• Tidak ada hasil yang ditemukan

INOVASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH KABUPATEN MAGELANG (STUDI MULTI SITUS PADA MI AL-ISLAM TONOBOYO BANDONGAN, MI AL- FALAH KALIANGKRIK DAN MIN KRINCING SECANG TAHUN 2014-2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "INOVASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH KABUPATEN MAGELANG (STUDI MULTI SITUS PADA MI AL-ISLAM TONOBOYO BANDONGAN, MI AL- FALAH KALIANGKRIK DAN MIN KRINCING SECANG TAHUN 2014-2015)"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

i

INOVASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI MADRASAH IBTIDAIYAH KABUPATEN MAGELANG

(STUDI MULTI SITUS PADA MI AL-ISLAM TONOBOYO

BANDONGAN, MI AL- FALAH KALIANGKRIK DAN MIN

KRINCING SECANG TAHUN 2014-2015)

Disusun oleh

ISLAMIYAH

NIM.MI.13.023

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

Untuk gelar Magister Pendidikan Islam

PROGRAM PASCASARJANA

(2)
(3)
(4)

iv

Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik, dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Secang) tahun ajaran 2014- 2015

Madrasah Ibtidaiyah didirikan masyarakat sebagai lembaga pendidikan Islam dipercaya sebagai lembaga pendidikan tafaquhudin. Setelah lahir SKB tiga menteri tahun 1975 semakin mengokohkan kedudukan madrasah sebagai lembaga pendidikan tingkat dasar yang secara formal sejajar dengan sekolah dasar. Dengan muatan kurikulumnya 70% pendidikan umum dan 30% pendidikan agama.

Namun dalam kenyataanya animo masyarakat terhadap madrasah ibtidaiyah rendah. Mereka lebih suka memasukkan anaknya ke sekolah dasar dengan alasan pendidikan umumnya lebih maju. Sedangkan di MI serba tanggung, pendidikan umumnya tidak matang dan pendidikan agamanya tidak matang.

Padahal dalam kenyataanya madrasah ibtidaiyah juga melakukan beberapa inovasi untuk mempertahankan eksistensinya, terutama inovasi dalam pendidikan agama Islam. Sehingga peneliti terusik klebih jauh untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang inovasi pembelajaran agama Islam yang dilakukan madrasah ibtidaiyah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang dalam melakukan inovasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam,mengetahui implementasi inovasi pembelajaran Pendidikan agama Islam dan implikasinya terhadap lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang pada tahun 2014/2015.

Adapun Pendekatan Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif.Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah teknik wawancara, observasi dan angket.

(5)

v

ABSTRACT

Title: The innovation of Islamic Education Learning at Madrasah Ibtidaiyah in Magelang Rgency (Multi Situs Study at The Al Islam Islamic Elementaary School in Tonoboyo Bandongan, Al Falah Islamic Elementary School in Kaliangkrik, and State Islamic Elementary Schol inf Krincing Secang) on 2014- 2015

The background of the problem is the moslem society prefer enter the children in the elementary school to enter the children in the Islamic elementary school. Actually the Islamic elementary school that innovate the Islamic education learning to defense their excistence.

The aim of this research are to know how the Islamic elementary School in Magelang Regency innovate Islamic education learning , implementation of Islamic education learning innovation and the implication to Islamic elementary school in Magelang Rgency on 2014/2015.

The approach of this research is qualitative approach , qualitative description method by observe the research object and interview to the headmaster of islamic elementery school and the teachers. The researcher collect their data by interview methode, document methode and document methode. So the analis data methode don’t use statistic but use discriptive analitic.

(6)

vi

PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT,Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang

kepada seluruh umat-Nya yang telah melimpahkan taufik serta hidayah-Nya.

Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, yang telah merubah zaman kegelapan (jahiliah) menjadi zaman yang

terang benderang dengan manusia yang berakhlak melalui ajaran agama Islam

yang dibawanya, serta syafaatnya senantiasa kita harapkan di hari kiamat

kemudian.

Atas pancaran ilmu-Nya yang dianugerahkan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis yang berjudul “Inovasi Pembelajaran Agama Islam di

Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Magelang (Studi Multi situs Madrasah

Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo Bandongan, Madrasah Ibtidaiyah Al Falah

Kaliangkrik, dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Secang) tahun ajaran 2014-

2015)”, dengan baik, dan lancar. Semua ini tidak lain adalah atas pertolongan

dari Allah SWT.

Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmad Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag, selaku Direktur Program Pascasarjana

Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

3. Bapak Dr.Imam Sutomo, M.Ag.. selaku pembimbing yang penuh dengan

keihlasan, kesabaran dan kejelian untuk memberikan bimbingan dan

(7)

vii

4. Seluruh dosen dan karyawan Program Pascasarjana IAIN Salatiga yang

telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan pelayanan kepada penulis.

5. Bpk. Rozib Sulistio, M.Pd.I (Kepala MI Islam dan guru-guru MI

Al-Islam Tonoboyo), Bapak Fadhoil, S.Ag. (Kepala Al-Falah Kaliangkrik

beserta guru ), Bapak Drs. Tahsin, M.Pd.I selaku Kepala MIN Krincing

Secang beserta seluruh dewan guru, karyawan dan peserta didiknya yang

telah memberikan kesempatan dan bantuan demi terselesainya penelitian

kepada penulis.

6. Seluruh pihak yang telah terlibat dalam penyusunan tesis ini.

Penulis meyadari bahwa semua itu adalah kekurangan dari diri pribadi

penulis, dengan ini mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

seluruh pembaca untuk menjadi yang lebih baik.

Penulis berharap semoga Tesis ini memberikan kemanfaatan dan

kemaslahatan khususnya pada diri pribadi penulis dan pembaca serta dalam

ilmu pendidikan secara umum. Amin ya robbal’alamin.

Salatiga, 19 Agustus 2015

Penulis,

Islamiyah, S.Ag.

(8)

viii

3. Rekan- rekan guru madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang dan rekan- rekan

guru pada umumnya.

4. Kepada teman-teman PPs IAIN salatiga angkatan 2013 yang saya cintai.

(9)

ix

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN .. ... iii

ABSTRAK... ... iv

KATA PRAKATA ... vi

MOTTO... ... vii

PERSEMBAHAN... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Balakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah. ... 6

C. Tujuan dan manfaat penelitian ... 7

D. Kajian Pustaka ... 8

E. Metode Penelitian ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 22

BAB II KAJIAN TEORI ... 24

A. Pendidikan Agama islam di Madrasah Ibtidaiyah ... 24

1. Sejarah Madrasah setelah SKB tiga Menteri. ... 24

2. Pendidikan Agama islam ... 28

B. Inovasi Pembelajaran pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah ... 35

1. Pengertian Inovasi ... 35

2. Inovasi Kurikulum... ... 35

3. Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan Berkarakter. 36

4. Kurikulum 2013... 42

(10)

x

2. Visi, Misi dan Tujuan MI Al-Islam Tonoboyo... 56

3. Kondisi Obyektif Madrasah... 59

a. Kondisi Obyektif Bangunan...59

b. Fasilitas yang Dimiliki...60

c. Tenaga kependidikan...60

d. Keadaan Siswa...61

B. Gambaran obyek MI Al-Islam Tonoboyo 1. Kegiatan Pembelajaran di MI Al-Islam Tonoboyo... 62

2. Penilaian Pengembangan Diri MI Al-Islam Tonoboyo... ..67.

a. KKM mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam MI Al-IslamTonoboyo ...68

b. Kriteria kenaikan Kelas dan.Kelulusan...69

C. Gambaran Umum MI Al-Falah Kaliangkrik 1. Sejarah berdirinya MI Al-Falah kaliangkrik...71

2. Visi, Misi dan Tujuan MI Al-Falah Kaliangkrik...74

3. Kondisi Obyektif Madrasah a. .Sarana dan Prasarana ...75

b. Keadaan Siswa ... 76

c. Tenaga kependidikan ... 76

d. Identitas Madrasah a. Gambaran Obyek MI Al-Falah 1. Muatan dan Struktur Kurikulum ... 79

