• Tidak ada hasil yang ditemukan

NOMOR 8 "TAH U ti.q017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NOMOR 8 "TAH U ti.q017"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 8 "TAH U ti .Q017

TENTANG

PEDOMAN SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURAKARTA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 65 ayat (5), Pasal 177 ayat (6), Pasal 180 ayat (3) Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah, maka perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Pedoman Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat Dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 45);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4355);

(2)

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

7. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2010 Nomor 7); 8. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2016 tentang

Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2016 Nomor 10 Tambahan Lembaran Daerah Kota Surakarta Nomor 57);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PEDOMAN SISTEM

DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalarn Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Surakarta.

2. Pemerintah

(3)

3

2. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4. Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

5. Walikota adalah Walikota Surakarta.

6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelengagara Pemerintahan Daerah.

7. DPRD adalah DPRD Kota Surakarta.

8. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Walikota dan DPRD dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daaerah.

9. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Surakarta.

10. Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang selanjutnya disingkat BPPKAD adalah Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Surakarta.

11. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

12. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.

13. Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah adalah sistem dan prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah mencakup tata cara penyusunan, pelaksanaan, penatausahaan dan akuntansi, pelaporan, pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan daerah.

(4)

14. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

15. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.

16. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah kepala Perangkat Daerah yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan keuangan daerah.

17. Bendahara Umum. Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD yang bertindak dalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah.

18. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Perangkat Daerah yang dipimpinnya.

19. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik daerah.

20. Kuasa Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disebut Kuasa BUD adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian tugas BUD.

21. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan Pengguna Anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Perangkat Daerah.

22. Pejabat Penatausahaan Keuangan Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat PPK-PD adalah pejabat yang melaksanakan fungsi dan tata usaha keuangan pada Perangkat Daerah.

23. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

24. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalah pejabat pada unit kerja Perangkat Daerah yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.

25. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada Perangkat Daerah.

(5)

5

26. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima /menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggung jawabkan uang untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada Perangkat Daerah.

27. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.

28. Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/ pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.

29. Unit Kerja adalah bagian dari Perangkat Daerah yang melaksanakan satu atau beberapa program.

30. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah Dokumen Perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.

31. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintahan Daerah adalah Dokumen Perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

32. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD adalah Tim yang dibentuk dengan Keputusan Walikota yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta melaksanakan kebijakan Walikota dalam rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri Pejabat Perencana Daerah, PPKD dan pejabat lainnya sesuai kebutuhan.

33. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disebut KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.

34. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS adalah rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada Perangkat Daerah untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perangkat Daerah sebelum disepakati dengan DPRD.

35. Rencana Kerja dan Anggaran Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat RKA-PD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan Perangkat Daerah sebagai dasar penyusunan APBD.

(6)

36. Rencana Kerja dan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat RKA-PPKD adalah rencana kerja dan anggaran Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah selaku Bendahara Umum. Daerah.

37. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.

38. Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan. nasional.

39. Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat.

40. Program adalah penjabaran kebijakan Perangkat Daerahdalam bentuk upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi Perangkat Daerah

41. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada Perangkat Daerah sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.

42. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kebijakan.

43. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.

44. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program.

45. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah.

46. Rekening

(7)

7

46. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang

daerah yang ditentukan oleh Walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah.

47. Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke Rekening Kas Umum

Daerah.

48. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari Rekening Kas Umum

Daerah.

49. Pendapatan Daerah adalah hak Pemerintah daerah yang diakui sebagai

penambah nilai kekayaan bersih.

50. Belanja Daerah adalah kewajiban Pemerintah Daerah yang diakui

sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

51. Surplus Anggaran Daerah adalah selisih lebih antara Pendapatan Daerah

dan Belanja Daerah.

52. Defisit Anggaran Daerah adalah selisih kurang antara Pendapatan

Daerah dan Belanja Daerah.

53. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar

kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

54. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disebut SiLPA adalah

selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran.

55. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah

menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali.

56. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada

Pemerintah Daerah dan/atau hak Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah.

57. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar Pemerintah

Daerah dan/atau kewajiban Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.

58. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan guna mendanai kegiatan

yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.

(8)

59. Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti bunga, deviden, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

60. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut DPA-PD adalah dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap Perangkat Daerah yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh Pengguna Anggaran.

61. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat DPA-PPKD adalah dokumen pelaksanaan anggaran Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerahselaku Bendahara Umum Daerah.

62. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat DPPA-PD adalah dokumen yang memuat perubahan pendapatan dan belanja yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan perubahan anggaran oleh Pengguna Anggaran.

63. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat DPPA-PPKD adalah dokumen yang memuat perubahan pendapatan, belanja dan pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan perubahan anggaran oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah.

64. Dokumen Pelaksana Anggaran Lanjutan Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat DPAL-PD adalah dokumen yang memuat sisa belanja tahun sebelumnya sebagai dasar pelaksanaan anggaran tahun berikutnya.

65. Anggaran Kas adalah dokumen perkiraan arus kas masuk yang bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas keluar untuk mengatur ketersediaan dana yang cukup guna mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.

66. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disingkat SPD adalah dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan Surat Permintaan Pembayaran.

67. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran.

(9)

9

68. SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-UP adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang bersifat pengisian kembali (revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

69. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-GU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pengganti uang persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

70. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-TU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran/ bendahara pengeluaran pembantu untuk permintaan tambahan uang persediaan guna melaksanakan kegiatan Perangkat Daerah yang bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran langsung dan uang persediaan.

71. SPP Langsung yang selanjutnya disebut SPP-LS adalah dokumen yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran/ Bendahara Pengeluaran Pembantu untuk permintaan pembayaran langsung kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja lainnya dan pembayaran gaji dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu yang dokumennya disiapkan oleh PPTK.

72. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-PD/ DPA-PPKD/ DPPA-PD/ DPPA-PPKD/ DPAL-PD.

73. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-PD/ DPA-PPKD/ DPPA-PD/ DPPA-PPKD/ DPAL-PD yang digunakan sebagai uang persediaan untuk mendanai kegiatan.

74. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-GU adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-PD/ DPA-PPKD/ DPPA-PD/ DPPA-PPKD/ DPAL-PD yang dananya dipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang telah dibelanjakan.

(10)

75. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-TU adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-PD/ DPA-PPKD/ DPPA-PD/ DPPA-PPKD/ DPAL-PD karena kebutuhan dananya melebihi dari jumlah batas pagu uang persediaan yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan.

76. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disingkat SPM-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-PD/ DPA-PPKD/ DPPA-PD/ DPPA-PPKD/ DPAL-PD kepada pihak ketiga.

77. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh BUD/Kuasa BUD berdasarkan SPM.

78. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

79. Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang.

80. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.

81. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Walikota.

82. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Walikota. 83. Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh

atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

(11)

84. Kerugian Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.

85. Kegiatan Tahun Jamak adalah kegiatan yang dianggarkan dan dilaksanakan untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran yang pekerjaannya dilakukan melalui kontrak tahun jamak.

86. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah Perangkat Daerah/ Unit Kerja pada Perangkat Daerah dilingkungan Pemerintah Daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2

(1) Mewujudkan kesatuan pemahaman dalam Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah, sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sehingga dapat terselenggara dengan baik dan benar.

(2) Sebagai pedoman tata cara penyusunan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan daerah agar terwujud keterpaduan dan keserasian dalam melaksanakan program dan kegiatan, sehingga tepat waktu, tepat mutu, tertib administrasi, tepat sasaran dan manfaat serta disiplin anggaran.

(3) Sebagai alat pengendalian, pengawasan dan pemeriksaan, khususnya dalam Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Surakarta.

BAB III

AZAS UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pasal 3

(1) Keuangan Daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.

(2) Secara tertib

(12)

(2) Secara tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa Keuangan Daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Taat pada peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa Pengelolaan Keuangan Daerah harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

(4) Efektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.

(5) Efisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.

(6) Ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah.

(7) Transparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah. (8) Bertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

perwujudan kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

(9) Keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya dan/atau keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif. (10) Kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindakan atau

suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan proporsional.

(11) Manfaat untuk masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.

(13)

- 13 -

BAB IV

KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Bagian Kesatu

Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 4

(1) Walikota selaku kepala Pemerintah Daerah adalah pemegang kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah dan mewakili Pemerintah Daerah dalam kepemilikan kekayaan Daerah yang dipisahkan.

(2) Pemegang kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewenangan:

a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;

b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah; c. menetapkan pengguna anggaran/pengguna barang;

d. menetapkan kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang; e. menetapkan bendahara pengeluaran pada SKPKD;

f. menetapkan bendahara penerimaan dan/ atau bendahara pengeluaran;

g. menetapkan bendahara penerimaan pembantu dan/atau bendahara pengeluaran pembantu;

h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah;

i. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;

j. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik daerah; dan

k. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran.

(3) Walikota selaku pemegang kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kewenangannya kepada:

a. Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah; b. Kepala BPPKAD selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah;

c. Kepala Perangkat Daerah selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang.

(14)

(4) Pelimpahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Walikota berdasarkan prinsip pemisahan kewenangan antara yang memerintahkan, menguji, dan yang menerima atau mengeluarkan uang.

Bagian Kedua

Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 5

(1) Sekretaris Daerah selaku koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (3) huruf a berkaitan dengan peran dan fungsinya dalam membantu kepala daerah menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah.

(2) Sekretaris Daerah selaku koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf a mempunyai tugas koordinasi di bidang:

a. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD;

b. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah;

c. penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD; d. penyuSunan Raperda APBD, perubahan APBD, dan

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;

e. tugas-tugas pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat pengawas Keuangan Daerah; dan

f. penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggung-jawaban pelaksanaan APBD.

(3) Selain mempunyai tugas koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat(2) Sekretaris Daerah mempunyai tugas:

a. memimpin TAPD;

b. menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD;

c. menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah;

d. memberikan persetujuan pengesahan DPA-PD / DPA-PPKD/ DPPA-PD /DPPA-PPKD/DPAL-DPPA-PD, dan

e. melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan keuangan daerah lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Walikota.

(15)

- 15 -

(4) Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) kepada Walikota.

Bagian Ketiga

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah Pasal 6

(1) PPKD adalah Kepala BPPKAD.

(2) Tugas PPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. menyusun dan melaksanakan kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah;

b. menyusun Rancangan Kesepakatan Bersama tentang KUA dan PPAS bersama BAPPPEDA;

c. menyusun Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD, Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD, Rancangan Peraturan Walikota tentang Penjabaran APBD dan Perubahan APBD, Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD serta Rancangan Peraturan Walikota tentang Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD beserta larnpiran dan dokumen pendukungnya; d. melaksanakan fungsi BUD;

e. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;

f. menyusun RKA-PPKD; g. menyusun DPA-PPKD;

h. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

i. menyusun Laporan Keuangan Daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;

j. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;

k. menandatangani SPM;

1. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan Perangkat Daerah yang dipimpinnya;

m. mengawasi pelaksanakan anggaran Perangkat Daerah yang dipimpinnya;

(16)

n. melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Walikota; dan

o. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Kepala BPPKAD selaku PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD berwenang:

a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;

b. mengesahkan DPA-PD/DPA-PPKD/DPPA-PD /DPPA-PPICD/DPAL-PD;

c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;

d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas daerah;

e. melaksanakan pemungutan pajak daerah;

f. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD;

g. menetapkan SPD;

h. melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/ menatausahakan investasi;

i. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atas beban rekening kas umum daerah;

j. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah;

k. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;

1. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah; m. menyajikan informasi keuangan daerah;

n. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik daerah;

o. melaksanakan pembayaran bunga, pemberian subsidi, hibah, bantuan sosial, bantuan keuangan sesuai dengan rencana kebutuhannya;

p. menyusun Anggaran Kas Daerah;

q. mengusulkan Pengguna Anggaran / Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Barang; dan

r. mengusulkan Bendahara Penerimaan, Bendahara Penerimaan Pembantu, Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran Pembantu pada Perangkat Daerahuntuk ditetapkan oleh Walikota. (4) Kepala BPPKAD selaku BUD menunjuk Kepala Bidang Perbendaharaan

selaku Kuasa BUD.

(17)

- 17 -

Pasal 7

(1) Penunjukan Kuasa BUD sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

(2) Tugas Kepala Bidang Perbendaharaan selaku Kuasa BUD sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (4) adalah sebagai berikut :

a. menyiapkan anggaran kas ; b. menyiapkan SPD;

c. menerbitkan SP2D;

d. menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah;

e. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh Bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk;

f. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD;

g. menyimpan uang daerah;

h. melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola atau menatausahakan investasi;

i. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atas beban rekening kas umum daerah;

j. melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah; k. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah; dan

1. melakukan penagihan piutang.

