• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB AT-TAHLIYAH WA AT-TARGHIB FI AT-TARBIYAH WA AT-TAHDIB KARYA SAYYID MUHAMMAD SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB AT-TAHLIYAH WA AT-TARGHIB FI AT-TARBIYAH WA AT-TAHDIB KARYA SAYYID MUHAMMAD SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA SAYYID MUHAMMAD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

AFIF ZAINAL MUSTOHFIRIN

NIM: 11112 041

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTASTARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)
(3)

KARYA SAYYID MUHAMMAD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

AFIF ZAINAL MUSTOHFIRIN

NIM: 11112 041

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTASTARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(4)
(5)
(6)
(7)

ََلَضْفَا

Tidak ada pemberian Allah kepada seseorang yang

keutamaannya melebihi akal dan akhlaknya.

(8)

Ayah-ibu yang bersusah payah memperjuangkan, mendidik,

menjaga serta yang senantiasa memberikan kasih sayang dan do’anya

sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan saat ini .

Seluruh dosen IAIN Salatiga, khususnya bapak Muh. Hafidz

M.Ag yang telah memberikan pengarahannya hingga titik akhir

pembuatan skripsi ini.

Seluruh teman-teman angkatan 2012 semoga kesuksesan

bersama kalian.

Teman-teman Ponpes

Miftahul ‘Ulum dan Ponpes

Sunan giri,

bersama kalian menjalani ngaji, hafalan, sorogan, canda, tawa,

berjuang, dan masih banyak hal lainnya yang terlalu panjang untuk

(9)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swtatas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh dari sempurna. Sholawat dan salam AllahSwt, semoga senantiasa terlimpahkan kepada Sang Penyempurna akhlak manusia dan yang selalu kuucap namamu sebagai bentuk kerinduan yang tak ada hentinya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Ilmu dan Keguruan (FTIK).

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam. 4. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. Selaku pembimbing akademik.

5. Bapak Muh Hafidz, M.Ag. Selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak/ibu dosen dan seluruh karyawan IAIN yang telah memberikan pelayanan kepada penulis.

7. Bapak ibukku serta seluruh keluarga yang dengan penuh kasih sayang dan penuh kesabaran meluruskan diri ini untuk menjadi insan kamil.

(10)

membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Atas jasa-jasa dan kebaikan beliau di atas, penulis berdo’a semoga Allah Swt menerima amalnya dan memberikan balasan yang lebih baik.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu karena keterbatasan penulis. Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali kalimat نيملاعلا ّبر لله دمحلا. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.

Salatiga, 31 maret 2017 Penulis

(11)

Muhammad.Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu KeguruanInstitut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz, M.Ag,

Kata kunci: Nilai-nilai Pendidikan Karakter, Kitab at-Tahliyah wa at-Targhib Fi at-Tarbiyah Wa at-Tahdib.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter pada Kitab Kitab at-Tahliyah wa at-Targhib Fi at-Tarbiyah Wa at-Tahdib Karya Sayyid Muhammad. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Apa nilai-nilai pendidikan karakter pada Kitab Kitab Tahliyah wa at-Targhib Fi at-Tarbiyah Wa at-Tahdib? (2) Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter pada Kitab Kitab at-Tahliyah wa at-Targhib Fi at-Tarbiyah Wa at-Tahdib pada dunia pendidikan karakter di Indonesia?

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research). Sumber data primer adalah Kitab Kitab at-Tahliyah wa at-Targhib Fi at-Tarbiyah Wa at-Tahdib, sumber sekundernya diambil dari buku-buku lain, jurnal, artikel dan lain sebagainya yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian. Adapun teknis analisis data menggunakan metode deskriptif analitis dan content analysis.

(12)

SAMPUL ... i

LOGO IAIN ... ii

JUDUL ... iii

NOTA PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelilitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian... 6

E. Metode Penelitian... 6

F. Kajian Pustaka ... 9

G. Penegasan Istilah ... 10

(13)

C. Murid-murid dan Karya Sayyid Muhammad ... 19 D. Karakteristik Kitab Tahliyah wa Targhib fi

at-Tarbiyah wa at-Tahdib ... 22

BAB III. DESKRIPSI PEMIKIRAN

A. Gambaran Umum Kitab At-Tahliyatu Wa At-Targib Fi

At-Tarbiyati Wa At-Tahdib Karya Sayyid Muhammad ... 21 B. Isi Kitab At-Tahliyatu Wa At-Targib Fi At-Tarbiyati Wa

At-Tahdib Karya Sayyid Muhammad ... 26

BAB IV. PEMBAHASAN

A. Nilai pendidikan karakter dalam kitab Tahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyati Wa At-Tahdîb ... 47 B. Relevansi nilai pendidikan karakter dalam kitab

At-Tahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyati Wa At-Tahdîb

dengan pendidikan karakter di Indonesia ... 62

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 65 B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peranan pendidikan merupakan hal penting bagi proses peningkatan kemampuan dan daya saing suatu bangsa di mata dunia. Keterbatasan pendidikan seringkali menjadi hambatandalam proses pembangunan masyarakat. Sebaliknya dengan tingginya kualitas pendidikan suatu negara, maka proses pembangunan masyarakatnya akan berjalan cepat dan signifikan. Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik. Muara ranah kognitif adalah tumbuh dan berkembangnya kecerdasan dan kemampuan intelektual akademik, ranah efektif bermuara pada terbentuknya karakter kepribadian, dan ranah psikomotorik akan bermuara pada keterampilan vokasional dan perilaku (Damayanti, 2014: 9).

Selain itu, pendidikan juga merupakan salah satu sarana penting dalam usaha pengembangan sumber daya manusia dan penanaman nilai-nilai kemanusiaan, yang pada gilirannya akan menciptakan suasana dan tatanan kehidupan masyarakat yang beradab dan berperadaban (Al-Attas,2003:23).

(15)

seimbang. Karena gaya pendidikan dan pembelajaran yang cenderung formalistik dan hanya mementingkan capaian akademik semata (Zuchdi, dkk., 2013:2). Namun dalam pengembangan tiga aspek tersebut tidak memberikan pendidikan yang memadahi untuk pembentukan karakter yang baik atau biasa disebut akhlak yang mulia.

Beranjak dari itu, bangsa yang berwatak mulia, cerdas dan bermartabat akan menentukan peradaban bangsa tersebut. Bangsa Indonsia sejak dulunya terkenal bangsa yang taat beragama, ramah, suka bergotong royong, dan musyawarah untuk mufakat (Damayanti,2014:5). Namun jika pendidikan hanya berpedoman pada tiga aspek tersebut maka pembentukan karakter pada peserta didik akan dipandang sebelah mata. hal paling penting dalam kehidupan bermasyarakat bukan hanya kemampuan akademik saja, namun pembentukan karakter juga penting bahkan menjadi tolak ukur dari setiap individu dalam masyarakat.

Dengan demikian, pendidikan karakter amatlah penting untuk membangun suatu bangsa yang besar, beradab, dan berperadaban. Ir. Soekarno menegaskan: “Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter (character building) karena character building inilah yang akan menjadi bangsa yang besar, maju, dan jaya, serta bermartabat. Kalau character building ini tidak dilakukan, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli.” (Hariyanto, 2013:1-2).

(16)

manusia sebagi khalifah di bumi. Sesuai dengan Al-Qur’an Q.S Al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi:

َََللاََرَكَذَوََرِخلأاََمْوَ يْلاَوََللاَاْوهجْرَ يََناَكَْنَمِلٌَةَنَسَحٌَةَوْسهأَِللاَ ِلْوهسَرَ ِفَِْمهكَلََناَكَْدَقَل

Artinya;“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”

َْنَع

Artinya: “Dari Abu Hurairah, Rasulluallh berkata, ‘Sesungguhnya aku

diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.’”(diriwayatkan oleh Ahmad dari Abaas).

Dari ayat Al-Qur’an dan juga hadits di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan akhlak dalam agama Islam bertumpu kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang baik(uswatun hasanah). Karena Nabi adalah makhluk yang paling sempurna(ikhsanul kamil). Pada dasarnya pendidikan karakter dalam agama Islam adalah mewujudkan akhlak mulia Nabi Muhammad kedalam diri setiap peserta didik. Namun realita yang ada bahwa kemerosotan akhlak kini semakin memprihatinkan. Maka diperlukan pemebanahan dalam pendidikan karakter.

(17)

pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas,namun juga berkepribadian atau berkarakter, dengan harapan agar nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa dan agama.

Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik (Mulyasa, 2014: 1). Pendidikan karakter dapat dilaksanakan melalui berbagai aspek pembelajaran, baik dari pengajaran yang dilakukan pengajar, berinteraksi dengan lingkungan, dari media seperti mengambil nilai pendidikan yang didapat dari film, novel, kitab dan lain-lain.Keberhasilan pendidikan karakter tidak hanya ditentukan oleh besarnya peranan pendidikan dalam memberikan pengajaran atau bimbingan tetapi juga ditentukan oleh lingkungan sosial dalam memberikan situasi yang kondusif dalam pengembangan karakter. Nilai-nilai tersebut tidak hanya cukup disampaikan dan konseptual, tetapi juga dibutuhkan latihan terus menerus dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Damayanti,2014:10). Beranjak dari latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan penelitian terhadap nilai-nilai pendidikan karakter yang termuat dalam kitab At-Tahliyah. Dalam penelitian ini penulis menyajikan dengan judul Nilai-nilai Pendidikan Karakter yang Terkandung Dalam Kitab

(18)

B. Rumusan Masalah

1. Apa nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam Kitab At-Tahliyah wa at-Targhib fi at-Tarbiyah wa at-Tahdib Karya Sayyid Muhammad?

2. Bagaimana relevansi pendidikan karakter yang terkandung dalam Kitab

at-Tahliyah wa at-Targhib fi at-Tarbiyah wa at-Tahdib Karya Sayyid Muhammad terhadap pendidikan karakter di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam Kitab

at-Tahliyah wa at-Targhib fi at-Tarbiyah wa at-Tahdib Karya Sayyid Muhammad.

2. Mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam Kitab at-Tahliyah wa at-Targhib fi at-Tarbiyah wa at-Tahdib

Karya Sayyid Muhammad terhadap pendidikan karakter di Indonesia.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan tentang nilai-nilai pendidikan karakter di Indonesia.

(19)

2. Kegunaan praktis

a. Dapat digunakan oleh praktisi pendidikan Islam seperti dosen, guru, peserta didik dan lain-lain seperti lembaga atau instutusi pendidikan dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran pendidikan karakter dan semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.

b. Dapat menumbuhkan semangat bagi para pendidik untuk menciptakan strategi baru dalam pembelajaran guna membentuk karakter peserta didik.

E. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Ditinjau dari obyeknya, penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) karena data-data yang diperlukan untuk menyusun karya ini diperoleh dari kajian pustaka. Sutrisno (1989:9) berpendapat, library research adalah penelitian dengan cara mengadakan studi secara teliti literatur-literatur yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas. Kegiatan mendalami, mencermati, menelaah dan mengidentifikasi itulah yang biasanya dikenal dengan menkaji bahan pustaka atau haya disingkat dengan kajian pustaka atau telaah pustaka (literature review).

(20)

aktivitas sosial, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.

2. Sumber data.

Dalam penelitian ini, data didapat dari dua sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber data primer

Sumber data primer mencakup data-dta pokok yang dijadikan obyek kajian yang mnyangkut dengan penelitian ini. Sumber utama dalam penelitian ini yaitu dari kitab at-Tahliyah wa at-Targhib fi at-Tarbiyah wa at-Tahdib Karya Sayyid Muhammad

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder dari berbagai sumber bacaan yang mendukung penelitian ini baik dari majalah, novel, kitab-kitab yang lain, jurnal dan lain-lain yang berhubungan dengan pendidikan karakter.

3. Metode pengumpulan data.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam kajian ini, penulis menggunakan kajian kepustakaan(library research). Adapun langkah yang dilakukan adalah :

a. Membaca buku ataupun data yang didapat dari sumber data primer dan sekunder.

(21)

c. Menganalisis kemudian menklasifikasi untuk dimasukan sesuai dengan kajian yang dikerjakan.

4. Teknik analisa data

Dalam setiap kajian tentulah ada bagian yang membahas tentang metode pengumpulan data, namun sebelum membahas tentang analisis data alangkah lebih baiknya kita awali dengan pembahasan tahapan analisis. Analisis adalah tahap kegiatan yang tidak dapat diwakilkan pada orang lain, tetapi harus dilakukan oleh peneliti sendiri karena hal ini menyangkut validitas hasil penelitian, kualifikasi intelektualitas dan kompetensi peneliti (Yunus, 2010: 239).

Analisa ini menggunakan teknik analisa deskriptif dan juga teknik analisa kajian isi. Metode analisis deskriptif adalah usaha mengumpulkan suatu data dan menyususun suatu data dari bentuk yang umum, kemudian dilakukan analisis terhadap data itu. Moleong menambahkan bahwa data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar, bukan berupa angka-angka. sedangkan teknik analisa kajian isi dapat disebut juga dengan

(22)

F. Kajian Pustaka

Berdasarkan dengan penelusuran penulis, penulis menemukan penelitian sebelumnya yang mengkaji Kitab Tahliyah wa Targhib fi at-Tarbiyah wa at-Tahdib dan juga penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian penulis, sebagai berikut :

1. Konsep Etika pergaulan yang baik Menurut Sayyid Muhammad dalam

Kitab at-Tahliyah wa at-Targhib fi at-Tarbiyah wa at-Tahdib Karya

Sayyid Muhammad. Dalam penelitian yang ditulis oleh Nurul Aini mahasiswi STAIN Kudus ini menkaji tentang bagaimana etika bergaul yang baik dalam hebungan hablu min an-naas dan juga hablu min Allah.

2. Skripsi yang berjudul hadits hadits tawasul (studi tentang pemikiran Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki). Di dalam karya tulis ini berisikan tentang bagaimana konsep bertawasul kepada Allah SWT, dan hadits-hadits tetang bertawasul. Dalam karya tulis ini sama menkaji tentang pemikiran Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki, namun pembahasan lebih pada cara bertawasul kepada Allah SWT.

3. Konsep Muraqabah al Sayyid Abdullah bin Alwi al Haddad dalam kitab

Risalatun al Muawanah. Penelitian yang dilakukan Puji Wastuti mahasiswi IAIN Salatiga angkatan tahun 2010. Menkaji pemikiran tetang muraqabah dan cara penerapan dalam kehidupan sehari-hari dalam kitab

Risalatun al Muawanah.

(23)

Muhammad bin Alwi Al-Maliki yang dituang kan dalam kitab at-Tahliyah wa at-Targhib fi at-Tarbiyah wa at-Tahdib yaitu kepada nilai nilai pendidikan karakter yang dapat diambil dalam kitab tersebut.

G. Penegasan Istilah

1. Nilai Pendidikan Karakter

Dalam kamus bahasa Indonesia masa kini nilai diartikan harga, bobot, tingkatannya. Dalam kamus pendidikan umum nilai dapat diartikan harga, kualitas, pada tingkatan atau dapat diartikan sesuatu yang dianggap berharga dan menjadi tujuan yang hendak dicapai. Dalam kamus pendidikan umum juga disebutkan nilai pembentuk, nilai praktis dan nilai religious. Nilai pembentuk ialah nilai usaha pendidikan yang dapat mempertinggi pengetahuan, kemampuan prestasi, dan pembentukan watak. Nilai praktis ialah nilai yang dianggap bermanfaat dan berguna bagi kehidupan sehari-hari. Sedangkan nilai religious ialah sesuatu yang dianggap bermanfaat ditinjau dari perspektif keagamaan (Sastrapradja, 1978: 339).

Dalam Encyclopedia Britanica dalam (Sarjono, 2005:136) disebutkan nilai adalah sesuatu yang menentukan atau suatu kualitas obyek yang melibatkan suatu jenis atau apresiasi atau minat.

(24)

unik-baik yang terpatri dalam diri dan terejawentahkan dalam perilaku. Menurut Syarbaini (2011:211) karakter adalah sistem daya juang (daya dorong, daya gerak, dan daya hidup) yang berisikan tata kebijakan akhlak dan moral yang terpatri dalam diri manusia.

Karakter didefinisikan berbeda oleh Robert Marine karakter adalah gabungan yang samar-samar antara sikap, perilaku bawaan, dan kemampuan yang membangun pribadi seseorang (S Hariyanto, 2013:42). Menurut Patimah (2011: 56)

“Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik seharihari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupundi luar kelas pada semua mata pelajaran.”

Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mengaplikasikan hal tersebut dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga mereka dapat memberikan sumbangsih yang positif kepada lingkungan sekitarnya.

