• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Dyah Purnamasari

Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email : dyahpurnamasari@yahoo.com

RetnoIndryani

Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP ITS

ABSTRAK

Pemerintah berencana membangun rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di Kecamatan Sidoarjo untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dengan memanfaatkan lahan milik Pemkab Sidoarjo. Untuk mengetahui kelayakan investasi pembangunan rumah susun perlu ditentukan harga sewa sarusun (satuan rumah susun). Ada beberapa analisa dalam menentukan harga sewa, salah satunya adalah analisa WTP (Willingness To Pay). Studi ini bertujuan untuk menentukan harga sewa rumah susun tipe 21 di Kelurahan Bulu Sidokare Kecamatan Sidoarjo berdasarkan WTP. Metode yang digunakan adalah survei langsung menggunakan kuisioner kepada masyarakat yang bekerja di Kecamatan Sidoarjo yang belum mempunyai rumah. Langkah pertama adalah menentukan minat pasar rumah susun dan langkah berikutnya menentukan harga sewa rumah susun berdasarkan kemauan responden dengan analisa WTP. Dari 200 responden yang disurvei, 121 responden berpenghasilan Rp.1.000.000 sampai Rp.1.700.000 dan berminat untuk tinggal di rumah susun tipe 21. Hasil analisa WTP menunjukkan harga sewa rumah susun sebesar Rp.160.000.

Kata kunci: Harga sewa rumah susun, Willingness to pay 1. PENDAHULUAN

Perkembangan Kabupaten Sidoarjo tidak bisa dilepaskan dari perkembangan kota metropolitan Surabaya. Sebagai wilayah hinterlandnya, terdapat interaksi yang sangat kuat terutama pada masalah ekonomi, sosial, kependudukan dan tenaga kerja, permukiman, industri serta prasarana perkotaan.

Sebagai daerah urban, terdapat tingkat mobilitas yang tinggi diantara kedua wilayah ini. Penduduk Sidoarjo dapat dengan mudah bekerja di Surabaya, demikian pula sebaliknya. Sehingga perkembangan daerah -daerah permukiman baru di Sidoarjo sangatlah pesat. Berkembangnya daerah industri di Sidoarjo juga mempertinggi tingkat mobilitas penduduk di kedua wilayah ini.

Dalam kurun waktu yang sama, pertambahan penduduk di Kabupaten Sidoarjo lebih tinggi dibandingkan pertambahan penduduk Kota Surabaya. Angka pertumbuhan penduduk Kota

Surabaya adalah 1 % per tahun, sementara Kabupaten Sidoarjo 1,4 % per tahun. Salah satu faktor terjadinya fenomena ini adalah dampak dari “efek melimpah – spill over effect” kota metropolitan Surabaya yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sidoarjo.

Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk maka semakin tinggi kebutuhan rumah di Kabupaten Sidoarjo. Sementara itu ketersediaan lahan untuk perumahan semakin terbatas menyebabkan semakin mahalnya harga jual tanah dan rumah sehingga sulit untuk dijangkau terutama untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.

Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan akan perumahan, maka pemerintah berencana membangun rumah susun sederhana sewa (rusunawa) untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah di Kecamatan Sidoarjo.

Untuk mengetahui kelayakan investasi pembangunan rumah susun tersebut perlu

(2)

ditentukan harga sewa sarusun (satuan rumah susun). Ada beberapa analisa dalam menentukan harga sewa, salah satunya adalah analisa WTP (Willingness To Pay). Studi ini bertujuan untuk menentukan harga sewa rumah susun tipe 21 di Kelurahan Bulu Sidokare Kecamatan Sidoarjo berdasarkan WTP. Langkah pertama adalah menentukan minat pasar rumah susun dan angkah berikutnya menentukan harga sewa rumah susun berdasarkan kemauan responden dengan analisa WTP

2. KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Rumah Susun

Menurut Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 1985 pasal 1 ayat 1 rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama.