(3) Kuasa BUD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala BPPKAD selaku BUD.

(4) Dalam hal Kuasa BUD berhalangan, Kuasa BUD dapat menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani SP2D.

Pasal 8

(1) Kepala BPPKAD selaku PPKD dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada pejabat di lingkungan BPPKAD untuk melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut:

a. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD; b. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;

c. melaksanakan pemungutan pajak daerah;

d. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama Pemerintah Daerah;

e. melaksanakan...

(18)

e. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah; f. menyajikan informasi keuangan daerah; dan

g. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik daerah.

(2) PPKD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Bagian Keempat

Pengelola Keuangan Perangkat Daerah Paragraf 1

Pengguna Anggaran Pasal 9

(1) Kepala Perangkat Daerah selaku pejabat Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf c mempuyai -tugas :

a. menyusun RKA-PD;

b. menyusun rancangan anggaran kas Perangkat Daerah; c. menyusun DPA-PD/DPPA-PD/DPAL-PD;

d. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja APBD pada Perangkat Daerah yang dipimpinnya; e. melaksanakan anggaran Perangkat Daerah yang dipimpinnya; f. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan

pembayaran;

g. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;

h. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan;

i. dalam hal pengadaan perikatan/perjanjian kerja sama dengan pihak penyedia jasa, pengguna anggaran dapat melimpahkan kewenangannya kepada 1 (satu) orang atau lebih Pejabat Pembuat Komitmen (PPK);

j. menandatangani SPM;

k. mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab Perangkat Daerah yang dipimpinnya;

1. mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab Perangkat Daerah yang dipimpinnya;

(19)

- 19 -

m. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan Perangkat Daerah yang dipimpinnya;

n. mengawasi pelaksanaan anggaran Perangkat Daerah yang dipimpinnya;

o. melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Walikota;dan p. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Walikota

melalui Sekretaris Daerah.

(2) Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada Kepala unit kerja pada Perangkat Daerah selaku Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Barang berdasarkan pertimbangan besaran Perangkat Daerah, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, kompetensi, rentang kendali dan/atau pertimbangan obyektif lainnya.

(3) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat(2) meliputi :

a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja;

b. melaksanakan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;

c. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;

d. mengadakan ikatan/ perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan;

e. menandatangani SPM-LS dan SPM-TU;

f. mengawasi pelaksanaan anggaran unit kerja yang dipimpinnya; dan

g. melaksanakan tugas-tugas Kuasa Pengguna Anggaran lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Pejabat Pengguna Anggaran.

Paragraf 2

Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Barang Pasal 10

(1) Uraian tugas Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang adalah melaksanakan tugas-tugas yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pejabat Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang, meliputi:

(20)

a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja,

b. melaksanakan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;

c. melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas

tagihan;

d. mengadakan ikatan/ perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam

batas anggaran yang telah ditetapkan;

• e. dalam hal mengadakan perikatan/perjanjian kerja sama dengan

pihak penyedia jasa, Kuasa Pengguna Anggaran dapat melimpahkan kewenangannya kepada 1 (satu) orang PPK;

f. mengawasi pelaksanaan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;

g. menandatangani SPM-LS dan SPM TU;

h. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan unit kerja yang

dipimpinnya kepada Pengguna Anggaran; dan

i. melaksanakan tugas Kuasa Pengguna Anggaran lainnya

berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Pejabat Pengguna Anggaran.

(2) pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat(1) ditetapkan

oleh Walikota atas usul Kepala Perangkat Daerah.

(3) Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang bertanggung

jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Pejabat Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang.

Pasal 11

Apabila Pengguna Anggaran dan/atau Kuasa Pengguna Anggaran tidak dapat melaksanakan tugas sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja maka yang melaksanakan tugas dan kewenangan Pengguna Anggaran dan/atau Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang ditunjuk sebagai Pelaksana Harian (Plh) pada j abatan struktural yang bersangkutan

Paragraf 3 PPTK Pasal 12

(1) Dalam melaksanakan program dan kegiatan pada Perangkat Daerah yang dipimpinnya Pengguna Anggaran/Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang menunjuk pejabat pada Perangkat

(21)

- 20 -

a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja;

b. melaksanakan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;

c. melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas tagihan;

d. mengadakan ikatan/ perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan;

e. dalam hal mengadakan perikatan/perjanjian kerja sama dengan pihak penyedia jasa, Kuasa Pengguna Anggaran dapat melimpahkan kewenangannya kepada 1 (satu) orang PPK;

f. mengawasi pelaksanaan anggaran unit kerja yang dipimpinnya; g. menandatangani SPM-LS dan SPM TU;

h. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan unit kerja yang dipimpinnya kepada Pengguna Anggaran; dan

i. melaksanakan tugas Kuasa Pengguna Anggaran lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Pejabat Pengguna Anggaran.

(2) pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat(1) ditetapkan oleh Walikota atas usul Kepala Perangkat Daerah.

(3) Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Pejabat Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang.

Pasal 11

Apabila Pengguna Anggaran dan/ atau Kuasa Pengguna Anggaran tidak dapat melaksanakan tugas sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja maka yang melaksanakan tugas dan kewenangan Pengguna Anggaran dan/ atau Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang ditunjuk sebagai Pelaksana Harian (Plh) pada jabatan struktural yang bersangkutan

Paragraf 3 PPTK Pasal 12

(1) Dalam melaksanakan program dan kegiatan pada Perangkat Daerah yang dipimpinnya Pengguna Anggaran/Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang menunjuk pejabat pada Perangkat

(22)

Daerah/unit kerja Perangkat Daerah selaku PPTK. (2) Uraian tugas PPTK adalah :

a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;

b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan;

c. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan;dan

d. melakukan validasi atas beban pengeluaran anggaran belanja pada kegiatan Belanja Langsung (SPP-LS) yang diampunya

Paragraf 4

Pejabat Penatausahaan Keuangan Perangkat Daerah (PPK-PD) Pasal 13

(1) Uraian tugas PPK-PD adalah :

a. meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang disampaikan oleh bendahara pengeluaran dan diketahui oleh PPTK;

b. meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU dan SPP-LS gaji dan tunjangan Pegawai Negeri Sipil (PNS) serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang diajukan oleh bendahara pengeluaran;

c. melakukan verifikasi SPP; d. menyiapkan SPM;

e. melakukan verifikasi harian atas penerimaan; f. melaksanakan akuntansi Perangkat Daerah;

g. menyiapkan laporan keuangan Perangkat Daerah; h. melakukan verifikasi SPJ; dan

i. menandatangani Surat pernyataan tanggungjawab atas kebenaran laporan pertanggungjawaban (SPJ) bendahara pengeluaran

(2) PPK-PD dijabat oleh pejabat strukturail yang dianggap mampu mengelola keuangan daerah dan tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara/ daerah, bendahara, PPTK dan PPHP serta Panitia Pengadaan Barang / Jasa pada Perangkat Daerah yang bersangkutan.

