• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MINAT BAKAT SISWA SMA DALAM MEMILIH PROGRAM STUDI DI PERGURUAN TINGGI BERBASIS WEB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MINAT BAKAT SISWA SMA DALAM MEMILIH PROGRAM STUDI DI PERGURUAN TINGGI BERBASIS WEB"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

i

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MINAT

BAKAT SISWA SMA DALAM MEMILIH PROGRAM

STUDI DI PERGURUAN TINGGI BERBASIS WEB

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Strata-1 Teknik Informatika Universitas Esa Unggul

Disusun Oleh : Nama : Vivi Septia Audia NIM : 201381020

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

(2)

ii

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MINAT

BAKAT SISWA SMA DALAM MEMILIH PROGRAM

STUDI DI PERGURUAN TINGGI BERBASIS WEB

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Kurikulum Sarjana Strata-1 pada Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer

Disusun oleh Nama : Vivi Septia Audia NIM : 201381020

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

(3)

iii Nama : Vivi Septia Audia

NIM : 201381020

Program Studi : Teknik Informatika

Fakultas Ilmu Komputer - Universitas Esa Unggul Judul Tugas Akhir : Sistem Pendukung Keputusan Minat Bakat Siswa SMA

Dalam Memilih Program Studi di Perguruan Tinggi Berbasis Web

Tugas Akhir di atas telah disetujui dan diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer, Program Strata-1 Fakultas Ilmu Komputer Program Studi Teknik Informatika Universitas Esa Unggul.

Disetujui Oleh,

Drs. Holder Simorangkir, M.Kom Pembimbing I

Riya Widayanti, S.Kom, MMSI Pembimbing II Mengetahui,

Bambang Irawan, S.Kom, M.Kom Ka. Prodi Teknik Informatika

Dr. Ir. Husni S. Sastramihardja, MT Dekan Fakultas Ilmu Komputer

(4)

iv Nama : Vivi Septia Audia

NIM : 201381020

Program Studi : Teknik Informatika

Fakultas Ilmu Komputer - Universitas Esa Unggul Judul Tugas Akhir : Sistem Pendukung Keputusan Minat Bakat Siswa SMA

Dalam Memilih Program Studi di Perguruan Tinggi Berbasis Web

Tugas Akhir di atas telah dinyatakan LULUS oleh Penguji Sidang Tugas Akhir Program Strata-1 Fakultas Ilmu Komputer Program Studi Sistem Informasi Universitas Esa Unggul.

Jakarta, Februari 2017 Disetujui oleh,

Ketua Penguji : Riya Widayanti, S.Kom, MMSI. _______________ Penguji I : Malabay, S.Kom, M.Kom. _______________ Penguji II : Indriani Noor Hapsari, S.T, M.T. _______________

Mengetahui,

Bambang Irawan, S.Kom, M.Kom. Koordinator Tugas Akhir

(5)

v Yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Vivi Septia Audia

NIM : 201381020

Program Studi : Teknik Informatika

Fakultas Ilmu Komputer - Universitas Esa Unggul Judul Tugas Akhir : Sistem Pendukung Keputusan Minat Bakat Siswa SMA

Dalam Memilih Program Studi di Perguruan Tinggi Berbasis Web

Menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir ini adalah murni hasil karya Saya dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Seluruh sumber yang menjadi rujukan dalam Tugas Akhir ini telah Saya cantumkan sesuai dengan kaidah akademik yang berlaku. Saya bersedia dikenakan sanksi pembatalan Laporan Tugas Akhir ini apabila terbukti melakukan tindakan plagiat.

Demikian pernyataan ini Saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, 22 Februari 2017 Penulis,

(Materai 6000)

( Vivi Septia Audia ) NIM: 2013-81-020

(6)

vi

memberikan rahmat serta nikmatnya, dan atas karunianya yang dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir yang diberi judul “Sistem Pendukung Keputusan Minat Bakat Siswa SMA Dalam Memilih Program Studi di Perguruan Tinggi Berbasis Web” dengan baik.

Adapun penyusunan Tugas Akhir ini dengan maksud dan tujuan untuk melengkapi salah satu syarat kelulusan pada Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Esa Unggul. Dalam usaha menyelesaikan Tugas Akhir ini, disadari sepenuhnya akan keterbatasan waktu, pengetahuan, dan biaya sehingga tanpa bantuan dan bimbingan dari semua pihak tidaklah mungkin berhasil dengan baik.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, bimbingan, dan kerja samanya dalam menyusun Tugas Akhir ini, karena tanpa dukungan mereka penyusunan Tugas Akhir ini tidak akan tercapai. Karena itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Arief Kusuma A.P, MBA selaku rektor Universitas Esa Unggul

2. Bapak Dr. Ir. Husni Setiawan Sastramihardja, M.T selaku Dekan Fakultas Ilmu Komputer.

3. Bapak Bambang Irawan S.Kom, M.Kom selaku Ka. Prodi Teknik Informatika dan seluruh Dosen serta Staff Fakultas Ilmu Komputer, yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya.

4. Bapak Drs. Holder Simorangkir M.Kom dan Ibu Riya Widayanti, S.Kom, M.Kom selaku Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II dalam Tugas Akhir ini yang telah berbaik hati memberikan waktu, arahan, dan bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan baik.

(7)

vii

doa kepada peneliti, sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir. 6. Teman dan Sahabat Baik Penulis: Kevin Aldiansyah, Asty Gustia

Haerudin, Windi Diah Eka Putri, Paramita Nirmalawati, Siti Afifah, Rizky Oktamara, Deni Suryana, Yoga Priowibowo, Taufik Soleh, Iksan Ramadhan, Iman Ramadhan, dan Sawali Wahyu. Terimakasih atas Semangat, Dukungan Dan Doanya, yang mengajarkan peneliti banyak hal untuk tidak pernah menyerah menghadapi sesuatu.

7. Teman-Teman perkumpulan seperjuangan peminatan Software Engineering, Gamedev, Team Fasilkom Learning Center 2013 dan Keluarga Besar Fakultas Ilmu Komputer Angkatan 2013. Terimakasih Atas Kebersamaan Dan Solidaritasnya Selama Ini, Semoga Sukses Selalu.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan pengetahuan bagi berbagai pihak yang membaca skripsi ini.

Jakarta, Januari 2017

Vivi Septia Audia (201381020)

(8)

viii

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan merancang sebuah sistem pendukung keputusan yang dapat menjadi acuan bagi siswa SMA dalam memilih program studi yang sesuai dengan kemampuannya. Penelitian ini menggunakan metode observasi dalam mengumpulkan data dan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam mengolah beberapa kriteria yakni tes minat dan tes bakat dari beberapa siswa yang akan melanjutkan studinya ke perguruan tinggi. Sistem yang dirancang menggunakan bahasa pemrograman PHP dan aplikasi MySQL dalam mengolah data. Data yang diolah terdiri dari lima tipe soal tes Differential Aptitude Test (DAT) berdasarkan kemampuan verbal, numerik, dan spasial.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pendukung keputusan yang dirancang dapat menghasilkan informasi prioritas program studi yang sesuai dengan kemampuan siswa sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pemilihan program studi di Perguruan Tinggi.

(9)

ix

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Identifikasi Masalah ... 3 1.3 Rumusan Masalah ... 4 1.4 Tujuan Penelitian ... 4 1.5 Manfaat Penelitian ... 5 1.6 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.2 Sistem………. ... 9

2.3 Sistem Pendukung Keputusan ... 9

2.3.1 Karakteristik dan Kapabilitas DSS ... 12

2.3.2 Tahapan Sistem Pendukung Keputusan... 15

2.3.3 Komponen Sistem Pendukung Keputusan ... 18

2.4 Minat. ………... 20

2.5 Bakat. ………. ... 23

(10)

x

2.5.4 Faktor yang Mempengaruhi Bakat ... 29

2.6 Differential Aptitude Test (DAT) ………. ... 30

2.7 Siswa SMA. ………. ... 34

2.7.1 Karakteristik Perkembangan Siswa SMA ... 35

2.8 Program Studi. ………. ... 41

2.9 Perguruan Tinggi. ………. ... 41

2.10 Web. ………... 43

2.11 Fuzzy Multi-Atrribute Decision Making. ………. ... 44

2.12 Analytical Hierarchy Process (AHP) ………. ... 45

2.13 Extreme Programming (XP) ………. ... 47

2.14 Unified Modelling Language (UML). ………. ... 51

2.15 Pohon Keputusan. ………. ... 54

BAB III GAMBARAN UMUM 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 56

3.2 Kerangka Berpikir ... 57

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 59

3.4 Pohon Keputusan ... 60

3.5 Analisis Masalah ... 61

3.5.1 Model Keputusan Menggunakan AHP ... 64

3.6 Analisis Kebutuhan ... 71

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Rencana Solusi Pemecahan Masalah ... 73