Sedangkan satuan rumah susun (sarusun) menurut Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 1985 pasal 1 ayat 2 adalah rumah susun yang tujuan peruntukan utamanya digunakan secara terpisah sebagai tempat hunian, yang mempunyai sarana penghubung ke jalan umum

Berdasarkan kelompok sasarannya, rumah susun sederhana dikategorikan dalam dua jenis yaitu rumah susun sederhana untuk dimiliki dan rumah susun sederhana sewa. Selanjutnya rumah susun sederhana sewa dibagi dalam dua kategori yaitu tanpa subsidi dan dengan subsidi.

Masing-masing kategori mempunyai sasaran prioritas sebagai berikut :

1. Rumah susun sederhana milik : diprioritaskan bagi kelompok masyarakat yang secara ekonomi mampu untuk membeli (tunai atau dengan KPR) unit rumah susun. Intervensi pemerintah dalam batas memberi insentif kemudahan perijinan dan petunjuk

teknis, karena pembangunannya menunjang kebijakan pemerintah; 2. Rumah susun sederhana sewa tanpa

subsidi, diprioritaskan bagi kelompok masyarakat yang secara ekonomi mampu, tetapi memilih untuk tinggal di rumah sewa (karena tinggal untuk sementara atau alasan lainnya);

3. Rumah susun sederhana sewa bersubsidi a. Subsidi terbatas, diprioritaskan bagi

kelompok masyarakat dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah yang mampu membayar meskipun terbatas. Intervensi pemerintah dapat dilakukan dalam penyediaan tanah, pembiayaan,

pembangunan, maupun

pengelolaannya, namun tetap diperhitungkan pengembalian dananya, agar dapat bergulir untuk proyek selanjutnya.

b. Subsidi penuh, diprioritaskan bagi kelompok yang kemampuan ekonomisnya sangat terbatas, hanya mampu membayar sewa untuk menutup ongkos operasi dan pemeliharaan rutin saja. Intervensi pemerintah dilakukan dengan memberi subsidi pembangunan (tanah, bangunan, prasarana dan sarana dasar lingkungan) sepenuhnya.

2.2. Willingness To Pay (WTP)

Untuk suatu produk atau jasa tertentu, penetapan harga atau tarifnya harus disesuaikan dengan permintaan masyarakat. Salah satu metode untuk mengukur keinginan / permintaan masyarakat adalah dengan survey WTP (willingness to pay). Survei WTP dilakukan dengan mendata tingkat kemauan berbelanja pada harga tertentu untuk suatu produk atau jasa tertentu.

Studi tentang WTP (willingness to pay) merupakan survei rumah tangga yang cukup sederhana, dimana anggota keluarga diberikan daftar pertanyaan terstruktur yang dirancang untuk mengukur jumlah pembayaran maksimum yang bersedia dibayar (willingness to pay) untuk suatu barang atau jasa tertentu. WTP didefinisikan sebagai suatu jumlah maksimum dari uang yang mungkin dibayarkan oleh seseorang

(3)

sesuai dengan perubahan kegunaan / manfaat yang dirasakan. Studi WTP disebut juga sebagai penelitian ”contingent valuation” (Rheingans, 2004) karena responden ditanya tentang apa yang akan responden lakukan dalam suatu keadaan yang dihipotesakan / digambarkan kepadanya.

WTP harga sewa dapat digunakan untuk mengestimasi pendapatan yang paling optimal dari besarnya jumlah uang yang mau dibayarkan berdasarkan data frekwensi kumulatif atas pembayaran maksimum yang willingness to pay untuk produk/jasa tertentu. Dengan membuat plot antara frekwensi kumulatif WTP dengan jumlah pendapatan, akan diketahui pendapatan maksimal yang akan diperoleh. (Altaf, 1992).

3. METODA PENELITIAN 3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam studi ini merupakan data primer yaitu kuesioner kepada kelompok sasaran penghuni rumah susun yang meliputi :karyawan swasta yang bekerja di Kecamatan Sidoarjo dan belum mempunyai rumah.

