• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN PKn

OLEH

I GEDE ANGGARA NIM 0914041003

JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN PKN

Oleh I Gede Anggara

Prof. Dr. Sukadi, M.Pd., M.Ed Ni Ketut Sari Adnyani, S.Pd., M.Hum Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

e-mail: o_the88@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn siswa serta mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran problem-based learning di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Negara. Untuk mencapai tujuan tersebut penelitian ini dilakukan dengan PTK, melibatkan 32 orang siswa sebagai subjeknya. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui observasi, wawancara, pemberian tes, dan pemberian kuesioner. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran problem-based learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Negara. Adapun kendala yang dihadapi dalam pembelajaran terutama adalah keterbatasan waktu belajar tatap muka.

Kata-Kata Kunci : Model Problem-Based Learning, Aktivitas Belajar, Hasil Belajar.

(3)

APPLICATION OF PROBLEM-BASED LEARNING MODEL TO IMPROVE THE LEARNING ACTIVITY AND LEARNING RESULT OF

THE STUDENTS IN THE CIVICS EDUCATION

By I Gede Anggara

Prof. Dr. Sukadi, M.Pd., M.Ed. Ni Ketut Sari Adnyani, S.Pd., M.Hum.

Department of Civics

e-mail: o_the88@yahoo.com

ABSTRACT

This study is intended to improve the students’ learning activity and achievement and to identify the problems encountered during the application of problem-based learning in Civics class for the students grade XI IPA4 of the Public Senior High School 1 Negara. In order to achieve this objectives, the research was conducted through classroom action research by involving 32 students. The data were collected by observation, interview, test, and questionaire and analyzed both quantitatively and qualitatively. The results of this study showed that the application of problem-based learning in Civics class for the students grade XI

IPA4 of the Public Senior High School 1 Negaracould improve students activities

and achievement. The problem encountered during the application was limited times for the lesson.

Keywords: Problem-Based Learning Model, Learning Activity, Learning Result

A. PENDAHULUAN

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan sejak dini sebagai satu wahana untuk proses pembentukan karakter bangsa dan negara. Watak/karakter kewarganegaraan sesungguhnya merupakan dimensi yang paling substantif dan esensial dalam mata pelajaran kewarganegaraan. Watak yang mencerminkan warga negara yang baik itu misalnya sikap religius, toleran, jujur, adil, demokratis, taat hukum, menghormati orang lain, memiliki kesetiakawanan social, dan lain-lain (Adisusilo, 2011:56)

(4)

Pada Hakikatnya Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) telah berkembang menjadi kajian keilmuan yang bersifat multifaset dengan konteks lintas bidang keilmuan, memiliki ontologi dasar ilmu politik khususnya konsep political democracy untuk aspek duties and right of citizen. Dari dasar ontologi ini berkembang konsep Civic, yang secara harfiah diambil dari bahasa latin civicus, yang artinya warganegara pada zaman Yunani kuno. Kemudian diakui secara akademis sebagai embrio civic education dan di Indonesia diadaptasi menjadi “Pendidikan Kewarganegaraan”. PKn merupakan pengembangan dari salah satu lima tradisi Social Studies, yakni citizenship transmission ( Landrawan, 2005 : 1). Secara garis besar, dimensi pengetahuan kewarganegaraan yang tercangkup dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi politik, hukum, dan moral. Dengan demikian, mata pelajaran PKn merupakan bidang kajian antardisiplin.

Pada proses pembelajaran PKn yang dilaksanakan selama ini, guru cenderung menerapkan pendekatan klasikal dan metode ceramah menjadi pilihan utama dalam pembelajaran. Dominasi metode ceramah dalam pembelajaran PKn cenderung berorientasi pada materi yang tercantum dalam kurikulum dan buku teks, tetapi jarang mengaitkan materi yang dibahas dengan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat guru menjelaskan materi, siswa masih diam mendengarkan apa yang dijelaskan guru dan siswa kebanyakan bercanda, tidak terfokus dengan pelajaran, sehingga siswa menjadi tidak aktif dalam proses pembelajaran.

