i
INOVASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI MADRASAH IBTIDAIYAH KABUPATEN MAGELANG
(STUDI MULTI SITUS PADA MI AL-ISLAM TONOBOYO
BANDONGAN, MI AL- FALAH KALIANGKRIK DAN MIN
KRINCING SECANG TAHUN 2014-2015)
Disusun oleh
ISLAMIYAH
NIM.MI.13.023
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
Untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA
iv
Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik, dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Secang) tahun ajaran 2014- 2015”
Madrasah Ibtidaiyah didirikan masyarakat sebagai lembaga pendidikan Islam dipercaya sebagai lembaga pendidikan tafaquhudin. Setelah lahir SKB tiga menteri tahun 1975 semakin mengokohkan kedudukan madrasah sebagai lembaga pendidikan tingkat dasar yang secara formal sejajar dengan sekolah dasar. Dengan muatan kurikulumnya 70% pendidikan umum dan 30% pendidikan agama.
Namun dalam kenyataanya animo masyarakat terhadap madrasah ibtidaiyah rendah. Mereka lebih suka memasukkan anaknya ke sekolah dasar dengan alasan pendidikan umumnya lebih maju. Sedangkan di MI serba tanggung, pendidikan umumnya tidak matang dan pendidikan agamanya tidak matang.
Padahal dalam kenyataanya madrasah ibtidaiyah juga melakukan beberapa inovasi untuk mempertahankan eksistensinya, terutama inovasi dalam pendidikan agama Islam. Sehingga peneliti terusik klebih jauh untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang inovasi pembelajaran agama Islam yang dilakukan madrasah ibtidaiyah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang dalam melakukan inovasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam,mengetahui implementasi inovasi pembelajaran Pendidikan agama Islam dan implikasinya terhadap lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang pada tahun 2014/2015.
Adapun Pendekatan Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif.Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah teknik wawancara, observasi dan angket.
v
ABSTRACT
Title: The innovation of Islamic Education Learning at Madrasah Ibtidaiyah in Magelang Rgency (Multi Situs Study at The Al Islam Islamic Elementaary School in Tonoboyo Bandongan, Al Falah Islamic Elementary School in Kaliangkrik, and State Islamic Elementary Schol inf Krincing Secang) on 2014- 2015”
The background of the problem is the moslem society prefer enter the children in the elementary school to enter the children in the Islamic elementary school. Actually the Islamic elementary school that innovate the Islamic education learning to defense their excistence.
The aim of this research are to know how the Islamic elementary School in Magelang Regency innovate Islamic education learning , implementation of Islamic education learning innovation and the implication to Islamic elementary school in Magelang Rgency on 2014/2015.
The approach of this research is qualitative approach , qualitative description method by observe the research object and interview to the headmaster of islamic elementery school and the teachers. The researcher collect their data by interview methode, document methode and document methode. So the analis data methode don’t use statistic but use discriptive analitic.
vi
PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT,Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang
kepada seluruh umat-Nya yang telah melimpahkan taufik serta hidayah-Nya.
Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang telah merubah zaman kegelapan (jahiliah) menjadi zaman yang
terang benderang dengan manusia yang berakhlak melalui ajaran agama Islam
yang dibawanya, serta syafaatnya senantiasa kita harapkan di hari kiamat
kemudian.
Atas pancaran ilmu-Nya yang dianugerahkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul “Inovasi Pembelajaran Agama Islam di
Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Magelang (Studi Multi situs Madrasah
Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo Bandongan, Madrasah Ibtidaiyah Al Falah
Kaliangkrik, dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Secang) tahun ajaran 2014-
2015)”, dengan baik, dan lancar. Semua ini tidak lain adalah atas pertolongan
dari Allah SWT.
Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmad Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag, selaku Direktur Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
3. Bapak Dr.Imam Sutomo, M.Ag.. selaku pembimbing yang penuh dengan
keihlasan, kesabaran dan kejelian untuk memberikan bimbingan dan
vii
4. Seluruh dosen dan karyawan Program Pascasarjana IAIN Salatiga yang
telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan pelayanan kepada penulis.
5. Bpk. Rozib Sulistio, M.Pd.I (Kepala MI Islam dan guru-guru MI
Al-Islam Tonoboyo), Bapak Fadhoil, S.Ag. (Kepala Al-Falah Kaliangkrik
beserta guru ), Bapak Drs. Tahsin, M.Pd.I selaku Kepala MIN Krincing
Secang beserta seluruh dewan guru, karyawan dan peserta didiknya yang
telah memberikan kesempatan dan bantuan demi terselesainya penelitian
kepada penulis.
6. Seluruh pihak yang telah terlibat dalam penyusunan tesis ini.
Penulis meyadari bahwa semua itu adalah kekurangan dari diri pribadi
penulis, dengan ini mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
seluruh pembaca untuk menjadi yang lebih baik.
Penulis berharap semoga Tesis ini memberikan kemanfaatan dan
kemaslahatan khususnya pada diri pribadi penulis dan pembaca serta dalam
ilmu pendidikan secara umum. Amin ya robbal’alamin.
Salatiga, 19 Agustus 2015
Penulis,
Islamiyah, S.Ag.
viii
3. Rekan- rekan guru madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang dan rekan- rekan
guru pada umumnya.
4. Kepada teman-teman PPs IAIN salatiga angkatan 2013 yang saya cintai.
ix
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN .. ... iii
ABSTRAK... ... iv
KATA PRAKATA ... vi
MOTTO... ... vii
PERSEMBAHAN... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Balakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah. ... 6