3.2. Sampel

3.2.1. Penentuan Jumlah Sampel

Untuk memperoleh informasi yang diperlukan perlu diidentifikasi populasi dan sampel penelitian. Oleh karena tujuan dari pengumpulan ini untuk mengetahui minat pasar dan harga sewa rumah susun maka populasi yang akan diteliti adalah karyawan swasta yang bekerja di Kecamatan Sidoarjo dan belum mempunyai rumah.

Sampel adalah sebagian populasi yang dapat

menggambarkan sifat populasi

bersangkutan. Sementara karena sifat populasinya tidak diketahui / tidak terbatas, untuk mendapatkan jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian, digunakan rumus Bernoulli (Cochran, 1977):

2 2 2 /

)

(

d

pq

Z

n

=

a ... (1) Di mana: n = ukuran sampel

α = taraf signifikan /taraf kepercayaan p = Persentase responden yang persepsinya

tinggi

q = Persentase responden yang persepsinya rendah

Z = nilai distribusi normal

d = tingkat kesalahan (ketidaktelitian) Jika diketahui tingkat kepercayaan terhadap sampel yang diambil dari populasi adalah 95 % atau α = 0,05. Nilai distribusi normal

Z

α/2

adalah 1,96. Nilai p dan q diasumsikan = 0,5 dan persentase tingkat kesalahan diambil sebanyak 10 %, maka sampel yang akan diambil adalah sebagai berikut :

97

04

,

96

)

1

,

0

(

)

5

,

0

)(

5

,

0

(

)

96

,

1

(

2 2

=

=

n

Artinya bahwa sampel minimal yang harus diambil adalah paling sedikit 97 responden. Jumlah sampel yang diambil lebih dari itu akan memberikan hasil yang lebih baik. Dalam penelitian ini diambil sampel sebanyak 200 responden.

3.2.2. Teknik Pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam studi ini memakai convenience sampling. Convenience Sampling atau Accidental Sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristiknya atau ciri-cirinya. Teknik ini dipergunakan untuk menentukan responden konsumen yang jumlahnya tidak diketahui.

3.3. Metoda Analisa

Untuk mengetahui minat pasar dan harga sewa rumah susun menggunakan metoda sebagai berikut :

(1) Penentuan minat pasar dengan Analisa deskriptif. Analisa tersebut digunakan untuk mengetahui seberapa besar minat masyarakat untuk tinggal di rumah susun pada lokasi terpilih. (2) Penentuan harga sewa dengan Analisa

WTP (willingness to pay)

Untuk mengetahui besarnya kemauan konsumen rusunawa dalam membayar harga sewa dilakukan dengan survei WTP.

(4)

a. Analisa WTP dilakukan untuk mengetahui apakah responden mau membayar sejumlah uang sebagai pembayaran sewa suatu hunian berdasarkan suatu gambaran situasi hunian yang diberikan kepada responden. b. Analisa statistika deskriptif

dilakukan untuk mengetahui distribusi frekwensi dan distribusi frekwensi kumulatif dari WTP responden. Data hasil survei digunakan untuk mengestimasi WTP responden dalam membayar harga sewa untuk pemenuhan kebutuhan tempat tinggal berdasarkan besarnya penghasilan keluarga.

c. Harga sewa ditentukan berdasarkan estimasi total pendapatan hasil sewa yang paling maksimal.

4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Responden

Dari hasil penyebaran kuisioner, maka diketahui profil responden seperti tabel di bawah ini.