4.2 Proses Perencanaan (Planning) ... 74

4.2.1 Perencanaan Kebutuhan Sistem ... 74

(11)

xi

4.3.1.2 Use Case Diagram Admin ... 78

4.3.2 Class Diagram ... 79

4.3.3 Activity Diagram ... 80

4.3.3.1 Admin ... 80

4.3.3.2 Admin Edit Soal ... 81

4.3.3.3 Admin Hapus Soal ... 82

4.3.3.4 Admin Tambah Soal ... 83

4.3.3.5 Admin Hapus Data Siswa ... 84

4.3.3.6 Siswa Register... 85

4.3.3.7 Siswa Login ... 86

4.3.4 Sequence Diagram ... 87

4.3.4.1 Admin Login ... 87

4.3.4.2 Admin Edit Soal ... 87

4.3.4.3 Admin Hapus Soal ... 88

4.3.4.4 Admin Tambah Soal ... 88

4.3.4.5 Siswa Login ... 89

4.3.4.6 Siswa Melakukan Tes ... 89

4.3.5 Package Diagram ... 90

4.3.6 State Machine Diagram ... 90

4.3.6.1 Data Siswa ... 90 4.3.6.2 Hasil ... 91 4.3.6.3 Soal ... 91 4.3.7 Deployment Diagram ... 92 4.3.8 Communication Diagram... 93 4.3.8.1 Admin Login ... 93 4.3.8.2 Siswa Login ... 93 4.3.8.3 Siswa Sign Up ... 94

(12)

xii

4.3.9.1 Tampilan Interface Halaman Utama ... 95

4.3.9.2 Tampilan Interface Sign Up ... 96

4.3.9.3 Tampilan Interface Login ... 96

4.3.9.4 Tampilan Interface Soal Tes DAT ... 97

4.3.9.5 Tampilan Interface Hasil Tes ... 97

4.3.9.6 Tampilan Interface Admin ... 98

4.4 Proses Pengkodean (Coding) ... 98

4.5 Proses Pengujian (Testing) ... 98

4.5.1 Unit Testing ... 99

4.5.2 Integration Testing ... 100

4.6 Implementasi Sistem (Implementation) ... 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan… ... 109

5.2 Saran……….. ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 110 LAMPIRAN-LAMPIRAN

Halaman Identitas Penyusun ... L1 Surat Keterangan Penelitian……… ... L2

(13)

xiii

Gambar 2.1 Model Konseptual DSS ... 11

Gambar 2.2 Karakteristik dan Kapabilitas DSS ... 13

Gambar 2.3 Proses Pengambilan Keputusan ... 17

Gambar 2.4 Model Skema DSS ... 18

Gambar 2.5 Diagram Tes Bakat ... 24

Gambar 2.6 Struktur Hierarki AHP ... 45

Gambar 2.7 eXtreme Programming ... 48

Gambar 2.8 Diagram UML ... 53

Gambar 2.9 Contoh Pohon Keputusan ... 54

Gambar 2.10 Contoh Pohon Keputusan Perbandingan 3 Bilangan ... 55

Gambar 3.1 Waktu Penelitian ... 56

Gambar 3.2 Kerangka Berpikir ... 57

Gambar 3.3 Pohon Keputusan Pemilihan Program Studi... 61

Gambar 3.4 Flow Chart Proses Bisnis yang Berjalan ... 63

Gambar 4.1 Struktur Hierarki Kriteria Pemilihan Program Studi ... 73

Gambar 4.2 Use Case Diagram Siswa ... 77

Gambar 4.3 Use Case Diagram Admin ... 78

Gambar 4.4 Class Diagram ... 79

Gambar 4.5 Activity Diagram Admin Login ... 80

Gambar 4.6 Activity Diagram Admin Edit Soal ... 81

Gambar 4.7 Activity Diagram Admin Hapus Soal ... 82

Gambar 4.8 Activity Diagram Admin Tambah Soal ... 83

Gambar 4.9 Activity Diagram Admin Hapus Data Siswa ... 84

Gambar 4.10 Activity Diagram Siswa Register ... 85

Gambar 4.11 Activity Diagram Siswa Login ... 86

Gambar 4.12 Sequence Diagram Admin Login ... 87

(14)

xiv

Gambar 4.16 Sequence Diagram Siswa Login ... 89

Gambar 4.17 Sequence Diagram Siswa Melakukan Tes ... 89

Gambar 4.18 Package Diagram ... 90

Gambar 4.19 State Machine Diagram Data Siswa ... 90

Gambar 4.20 State Machine Diagram Hasil ... 91

Gambar 4.21 State Machine Diagram Soal... 91

Gambar 4.22 Deployment Diagram ... 92

Gambar 4.23 Communication Diagram Admin Login ... 93

Gambar 4.24 Communication Diagram Siswa Login ... 93

Gambar 4.25 Communication Diagram Siswa Sign Up ... 94

Gambar 4.26 Communication Diagram Siswa Tes ... 94

Gambar 4.27 Tampilan Interface Halaman Utama ... 95

Gambar 4.28 Tampilan Interface Sign Up ... 96

Gambar 4.29 Tampilan Interface Login ... 96

Gambar 4.30 Tampilan Interface Soal Tes DAT ... 97

Gambar 4.31 Tampilan Interface Hasil Tes ... 97

Gambar 4.32 Tampilan Interface Admin ... 98

Gambar 4.33 Tampilan Sistem Siswa Login ... 102

Gambar 4.34 Tampilan Sistem Siswa Sign Up ... 103

Gambar 4.35 Tampilan Sistem Siswa Halaman Utama ... 103

Gambar 4.36 Tampilan Sistem Siswa Soal Tes DAT ... 104

Gambar 4.37 Tampilan Sistem Siswa Hasil Tes ... 104

Gambar 4.38 Tampilan Sistem Siswa History ... 105

Gambar 4.39 Tampilan Sistem Admin Login ... 105

Gambar 4.40 Tampilan Sistem Admin Tampilan Utama ... 106

Gambar 4.41 Tampilan Sistem Admin Data Siswa ... 106

(15)
(16)

xvi

Tabel 2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

Tabel 2.2 Pengembangan Program BK ... 38

Tabel 3.1 Matriks Perbandingan Berpasangan ... 67

Tabel 3.2 Nilai Random Indeks RI... 68

Tabel 3.4 Matriks Perbandingan Antar Kriteria ... 69

Tabel 3.5 Matriks Perbandingan Kriteria yang Dinormalkan ... 69

Tabel 4.1 Perencanaan Kebutuhan Sistem ... 75

Tabel 4.2 Aktivitas yang Dikerjakan User Siswa ... 76

Tabel 4.3 Aktivitas yang Dikerjakan User Admin ... 78

Tabel 4.4 Unit Testing.. ... 99

(17)
(18)

1 1.1 Latar Belakang

Saat ini masih banyak siswa SMA yang bingung dan ragu untuk menentukan program studi di perguruan tinggi yang sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Biasanya untuk mengatasi masalah tersebut siswa hanya berkonsultasi secara langsung kepada guru wali kelas, Bimbingan Konseling (BK) atau dengan orangtua masing-masing yang dilakukan secara manual sehingga memakan waktu yang cukup lama. Selain itu pengambilan keputusan yang dilakukan secara manual oleh wali kelas atau guru BK dianggap kurang akurat karena bersifat subyektif.

Pengambilan keputusan yang tepat akan sangat berpengaruh pada masa depan siswa. Permasalahan pengambilan keputusan juga dialami oleh siswa yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih program studi yang sesuai. Kesalahan memilih program studi berdampak signifikan terhadap kehidupan siswa di masa mendatang. Contoh pengaruh keputusan siswa terhadap program studi yang ingin dipilih dalam perguruan tinggi yaitu, banyaknya program studi yang ditawarkan, kemauan orang tua, usul dari kerabat terdekat, dan masih banyak lagi.

Permasalahan yang sering muncul dalam menentukan minat bakat terhadap program studi yaitu proses penghitungannya membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak, juga hasil yang didapat kurang akurat karena bisa saja terjadi banyak kekeliruan dalam menentukan minat bakat. Dampaknya dari hasil yang keluar ada beberapa siswa merasa ketidakcocokan antara hasil program studi

(19)

2

masalah tersebut harus melakukan tes ulang minat dan bakat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam penelitian ini akan digunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP dikenal dengan istilah permasalah dengan beberapa kriteria dan alternatif yang memiliki skor. Metode AHP sesuai untuk proses pengambilan keputusan karena dapat menentukan skor untuk setiap kriteria-kriteria yang berbeda, kemudian dilanjutkan dengan proses seleksi alternatif terbaik. Kriteria di sini bukan berarti bahwa orang tersebut haruslah genius, pintar, bergelar doctor dan sebagainya tetapi lebih mengacu pada orang yang mengerti benar permasalahan yang diajukan, merasakan akibat suatu masalah atau punya kepentingan terhadap masalah tersebut

Tes minat bakat yang digunakan dengan menggunakan Differential Aptitude Test (DAT). DAT terdiri dari beberapa tes yaitu: Verbal Reasoning, Numerical Ability, Clerical Speed Accuracy, Language Usage, Abstract Reasoning, Mechanical Reasoning, dan Space Relation. Dalam hasil tes ini akan menunjukkan kemampuan siswa apakah verbal, numerik, ataupun spasial. Kemudian hasil keseluruhan tes akan dihitung dengan kriteria-kriteria yang ada dalam metode AHP. Sehingga hasil yang dimunculkan dalam sistem akan menampilkan kemampuan apa yang cenderung dimiliki siswa dalam bentuk presentase, lalu berdasarkan kemampuan tersebut siswa bisa menentukan program studi apa yang sesuai dengan minat bakat siswa. Dalam sistem pendukung keputusan ini digunakan berbasis web yang bisa diakses kapanpun dan dimanapun. Agar di sekolah, siswa bisa mengakses sistem lewat komputer milik sekolah. Selain itu keuntungan menggunakan web adalah multiplatform, artinya bisa

(20)

3

browser maka sistem akan berjalan dengan sempurna.