(25)

baik. Maka dari itu sangatlah penting untuk menanamkan nilai karakter yang baik pada setiap individu, guna untuk membentuk lingkungan yang aman, tentram, dan sejahtera.

2. Kitab at-Tahliyah wa at-Targhib fi at-Tarbiyah wa at-TahdibSayyid Muhammad.

Kitab takhliyah ini adalah salah satu kitab karangan Sayyid Muhammad. Kitab ini sering dijumpai dalam pembelajaran kitab pada umumnya digunakan dalam pondok yang berbasis salaf. Dalam kitab ini mengkaji tatakerama seorang yang menuntut ilmu, memperbaiki akhlak, berhubungan dengan makhluk (hablu min an-naas).

Dalam muqaddimah kitab ini Sayyid Muhammad menekankan pada pendidikan akhlak, kitab ini digunakan sebagai salah satu sumber pengajaran akhlak pada sesorang bertujuan untuk memperbaiki akhlak (khusnul khuluq).Kitab ini menjelaskan mengenai manusia dalam kehidupannya tidak bisa terlepas dari hidup bersosial dan perlunya hidup bermasyarakat.

Kitab at-Tahliyah wa at-Targhib fi at-Tarbiyah wa at-Tahdib

(26)

singkatnya, untuk kaum muslim baik usia anak-anak yang masih dalambelajar maupun guru dan orang tua yang ingin menagajarkan kitab ini kepada anak-anaknya agar mempunyai karakter sejak dini.

Untuk menghindari kerancauan dalam penelitian ini dngan penelitian yang lain yang sudah ada, penulis mengangkat judul pendidikan karakter dalam Kitab Tahliyah wa Targhib fi Tarbiyah wa at-Tahdib Karya Sayyid Muhammad.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan penelitian ini, peneliti menyusun sistematika penulisan dalam per bab sesuai dengan hasil penulisan, sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini beisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, kegunaan penelitian, kajian pustaka,penegasan istilah, sistematika penelitian.

Bab II Biografi Pengarang, berisi tentang riwayat hidup pengarang, kitab karangan tokoh, .

Bab III Deskripsi Pemikiran.

Bab IV Pembahasan, berisi signifikasi pemikiran, relevansi pemikiran tokoh dengan pendidikan karakter di Indonesia.

(27)

BAB II

BIOGRAFI NASKAH

A. Biografi Sayyid Muhammad

As-Sayyid Muhammad bin Alawi al- Maliki adalah seorang tokoh ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah kaliber Internasional. Beliau merupakan

warisan keluarga al- Maliki al- Hasani di Makkah. Sayyid Muhammad adalah keturunan Rasulullah SAW melalui cucu baginda Rasulullah al- Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. Ketuunan al-Imam Hasan termasuk keturunan yang langka dan jarang, sedangkan keturunan terbanyak adalah keturunan yang bersambung kepada al-Imam Husein seperti kebanyakan para habaib di Tanah Air(Mauladdawilah,2013:280). Sayyid Muhammad adalah As-Syeikh Al Imam Al’Allamah, muhadits al Hijaz, salah satu keturunan Rasulullah SAW

As Sayyid Muhammad bin As Sayyid Alawi bin Abbas bin Abdul Azis al Maliki al Makki al Hasani. Bersambung terus nasab mulia ini sampai kepada Sayyidina Idris al Azhari bin Idris al Akbar bin Abdullah al Kamil bin al Hasan al Mutsanna bin al Hasan as Sibth bin al Imam Ali bin Abi Thalib suami As Sayyidah Fatimah az Zahra putri Baginda Rasulullah Muhammad Saw.

Sayyid Muhammad menyebutkan syair untuk menjelaskan keluarga beliau yang artinya: Sayyid (keluarga Rasulullah) yang ‘alim, itulah ayah dan

(28)

Makkah al Mukarramah pada tahun 1367 H sekitar 1947 M tepatnya dikawasan Babus Salam tempat kediaman ayahnya. Ayah beliau adalah sosok tokoh yang populer dari sekian banyak ulama yan mengajar di halaqah

Masjidil Haram. As-sayyid Alawi Al Maliki telah mengajar di Masjidil Haram lebih dari 40 tahun lamanya, dari tahun 1347-1391 H. As- Sayyid Muhammad Al Maliki hidup sedari kecil dalam lingkungan ilmu dan ibadah, keluarga yang sholeh dan penuh keberkahan telah mengarungi kehidupan. Sehingga beliau berkembang dalam perjalanan hidup yang baik diatas jalan para salaf-salafnya dengan tuntunan dan bimbingan langsung dari ayahnya (Ba’alawi,2009:03).

(29)

mendampinginya kemana saja ia pergi dan berceramah baik di Makkah atau di luar kota Makkah. Adapun yang meneruskan perjalanan dakwah setelah wafat beliau adalah Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki dan Sayyid Abbas selalu berurusan dengan kemaslahatan kehidupan ayahnya.

Sayyid Muhammmad merupakan pendidik Ahlus Sunnah wal Jama'ah, seorang ‘alim kontemporer dalam ilmu hadits, ‘alim mufassir (penafsir) Qur’an, Fiqh, doktrin (‘aqidah), tasawwuf, dan biografi Nabawi (sirah). Sayyid Muhammad al-Makki merupakan seorang 'alim yang mewarisi pekerjaan dakwah ayahanda, membina para santri dari berbagai daerah dan negara di dunia Islam di Makkah al-Mukarromah.

Setelah sekian lama Sayyid Muhammad mengabdikan dirinya untuk berdakwah dan mendidik muid-muridnya dengan penuh tanggung jawab dan keikhlasan, beliau di panggil Allah SWT berpulang ke Rahmat-Nya pada fajar hari Jumat tanggal 15 Ramadhan 1425 Hijriyah yang bertepatan dengan tanggal 29 Oktober 2004 Masehi di rumah kediaman beliau jalan Al Maliki distrik Rushaifah setelah sebelumnya sempat dirujuk kerumah sakit al-Rafi’ di Makkah karena sakit yang datang tiba-tiba (Ba’alawi, 2003:99).

Dalam situs resmi PCNU jombang dituliskan sebelum menghembuskan nafas terakhir Sayyid Muhammad masih menunaikan shalat subuh di kediamannya. Jenazah almarhum dimakamkan di pemakaman Ma’la

(30)

almarhum.Umat Islam sangat kehilangan tokoh dan ulama besar yang masih keturunan Rasulullah dari garis keturunan Sayyidna Hasan bin Ali atau Fathimatuz Zahra. As Sayyid muhammad Meninggalkan tujuh putra dan beberapa putri. Putra-putra beliau adalah, Sayyid Abdul Wahhab, Sayyid Ahmad. Sayyid Abdullah, Sayyid Alawi, Sayyid Ali, Sayyid Hasan dan Sayyid Husein. Dari putra-putra beliau, kini yang menjadi khalifah

(pengganti) untuk melanjutkan jejak sang ayahanda sebagai pemangku ribath

(pondok pesantren) adalah putra beliau yang bernama sayyid Ahmad lulusan Universitas ummul Qura Makkah (Ba’alawi, 2003:117).

B. Pendidikan Sayyid Muhammad

(31)

Usia ke-26, Sayyid Muhammad di kukuhkan sebagai guru besar ilmu hadits pada Universitas Ummul Qura, Makkah, Arab Saudi. Dan pada tanggal 2 Shafar 1421/ 6 Mei 2000 beliau di anugrahi gelar ustadziyyah atau professor dari Universitas al-Azhar asy-Syarif Kairo Mesir. Beliau kemudian melakukan perjalanan dalam rangka mengejar studi Hadits ke Afrika Utara, Timur Tengah, Turki, Yaman, dan juga anak benua Indo-Pakistan, dan memperoleh sertifikasi mengajar (ijazah) dan sanad dari Imam Habib Ahmad Mashhur al Haddad, Syaikh Hasanayn Makhluf, Ghumari bersaudara dari Marokko, Syekh Dya’uddin Qadiri di Madinah, Maulana Zakariyya

Kandihlawi, dan banyak lainnya.

C. Murid-murid dan Karya-karya Sayyid Muhammad

Sayid Muhammad Al Maliki mendirikan tidak kurang 30 buah pesantren dan sekolah di Asia Tenggara. Karangannya mencapai puluhan kitab mengenai usuluddin, syariah, fikih dan sejarah Nabi Muhammad. Ratusan murid yang menimpa pendidikan di pesantrennya, biaya makan dan pemondokan ditanggungnya.