Tabel 1. Profil Responden

NO KETERANGAN JML % 1 Usia : - 20 - 29 tahun - 30 - 39 tahun - 40 - 49 tahun 77 103 20 38,5% 51,5% 10% 2 Jenis Kelamin : - Laki-laki - Perempuan 136 64 68% 32% 3 Status Perkawinan : - Kawin - Belum Kawin 134 66 67% 33% 4 Pendidikan : - Tamat SD - SMP - SMU - Perguruan Tinggi 2 8 104 86 1% 4% 52% 43% 5 Jumlah Anggota keluarga : - < 1 - 1 - 2 - 3 - 4 - > 4 66 71 62 1 33% 35,5% 31% 0,5% Lanjutan Tabel 1 NO KETERANGAN JML % 6 Status Tempat Tinggal : - Ikut Orang Tua - Sewa / Kos - Kontrak 54 63 83 27% 31,5% 41,5% 7 Jarak ke tempat kerja : - < 1 km - 1 km - 3,5 km - 3,5 km - 10 km - 10 km - 20 km - > 20 km 16 61 75 36 12 8% 30,5% 37,5% 18% 6% 8 Alat Transportasi : - Mobil Pribadi - Sepeda Motor - Sepeda pancal - Angkutan Umum 2 131 1 66 1% 65,5% 0,5% 33% 9 Biaya Transportasi : - < Rp. 100.000 - Rp. 100.000 s/d Rp. 200.000 - Rp. 200.001 s/d Rp. 400.000 - Rp. 400.001 s/d Rp. 600.000 - > Rp. 600.000 47 98 38 15 2 23,5% 49% 19% 7,5% 1% 10 Pendapatan tiap bulan : - < Rp1.000.000 - Rp.1.000.000 s/d Rp. 1.700.000 - Rp.1.700.001 s/d Rp. 2.500.000 18 172 10 9% 86% 5% 11 Pengeluaran tiap bulan : - < Rp1.000.000 - Rp.1.000.000 s/d Rp. 1.700.000 - Rp.1.700.001 s/d Rp. 2.500.000 16 173 11 8% 86,5% 5,5% 4.2. Minat Pasar

Dari 200 responden yang diteliti, ternyata yang berminat untuk tinggal di rumah susun sebanyak 154 responden (77%), sedangkan 46 responden (23%) tidak berminat untuk tinggal di rumah susun, dengan rincian sebagai berikut :

(5)

Tabel 2. Minat Pasar Rumah Susun Penghasilan tiap bulan Jumlah Responden Minat Tidak Berminat - < Rp 1.000.000 - Rp.1.000.000 s/d Rp. 1.700.000 - Rp. 1.700.001 s/d Rp. 2.500.000 13 137 4 5 35 6 Jumlah 154 46

Hal yang penting untuk dijadikan pertimbangan dalam memilih tinggal di

rumah susun menurut responden antara lain: dekat dengan tempat kerja, kondisi lingkungan rumah susun yang bersih dan sehat serta kondisi bangunan yang baik dan permanen. Sedangkan alasan responden tidak berminat untuk tinggal di rumah susun antara lain tidak senang tinggal bersama-sama dengan warga lain dalam satu lokasi, tidak suka keramaian dan sudah terlanjur senang di tempat tinggalnya yang lama. Berikut ini merupakan grafik prosentase minat pasar rumah susun

72,22% 79,65% 40,00% 27,78% 20,35% 60,00% 0% 20% 40% 60% 80% 100% % ju mlah re s pond e n Minat 72,22% 79,65% 40,00% Tidak berminat 27,78% 20,35% 60,00% < Rp 1.000.000 Rp.1.000.000 - Rp. 1.700.000 Rp. 1.700.001 - Rp. 2.500.000

Gambar 1. Prosentase Minat Pasar Rumah Susun

Berdasarkan hasil jawaban kuisioner, dari 154 responden yang berminat untuk tinggal di rumah susun, 134 responden membutuhkan luas unit rumah susun minimal antara 21 – 36 m2. Sedangkan 20 responden memilih luas antara 36 – 54 m2. Dari 154 responden yang berminat untuk tinggal di rumah susun, sebagian besar berminat untuk tinggal di rumah susun tipe 21 m2 yaitu sebanyak 131 responden (85,06%), sedangkan 23 responden (14,94%) tidak berminat untuk tinggal di rumah susun tipe 21 m2 dengan rincian seperti pada tabel 3 dan gambar 2 di bawah ini. Alasan mereka tidak berminat untuk tinggal di rumah susun

tipe 21 adalah luasan tiap unitnya terlalu kecil.