Berdasarkan pemikiran dari uraian di atas kedalam sebuah penelitian tugas akhir, diharapkan siswa harus terlebih dahulu mengetahui kemampuan yang ada pada dirinya. Oleh karena itu sistem ini dirancang untuk dapat membantu siswa dalam mendapatkan informasi dan mengetahui kemampuannya dalam memilih program studi di Perguruan Tinggi, sehingga dapat membantu pengambilan keputusan. Maka disusunlah Tugas Akhir ini dengan judul “SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MINAT BAKAT SISWA SMA DALAM MEMILIH PROGRAM STUDI DI PERGURUAN TINGGI BERBASIS WEB”.

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah yang akan dibahas pada penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana merancang SPK ke dalam bentuk metode AHP? 2. Bagaimana pemanfaatan metode AHP dalam membantu siswa

mengambil keputusan untuk memilih program studi di Perguruan Tinggi?

3. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang terdiri dari 6 tipe soal tes DAT yang menjadi kriteria dalam minat bakat siswa?

4. Bagaimana membangun sebuah user interface SPK berbasis web untuk memudahkan siswa dalam memilih program studi yang sesuai dengan minat bakat siswa?

(21)

4 adalah sebagai berikut:

1. Berisi informasi mengenai program studi minat bakat yang sesuai dengan siswa.

2. Sistem ini menggunakan metode AHP dalam mengambil menentuka bobot nilai dengan multikriteria yaitu kemampuan verbal, numerik, dan spasial.

3. Dalam penelitian ini tidak ada pengecualian dalam penjurusan di SMA baik jurusan IPA maupun IPS.

4. Model pengembangan yang akan digunakan adalah eXtreme Programming (XP).

5. Dalam pengembangan SPK, akan digunakan beberapa bahasa pemrograman, seperti CSS, JavaScript, PHP, dan MySQL. 6. Tidak membuat konten tes pertanyaan minat bakat sendiri. 7. Adanya kuisioner untuk mendapatkan informasi valid

mengenai permasalah siswa dalam memilih program studi di Perguruan Tinggi.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat membangun SPK dalam proses pemilihan program studi.

2. Mengusulkan pemecahan masalah SPK bagi siswa dalam menentukan program studi di Perguruan Tinggi.

3. Mengidentifikasi data dan informasi untuk mendukung basis pengetahuan yang digunakan dalam pengambilan keputusan.

(22)

5 program studi bagi siswa.

5. Merancang aplikasi SPK berbasis web. 1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Memberi kemudahan bagi siswa dalam menentukan program studi di Perguruan Tinggi

2. Memberi kemudahan dalam pemilihan program studi berdasarkan proses bobot kriterian kemampuan minat bakat siswa.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini, sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bagian yang berisi mengenai latar belakang penulisan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan peneltian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan yang diperlukan dalam menyusun laporan Tugas Akhir.

BAB II. LANDASAN TEORI

Pada bab ini dijelaskan tentang uraian teoritis mengenai pengertian-pengertian yang ada dalam judul penelitian, metode penyusunan data yang didapatkan serta mengenai bahasa-bahasa pemrograman yang digunakan dan kerangka pemikiran yang digunakan dalam penyusunan penelitian Tugas Akhir ini.

(23)

6

Pada bab ini penulis menguraikan tentang metodologi penelitian

yang digunakan dalam pembuatan sistem berdasarkan kerangka pemikiran. Proses bisnis yang terjadi dalam sistem, metode pengembangan yang digunakan, waktu dan proses pembuatan sistem.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan bagian yang berisi tentang hasil pengujian sistem yang telah dikembangkan berdasarkan kerangka pemikiran, pembuatan model, serta melakukan implementasi dan testing aplikasi.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan mengenai hasil rancangan sistem dan aplikasi yang telah dibuat serta disertai dengan saran yang diberikan oleh peneliti apabila aplikasi ini ingin dikembangkan lebih lanjut.

(24)

7

LANDASAN TEORI

2.1

Tinjauan Pustaka

Laporan tugas akhir ini dibuat berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan terhadap beberapa laporan sejenis. Dibawah ini tabel 2.1 yang menjelaskan hasil dari penelitian terdahulu sebagai berikut:

Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Model Pengembangan Sistem Hasil Penelitian Selfina Pare (2013) Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Program Studi Pada Perguruan Tinggi

Waterfall Penelitian ini menggunakan metode AHP untuk dapat mengambil keputusan dalam menyeleksi kriteria-kriteria dari nilai akademik, tes MIPA, dan tes bahasa Rizal Saiful Hamdhani dan Radiant Victor Imbar (2015) Sistem Informasi Pemilihan Mobil Bekas dengan Menggunakan DSS AHP Pada Showroom Yokima Motor Bandung Rapid Application Development (RAD) Aplikasi fitur pemilihan mobil menggunakan DSS AHP telah dibuat dengan kriteria-kriteria yang telah dibuat seperti kriteria dokumen, mesin, interior,

(25)

eksterior, dan tahun dan kriteria mobil tersebut telah diisi oleh bagian penilai mobil dari pihak showroom dan user atau customer hanya dapat mengisi perbandingan nilai kriteria Agnes Fidelia (2015) Membangun Sistem Penunjang Keputusan Untuk Menentukan Penerima Beasiswa Dengan Metode Simple Additive Weighting (SAW) eXtreme Programming (XP) Penelitian ini menggunakan metode SAW agar

user dapat

menyeleksi alternatif terbaik dari alternatif yang ada dalam proses penyeleksian penerima beasiswa berdasarkan kriteria yang ditentukan.

Berdasarkan tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa pembuatan sistem

pendukung keputusan minat bakatuntuk memilih program studi dengan

metode AHP dari berbagai studi kasus ditunjukan untuk memudahkan siswa dalam memilih program studi di Perguruan Tinggi.

2.2

Sistem

Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu

(26)

kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Penekanan pada elemen sistem mempunyai arti kumpulan dari elemen yang berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu (Dina Andayati, 2012). Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem merupakan sebuah prosedur untuk menyelesaikan suatu masalah yang menghasilkan interaksi dengan tujuan tertentu.

2.3 Sistem Pendukung Keputusan

Decision Support System atau sistem pendukung keputusan adalah sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan dalam memecahkan suatu masalah danmemberikan solusi suatu masalah tersebut. Decision Support System mampu memecahkan masalah denganmemberikan informasi atau usulan suatu keputusan, DSS dapat di definisikan sebagai sebuah sistem yang mendukungkerja seorang manajer dalam memberikan keputusan padasuatu masalah (Rizal Saiful Hamdani, et al., 2015).

DSS atau sistem pendukung keputusan sebagai sistemyang digunakan untuk mendukung dan membantu pihak manajemen melakukan pembuatan keputusan pada kondisisemi terstruktur dan tidak terstruktur, Pada dasarnya konsepDSS hanyalah sebatas pada kegiatan membantu untuk melakukan penilaian pada suatu keputusan masalah.Konsep DSS ditandai dengan sistem interaktif berbasis komputer yang membantu mengambil keputusan memanfaatkan data dan model keputusan untuk menyelesaikan masalah-masalah dan dirancang untukmenunjang seluruh tahapan pembuatan keputusan, yang dimulai dari tahapan identifikasi masalah, memilihdata yang relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pembuatan keputusan sampai pada

(27)

kegiatanmengevaluasi pemilihan alternatif (Rizal Saiful Hamdani, et al., 2015).

Sistem pendukung keputusan adalah sistem penghasil informasi yang ditujukan pada suatu masalah tertentu yang harus dipecahkan oleh manager dan dapat membantu manager dalam pengambilan keputusan. Sistem pendukung keputusan merupakan bagian tak terpisahkan dari totalitas sistem organisasi keseluruhan. Suatu sistem organisasi mencakup sistem fisik, sistem keputusan dan sistem informasi (Sri Eniyati, 2011).