Hal ini membuat siswa kurang tertarik dan termotivasi untuk mengikuti pelajaran PKn, sehingga tidak ada interaksi yang komunikatif antara guru dan siswa dalam pembelajaran PKn. Kondisi ini berdampak pada hasil belajar PKn siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar maksimal. Pembelajaran PKn sering dikatakan belum mampu merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar dan belum mampu menumbuhkan budaya belajar siswa. Hal ini memberikan dampak siswa merasa kesulitan dalam mengikuti pelajaran dikarenakan metode yang dipilih dan digunakan guru dirasakan kurang tepat. Hamid (1996:36) menegaskan bahwa proses pembelajaran berlangsung secara kaku, sehingga kurang mendukung pengembangan pengetahuan, sikap, moral, dan keterampilan siswa. Lebih lanjut Kosasih (1994:18) mempunyai pandangan

(5)

bahwa “pemilihan model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh guru”.

Dalam realita di lapangan dewasa ini, pembelajaran PKn di sekolah-sekolah khususnya di SMA NEGERI 1 NEGARA Kelas XI IPA 4 tampaknya masih belum mencerminkan misi dan tujuan dari mata pelajaran PKn. Hal ini tercermin dari model pembelajaran yang dianut oleh guru dalam proses pembelajaran cenderung mentransfer ilmu yang ada di pikirannya ke pikiran siswa. Oleh karena itu, proses pembelajaran menjadi kaku, interaksi pembelajaran hanya berlangsung satu arah dari guru ke siswa. Materi yang disampaikan oleh guru cenderung berorientasi pada materi yang tercantum dalam buku teks saja, serta jarang mengaitkan materi yang dibahas dengan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, siswa tidak mempunyai gairah untuk belajar. Akibatnya, pembelajaran PKn dirasakan sangat membosankan siswa, petuah guru sering dianggap sesuatu yang paling benar dan harus diterima, dan siswa kurang termotivasi untuk menekuni dan mendalami mata pelajaran PKn.

Hal ini mengakibatkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diterangkan oleh guru, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa masih sangat rendah atau kurang maksimal. Berdasarkan wawancara dengan guru PKn dan nilai rapot tengah semester yang didapatkan oleh siswa Kelas XI IPA 4 di SMA Negeri 1 Negara, nilai PKn siswa cenderung masih sangat rendah dari nilai KKM yang sudah ditentukan yaitu 82. Hasil belajar yang diperoleh siswa bisa dilihat dari hasil tes, pengerjaan tugas-tugas atau PR, dan ulangan harian. Rata-rata nilai tes yang diperoleh siswa yaitu 80 dengan variasi nilai terendah 75 dan yang tertinggi 90 dari jumlah keseluruhan siswa, yaitu 32 orang. Hasill yang rendah ini disebabkan karena dalam pengerjaan tugas-tugas atau PR siswa cenderung saling menyontek, sehingga jawaban siswa yang satu dengan siswa yang lainnya hampir sama. Begitu pula pada saat mengerjakan ulangan harian siswa masih banyak yang bekerja sama ataupun menyontek, sehingga mengganggu konsentrasi belajar siswa lainnya dalam menjawab.

Menyikapi kondisi tersebut di atas, maka guru, peneliti, dan siswa melakukan dialog untuk mengadakan upaya perbaikan kualitas pembelajaran PKn

(6)

di Kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Negara melalui penerapan suatu model pembelajaran yang lebih berpusat untuk menumbuhkembangkan partisipasi dan aktivitas siswa di dalam pemecahan permasalahan dalam proses pembelajaran. Strategi ini dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan kelompok kecil siswa sebagai cara untuk memotivasi terjadinya pertukaran ide, argumentasi, dan refleksi dari masing-masing anggota kelompok. Dalam permasalahan di atas, peneliti menggunakan model pembelajaran Problem-Based Learning sebagai solusinya, sebab dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk menjadi aktif dan bertanggung jawab secara individu maupun kelompok.

Problem-based learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pebelajar dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open-ended melalui stimulus dalam belajar. PBL memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: (1) belajar dimulai dengan suatu permasalahan, (2) memastikan bahwa permasalahan yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata pebelajar, (3) mengorganisasikan pelajaran di seputar permasalahan, bukan di seputar disiplin ilmu, (4) memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada pebelajar dalam mengalami secara secara langsung proses belajar mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, dan (6) menuntut pebelajar untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja (performance). Dengan demikian, siswa diharapkan memiliki pemahaman yang utuh dari sebuah materi yang diformulasikan dalam masalah,

penguasaan sikap positif, dan keterampilan secara bertahap dan

berkesinambungan (Rusman, 2012:241).