Tabel 3. Minat Pasar Rumah Susun Tipe 21

Penghasilan tiap bulan Jumlah Responden Minat Tidak Berminat - < Rp 1.000.000 - Rp.1.000.000 s/d Rp. 1.700.000 - Rp. 1.700.001 s/d Rp. 2.500.000 10 121 0 3 16 4 Jumlah 131 23

(6)

76,92% 88,32% 0,00% 23,08% 11,68% 100,00% 0% 20% 40% 60% 80% 100% % j um la h respond e n Minat 76,92% 88,32% 0,00% Tidak berminat 23,08% 11,68% 100,00% < Rp 1.000.000 Rp.1.000.000 - Rp. 1.700.000 Rp. 1.700.001 - Rp. 2.500.000

Gambar 2. Prosentase Minat Pasar Rumah Susun Tipe 21

4.3. Analisa WTP

Perhitungan harga sewa sarusun pada penelitian ini berdasarkan kemauan responden dengan menggunakan analisa WTP (willingness to pay). Sebelum melakukan analisa WTP, terlebih dahulu ditentukan minat pasar rumah susun berdasarkan penghasilan dari kelompok sasaran penghuni rumah susun. Dari tabel 3 dan gambar 2 menunjukkan bahwa minat pasar rumah susun tipe 21 paling banyak pada kelompok masyarakat yang berpenghasilan antara Rp. 1.000.000 sampai dengan Rp. 1.700.000, yaitu sebesar 88,32%. Sehingga dalam penelitian ini target pangsa pasar rumah susun adalah kelompok masyarakat yang berpenghasilan Rp. 1.000.000 sampai dengan Rp. 1.700.000 Kemauan membayar sewa sarusun perbulan dari responden yang berminat tinggal di rumah susun tipe 21 dapat diinterpretasikan pada tabel 4. Kemauan membayar sewa ini merupakan kemauan membayar maksimum yang menurut responden mau mereka bayarkan untuk sewa sarusun apabila dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan, seperti taman bermain anak-anak, lapangan olah raga, tempat ibadah dan lain-lain.

Berdasarkan tabel 4 di bawah ini, harga sewa yang dinyatakan mau dibayar oleh mereka berkisar antara Rp. 120.000 – Rp. 200.000 setiap bulan. Sebanyak 1,65%

responden menyatakan mau membayar sewa sebesar Rp. 120.000 setiap bulan. Sebanyak 4,13% responden menyatakan mau membayar sewa sebesar Rp. 125.000.per bulan. Sebanyak 22,31% responden menyatakan mau membayar sewa sebesar Rp. 150.000.per bulan. Sebanyak 20,66% responden mau membayar sewa sebesar Rp. 160.000 setiap bulan. Sebanyak 11,57 % responden mau membayar sewa sebesar Rp. 170.000 setiap bulan. Sebanyak 16,53 % responden mau membayar sewa sebesar Rp. 175.000 setiap bulan. Sebanyak 7,44% responden mau membayar sewa sebesar Rp. 180.000 setiap bulan. Sebanyak 4,13% responden mau membayar sewa sebesar Rp. 190.000 setiap bulan. Dan yang menyatakan mau membayar sewa sebesar Rp. 200.000 sebesar 10,74%.

Tabel 4. WTP Responden Untuk Harga Sewa

Harga sewa Frekuensi % % kumulatif 100.000 Rp 0 0,00% 100,00% 110.000 Rp 0 0,00% 100,00% 120.000 Rp 2 1,65% 100,00% 125.000 Rp 5 4,13% 98,35% 130.000 Rp 1 0,83% 94,21% 140.000 Rp 0 0,00% 93,39% 150.000 Rp 27 22,31% 93,39% 160.000 Rp 25 20,66% 71,07% 170.000 Rp 14 11,57% 50,41% 175.000 Rp 20 16,53% 38,84% 180.000 Rp 9 7,44% 22,31% 190.000 Rp 5 4,13% 14,88% 200.000 Rp 13 10,74% 10,74% Total 121 100,00%

(7)