Pembuatan keputusan merupakan fungsi utama seorang manajer atau administrasi. Kegiatan pembuatan keputusan yaitu

meliputi pengidentifikasian masalah. Pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi dari alternatif-alternatif tersebut dan pemilihan alternatif keputusan yang terbaik. Dengan peningkatan kemampuan manajer dalam pembuatan keputusan diharapkan dapat meningkatkan kualitas kerja dan efisiensiwaktu dalam menentukan keputusan (Rizal Saiful Hamdani, et al., 2015).

Kompleksitas sistem secara fisik menuntut adanya sistem keputusan yang komplek pula. Ciri utama dari sistem pendukung keputusan adalah kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang tidak terstruktur. Pada dasarnya sistem pendukung keputusan merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem manajemen terkomputerisasi yang dirancang sedemikian rupa sehingga bersifat interaktif dengan pemakainya. Sifat interaktif ini dimaksudkan untuk memudahkan integrasi antara berbagai komponen dalam proses pengambilan keputusan seperti prosedur, kebijakan, teknis, analisis, serta pengalaman dan wawasan manajerial guna membentuk suatu kerangka keputusan yang bersifat fleksibel (Sri Eniyati, 2011).

(28)

Gambar 2.1 Model Konseptual DSS Sumber: Selfina Pare, 2013

Bertolak dari pemikiran di atas, maka kelancaran fisik sangat dipengaruhi oleh mekanisme pengaturan yang dijalani. Rangkaian pengaturan sistem fisik ini distrukturkan dalam sistem manajemen yang tidak lain merupakan sistem yang menghasilkan keputusan yang diperlukan guna menjamin kelancaran sistem fisik. Oleh karena sistem manajemen ini menghasilkan sejumlah keputusan, maka sering pula sistem manajemen disebut sistem keputusan (Sri Eniyati, 2011).

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa DSS merupakan kemampuan sistem untuk menarik kesimpulan dan memberikan usulan keputusan berupa solusi dalam memecahkan masalah-masalah yang ada.

2.3.1 Karakteristik dan Kapabilitas DSS

Karakteristik utama dari DSS termasuk kemampuan pemodelan. Cara dasar untuk memulai analisis DSS adalah dengan

(29)

menggunakan model. Model dapat merepresentasikan sistem atau masalah dengan berbagai tingkatan abstraksi. Model ini diklasifikasikan menjadi tiga jenis berdasarkan tingkat abstraksi, antara lain (Rizal Saiful Hamdhani, et al., 2015):

1. Model Iconic (Scale)

Model iconic adalah tipe model yang paling rendah dan pada model ini adalah merupakan replika fisik dari sebuah sistem, biasanya pada skala yang berbeda dari aslinya, Model iconic bisa berupa tiga dimensi atau dua dimensi (Rizal Saiful Hamdhani, et al., 2015).

2. Model Analog

Model analog bertindak seperti sistem yang nyata namun tidak mirip. Model ini lebih abstrak dibanding model iconic

dan merupakan representasi simbolis dari realitas. Model dengan tipe ini biasanya bagan atau diagram dua dimensi (Rizal Saiful Hamdhani, et al., 2015).

3. Model Matematika

Kompleksitas hubungan di banyak sistem organisasi tidak dapat direpresentasikan dengan icon atau secara analogi karena representasi tersebut akan segera membingungkan, dan akan makan banyak waktu jika menggunakan kedua hal tersebut. Dengan demikian, model yang lebih abstrak dijelaskan secara matematika. Sebagian besar analisis DSS dilakukan secara numerik dengan model matematika (Rizal Saiful Hamdhani, et al., 2015).

(30)

Gambar 2.2 Karakterisitik dan Kapabilitas DSS Sumber: Rizal Saiful Hamdhani, et al., 2015

Gambar di atas merupakan gambaran mengenai karakteristik dan kapabilitas DSS, dan untuk penjelasannya sebagai berikut (Rizal Saiful Hamdhani, et al., 2015):

1. Dukungan untuk DSS, terutama pada situasi semi terstruktur atau tidak terstruktur, dengan menyertakan penilaian manusia dan informasi terkomputerisasi. Masalah-masalah tersebut tidak dapat dipecahkan dengan sistem komputer lain.

(31)

3. Dukungan untuk individu dan kelompok. Masalah yang kurang terstruktur sering memerlukan keterlibatan individu dari departemen dan tingkat organisasi yang berbeda atau bahkan dari organisasi lain.

4. Dukungan untuk keputusan independen dan sekuensial. Keputusan ini dapat dibuat satu atau beberapa kali bisa juga berulang dalam interval waktu yang sama.

5. Dukungan di semua fase proses pengambilan keputusan seperti fase inteligensi, desain, pilihan, dan implementasi.

6. Dukungan di berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan.

7. Adaptasi dalam pengambil keputusan seharusnya reaktif, dan dapat menghadapi perubahan kondisi secara cepat, dan dapat mengadaptasikan DSS untuk memenuhi perubahan tersebut. DSS bersifatfleksibel karena dapat mengubah dan menghapus, serta menggambungkan dan menyusun kembali elemen-elemen dasar.

8. User dapat dengan menggunakan aplikasinya karena mudah digunakan sehingga buat user yang kurang paham akan komputer juga dapat menggunakan aplikasi dss, dan biasanya aplikasi dss ini berbasis web.

(32)

9. Peningkatan terhadap efektifitas pengambilan keputusan seperti akurasi dan waktu.

10. Kontrol penuh oleh pengambil keputusan terhadap semua langkah dalam proses pengambilan keputusan untukmemecahkan suatu masalah.

11. Pengguna akhir dapat mengembangkan dan memodifikasi sendiri sistem sederhana.

12. Biasanya model-model digunakan untuk

menganalisis situasi pengambilan keputusan. Kapabilitas pemodelan memungkinkan eksperimen dengan berbagai strategi yang berbeda di bawah konfigurasi yang berbeda.

13. Akses disediakan untuk berbagai sumber data, format, dan tipe, mulai dari sistem informasi geografis sampai sistem berorientasi objek.

14. Dapat dilakukan sebagai alat stand alone yang digunakan oleh seorang pengambil keputusan pada satu lokasi atau didistribusikan di seluruh organisasi dan di beberapa organisasi-organisasi sepanjang rantai persediaan. Dapat diintegrasikan dengan dss lainatau aplikasi lain.

2.3.2 Tahapan Sistem Pendukung Keputusan

Untuk menghasilkan keputusan yang baik ada beberapa tahapan proses yang harus dilalui dalam pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan melalui beberapa tahap berikut (Sri Eniyati, 2011):

(33)

1. Tahap Penelusuran (Intelligence)

Tahap ini pengambil keputusan mempelajari kenyataan yang terjadi, sehingga kita bisa mengidentifikasi masalah yang terjadi biasanya dilakukan analisis dari sistem ke subsistem pembentuknya sehingga didapatkan keluaran berupa dokumen pernyataan masalah (Sri Eniyati, 2011). Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendektesian dari lingkup problematika serta penanganan masalah (Putranda Cahyaning, 2014).

2. Tahap Desain (Design)

Dalam tahap ini pengambil keputusan menemukan, mengambangkan dan menganalisis semua pemecahan yang mungkin yaitu melalui pembuatan model yang bisa mewakili kondisi nyata masalah (Sri Eniyati, 2011). Dari tahapan ini didapatkan keluaran berupa dokumen alternatif solusi dan proses untuk mengerti masalah, mencari solusi, dan menguji kelayakan solusi (Putranda Cahyaning, 2014).

3. Tahap Pemilihan (Choice)

Dalam tahap ini pengambil keputusan memilih salah satu alternatif pemecahan yang dibuat pada tahap desain yang dipandang sebagai aksi yang paling tepat untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Dari tahap ini didapatkan dokumen solusi-solusi dan rencana implementasinya (Sri Eniyati, 2011).

Hasil pemilihan tersebut kemudian dapat diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan (Putranda Cahyaning, 2014).

4. Tahap Implementasi (Implementation)

Pengambil keputusan menjalankan rangkaian aksi pemecahan yang dipilih ditahap choice. Implementasi

(34)

yang sukses ditandai dengan terjawabnya masalah yang dihadapi, sementara kegagalan ditandai masih adanya masalah yang sedang dicoba untuk di atasi. Dari tahap ini didapatkan laporan pelaksanaan solusi dan hasilnya (Sri Eniyati, 2011).

Gambar 2.3 Proses Pengambilan Keputusan

Sumber: Rizal Saiful Hamdhani, et al., 2015

2.3.3 Komponen Sistem Pendukung Keputusan

Secara umum Sistem Pendukung Keputusan dibangun oleh tiga komponen besar yaitu database Management, Model Base dan

(35)

Software System/User Interface. Komponen SPK tersebut dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini (Rizal Syaiful Hamdani, et al., 2015):

Gambar 2.4 Model Skema DSS

Sumber: Rizal Saiful Hamdhani, et al., 2015

1. Data Management

Merupakan subsistem data yang terorganisasi dalam suatu basis data. Data yang merupakan suatu sistem pendukung keputusan dapat berasal dari luar maupun dalam lingkungan. Untuk keperluan SPK, diperlukan data yang relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan melalui simulasi (Rizal Syaiful Hamdani, et al., 2015).