Dalam hal PPK-PD tidak dapat melaksanakan tugas sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja maka yang melaksanakan tugas dan kewenangan PPK-PD adalah pejabat yang ditunjuk sebagai Pelaksana Harian (Plh) pada jabatan struktural yang bersangkutan

Paragraf 5 (3)

(23)

- 21 -

Daerah/unit kerja Perangkat Daerah selaku PPTK. (2) Uraian tugas PPTK adalah :

a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;

b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; c. menyiapkan dokumen anggaran atas beban

pelaksanaan kegiatan;dan

d. melakukan validasi atas beban pengeluaran anggaran kegiatan Belanja Langsung (SPP-LS) yang diampunya

pengeluaran

belanja pada

Paragraf 4

Pejabat Penatausahaan Keuangan Perangkat Daerah (PPK-PD) Pasal 13

(1) Uraian tugas PPK-PD adalah :

a. meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang disampaikan oleh bendahara pengeluaran dan diketahui oleh PPTK;

b. meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU dan SPP-LS gaji dan tunjangan Pegawai Negeri Sipil (PNS) serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang diajukan oleh bendahara pengeluaran;

c. melakukan verifikasi SPP; d. menyiapkan SPM;

e. melakukan verifikasi harian atas penerimaan; f. melaksanakan akuntansi Perangkat Daerah;

g• menyiapkan laporan keuangan Perangkat Daerah;

h. melakukan verifikasi SPJ; dan

i. menandatangani Surat pernyataan tanggungjawab atas kebenaran laporan pertanggungjawaban (SPJ) bendahara pengeluaran

(2) PPK-PD dijabat oleh pejabat struktural yang dianggap mampu mengelola keuangan daerah dan tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara/ daerah, bendahara, PPTK dan PPHP serta Panitia Pengadaan Barang / Jasa pada Perangkat Daerah yang bersangkutan.

(3) Dalam hal PPK-PD tidak dapat melaksanakan tugas sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja maka yang melaksanakan tugas dan kewenangan PPK-PD adalah pejabat yang ditunjuk sebagai Pelaksana Harian (Plh) pada jabatan struktural yang bersangkutan

(24)

Paragraf 5

Bendahara Penerimaan dan Bendahara Penerimaan Pembantu Pasal 14

(1) Uraian tugas Bendahara Penerimaan adalah menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada Perangkat Daerah yang bersangkutan.

(2) Uraian tugas Bendahara Penerimaan Pembantu adalah menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada unit kerja yang menjadi tanggung jawabnya. (3) Bendahara Penerimaan dan Bendahara Penerimaan Pembantu dijabat

oleh staf.

(4) Dalam hal Bendahara Penerimaan / Bendahara Penerimaan Pembantu berhalangan, maka:

a. Apabila melebihi 3 (tiga) hari sampai paling lama 1 (satu) bulan, bendahara tersebut wajib memberikan surat kuasa kepada pejabat yang ditunjuk untuk melakukan penyetoran dan tugas-tugas bendahara penerimaan/bendahara penerimaan pembantu yang bersangkutan dengan diketahui Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran;

b. Apabila melebihi 1 (satu) bulan sampai paling lama 3 (tiga) bulan, harus ditunjuk pejabat bendahara penerimaan/bendahara penerimaan pembantu oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Peng guna Anggaran dan diadakan berita acara serah terima;dan

c. Apabila bendahara penerimaan/bendahara penerimaan pembantu sesudah 3 (tiga) bulan belum juga dapat melaksanakan tugas, maka dianggap yang bersangkutan telah mengundurkan diri atau berhenti dari jabatan sebagai bendahara penerimaan dan oleh karena itu segera diusulkan penggantinya.

Paragraf 6

Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran Pembantu Pasal 15

(1) Uraian tugas Bendahara Pengeluaran adalah menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang

(25)

- 23 -

untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada Perangkat Daerah yang bersangkutan.

(2) Uraian tugas Bendahara Pengeluaran Pembantu adalah menerima,

menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan

mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada unit kerja yang menjadi tanggung j awabnya.

(3) Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran Pembantu dijabat

oleh staf.

(4) Dalam hal bendahara pengeluaran/ bendahara pengeluaran pembantu

berhalangan, maka :

a. apabila melebihi 3 (tiga) hari sampai paling lama 1 (satu) bulan,

bendahara pengeluaran/ bendahara pengeluaran pembantu tersebut wajib memberikan surat kuasa kepada pejabat yang ditunjuk untuk melakukan pembayaran dan tugas-tugas bendahara pengeluaran/bendahara pengeluaran pembantu atas tanggung-jawab bendahara pengeluaran/bendahara pengeluaran pembantu yang bersangkutan dengan diketahui Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;

b. apabila melebihi 1 (satu) bulan sampai paling lama 3 (tiga) bulan,

harus ditunjuk pejabat bendahara pengeluaran/ bendahara pengeluaran pembantu oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dan diadakan berita acara serah terima;

c. apabila bendahara pengeluaran/bendahara pengeluaran pembantu

sesudah 3 (tiga) bulan belum juga dapat melaksanakan tugas, maka dianggap yang bersangkutan telah mengundurkan diri atau berhenti dari jabatan sebagai bendahara pengeluaran/bendahara pengeluaran pembantu dan oleh karena itu segera diusulkan penggantinya.

BAB V

PELAKSANAAN APBD Bagian Kesatu

Azaz Umum Pelaksanaan APBD Pasal 16

(1) Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dikelola dalam APBD.

(26)

(2) Setiap Perangkat Daerah yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

(3) Penerimaan Perangkat Daerah dilarang digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.

(4) Penerimaan Perangkat Daerah berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lambat 1 (satu) hari kerja.