(32)

Alhabsji; Habib Naqib Bin Syechbubakar yang memimpin majelis taklim di Bekasi; Novel Abdullah Alkaff yang membuka pesantren di Parangkuda, Sukabumi. Di antara ulama Betawi lainnya yang pernah menimba ilmu di Makkah adalah KH. Abdurahman Nawi, yang kini memiliki tiga buah madrasah atau pesantren masing-masing di Tebet, Jakarta Timur, dan dua di Depok. Masih belasan pesantren dan madrasah di Indonesia yang pendirinya adalah alumni dari Al-Maliki. Seperti KH. Ihya Ulumuddin yang memiliki pesantren di Batu, Malang. Demikian pula Pesantren Riyadul Solihin di Ketapang (Probolinggo), dan Pondok Pesantren Genggong, juga di Probolinggo.

Muhsin Bin Ali Hamid Ba’alawi dalam bukunya dituliskan disamping tugas beliau sebagai da’i, pengajar, pembimbing, dosen, penceramah dan segala bentuk kegiatan yang bermanfaat untuk agama, beliau adalah seorang pujangga besar dan penulis yang produktif dan unggul. Diantara beberapa kitab-kitab karya Sayyid Muhammad dalam berbagai disiplin ilmu antara lain:

1. Dalam Ilmu Aqidah.

a. Mafahim Yajibu an Tusahhah.

b. Manhajus As-salaf Fi Fahmin An-Nusus Wat-Tathbiq

c. Qul Hazdihi Sabili.

2. Dalam Ilmu Hadits.

a. Anwarul Masalik Ila Riwayati Muwath-thai Malik.

(33)

c. At Thali’us Sa’id fi Mukahtashar Asanid d. Al ‘Uqudul Lu’luiyyah bil Asanid ‘Ulwiyyah 3. Dalam Ilmu Sirah Nabawiyyah:

a. Muhammad (Sallallahu Alaihi Wasallam) al-Insanul Kamil.

b. Tarikh Hawadits wal Ahwal an Nabawiyyah.

c. Al Busyra fi Manaqib As Sayyidah Khadijah Al Kubra

d. Haulal Ihtifal bi zikra Maulid Nabi An Nabawi Asy Syarif

4. Dalam Ilmu Usul Fiqih.

a. Al Qawa'idul Asasiyatu fi Ushulil Fiqh.

b. Syarah Mandzumat al-Waraqat fi Usul al-Fiqh.

5. Dalam Ilmu Fiqh:

a. Al-Risalah al-Islamiyyah Kamaluha wa Khuluduha wa 'Alamiyyatuha

b. Shawariq al-Anwar min Ad'iyat al-Sadah al-Akhyar.

c. Al-Mukhtar min Kalam al-Akhyar.

6. Dalam bidang haji dan sejarah kota Makkah. a. Al Hajju, Fadhail Wa Ahkam

b. Fi Rihab Baitillah Al Haram

c. Labbaika Allahumma labbaik

7. Lain-lain:

a. at-Tahliyath Wa At- Targîb Fi At-Tarbiyah Wa At-Tahdîb

b. Al-Mustashriqun Bayn al-Insaf wa al-'Asabiyyah (Kajian Berkaitan

Orientalis).

(34)

d. Al-Qudwah al-Hasanah fi Manhaj al-Da'wah ila Allah (Teknik Dawah).

D. Karakteristik Kitab Tahliyah wa Targhib fi Tarbiyah wa

at-Tahdib

Karakteristik yaitu ciri-ciri yang menonjol dari Kitab at-Tahliyah wa at-Targhib fi at-Tarbiyah wa at-Tahdibyang tentunya karakterstik tersebut dapat membedakan dengan karakteristik kitab yang lainnya. Perbedaan tersebut paling tidak dapat dilihat dari unsur-unsur yang dapat membangun jiwa dan juga isi dari kitab yang peneliti kaji.

Kitab at-Tahliyah wa at-Targhib fi at-Tarbiyah wa at-Tahdib

(35)

rumah sebagai tempat tinggal dan tujuannya, serta senam dan olahraga. Dalam bab sepuluh sampai dua belas menjelaskan mengenai beberapa sarana yang dapat memperbaiki kondisi perekonomian, tata cara mengunjungi teman, tata cara menjenguk orang sakit dan ta’ziyah, walimah atau pesta,

sehingga dalam beberapa bab ini dapat memahami mengenai tatacara dalam kehidupan bermasyarakat.

Kitab ini sangat padat dengan pembentukan pendidikan karakter yang harus dimilki dalam diri seseorang karena kitab ini membahas beberapa bagian materi yang menuntun pada karakter yang baik. Ketika membaca kitab ini yang penuh dengan nilai-nilai yang baik diharapkan akan adanya nilai yang tertanam dalam diri selain itu juga dapat mengetahui nilai yang diperlukan dalam bermasyarakat dan menjalin hubungan dengan sosialnya. Ketika mengkaji kitab ini dapat di rasakan keadaan sosial dan kehidupan sehari-hari perlu diperhatikan agar dalam kehidupan sosial berjalan dengan damai dan tentram juga dapat menjadi pedoman bagaimana seseorang berprilaku dalam masyarakat.

(36)
(37)

BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN

A. Gambaran Umum Kitab At-Tahliyatu Wa At-Targib Fi At-Tarbiyati Wa

At-Tahdib Karya Sayyid Muhammad.

Dalam pengantar kitab At-Tahliyah Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyah Wa At-Tahdib telah disebutkan mengenai tujuan adanya kitab Tahliyah Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyah Wa At-Tahib adalah suatu hal yang pasti dan jelas bahwa memandang pendidikan generasi muda menurut berbagai fasilitas dan sarana yang dapat mengantar mereka pada keselamatan jasmani, pemeliharaan dan pertumbuhan serta terjaminnya segala sarana yang dapat melahirkan orang yang berpendidikan, dengan membiasakan generasi muda untuk berfikir secara teliti, sehingga dapat membedakan antara perkara yang bermanfaat dan yang membahayakan, antara yang baik dan jelek.

(38)

Mengingat pendidikan dengan tujuan seperti tersebut di atas, merupakan masalah terpenting yang harus mendapat perhatian penuh dan perlu mendapat arahan yang baik, maka rasa tanggung jawab dan kewajiban saya terhadap negara dan umat manusia mendorong Musonef menulis sebuah kitab yang diberi nama Tahliyah wa Targhib fi Tarbiyah wa at-Tahdibyang memuat berbagai saran untuk menjaga jasmani dan mendidik jiwa dengan penuh harapan dapat bermanfat.

Kitab ini sangat padat dengan pembentukan pendidikan karakter yang harus dimilki dalam diri seseorang karena kitab ini membahas beberapa bagian materi yang menuntun pada karakter yang baik. Ketika membaca kitab ini yang penuh dengan nilai-nilai yang baik diharapkan akan adanya nilai yang tertanam dalam diri selain itu juga dapat mengetahui nilai yang diperlukan dalam bermasyarakat dan menjalin hubungan dengan sosialnya. Dengan bahasa hyang mudah difahami, Ketika mengkaji kitab ini dapat di rasakan keadaan sosial dan kehidupan sehari-hari perlu diperhatikan agar dalam kehidupan sosial berjalan dengan damai dan tentram juga dapat menjadi pedoman bagaimana seseorang berprilaku dalam masyarakat.

B. Isi Kitab At-Tahliyatu Wa At-Targib Fi At-Tarbiyati Wa At-Tahdib Karya

Sayyid Muhammad.

Kitab At-Tahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyati Wa At-Tahdîb

(39)

dengan membuat kitab tersebut. Adapun konsep pendidikan karakter dalam kitab At-Tahliyatu Wa at-Targîb Fi at-Tarbiyatu Wa at-Tahdîb sebagai berikut:

1. Bab sulukul insan.

Manusia adalah makhluk sosial artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berineraksi dengan manusia lain. Kehidupan bermasyarakat sngatlah erat dengan hubungan interaksi satu sama lain. Dalam kitab Tahliyah wa at-Targhib fi at-Tarbiyah wa at-Tahdib dipaparkan sebagaimana manusia itu adalah makhlik sosial yang bermsyarakat, sebagai beriku:

َْمَلْعِا

Artinya: "Hendaklah diketahui, bahwa manusia adalah makhluk yang memerlukan hidup bermasyarakat dengan sesamanya. Karena, seseorang itu tidak mungkin dengan sendirinya, tanpa bantuan orang lain dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dan hal-hal yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya, kesenangan-kesenangannya dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh mentalnya."