2. Model Base

Merupakan suatu model yang merepresentasikan

(36)

matematika sebagai contohnya) sebagai dasar simulasi atau pengambilan keputusan, termasuk didalamnya tujuan dari permaslahan (objektif), komponen-komponen terkait, batasan-batasan yang ada (constraints), dan hal-hal terkait lainnya. Model Base memungkinkan pengambil keputusan menganalisa secara utuh dengan mengembangkan dan membandingkan solusi alternatif (Rizal Syaiful Hamdani, et al., 2015).

3. Knowledge Based Subsystem

Penggunaan sistem basis pengetahuan (knowledge-base) juga dirancang untuk aksi pemandu cerdas seorang ahli pemandu cerdas dirancang dengan teknolologi sistem pakar karena memberikan banyak keuntungan terhadap

pengembangnya. Semakin banyak knowledge yang

ditambahkan untuk pemandu cerdas maka sistem tersebut akan semakin baik dalam bertindak sehingga semakin menyerupai pakar sebenarnya (Rizal Syaiful Hamdani, et al., 2015).

4. User Interface atau Pengelolaan Dialog

Terkadang disebut sebagai subsistem dalam dialog,

merupakan penggabungan antara dua komponen

sebelumnya yaitu Database Management dan Model Base

yang disatukan dalam komponen ketiga (user interface), setelah sebelumnya dipresentasikan dalam bentuk model yang dimengerti computer. User Interface menampilkan keluaran sistem bagi pemakai dan menerima masukan dari pemakai kedalam Sistem Pendukung Keputusan (Rizal Syaiful Hamdani, et al., 2015).

(37)

2.4 Minat

Minat adalah ketertarikan seseorang terhadap objek tertentu. Berbeda dengan inteligensi dan bakat, determinan perkembangan minat adalah faktor lingkungan. Akibatnya, minat cenderung berubah-ubah sesuai dengan tuntutan lingkungan, kecuali jika individu sudah memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan diri pada objek yang diminatinya (Mamat Supriatna et.al, 2014).

Minat berperan penting untuk mengarahkan pilihan karier seseorang. Jika terjadi komplikasi pada minat, individu cenderung kesulitan dan ragu dalam mengambil keputusan karier. Jika keputusan karier diawali dengan keraguan, perjalanan karier individu cenderung mengalami masalah. Oleh karena itu untuk mendapatkan keputusan karier yang tepat asesmen terhadap minat sangat penting (Mamat Supriatna et.al, 2014).

Minat seseorang dapat dikatahui melalui tes minat. Misalnya melalui tes minat yang dikembangkan oleh Kuder (Dillard, 1992 : 6), yang kemudian dikembangkan oleh Laboratorium PPB FIP UPI dengan nama

Skala Minat Pekerjaan. Melalui tes ini dapat diketahui beberapa area minat kerja seseorang, yakni sebagai berikut ini (Mamat Supriatna et.al, 2014): 1. Outdoor 2. Mechanical 3. Computative Scientific 4. Persuasive 5. Artistic 6. Literary 7. Musical

(38)

Pada umumnya hasil tes minat digunakan dalam 4 bidang terapan yaitu konseling karier bagi siswa sekolah lanjutan, konseling pekerjaan bagi karyawan, penjurusan siswa sekolah lanjutan atau mahasiswa dan perencanaan bacaan dalam pendidikan dan latihan, yaitu sebagai berikut (Nuraeni, 2012):

1. Konseling karier

Hasil tes minat digunakan dalam konseling karier untuk siswasiswa sekolah, khususnya SMA pada tahun-tahun pertama mereka menginjakkan kaki di bangku sekolah. Walaupun demikian hasil tes minat dapat juga digunakan untuk siswa sekolah kejuruan yang merencanakan untuk segera bekerja setelah lulus. Selain itu konseling karier dapat digunakan bagi orang-orang putus sekolah lanjutan yang sedang mencari pekerjaan yang cocok bagi mereka dalam waktu dekat. Kegunaan hasil tes minat bagi siswa SMA adalah untuk menun jukkan bidang pekerjaan secara umum dan luas agar mereka segera mempersempit berbagai alternative bidang pekerjaan dan memfokuskan diri pada beberapa bidang yang jelas (Nuraeni, 2012).

2. Konseling pekerjaan

Hasil tes minat digunakan dalam konseling pekerjaan untuk karyawan-karyawan yang telah bekerja dalam perusahaan atau bidang pekerjaan yang lain. Dalam hal ini fungsi tes minat adalah untuk mencek konsistensi antara tugas pekerjaan yang telah dijalani dengan pilihan pekerjaan yang disukai. Selain itu tes minat dapat digunakan dalam rangka peningkatan efisiensi perusahaan dan kepuasan kerja karyawan (Nuraeni, 2012).

3. Penjurusan siswa

Pada prinsipnya penjurusan siswa di sekolah lanjutan merupakan penempatan siswa pada jurusan-jurusan atau

(39)

program-program studi yang tersedia. Jika jurusan atau program studi terbatas, misal 2 sampai 3 saja, maka sebaiknya kita tidak menggunakan tes minat yang mengukur minat seseorang secara luas. Lebih tepat jika kita hanya menggunakan suatu tes minat yang sesuai dengan jurusan atau program studi yang ada (Nuraeni, 2012).

4. Perencanaan bacaan pendidikan

Buku-buku bacaan di sekolah–sekolah (SD, SMP, SMA) dan perguruan tinggi kadang-kadang tidak disukai oleh para siswa dan mahasiswa karena dipandang tidak relevan atau tidak sesuai dengan bidang minatnya. Dalam sistem pendidikan klasikal tes minat dapat dimanfaatkan untuk mengetahui materi bacaan yang tepat bagi siswa agar prestasi mereka juga meningkat. Tes minat berfungsi untuk memilih jenis-jenis bacaan yang disukai oleh mayoritas siswa (Nuraeni, 2012). Macam-macam tes minat : SVIB (Strong Vocational Interest Blank), SCII (Strong Campbell Interest Inventory), KOIS (Kuder Occupational Interest Survey), MVII (Minnesota Vocational Interest Inventory) seperti SVIB, CAI (Career Assessment Inventory) seperti SCII . Pada SVIB edisi tahun 1966 terdapat 399 item yang mengukur 54 macam pekerjaan untuk pria. Bentuk yang lain digunakan khusus untuk 32 macam pekerjaan untuk wanita. SCII terdiri dari 437 macam pekerjaan, terdapat 6 faktor kepribadian yang berkaitan dengan minat yaitu realistic, investigative, artistic, social, interprising, konvensional (Nuraeni, 2012).

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat merupakan sebuah ketertarikan yang dimiliki masing-masing individu. Individu juga bisa mengubah minat terhadap ketertarikan akan suatu hal tergantung kondisi di lingkungan sekitar individu tersebut.

(40)

2.5 Bakat

Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Perbedaan itu terletak pada jenis bakat, yang satu berbakat musik, yang lain berbakat mengoperasikan angka-angka, dan yang lain lagi berbakat teknik. Selain itu, perbedaannya terletak pula pada derajat atau tingkat pemilikan bakat tertentu (Mamat Supriatna, et al., 2014).

Bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan yang berpotensi untuk dikembangkan atau dilatih. Ia menegaskan juga bahwa bakat merupakan kemampuan yang inherent (telah ada dan menyatu) dalam diri seseorang sejak lahir dan terkait dengan struktur otak. Kemampuan itu biasanya dikaitkan dengan tingkat intelegensi seseorang yang mencakupi pengertian hasil perkembangan semua fungsi otak, terutama apabila kedua belahan otak kanan ataupun kiri berkembang seimbang dan optimal (Mamat Supriatna, et al., 2014).

Seseorang dapat diketahui dan ditentukan bakatnya melalui tes, yang disebut tes bakat. Tes bakat dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu tes bakat umum dan tes bakat khusus. Tes bakat umum dirancang untuk mengungkap bakat dalam jangkauan yang lebih luas, terutama kaitannya dengan tugas-tugas atau pekerjaan sekolah. Tes bakat khusus antara lain tes bakat musik, bakat seni, bakat mekanika, dan bakat klerikal. Jenis tes bakat yang sering digunakan sampai saat ini adalah Defferential Aptitude Tes (DAT), tes bakat pembedaan. Dengan tes ini seseorang dapat diketahui bakatnya, misalnya bakat seni, bakat berbahasa, dan bakat eksak (Mamat Supriatna, et al., 2014).