C. Tujuan dan manfaat penelitian ... 7
D. Kajian Pustaka ... 8
E. Metode Penelitian ... 12
F. Sistematika Penulisan ... 22
BAB II KAJIAN TEORI ... 24
A. Pendidikan Agama islam di Madrasah Ibtidaiyah ... 24
1. Sejarah Madrasah setelah SKB tiga Menteri. ... 24
2. Pendidikan Agama islam ... 28
B. Inovasi Pembelajaran pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah ... 35
1. Pengertian Inovasi ... 35
2. Inovasi Kurikulum... ... 35
3. Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan Berkarakter. 36
4. Kurikulum 2013... 42
x
2. Visi, Misi dan Tujuan MI Al-Islam Tonoboyo... 56
3. Kondisi Obyektif Madrasah... 59
a. Kondisi Obyektif Bangunan...59
b. Fasilitas yang Dimiliki...60
c. Tenaga kependidikan...60
d. Keadaan Siswa...61
B. Gambaran obyek MI Al-Islam Tonoboyo 1. Kegiatan Pembelajaran di MI Al-Islam Tonoboyo... 62
2. Penilaian Pengembangan Diri MI Al-Islam Tonoboyo... ..67.
a. KKM mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam MI Al-IslamTonoboyo ...68
b. Kriteria kenaikan Kelas dan.Kelulusan...69
C. Gambaran Umum MI Al-Falah Kaliangkrik 1. Sejarah berdirinya MI Al-Falah kaliangkrik...71
2. Visi, Misi dan Tujuan MI Al-Falah Kaliangkrik...74
3. Kondisi Obyektif Madrasah a. .Sarana dan Prasarana ...75
b. Keadaan Siswa ... 76
c. Tenaga kependidikan ... 76
d. Identitas Madrasah a. Gambaran Obyek MI Al-Falah 1. Muatan dan Struktur Kurikulum ... 79
xi E. Gambaran Umum MIN Krincing
1. Sejarah Berdirinya MIN Krincing Secang ... . 84
2. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah ... 89
3. Kondisi Obyektif Madrasah a. Sarana dan Prasarana MIN Krincing ... 91
b. Keadaan Siswa ... 92
F. Gambaran Obyek Penelitia MIN Krincing... 93
1. MuatanKurikulum MIN Krincing Secang... 93
2. Kegiatan Pembelajaran PAI di MIN Krincing Secang ... 97
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Inovasi Pembelajaran PAI di MI Kabupaten Magelang ... 109
B. Implementasi Inovasi Pembelajaran PAI di MI Kabupaten Magelang ... 129
C. Implikasi Inovasi Pembelajaran PAI di MI Kabupaten Magelang.. 144
BAB V PENUTUP ...145
1. Simpulan... 145
2. Saran...152
DAFTAR PUSTAKA... 154
LAMPIRAN...157
xii
1.2 Nama Guru dan Karyawan MI Al-Islam Tonoboyo ...61
1.3 Jadwal Kegiatan Pengembangan Diri MI Al-Isla...68
1.4 Penilaian Kegiatan Pengembangan Diri MI Al-Islam...69
1.5 Kriteria Ketuntasan Minimum Mapel PAI MI Al-Islam ... 70
1.6 KKM Mapel PAI MI Al-Islam semester gena ... .71
2.1 Tenaga Kependidikan MI Al-Falah Kaliangkrik... ...81
2.2 Struktur Kurikulum PAI MI Al-Falah Kaliangkrik... ...81
2.3 KKM Mapel PAI MI AL-Falah Kaliangkrik ...90
2.4 Alokasi Waktu Kegiatan Pengembangan Diri MI al-Falah Kaliangkrik...90
2.5 Alokasi Waktu Kegiatan Pengembangan Diri MI al-Falah Kaliangkrik...90
3.1 Jadwal Kegiatan Pengembangan Diri di MIN Krincing Secang... ... 106
3.2 Penilaian Kegiatan Pengembangan Diri MIN Krincing ...107
3.3 Struktur Kurikulum MIN Krincing Secang ...104
3.4 Pengaturan Beban Belajar di MIN Krincing...105
1 A. Latar Belakang Masalah
Lembaga Pendidikan Islam bisa dikategorikan lembaga industri mulia (noble
Industry) karena mengemban misi ganda yaitu profit dan sosial. Profit untuk
mencapai keuntungan, ini dapat dicapai dengan efisiensi dan efektivitas dana
bisa tercapai, sehingga pemasukan (income) lebih besar dari biaya operasional.
Misi sosial untuk mewariskan dan menginternalisasikan nilai-nilai luhur.
Kedua misi ini dapat dicapai secara maksimal apabila lembaga pendidikan
Islam tersebut memiliki modal human-capital dan social capital yang
memadai serta keefektifan efisiensi yang tinggi. Itulah sebabnya mengelola
lembaga pendidikan Islam tidak hanya dibutuhkan profesionalisme yang
tinggi tetapi juga niat yang suci1 termasuk di dalamnya menginovasi pelaksanaan pembelajaran agama Islam.
Pada dasarnya pendidikan Islam menekankan bimbingan bukan
pengajaran yang mengandung otoritatif pihak pelaksana pendidikan (guru)
dengan bimbingan sesuai ajaran-ajaran Islam. Maka anak didik mempunyai
ruang gerak untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya. Guru
berfungsi sebagai fasilitator petunjuk jalan ke arah penggalian potensi anak.2
1
Sutiah dkk, Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/ Madrasah, Jakarta: Pernada media Group, 2009, 5.
2
Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat dalam berbagai aspek
kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan merupakan upaya
menjembatani masa sekarang dan masa yang akan datang dengan
memperkenalkan pembaharuan-pembaharuan yang lebih mengarah pada
efektivitas dan efisiensi. Kebutuhan akan layanan kepada peserta didik dan
perbaikan kesempatan belajar bagi mereka telah menjadi pendorong utama
timbulnya pembaharuan pendidikan. Oleh karena itu lembaga pendidikan
harus mampu mengantisipasi perkembangan tersebut dengan terus menerus
mengupayakan suatu program yang sesuai perkembangan anak,
perkembangan zaman, situasi dan kondisi peserta didik.
Madrasah ibtidaiyah sebagai satu bagian dari lembaga pendidikan Islam
yang merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia setelah pondok
pesantren yang didirikan oleh para tokoh masyarakat sebagai lembaga
pendidikan untuk memahami agama Islam. Masyarakat pada umumnya
memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah dengan
tujuan agar mereka dapat memahami agama, terampil membaca al-Qur’an dan
berakhlak mulia dan menjadi anak yang soleh dan sholehah.
Madrasah ibtidaiyah yang sebelum terbit SKB tiga menteri menerapkan
kurikulum pendidikan agama 70% dan pendidikan umum 30%, maka sejak
turun SKB tiga menteri berubah menjadi 70% pelajaran umum dan 30%
3
ibtidaiyah menerapkan pendidikan agama 100% dan pendidikan umum
100%.
Sehingga dari situlah mulai timbul pro kontra dari para tokoh pendiri
tentang keberadaan madrasah sebagai lembaga tafaquhuddin. Dengan
berubahnya kurikulum pendidikan agama mereka meragukan lembaga
pendidikan Islam sebagai lembaga yang mencetak generasi muda yang
menguasai agama Islam. Kemudian mereka mendirikan madrasah diniyah.
Namun di sisi yang lain sebagian dari mereka lega karena keberadaan
madrasah ibtidaiyah diakui sejajar dengan sekolah dasar sebagai lembaga
pendidikan formal di Indonesia.
Dalam perjalanannya berdasarkan kebijakan pemerintah banyak madrasah
ibtidaiyah swasta yang dijadikan madrasah ibtidaiyah negeri. Namun banyak
pula madrasah ibtidaiyah yang mempertahankan eksistensinya sebagai
madrasah ibtidaiyah swasta di bawah naungan sebuah yayasan. Sehingga
obyek penelitian yang penulis teliti adalah madrasah ibtidaiyah negeri dan
swasta.
Namun, berdasarkan fenomena yang ada banyak orang tua atau
masyarakat yang enggan memasukkan anaknya ke madrasah ibtidaiyah.
Mereka lebih memilih memasukkan anaknya ke sekolah dasar. Madrasah
ibtidaiyah hanya dijadikan alternatif kedua bila anaknya tidak diterima di
sekolah dasar, barulah dimasukkan ke madrasah ibtidaiyah. Hal itu terjadi
3
karena anggapan masyarakat agar anaknya bisa menguasai pendidikan umum
harus masuk ke sekolah dasar sedangkan di madrasah ibtidaiyah hanya
mengajarkan agama saja.
Padahal sejak tahun 1994 lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah sudah
merupakan sekolah dasar yang bercirikan Islam. Dalam pendikan umum,
kurikulum pendidikan umum sama dengan kurikulum di sekolah dasar,
Sedangkan dalam pendidikan agama Islam lebih banyak dalam materinya
maupun alokasi waktunya. Ketika ada pembaharuan kurikulum dari kurikulum
berbasis kompetensi, kurikulum Tingkat Satuan pendidikan sampai kurikulum
2013 madrasah ibtidiyah juga melakukan hal tersebut baik itu dalam materi
pendidikan umum maupun pendidikan agama Islam.
Ada juga sebagian masyarakat berasumsi bahwa belajar di madrasah
ibtidaiyah serba tanggung. Mata pelajaran umumnya tidak matang, pendidikan
agamanya juga dianggap tidak matang. Padahal berdasarkan fenomena yang
ada, banyak madrasah ibtidaiyah yang melakukan inovasi untuk meningkatkan
mutu pembelajarannya misalnya dengan memberikan jam tambahan di luar
jam pelajaran seperti mengambil guru dari lembaga pendidikan pesantren atau
alumninya untuk meningkatkan pembelajaran agama Islam. Melakukan
kegiatan sholat berjamaah dan rangkaiannya. Melakukan kegiatan peringatan
hari besar Islam seperti Maulid Nabi dan kegiatan Qurban di sekolah.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaranya madrasah ibtidaiyah telah
memenuhi kualisi akademik dalam mengajar seperti berijazah S.1 pendidikan,
banyaknya guru yang mengikuti work shop atau pelatihan untuk
meningkatkan kualitas pembelajarannya dan memenuhi standar nasional
pendidikan dengan nilai akreditasi B mendekati A.
