahan dan kesatutujuan atau keutuhan
dalam mengupayakan anak untuk memiliki dan
mengembangkan dasar-dasar disiplin diri (Shochib, 1998:18).
Pengertian TKW menurut beberapa ahli sebagai berikut:
a. Dalam RUU Tenaga Kerja Luar Negri (versi badan legislatif)
mendefinisikan TKI atau pekerja Indonesia di luar negeri adalah
setiap orang Indonesia dewasa yang sedang dan pasca bekerja di
luar negri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah
atau imbalan dalam bentuk lain (Bab 1 pasal 1 angka 1) (Tim
PSGK, 2007:11).
b. Mughni mendefinisikan buruh migran Indonesia adalah setiap
orang yang akan, sedang, dan pasca bekerja di luar negri di dalam
suatu hubungan kerja dengan menerima upah dan imbalan dalam
bentuk lain (Tim PSGK, 2007:11-12).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan jika
pengertian keluarga TKW adalah sekelompok orang yang memiliki
hubungan darah terhadap anak yang ibunya bekerja di luar negri dan
tinggal serumah dengannya.
2. Faktor penyebab menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita)
Setiap orang yang bekerja menjadi TKW ada sebabnya, menurut
faktor tekanan ekonomi, faktor tekanan psikologis, dan faktor
kemudahan prosedur menjadi TKW .
a. Faktor ekonomi
Sebagaian besar wanita bekerja ke luar negri karena ingin
memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya, dia ingin lebih
makmur dengan memiliki harta yang cukup. Kepemilikannya sulit
dimungkinkan untuk bisa mengubah kondisi ekonominya yang
lemah.
Dimasa sekarang ini pekerjaan semakin sulit didapatkan.
Hasil pertanian penduduk yang sangat minim tidak dapat
mencukupi kebutuhannya. Apalagi sekarang pupuk dan obat
harganya tinggi, sementara hasil pertanian harganya rendah.
Lebih-lebih banyaknya penyakit yang menyerang tanaman petani
menyebabkan minimnya hasil dan pendapatan dari sektor
pertanian. Selain itu jasa manusia sangat minim dibutuhkan karena
tergeser oleh tenaga mesin yang banyak berdatangan.
Kebutuhan yang semakin banyak, harga yang melambung
tinggi, serta biaya pendidikan anak yang tidak sedikit juga menjadi
pendorong bagi mereka untuk menjadi TKW. Mereka kesulitan
untuk mencukupi kebutuhannya, padahal itu semua harus
didapatkan. Mulai dari sandang, pangan, dan papan senua harus
Dengan menjadi TKW mereka akan mendapatkan gaji tetap
yang lumayan tinggi dan bisa ia gunakan untuk mencukupi
kebutuhannya. Dia tidak perlu sulit-sulit dan banyak berfikir, yang
penting dia bekerja menyelesaikan tugasnya selesai istirahat, setiap
bulan menerima gaji. Hal ini menjadikan mereka lebih senang
menjadi TKW dari pada dirumah tapi tidak punya apa-apa.
b. Faktor tekanan psikologis
Selain karena faktor ekonomi, seseorang menjadi TKW
karena faktor psikologis. Sebenarnya juga masih berhubungan
dengan ekonomi, akan tetapi keinginannya bukan untuk memenuhi
kebutuhannya yang masih kurang. Mereka ke luar negri karena
gengsi dengan tetangganya yang mampu atau ingin seperti
tetangganya yang pulang dari luar negri dan mempunyai banyak
harta yang dihasilkan dari sana.
Perbedaan antar masyarakat sangat mencolok pada
kepemilikannya. Orang yang kaya memiliki rumah bagus, isi
rumah yang lengkap, tanah yang luas, perhiasan, serta kendaraan
yang bagus. Sementara mereka yang biasa atau tidak punya hanya
memiliki rumah sederhana dan fasilitas apa kadarnya dengan gaya
hidup yang sederhana. Hal tersebut menjadikan para istri berminat
untuk menjadi TKW. Padahal itu hanya sementara ketika mereka
baru pulang, setelah beberapa waktu di rumah biasanya mereka
c. Faktor kemudahan prosedur menjadi TKW
Untuk menjadi TKW caranya sangatlah mudah, hal itu
mengakibatkan banyaknya orang berminat menjadi TKW.
Meskipun sebenarnya dia kurang membutuhkan seseorang kadang
pergi karena terbawa bujukan sponsor (orang yang mencari
peminat menjadi TKW) dan syaratnya yang mudah. Seseorang
tidak perlu mempunyai pendidikan khusus karena di PT
calon-calon TKW diajarkan bahasa dan ketrampilan yang akan
dikerjakan disana. Dan untuk biaya pendidikan dan lain-lain bisa
potong gaji, sehingga dia tidak harus memiliki uang untuk biaya
berangkat.
Banyak sponsor yang masuk ke desa-desa untuk mencari
orang yang mau ke luar negeri. Para sponsor akan mendekati
seseorang di tiap-tiap desa dan memberikan persen guna mendekati
orang-orang disekitarnya. Mereka memberikan iming-iming
keberhasilan sepulang dari sana. Di luar nanti mereka tinggal
bekerja dan akan menerima gaji yang besar setiap bulan. Itulah
beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya kaum istri yang
berminat menjadi TKW. Dengan rayuan yang manis dan
iming-iming yang menarik lama-kelamaan ibu-ibu mulai berfikir dan
lama-kelamaan mereka akan tertarik.
3. Kendala dan pemecahan yang dihadapi dalam keluarga TKW
a. Pendidikan anak
1) Kondisi pengetahuan pengasuh
Anak membutuhkan pengasuhan yang tepat supaya dia
terbentuk sesuai yang diharapkan. Hal itu juga dipengaruhi
oleh pendidikan pengasuhnya. Orang yang berpendidikan
rendah kurang mengerti tentang cara mengasuh yang tepat.
Mereka juga kurang mengetahui tugas anak sekolah, prestasi,
dan kegiatan-kegiatan lain.
Orang tua dalam melaksanakan berbagai upaya baik
spiritual (psikis) ataupun fisik juga akan sangat dipengaruhi
oleh tingkatan pendidikannya. Pendidikan yang rendah
biasanya dalam merawat atau perhatian pendidikan seadanya
atau alami sesuai dengan perputaran waktu atau bahkan
pengaruh lingkungan (Mansur, 2005:358). Hal itulah yang
menjadi kendala pengasuh dalam mendidik akhlaknya.
2) Kondisi kepedulian pengasuh terhadap pendidikan
anak
Orang tua terkadang menyekolahkan anak tanpa
memiliki tujuan yang jelas, dia hanya mengikuti kebiasaan
orang yang ada disekitarnya. Sekolah kemudian lulus dan
melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Mereka tidak
mempedulikan nilai anak, yang penting sekolah seperti