Tes bakat ini biasa dilakukan oleh psikolog dan konselor, seperti pada tes intelegensi. Namun guru secara kasar atau sederhana, juga bisa menentukan siswa yang berbakat, dengan cara menganalisis prestasi belajarnya melalui penilaian portofolio. Dengan portofolio dapat diketahui nilai-nilai pelajaran yang paling baik. Umpamanya, nilai terbaik pada pelajaran matematika, maka siswa tersebut bisa ditentukan secara

(41)

sementara memiliki bakat matematika atau eksak. Agar penilaian itu lebih akurat siswa harus di tes dengan tes bakat DAT atau jenis tes lainnya (Mamat Supriatna, et al., 2014).

Gambar 2.5 Diagram Tes Bakat

Sumber: Nuraeni, 2012

Kata ‘bakat’ pada kehidupan sehari-hari sering di dengar, tapi ketika ada orang lain menanyakan definisi atau pengertian bakat, kita kadang hanya bisa menjawab bahwa bakat itu ya bakat, minat atau kesukaan dan hobi. Dengan jawaban itu kadang orang yang bertanya hanya bisa manggut-manggut mengiyakan tentang arti atau definisi tersebut. Kenyataan membuktikan bahwa bakat dapat didefinikan sebagai kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh semua orang yang ada di dunia ini (Nuraeni, 2012).

Konsep bakat muncul karena ketidakpuasan terhadap tes inteligensi yang menghasilkan skor tunggal yaitu IQ. Semula IQ inilah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam perencanaan di berbagai bidang. Namun IQ tidak dapat memberikan banyak informasi, jika ada dua orang mempunyai IQ yang sama, tetapi prestasi belajar atau prestasi kerjanya berbeda. Perlu diketahui tes inteligensi tidak memberikan rekomendasi untuk melakukan analisis kemampuan secara

(42)

diferensial. Oleh karena itu para ahli yang melakukan analisis diferensial tes inteligensi diragukan validitasnya (Nuraeni, 2012).

Istilah bahasa Inggris bakat disebut talent. Bakat adalah suatu konsistensi karakteristik yang menunjukkan kapasitas seseorang untuk mengetahui, menguasai pengetahuan khusus dengan latihan. Contoh kemampuan berbahasa inggris, kemampuan musikal. Bakat adalah memperkenalkan suatu kondisi di mana menunjukkan potensi seseorang untuk menunjukkan kecakapannya dalam bidang tertentu. Perwujudan potensi ini biasanya bergantung pada kemam puan belajar indidividu dalam bidang tertentu, motivasi dan kesempatan-kesempatannya untuk memanfaatkan kemampuan ini. Definisi bakat yang ditegakkan dalam koridor gugus utama umumnya mengacu pada dua pemahaman. Bakat adalah bawaan, given from God, dan bakat adalah sesuatu yang dilatih. Yakin dan percayalah bahwa setiap insan di muka bumi ini telah memiliki bakat berupa anugerah dari Sang Maha Kuasa (Nuraeni, 2012).

Bakat seseorang dapat diukur dengan tes bakat. Tes bakat adalah tes yang dirancang untuk mengukur kemampuan potensial seseorang dalam suatu jenis aktivitas dispesialisasikan dan dalam rentangan tertentu. Tes bakat adalah tes kemampuan khusus disebut juga tes perbedaan individual, tes yang terpisah (separated test). Karena bakat menunjukkan keunggulan atau keistimewaan kemampuan khusus tadi, maka tes bakat dapat juga disebut tes batas kemampuan (power ability test) atau disebut

differential aptitude test. Faktor-faktor yang diungkap oleh tes bakat yaitu (Nuraeni, 2012):

1. Kemampuan verbal, adalah kemampuan memahami dan

mengguna kan bahasa baik secara lisan atau tulisan.

2. Kemampuan numerical, adalah kemampuan ketepatan dan

ketelitian memecahkan problem aritmatik/konsep dasar berhitung.

(43)

3. Kemampuan spatial, adalah kemampuan merancang suatu benda secara tepat.

4. Kemampuan perceptual, adalah kemampuan mengamati dan

memahami gambar dua dimensi menjadi bentuk tiga dimensi.

5. Kemampuan reasoning, adalah kemampuan memecahkan suatu

masalah.

6. Kemampuan mekanik, adalah kemampuan memahami dua

konsep mekanik dan fisika.

7. Kemampuan memory, adalah kemampuan mengingat.

8. Kemampuan clerical, adalah kemampuan bekerja di bidang administrasi.

9. Kreativitas, adalah kemampuan menghasilkan sesuatu yang baru dan menunjukkan hal yang tidak biasa atau istimewa. 10. Kecepatan kerja, adalah kemampuan bekerja secara cepat

terutama untuk pekerjan yang rutin.

11. Ketelitian kerja, adalah kemampuan bekerja secara teliti. 12. Ketahanan kerja, adalah kemampuan bekerja secara konsisten.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bakat merupakan sebuah potensi berbeda yang dimiliki setiap individu yang dapat dilatih atau dikembangkan.

2.5.1 Tujuan Mengetahui Bakat

Tujuan mengetahui bakat adalah untuk dapat melakukan diagnosis dan prediksi. Tujuan mengetahui bakat yang pertama adalah untuk melakukan diagnosis, dengan mengetahui bakat seseorang maka akan dipahami potensi yang ada pada diri seseorang. Dengan demikian dapat membantu untuk menganalisis permasalahan yang dihadapi di masa kini secara lebih cermat. Permasalahan itu baik dalam pendidikan, klinis maupun industri. Dengan bantuan tes bakat ini maka diharapkan psikolog dapat

(44)

memberikan suatu treatment yang tepat bagi kliennya (Nuraeni, 2012).

Tujuan mengetahui bakat yang kedua untuk prediksi, yaitu untuk memprediksi kemungkinan kesuksesan atau kegagalan sese orang dalam bidang tertentu di masa depan. Prediksi meliputi seleksi, penempatan, dan klasifikasi. Pada dasarnya prediksi adalah mempertemukan potensi seseorang dengan persyaratan yang dituntut oleh suatu lembaga (Nuraeni, 2012).

2.5.2 Ciri-Ciri Orang Yang Berbakat

Renzulli dan kawan-kawan (1981) dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa yang menentukan bakat seseorang pada pokoknya merujuk pada tiga kelompok ciri-ciri yakni (Nuraeni, 2012):

1. Kemampuan di atas rata-rata yaitu kemampuan itu harus cukup diimbangi dengan tugas dan tanggung jawab terhadap tugas.

2. Kreativitas ialah suatu kemampuan untuk memberikan

gagasangagasan baru dan menerapkannya dalam

pemecahan masalah.

3. Tanggung jawab atau mengikat diri terhadap tugas yaitu menunjukan adanya semangat dan motivasi untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas.

Jika selama ini banyak orang beranggapan bahwa bakat hanya ditentukan oleh kemampuan di atas rata-rata atau kecerdasan tinggi ternyata tidak menunjukan demikian akan tetapi adanya kreativitas pada diri anak itu sendiri untuk berusaha mencoba mengekspresikan suatu karya serta didorong dengan

(45)

semangat dan motivasi akan dapat menyelesaikan apa yang telah dimulai (Nuraeni, 2012).

2.5.3 Jenis-jenis Bakat

Nusyiwan (2008) menggolongkan jenis-jenis bakat ini berdasarkan fungsi atau aspek jiwa raga yang terlihat dalam berbagai macam prestasi dan berdasarkan sifat prestasi bakat (Nuraeni, 2012):

1. Berdasarkan fungsi atau aspek jiwa raga yang terlihat dalam berbagai macam prestasi, jenis bakat digolongkan menjadi sebagai berikut (Nuraeni, 2012):

a. Bakat yang lebih berdasarkan psikofisik. Bakat jenis ini adalah kemampuan yang berakar pada jasmaniah sebagai dasar dan fundamen bakat, seperti kemam puan pengindraan, ketangkasan (Nuraeni, 2012).

b. Bakat Kejiwaan yang bersifat umum. Bakat jenis ini ialah kemampuan ingatan daya khayal atau imajinasi dan intelegensi (Nuraeni, 2012).

c. Bakat-bakat kejiwaan yang khas dan majemuk.

Bakat khas adalah bakat yang sejak awal sudah ada dan terarah pada suatu lapangan yang terbatas seperti bakat bahasa, bakat melukis, bakat musik, dan lain-lain. Adapun bakat majemuk berkembang lambat laun dari bakat produktif kearah yang sangat bergantung dari keadaan didalam dan diluar

individu seperti bakat hukum, pendidik,

psikolog, bakat ekonomi, dan lain-lain (Nuraeni, 2012).

(46)

d. Bakat yang lebih berdasarkan pada alam perasaan dan kemauan. Bakat ini berhubungan erat dengn watak, seperti ke mampuan untuk mengadakan kontak sosial, kemampuan mengasihi, kemampuan merasakan atau menghayati perasaan orag lain (Nuraeni, 2012).