Disamping itu berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Dinas
Pendidikan Nasional Kabupaten Magelang tahun 2011 peringkat tertinggi
ujian nasional juga diraih siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda Donorejo
Mertoyudan. Bahkan ada salah satu siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda
Mertoyudan yang memperoleh peringkat 10 tingkat propinsi.4
Untuk itulah penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang pembaharuan
atau inovasi yang telah dilakukan lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah
terutama dalam melakukan inovasi dalam pembelajaran agama Islam. Untuk
mengfokuskan permasalahan, madrasah ibtidaiyah yang akan penulis teliti
adalah madrasah ibtidaiyah yang berada di Kabupaten Magelang.
Adapun yang menjadi subyek penelitiannya adalah Madrasah Ibtidaiyah
Al Islam Tonoboyo Kecamatan Bandongan di Kabupaten Magelang,
Madrasah Ibtidaiyah Al Falah di Kecamatan Kaliangkrik dan Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Secang. Dengan demikian penulis mengambil judul
penelitian “ Inovasi Pembelajaran Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah di
Kabupaten Magelang ( Studi Situs Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo
4
Bandongan, Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik, dan Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Secang) tahun ajaran 2014- 2015”
B. Rumusan dan Batasan Masalah
1. Batasan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut lembaga pendidikan Islam yaitu
madrasah ibtidaiyah dihadapkan pada berbagai permasalahan seperti animo
masyarakat yang lebih suka memasukkan anaknya ke sekolah dasar, di satu
sisi kita membutuhkan generasi yang mempunyai dan mengamalkan nilai-
nilai luhur berdasarkan ajaran Islam untuk mempersiapkan diri dalam
menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi pada
masa yang akan datang. Lembaga madrasah Ibtidaiyah sebagai sekolah dasar
yang bercirikan Islam harus mampu mengatasi permasalahan di atas. Untuk
itu diperlukan inovasi atau pembaharuan yang dilakukan oleh madrasah
ibtidaiyah terutama dalam pembelajaran agama Islam untuk mengembalikan
kepercayaan masyarakat bahwa madrasah juga mampu memberikan
pendidikan umum kepada peserta didik tetapi juga mampu menanamkan nilai-
nilai luhur agama Islam dengan beberapa inovasi yang dilakukan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka
masalah-masalah itu dapat dirumuskan berupa pertanyaan- pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana cara madrasah ibtidaiyah melakukan inovasi pembelajaran
2. Bagaimana cara mengimplementasikan inovasi pembelajaran agama
Islam di Kabupaten Magelang pada tahun 2014/ 2015
3. Apa implikasi dari pelaksanaan inovasi pembelajaran Agama Islam
pada madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang.
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini kami lakukan dengan dengan tujuan untuk
1. Mengetahui cara madrasah ibtidaiyah melakukan inovasi pembelajaran
dalam pendidikan agama Islam
2. Mengetahui implementasi inovasi pembelajaran agama Islam di
Kabupaten Magelang pada tahun 2014/ 2015
3. Apa implikasi dari inovasi pembelajaran agama Islam yang telah
dilakukan madrasah ibtidaiyah di kabupaten magelang pada tahun
2014/2015
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi
dua yaitu:
a) Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menyempurnakan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang cara madrasah
lembaga pendidikan yang lain. Terutama dalam melakukan inovasi
pembelajaran agama Islam pada umumnya dan inovasi pembelajaran
agama Islam pada lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah secara
lebih spesifiknya.
b) Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk
1. Guru-guru dan guru-guru agama Islam pada khususnya untuk
menerapkan inovasi pembelajaran agama Islam yang dilakukan
madrasah ibtidaiyah.
2. Pengelola madrasah ibtidaiyah dan sekolah pada umumnya dapat
menerapkan inovasi pembelajaran Agama Islam ini sehingga
eksistensinya diakui oleh masyarakat.
3. Kepala sekolah sebagai manager sekolah dapat memasukkan
inovasi pembelajara agama Islam ini dalam kurikulum sekolahnya.
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini meliputi dua hal yaitu penelitian terdahulu dan
kerangka teori. Sebenarnya telah ada penelitian tentang inovasi pembelajaran
Muhammad Ali Sadikin5 dalam tesisnya menyimpulkan bahwa inovasi guru sangat penting agar peserta didik bisa mengikuti pembelajaran agama
Islam dengan menggunakan metode yang bervariasi.
Kalau dalam tesis di atas hanya menyoroti inovasi yang perlu dilakukan
guru dalam pembelajaran PAI dengan memilih metode yang tepat, maka
penelitian yang akan penulis lakukan lebih dari itu, yaitu inovasi yang
dilakukan oleh sebuah lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah untuk
mempertahankan eksistensi mutu kelembagaannya.
Tesis yang ditulis oleh Hidayad6 dalam penelitiannya yang menggunakan pendekatan kualiatif dan analisa datanya menggunakan analisa deskriptif
menyimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
luar jam pelajaran merupakan kegiatan untuk mengaktualisasikan
pembelajaran Agama Islam di dalam jam pembelajaran Agama Islam dan
sebagai faktor pendukung dan merupakan kurikulum yang tersembunyi.
Berbeda dengan fenomena yang peneliti temui, kegiatan pembelajaran
agama Islam di luar jam pelajaran di madrasah ibtidaiyah yang penulis teliti
merupakan kurikulum yang sudah terstruktur dan terencana di dalam
melakukan inovasi pembelajaran Agama Islam dan sebagai penyempurna
kegiatan Pembelajaran Agama Islam di dalam jam pelajaran.
5
Muhammad Ali Sadikin, Inovasi Guru dalam Penggunaan Metode dan Bahan Ajar Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Nasima Semarang, Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2013, 3- 21.
6
Akhri Isti’anah7 dalam tesisnya dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan analisa datanya menggunakan korelasi parsial korelasi bivarian
dengan variabel bebas Peran Tenaga Pendidik dan Desain Pembelajaran PAI
dan variabel terikatnya adalah motivasi masyarakat menyimpulkan bahwa
peran tenaga pendidik dan desain Pembelajaran dan Motivasi Masyarakat di
MIN Sumberejo sangat baik dengan angka 62,5% dan Desain Pembelajaran
PAI 64,9% dan motivasi masyarakat 52,7%. Sedangkan di MIN Mlangen
peran tenaga pendidik 71,1% dan Desain Pembelajaran 50% Motivasi
Masyarakat 55,9%. Hubungan peran tenaga pendidik dan desain pembelajaran
PAI dengan motivasi masyarakat di MIN Sumberejo sangat baik dengan
interval 16 presentasi 52,7%. Sedangkan di MIN Mlangen hubungan peran
tenaga pendidik dan desain pembelajaran PAI dengan motivasi masyarakat
baik dengan interval 16 dan presentasi 55, 9%.
Apabila dengan penelitian kuantitatif saja dapat kita lihat bahwa dengan
guru yang profesional dalam mengembangkan desain pembelajaran
Pendidikan Agama Islam bisa meningkatkan motivasi masyarakat untuk
memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah maka
inovasi dalam pembelajaran agama Islam diharapkan bisa meningkatkan
motivasi masyarakat untuk memasukkan anaknya ke madrasah ibtidaiyah.