Dari pemaparan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: (1) meningkatkan aktivitas belajar PKn pada siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Negara dengan menggunakan model pembelajaran problem-based learning; (2) meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Negara dengan menggunakan model pembelajaran problem-based learning; dan (3) untuk memberikan solusi terhadap kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran PKn dengan penerapan model pembelajaran problem-based learning di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Negara.

(7)

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan meningkatkan dan memperbaiki proses pembelajaran di sekolah tempat berlangsungnya penelitian. Tujuan utama

penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan praktik-praktik

pembelajaran, dimana guru terlibat penuh dalam proses perencanaan, aksi (tindakan) dan refleksi (Riyanto, 2001:50). Subjek penelitian ini adalah kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Negara. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Objek dalam penelitian ini adalah: (1) model pembelajaran problem-based learning, (2) aktivitas belajar siswa, dan (3) hasil belajar PKn siswa.

Dalam proses pelaksanaannya, penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif. Menurut Miles dan Hiberman (Iskandar, 2009:74) analisis data kualitatif adalah analisis data yang mempergunakan kata-kata yang selalu disusun dalam sebuah teks yang diperluas atau dideskripsikan. Sedangkan analisis data kuantitatif dilakukan melalui perhitungan-perhitungan statistik atas data numerik (Arikunto, 1989).

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian. Sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat, pelaksanaan siklus I dilakukan pada pertemuan pertama dan kedua. Pertemuan pertama diawali dengan menyampaikan salam pembuka, mengabsensi siswa secara umum, menyampaikan kompetensi dasar, dan indikator hasil belajar siswa, serta tujuan pembelajaran yang akan digunakan yaitu Problem-Based Learning.

Kemudian guru menyampaikan materi dan melakukan tanya jawab kepada siswa. Selanjutnya, guru memberikan tugas kelompok, dimana guru membentuk kelompok dengan jumlah siswa 32 orang yang dibagi menjadi 4 kelompok, tiap kelompok ini didasarkan pada tingkat kemampuan akademik, ras, etnik, dan jenis kelamin siswa. Tujuannya yaitu agar terjadi pemerataan pada setiap tingkat

(8)

kemampuan akademiknya: siswa yang kurang agar bisa dibantu oleh temannya yang lebih pintar. Disinilah peran diskusi agar pengetahuan dari setiap anggota kelompok menjadi berbaur, sehingga antar anggota kelompok saling tanya jawab dan melakukan diskusi antar kelompok menjadi lebih aktif.

Selanjutnya peran guru hanya mengawasi kerja siswa dengan mengontrol kerja setiap kelompok dan menanyakan kepada masing-masing kelompok jika ada kesulitan. Selama proses diskusi hampir seluruh siswa nampak aktif, respon siswa dalam mengikuti proses diskusi juga terlihat cukup baik, dengan adanya perdebatan pendapat antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Adapun respon siswa dalam proses diskusi kelompok dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.1 Jalannya Proses Diskusi Kelompok

Berdasarkan hasil tindakan yang dilakukan pada siklus I, terlihat jelas aktivitas dan hasil belajar siswa masih belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Dari 32 siswa, hanya 26 siswa yang sudah mendapatkan nilai tuntas dan 6 siswa masih belum tuntas. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 81,25%, artinya belum mencapai ketuntasan minimal yaitu 82%. Sehingga, belum memenuhi standar ketuntasan belajar. Adapun faktor kegagalan yang menyebabkan siswa belum mencapai kriteria ketuntasan adalah: (1) siswa masih belum terbiasa dengan metode pembelajaran problem-based learning, karena metode pembelajaran ini baru pertama kali digunakan di kelas tersebut, (2) siswa masih ragu dan takut untuk mengemukakan pendapatnya pada saat melaksanakan

(9)

diskusi kelompok, (3) masih ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan, (4) masih ada kelompok yang belum bisa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dengan baik, (5) dalam mengerjakan tugas kelompok siswa masih banyak bercanda, sehingga waktu banyak yang terbuang dan waktu untuk presentasi menjadi kurang.

Untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan yang telah dilaksanakan dalam pembelajaran siklus I, maka harus dilaksanakannya suatu perbaikan-perbaikan. Perbaikan-perbaikan tersebut meliputi sebagai berikut. (1) Memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih meningkatkan aktivitas dalam proses pembelajaran. (2) Mengaktifkan seluruh anggota kelompok dengan memberikan reward nilai yang baik bagi kelompok diskusi terbaik. (3) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah. (4) Mengarahkan siswa agar mau menjawab pertanyaan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan mengerjakan tugas tepat waktu. Usul perbaikan ini nantinya diterapkan dalam pembelajaran siklus II.

Pelaksanaan tindakan siklus II penelitian ini merupakan kelanjutan dari siklus I, dimana dalam proses pembelajarannya hampir sama dengan siklus yang pertama. Seperti pada siklus pertama, kegiatan pendahuluan pembelajaran dilakukan sama. Kegiatan selanjutnya yaitu siswa diberikan tugas kelompok, tiap kelompok materinya berbeda-beda. Pada saat diskusi guru membimbing siswa untuk lebih aktif lagi dan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas agar selesai tepat pada waktunya. Setelah waktu yang ditentukan habis, dan seluruh kelompok selesai mengerjakan tugas kelompoknya, salah seorang dari anggota kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok yang lain memperhatikan, karena apabila ada yang kurang di mengerti bisa ditanyakan langsung kepada anggota kelompoknya yang presentasi di depan sehingga susasana kelas menjadi lebih aktif.

(10)

Gambar 1.2 Kegiatan tanya jawab antar kelompok

Hasil Refleksi Siklus II digunakan sebagai rekomendasi bagi guru mata pelajaran PKn yang ingin menerapkan model pembelajaran problem-based learning. Walaupun masih ada kendala yang dihadapi dari siklus I sampai siklus II, penerapan pembelajaran problem-based learning sudah tampak adanya suatu peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Skor rata-rata aktivitas belajar pada siklus I sebesar 4,12% yang masih tergolong dalam kriteria cukup aktif, dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 5,6% yang sudah tergolong ke dalam kategori aktif. Sedangkan rata-rata hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan yaitu: pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa hanya 81,25% dan di siklus II semua siswa telah mencapai KKM dan rata-rata hasil belajar menjadi 100%.

Pembahasan. Tujuan pembahasan ini adalah untuk mempertajam temuan dengan melihat penerapan proses pembelajaran model problem-based learning pada siklus I dan siklus II. Hasil temuan pada penelitian ini merupakan hasil observasi secara langsung dan hasil analisis data pada siklus I dan siklus II. Adapun yang akan dibahas pada bagian ini adalah aktivitas belajar siswa pada siklus I dan II, dan hasil belajar siswa pada siklus I dan II serta kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran PKn setelah diterapkannya model problem-based learning.

(11)

Berdasarkan hasil observasi dan analisis data yang peneliti lakukan, maka diperoleh hasil aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 4.12% dan termasuk kedalam kategori cukup aktif, sedangkan siklus II sebesar 5.6% dan termasuk kedalam kategori aktif. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar dari siklus I ke siklus II telah mengalami peningkatan sebesar 1.48%.

Adapun keberhasilan yang bisa dilihat dari diterapkannya model pembelajaran problem-based learning adalah (1) aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran sudah mengarah ke model pembelajaran problem-based learning. (2) siswa sudah mampu membangun kerjasama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan oleh guru, (3) siswa sudah mampu menyelesaikan tugas yang diberikan guru dengan tepat waktu, dan (4) siswa sudah mampu mempresentasikan hasil diskusi dengan baik.

Sedangkan hasil analisis data hasil belajar siswa siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 86.25% daya serap siswa 86.25% ketuntasan belajar 81.25 % dan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 26 orang. Penelitian dikatakan berhasil jika ketuntasan individual siswa minimal memperoleh nilai 82 dan ketuntasan belajar sama dengan 82%. Jadi kriteria keberhasilan penelitian secara klasikal dan secara individual belum tercapai karena masih ada 6 orang siswa yang masih belum tuntas secara individual. Dalam proses pembelajaran masih ada beberapa kendala yang terjadi selama tindakan siklus I seperti yang dipaparkan pada refleksi siklus I.

Berdasarkan perbaikan tindakan pada siklus I maka pada siklus II diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 90, daya serap siswa 90%, ketuntasan belajar 100% dan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 32. Secara klasikal keseluruhan ketuntasan individual dan klasikal dalam siklus II sudah terpenuhi.

Jadi peningkatan rata-rata hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 8.75% Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran problem-based learning dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Negara.