2. Berdasarkan sifat prestasinya bakat dapat digolongkan, sebagai berikut (Nuraeni, 2012):

a. Bakat reproduktif

Kemampuan untuk memproduksi hasil pekerjaan orang lain dan menguraikan kembali dengan tepat pengalaman-pengalaman sendiri.

b. Bakat aplikatif

Kemampuan memiliki, mengamalkan, mengubah, dan menerangkan, pendapat, buah pikiran, dan metode yang berasal dari orang lain.

c. Bakat interpretatif

Bakat menerangkan dan menangkap hasil

pekerjaan orang lain,sehingga disamping sesuai dengan maksud penciptaannya.

d. Bakat produktif

Kemampuan menciptakan hal-hal baru berupa sumbangan-sumbangan dalam ilmu pengetahuan, pembangunan dan kehidupan lain yang berharga.

2.5.4 Faktor Yang Mempengaruhi Bakat

Faktor-faktor yang mempengaruhi bakat ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Nuraeni, 2012).

(47)

1. Faktor internal, yang meliputi faktor kematangan fisik atau kedewasaan biologis. Kematangan juga terjadi dalam segi mental psikologisnya, artinya bahwa makin orang dapat mencapai kematanganfisik dan mental maka bakatnya juga akan mengalami perkembangan (Nuraeni, 2012).

2. Faktor eksternal, yang meliputi lingkungan dan

pengalaman. Lingkungan yang baik akan menunjukkan perkembangan bakatbakat yang ada pada individu yang bersangkutan (Nuraeni, 2012).

2.6

Differential Aptitude Test

(DAT)

Seri test multiple bakat Differential Aptitude Test (DAT), yang dalam Bahasa Indonesia dapat dipakai istilah Tes Perbedaan Bakat, merupakan salah satu seri tes multiple bakat yang paling banyak dipakai dalam bidang pendidikan dan kerja. DAT pertama kali terbit tahun 1947, dan telah direvisi pada tahun 1963. Penyusun DAT adalah G. Bennett, H.G.Seashore, dan A.G.Wesman dari USA (Nuraeni, 2012).

DAT termasuk Kelompok Battery Test yaitu tes bakat yang terdiri dari rangkaian bermacam-macam tes yang masing-masing tes dapat berdiri sendiri, artinya tidak harus digunakan secara keseluruhan (Diah Widiawati, 2014).

DAT memakai teori kelompok faktor kecerdasan model PMA atau Kemampuan Mental (KMP) dari Thurstone. Adapun maksud dan tujuan DAT antara lain (Nuraeni, 2012):

1. Sebagai sarana akademik untuk mendapatkan prosedur peni laian yang ilmiah, terintegrasi, dan standart bagi murid–murid. 2. Dirancang untuk pendidikan dan vokasional (peker jaan).

(48)

3. Dapat dipakai dalam bidang industri untuk penempatan karyawan dan promosi jabatan selanjutnya (perkembangan pembinaan karyawan pabrik).

DAT terdiri dari 8 tes, masing-masing berdiri sendiri, sehingga dapat digunakan secara terpisah, untuk seleksi dalam bidang industri pada jenis pekerjaan tertentu. Kemungkinan hanya membutuhkan beberapa tes saja dari baterai tes ini. Dalam bidang pendidikan akan lebih baik jika semua tes digunakan secara bersamaan ke delapan tes tersebut jika dikelompokkan maka akan terdiri dari 2 kelompok besar, yaitu (Nuraeni, 2012):

1. Kelompok Tes Verbal, meliputi: Verbal Reasoning, Numerical

Ability, Clerical Speed Accuracy, Language Usage.

2. Kelompok Tes Non Verbal, meliputi: Abstract Reasoning,

Mechanical Reasoning, Space Relation.

Adapun deskripsi ke-delapan sub-sub tes DAT tersebut adalah sebagai berikut (Nuraeni, 2012):

1. Verbal Reasoning (VR) atau Test Penalaran Verbal.

Dirancang untuk mengukur kemampuan berpikir abstrak, generalisasi, dan konstruktif memahami konsep verbal. Perbendaharaan kata yang digunakan dalam test ini meliputi perbendaharaan kata yang biasa digunakan dalam berbagai bidang, diantaranya sejarah, geografi, sastra, dan sains. Materi test ini berupa analogi sederhana, yang biasa digunakan dalam test intelegensi umum, walaupun analogi sederhana ini telah mendasarkan pada asosiasi daripada berpikir. Hasil pengukuran test VR ini diharapkan untuk prediksi kesuksesan dalam bidang

(49)

yang mementingkan pemahaman konsep verbal (Nuraeni, 2012).

2. Numerical Ability (NA) atau Kemampuan Aritmatik.

Dirancang untuk mengukur kemampuan memahami

hubungan numerik dan memecahkan masalah yang

berhubungan dengan konsep numerik. Test ini lebih mengukur kemampuan komputasi daripada penalaran numerik. Tes ini sangat penting untuk prediksi dalam bidang matematika, fisika, kimia, teknik, dan bidang lain yang membutuhkan kemampuan berpikir secara kuantitatif. Prediksi dalam bidang pekerjaan seperti akuntansi, statistik, dan asisten laboratorium (Nuraeni, 2012).

3. Abstract Reasoning (AR) atau Penalaran Abstrak

Dirancang untuk mengukur penalaran non verbal. Dalam setiap butir test ini menuntut pemahaman logis tentang prinsip–prinsip yang digunakan untuk mengubah diagram dan kemampuan membedakan perbedaan yang kecil pada garis, daerah, maupun bentuk. AR merupakan suplemen VR + NA, guna estimasi intelegensi. AR digunakan untuk prediksi dalam bidang pendidikan dan profesi yang menuntut pemahaman relasi antara benda atau objek. Skor AR dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk memahami penalaran seseorang jika seseorang mengalami kesukaran bahasa dan mendapatkan skor rendah pada test VR (Nuraeni, 2012).

4. Relation (SR) atau Hubungan Spasial atau ruang

Mengukur kemampuan visualisasi terhadap konstruksi objek tiga dimensi yang dibangun dari pola dua dimensi dan kemampuan membayangkan berbagai cara yang digunakan untuk memutar objek tersebut sehingga mempunyai bangunan

(50)

seperti yang tampak dalam gambar. Tes ini dirancang untuk memprediksi kesuksesan dalam bidang perencanaan tata ruang, desainer, arsitektur, seni, dan dekorasi (Nuraeni, 2012).

5. Mechanical Reasoning (MR) atau Penalaran Mekanikal Tes ini merupakan bentuk baru dari tes bakat Spatial Mechanical Comprehension. Setiap butir dari tes ini menyajikan gambar situasi mekanik disertai pertanyaan dalam kata–kata sederhana. Tes ini mengukur pemahaman prinsip–prinsip mekanik dan fisika dalam situasi familiar. Skor tes ini akan dipengaruhi oleh pengalaman individu, walaupun hanya meningkatkan beberapa point saja. Hasil ini digunakan untuk prediksi kesuksesan dalam belajar dan pekerjaan yang menuntut pemahaman prinsip-prinsip umum dari fisika. Prediksi dalam pekerjaan seperti bidang mekanik, perakitan, pertukangan kayu. Perlu diketahui testee yang mendapat skor tinggi pada tes ini akan dengan mudah mempelajari prinsip-prinsip kerja dan reparasi alat yang bersifat kompleks (Nuraeni, 2012).

6. Clerical Speed Accuracy (CSA)

Tes ini dirancang untuk mengukur kecepatan dan ketelitian respon dalam tugas–tugas yang membutuhkan persepsi sederhana. Tugas testee adalah memilih kombinasi angka atau huruf yang sama dengan kombinasi yang telah diberi garis bawah pada buku soal, dengan cara memberi garis bawah pada kombinasi pilihannya. Butir tes ini merupakan elemen yang sering digunakan pada berbagai tugas administrasi. Hasil tes ini untuk prediksi kemampuan mengerjakan hal-hal penting rutin administrasi seperti mengatur arsip. Manfaat untuk bidang pendidikan dapat dikatakan relatif kecil, tetapi skor rendah menunjukkan bahwa testee mengalami kesulitan dalam

(51)

hal keberhasilan, ketepatan, kecepatan dalam mengerjakan tugas (Nuraeni, 2012).

7. Language Usage bagian I

Perbendaharaan kata dalam tes ini merupakan hasil seleksi dari Gate’s Spelling Differential in 3876 Words, dan merupa kan perbendaharaan kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Skor yang rendah pada subtes ini menunjukkan kesulitan dalam Spelling (Nuraeni, 2012).

8. Language Usage bagian II

Test ini dirancang untuk mengukur kemampuan membeda kan tata bahasa yang baik dengan yang jelek, memahami pemberian tada baca yang tepat dan penggunaan kata yang tepat dalam bahasa inggris. Kemampuan tersebut banyak digunakan dalam bidang jurnalistik, korespodensi bisnis. Perlu diketahui tes ini lebih menyerupai tes prestasi jika dibandingkan dengan tes yang lain (Nuraeni, 2012). Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa DAT merupakan salah satu dari sekian banyak tes minat bakat yang digunakan untuk menilai bakat seseorang. Tes DAT ini juga memiliki tujuh tipe soal yang berbeda, dimana berdasarkan tipe soal tersebut kemampuan seseorang bisa diukur, apakah lebih cenderung memiliki kemampuan verbal, numerik, atau spasial.