Oleh karena itu penelitian yang penulis lakukan untuk bisa menyempurnakan
penelitian sebelumnya dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
7
Muchamad Arifin8 dalam dalam tesisnya dengan fokus penelitiannya mengenai manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDIT
Assalamah dan SDI Assalamah dengan subyek penelitiannya kepala sekolah,
wakil kepala sekolah bagian kurikulum dan siswa dengan menggunakan
metode observasi, wawancara dan dokumentasi dalam mengumpulkan datanya
penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif dan analisa
datanya menggunakan analisa diskriptif menunjukkan hasil bahwa manajemen
pembelajaran agama Islam di SDIT Assalamah dengan SDI Istiqomah berbeda
dalam perencanaan program yang dijalankan.
Dalam struktur kurikulum, perencanaan, dan jumlah jam pertemuan dalam
satu minggu di SDIT Assalamah 35 menit perjam. Pembelajaran PAI di SDIT
Assalamah dimulai kelas 5-6. Kurikulum lokal yang menjadi ciri khas adalah
khitobah, tahsin, tahfidz, dan tilawah. Sedangkan Pendidikan agama Islam di
SDI Istiqomah 105 menit atau tiga jam pertemuan dalam satu minggu mulai
kelas 1-6. Adapun yang menjadi ciri khas keunggulan adalah tartil, tahfidz dan
khot. Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SDIT
Assalamah guru PAI mendapat penghargaan yayasan apabila mereka dapat
memenuhi rapor guru yang telah ditetapkan yayasan secara holistik sedangkan
di SDI Istiqomah guru mendapat penghargaan secara insidentil. Proses
pembelajaran di SDIT Assalamah menggunakan proses pembelajaran model
full day school sedangkan di SDI proses pembelajarannya menggunakan
8
model sesuai standar yayasan. Dari diskripsi di atas Muchamad Arifin
menyimpulkan bahwa kepala sekolah, guru PAI, wakil kepala sekolah bagian
kurikulum harus bersinergi dalam melakukan manajemen pembelajaran PAI
secara profesional.
Kalau penelitian yang dilakukan Muchamad Arifin adalah manajemen
pembelajaran PAI di sekolah dasar Islam sedangkan yang akan penulis teliti
adalah inovasi yang dilakukan madrasah ibtidaiyah dalam pembelajaran
agama Islam. Antara inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam dengan
manajemen pembelajaran agama Islam ini juga saling berkaitan sehingga
diharapkan penelitian yang kami lakukan ini bisa melengkapi penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya.
Dari penelitian-penelitian yang telah ada di atas dapat kita lihat penelitian
yang telah dilakukan adalah inovasi dalam metode dan bahan ajarnya.
Sedangkan yang berkaitan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam
membahas tentang desain dan manajemen pembelajarannya. Adapun yang
akan penulis teliti adalah tentang inovasi pembelajaran agama Islam. Dengan
demikian antara desain pembelajaran, manajemen pembelajaran ini saling
berhubungan diharapkan penelitian ini bisa melengkapi penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya.
E. Metode Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan ini merupakan jenis penelitian
lapangan atau Field Research. Pengumpulan datanya dikumpulkan di
lapangan yaitu di lembaga pendidikan dasar madrasah ibtidaiyah.
Penelitian ini penulis mulai dengan mengadakan observasi di lapangan
untuk mengetahui kegiatan inovasi yang dilakukan madrasah ibtidaiyah di
Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo Bandongan, Madrasah Ibtidaiyah
Al- Falah Kaliangkrik dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Krincing Secang.
2. Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah
menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lesan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.9
Menurut teori penelitian kualitatif, agar penelitiannya dapat
betul-betul berkualitas, data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau
kata-kata yang diucapkan secara lesan, gerak-gerik atau atau perilaku yang
dilakukan subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini subjek penelitian
yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Data sekunder adalah data
yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen
9
Lexy, J Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosyada,
rapat, SMS, ) foto-foto, film, rekaman video, atau benda-benda lain yang
dapat memperkaya data primer.10
Karena obyek yang akan penulis teliti tentang inovasi
pembelajaran agama Islam di MI Islam Tonoboyo Bandongan, MI
Al-Falah Kaliangkrik, MIN Secang, maka data primernya penulis peroleh dari
hasil wawancara terhadap kepala madrasah, guru- guru dan siswa serta
pengamatan yang penulis lakukan terhadap kepala madrasah maupun
guru-guru yang ada di MI Al-Islam Tonoboyo bandongan, MI Al-Falah
Kaliangkrik serta MIN Krincing Secang. Adapun data sekundernya bisa
penulis cari lewat KTSP berkarakter yang telah dibuat oleh MI Al- Islam
Tonoboyo, MI Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Secang. Selain itu juga
foto-foto tabel atau catatan yang berkaitan dengan inovasi pembelajaran
agama Islam baik yang berada di MI Al Islam Tonoboyo Bandongan, MI
Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing Secang.
Dalam aspek pola pikir, penelitian kualitatif menggunakan pola pikir
induktif. Pola pikir induktif adalah menarik kesimpulan dari hal- hal yang
khusus menuju ke hal-hal yang umum. Penelitian kualitatif bertujuan
menyusun konsep berdasarkan hasil analisa data empiris. Penelitian
Kualitatif menggunakan desain tidak lengkap terbuka untuk perubahan.
10
Lexy, J Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosyada,
Dalam aspek strateginya, penelitian kualitatif memahami dan mencari
makna di balik tingkah laku yang nampak pada subjek penelitian.
Penelitian kualitatif menggunakan analisa diskriptif kualitatif. Penelitian
kualitatif fokus penelitiannya pada proses dan makna di balik kejadian.
3. Subyek dan Lokasi Penelitian
Karena permasalahan yang akan teliti tentang inovasi pembelajaran
agama Islam di Kabupaten Magelang maka yang menjadi subyek
penelitiannya adalah guru-guru di MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan, MI
Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing Secang. Sedangkan lokasi
penelitiannya bukan semua madrasah ibtidaiyah penulis teliti. Akan tetapi
penulis mengambil sampel tiga madrasah yang ada di Magelang. Ketiga
madrasah tersebut telah merupakan salah satu bagian dari madrasah
unggulan yang ditunjuk Kementrian Agama Kabupaten Magelang. Yang
dimaksud madrasah unggulan di sini yaitu madrasah yang menyusun
sendiri Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter dari
masing-masing tim madrasah yang disetujui oleh dewan guru, komite sekolah dan
disyahkan oleh Kepala Mapenda Kabupaten Magelang. Madrasah
unggulan tersebut diambil dari setiap kecamatan satu madrasah swasta dan
lima Madrasah Ibtidaiyah Negeri.
MI Al-Islam Tonoboyo yang berada di kecamatan Bandongan mewakili
madrasah yan berdekatan dengan lokasi lembaga pendidikan pesantren.
Di dekat MI Al Islam Tonoboyo yang hanya berseberangan dengan jalan
raya terdapat Sekolah Dasar Negeri I Tonoboyo.
MI Al-Falah Kaliangkrik yang berdiri sebelum lahir lembaga
pendidikan Pondok Pesantren Damarjati berdiri. Setelah Pondok Pesantren
Damarjati berdiri, maka banyak siswa belajar di madrasah tersebut.
Dalam pembelajaran agama Islam berdiri sendiri tidak melibatkan ustadz
yang ada di pondok pesantren.
MIN Secang merupakan salah satu Madrasah Ibtidaiyah Negeri dari
lima Madrasah Ibtidaiyah Negeri yang ada di Kabupaten Magelang. MIN
Secang di lintas jalan raya propinsi antara Magelang-Semarang. Letaknya
berjauhan dengan Sekolah Dasar Negeri.