0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% Rp1 00.0 00 Rp1 10.0 00 Rp1 20.0 00 Rp1 25.0 00 Rp1 30.0 00 Rp1 40.0 00 Rp1 50.0 00 Rp1 60.0 00 Rp1 70.0 00 Rp1 75.0 00 Rp1 80.0 00 Rp1 90.0 00 Rp2 00.0 00

Distribusi Frekuensi Kumulatif

Gambar 3. Distribusi Frekuensi Kumulatif WTP Responden

Berdasarkan distribusi frekuensi kumulatif

kemauan membayar harga sewa

sarusun(gambar 3), diperoleh gambaran sebagai berikut :

- Yang mau membayar harga sewa Rp. 100.000 sebanyak 100%

- Yang mau membayar harga sewa Rp. 125.000 sebanyak 98,35%

- Yang mau membayar harga sewa Rp. 130.000 sebanyak 94,21%

- Yang mau membayar harga sewa Rp. 150.000 sebanyak 93,39%

- Yang mau membayar harga sewa Rp. 160.000 sebanyak 71,07%

- Yang mau membayar harga sewa Rp. 170.000 sebanyak 50,41%

- Yang mau membayar harga sewa Rp. 175.000 sebanyak 38,84%

- Yang mau membayar harga sewa Rp. 180.000 sebanyak 22,31%

- Yang mau membayar harga sewa Rp. 190.000 sebanyak 14,88%

- Yang mau membayar harga sewa Rp. 200.000 sebanyak 10,74%

Dalam menentukan harga sewa harus berdasarkan kemampuan masyarakat kelompok sasaran penghuni dimaksudkan agar pembangunan rumah susun ini dapat dihuni oleh kelompok sasarannya, tidak dihuni oleh masyarakat dengan strata penghasilan lainnya atau dengan kata lain tepat sasarannya.

Dalam penelitian ini, populasi kelompok sasarannya merupakan masyarakat yang belum mempunyai rumah dan bekerja di sekitar lokasi rumah susun. Karena jumlah populasi tidak diketahui maka untuk memperkirakan jumlah calon penghuni rumah susun berdasarkan pada jumlah sampel. Dari hasil survei, diketahui bahwa yang berminat untuk tinggal di rumah susun untuk kelompok yang berpenghasilan Rp. 1.000.000 – Rp. 1.700.000 adalah 137 responden. Dari 137 responden tersebut, yang berminat untuk tinggal di rumah susun tipe 21 adalah sebesar 121 responden (88,32%) dan yang tidak berminat sebesar 16 responden (11,68%). Sehingga peluang pasar calon penghuni rumah susun jika berdasarkan dari jumlah sampel adalah sebesar 121 responden.

Jumlah hunian yang ditawarkan untuk tahap I adalah 96 unit. Berdasarkan Juwana (2005) tingkat kekosongan gedung adalah 20%. Berarti Jika diharapkan tingkat hunian sebesar 80% maka jumlah hunian yang diharapkan adalah sebesar 77 unit. Tabel 5 memperlihatkan perhitungan jumlah pendapatan sewa berdasarkan WTP responden dan gambar 4 di bawah ini memperlihatkan plot antara frekuensi kumulatif WTP dengan estimasi pendapatan sewa setiap tahunnya.

(8)