(5) Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi untuk setiap pengeluaran belanja.

(6) Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja jika untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD.

(7) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat dilakukan jika dalam keadaan darurat, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD dan/ atau disampaikan dalam laporan realisasi anggaran.

(8) Kriteria keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (7) ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(9) Setiap Perangkat Daerah dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran daerah untuk tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD.

(10) Pengeluaran belanja daerah menggunakan prinsip hemat, tidak mewah, efektif, efisien dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian. Kedua

Dokumen Pelaksanaan Anggaran Perangkat Daerah / PPKD Paragraf 1

Penyiapan DPA-PD/ DPA-PPKD/ DPPA-PD/ DPPA-PPKD. Pasal 17

(1) DPA-PD/ DPA-PPKD/ DPPA-PD/ DPPA-PPKD merupakan dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan pembiayaan digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh Pengguna Anggaran/Pengguna Barang/ PPKD dan rencana penarikan dana untuk pengeluaran yang dibutuhkan Perangkat Daerah serta pendapatan yang telah diperkirakan.

(27)

- 25 -

(2) PPKD paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Peraturan Daerah tentang APBD ditetapkan, memberitahukan kepada semua kepala Perangkat Daerah agar menyusun rancangan DPA-PD/DPPA-PD.

(3) Pada SKPKD disusun DPA-PD/DPPA-PD dan DPA-PPKD/DPPA-PPKD. (4) Rancangan DPA-PD/DPPA-PD sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

merinci sasaran yang hendak dicapai, program, kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana Perangkat Daerah serta pendapatan yang diperkirakan.

(5) DPA-PPKD/ DPPA-PPKD disusun untuk menampung:

a. pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan pendapatan hibah;

b. belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terduga;dan

c. penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah. (6) Kepala Perangkat Daerah menyerahkan rancangan DPA-PD/ DPPA-PD

kepada PPKD paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(7) TAPD melakukan verifikasi terhadap rancangan DPA-PD/ DPA-PPKD/ DPPA-PD/ DPPA-PPKD bersama-sama dengan Kepala Perangkat Daerah dan PPKD paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak ditetapkannya Peraturan Walikota tentang Penjabaran APBD/Penjabaran Perubahan APBD.

(8) Berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (7), PPKD mengesahkan rancangan DPA-PD/ DPA-PPKD/ DPPA-PD/ DPPA-PPKD dengan persetujuan Sekretaris Daerah.

(9) DPA-PD/ DPA-PPKD/ DPPA-PD/ DPPA-PPKD yang telah disahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (8), disampaikan kepada Kepala Perangkat Daerah, Inspektur Kota Surakarta dan BPK paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal disahkan.

(10) DPA-PD/ DPA-PPKD/ DPPA-PD/ DPPA-PPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (8) digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh Kepala Perangkat Daerah selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang dan PPKD.

Pasal 18 (1) Format DPA-PD

(28)

a. DPA-PD (Ringkasan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Perangkat Daerah);

b. DPA-PD 1 (Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Perangkat Daerah);

c. DPA-PD 2.1 (Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Tidak Langsung Perangkat Daerah);

d. DPA-PD 2.2 (Rekapitulasi Belanja Langsung berdasarkan Program dan Kegiatan Perangkat Daerah);dan

e. DPA-SKPD 2.2.1 (Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Program dan per Kegiatan Perangkat Daerah).

(2) Format DPPA-PD

a. DPPA-PD (Ringkasan Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Perangkat Daerah);

b. DPPA-PD 1 (Rincian Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Pendapatan Perangkat Daerah);

c. DPPA-PD 2.1 (Rincian Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Belanja Tidak Langsung Perangkat Daerah);

d. DPPA-PD 2.2 (Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Perangkat Daerah);dan

e. DPPA-PD 2.2. 1 (Rincian Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Belanja Langsung Program dan per Kegiatan Perangkat Daerah).

(3) Format DPAL-PD

a. DPAL-PD (Ringkasan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan Perangkat Daerah);

b. DPAL-PD 2.2 (Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan Perangkat Daerah);dan

c. DPAL-PD 2.2.1 (Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan Perangkat Daerah).

(4) Format DPA-PPKD

a. DPA-PPKD (Ringkasan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah);

b. DPA-PPKD 1 (Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah );

c. DPA-PPKD 2.1 (Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Tidak Langsung Pejabat Pengelola Keuangan Daerah);

(29)

- • 27 -

d. DPA-PPKD 3.1 (Rincian Penerimaan Pembiayaan Daerah);dan e. DPA-PPKD 3.2 (Rincian Pengeluaran Pembiayaan Daerah). (5) Format DPPA-PPKD

a. DPPA-PPKD (Ringkasan Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah);

b. DPPA-PPKD 1 (Rincian Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Pendapatan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah );

c. DPPA-PPKD 2. 1 (Rincian Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Belanja Tidak Langsung Pejabat Pengelola Keuangan Daerah);

d. DPPA-PPKD 3. 1 (Rincian Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Penerimaan Pembiayaan Daerah);dan

e. DPPA-PPKD 3.2 (Rincian Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Pengeluaran Pembiayaan Daerah).

Paragraf 2

Penyusunan Anggaran. Kas Pasal 19

(1) Anggaran kas memuat perkiraan arus kas masuk yang bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas keluar yang digunakan untuk mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.

(2) Mekanisme penyusunan Anggaran Kas:

a. Kepala Perangkat Daerah selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang berdasarkan rancangan DPA-PD/DPPA-PD menyusun rancangan anggaran kas Perangkat Daerah;

b. Rancangan anggaran kas Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan kepada PPKD selaku BUD bersamaan dengan rancangan DPA-PD/DPPA-PD;

c. Pembahasan rancangan anggaran kas Perangkat Daerah dilaksanakan bersamaan dengan pembahasan DPA-PD/ DPPA-PD. d. PPKD selaku BUD menyusun anggaran kas pemerintah daerah

guna mengatur ketersediaan dana yang cukup untuk mendanai pengeluaran-pengeluaran sesuai dengan rencana penarikan dana yang tersebut dalam DPA-PD/ DPPA-PD yang telah disahkan; dan

(30)

e. Anggaran kas sebagaimana dimaksud pada huruf d memuat perkiraan arus kas masuk yang bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas keluar yang digunakan guna mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode

Bagian Ketiga

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah Pasal 20

(1) Semua pendapatan daerah dilaksanakan melalui rekening kas umum daerah dan rekening yang ditentukan sesuai ketentuan.