Ketiga madrasah ibtidaiyah yang tersebut di atas peneliti anggap bisa
mewakili madrasah ibtidaiyah unggulan yang ada di Kabupaten Magelang
dalam melakukan inovasi pembelajaran agama Islam di Kabupaten
Magelang. Inovasi pembelajaran agama Islam yang termuat di dalam
KTSP Berkarakter itu tidak hanya inovasi pembelajaran agama Islam
dalam kegiatan Pembelajaran yang ada di dalam kelas tetapi juga inovasi
pembelajaran agama Islam yang ada di luar jam pelajaran sebagaimana
yang sudah tertuang dalam KTSP berkarakter. Adapun kurun waktu yang
penulis lakukan yaitu dari proses pembuatan KTSP berkarakter dalam
pembelajaran Agama Islam yang dibuat tahun 2014 dan
implikasinya. Oleh karena itu lokasi yang penulis pilih untuk melakukan
penelitian yaitu di Madrasah Ibtidaiyah Al- Islam Tonoboyo Bandongan.
Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah Kaliangkrik dan Madrasah Ibtidaiyah
Negeri Krincing Secang. Adapun inovasi pembelajaran agama Islam yan
akan penulis teliti adalah sejak dibuatnya KTSP berkarakter yaitu dari
tahun 2014 sampai dengan tahun 2015.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif ini penulis menggunakan berbagai prosedur
pengumpulan data dalam rangka menegaskan wawasan yang sedang
dikembangkan dan menjamin kepercayaan data yang dikumpulkan.
Metode yang tepat bagi penelitian kualitatif adalah campuran berbagai
sumber data dan berbagai metode. Sumber data dapat berupa manusia,
benda, situasi, kejadian, penampilan dan perilaku orang ( atau makhluk
lain seperti hewan), dan berbagai bentuk tulisan,gambar, grafik, serta
bentuk- bentuk grafis lainnya. Maka dalam mengumpulkan data ini penulis
menggunakan sumber data primer dari pelaku inovasi pembelajaran agam
Islam itu sendiri maupun data-data sekunder seperti foto-foto, catatan dan
tabel, hasil rekaman atau dokumen lain yang berkaitan dengan inovasi
pembelajaran Agama Islam.
Metode yang digunakan juga harus bermacam- macam , yaitu angket,
wawancara, pengamatan, pencermatan, dan lain- lain. Dengan
yang dikaji semakin jelas. Dalam penelitian apapun sebenarnya prinsip
triangulasi sangat penting. (tri = tiga, angulasi = sudut ). Ada dua cara
yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan triangulasi, yaitu:
1. Triangulasi dengan sumber yang sama tetapi dengan metode yang
berbeda
2. Triangulasi dengan metode yang sama tetapi sumber data berbeda.
Dengan adanya triangulasi diharapkan sekurang- kurangnya ada tiga
langkah yang dilakukan oleh peneliti, yaitu:
1. Mencemati data apa yang masih memerlukan tambahan informasi agar
hasil penelitian yang dilakukan bertambah kualitasnya.
2. Menentukan apakah dalam triangulasi tersebut harus dilakukan dengan
memperbanyak sumber data atau memperbanyak metode.
3. Melakukan pengumpulan data secara lebih hati- hati dan cermat agar
pekerjaannya tidak sia-sia dan hanya menambah waktu saja.
Oleh karena itu dalam mengumpulkan data penulis menggunakan
berbagai metode, diantaranya:
1. Metode Wawancara.
Metode wawancara disebut juga metode interview yaitu pengajuan
sistematis11 dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan interview terpimpin yaitu pewawancara
mempersiapkan questioner yang akan diajukan kepada informan
tetapi penyampaiannya secara bebas.12Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru, wali
murid siswa atau tokoh masyarakat berkaitan dengan inovasi
pembelajaran agama Islam yang telah dilakukan madrasah ibtidaiyah
negeri maupun swasta.
Adapun instrumen yang peneliti gunakan untuk melakukan
wawancara pedoman wawancara adalah daftar pertanyaan yang sudah
penulis siapkan
2. Metode Observasi
Dalam mengumpulkan data-data penulis berusaha melakukan
pengamatan langsung terhadap kegiatan inovasi pembelajaran agama
Islam baik dalam pelaksanaannya maupun dalam managemen
pengelolaannya.
3. Metode Dokumentasi
Dalam mengumpulkan data-data, penulis juga menggunakan
dokumen-dokumen yang berkaitan berkaitan dengan penelitian yang
11
Winarno Surachmad, Penelitian ilmiah Dasar, Metode dan Tekhnik, Bandung : Tarsito, 1990, 162.
12
ada di Madrasah Ibtidaiyah al-Islam Tonoboyo Bandongan, Madrasah
Ibtidaiyah Al- Falah Kaliangkrik maupun yang ada di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Secang. Adapun dokumen- dokumen itu misalnya
tentang foto- foto yang berkaitan dengan inovasi pembelajaran
pendidikan agama Islam, KTSP Berkarakter, Data Emis lembaga,
pendidik maupun siswa.
Di samping itu peneliti juga mengkaji beberapa literatur atau buku
yang berkaitan dengan inovasi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di madrasah ibtidaiyah.
5. Analisis Data
Analisa data memiliki fungsi untuk menjawab permasalahan
penelitian yaitu bagaimana pelaksanaan inovasi pembelajaran
pendidikan agama Islam di madrasah ibtidaiyah sehingga bisa
menambah wawasan bagi para guru agama Islam pada umumnya dan
guru Agama Islam pada madrasah ibtidaiyah pada umumnya.
Mengingat dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
maka analisa data dimulai dari lapangan dengan menggunakan
analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan dan menganalisa data semua
hal yang menjadi fokus penelitian.13
13
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisa
data non statistik, yaitu menganalisa data yang digambarkan dengan
kata-kata, menguraian serta mengadakan penafsiran data-data yang
diperoleh.
Adapun metode berfikir yang peneliti gunakan adalah metode
induktif yaitu berangkat dari faktor-faktor khusus kemudian faktor-
faktor itu ditarik generalisasi yang bersifat umum.
Dalam penelitian ini triangulasi data dilakukan. Triangulasi yang
dimaksud di sini adalah mengamati data hasil wawancara dengan
hasil pengamatan.
a. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan pengabstrakan dan transformasi
data-data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di
lapangan. Reduksi data bukan suatu hal yang terpisah dari analisa
data.
b. Penyajian data
Penyajian data di sini dibatasi sebagai penyajian sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penyajian data akan
seluruh konsep yang berhubungan dengan pembahasan penelitian.
Oleh karena itu semua data di lapangan yang berupa dokumentasi
hasil wawancara dan dokumen hasil observasi akan dianalisis
sehingga memunculkan deskripsi tentang inovasi pembelajaran
pendidikan agama Islam di madrasah ibtidaiyah
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dari penggambaran yang utuh dari obyek
yang diteliti atau konfigurasi yang utuh dari obyek penelitian.
Proses penarikan kesimpulan berdasarkan pada gabungan
informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu pada penyajian
data. Melalui informasi tersebut peneliti mendapat apa yang diteliti
dan menentukan kesimpulan yang benar mengenai obyek
penelitian.
Di samping menggunakan pendekatan kualitatif peneliti juga
menggunakan metode library research yaitu menganalisa data
dengan menggunakan literatur-literatur yang berkaitan dengan
permasalahan di atas.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tesis ini penulis bagi menjadi lima bab. Bab pertama
tentang pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,rumusan masalah,
tinjauan pustaka dan kajian teori penelitian terdahulu serta metode
penelitian.