Penelitian ini juga memiliki relevansi dengan penelitian terdahulu, yaitu penelitian yang dilaksanakan oleh Weda (2008) di Kelas VIIIC SMP Negeri

(12)

Singaraja dan penelitian yang dilaksanakan oleh Suheni (2010) yang dilaksanakan di Kelas XTB SMK Triatmjaya Singaraja, yang sama-sama melaksanakan penerapan model pembelajaran problem-based learning untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian Weda (2008) menunjukkan aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 4,12 dengan kriteria cukup, pada siklus II meningkat menjadi 5,6 dengan kriteria aktif. Rata-rata ketuntasan hasil belajar pada siklus I sebesar 84,7% dengan kriteria tidak tuntas, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 100%.

Penelitian Suheni (2010) menunjukkan aktivitas belajar pada siklus I sebesar 4.35% dengan kategori cukup, pada siklus II meningkat menjadi 5,35% dengan kategori aktif. Sedangkan hasil belajar pada siklus I sebesar 65,51% dengan kategori tidak tuntas, dan pada siklus II menjadi 100 % dengan kategori tuntas.

Hasil penelitian di atas menunjukkan adanya relevansi dengan teori yang dikemukakan oleh Rusman (2012:233) yang mengemukakan bahwa model pembelajaran problem-based learning digunakan tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Dengan mendalami pemahaman siswa melalui model pembelajaran problem-based learning maka secara tidak langsung akan berdampak pada aktivitas dan hasil belajar siswa. Penerapan model pembelajaran ini akan membuat siswa lebih tertarik untuk memperhatikan materi yang disampaikan selama proses pembelajaran berlangsung.

D. PENUTUP

Dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah diuraikan di atas, dapatlah disimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut. (1) Penerapan model pembelajaran problem-based learning pada mata pelajaran PKn di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Negara dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. (2) Penerapan model pembelajaran problem-based learning pada mata pelajaran PKn di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Negara ini juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran problem-based learning selama penelitian dilakukan, antara lain sebagai berikut. (1) Siswa masih belum terbiasa dengan model pembelajaran

(13)

problem-based learning, karena model pembelajaran ini baru pertama kali di gunakan di kelas tersebut. (2) Siswa masih ragu dan takut untuk mengemukakan pendapatnya pada saat melaksanakan diskusi kelompok. (3) Masih ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan. (4) Masih ada kelompok yang belum bisa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dengan baik. (5) Dalam mengerjakan tugas kelompok siswa masih banyak bercanda sehingga waktu banyak terbuang dan waktu untuk presentasi menjadi kurang.

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, S. 2011. Pembelajaran Nilai Karakter Konstruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Kosasih, H. 1994. Buku Pedoman Pengajaran IPS. Jakarta: Depdikbud

Hasan, H. 1996. Pendidikan Ilmu Sosial (buku 1), Jurusan Sejarah, FPIPS IKIP BANDUNG

Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Parsada (GP) Press. Landrawan, W. 2005. Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan (Civic

Education) Berbasis Pancasila. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

Rusman, 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Gambar

Gambar 1.1 Jalannya Proses Diskusi Kelompok
Gambar 1.2 Kegiatan tanya jawab antar kelompok

Referensi

Dokumen terkait

Wacana yang disampaikan dalam bentuk drama, dalam bentuk dialog, baik berupa wacana tulis maupun wacana lisan. Bentuk wacana drama lisan terdapat pada pemekaian bahasa dalam

Sagu adalah butiran atau tepung yang diperoleh dari teras batang pohon sagu atau rumbia (Metroxylon sago Rottb.).Tepung sagu memiliki ciri fisik yang mirip dengan

the Tax Office (KPP) Karanganyar city, we can conclude that basically extending the efforts undertaken by the Tax Office (KPP) Karanganyar city consists of 3 (three) attempts,

Manajemen Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi umum ... Manajemen Pengadaan Tenaga Pendidik (Dosen

Aplikasi Buku Kenangan Elektronik ini dapat menjawab masalah tersebut.Dengan aplikasi ini data â data tentang teman â teman dan kenalan, khususnya data teman â teman 3 KC 39

[r]

 Siswa dapat mengakui adanya Allah swt melalui ciptaan alam semesta raya dan seisinya melalui dalil aqli  Siswa dapat. mengenal Allah melalui keindahan alam semesta

[r]