(2) Setiap pendapatan harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah. (3) Setiap Perangkat Daerah yang memungut pendapatan daerah wajib

mengintensifkan pemungutan pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya.

(4) Perangkat Daerah dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan daerah atau peraturan lain yang mengikat. (5) Penerimaan Perangkat Daerah yang merupakan penerimaan daerah tidak

dapat dipergunakan langsung untuk pengeluaran.

(6) Komisi, rabat, potongan atau pendapatan lain dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi dan/atau pengadaan barang dan jasa termasuk pendapatan bunga, jasa giro atau pendapatan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada bank serta pendapatan dari hasil pemanfaatan barang daerah atas kegiatan lainnya merupakan pendapatan daerah.

(7) Untuk pengembal.ian kelebihan pendapatan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya dibebankan pada belanja tidak terduga.

(8) Pengembalian sebagaimana dimaksud pada ayat (7) harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah.

(9) Semua pendapatan dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah dilaksanakan melalui rekening kas umum daerah dan rekening yang ditentukan sesuai ketentuan yang berlaku dan dicatat sebagai pendapatan daerah.

(31)

- 29 -

Bagian Keempat

Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah Pasal 21

(1) Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah.

(2) Bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud.

(3) Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak dapat dilakukan sebelum rancangan Peraturan Daerah tentang APBD ditetapkan dan diundangkan dalam lembaran daerah.

(4) Pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak termasuk untuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib yang ditetapkan dalam Peraturan Walikota.

(5) Belanja yang bersifat mengikat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan belanja yang dibutuhkan secara terus menerus dan harus dialokasikan oleh Pemerintah Daerah dengan jumlah yang cukup untuk keperluan setiap bulan dalam tahun anggaran yang bersangkutan, seperti : belanja pegawai, belanja barang dan jasa.

(6) Belanja yang bersifat wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah belanja untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan pendanaan pelayanan dasar masyarakat antara lain pendidikan dan kesehatan dan/atau melaksanakan kewajiban kepada pihak ketiga.

Pasal 22

(1) Hibah, Bantuan Sosial dan Bantuan Keuangan kepada Partai Politik diatur dalam Peraturan Walikota tersendiri.

(2) Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 23

Bendahara pengeluaran/bendahara pengeluaran pembantu sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara

(32)

pada bank yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagai bank persepsi atau pos giro dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 24

Untuk kelancaran pelaksanaan tugas Perangkat Daerah, kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapat diberikan Uang Persediaan (UP- Perangkat Daerah) yang dikelola oleh bendahara pengeluaran. Besarnya Uang Persediaan dihitung setinggi-tingginya dari total dana yang tercantum dalam DPA-PD dikurangi rencana pembayaran LS dibagi 12. secara rinci besaran UP masing-masing Perangkat Daerah / Unit kerja ditetapkan PPKD selaku BUD.

Pasal 25

(1) Untuk keperluan pelaksanaan pengeluaran di lingkungan Perangkat Daerah, bendahara pengeluaran Perangkat Daerah dan bendaharan pengeluaran pembantu Unit Kerja membuka rekening pada bank umum yang ditetapkan Walikota selaku Kas Daerah.

(2) Seluruh pendapatan bunga dan/atau jasa giro disetor ke rekening kas umum daerah.

Pasal 26

(1) Untuk mendanai pelaksanaan kegiatan yang belum selesai sampai dengan akhir tahun anggaran dapat diterbitkan DPAL-PD.

(2) Pelaksanaan kegiatan lanjutan didasarkan pada DPA-PD yang telah disahkan kembali oleh PPKD menjadi DPAL-PD tahun anggaran berikutnya.

(3) Untuk mengesahkan kembali DPA-PD menjadi DPAL-PD, Kepala Perangkat Daerah menyampaikan laporan akhir realisasi pelaksanaan kegiatan fisik dan non fisik maupun keuangan kepada PPKD paling lambat pertengahan bulan Desember tahun anggaran berjalan.

(4) Jumlah anggaran dalam DPAL-PD dapat disahkan setelah terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap :

(33)

- 31 -

a. Sisa DPA-PD yang belum diterbitkan SPD dan/atau belum diterbitkan SP2D atas kegiatan yang bersangkutan;

b. Sisa SPD yang belum diterbitkan SPP, SPM atau SP2D; atau c. SP2D yang belum divangkan.

(5) DPAL- PD yang telah disahkan dapat dijadikan dasar pelaksanaan penyelesaian pekerjaan dan pembayaran.

(6) DPAL- PD yang telah disahkan disesuaikan menjadi DPPA-Perangkat Daerah pada proses Perubahan APBD.

(7) Pekerjaan yang dapat dilanjutkan dalam bentuk DPAL harus memenuhi kriteria:

a. pekerjaan yang telah ada ikatan perjanjian kontrak pada tahun anggaran berkenaan; dan

b. keterlambatan penyelesaian pekerjaan diakibatkan bukan karena kelalaian pengguna anggaran / pengguna barang PPK atau rekanan, namun karena akibat dari force major.

Pasal 27

Pengeluaran belanja tidak terduga adalah sebagai berikut:

a. Dasar pengeluaran anggaran belanja tidak terduga yang dianggarkan dalam APBD untuk mendanai tanggap darurat, penanggulangan bencana alam dan/atau bencana sosial, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun sebelumnya yang telah ditutup ditetapkan dengan Keputusan Walikota dan diberitahukan kepada DPRD paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak keputusan dimaksud ditetapkan.

b. Dengeluaran belanja untuk tanggap darurat sebagaimana dimaksud huruf a berdasarkan kebutuhan yang diusulkan dari instansi/lembaga berkenaan setelah mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas serta menghindari adanya tumpang tindih pendanaan terhadap kegiatan-' kegiatan yang telah didanai dari APBN,

c. Pimpinan instansi/lembaga penerima dana tanggap darurat bertanggung jawab atas penggunaan dana tersebut dan wajib menyampaikan laporan realisasi penggunaan kepada Walikota.

d. Tata cara pemberian dan pertanggungjawaban belanja tidak terduga untuk .tanggap darurat sebagaimana pada huruf a ditetapkan dalam Peraturan Walikota.