Bab dua berisi tentang landasan teori yang digunakan untuk
membahas inovasi pembelajaran agama Islam di madrasah ibtidaiyah
Kabupaten Magelang yang berisi tentang inovasi pembelajaran agama
Islam, sejarah madrasah ibtidaiyah, kronologi inovasi kurikulum yang
telah dilakukan madrasah ibtidaiyah
Bab tiga berisi tentang data-data yang telah penulis kumpulkan
yang berisi tentang sejarah berdirinya Madrasah Ibtibaiyah Al-Falah
Kaliangkrik, Madrasah Ibtibaiyah Al-Islam Tonoboyo Magelang,
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Secang sebagai sampel penelitian yang
mewakili dari madrasah yang ditunjuk sebagai madrasah unggulan. Profil
dari tiga madrasah tersebut, dan beberapa inovasi pembelajaran agama
Islam yang telah dilakukan madrasah ibtidaiyah tersebut berdasarkan hasil
wawancara dan observasi.
Bab empat berisi tentang analisa data dari data-data yang penulis
kumpulkan sehingga akan diketahui tentang bagaimana pelaksanaan
inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam yang telah dilakukan
lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah yang ada di Kabupaten
Magelang.
Bab lima berisi penutup atau kesimpulan dari hasil penelitian yang
24
BAB II
KAJIAN TEORI
A.Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah
1. Sejarah Madrasah Ibtidaiyah setelah SKB Tiga Menteri
Berdasarkan SKB ( Surat Keputusan Bersama) tiga menteri yaitu menteri
Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Dalam Negeri
nomor16 tahun 1975, Nomor 037/4/1975 dan Nomor 36 tahun 1975 tentang
peningkatan mutu pendidikan pada madrasah ditetapkan bahwa standar
pendidikan madrasah sama dengan sekolah umum, ijazahnya mempunyai nilai
yang sama dengan sekolah umum dan lulusannya dapat melanjutkan ke sekolah
umum setingkat lebih atas dan siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah
umum yang setingkat. Lulusan madrasah Aliyah dapat melanjutkan kuliah ke
perguruan tinggi umum dan agama.
Pemerintah orde baru melakukan langkah konkret berupa penyusunan
Undang- Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam konteks ini definitif tentang madrasah diberikan melalui
keputusan-keputusan yang lebih operasional dan dimasukkan ke dalam kategori
pendidikan sekolah tanpa menghilangkan karakter keagamaannya. Melalui
upaya ini madrasah berkembang secara terpadu di dalam sistem pendidikan
nasional.1
1
Pada masa orde baru ini madrasah mulai dapat diterima oleh semua lapisan
masyarakat mulai dari masyarakat kelas rendah sampai masyarakat menengah ke
atas. Sedangkan jenjang pendidikannya secara berturut- turut meliputi:
1) Raudhatul Athfal ( Bustanul Athfal) terdiri dari tiga tingkat yaitu
a. Tingkat A untuk anak umur 3- 4 tahun
b. Tingkat B untuk anak umur 4-5 tahun
c. Tingkat C untuk anak umur 5-6 tahun
2) Madrasah Ibtidaiyah. Madrasah ibtidaiyah adalah lembaga pendidikan
yang memberikan pendidikan dan pengajaran rendah serta menjadikan
mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang
sekurang-kurangnya 30% di samping mata pelajaran umum.
3) Madrasah Tsanawiyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan
pendidikan dan pengajaran tingkat menengah pertama dan menjadikan
mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang
sekurang-kurangnya 30% di samping mata pelajaran umum.
4) Madrasah Aliyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan
dan pengajaran tingkat menengah atas dan menjadikan mata pelajaran
agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang sekurang-kurangnya 30%
di samping mata pelajaran umum. Dewasa ini madrasah Aliyah
mempunyai jurusan-jurusan: Ilmu Agama, Fisika, Biologi, Ilmu
Pengetahuan Sosial dan Budaya.
5) Madrasah Diniyah. Madrasah Diniyah ialah lembaga pendidikan dan
agar anak-anaknya lebih banyak mendapatkan pendidikan agama Islam.
Madrasah Diniyah terdiri dari tiga tingkat yaitu:
a) Madrasah Diniyah Awaliyah ialah madrasah Diniyah tingkat
permulaan sampai dengan kelas empat dengan jam belajar sebanyak 18
jam pelajaran dalam satu minggu.
b) Madrasah Diniyah Wustho ialah madrasah diniyah tingkat menengah
pertama dari kelas satu dan dua dengan masa belajar selama dua tahun
dengan jumlah jam pelajaran 18 jam dalam seminggu.
c) Madrasah Diniyah Ula ialah Madrasah Diniyah tingkat menengah atas
dengan masa belajar dua tahun dari kelas satu sampai kelas dua dengan
jumlah jam pelajaran 18 jam perminggu.
Pada masa sekarang, era globalisasi dewasa ini dan masa yang akan
datang akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat
muslim pada umumnya, atau pendidikan Islam, termasuk pesantren dan
madrasah pada khususnya. Dalam hal ini masyarakat muslim tidak bisa
menghindari proses globalisasi apalagi jika ingin berjaya di tengah
perkembangan dunia yang kian kompetetif di abad 212.
Globalisasi yang berlangsung dan melanda masyarakat muslim
Indonesia sekarang ini menampilkan sumber dan watak yang berbeda.
Proses globalisasi ini tidak bersumber dari Timur Tengah, melainkan dari
Barat, yang terus memegang supremasi dan hegemoni dalam berbagai
2
lapangan kehidupan masyarakat dunia pada umumnya. Dominasi
hegemoni politik barat dalam segi-segi tertentu mungkin saja telah”
merosot” khususnya sejak berakhirnya perang dunia kedua, dan “perang
dingin” belum lama ini, tetapi hegemoni sains-teknologi barat tetap belum
tergoyahkan. Meski muncul beberapa kekuatan ekonomi baru, seperti
Jepang dan Korea Selatan, tetapi “kultur”hegemoni sains-teknologinya
tetap sarat dengan nilai-nilai Barat.
Melihat begitu derasnya nilai-nilai Barat yang mengarah pada
hegemoni terhadap masyarakat muslim dalam segala aspek
kehidupannya, maka madrasah harus berbenah diri. Madrasah sebagai
institusi pendidikan yang konsen dan inten dalam usaha transformasi nilai-
nilai Islam harus dapat menampilkan perannya sebagai counter terhadap
imperialisme kultural (Culture imperialism) yang sedang
gencar-gencarnya menyerbu dunia timur (masyarakat muslim) khususnya di
Indonesia.
Kehadiran madrasah sebagai lembaga Islam, karena alasan-alasan
berikut:
a. Sebagai manifestasi pembaharuan pendidikan Islam.
b. Penyempurnaan sistem pesantren
c. Keinginan sebagian santri
Namun permasalahan yang dihadapi MI pada khususnya dan guru MI
guru SD. MI sebagai lembaga pendidikan yang tumbuh, berasal, oleh dan
untuk masyarakat memiliki kondisi yang beragam sesuai dengan
keragaman masyarakatnya. Pada masyarakat yang berada pada lapisan
bawah, maka kondisi MI mencerminkan budaya lapisan bawah dengan
segala keserdehanaan dan kekurangannya. Dan pada lapisan inilah MI
pada umumnya berada khususnya di wilayah pedesaan dan pinggiran.
Dalam kondisi tersebut MI dihadapkan pada dua persoalan yaitu
berkenaan dengan relevansi dan mutu pendidikan serta berkenaan dengan
efektifitas dan efisiensi pendidikan.3
2. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam tidak dapat dipahami sebatas pengajaran Islam.
Karena keberhasilan pendidikan tidak hanya cukup diukur hanya sejauh
mana anak menguasai hal-hal yang bersifat kognitif atau pengetahuan saja
tetapi yang lebih penting seberapa jauh nilai-nilai keagamaan itu dalam
jiwa mewujud dalam sikap dan tingkah laku.