(11)

xi E. Gambaran Umum MIN Krincing

1. Sejarah Berdirinya MIN Krincing Secang ... . 84

2. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah ... 89

3. Kondisi Obyektif Madrasah a. Sarana dan Prasarana MIN Krincing ... 91

b. Keadaan Siswa ... 92

F. Gambaran Obyek Penelitia MIN Krincing... 93

1. MuatanKurikulum MIN Krincing Secang... 93

2. Kegiatan Pembelajaran PAI di MIN Krincing Secang ... 97

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Inovasi Pembelajaran PAI di MI Kabupaten Magelang ... 109

B. Implementasi Inovasi Pembelajaran PAI di MI Kabupaten Magelang ... 129

C. Implikasi Inovasi Pembelajaran PAI di MI Kabupaten Magelang.. 144

BAB V PENUTUP ...145

1. Simpulan... 145

2. Saran...152

DAFTAR PUSTAKA... 154

LAMPIRAN...157

(12)

xii

1.2 Nama Guru dan Karyawan MI Al-Islam Tonoboyo ...61

1.3 Jadwal Kegiatan Pengembangan Diri MI Al-Isla...68

1.4 Penilaian Kegiatan Pengembangan Diri MI Al-Islam...69

1.5 Kriteria Ketuntasan Minimum Mapel PAI MI Al-Islam ... 70

1.6 KKM Mapel PAI MI Al-Islam semester gena ... .71

2.1 Tenaga Kependidikan MI Al-Falah Kaliangkrik... ...81

2.2 Struktur Kurikulum PAI MI Al-Falah Kaliangkrik... ...81

2.3 KKM Mapel PAI MI AL-Falah Kaliangkrik ...90

2.4 Alokasi Waktu Kegiatan Pengembangan Diri MI al-Falah Kaliangkrik...90

2.5 Alokasi Waktu Kegiatan Pengembangan Diri MI al-Falah Kaliangkrik...90

3.1 Jadwal Kegiatan Pengembangan Diri di MIN Krincing Secang... ... 106

3.2 Penilaian Kegiatan Pengembangan Diri MIN Krincing ...107

3.3 Struktur Kurikulum MIN Krincing Secang ...104

3.4 Pengaturan Beban Belajar di MIN Krincing...105

(13)

1 A. Latar Belakang Masalah

Lembaga Pendidikan Islam bisa dikategorikan lembaga industri mulia (noble

Industry) karena mengemban misi ganda yaitu profit dan sosial. Profit untuk

mencapai keuntungan, ini dapat dicapai dengan efisiensi dan efektivitas dana

bisa tercapai, sehingga pemasukan (income) lebih besar dari biaya operasional.

Misi sosial untuk mewariskan dan menginternalisasikan nilai-nilai luhur.

Kedua misi ini dapat dicapai secara maksimal apabila lembaga pendidikan

Islam tersebut memiliki modal human-capital dan social capital yang

memadai serta keefektifan efisiensi yang tinggi. Itulah sebabnya mengelola

lembaga pendidikan Islam tidak hanya dibutuhkan profesionalisme yang

tinggi tetapi juga niat yang suci1 termasuk di dalamnya menginovasi pelaksanaan pembelajaran agama Islam.

Pada dasarnya pendidikan Islam menekankan bimbingan bukan

pengajaran yang mengandung otoritatif pihak pelaksana pendidikan (guru)

dengan bimbingan sesuai ajaran-ajaran Islam. Maka anak didik mempunyai

ruang gerak untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya. Guru

berfungsi sebagai fasilitator petunjuk jalan ke arah penggalian potensi anak.2

1

Sutiah dkk, Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/ Madrasah, Jakarta: Pernada media Group, 2009, 5.

2

(14)

Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat dalam berbagai aspek

kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan merupakan upaya

menjembatani masa sekarang dan masa yang akan datang dengan

memperkenalkan pembaharuan-pembaharuan yang lebih mengarah pada

efektivitas dan efisiensi. Kebutuhan akan layanan kepada peserta didik dan

perbaikan kesempatan belajar bagi mereka telah menjadi pendorong utama

timbulnya pembaharuan pendidikan. Oleh karena itu lembaga pendidikan

harus mampu mengantisipasi perkembangan tersebut dengan terus menerus

mengupayakan suatu program yang sesuai perkembangan anak,

perkembangan zaman, situasi dan kondisi peserta didik.

Madrasah ibtidaiyah sebagai satu bagian dari lembaga pendidikan Islam

yang merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia setelah pondok

pesantren yang didirikan oleh para tokoh masyarakat sebagai lembaga

pendidikan untuk memahami agama Islam. Masyarakat pada umumnya

memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah dengan

tujuan agar mereka dapat memahami agama, terampil membaca al-Qur’an dan

berakhlak mulia dan menjadi anak yang soleh dan sholehah.

Madrasah ibtidaiyah yang sebelum terbit SKB tiga menteri menerapkan

kurikulum pendidikan agama 70% dan pendidikan umum 30%, maka sejak

turun SKB tiga menteri berubah menjadi 70% pelajaran umum dan 30%

(15)

3

ibtidaiyah menerapkan pendidikan agama 100% dan pendidikan umum

100%.

Sehingga dari situlah mulai timbul pro kontra dari para tokoh pendiri

tentang keberadaan madrasah sebagai lembaga tafaquhuddin. Dengan

berubahnya kurikulum pendidikan agama mereka meragukan lembaga

pendidikan Islam sebagai lembaga yang mencetak generasi muda yang

menguasai agama Islam. Kemudian mereka mendirikan madrasah diniyah.

Namun di sisi yang lain sebagian dari mereka lega karena keberadaan

madrasah ibtidaiyah diakui sejajar dengan sekolah dasar sebagai lembaga

pendidikan formal di Indonesia.

Dalam perjalanannya berdasarkan kebijakan pemerintah banyak madrasah

ibtidaiyah swasta yang dijadikan madrasah ibtidaiyah negeri. Namun banyak

pula madrasah ibtidaiyah yang mempertahankan eksistensinya sebagai

madrasah ibtidaiyah swasta di bawah naungan sebuah yayasan. Sehingga

obyek penelitian yang penulis teliti adalah madrasah ibtidaiyah negeri dan

swasta.

Namun, berdasarkan fenomena yang ada banyak orang tua atau

masyarakat yang enggan memasukkan anaknya ke madrasah ibtidaiyah.

Mereka lebih memilih memasukkan anaknya ke sekolah dasar. Madrasah

ibtidaiyah hanya dijadikan alternatif kedua bila anaknya tidak diterima di

sekolah dasar, barulah dimasukkan ke madrasah ibtidaiyah. Hal itu terjadi

3

(16)

karena anggapan masyarakat agar anaknya bisa menguasai pendidikan umum

harus masuk ke sekolah dasar sedangkan di madrasah ibtidaiyah hanya

mengajarkan agama saja.

Padahal sejak tahun 1994 lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah sudah

merupakan sekolah dasar yang bercirikan Islam. Dalam pendikan umum,

kurikulum pendidikan umum sama dengan kurikulum di sekolah dasar,

Sedangkan dalam pendidikan agama Islam lebih banyak dalam materinya

maupun alokasi waktunya. Ketika ada pembaharuan kurikulum dari kurikulum

berbasis kompetensi, kurikulum Tingkat Satuan pendidikan sampai kurikulum

2013 madrasah ibtidiyah juga melakukan hal tersebut baik itu dalam materi

pendidikan umum maupun pendidikan agama Islam.

Ada juga sebagian masyarakat berasumsi bahwa belajar di madrasah

ibtidaiyah serba tanggung. Mata pelajaran umumnya tidak matang, pendidikan

agamanya juga dianggap tidak matang. Padahal berdasarkan fenomena yang

ada, banyak madrasah ibtidaiyah yang melakukan inovasi untuk meningkatkan

mutu pembelajarannya misalnya dengan memberikan jam tambahan di luar

jam pelajaran seperti mengambil guru dari lembaga pendidikan pesantren atau

alumninya untuk meningkatkan pembelajaran agama Islam. Melakukan

kegiatan sholat berjamaah dan rangkaiannya. Melakukan kegiatan peringatan

hari besar Islam seperti Maulid Nabi dan kegiatan Qurban di sekolah.