(34)

e. Penyediaan dana untuk penanggulangan bencana alam/bencana sosial dan/ atau memberikan bantuan kepada daerah lain dalam penanggulangan bencana alam/bencana sosial dapat memanfaatkan saldo anggaran yang tersedia dalam SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya dan/atau dengan melakukan penggeseran belanja tidak terduga atau dengan melakukan penjadwalan ulang atas program dan kegiatan yang tidak mendesak, dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Penyediaan kredit anggaran untuk memobilisasi tenaga medis dan obat-obatan, logistik/ sandang dan pangan supaya diformulasikan kedalam RKA-Perangkat Daerah yang secara fungsional terkait dengan pelaksanaan kegiatan dimaksud.

2) Pemanfaatan saldo anggaran yang tersedia dalam SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya dan/atau dengan melakukan penggeseran belanja tidak terduga untuk bantuan penanggulangan bencana alam/bencana sosial dilaporkan kepada DPRD.

Bagian Kelima

Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah Paragraf 1

SiLPA Tahun Sebelumnya Pasal 28

SiLPA tahun sebelumnya merupakan penerimaan pembiayaan yang digunakan untuk:

a. menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil daripada realisasi belanja;

b. mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung; dan

c. mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan.

Paragraf 2 Investasi

Pasal 29

(1) Investasi awal dan penambahan Investasi dicatat pada rekening penyertaan modal (investasi) Daerah.

(35)

- 33 -

(2) Pengurangan, penjualan, dan/atau pengalihan Investasi dicatat pada rekening penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan (divestasi modal).

Paragraf 3 Piutang Daerah

Pasal 30

(1) Setiap Piutang Daerah diselesaikan seluruhnya dengan tepat waktu. (2) PPK-PD melakukan penatausahaan atas penerimaan piutang atau

tagihan daerah yang menjadi tanggung jawab Perangkat Daerah.

(3) Piutang atau tagihan daerah yang tidak dapat diselesaikan seluruhnya pada saat jatuh tempo, diselesaikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(4) Piutang Daerah jenis tertentu seperti piutang pajak daerah dan piutang retribusi daerah merupakan prioritas untuk didahulukan penyelesaiannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(5) Piutang Daerah yang terjadi sebagai akibat hubungan keperdataan dapat diselesaikan dengan cara damai, kecuali Piutang Daerah yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam peraturan perundang-undangan.

(6) Piutang Daerah dapat dihapuskan dari pembukuan dengan penyelesaian secara mutlak atau bersyarat, kecuali cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam peraturan perundang-undangan.

(7) Penghapusan Piutang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditetapkan oleh:

a. Walikota untuk jumlah sampai dengan Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);

b. Walikota dengan persetujuan DPRD untuk jumlah lebih dari Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(8) Perangkat Daerah terkait sesuai dengan tugas pokoknya melaksanakan penagihan dan menatausahakan Piutang Daerah.

(9) Untuk melaksanakan penagihan Piutang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat ,(8), Perangkat Daerah terkait sesuai tugas pokoknya menyiapkan bukti dan administrasi penagihan.

( 1 0) Perangkat Daerah terkait sesuai dengan tugas pokoknya setiap bulan melaporkan realisasi penerimaan piutang kepada Walikota.

(36)

(11) Bukti pembayaran piutang Perangkat Daerah terkait sesuai dengan tugas pokoknya dari pihak ketiga harus dipisahkan dengan bukti penerimaan kas atas pendapatan pada tahun anggaran berjalan.

Pasal 31

Pembayaran pokok utang disesuaikan dengan jadwal pembayaran yang tercantum dalam surat perjanjian utang daerah.

Pasal 32

Mekanisme penerimaan/pengeluaran pihak ketiga dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Bagian Keenam

Pergeseran Anggaran/Perubahan DPA-PD/DPA-PPKD Pasal 33

(1) Pergeseran anggaran sedapat mungkin dihindari untuk mewujudkan konsistensi perencanaan anggaran dan pelaksanaannya.

(2) Pergeseran anggaran meliputi :

a. pergeseran anggaran antar unit organisasi; b. pergeseran anggaran antar kegiatan;

c. pergeseran anggaran antar jenis belanja;

d. pergeseran anggaran antar objek belanja dalam jenis belanja yang sama;

e. pergeseran anggaran antar rincian objek belanja dalam objek belanja yang sama;

f. pergeseran anggaran antar perincian / keterangan belanja dalam rincian objek belanja yang sama.

(3) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b dan huruf c hanya dapat dilakukan pada saat perubahan APBD dengan cara mengubah Peraturan Daerah tentang APBD.

(4) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf d, huruf e dan huruf f dapat dilakukan sebelum perubahan APBD dengan cara mengubah/merevisi DPA-PD/DPA-PPKD menjadi DPPA-PD/DPPA-PPKD

(37)

- 35 -

sebagai dasar pelaksanaan kegiatan dan pembebanan anggaran, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD.

Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d ' dilakukan atas persetujuan Sekretaris.Daerah.

Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf e dan huruf f dilakukan atas persetujuan Kepala BPPKAD selaku PPKD.

Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf d, huruf e dan huruf f tidak boleh mengubah substansi kegiatan dan target indikator kinerja/output.

(8) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud ayat (7) dilakukan dengan cara mengubah Peraturan Walikota tentang Penjabaran APBD sebagai dasar pelaksanaan.

Pasal 34

(1) Perubahan Peraturan Walikota tentang Penjabaran APBD dilakukan setiap 3 (tiga) bulan pada tahun anggaran berjalan, kecuali dalam rangka mengantisipasi pendanaan keadaan darurat termasuk belanja untuk keperluan mendesak.

(2) Perubahan Peraturan Walikota tentang Penjabaran APBD dalam rangka mengantisipasi pendanaan keadaan darurat termasuk belanja untuk keperluan mendesak dapat dilakukan setelah memperoleh persetujuan Pimpinan DPRD.

(3) Setelah penetapan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD tidak diperkenankan adanya pergeseran anggaran, kecuali pergeseran antar rincian objek belanja gaji Aparatur Sipil Negara.