Pendidikan Islam merupakan proses yang dilakukan untuk
menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya beriman kepada Tuhan
serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai kholifah Allah di muka
bumi yang berdasar pada Qur’an dan sunah, maka tujuan dalam konteks
ini terciptanya insan kamil setelah proses pendidikan berakhir.4
3
Fuaduddin, Pengembangan Inovasi Pada Muatan Lokal, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,191-193.
4
Ada beberapa pendapat yang memberikan pengertian tentang pendidikan
agama Islam. Namun sebelum kita mengetahui beberapa pendapat
mengenai pengertian pendidikan agama Islam kita ketahui dahulu tentang
pendidikan.
Menurut Prof. H. Muhammad Daud Ali, SH 5 pendidikan adalah
usaha sadar yang dilakukan manusia untuk mengembangkan potensi
manusia lain, memindahkan nilai-nilai yang dimilikinya kepada orang lain
dalam masyarakat. Pemindahan nilai dapat dilakukan dengan berbagai cara
yaitu
a. Pengajaran yakni pemindahan nilai ilmu pengetahuan dari dari
guru ke siswa atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
b. Pelatihan yakni membiasakan seseorang untuk melakukan
pekerjaan tertentu untuk memperoleh ketrampilan dan
mengerjakan pekerjaan tersebut.
c. Indoktrinasi yakni agar orang meniru atau mengikuti apa saja
yang diajarkan orang lain tanpa mengizinkan penerima
mempertanyakan nilai-nilai yang diajarkan.
Salah satu tugas yang diemban pendidikan adalah mewariskan
nilai-nilai luhur budaya kepada peserta didik dalam rangka pembentukan
kepribadian yang intelek bertanggung jawab melalui melalui jalur
pendidikan. Melalui pendidikan yang diproses secara formal, nilai- nilai
5
tersebut termasuk nilai-nilai agama akan menjadi bagian dari
kepribadiannya.
Upaya mewariskan nilai-nilai ini sehingga menjadi miliknya
disebut mentranformasikan nilai. Sedangkan upaya memasukkan
nilai-nilai itu ke dalam jiwanya sehingga menjadi miliknya disebut
menginternalisaskan nilai. Kedua upaya ini dalam pendidikan dilakukan
secara bersama-sama dan serempak yang antara lain bisa dengan jalan suri
tauladan, mengajak dan mengamalkan.6
Pendidikan Agama Islam menurut Zakiah Daradjat 7 Al- Tarbiyah
Al Islamiyah adalah usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengajarkan
agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.
Sedangkan menurut Ahmad D Marimba dalam buku Nur
Ukhbiyati8 pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani
berdasarkan hukum-hukum agama Islam, menuju terciptanya kerpibadian
utama menurut ukuran Islam. Dalam buku Metodologi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam 9 dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam
adalah suatu kegiatan yang bertujuan menghasilkan orang-orang
6
Aminuddin Rasyad, Mengenal Dampak Negatif kemajuan Ilmu dan Teknologi Terhadap Masyarakat dan Peranan Guru Agama, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Departemen Agama RI, 1998, 325.
7
Zakiah Daradjat, Ilmu Pedidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, 86.
8
Nur Ukhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam , Bandung: Pustaka Setia, 1998, 9.
9
beragama, dengan demikian pendidikan agama perlu diarahkan ke arah
pertumbuhan moral dan karakter.
Dari beberapa definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa
pendidikan agama Islam adalah segala usaha berupa bimbingan terhadap
perkembangan jasmani dan rohani anak, menuju terbinanya kepribadian
utama sesuai dengan ajaran Islam. Suatu usaha untuk mengarahkan dan
mengubah tingkah laku individu untuk mencapai pertumbuhan
kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam dalam proses kependidikan
melalui latihan-latihan akal fikiran (kecerdasan, kejiwaan, keyakinan,
kemauan dan perasaan serta pancaindra) dalam seluruh aspek kehidupan
manusia. Bimbingan secara sadar dan terus menerus yang sesuai dengan
kemampuan dasar (fitrah dan kemampuan ajarannya pengaruh di luar) baik
secara individu maupun kelompok sehingga manusia memahami,
mengahayati dan mengamalkan ajaran Islam secara utuh dan benar. Yang
dimaksud utuh dan benar yaitu meliputi Aqidah (keimanan ), Syari’ah (
ibadah muamalah) dan akhlak ( budi Pekerti).
Tujuan pendidikan Islam identik dengan tujuan hidup. Secara
umum dalam Al-Qur’an surat Adzariyat ayat 56 dinyatakan: “Dan Aku (
Allah ) tidak menjadikan jin dan manusia, melainkan untuk menyembah
Menurut M. Natsir10 menyembah Allah itu melengkapi itu semua
ketaatan dan ketundukan kepada semua perintah Ilahi, yang membawa
kepada kebesaran dunia dan kemenangan akhirat, serta menjauhkan diri
dari segala larangan-larangan yang menghalangi tercapainya kemenangan
dunia dan akhirat. Akan menjadi orang yang memperhambakan segenap
rohani dan jasmaninya kepada Allah SWT, untuk kemenangan dirinya
dalam arti seluas-luasnya yang dapat dicapai oleh manusia.
Itulah tujuan hidup manusia di atas dunia. Dan itulah tujuan
didikan yang harus kita berikan kepada anak-anak kita kaum muslimin.
Memperhambakan diri untuk mencapai keridhoan Ilahi itu merupakan
tujuan umum risalah dan itu merupakan tujuan umum yang hendak dicapai
oleh pendidikan dan pengajaran agama Islam.
Tujuan umum itu dapat dijabarkan ke dalam tiga aspek yaitu
menyempurnakan hubungan manusia dengan khaliknya, manusia dengan
sesamanya dan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara kedua
hubungan itu dan mengaktifkan kedua- duanya sejalan dan berjalan dalam
diri pribadi.
B. Inovasi Pembelajaran Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah
1. Pengertian Inovasi
Kata inovasi secara bahasa artinya pemasukan atau pengenalan hal-hal
yang baru, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau sudah
10
dikenal sebelumnya baik berupa gagasan, metode atau alat11. Sedangkan
dalam bahasa inggris berasal dari kata innovation yang artinya
pembaharuan.
Sedangkan kata inovasi berasal dari bahasa latin, innovation yang
berarti pembaharuan atau perubahan. Kata kerjanya innovo yang artinya
memperbaharui dan mengubah. Inovasi adalah suatu perubahan yang baru
menuju ke arah perbaikan, yang lain atau yang berbeda dengan
sebelumnya yang dilakukan dengan sengaja dan berencana.
Tetapi ada yang menjadikan kata innovation menjadi inovasi.
Terkadang istilah inovasi juga dipakai untuk menyatakan penemuan
karena hal yang baru itu sebuah penemuan. Kata penemuan juga sering
dikaitkan dengan kata discovery dan invention. Dalam bahasa Inggris
penemuan adalah discovery dan invention. Ada juga yang mengaitkan kata
inovasi dengan modernisasi karena keduanya membicarakan masalah
pembaharuan.
Untuk memperluas wawasan maka perlu diperjelas pengertian
discovery, invention dan innovation. Discovery adalah penemuan sesuatu
benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada tetapi belum diketahui orang.
Misalnya penemuan Benua Amerika oleh Columbus. Sebenarnya benua
itu sudah ada tetapi belum diketahui oleh orang.
11
Invention menurut bahasa berarti penciptaan, penemuan, hasil
penemuan. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru,
artinya hasil kreasi manusia. Sebagai contoh teori belajar, teori pendidikan
dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Undang-undang nomor 18 tahun
2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi12 memberikan definisi invensi adalah
suatu ciptaan atau perancangan baru yang belum ada sebelumnya yang
memperkaya khazanah serta dapat dipergunakan untuk memyempurnakan
atau memperbaharui ilmu pengetahuan yang ada.