(40)

a. Ibu

Manusia terlahir di dunia tidak bisa terhindar dari peranan seorang ibu, ibu adalah seorang yang memiliki peran sangat penting. Sebagaimana telah dituturkan dalam Tahliyah wa Targhib fi

at-Atarbiyah wa at-Tahdib peranan ibu dalam merawat anak sebelum

maupun sesudah terlahir.

ََّنِا

ََكَّمها

َِتاَقَشَلمْاََتْدَباَكْدَق

ََةَعْسِتََكِلَْحمَ ِفَِةَدْيِدَعلْاَ ِتاَياَنِعلْاَوَِةَدْيِدَّشلا

َِّلهكَ ْنِمَ َكَظِفَحَوَ اَهِتَطاَيِحَوَ َكِباَيِثَ ِةَفاَظَنَوَ َكِعاَضْرِاَوَ َكْعَضَوَوَ رههْشَا

ََكهمِلَؤه يَوََكُّرهضَياَم

Artinya: "Sesunguhnya ibumu telah merasakan dan menangung berbagai kesengsaraan dan penderitaan yang sangat berat, sewaktu dia mengandungmu selama sembilan bulan, melahirkan, menyusui, mencucikan pakaianmu dan menjahitnya serta melindungimu dari segala sesuatu yang membahayakan dan menyakitimu. Dia melakukan semua itu dengan perasan penuh kasih dan cinta kepadamu."

Sesuai dengan kalimat diatas, Kasih sayang seorang ibu kepada anaknya begitu tulus, ibu memperjuangkan, merawat, mendidik dengan rasa kasih sayang. Sebagai seorang anak berbakti kepada ibu hukumnya adalah wajib.

b. Ayah

(41)

ََتْنَا

Artinya:“Engkau dengan naluri sendiri sebenarnya telah dapat engkau mengetahui sejak kecilmu, tentang perhatian ayahmu terhadap segala urusan dan kepentinganmu, berupa makanan, minuman, pakaian, pendidikan dan kebutuhan-kebutuhan yang lain. Dapatlah kiranya terbayang dalam pikiranmu, pendeitaan berat yang dirasakan oleh ayahmu dalam membina mental maupun fisikmu, lebih-lebih karena ayah penyebab keberadaanmu didunia ini.”

Peranan ayah dalam keluarga yang terurai dalam begian pemikiran Sayyid Muhammad di atas, bahwa selain ibu, ayah juga berperan penting, memiliki tanggung jawab yang begitu besar untuk menjaga, mengatur, dan mendidik keluarga.

c. Penguasa

Penguasa dalam bahasa arab yaitu (ءارما) yang berarti penguasa, raja, pemerintah. Setiap pemerintahan memiliki tanggung jawab atas otonomi pemerintahannya. Sayyid Muhammad juga menguraikan bagaimana peranan penguasa, sebagi berikut:

(42)

َِّلهك

Artinya: “Penguasa sebenarnya adalah orang-orang yang bertangung jawab terhadap kejayaan agama, pelaksanaan hukum-hukum dan kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan, dapat mencegah terjadinya permusuhan dan pertumpahan darah, bisa menjaga kesehatan rakyat, kestabilan negara, membangun dam-dam, membina angkatan bersenjata, meletakkan dasar-dasar pendidikan dan pengajaran, menegakkan keadilan, dan melaksanakan tindakan-tindakan lain.”

Tanggung jawab besar sebagai penguasa yaitu dapat membentuk pemerintahan yang senantiasa dapat dipercaya rakyatnya dan membentuk rakyat yang sejahtera, aman, dan harmonis. Dalam masyarakat untuk membentuk masyarakat tersebut penguasa haruslah konsisiten dalam melaksanakan hukum atau aturan yang berlaku, dapat mencegah perpecahan, dapat menjaga kestabilan masyarakat. Selain itu penguasa atau pemerintah harus dapat membentuk pendidikan yang berkualitas.

d. Guru

Dalam pembentukan mental seorang individu selain kedua orang tua guru merupakan sosok yang begitu berpengaruh. Guru adalah orang tua kedua setelah kedua orang tua.

(43)

ََكَسْفَ نا عِفاَن

Artinya:“Sesunguhnya guru adalah orang yang telah menyelamatkanmu dari kebodohan dan telah menanamkan di dalam hati dan pikiranmu pelajaran-pelajaran yang dapat menjadikan manusia sempurna, mulia, berilmu, bijaksana dan dapat mengetahui hak-hak serta kewajiban-kewajibanmu. Juga menjadi orang yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain, dapat menghindari perbuatan-perbuatan hina, bisa melakukan perbuatan-perbuatan terpuji, menjadi orang yang dicintai dan disegani oleh banyak orang.”

Ibu, ayah dan guru adalah contoh-contoh orang-orang yang perlu kita hormati karena jasa-jasa mereka yang besar dalam mendidik jasmani dan rohani, Islam mengajarkan agar saling menghormati sesama muslim dan juga dengan lain muslim harus menghargai tak terkecuali orang-orang yang berjasa terhadap pendidkan dan pertumbuhan. Karakter yang terdapat dalam penggalan nuqilan baris bait diatas rasa hormat, santun budi pekertinya, kasih sayang, baik dan rendah hati serta berbakti kepada orang tua.

e. Saudara dan teman

Dalam peribahasa Indonesia tertulis “punya seribu teman

masih kurang, punya satu musuh terlalu banyak ”, maksudnya janganlah membuat permusuhan dengan orang lain selama hidup. Teman adalah harta tak ternilai harganya.

(44)

Artinya: “Jika engkau tidak mau mengabaikan kekhilafan teman

apabila dia melakukannya, maka engkau dan dia terancam pisah.”

ََكاَخَأ

Artinya: “Janganlah engkau meninggalkan temanmu, karena

sesungguhnya orang yang tidak mempunyai teman itu laksana orang yang pergi ke medan perang tanpa membawa senjata.”

Mempunyai teman adalah hal yang menyenangkan, dengan memperbanyak teman bagaikan memiliki saudara-saudara baru, sudah sepatutnya menjaga pertemanan dan menjaga tali silaturahmi perlu dalam mengekalkan persudaraan dan pertemanan.

f. Orang yang lebih rendah pengetahuan dan kedudukannya

Berhubungan dengan pergaulan, semua orang memiliki hak untuk memilih teman, namun selain memilih juga harus pandai dalam mensikapi sutau pergaulan.

اَذِا

Artinya: “Apabila engkau berada di tengah-tengah sekelompok orang. Maka bertemanlah dengan orang-orang pilihan (baik) diantara mereka, dan janganlah berkawan dengan orang yang rendah perangainya, agar engkau tidak menjadi hina karenanya.”

(45)

2. Bab adab wa husnul mu’amalah

Seseorang yang hidup bermasyarakat haruslah memiliki adab yang baik atau bisa disebut akhlak yang mulia, dalam kitab ini tercantum pembagian pembagian adab, sebagai berikut :

َ هباَدَلألا

a. Adab dab bagusnya mu’amalah

Setiap manusia dibekali akal dan pikiran, oleh sebab itu akal dan pikiran tersebut harus digunakan dengan sebaik mungkin. Selain akal dan pikiran, akhlak juga menjadi tolak ukur setiap individu dalam masyarakat, Sayyid Muhammad menyajikan dalam kitab

at-Tahliyah sebagaimana seseorang yang memiliki akal dan akhlak.

اَم

Artinya: “Tidak ada pemberian Allah kepada seseorang yang

keutamaannya melebihi akal dan akhlaknya.”

“Keduanya adalah kehidupan bagi pemuda. Jika pemuda itu tidak memiliki akal dan akhlak mulia, maka mati baginya lebih baik.”

(46)

inilah yang harus dimaksimalkan untuk mencapai potensi yang dimiliki.

b. Shidiq

Adapun salah satu akhlak yang mulia adalah jujur,. Jujur adalah sikap menyampaikan suatu berita dengan apa adanya. Dalam kitab at-Tahliyah juga dijelaskan pengertian jujur, sebagai berikut :

َهقْدِّصلَا

Artinya:“Jujur adalah hal menyampaikan berita sesuatu kepada seseorang sesuai dengan kenyataannya.”

اَمَو

Artinya: “Jika engkau berfikir tentang sesuatu, maka engkau tahu

bahwa tidak ada sesuatu yang lebih jauh dari kehormatan dan kemuliaan dari pada kebohongan. Ia sama sekali tidak membawa kebaikan.”