Tabel 5. Perhitungan estimasi pendapatan sewa sarusun berdasarkan WTP Responden

Harga sewa Frekuensi % % kumulatif Jumlah sampel

Jumlah unit yang

dapat dihuni Pendapatan sewa 100.000 Rp 0 0,00% 100,00% 121 77 Rp 92.400.000 110.000 Rp 0 0,00% 100,00% 121 77 Rp 101.640.000 120.000 Rp 2 1,65% 100,00% 121 77 Rp 110.880.000 125.000 Rp 5 4,13% 98,35% 119 77 Rp 115.500.000 130.000 Rp 1 0,83% 94,21% 114 77 Rp 120.120.000 140.000 Rp 0 0,00% 93,39% 113 77 Rp 129.360.000 150.000 Rp 27 22,31% 93,39% 113 77 Rp 138.600.000 160.000 Rp 25 20,66% 71,07% 86 77 Rp 147.840.000 170.000 Rp 14 11,57% 50,41% 61 61 Rp 124.440.000 175.000 Rp 20 16,53% 38,84% 47 47 Rp 98.700.000 180.000 Rp 9 7,44% 22,31% 27 27 Rp 58.320.000 190.000 Rp 5 4,13% 14,88% 18 18 Rp 41.040.000 200.000 Rp 13 10,74% 10,74% 13 13 Rp 31.200.000 Total 121 100,00% 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% Rp1 00.0 00 Rp1 10.0 00 Rp1 20.0 00 Rp1 25.0 00 Rp1 30.0 00 Rp1 40.0 00 Rp1 50.0 00 Rp1 60.0 00 Rp1 70.0 00 Rp1 75.0 00 Rp1 80.0 00 Rp1 90.0 00 Rp2 00.0 00 Rp20.000.000 Rp50.000.000 Rp80.000.000 Rp110.000.000 Rp140.000.000 Rp170.000.000

% kumulatif WTP Pendapatan sewa

Gambar 4. Plot antara frekuensi kumulatif WTP dengan estimasi pendapatan sewa

Dari tabel 5 dapat diketahui pendapatan maksimal dalam setahun adalah sebesar Rp. 147.840.000 yang didapat dari harga sewa sarusun sebesar Rp. 160.000. Sehingga harga sewa sarusun berdasarkan kemauan (WTP) responden adalah sebesar Rp. 160.000.

5. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil adalah:

(1) Minat Pasar untuk tinggal di rumah susun di Kelurahan Bulu Sidokare Kecamatan Sidoarjo sebesar 77% (2) Harga sewa rumah susun tipe 21

berdasarkan WTP (Willingness To Pay) sebesar Rp. 160.000

DAFTAR PUSTAKA

1. Altaf, A., Jamal and Whittington (1992), Willingness To Pay for Water in Rural Punjab - Pakistan, UNDP – World Bank Water and Sanitation Program, Washington DC, USA

2. Juwana, J.S. (2005), Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Erlangga, Jakarta 3. Rheingans, Richard D, (2004),

Willingness To Pay For Prevention and Treatment Of Lymphatic Filariasis in Leogane, Haiti, Filaria Journal, Atlanta, US.

Gambar

Tabel 1. Profil Responden
Tabel 2. Minat Pasar Rumah Susun  Penghasilan tiap  bulan  Jumlah  Responden  Minat  Tidak  Berminat  - &lt; Rp  1.000.000  - Rp.1.000.000 s/d      Rp
Gambar 2. Prosentase Minat Pasar Rumah Susun Tipe 21
Gambar 3. Distribusi Frekuensi Kumulatif WTP Responden
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dinamika tersebut juga berkembang dalam beberapa kasus sepertipersoalan minimarket, persoalan tentang tata letak wilayah minimarket juga menjadi Problem di mana ada

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh karakteristik perusahaan yang diukur oleh tangibility dan profitabilitas serta mekanisme

Peneliti mengambil lokasi di SDIT Nurul Fikri Banjarmasin dan SDIT Robbani Banjarbaru yakni sekolah Islam terpadu di Kota Banjarmasin yang menggunakan metode Wafa dalam

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa inokulasi multi isolat pelarut fosfat, pemberian pupuk SP36 dan pupuk organik cair bekerja sebagaimana mestinya sesuai

Layanan yang akan diberikan adalah bimbingan pribadi dan sosial melalui konseling individu, layanan yang diberikan juga adalah layanan konseling individu karena

Data jumlah anakan dapat dilihat pada Tabel 3 yang menunjukkan perlakuan konsentrasi air kelapa dan lama perendman berpengaruh tidak nyata dan interaksi keduanya

Berdasarkan data yang sesuai dengan hasil pengukuran, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata resistivitas pada setiap titik pengukuran dapat disimpulkan ada 7

Menindaklanjuti Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 5371 Tahun 2020 tentang Peserta Shortcourse Pengabdian kepada Masyarakat Angkatan Ke-2 dan