2.7 Siswa SMA

Sekolah adalah salah satu sarana organisasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan. Saat ini masih banyak siswa SMA yang bingung dan ragu untuk menentukan minat dan bakat apa yang sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Padahal penentuan jurusan adalah masalah yang sangat penting karena

(52)

berpengaruh pada pemilihan perguruan tinggi (Yeni Kustiyaningsih, 2011).

Biasanya untuk mengatasi masalah tersebut siswa hanya berkonsultasi secara langsung kepada wali kelas atau dengan orangtua masing-masing yang dilakukan secara manual sehingga memakan waktu yang cukup lama. Selain itu pengambilan keputusan yang dilakukan secara manual oleh wali kelas dianggap kurang akurat karena bersifat subyektif. Tetapi seiring dengan perkembangan teknologi hal itu bukan menjadi masalah lagi karena sudah banyak aplikasi yang dibuat untuk menyelesaikan masalah tersebut (Yeni Kustiyaningsih, 2011).

Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan titik anjak pengembangan program bimbingan dan konseling, termasuk bimbingan karier di sekolah. Artinya, dalam pengembangan program bimbingan seyogianya diawali dengan identifikasi tugas-tugas perkembangan sebagai kompetensi yang harus dikuasai siswa, kemudian disusun satuan-satuan layanan yang sesuai dengan kondisi siswa tersebut. Secara rinci tugas-tugas perkembangan siswa SMA sebagai titik anjak pengembangan program BK adalah sebagai berikut (Mamat Supriatna et.al, 2014):

2.7.1 Karakteristik Perkembangan Siswa SMA

Secara psikologis siswa SMA tengah memasuki tahapan perkembangan masa remaja, yakni masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa ini merupakan masa yang singkat dan sulit dalam perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini individu mengalami ambivalensi kemerdekaan. Pada satu sisi individu menunjukkan ketergantungan pada orang tua atau orang dewasa; pada sisi lain individu menginginkan pengakuan dirinya sebagai individu yang mandiri (Mamat Supriatna, et al., 2014).

Tema sentral kehidupan individu yang berada pada masa remaja adalah pencarian identitas atau jati-diri, baik yang berkaitan

(53)

dengan aspek intelektual, sosial-emosional, vokasional, maupun spiritual. Ia harus mampu menjawab “Siapa saya ? Apa saya ? Mau ke mana saya? Apa yang harus saya perbuat untuk karier masa depan saya? Sejumlah pertanyaan identitas diri seyogyanya dapat dijawab dengan tepat oleh remaja. Jika ia tidak dapat menjawabnya dengan tepat maka ia cenderung bingung menghadapi hidup, termasuk pengambilan keputusan karier. Tetapi jika sebaliknya, maka ia akan berkembang optimal dan tepat dalam mengambil keputusan kariernya sehingga karier masa depan penuh dengan harapan (Mamat Supriatna, et al., 2014).

Oleh karena itu, pada masa remaja diperlukan lingkungan sosial dan fisik yang kondusif, yakni lingkungan orang tua atau orang dewasa yang membimbing dan mengayomi secara aspiratif,

teman sebaya (peer group) yang mengembangkan norma

kehidupan yang positif dan kreatif, dan lingkungan fisik yang memfasilitasi remaja untuk menyalurkan energi psikologis hingga membuahkan produktivitas (Mamat Supriatna, et al., 2014).

Pada setiap tahapan atau periode perkembangan, termasuk masa remaja, terdapat sejumlah tugas perkembangan yang harus dipelajari dan diselesaikan oleh individu agar diperoleh kesuksesan dalam perkembangan kehidupan selanjutnya. Tugas perkembangan merupakan tugas-tugas yang muncul pada setiap periode perkembangan individu selama hidupnya, yang dipengaruhi oleh tuntutan kematangan diri, aspirasi lingkungan sosial masyarakat, dan lingkungan budaya sekitarnya (Mamat Supriatna, et al., 2014).

Kerberhasilan menyelesaikan tugas perkembangan dalam periode perkembangan tertentu akan membantu individu dalam

menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada periode

(54)

mencapai tugas perkembangan pada periode tertentu akan menghambat penyelesaian tugas perkembangan pada periode selanjutnya. Rumusan tugas perkembangan bagi para remaja di Indonesia adalah sebagai berikut (Mamat Supriatna, et al., 2014):

1. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat.

3. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya

dalam peranannya sebagai pria atau wanita.

4. Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan sosial yang lebih luas.

5. Mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah

kecenderungan karier dan apresiasi seni.

6. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai

dengan kebutuhannya untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran atau mempersiapkan karier serta berperan dalam kehidupan masyarakat.

7. Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang

kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi. 8. Mengenal sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan minat manusia. Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan titik anjak pengembangan program bimbingan dan konseling, termasuk bimbingan karier di sekolah. Artinya, dalam pengembangan program bimbingan seyogianya diawali dengan identifikasi tugas-tugas perkembangan sebagai kompetensi yang harus dikuasai

(55)

siswa, kemudian disusun satuan-satuan layanan yang sesuai dengan kondisi siswa tersebut (Mamat Supriatna, et al., 2014).

Secara rinci tugas-tugas perkembangan siswa SMA sebagai titik anjak pengembangan program BK adalah sebagai berikut (Mamat Supriatna, et al., 2014):

Tabel 2.2 Pengembangan Program BK

Sumber: Mamat Supriatna et.al, 2014

Aspek Perkembangan Tahap

Internalisasi Tujuan

Keimanan dan Ketakwaan Kepada Tuhan YME

Pengenalan Mengenal arti dan tujuan

ibadah

Akomodasi Berminat mempelajari arti

dan tujuan ibadah

Tindakan

Melakukan berbagai

kegiatan ibadah dengan

kemauan sendiri

Berperilaku Etis

Pengenalan

Mengenal jenis-jenis norma

dan memahami alasan

pentingnya norma dalam kehidupan

Akomodasi Bersikap positif terhadap

norma

Tindakan

Berperilaku sesuai dengan norma yang dijunjung tinggi dalam masyarakat

Kematangan Emosi Pengenalan Mengenal emosi sendiri dan

(56)

secara wajar (tidak kekanak-kanakan atau impulsif)

Akomodasi

Berminat untuk lebih

memahami keragaman

emosi sendiri dan orang lain

Tindakan

Dapat mengekspresikan

emosi atas dasar

pertimbangan kontekstual

(normal/budaya)

Kematangan Intelektual

Pengenalan

Mengenal cara belajar yang

efektif dan cara-cara

pemecahan masalah dalam mengambil keputusan

Akomodasi

Memiliki sikap, dan

kebiasaan belajar yang

positif, dan berminat untuk memecahkan masalah

Tindakan

Dapat memecahkan solusi masalah dan mengambil

keputusan berdasarkan

pertimbangan yang matang, serta bertanggung jawab atas risiko yang mungkin terjadi

Kesadaran Tanggung

Jawab Sosial Pengenalan

Memahami pentingnya

berperilaku yang dapat

bertanggung jawab dalam kehidupan sosial.

Gambar

Gambar 2.2 Karakterisitik dan Kapabilitas DSS  Sumber: Rizal Saiful Hamdhani, et al., 2015
Gambar 2.3 Proses Pengambilan Keputusan  Sumber: Rizal Saiful Hamdhani, et al., 2015
Gambar 2.4 Model Skema DSS  Sumber: Rizal Saiful Hamdhani, et al., 2015
Tabel 2.2 Pengembangan Program BK  Sumber: Mamat Supriatna et.al, 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

(b) Disclose information required by IFRSs that is not presented on the face of the statements of fi nancial position, statement of comprehensive income, changes in equity or

bahwa Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandung telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 20 Tahun

ginjal kronik dalam meningkatkan kepatuhan terhadap intake cairan”, yang dilakukan oleh Dwi retno sulisyaningsih, di salah satu rumah sakit di Jakarta,

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan dengan korelasi yang kuat antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada siswa

Bukti peningkatan prestasi belajar siswa dari kegiatan pembelajaran dapat dijabarkan pada hasil kegiatan siklus 4 berdasarkan pada observasi yang dilakukan pada siklus sebelumnya

Araz Mandiri Jaya Jember dalam menentukan perolehan, harga perolehan, dan pengeluaran selama penggunaan aset tetap, serta penetapan penyusutan dan penyajian aset

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Suku Bunga

Hubungan positif berarti jika variabel X (CRM) meningkat akan disertai pulan peningkatan dari variabel Y (loyalitas pelanggan), sedangkan dari nilai korelasi (r)