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaranya madrasah ibtidaiyah telah

(17)

memenuhi kualisi akademik dalam mengajar seperti berijazah S.1 pendidikan,

banyaknya guru yang mengikuti work shop atau pelatihan untuk

meningkatkan kualitas pembelajarannya dan memenuhi standar nasional

pendidikan dengan nilai akreditasi B mendekati A.

Disamping itu berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Dinas

Pendidikan Nasional Kabupaten Magelang tahun 2011 peringkat tertinggi

ujian nasional juga diraih siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda Donorejo

Mertoyudan. Bahkan ada salah satu siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda

Mertoyudan yang memperoleh peringkat 10 tingkat propinsi.4

Untuk itulah penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang pembaharuan

atau inovasi yang telah dilakukan lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah

terutama dalam melakukan inovasi dalam pembelajaran agama Islam. Untuk

mengfokuskan permasalahan, madrasah ibtidaiyah yang akan penulis teliti

adalah madrasah ibtidaiyah yang berada di Kabupaten Magelang.

Adapun yang menjadi subyek penelitiannya adalah Madrasah Ibtidaiyah

Al Islam Tonoboyo Kecamatan Bandongan di Kabupaten Magelang,

Madrasah Ibtidaiyah Al Falah di Kecamatan Kaliangkrik dan Madrasah

Ibtidaiyah Negeri Secang. Dengan demikian penulis mengambil judul

penelitian “ Inovasi Pembelajaran Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah di

Kabupaten Magelang ( Studi Situs Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo

4

(18)

Bandongan, Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik, dan Madrasah

Ibtidaiyah Negeri Secang) tahun ajaran 2014- 2015

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Batasan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut lembaga pendidikan Islam yaitu

madrasah ibtidaiyah dihadapkan pada berbagai permasalahan seperti animo

masyarakat yang lebih suka memasukkan anaknya ke sekolah dasar, di satu

sisi kita membutuhkan generasi yang mempunyai dan mengamalkan nilai-

nilai luhur berdasarkan ajaran Islam untuk mempersiapkan diri dalam

menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi pada

masa yang akan datang. Lembaga madrasah Ibtidaiyah sebagai sekolah dasar

yang bercirikan Islam harus mampu mengatasi permasalahan di atas. Untuk

itu diperlukan inovasi atau pembaharuan yang dilakukan oleh madrasah

ibtidaiyah terutama dalam pembelajaran agama Islam untuk mengembalikan

kepercayaan masyarakat bahwa madrasah juga mampu memberikan

pendidikan umum kepada peserta didik tetapi juga mampu menanamkan nilai-

nilai luhur agama Islam dengan beberapa inovasi yang dilakukan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka

masalah-masalah itu dapat dirumuskan berupa pertanyaan- pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana cara madrasah ibtidaiyah melakukan inovasi pembelajaran

(19)

2. Bagaimana cara mengimplementasikan inovasi pembelajaran agama

Islam di Kabupaten Magelang pada tahun 2014/ 2015

3. Apa implikasi dari pelaksanaan inovasi pembelajaran Agama Islam

pada madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang.

C. Signifikansi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini kami lakukan dengan dengan tujuan untuk

1. Mengetahui cara madrasah ibtidaiyah melakukan inovasi pembelajaran

dalam pendidikan agama Islam

2. Mengetahui implementasi inovasi pembelajaran agama Islam di

Kabupaten Magelang pada tahun 2014/ 2015

3. Apa implikasi dari inovasi pembelajaran agama Islam yang telah

dilakukan madrasah ibtidaiyah di kabupaten magelang pada tahun

2014/2015

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi

dua yaitu:

a) Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menyempurnakan

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang cara madrasah

(20)

lembaga pendidikan yang lain. Terutama dalam melakukan inovasi

pembelajaran agama Islam pada umumnya dan inovasi pembelajaran

agama Islam pada lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah secara

lebih spesifiknya.

b) Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk

1. Guru-guru dan guru-guru agama Islam pada khususnya untuk

menerapkan inovasi pembelajaran agama Islam yang dilakukan

madrasah ibtidaiyah.

2. Pengelola madrasah ibtidaiyah dan sekolah pada umumnya dapat

menerapkan inovasi pembelajaran Agama Islam ini sehingga

eksistensinya diakui oleh masyarakat.

3. Kepala sekolah sebagai manager sekolah dapat memasukkan

inovasi pembelajara agama Islam ini dalam kurikulum sekolahnya.

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini meliputi dua hal yaitu penelitian terdahulu dan

kerangka teori. Sebenarnya telah ada penelitian tentang inovasi pembelajaran

(21)

Muhammad Ali Sadikin5 dalam tesisnya menyimpulkan bahwa inovasi guru sangat penting agar peserta didik bisa mengikuti pembelajaran agama

Islam dengan menggunakan metode yang bervariasi.

Kalau dalam tesis di atas hanya menyoroti inovasi yang perlu dilakukan

guru dalam pembelajaran PAI dengan memilih metode yang tepat, maka

penelitian yang akan penulis lakukan lebih dari itu, yaitu inovasi yang

dilakukan oleh sebuah lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah untuk

mempertahankan eksistensi mutu kelembagaannya.

Tesis yang ditulis oleh Hidayad6 dalam penelitiannya yang menggunakan pendekatan kualiatif dan analisa datanya menggunakan analisa deskriptif

menyimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

luar jam pelajaran merupakan kegiatan untuk mengaktualisasikan

pembelajaran Agama Islam di dalam jam pembelajaran Agama Islam dan

sebagai faktor pendukung dan merupakan kurikulum yang tersembunyi.

Berbeda dengan fenomena yang peneliti temui, kegiatan pembelajaran

agama Islam di luar jam pelajaran di madrasah ibtidaiyah yang penulis teliti

merupakan kurikulum yang sudah terstruktur dan terencana di dalam

melakukan inovasi pembelajaran Agama Islam dan sebagai penyempurna

kegiatan Pembelajaran Agama Islam di dalam jam pelajaran.

5

Muhammad Ali Sadikin, Inovasi Guru dalam Penggunaan Metode dan Bahan Ajar Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Nasima Semarang, Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2013, 3- 21.

6

(22)

Akhri Isti’anah7 dalam tesisnya dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan analisa datanya menggunakan korelasi parsial korelasi bivarian

dengan variabel bebas Peran Tenaga Pendidik dan Desain Pembelajaran PAI

dan variabel terikatnya adalah motivasi masyarakat menyimpulkan bahwa

peran tenaga pendidik dan desain Pembelajaran dan Motivasi Masyarakat di

MIN Sumberejo sangat baik dengan angka 62,5% dan Desain Pembelajaran

PAI 64,9% dan motivasi masyarakat 52,7%. Sedangkan di MIN Mlangen

peran tenaga pendidik 71,1% dan Desain Pembelajaran 50% Motivasi

Masyarakat 55,9%. Hubungan peran tenaga pendidik dan desain pembelajaran

PAI dengan motivasi masyarakat di MIN Sumberejo sangat baik dengan

interval 16 presentasi 52,7%. Sedangkan di MIN Mlangen hubungan peran

tenaga pendidik dan desain pembelajaran PAI dengan motivasi masyarakat

baik dengan interval 16 dan presentasi 55, 9%.

Apabila dengan penelitian kuantitatif saja dapat kita lihat bahwa dengan

guru yang profesional dalam mengembangkan desain pembelajaran

Pendidikan Agama Islam bisa meningkatkan motivasi masyarakat untuk

memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah maka

inovasi dalam pembelajaran agama Islam diharapkan bisa meningkatkan

motivasi masyarakat untuk memasukkan anaknya ke madrasah ibtidaiyah.

Oleh karena itu penelitian yang penulis lakukan untuk bisa menyempurnakan

penelitian sebelumnya dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

7

(23)

Muchamad Arifin8 dalam dalam tesisnya dengan fokus penelitiannya mengenai manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDIT

Assalamah dan SDI Assalamah dengan subyek penelitiannya kepala sekolah,

wakil kepala sekolah bagian kurikulum dan siswa dengan menggunakan

metode observasi, wawancara dan dokumentasi dalam mengumpulkan datanya

penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif dan analisa

datanya menggunakan analisa diskriptif menunjukkan hasil bahwa manajemen

pembelajaran agama Islam di SDIT Assalamah dengan SDI Istiqomah berbeda

dalam perencanaan program yang dijalankan.