Sedangkan innovation atau inovasi adalah suatu ide, barang,
kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru
bagi seseorang atau sekelompok orang atau masyarakat baik berupa
invention atau discovery. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan atau
memecahkan suatu masalah tertentu.
Dalam Undang-undang nomor 18 tahun 2002 tersebut disebutkan
bahwa inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, atau
perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan
konteks ilmu pengetahuan yang baru atau cara baru untuk menerapkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau
proses produksi.
12
Inovasi pendidikan dan pengajaran merupakan langkah yang tepat
dalam mengatasi berbagai permasalahan dalam proses pendidikan
umumnya dan proses pembelajaran pada khususnya. Dalam dunia
pendidikan kita mengenal adanya inovasi kurikulum, inovasi
pembelajaran, inovasi desain dan managemen pembelajaran. Maka
sebelum menuju ke pembahasan inovasi pembelajaran kita perlu
mengetahui dahulu tentang inovasi dalam kurikulum.
2. Inovasi Kurikulum
Yang dimaksud inovasi kurikulum adalah suatu pembaharan atau
gagasan yang diharapkan membawa dampak terhadap kurikulum itu
sendiri. Dampak itu bukan hanya pengembangan, melainkan juga terhadap
proses pendidikan sebagai implementasi suatu kurikulum secara
menyeluruh, termasuk terhadap penerapan pendidikan agama di SD.13
Sebagai contoh dari sisi bentuk ada perubahan kurikulum 1968
menjadi kurikulum 1975 dan dari kurikulum 1975 menjadi kurikulum
1975 Yang disempurnakan dan lahirnya Sistem Pendidikan Nasional
tahun 1989 lahir kurikulum 1994. Kurikulum 1994 disempurnakan dengan
Suplemen Kurikulum 1994 dan pada tahun 2004 lahir Kurikulum Berbasis
Kompetensi kemudian diperhaharui lagi menjadi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Di Kementrian Agama ada pembaharuan lagi menjadi
13
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter dan pada tahun 2013
muncul lagi pembaharuan kurikulum dengan Kurikulum 2013.
3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh
satuan pendidikan dengan mengacu pada SI dan SKL serta berpedoman
pada panduan yang disusun oleh BSNP.14
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
kelender pendidikan, silabus dan rencana program pembelajaran.15
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang
yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang
diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,
14
Tim Penyusun,Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MI Al- Islam Tonoboyo, Magelang: MI Al- Islam Tonoboyo, 2010 , 1.
15
bersikap, dan bertindak.16 Adapun berkarakter adalah berkepribadian,
berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”.17 Sedangkan pendidikan
karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru (madrasah), yang
mampu mempengaruhi karakter peserta didik.
Guru sebagai pelaku pendidikan memiliki peran yang sangat
penting dalam membentuk budaya dan karakter bangsa sebagaimana
amanat UU RI NO.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas sebagaimana berikut:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.18Karakter tidak cukup hanya diajarkan
akan tetapi perlu ditularkan melalui keteladanan.19
Adapun tujuan KTSP berkarakter di madrasah adalah
Pembentukan budaya madrasah, yaitu nilai nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh
semua warga madrasah, dan masyarakat sekitar madrasah. Adapun yang
menjadi kriteria pencapainya adalah terbentuknya budaya madrasah, yaitu
perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang
16
H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012, 5.
17
Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012, 1.
18
H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012,2.
19
dipraktikkan oleh semua warga madrasah dan masyarakat sekitar
madrasah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.20
Sedangkan pengertian KTSP berbasis pendidikan karakter adalah
KTSP yang menginternalisasikan nilai-nilai karakter ke dalam
komponennya. Artinya, berbagai hal yang terkait dengan karakter
(nilai-nilai, norma, iman dan ketaqwaan, dll) diimplementasikan dalam
penyusunan komponen-komponen KTSP yang terkait, seperti visi, misi,
tujuan, muatan kurikulum, struktur kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri.21
Dalam menyusun KTSP berkarakter tersebut langkah yang pertama
memilih karakter utama yang akan diprioritaskan dalam sebuah madrasah.
Karakter utama itu meliputi kereligiusan, kejujuran, kedisiplinan,
kecerdasan dan kepedulian.22
Religius adalah Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.23
Kereligiusan indikatornya antara lain :
20
Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012,4.
21
Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012, 7.
22
Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012,8.
23
a) Hafal dan fasih bacaan salat, gerakan salat, dan keserasian gerakan dan bacaan.
b) Hafal dan fasih do’a setelah salat
c) Hafal dan fasih do’a-doa harian muslim.
d) Tertib menjalankan salat fardhu
e) Tertib menjalankan salat sunah rowatib
f) Memberikan infaq dan shadaqah
g) Mengikuti acara hari besar Islam
h) Mengucapkan salam
i) Mengucapkan kalimah toyibah
j) Memulai dan mengakhiri pelajaran dengan berdoa
k) Membaca al-Qur’an setelah salat
Jujur adalah Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.24 Kejujuran indikatornya antara lain:
a) Tidak mencontek dalam mengerjakan ulangan/ujian
b) Menyerahkan barang temuan kepada pemiliknya/pihak madrasah
c) Mengembalikan barang yang dipinjamnya
d) Berkata dengan yang sebenarnya
e) Tidak mengambil barang milik orang lain
f) Menyampaikan amanat kepada yang berhak
24
Disiplin adalah Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.25 Disiplin indikatornya adalah:
a) Masuk ke madrasah tepat waktu
b) Pulang dari madrasah tepat waktu
c) Istirahat tepat waktu
d) Mengerjakan tugas tepat waktu
e) Memakai pakaian sesuai aturan madrasah
f) Melaksanakan tata tertib madrasah
g) Menggunakan peralatan madrasah dengan baik
h) Merawat peralatan belajar secara baik Cerdas adalah indikatornya adalah
a) Unggul dalam perolehan UN
b) Unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan di
atasnya
c) Unggul dalam lomba karya ilmiah remaja
d) Unggul dalam lomba kreativitas
e) Unggul dalam lomba kesenian
f) Unggul dalam lomba olahraga
Peduli Lingkungan adalah Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
25
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.26 Indikatornya adalah:
a) Membuang sampah di tempatnya
b) Tidak melakukan corat-coret
c) Tidak merusak taman
d) Menjaga kebersihan lingkungan
e) Memelihara taman
f) Memungut sampah di lingkungan madrasah
Peduli Sosial adalah Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.27
Indikatornya adalah:
a) Memberikan sebagian uang jajan untuk jumat beramal
b) Memberikan pinjaman alat tulis kepada teman yang membutuhkan
c) Menjenguk orang sakit
d) Berta’ziyah kepada keluarga madrasah yang meninggal
e) Memberikan santunan yatim
f) Memberikan sumbangan Palang Merah
KTSP berkarakter tersebut diimplementasikan dengan menyusun
KTSP Berkarakter,manajemen madrasah, proses pembelajaran dan
26
H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012 , 10.
27
kegiatan pembinaan Siswa.28Adapum komponen-komponen dalam KTSP
Berkarakter terdiri dari Visi, misi, tujuan, struktur kurikulum, muatan
kurikulum, muatan lokal, pengembangan diri, kalender Pendidikan,
jadwal pelajaran kriteria ketuntasan minimal. kriteria Kenaikan Kelas,
Kriteria Kelulusan.29
Adapum sebagai penilaian dari pendidikan karakter berupa
a) Mulai tampak
b) Mulai berkembang
c) Membudaya
4. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang mulai diterapkan
pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini adalah pengembangan dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Yang menjadi titik tekannya adalah peningkatan dan
keseimbangan soft skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi
sikap, ketrampilan dan pengetahuan.30
28
Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012,6.
29
Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012,9.
30