Pasal 35

(1) Tata cara pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada pasal 33 ayat (2) huruf d, huruf e dan huruf f diatur sebagai berikut:

a. Kepala Perangkat Daerah selaku Pengguna Anggaran mengajukan permohonan untuk melakukan pergeseran anggaran disertai dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada Kepala BPPKAD selaku PPKD dilengkapi dengan rancangan DPPA-PD dan surat pernyataan tanggung jawab mutlak yang bermeterai cukup;

(38)

b. Kepala Unit Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran mengajukan permohonan untuk melakukan pergeseran anggaran disertai dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada Kepala BPPKAD selaku PPKD dilengkapi dengan rancangan DPPA-PD dan surat pernyataan tanggung jawab mutlak yang bermeterai cukup, dengan tembusan kepada Kepala Perangkat Daerah selaku Pengguna Anggaran;

c. Permohonan pergeseran anggaran disampaikan oleh Kepala Perangkat Daerah sebagai berikut :

1) Paling lambat minggu pertama bulan Maret tahun anggaran berjalan untuk proses pergeseran Triwulan I;dan

2) Paling lambat minggu pertama bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk proses pergeseran Triwulan II.

d. Permohonan tersebut dikaji oleh PPKD untuk menentukan pergeseran anggaran tersebut dapat disetujui atau ditolak sesuai ketentuan Pasal 27 ayat (5), ayat (6) dan ayat (7).

(2) Apabila pergeseran anggaran disetujui, maka :

a. pergeseran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf d, PPKD mengajukan usulan persetujuan kepada Sekretaris Daerah;

b. pergeseran sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 ayat (2) huruf e dan huruf f, cukup mendapatkan persetujuan PPKD;

c. Berdasarkan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b diatas PPKD membuat konsep Peraturan Walikota tentang Perubahan Penjabaran APBD;

d. PPKD mengajukan konsep Peraturan Walikota tentang Perubahan Penjabaran APBD kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah; dan e. Setelah Peraturan Walikota tentang Perubahan Penjabaran APBD

disahkan, PPKD memroses pengesahan DPPA-SKPD/DPPA-PPKD. (3) Apabila pergeseran anggaran ditolak maka Kepala BPPKAD selaku PPKD

menerbitkan surat penolakan kepada Kepala Perangkat Daerah selaku Pengguna Anggaran dan Kepala Unit Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran yang bersangkutan.

(4) Pergeseran anggaran/ revisi DPA-PD/ DPA-PPKD menjadi DPPA-PD/ DPPA-PPKD wajib ditampung dalam proses Perubahan APBD.

(39)

- 37 -

Bagian Ketujuh

Pelaksanaan Perubahan Anggaran Perangkat Daerah Pasal 36

(1) Setelah Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD ditetapkan, PPKD memberitahukan kepada semua kepala Perangkat Daerah agar menyusun rancangan DPPA-PD terhadap program dan kegiatan yang dianggarkan dalam perubahan APBD.

(2) DPA-PD/ DPA-PPKD yang mengalami perubahan dalam tahun berjalan, seluruhnya harus disalin kembali ke dalam DPPA-PD/ DPPA-PPKD.

(3) Dalam DPPA-PD/DPPA-PPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terhadap rincian obyek pendapatan, belanja atau pembiayaan yang mengalami penambahan atau pengurangan atau pergeseran harus disertai dengan penjelasan latar belakang perbedaan jumlah anggaran baik sebelum dilakukan perubahan maupun setelah dilakukan perubahan.

(4) DPPA-PD/ DPPA-PPKD dapat dilaksanakan setelah dibahas TAPD, dan disahkan oleh PPKD berdasarkan.persetujuan Sekretaris Daerah.

BAB VI

PENGELOLAAN KAS Bagian Kesatu

Pengelolaan Penerimaan dan Pengeluaran Kas Pasal 37

(1) BUD bertanggung jawab terhadap pengelolaan penerimaan dan pengeluaran kas daerah.

(2) Untuk mengelola kas daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BUD membuka rekening kas umum daerah dan rekening yang ditentukan sesuai ketentuan yang berlaku pada bank yang sehat.

(3) Penunjukan bank yang sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

(40)

Pasal 38

(1) Untuk mendekatkan pelayanan pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran kas kepada Perangkat Daerah atau masyarakat, BUD dapat membuka rekening penerimaan dan rekening pengeluaran pada bank yang ditetapkan oleh Walikota.

(2) Rekening penerimaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) digunakan untuk menampung penerimaan daerah setiap hari.

(3) Saldo rekening penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setiap akhir hari kerja wajib disetorkan seluruhnya ke rekening kas umum daerah dan rekening yang ditentukan sesuai ketentuan yang berlaku. (4) Rekening pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diisi

dengan dana yang bersumber dari rekening kas umum daerah dan rekening yang ditentukan sesuai ketentuan yang berlaku.

(5) Jumlah dana yang disediakan pada rekening pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4), disesuaikan dengan rencana pengeluaran yang telah ditetapkan dalam APBD.

Bagian Kedua

Pengelolaan Kas Non Anggaran Pasa139

(1) Pengelolaan kas non anggaran mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan pemerintah daerah.

(2) Penerimaan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti: a. potongan Taspen;

b. potongan PPh 21 c. potongan TAPERUM;

d. iuran jaminan kesehatan;dan

e. iuran jaminan kecelakaan kerja dan kematian

(3) Pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti: a. penyetoran Taspen;

b. penyetoran PPh 21; c. penyetoran TAPERUM;

d. iuran jaminan kesehatan;dan

e. iuran jaminan kecelakaan kerja dan kematian.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini jarang terjadi , biasanya terjadi karena trauma awal atau tekanan sekunder dari kallus atau deformitas yang tersisa. Biasanya berupa pemendekan dengan adanya

Sistem merupakan sebuah tatanan atau keterpaduan yang terdiri atas sejumlah komponen fungsional dengan satuan fungsi dan tugas tertentu yang saling berhubungan

Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat penelitian dilaksanakan di rumah sakit, subyek penelitian dan variabel penelitian (status gizi) menggunakan

Gaya hidup pemain yang lebih memperhatikan diri dan menggambarkan sosok orang kaya raya yang dingin dan tak peduli pada apapun kecuali uang dan bisnisnya, namun

Melalui video yang ditayangkan guru, siswa dapat mengetahui cara menggunakan secara sederhana teknologi transportasi masa lalu dan masa kini dengan tepat.. Disiplin

Peningkatan biaya kesehatan tersebut disebabkan oleh bertambahnya jumlah kasus kesehatan di Indonesia terutama kematian prematur, gangguan pernapasan anak dan gangguan astma

Nilai prob (signifikansi) pada tabel di atas 0,001 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga dapat di simpulkan bahwa model regresi linear yang di estimasi

Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu untuk menggambarkan adanya kadar timbal (Pb) pada buah apel fuji (Malus pumila) yang dijual di Pasar Tradisional se-Kota