Dalam struktur kurikulum, perencanaan, dan jumlah jam pertemuan dalam

satu minggu di SDIT Assalamah 35 menit perjam. Pembelajaran PAI di SDIT

Assalamah dimulai kelas 5-6. Kurikulum lokal yang menjadi ciri khas adalah

khitobah, tahsin, tahfidz, dan tilawah. Sedangkan Pendidikan agama Islam di

SDI Istiqomah 105 menit atau tiga jam pertemuan dalam satu minggu mulai

kelas 1-6. Adapun yang menjadi ciri khas keunggulan adalah tartil, tahfidz dan

khot. Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SDIT

Assalamah guru PAI mendapat penghargaan yayasan apabila mereka dapat

memenuhi rapor guru yang telah ditetapkan yayasan secara holistik sedangkan

di SDI Istiqomah guru mendapat penghargaan secara insidentil. Proses

pembelajaran di SDIT Assalamah menggunakan proses pembelajaran model

full day school sedangkan di SDI proses pembelajarannya menggunakan

8

(24)

model sesuai standar yayasan. Dari diskripsi di atas Muchamad Arifin

menyimpulkan bahwa kepala sekolah, guru PAI, wakil kepala sekolah bagian

kurikulum harus bersinergi dalam melakukan manajemen pembelajaran PAI

secara profesional.

Kalau penelitian yang dilakukan Muchamad Arifin adalah manajemen

pembelajaran PAI di sekolah dasar Islam sedangkan yang akan penulis teliti

adalah inovasi yang dilakukan madrasah ibtidaiyah dalam pembelajaran

agama Islam. Antara inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam dengan

manajemen pembelajaran agama Islam ini juga saling berkaitan sehingga

diharapkan penelitian yang kami lakukan ini bisa melengkapi penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya.

Dari penelitian-penelitian yang telah ada di atas dapat kita lihat penelitian

yang telah dilakukan adalah inovasi dalam metode dan bahan ajarnya.

Sedangkan yang berkaitan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam

membahas tentang desain dan manajemen pembelajarannya. Adapun yang

akan penulis teliti adalah tentang inovasi pembelajaran agama Islam. Dengan

demikian antara desain pembelajaran, manajemen pembelajaran ini saling

berhubungan diharapkan penelitian ini bisa melengkapi penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya.

E. Metode Penelitian

(25)

Penelitian yang penulis lakukan ini merupakan jenis penelitian

lapangan atau Field Research. Pengumpulan datanya dikumpulkan di

lapangan yaitu di lembaga pendidikan dasar madrasah ibtidaiyah.

Penelitian ini penulis mulai dengan mengadakan observasi di lapangan

untuk mengetahui kegiatan inovasi yang dilakukan madrasah ibtidaiyah di

Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo Bandongan, Madrasah Ibtidaiyah

Al- Falah Kaliangkrik dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Krincing Secang.

2. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah

menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lesan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.9

Menurut teori penelitian kualitatif, agar penelitiannya dapat

betul-betul berkualitas, data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu data primer

dan data sekunder. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau

kata-kata yang diucapkan secara lesan, gerak-gerik atau atau perilaku yang

dilakukan subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini subjek penelitian

yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Data sekunder adalah data

yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen

9

Lexy, J Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosyada,

(26)

rapat, SMS, ) foto-foto, film, rekaman video, atau benda-benda lain yang

dapat memperkaya data primer.10

Karena obyek yang akan penulis teliti tentang inovasi

pembelajaran agama Islam di MI Islam Tonoboyo Bandongan, MI

Al-Falah Kaliangkrik, MIN Secang, maka data primernya penulis peroleh dari

hasil wawancara terhadap kepala madrasah, guru- guru dan siswa serta

pengamatan yang penulis lakukan terhadap kepala madrasah maupun

guru-guru yang ada di MI Al-Islam Tonoboyo bandongan, MI Al-Falah

Kaliangkrik serta MIN Krincing Secang. Adapun data sekundernya bisa

penulis cari lewat KTSP berkarakter yang telah dibuat oleh MI Al- Islam

Tonoboyo, MI Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Secang. Selain itu juga

foto-foto tabel atau catatan yang berkaitan dengan inovasi pembelajaran

agama Islam baik yang berada di MI Al Islam Tonoboyo Bandongan, MI

Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing Secang.

Dalam aspek pola pikir, penelitian kualitatif menggunakan pola pikir

induktif. Pola pikir induktif adalah menarik kesimpulan dari hal- hal yang

khusus menuju ke hal-hal yang umum. Penelitian kualitatif bertujuan

menyusun konsep berdasarkan hasil analisa data empiris. Penelitian

Kualitatif menggunakan desain tidak lengkap terbuka untuk perubahan.

10

Lexy, J Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosyada,

(27)

Dalam aspek strateginya, penelitian kualitatif memahami dan mencari

makna di balik tingkah laku yang nampak pada subjek penelitian.

Penelitian kualitatif menggunakan analisa diskriptif kualitatif. Penelitian

kualitatif fokus penelitiannya pada proses dan makna di balik kejadian.

3. Subyek dan Lokasi Penelitian

Karena permasalahan yang akan teliti tentang inovasi pembelajaran

agama Islam di Kabupaten Magelang maka yang menjadi subyek

penelitiannya adalah guru-guru di MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan, MI

Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing Secang. Sedangkan lokasi

penelitiannya bukan semua madrasah ibtidaiyah penulis teliti. Akan tetapi

penulis mengambil sampel tiga madrasah yang ada di Magelang. Ketiga

madrasah tersebut telah merupakan salah satu bagian dari madrasah

unggulan yang ditunjuk Kementrian Agama Kabupaten Magelang. Yang

dimaksud madrasah unggulan di sini yaitu madrasah yang menyusun

sendiri Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter dari

masing-masing tim madrasah yang disetujui oleh dewan guru, komite sekolah dan

disyahkan oleh Kepala Mapenda Kabupaten Magelang. Madrasah

unggulan tersebut diambil dari setiap kecamatan satu madrasah swasta dan

lima Madrasah Ibtidaiyah Negeri.

MI Al-Islam Tonoboyo yang berada di kecamatan Bandongan mewakili

madrasah yan berdekatan dengan lokasi lembaga pendidikan pesantren.

(28)

Di dekat MI Al Islam Tonoboyo yang hanya berseberangan dengan jalan

raya terdapat Sekolah Dasar Negeri I Tonoboyo.

MI Al-Falah Kaliangkrik yang berdiri sebelum lahir lembaga

pendidikan Pondok Pesantren Damarjati berdiri. Setelah Pondok Pesantren

Damarjati berdiri, maka banyak siswa belajar di madrasah tersebut.

Dalam pembelajaran agama Islam berdiri sendiri tidak melibatkan ustadz

yang ada di pondok pesantren.

MIN Secang merupakan salah satu Madrasah Ibtidaiyah Negeri dari

lima Madrasah Ibtidaiyah Negeri yang ada di Kabupaten Magelang. MIN

Secang di lintas jalan raya propinsi antara Magelang-Semarang. Letaknya

berjauhan dengan Sekolah Dasar Negeri.

Ketiga madrasah ibtidaiyah yang tersebut di atas peneliti anggap bisa

mewakili madrasah ibtidaiyah unggulan yang ada di Kabupaten Magelang

dalam melakukan inovasi pembelajaran agama Islam di Kabupaten

Magelang. Inovasi pembelajaran agama Islam yang termuat di dalam

KTSP Berkarakter itu tidak hanya inovasi pembelajaran agama Islam

dalam kegiatan Pembelajaran yang ada di dalam kelas tetapi juga inovasi

pembelajaran agama Islam yang ada di luar jam pelajaran sebagaimana

yang sudah tertuang dalam KTSP berkarakter. Adapun kurun waktu yang

penulis lakukan yaitu dari proses pembuatan KTSP berkarakter dalam

pembelajaran Agama Islam yang dibuat tahun 2014 dan

(29)

implikasinya. Oleh karena itu lokasi yang penulis pilih untuk melakukan

penelitian yaitu di Madrasah Ibtidaiyah Al- Islam Tonoboyo Bandongan.

Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah Kaliangkrik dan Madrasah Ibtidaiyah

Negeri Krincing Secang. Adapun inovasi pembelajaran agama Islam yan

akan penulis teliti adalah sejak dibuatnya KTSP berkarakter yaitu dari

tahun 2014 sampai dengan tahun 2015.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif ini penulis menggunakan berbagai prosedur

pengumpulan data dalam rangka menegaskan wawasan yang sedang

dikembangkan dan menjamin kepercayaan data yang dikumpulkan.

Metode yang tepat bagi penelitian kualitatif adalah campuran berbagai

sumber data dan berbagai metode. Sumber data dapat berupa manusia,

benda, situasi, kejadian, penampilan dan perilaku orang ( atau makhluk

lain seperti hewan), dan berbagai bentuk tulisan,gambar, grafik, serta

bentuk- bentuk grafis lainnya. Maka dalam mengumpulkan data ini penulis

menggunakan sumber data primer dari pelaku inovasi pembelajaran agam

Islam itu sendiri maupun data-data sekunder seperti foto-foto, catatan dan

tabel, hasil rekaman atau dokumen lain yang berkaitan dengan inovasi

pembelajaran Agama Islam.

Metode yang digunakan juga harus bermacam- macam , yaitu angket,

wawancara, pengamatan, pencermatan, dan lain- lain. Dengan

(30)

yang dikaji semakin jelas. Dalam penelitian apapun sebenarnya prinsip

triangulasi sangat penting. (tri = tiga, angulasi = sudut ). Ada dua cara

yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan triangulasi, yaitu:

1. Triangulasi dengan sumber yang sama tetapi dengan metode yang

berbeda

2. Triangulasi dengan metode yang sama tetapi sumber data berbeda.

Dengan adanya triangulasi diharapkan sekurang- kurangnya ada tiga

langkah yang dilakukan oleh peneliti, yaitu:

1. Mencemati data apa yang masih memerlukan tambahan informasi agar

hasil penelitian yang dilakukan bertambah kualitasnya.

2. Menentukan apakah dalam triangulasi tersebut harus dilakukan dengan

memperbanyak sumber data atau memperbanyak metode.

3. Melakukan pengumpulan data secara lebih hati- hati dan cermat agar

pekerjaannya tidak sia-sia dan hanya menambah waktu saja.

Oleh karena itu dalam mengumpulkan data penulis menggunakan

berbagai metode, diantaranya:

1. Metode Wawancara.

Metode wawancara disebut juga metode interview yaitu pengajuan

(31)

sistematis11 dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan interview terpimpin yaitu pewawancara

mempersiapkan questioner yang akan diajukan kepada informan

tetapi penyampaiannya secara bebas.12Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru, wali

murid siswa atau tokoh masyarakat berkaitan dengan inovasi

pembelajaran agama Islam yang telah dilakukan madrasah ibtidaiyah

negeri maupun swasta.

Adapun instrumen yang peneliti gunakan untuk melakukan

wawancara pedoman wawancara adalah daftar pertanyaan yang sudah

penulis siapkan

2. Metode Observasi

Dalam mengumpulkan data-data penulis berusaha melakukan

pengamatan langsung terhadap kegiatan inovasi pembelajaran agama

Islam baik dalam pelaksanaannya maupun dalam managemen

pengelolaannya.

3. Metode Dokumentasi

Dalam mengumpulkan data-data, penulis juga menggunakan

dokumen-dokumen yang berkaitan berkaitan dengan penelitian yang

11

Winarno Surachmad, Penelitian ilmiah Dasar, Metode dan Tekhnik, Bandung : Tarsito, 1990, 162.

12

(32)

ada di Madrasah Ibtidaiyah al-Islam Tonoboyo Bandongan, Madrasah

Ibtidaiyah Al- Falah Kaliangkrik maupun yang ada di Madrasah

Ibtidaiyah Negeri Secang. Adapun dokumen- dokumen itu misalnya

tentang foto- foto yang berkaitan dengan inovasi pembelajaran

pendidikan agama Islam, KTSP Berkarakter, Data Emis lembaga,

pendidik maupun siswa.

Di samping itu peneliti juga mengkaji beberapa literatur atau buku

yang berkaitan dengan inovasi pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di madrasah ibtidaiyah.

5. Analisis Data

Analisa data memiliki fungsi untuk menjawab permasalahan

penelitian yaitu bagaimana pelaksanaan inovasi pembelajaran

pendidikan agama Islam di madrasah ibtidaiyah sehingga bisa

menambah wawasan bagi para guru agama Islam pada umumnya dan

guru Agama Islam pada madrasah ibtidaiyah pada umumnya.

Mengingat dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

maka analisa data dimulai dari lapangan dengan menggunakan

analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan dan menganalisa data semua

hal yang menjadi fokus penelitian.13

13

(33)

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisa

data non statistik, yaitu menganalisa data yang digambarkan dengan

kata-kata, menguraian serta mengadakan penafsiran data-data yang

diperoleh.

Adapun metode berfikir yang peneliti gunakan adalah metode

induktif yaitu berangkat dari faktor-faktor khusus kemudian faktor-

faktor itu ditarik generalisasi yang bersifat umum.

Dalam penelitian ini triangulasi data dilakukan. Triangulasi yang

dimaksud di sini adalah mengamati data hasil wawancara dengan

hasil pengamatan.

a. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan pengabstrakan dan transformasi

data-data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di

lapangan. Reduksi data bukan suatu hal yang terpisah dari analisa

data.

b. Penyajian data

Penyajian data di sini dibatasi sebagai penyajian sekumpulan

informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penyajian data akan

(34)

seluruh konsep yang berhubungan dengan pembahasan penelitian.

Oleh karena itu semua data di lapangan yang berupa dokumentasi

hasil wawancara dan dokumen hasil observasi akan dianalisis

sehingga memunculkan deskripsi tentang inovasi pembelajaran

pendidikan agama Islam di madrasah ibtidaiyah

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dari penggambaran yang utuh dari obyek

yang diteliti atau konfigurasi yang utuh dari obyek penelitian.

Proses penarikan kesimpulan berdasarkan pada gabungan

informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu pada penyajian

data. Melalui informasi tersebut peneliti mendapat apa yang diteliti

dan menentukan kesimpulan yang benar mengenai obyek

penelitian.

Di samping menggunakan pendekatan kualitatif peneliti juga

menggunakan metode library research yaitu menganalisa data

dengan menggunakan literatur-literatur yang berkaitan dengan

permasalahan di atas.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan tesis ini penulis bagi menjadi lima bab. Bab pertama

tentang pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,rumusan masalah,

(35)

tinjauan pustaka dan kajian teori penelitian terdahulu serta metode

penelitian.

Bab dua berisi tentang landasan teori yang digunakan untuk

membahas inovasi pembelajaran agama Islam di madrasah ibtidaiyah

Kabupaten Magelang yang berisi tentang inovasi pembelajaran agama

Islam, sejarah madrasah ibtidaiyah, kronologi inovasi kurikulum yang

telah dilakukan madrasah ibtidaiyah

Bab tiga berisi tentang data-data yang telah penulis kumpulkan

yang berisi tentang sejarah berdirinya Madrasah Ibtibaiyah Al-Falah

Kaliangkrik, Madrasah Ibtibaiyah Al-Islam Tonoboyo Magelang,

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Secang sebagai sampel penelitian yang

mewakili dari madrasah yang ditunjuk sebagai madrasah unggulan. Profil

dari tiga madrasah tersebut, dan beberapa inovasi pembelajaran agama

Islam yang telah dilakukan madrasah ibtidaiyah tersebut berdasarkan hasil

wawancara dan observasi.

Bab empat berisi tentang analisa data dari data-data yang penulis

kumpulkan sehingga akan diketahui tentang bagaimana pelaksanaan

inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam yang telah dilakukan

lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah yang ada di Kabupaten

Magelang.

Bab lima berisi penutup atau kesimpulan dari hasil penelitian yang

(36)

24

BAB II

KAJIAN TEORI

A.Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah

1. Sejarah Madrasah Ibtidaiyah setelah SKB Tiga Menteri

Berdasarkan SKB ( Surat Keputusan Bersama) tiga menteri yaitu menteri

Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Dalam Negeri

nomor16 tahun 1975, Nomor 037/4/1975 dan Nomor 36 tahun 1975 tentang

peningkatan mutu pendidikan pada madrasah ditetapkan bahwa standar

pendidikan madrasah sama dengan sekolah umum, ijazahnya mempunyai nilai

yang sama dengan sekolah umum dan lulusannya dapat melanjutkan ke sekolah

umum setingkat lebih atas dan siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah

umum yang setingkat. Lulusan madrasah Aliyah dapat melanjutkan kuliah ke

perguruan tinggi umum dan agama.

Pemerintah orde baru melakukan langkah konkret berupa penyusunan

Undang- Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dalam konteks ini definitif tentang madrasah diberikan melalui

keputusan-keputusan yang lebih operasional dan dimasukkan ke dalam kategori

pendidikan sekolah tanpa menghilangkan karakter keagamaannya. Melalui

upaya ini madrasah berkembang secara terpadu di dalam sistem pendidikan

nasional.1

1

(37)

Pada masa orde baru ini madrasah mulai dapat diterima oleh semua lapisan

masyarakat mulai dari masyarakat kelas rendah sampai masyarakat menengah ke

atas. Sedangkan jenjang pendidikannya secara berturut- turut meliputi:

1) Raudhatul Athfal ( Bustanul Athfal) terdiri dari tiga tingkat yaitu

a. Tingkat A untuk anak umur 3- 4 tahun

b. Tingkat B untuk anak umur 4-5 tahun

c. Tingkat C untuk anak umur 5-6 tahun

2) Madrasah Ibtidaiyah. Madrasah ibtidaiyah adalah lembaga pendidikan

yang memberikan pendidikan dan pengajaran rendah serta menjadikan

mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang

sekurang-kurangnya 30% di samping mata pelajaran umum.

3) Madrasah Tsanawiyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan

pendidikan dan pengajaran tingkat menengah pertama dan menjadikan

mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang

sekurang-kurangnya 30% di samping mata pelajaran umum.

4) Madrasah Aliyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan

dan pengajaran tingkat menengah atas dan menjadikan mata pelajaran

agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang sekurang-kurangnya 30%

di samping mata pelajaran umum. Dewasa ini madrasah Aliyah

mempunyai jurusan-jurusan: Ilmu Agama, Fisika, Biologi, Ilmu

Pengetahuan Sosial dan Budaya.

5) Madrasah Diniyah. Madrasah Diniyah ialah lembaga pendidikan dan

(38)

agar anak-anaknya lebih banyak mendapatkan pendidikan agama Islam.

Madrasah Diniyah terdiri dari tiga tingkat yaitu:

a) Madrasah Diniyah Awaliyah ialah madrasah Diniyah tingkat

permulaan sampai dengan kelas empat dengan jam belajar sebanyak 18

jam pelajaran dalam satu minggu.

b) Madrasah Diniyah Wustho ialah madrasah diniyah tingkat menengah

pertama dari kelas satu dan dua dengan masa belajar selama dua tahun

dengan jumlah jam pelajaran 18 jam dalam seminggu.

c) Madrasah Diniyah Ula ialah Madrasah Diniyah tingkat menengah atas

dengan masa belajar dua tahun dari kelas satu sampai kelas dua dengan

jumlah jam pelajaran 18 jam perminggu.

Pada masa sekarang, era globalisasi dewasa ini dan masa yang akan

datang akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat

muslim pada umumnya, atau pendidikan Islam, termasuk pesantren dan

madrasah pada khususnya. Dalam hal ini masyarakat muslim tidak bisa

menghindari proses globalisasi apalagi jika ingin berjaya di tengah

perkembangan dunia yang kian kompetetif di abad 212.

Globalisasi yang berlangsung dan melanda masyarakat muslim

Indonesia sekarang ini menampilkan sumber dan watak yang berbeda.

Proses globalisasi ini tidak bersumber dari Timur Tengah, melainkan dari

Barat, yang terus memegang supremasi dan hegemoni dalam berbagai

2

(39)

lapangan kehidupan masyarakat dunia pada umumnya. Dominasi

hegemoni politik barat dalam segi-segi tertentu mungkin saja telah”

merosot” khususnya sejak berakhirnya perang dunia kedua, dan “perang

dingin” belum lama ini, tetapi hegemoni sains-teknologi barat tetap belum

tergoyahkan. Meski muncul beberapa kekuatan ekonomi baru, seperti

Jepang dan Korea Selatan, tetapi “kultur”hegemoni sains-teknologinya

tetap sarat dengan nilai-nilai Barat.

Melihat begitu derasnya nilai-nilai Barat yang mengarah pada

hegemoni terhadap masyarakat muslim dalam segala aspek

kehidupannya, maka madrasah harus berbenah diri. Madrasah sebagai

institusi pendidikan yang konsen dan inten dalam usaha transformasi nilai-

nilai Islam harus dapat menampilkan perannya sebagai counter terhadap

imperialisme kultural (Culture imperialism) yang sedang

gencar-gencarnya menyerbu dunia timur (masyarakat muslim) khususnya di

Indonesia.

Kehadiran madrasah sebagai lembaga Islam, karena alasan-alasan

berikut:

a. Sebagai manifestasi pembaharuan pendidikan Islam.

b. Penyempurnaan sistem pesantren

c. Keinginan sebagian santri

Namun permasalahan yang dihadapi MI pada khususnya dan guru MI

(40)

guru SD. MI sebagai lembaga pendidikan yang tumbuh, berasal, oleh dan

untuk masyarakat memiliki kondisi yang beragam sesuai dengan

keragaman masyarakatnya. Pada masyarakat yang berada pada lapisan

bawah, maka kondisi MI mencerminkan budaya lapisan bawah dengan

segala keserdehanaan dan kekurangannya. Dan pada lapisan inilah MI

pada umumnya berada khususnya di wilayah pedesaan dan pinggiran.

Dalam kondisi tersebut MI dihadapkan pada dua persoalan yaitu

berkenaan dengan relevansi dan mutu pendidikan serta berkenaan dengan

efektifitas dan efisiensi pendidikan.3

2. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam tidak dapat dipahami sebatas pengajaran Islam.

Karena keberhasilan pendidikan tidak hanya cukup diukur hanya sejauh

mana anak menguasai hal-hal yang bersifat kognitif atau pengetahuan saja

tetapi yang lebih penting seberapa jauh nilai-nilai keagamaan itu dalam

jiwa mewujud dalam sikap dan tingkah laku.

Pendidikan Islam merupakan proses yang dilakukan untuk

menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya beriman kepada Tuhan

serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai kholifah Allah di muka

bumi yang berdasar pada Qur’an dan sunah, maka tujuan dalam konteks

ini terciptanya insan kamil setelah proses pendidikan berakhir.4

3

Fuaduddin, Pengembangan Inovasi Pada Muatan Lokal, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,191-193.

4

(41)

Ada beberapa pendapat yang memberikan pengertian tentang pendidikan

agama Islam. Namun sebelum kita mengetahui beberapa pendapat

mengenai pengertian pendidikan agama Islam kita ketahui dahulu tentang

pendidikan.

Menurut Prof. H. Muhammad Daud Ali, SH 5 pendidikan adalah

usaha sadar yang dilakukan manusia untuk mengembangkan potensi

manusia lain, memindahkan nilai-nilai yang dimilikinya kepada orang lain

dalam masyarakat. Pemindahan nilai dapat dilakukan dengan berbagai cara

yaitu

a. Pengajaran yakni pemindahan nilai ilmu pengetahuan dari dari

guru ke siswa atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.

b. Pelatihan yakni membiasakan seseorang untuk melakukan

pekerjaan tertentu untuk memperoleh ketrampilan dan

mengerjakan pekerjaan tersebut.

c. Indoktrinasi yakni agar orang meniru atau mengikuti apa saja

yang diajarkan orang lain tanpa mengizinkan penerima

mempertanyakan nilai-nilai yang diajarkan.

Salah satu tugas yang diemban pendidikan adalah mewariskan

nilai-nilai luhur budaya kepada peserta didik dalam rangka pembentukan

kepribadian yang intelek bertanggung jawab melalui melalui jalur

pendidikan. Melalui pendidikan yang diproses secara formal, nilai- nilai

5

(42)

tersebut termasuk nilai-nilai agama akan menjadi bagian dari

kepribadiannya.

Upaya mewariskan nilai-nilai ini sehingga menjadi miliknya

disebut mentranformasikan nilai. Sedangkan upaya memasukkan

nilai-nilai itu ke dalam jiwanya sehingga menjadi miliknya disebut

menginternalisaskan nilai. Kedua upaya ini dalam pendidikan dilakukan

secara bersama-sama dan serempak yang antara lain bisa dengan jalan suri

tauladan, mengajak dan mengamalkan.6

Pendidikan Agama Islam menurut Zakiah Daradjat 7 Al- Tarbiyah

Al Islamiyah adalah usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar

kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengajarkan

agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.

Sedangkan menurut Ahmad D Marimba dalam buku Nur

Ukhbiyati8 pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani

berdasarkan hukum-hukum agama Islam, menuju terciptanya kerpibadian

utama menurut ukuran Islam. Dalam buku Metodologi Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam 9 dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam

adalah suatu kegiatan yang bertujuan menghasilkan orang-orang

6

Aminuddin Rasyad, Mengenal Dampak Negatif kemajuan Ilmu dan Teknologi Terhadap Masyarakat dan Peranan Guru Agama, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Departemen Agama RI, 1998, 325.

7

Zakiah Daradjat, Ilmu Pedidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, 86.

8

Nur Ukhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam , Bandung: Pustaka Setia, 1998, 9.

9

(43)

beragama, dengan demikian pendidikan agama perlu diarahkan ke arah

pertumbuhan moral dan karakter.

Dari beberapa definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa

pendidikan agama Islam adalah segala usaha berupa bimbingan terhadap

perkembangan jasmani dan rohani anak, menuju terbinanya kepribadian

utama sesuai dengan ajaran Islam. Suatu usaha untuk mengarahkan dan

mengubah tingkah laku individu untuk mencapai pertumbuhan

kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam dalam proses kependidikan

melalui latihan-latihan akal fikiran (kecerdasan, kejiwaan, keyakinan,

kemauan dan perasaan serta pancaindra) dalam seluruh aspek kehidupan

manusia. Bimbingan secara sadar dan terus menerus yang sesuai dengan

kemampuan dasar (fitrah dan kemampuan ajarannya pengaruh di luar) baik

secara individu maupun kelompok sehingga manusia memahami,

mengahayati dan mengamalkan ajaran Islam secara utuh dan benar. Yang

dimaksud utuh dan benar yaitu meliputi Aqidah (keimanan ), Syari’ah (

ibadah muamalah) dan akhlak ( budi Pekerti).

Tujuan pendidikan Islam identik dengan tujuan hidup. Secara

umum dalam Al-Qur’an surat Adzariyat ayat 56 dinyatakan: “Dan Aku (

Allah ) tidak menjadikan jin dan manusia, melainkan untuk menyembah

(44)

Menurut M. Natsir10 menyembah Allah itu melengkapi itu semua

ketaatan dan ketundukan kepada semua perintah Ilahi, yang membawa

kepada kebesaran dunia dan kemenangan akhirat, serta menjauhkan diri

dari segala larangan-larangan yang menghalangi tercapainya kemenangan

dunia dan akhirat. Akan menjadi orang yang memperhambakan segenap

rohani dan jasmaninya kepada Allah SWT, untuk kemenangan dirinya

dalam arti seluas-luasnya yang dapat dicapai oleh manusia.

Itulah tujuan hidup manusia di atas dunia. Dan itulah tujuan

didikan yang harus kita berikan kepada anak-anak kita kaum muslimin.

Memperhambakan diri untuk mencapai keridhoan Ilahi itu merupakan

tujuan umum risalah dan itu merupakan tujuan umum yang hendak dicapai

oleh pendidikan dan pengajaran agama Islam.

Tujuan umum itu dapat dijabarkan ke dalam tiga aspek yaitu

menyempurnakan hubungan manusia dengan khaliknya, manusia dengan

sesamanya dan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara kedua

hubungan itu dan mengaktifkan kedua- duanya sejalan dan berjalan dalam

diri pribadi.

B. Inovasi Pembelajaran Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah

1. Pengertian Inovasi

Kata inovasi secara bahasa artinya pemasukan atau pengenalan hal-hal

yang baru, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau sudah

10

(45)

dikenal sebelumnya baik berupa gagasan, metode atau alat11. Sedangkan

dalam bahasa inggris berasal dari kata innovation yang artinya

pembaharuan.

Sedangkan kata inovasi berasal dari bahasa latin, innovation yang

berarti pembaharuan atau perubahan. Kata kerjanya innovo yang artinya

memperbaharui dan mengubah. Inovasi adalah suatu perubahan yang baru

menuju ke arah perbaikan, yang lain atau yang berbeda dengan

sebelumnya yang dilakukan dengan sengaja dan berencana.

Tetapi ada yang menjadikan kata innovation menjadi inovasi.

Terkadang istilah inovasi juga dipakai untuk menyatakan penemuan

karena hal yang baru itu sebuah penemuan. Kata penemuan juga sering

dikaitkan dengan kata discovery dan invention. Dalam bahasa Inggris

penemuan adalah discovery dan invention. Ada juga yang mengaitkan kata

inovasi dengan modernisasi karena keduanya membicarakan masalah

pembaharuan.

Untuk memperluas wawasan maka perlu diperjelas pengertian

discovery, invention dan innovation. Discovery adalah penemuan sesuatu

benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada tetapi belum diketahui orang.

Misalnya penemuan Benua Amerika oleh Columbus. Sebenarnya benua

itu sudah ada tetapi belum diketahui oleh orang.

11

(46)

Invention menurut bahasa berarti penciptaan, penemuan, hasil

penemuan. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru,

artinya hasil kreasi manusia. Sebagai contoh teori belajar, teori pendidikan

dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Undang-undang nomor 18 tahun

2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi12 memberikan definisi invensi adalah

suatu ciptaan atau perancangan baru yang belum ada sebelumnya yang

memperkaya khazanah serta dapat dipergunakan untuk memyempurnakan

atau memperbaharui ilmu pengetahuan yang ada.

Sedangkan innovation atau inovasi adalah suatu ide, barang,

kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru

bagi seseorang atau sekelompok orang atau masyarakat baik berupa

invention atau discovery. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan atau

memecahkan suatu masalah tertentu.

Dalam Undang-undang nomor 18 tahun 2002 tersebut disebutkan

bahwa inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, atau

perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan

konteks ilmu pengetahuan yang baru atau cara baru untuk menerapkan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau

proses produksi.

12

(47)

Inovasi pendidikan dan pengajaran merupakan langkah yang tepat

dalam mengatasi berbagai permasalahan dalam proses pendidikan

umumnya dan proses pembelajaran pada khususnya. Dalam dunia

pendidikan kita mengenal adanya inovasi kurikulum, inovasi

pembelajaran, inovasi desain dan managemen pembelajaran. Maka

sebelum menuju ke pembahasan inovasi pembelajaran kita perlu

mengetahui dahulu tentang inovasi dalam kurikulum.

2. Inovasi Kurikulum

Yang dimaksud inovasi kurikulum adalah suatu pembaharan atau

gagasan yang diharapkan membawa dampak terhadap kurikulum itu

sendiri. Dampak itu bukan hanya pengembangan, melainkan juga terhadap

proses pendidikan sebagai implementasi suatu kurikulum secara

menyeluruh, termasuk terhadap penerapan pendidikan agama di SD.13

Sebagai contoh dari sisi bentuk ada perubahan kurikulum 1968

menjadi kurikulum 1975 dan dari kurikulum 1975 menjadi kurikulum

1975 Yang disempurnakan dan lahirnya Sistem Pendidikan Nasional

tahun 1989 lahir kurikulum 1994. Kurikulum 1994 disempurnakan dengan

Suplemen Kurikulum 1994 dan pada tahun 2004 lahir Kurikulum Berbasis

Kompetensi kemudian diperhaharui lagi menjadi Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan. Di Kementrian Agama ada pembaharuan lagi menjadi

13

(48)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter dan pada tahun 2013

muncul lagi pembaharuan kurikulum dengan Kurikulum 2013.

3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum tingkat satuan

pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh

satuan pendidikan dengan mengacu pada SI dan SKL serta berpedoman

pada panduan yang disusun oleh BSNP.14

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum

operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan

pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan

pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,

kelender pendidikan, silabus dan rencana program pembelajaran.15

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang

yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang

diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,

14

Tim Penyusun,Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MI Al- Islam Tonoboyo, Magelang: MI Al- Islam Tonoboyo, 2010 , 1.

15

(49)

bersikap, dan bertindak.16 Adapun berkarakter adalah berkepribadian,

berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”.17 Sedangkan pendidikan

karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru (madrasah), yang

mampu mempengaruhi karakter peserta didik.

Guru sebagai pelaku pendidikan memiliki peran yang sangat

penting dalam membentuk budaya dan karakter bangsa sebagaimana

amanat UU RI NO.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas sebagaimana berikut:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa.18Karakter tidak cukup hanya diajarkan

akan tetapi perlu ditularkan melalui keteladanan.19

Adapun tujuan KTSP berkarakter di madrasah adalah

Pembentukan budaya madrasah, yaitu nilai nilai yang melandasi perilaku,

tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh

semua warga madrasah, dan masyarakat sekitar madrasah. Adapun yang

menjadi kriteria pencapainya adalah terbentuknya budaya madrasah, yaitu

perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang

16

H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012, 5.

17

Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012, 1.

18

H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012,2.

19

(50)

dipraktikkan oleh semua warga madrasah dan masyarakat sekitar

madrasah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.20

Sedangkan pengertian KTSP berbasis pendidikan karakter adalah

KTSP yang menginternalisasikan nilai-nilai karakter ke dalam

komponennya. Artinya, berbagai hal yang terkait dengan karakter

(nilai-nilai, norma, iman dan ketaqwaan, dll) diimplementasikan dalam

penyusunan komponen-komponen KTSP yang terkait, seperti visi, misi,

tujuan, muatan kurikulum, struktur kurikulum, muatan lokal, dan

pengembangan diri.21

Dalam menyusun KTSP berkarakter tersebut langkah yang pertama

memilih karakter utama yang akan diprioritaskan dalam sebuah madrasah.

Karakter utama itu meliputi kereligiusan, kejujuran, kedisiplinan,

kecerdasan dan kepedulian.22

Religius adalah Sikap dan perilaku yang patuh dalam

melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan

ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.23

Kereligiusan indikatornya antara lain :

20

Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012,4.

21

Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012, 7.

22

Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012,8.

23

(51)

a) Hafal dan fasih bacaan salat, gerakan salat, dan keserasian gerakan dan bacaan.

b) Hafal dan fasih do’a setelah salat

c) Hafal dan fasih do’a-doa harian muslim.

d) Tertib menjalankan salat fardhu

e) Tertib menjalankan salat sunah rowatib

f) Memberikan infaq dan shadaqah

g) Mengikuti acara hari besar Islam

h) Mengucapkan salam

i) Mengucapkan kalimah toyibah

j) Memulai dan mengakhiri pelajaran dengan berdoa

k) Membaca al-Qur’an setelah salat

Jujur adalah Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan

dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan, dan pekerjaan.24 Kejujuran indikatornya antara lain:

a) Tidak mencontek dalam mengerjakan ulangan/ujian

b) Menyerahkan barang temuan kepada pemiliknya/pihak madrasah

c) Mengembalikan barang yang dipinjamnya

d) Berkata dengan yang sebenarnya

e) Tidak mengambil barang milik orang lain

f) Menyampaikan amanat kepada yang berhak

24

(52)

Disiplin adalah Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh

pada berbagai ketentuan dan peraturan.25 Disiplin indikatornya adalah:

a) Masuk ke madrasah tepat waktu

b) Pulang dari madrasah tepat waktu

c) Istirahat tepat waktu

d) Mengerjakan tugas tepat waktu

e) Memakai pakaian sesuai aturan madrasah

f) Melaksanakan tata tertib madrasah

g) Menggunakan peralatan madrasah dengan baik

h) Merawat peralatan belajar secara baik Cerdas adalah indikatornya adalah

a) Unggul dalam perolehan UN

b) Unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan di

atasnya

c) Unggul dalam lomba karya ilmiah remaja

d) Unggul dalam lomba kreativitas

e) Unggul dalam lomba kesenian

f) Unggul dalam lomba olahraga

Peduli Lingkungan adalah Sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

25

(53)

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang

sudah terjadi.26 Indikatornya adalah:

a) Membuang sampah di tempatnya

b) Tidak melakukan corat-coret

c) Tidak merusak taman

d) Menjaga kebersihan lingkungan

e) Memelihara taman

f) Memungut sampah di lingkungan madrasah

Peduli Sosial adalah Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.27

Indikatornya adalah:

a) Memberikan sebagian uang jajan untuk jumat beramal

b) Memberikan pinjaman alat tulis kepada teman yang membutuhkan

c) Menjenguk orang sakit

d) Berta’ziyah kepada keluarga madrasah yang meninggal

e) Memberikan santunan yatim

f) Memberikan sumbangan Palang Merah

KTSP berkarakter tersebut diimplementasikan dengan menyusun

KTSP Berkarakter,manajemen madrasah, proses pembelajaran dan

26

H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012 , 10.

27

(54)

kegiatan pembinaan Siswa.28Adapum komponen-komponen dalam KTSP

Berkarakter terdiri dari Visi, misi, tujuan, struktur kurikulum, muatan

kurikulum, muatan lokal, pengembangan diri, kalender Pendidikan,

jadwal pelajaran kriteria ketuntasan minimal. kriteria Kenaikan Kelas,

Kriteria Kelulusan.29

Adapum sebagai penilaian dari pendidikan karakter berupa

a) Mulai tampak

b) Mulai berkembang

c) Membudaya

4. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang mulai diterapkan

pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini adalah pengembangan dari

Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. Yang menjadi titik tekannya adalah peningkatan dan

keseimbangan soft skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi

sikap, ketrampilan dan pengetahuan.30

28

Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012,6.

29

Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012,9.

30

Gambar

Tabel 1.1 tentang Sarana dan prasarana MI Al-Islam Tonoboyo
Tabel 1.3 tentang jadwal kegiatan pengembangan diri dan alokasi
Tabel 1.4 tentang penilaian kegiatan pengembangan diri
Tabel 1.5 tentang KKM Mapel PAI Semester Gasal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Model kepemimpinan kepala Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga (dalam hal ini sesuai dengan hasil penelitian penulis di MI Asas Islam Kalibening Salatiga), Tahun akademik

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kreativitas guru terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas V di Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Madrasah Ibtidaiyah Al fatah adalah sebuah lembaga islam formal yang terletak di desa Parakancanggah Kecamatan Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara. MI Al Fatah

3. Respon siswa terhadap penerapan metode mind map pada pembelajaran Bahasa Arab kelas V Madrasah Ibtidaiyah di MIN Kanigoro Kras Kediri dan di

Hasil penelitian Tindakan kelas (PTK) di Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Beran Ngawi dapat dibuat kesimpulan penggunaan media pembelajaran video slideshow untuk meningkatkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; 1) Bagaimana peran orang tua siswa MI Al Iman Magelang Tahun Pelajaran 2013/2014, 2) Bagaimana kompetensi profesional guru MI

Proses pelaksanaan hafalan Al- Qur’an juz 30 (juz ‘amma) sebagai kewajiban bagi peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Fattah Pecalongan yaitu dilaksanakan

d) Surat permohonan pengadaan aset.. Surat permohonan pengadaan aset adalah form yang digunakan untuk melakukan pengadaan aset tetap di Madrasah Ibtidaiyah Al Hamid