Dijelaskan bahwa kebohongan adalah hal yang dapat menjauhkan seseorang dari kehormatan dan juga kemuliaan. Dengan kata lain jika seseorang ingin mempunyai kemuliaan dan kehormatan maka harus mempunyai sikap jujur.

c. Husnul Khuluq

(47)

ََوهه

Artinya :“Husnul khuluq yaitu hubungan manusia dengan perasaan senang hati, lapang dada, berbicara yang lembut, murah senyum, dan sedikit meremehkan.”

Dari kutipan diatas pengertian budi pekerti baik (husnul khuluq) yaitu hubungan anatara manusia dengan perasaan senang hati, lapang dada, berbicara dengan lembut, murah senyum, dan yang dicela, maka berpeganglah kamu dengan sifat haya’, dan tidak meremehkan sifat haya’ tersebut.”

Artinya: “Apabila air muka seseorang itu sedikit, maka dia kurang

(48)

Artinya: “Jika engkau tidak ingin menjaga kehormatan, tidak takut

kepada Yang Maha Pencipta, dan tidak merasa malu kepada sesama orang, maka berbuatlah sesuka hatimu.”

e. Hilmu

Hilmi adalah salah satu sikap terpuji, yang berarti bijaksana.

َِلحا

marah, dengan bermurah hati pada orang yang tidak tahu, menjaga seseorang disampingmu, memaafkan musuhmu serta semampumu.

Hidup bersosial haruslah memiliki sikap-sikap yang dapat menjaga diri sendiri maupun orang lain guna menjaga hubungan dengan orang lian. Salah satu sikap yang harus dimiliki adalah hilmu

(bijaksana). Bentuk bijaksana antara lain adalah menahan emosi, membantu orang yang belum tahu, menjaga orang lain, memaafkan

Artinya :“Sebaiknya kamu berrmusyawaroh dengan teman-temanmu yang ketika menginginkan untuk melakukan suatu pekerjaan.”

(49)

bertindak berdasarkan dengan memandang hak dan kewajiban antara diri pribadi dan orang lain sama (deni Damayanti, 2014:43).

g. Menyimpan rahasia

Artinya: “Orang yang menitipkan rahasianya kepadaku, aku pasti

menjamin terpeliharanya rahasia itu, lalu aku titipkannya di tempat yang dibungkus, seolah terkubur.

Aku sendiri merahasiakan titipan itu dariku, seolah aku tidak pernah mengetahuinya sepanjang masa.

Rahasia yang ada padaku tidaklah seperti mayat dalam lubang galian karena aku tau yang dipendam itu menanti bangun dari kubur.”

Dalam pergaulan bentuk menyimpan rahasia baik diterapkan jika mengetahui aib seseorang namun diam dan tidak menceritakan kepada orang lain. Seorang yang dapat menyimpan rahasia ia akan mudah dipercayahi oleh orang lain.

h. Muru’ah

ََكَسْفَ نََعَنَْتََْنَاِبَاَهِلَمْكَاَوَ ِلاَوْحَلاَِلَضْفَاَِةاَعاَرهمَىَلَعََكَسْفَ نََدِّوَعه تَْنَاََيِه

َ ء ِنَّدَ لاَحَُّلهكَوَ سْيِسَخَ رْمَاَِّلهكَْنَع

ََكَرْدَقَهصهقْ نَ ي

(50)

Muru’ah adalah menjaga kehormatan, setiap manusia memiliki rasa hormat dan kehormatan antara setiap insan. Menjaga diri dari perbuatan tercela adalah salah satu bentuk menjaga kehormatan.

3. Bab hubbul wathon

engkau harus patuh melaksanakan perintah-perinth kedua orang tuamu atau perintah orang yang mengurusimu dalam masalah pendidikan dan pengajaran, cara belajar dan mencapai kemajuan, agar setelah engkau menjadi besar dapat menyumbangkan jasa-jasa baik pada tanah airmu.”

Negara adalah tempat tinggal yang sangat berharga. Setiap orang yang tinggal dalam Negara haruslah cinta dengan Negara tersebut. Bentuk cinta terhadap Negara bermacam-macam sesuai dengan tugas masing-masing. Sebagai pelajar bentuk cinta Negara adalah dengan belajar.

4. Bab berhubungan pada diri sendiri

(51)

ََيِه

َْنَا

ََمِواَدهت

َٰىلَع

َِهِتَفاَظَن

ََنِم

َِخَسَولْا

و

َِرَذَقلْا

َِةَفاَظَنو

ََكِماَعَط

ََكِباَرَشو

ََكِنَكْسَمَو

ََكِسَبْلَمَو

ََعَم

َِلاَمْعِتْسا

َِرلا

َِةَضاَي

َِةَّيِدَسَلجْا

Artinya :“Hak-hak tubuh atau badan yang harus dipenuhi ialah penjagaan terhadap kebersihannya dari berbagai kotoran, pengajagaan terhadap kebersihan makan, minum rumah dan pakaian yang engkau pakai disertai senam dan olahraga”.

(52)

BAB IV

PEMBAHASAN

Pendidikan adalah usaha sadar dari manusia kepada generasinya yang lebih muda (bisa juga yang seusia atau bahkan lebih tua) agar kelak mereka kelak menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang utuh untuk menjawab tantangan jaman (Saksono, 2012: 1). Banyak pendidikan yang dapat dilakukan dalam berbagai segi kehidupan, antara lain pendidikan akidah akhlaq, pendidikan moral, pendidikan sosial, pendidikan emosional, pendidikan karakter dan masih banyak lagi pendidikan lainnya. Dalam bab ini penulis akan lebih berfokus dalam pembahasan pendidikan karakter.

Pendidikan untuk pembangunan karakter pada dasarnya mencakup pembangunan subtansi, proses, dan suasana atau lingkungan yang menggugah, mendorong, dan memudahkan seseorang untuk mengembangkan kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari (Saksono, 2012: 40). Diketahui dalam kehidupan sehari-hari hubungan yang baik selalu diharapkan. Setiap interaksi yang terjalin dengan baik akan menimbulkan suasana lingkungan yang harmonis.

(53)

orang lain, yang hanya mementingkan diri sendiri. Dengan keadaan yang seperti ini pembentukan karakter pada setiap individu sangatlah dibutuhkan, karena hidup bersama orang lain yang memiliki ideologi yang berbeda pada setiap individu. Dijelaskan oleh Munir sebuah pola, baik itu pikiran, sikap, maupun tindakan, yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan disebut sebagai karakter (Munir, 2010: 3).

Sejalan dengan pendapat tersebut Dirjen Pendidikan Agama Islam, Kementrian agama Islam Indonesia (2010) mengemukakan bahwa karakter dapat diartikan sebagai totalitas ciri pribadi yang melekat dan dapat diidentifikasi pada perilaku individu yang bersifat unik, dalam arti secara khusus ciri-ciri ini membedakan antara satu individu dengan yang lainnya.

Dalam mewujudkan pendidikan karakter, tidak dapat dilakukan tanpa penanaman nilai. Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu : pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; Kedua, kemandirian dan tnggung jawab; ketiga, kejuuran atau amanah, diplomatis; keempat, hormat dan santun; kelima, dermawan, suka tolong menlong dan gotong royong atau kerja sama; keenam, percaya diri dan pekerja keras; ketujuh, kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan rendah hati, dan kesembilan, karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan (Muslich, 2011: 78).

Pendidikan karakter memiliki fungsi yang amat penting. Dalam Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Hasana, 2013: 190) dinyatakan bahwa pendidikan karakter berfungsi:

(54)

2. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur.

3. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Melengkapi uraian di atas, Megawangi, pencetus pendidikan karakter pertama di Indonesia telah menyusun 9 pilar pendidikan karakter mulia yang selayaknya dijadikan acuan dalam pendidikan karakter baik di sekolah maupun di luar sekolah, yaitu sebagai berikut :

1. Cinta Allah dan kebenaran

2. Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri 3. Amanah

4. Hormat dan santun

5. Kasih sayang, peduli, dan kerja sama 6. Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah 7. Adil dan berjiwa kepemimpinan

8. Baik dan rendah hati 9. Toleran dan cinta damai

Ginanjar dengan teori ESQ menyodorkan bahwa setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk kepada sifat-sifat mulia Allah SWT, yaitu Al-Asma Al-Husna. Sifat-sifat dan nama-nama ini merupakan sumber inspirasi dari setiap karakter positip yang dirumuskan oleh siapapun. Dari sekian banyak karakter yang bisa diteladani dari nama-nama Allah itu Ginanjar merangkumnya dalam tujuh karakter sebagai berikut (Mulyasa, 2014:16):

1. Jujur

(55)

3. Disiplin 4. Visioner 5. Adil 6. Peduli 7. Kerja sama

Selanjutnya Hasana menyebutkan nilai-nilai pendidikan karakter yang berkembang di Indonesia bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan Tujuan Pendidikan Nasional. Terdapat 18 nilai pendidikan karakter yang dikembangkan di Indonesia saat ini, yaitu:

1. Religius, merupakan suatu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur, adalah perilaku yang didasarkan pada kebenaran, menghindari perilaku yang salah, serta menjadikan dirinya menjadi orang yang selalu dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi, suatu tindakan dan sikap yang menghargai pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda pendapat, sikap, dan tindakan dengan dirinya.

4. Disiplin, suatu tindakan tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang harus dilaksanakannya.

(56)

6. Kreatif, berpikir untuk menghasilkan suatu cara atau produk baru dari apa yang telah dimilikinya.

7. Mandiri, kemampuan melakukan pekerjaan sendiri dengan kemampuan yang telah dimilikinya.

8. Demokratis, sikap dan tindakan yang menilai tinggi hak dan kewajiban dirinya dan orang lain dalam kedudukan yang sama.

9. Rasa ingin tahu, suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui apa yang dipelajarinya secara lebih mendalam dan meluas dalam berbagai aspek terkait.

10. Semangat kebangsaan, suatu cara berfikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta tanah air, suatu sikap yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsanya.

12. Menghargai prestasi, suatu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat atau komunikatif, suatu tindakan yang memperlihatkan rasa senang, bergaul dan bekerjasama dengan orang lain.

(57)

15. Senang membaca, suatu kebiasaan yang selalu menyediakan waktu untuk membaca bahan bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli sosial, suatu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan bantuan untuk membantu orang lain dan masyarakat dalam meringankan kesulitan yang mereka hadapi.

17. Peduli lingkungan, suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upayaupaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

18. Tanggung jawab, sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Sementara, Mochlas Samani dan Hariyanto (2011:70) mengutip Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan dalam Bahan Pendampingan Guru Sekolah Swasta Tradisional (Islam) telah menginventarisasi Domain Budi Pekerti Islami sebagai nilai-nilai karakter yang seharusnya dimiliki dan ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari oleh warga sekolah Islam sebagaimana disampaikan sebagai berikut :

(58)

2. Nilai karakter terhadap diri sendiri: Adil, jujur, mawas diri, disiplin, kasih sayang, kerja keras, pengambil resiko, berinisiatif, kerja cerdas, kreatif, berpikir jauh ke depan, berpikir matang, bersahaja, bersemangat, berpikir konstruktif, bertanggung jawab, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, angguh, ulet, berkemauan keras, hemat, kukuh, lugas, mandiri, menghargai kesehatan, pengendalian diri, produkti, rajin, tekun, percaya diri, tertib, tegas, sabar, dan ceria atau periang.

3. Nilai karakter terhadap keluarga: adil, jujur,disiplin, kasih sayang, lembut hati, berpikir jauh ke depan, berpikir konstruktif, bertanggug jawab, bijaksan, hemat, menghargai kesehatan, pemaaf, rela berkorban, rendah hati, setia, tertib, kerja keras, kerja cerdas, amanah, sabar, teggang rasa, bela rasa / empati, pemura, ramah tamah, sopan santun, sportif, dan terbuka.

4. Nilai karakter terhadap orang lain: Adil, jujur, disiplin, kasih sayang, lembut hati, bertanggung jawab, bijaksana, menghargai kesehatan, pemaaf, rela berkorban, rendah hati, tertib, amanah, sabar, tenggang rasa, bela rasa / empati, pemurah, ramah tamah, sopan santun, sportif, dan terbuka.

5. Nilai karakter terhadap masyarakat dan bangsa: adil, jujur, disiplin, kasih sayang, lembut hati, berinisiati, erja keras, kerja cerdas, berpikir jauh ke depan, bijaksana, berpikir konstrukti, bertanggung jawab, menghargai kesehatan, produktif, rela berkorban, setia, tertib, amanah, sabar, tenggang rasa, bela rasa / empati, pemurah, dan ramah tamah.

(59)

konstruktif, bertanggung jawab, bijaksana, menghargai kesehatan dan kebersihan, dan rela berkorban.

Ada berbagai cara dalam melakukan penanaman karakter pada setiap individu antara lain dengan memberikan contoh akhlak yang baik, berinteraksi dengan santun, menghargai orang lain dan lain sebagainya. Sayyid Muhammad menuangkan pemikiran beliau di dalam kitab At-Tahliyatu Wa Targîb Fi at-Tarbiyatu Wa at-Tahdîb yang berisikan akhlak yang baik dalam kehidupan, dari sini lah ada beberapa pendidikan karakter yang dapat dijadikan sarana untuk menuntun pembentukan karakter.

A. Nilai Pendidikan Karakter Dalam Kitab At-Tahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyati Wa At-Tahdîb

Kitab At-Tahliyatu Wa At-Targîb Fi At-Tarbiyatu Wa At-Tahdîb

merupakan kitab karya Sayyid Muhammad. Kitab ini lebih populer dengan penyebutan kitab at-Tahliyah hanya mengutip nama depan kitab ini. Nama tersebut populer di dalam kalangan pesantren yang menggunakan kitab ini sebagai salah satu media belajar. Pada awal pembukaan kitab beliau mengucapkan puji syukur kepada Allah serta tujuan dan harapannya dengan membuat kitab tersebut. Adapun konsep pendidikan karakter dalam kitab At-Tahliyatu Wa at-Targîb Fi at-Tarbiyatu Wa at-Tahdîb sebagai berikut:

(60)

Artinya: "Hendaklah diketahui, bahwa manusia adalah makhluk yang memerlukan hidup bermasyarakat dengan sesamanya. Karena, seseorang itu tidak mungkin dengan sendirinya, tanpa bantuan orang lain dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dan hal-hal yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya, kesenangan-kesenangannya dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh mentalnya."

Penggalan kalimat diatas menunjukkan akan konsep manusia sebagai mahkluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain, maka harus bergaul dan bermasyarakat dengan sesama umat manusia meskipun orang tersebut berbeda dalam adat, kebiasaan, kesopanan, dan pangkatnya. Adapun hubungan dengan orang lain dari segi derajat, akal, keutamaan, dan adab.

Dari penggalan kutipan dalam kitab At-Tahliyatu Wa Targîb Fi at-Tarbiyati Wa at-Tahdîb dapat diketahui bahwa sebagai manusia tidaklah mampu untuk menjalani hidup sendiri tanpa ada bantuan dari orang lain. Dalam hal ini sebagi manusia yang dilengkapi akal dan juga pikiran hendaklah memperhatikan bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain dengan baik. Ada beberapa karakter yang ditekankan dalam berhubungan dengan orang lain, berikut :

1. Haya (malu)

Haya )ءايح ( adalah Sikap malu, malu dalam arti tidak menjalankan larangan Allah. dalam kutipan kitab ini sebagai berikut :

َناَسِّللاَُّفَكََوهه

ََعْ فَلاَِنَعَ ِسْفَّ نلاَهعْنَمَوَ ِساَنلاَوَِللاََدْنِعَِةَمْوهمْذلماَِةَحْيِبَقلاَ ِظَفْلَلأاَِنَع

ا

َ ِل

َِهبَ ِفاَصِّتلاَ ِفَِلههاَسَّتلاَِمَدَعَوَِءاَيَلحاِبَِكُّسَمَّتلاِبََكْيَلَعَ فَِةَبْيِعلماَِةَئِّيَّسلا

ََ

(61)

(haya’) mencegah diri dari beberapa perbuatan buruk yang dicela, maka berpeganglah kamu dengan sifat haya’, dan tidak meremehkan sifat haya’ tersebut.”

Malu adalah mencegah lisan dari beberapa ucapan yang rusaak yang dicela oleh Allah dan manusia, selain itu malu dalam kutipan di atas adalah malu untuk melakukan perbuatan buruk yaitu sikap melakukan maksiat kepada perintah Allah SWT.

اَذِا

ََْل

َْنهصَت

ا ضْرِع

ََْلَو

ََشَْتُ

ا قِلاَخ

ََ

حَتْسَتَو

َ

ا قوهلَْمَ

ََتْئِشاَمَف

َْعَنْصاَف

Artinya: “Jika engkau tidak ingin menjaga kehormatan, tidak takut kepada Yang Maha Pencipta, dan tidak merasa malu kepada sesama orang, maka

berbuatlah sesuka hatimu.”

Malu dapat menjaga kehormatan sesorang. Apabila seorang melakukan sesuatu dengan semau mereka tanpa adanya rasa malu dan tidak takut kepada Allah (tidak taqwa), maka rasa hormat orang lain akan kurang.

Definisi malu (haya) di atas dapat dikategorikan sebagai salah bentuk pendidikan karakter religisus. Religius merupakan suatu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain ( Hariyanto dkk; 2011: 70 ).

2. Muru’ah

Muru’ah adalah sikap menjaga kehormatan. Menjaga kehormatan

(62)

ََ نََدِّوَعه تَْنَاََيِه

َِلَضْفَاَِةاَعاَرهمَىَلَعََكَسْف

َ

ََلا

ََْتََْنَاِبَاَهِلَمْكَاَوَ ِلاَوْح

َهسْفَ نََعَن

ََْنَعََك

َِّلهك

َِّلهكَوَ سْيِسَخَ رْمَا

َ

ََكَرْدَقَهصهقْ نَ يَ ء ِنَّدَ لاَح

Artinya : “Biasakanlah dirimu untuk menjaga kehormatan, kehormatan

yang paling sempurna adalah menjaga diri dari setiap perkara yang tercela dan setiap perkara tercela yang menguras derajat manusia.”

Menjaga kehormatan dalam kitab at-Tahliyah yang paling sempurna adalah menjaga diri dari setiap perkara yang dicela dan setiap perkara tercela yang menguras derajat manusia. Maksud dari kutipan di atas adalah segala sesuatu yang dilakukan sebaiknya harus berdasar pada norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Melakukan perintah Allah menjauhi larangan Allah. Menjalankan hal tersebut tentu dengan perilaku yang terpuji. Karena kehormatan setiap orang akan dipandangdari bagaimana dia melakukan suatu hal.

3. Sulukul insan

(63)

ََّنِا

Artinya: “Penguasa sebenarnya adalah orang-orang yang bertangung jawab terhadap kejayaan agama, pelaksanaan hukum-hukum dan kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan, dapat mencegah terjadinya permusuhan dan pertumpahan darah, bisa menjaga kesehatan rakyat, kestabilan negara, membangun dam-dam, membina angkatan bersenjata, meletakkan dasar-dasar pendidikan dan pengajaran, menegakkan keadilan, dan melaksanakan tindakan-tindakan lain.”

Tanggung jawab besar sebagai penguasa yaitu dapat membentuk pemerintahan yang senantiasa dapat dipercaya rakyatnya dan membentuk rakyat yang sejahtera, aman, dan harmonis. Dalam membentuk masyarakat tersebut penguasa haruslah konsisiten dalam melaksanakan hukum atau aturan yang berlaku, dapat mencegah perpecahan, dapat menjaga kestabilan masyarakat. Selain itu penguasa atau pemerintah harus dapat membentuk pendidikan yang berkualitas.Hal tersebut adalah salah satu bentuk karakter tanggung jawab yang harus dimiliki.

Tanggung jawab dalam Q.S as-Sajdah ayat 24 :

ََنْوهدْهَ يَ ةَّمِئَأَْمههْ نِمََانْلَعَجَو

(64)

Di atas adalh salah satu ayat tentang tanggung jawab pemimpin kepada orang-orang yang dipimpinnya.Selain tanggung jawab seorang pemimpin, dalam kitab at-Tahliyah juga memaparkan bagaimana bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri.

ََيِه

penjagaan terhadap kebersihannya dari berbagai kotoran, pengajagaan terhadap kebersihan makan, minum rumah dan pakaian yang engkau pakai disertai senam dan olahraga.”

Bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri meliputi hak-hak badan atau tubuh yang harus dipenuhi antara lain: penjagaan terhadap kebersihannya dari berbagai kotoran, menjaga kesehatan, pengajagaan terhadap kebersihan makan, minum rumah dan pakaian yang engkau pakai disertai senam dan olahraga.

(65)

Bentuk kasih sayang yang terdapat dalam kitab At-Tahliyatu Wa at-Targîb Fi at-Tarbiyati Wa at-Tahdîb diantaranya sebagaimana kasih sayang ibu kepada anaknya.

ا

Artinya: "Sesungguhnya ibumu telah merasakan dan menangung berbagai kesengsaraan dan penderitaan yang sangat berat, sewaktu dia mengandungmu selama sembilan bulan, melahirkan, menyusui, mencucikan pakaianmu dan menjahitnya serta melindungimu dari segala sesuatu yang membahayakan dan menyakitimu. Dia melakukan semua itu dengan perasan penuh kasih dan cinta kepadamu."

Bagaimana soerang ibu dengan berjuang keras untuk anaknya adalah bentuk kasih sayang. Dengan kasih sayang tersebut anak dapat tumbuh berkembang hingga akhirnya dewasa.

Selain ibu ayah juga begitu memberikan kasih sayang kepada anaknya yang dapat dijadikan contoh sebagai bentuk kasih sayang. Berikut sedikit kutipan dalam kitab :

ََ يَ فَْر

...“Dapatlah kiranya terbayang dalam pikiranmu, penderitaan berat yang dirasakan oleh ayahmu dalam membina mental maupun fisikmu, lebih-lebih karana ayah penyebab keberadaanmu didunia ini.”

(66)

anak melalui sistem among. Dalam sistem among ini berlandasan pada asas kekeluargaan, yaitu saling asah, saling asih, dan saling asuh antara orang tua dengan anak. Dalam hal ini orang tua hendaknya dapat memberi dan menjadi contoh tauladan, memberi penguatan, perhatian dan bimbingan, serta memberi dorongan dan mengingatkan apabila anak melakukan sesuatu yang menyimpang. Bentuk kasih sayang tersebut sesuai denga Q.S Luqman ayat 18 :

َْهمَََّلهكَُّبِهيَُ َلََللاََّنِإَا حَرَمَِضْرَلأاَ ِفََشَِتَََلَوَِساَّنلِلََكَّدَخَْرِّعَصهتَ َلَو

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”.(Q.S Luqman : 18)

Saling mengasihi dan menyayangi sesama manusia begitu dianjurkan Allah SWT. Perintah untuk menjauhi rasa sombong dan angkuh,karena Allah tidak menyukai seseorang yang sombong dan angkuh.

4. Shidiq (Jujur)

Pada dasarnya jujur adalah perilaku yang didasari kebenaran, menyampaikan berita sesuai apa adanya tanpa ada unsur kebohongan, sealian itu jujur juga dapat menjadikan seseorang dapat dipercaya. Sayyid Muhammad mendeskripsikan jujur sebagai berikut :

(67)

Artinya:“Jujur adalah hal menyampaikan berita sesuatu kepada

seseorang sesuai dengan kenyataannya.”

Jujur adalah karakter mendasar yang harus dimiliki oleh setiap orang, karena dengan jujur tersebut akan menjadikan seseorang dapat dipercaya dalam perkaaan, tindakan, dan pekerjaan oleh orang lain. selain itu jujur juga akan mengangkat kehormatan dan kemuliaan seseorang dikarenakan sifat tersebut mencerminkan bahwa orang jujur selalu dapat dipercaya oleh orang banyak.

Dalam Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter karya Hasana salah satu pendidikan karaker adalah Jujur. Dalam buku tersebut jujur adalah perilaku yang didasarkan pada kebenaran, menghindari perilaku yang salah, serta menjadikan dirinya menjadi orang yang selalu dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan (Hasana, 2013: 192).

اَمَو

Artinya:“Jika engkau berfikir tentang sesuatu, maka engkau tahu bahwa

tidak ada sesuatu yang lebih jauh dari kehormatan dan kemuliaan dari pada kebohongan. Ia sama sekali tidak membawa kebaikan.”

Dalam kutipan dijelaskan tidak ada sesuatu yang jauh dari kehormaatan dan kemuliaan dari pada pembohong. Seorang pembohong selain jauh dari rasa hormat orang lain, mereka juga akan dikucilkan. Dalam surat An-Nahl ayat 105, disebutkan :

Referensi

Dokumen terkait

Temuan penelitian ini, menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada dalam kitab Risalatul Mu’awanah karya Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad