ANALISIS DESKRITIF LOS PASIEN BPJS RAWAT INAP PADA KASUS
PENYAKIT KANKER SERVIKS DI RS SMC TELOGOREJO SEMARANG TAHUN
2014
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar diploma
(Amd,RMIK) dari program studi DIII RMIK
Oleh :
NinikSusanti
D22.2012.01221
PROGRAM STUDI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
HALAMAN HAK CIPTA
© 2016
PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR
Nama Pelaksana :
NIM : D22.2012.01221
Program Studi : DIII Rekam Medik
Fakultas : Kesehatan
Judul Tugas Akhir : Analisis Deskritif LOS Pasien BPJS Rawat Inap Pada Kasus Penyakit kanker serviks DI RS SMC Telogorejo semarang tahun 2014
Tugas Akhir ini telah diperiksa dan disetujui, Semarang, 26 Februari 2016
Menyetujui, Pembimbing
Kriswiharsi Kun S, SKM,M.Kes(Epid )
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI
Nama Pelaksana : Ninik Susanti
NIM : D22.2012.01221
Program Studi : DIII Rekam Medis
Fakultas : Kesehatan
Judul Tugas Akhir : Analisis Deskriptif Pasien Rawat Inap BPJS Kasus Kanker Serviks di RS SMC Telogorejo Semarang tahun 2014
Tugas Akhir ini telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji pada Sidang Tugas Akhir tanggal 18 Februari 2016. Menurut pandangan kami, Tugas Akhir ini
memadai dari segi kualitas maupun kuantitas untuk tujuan penganugrahan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Semarang, 29 Februari 2016
Dewan Penguji:
Ketua Penguji
Dr Zaenal Sugiyanto M.Kes Penguji
Maryani Setyowati, SKM, M.Kes
Pendamping
KEASLIAN PENELITIAN
Nama : Ninik Susanti Nim : D22.2012.01221
Judul KTI : Analisis Deskrptif LOS Pasien BPJS Rawat Inap Pada Kasus Penyakit Kanker Serviks Di RS SMC Telogorejo Semarang Tahun 2014
Peneliti menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah ini merupakan hasi lpenelitian dan pemaparan asli. Jika terdapat referensi karya tulis orang lain atau pihak lain maka dituliskan dengan jelas.
Demikian pernyataan ini peneliti buat secara sadar dan sesungguh-sungguhnya.
Semarang, Februari 2016 HormatSaya
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Saya yang bertandatangandibawahini: Nama : Ninik Susanti
Nim : D22.2012.01221 Fakultas : Kesehatan
Program Studi : RekamMedisdanInformasiKesehatan
Demi mengembangkan Ilmu Pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Dian Nuswantoro Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclussive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Analisis Deskriptif LOS Pasien BPJS Rawat Inap Pada Kasus Penyakit Kanker Serviks di RS SMC Telogorejo Semarang Tahun 2014Bersertaperangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini Universitas Dian Nuswantoro berhak menyimpan, mengcopy ulang (memperbanyak), menggunakan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya dan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan nama pembimbing saya.
Saya bersedia untuk menanggung segala macam bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengans ebenarnya.
Semarang, Februari 2016
HALAMAN PERSEMBAHAN
Syukur kupanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karuniaNya, Nikmat yang begitu besar dan tak dapat terhitung nilainya.
Untuk Kedua Orang Tuaku yang telah memberikan dukungan kepadaku. Nenekku tercinta yang selalu mendoakan dan memberi dukungan kepadaku.
Suamiku tercintayang tak pernah lelah memberikan semangat dan doa yang terbaik buatku, terimakasih selalu menemaniku dan menyayangiku.
Anakku tersayang yang selalu memberikan doa dan dukungan kepadaku.
Bu Kriswi, bu Maryani, bu Retno terimakasih buat waktu dan perhatiannya. Mbak Winanrni, Icha dan Desi, tim coding yang selalu kompak di RM.
Dr yenny terimakasih selalu memberikan semangat dan dorongan Teman-teman kuliahku Yanti, Luluk, Mbak Wahyu, Anik dan Pak har semuanya yang nggak bisa kusebutkan satu persatu,
RIWAYAT HIDUP
Nama : NinikSusanti
Tempat, tanggal lahir : Semarang, 02 april 1977 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat :UntungSuropati No.1 RT 07 Rw 06 manyaran Semarang
Riwayat Pendidikan :
1. TK Salomo 1 Semarang 2. SD Salomo 1 Semarang 3. SMP Salomo 1 Semarang 4. SMA Kesatrian 1 Semarang
5. D l Sekertaris Modern PAT Semarang
6. Program Studi D-III RMIK Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 2012 – 2016
PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan oleh peneliti kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Dengan judul “Analisis Deskritif LOS Pasien BPJS Rawat Inap Pada Kasus PenyakitKanker Serviks DI RS SMC Telogorejo Semarang Tahun 2014”.
Keberhasilan dalam penyusunan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik moril maupun materiil. Oleh sebab itu, peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Dr.Ir. Edi Noersasongko, M.kom, selaku rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 2. Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Dian Nuswantoro Semarang.
3. Arif Kurniadi, M.Kom, selaku ketua program studi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro.
4. Retno Astuti Setijaningsih,SS,MM selaku dosen wali.
5. Kriswiharsi Kun Saptorini,M.Kes (Epid)selakupembimbingkaryatulisilmiah. 6. Dr. Yenny Hartono selaku OIC RekamMedis RS SMC Telogorejo Semarang. 7. Segenap staf Rekam Medis RS SMC Telogorejo Semarang.
8. Keluarga dan teman-teman semua, terimakasih dukungan dan perhatian serta doanya. 9. Semua pihak yang terkait yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian
KTI ini.
Akhirnya, peneliti berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua walapun penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran sangat diharapkan guna kesempurnaannya.
Semarang, 29 Februari 2016
PROGRAM DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2016 ABSTRAK
NINIK SUSANTI
ANALISA DESKRITIF LAMA DIRAWAT (LOS) PASIEN BPJS PENYAKIT KANKER SERVIKS DI RS SMC TELOGOREJO SEMARANG TAHUN 2014
XVII+ 53 Hal + 9 Tabel + 2 Lampiran
Salah satu indikator rawat inap untuk menilai efisiensi pelayanan kesehatan rawat inap yaitu Length Of Stay (LOS). Survey awal tahun 2014 yang dilakukan peneliti di RS SMC Telogorejo Semarang, dari 10 penderita kanker serviks, 25% memiliki lama dirawat yang melebihi standar yang ditetapkan rumah sakit (4 hari). Tujuan penelitian ini adalah menganalisa lama dirawat (LOS) pasien BPJS penyakit kanker serviks yang dirawat di RS SMC Telogorejo Semarang pada tahun 2014.
Metode pengumpulan data secara observasi. Subjek penelitian adalah pasien BPJS rawat inap penderita kanker serviks. Obyek penelitian adalah indeks penyakit kanker serviks, indeks operasi dan dokumen rekam medis.
Berdasarkan hasil penelitian, pasien BPJS rawat inap penderita kanker serviks, terbanyak pada bulan Juli dengan persentase 15%, pasien yang melakukan tindakan medis paling banyak adalah tindakan hysterectomie (27,5%), diagnosis sekunder yang sering diderita adalah Anemia (37,5%), tingkat keparahan terbanyak stadium I (45%), lama dirawat terbanyak adalah 9 hari (22,5%), lama dirawat yang sesuai standar rumah sakit (70%) lebih tinggi disbanding yang tidak sesuai standar rumah sakit (30%).
Peneliti menyarankan untuk melakukan sosialisasi tentang kelengkapan pengisian dokumen rekam medis, penelitian tentang dampak financial lama dirawat pasien BPJS dan melakukan diskusi tentang penetapan diagnosa sekunder agar turut diperhitungkan dalam penetapan standar lama dirawat yang berlaku di rumah sakit.
Kata kunci : lama dirawat, kanker serviks, deskriptif Kepustakaan : 16 (1993-2009 )
THE DIPLOMA PROGRAM ON MEDICAL RECORD AND HEALTH INFORMATION FACULTY OF HEALTH DIAN NUSWANTORO UNIVERSITY SEMARANG
2016 ABSTRACT
NINIK SUSANTI
DESCRIPTIVE ANALYSIS LENGTH OF STAY (LOS) BPJS PATIENTS DISEASE OF CERVICAL CANCER IN SMC TELOGOREJO HOSPITAL SEMARANG 2014
XVII + 53 pages+ 9 tables + 2 appendix
One of inpatient indicators to assess the efficiency of inpatient health services ie Length Of Stay (LOS). An initial survey in 2014 conducted by researcher at the Hospital SMC Telogorejo Semarang, of 10 patients with cervical cancer, 25% had length of stay excess of the hospital standards (4 days). The purpose of this study was to analyze the length of stay (LOS) BPJS patients with cervical cancer that were treated in SMC Telogorejo hospital Semarang in 2014.
The collection of data was observation. Subjects were inpatient BPJS patients of cervical cancer. The research object were the index of cervical cancer, the index operations and medical records document.
Based on the research results, inpatient BPJS patients with cervical cancer, the mostly on July with a percentage of 15%, patients who did the medical operation mostly was hysterectomie (27.5%), secondary diagnosis that often affects was anemia (37.5% ), the severity level mostly on stage I (45%), length of stay mostly was 9 days (22.5%), the appropriate length of stay based on hospital standards 70% were higher than inappropriate standards of the hospital (30%).
Researchers suggested to socialize the completeness of medical record documents, research on the financial impact of length of stay BPJS patients and held discussions on the establishment of secondary diagnosis to be taken into account in setting the length of stay standards that apply in the hospital.
Keywords : length of stay, cervical cancer, descriptive
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ... i
Halaman Hak Cipta ... ii
Halaman Persetujuan Laporan Tugas Akhir... iii
Halaman Pengesahan Dewan Penguji... iv
Halaman Keaslian Penelitian... v
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi... vi
Halaman Persembahan... vii
Daftar Riwayat Hidup... viii
Prakata ... ix
Abstrak ... x
Abstract……… xi
Daftar Isi ... xii
Daftar Tabel ... xiv
Daftar Singkatan ... xv
Daftar Lampiran ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 5 E. Kegunaan Penelitian ... 5 F. Keaslian Penelitian... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Rekam Medis ... 8
C. Mutu Dalam Pelayanan Kesehatan ... 12
D. Standar Pelayanan Rumah Sakit ... 13
E. BPJS ... 15
F. Indikator INA-CBG’s ... 16
G. KankerServiks ... 21
H. Kerangka Teori ... 26
I. Kerangka Konsep ... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 28
B. Identifikasi Variabel ... 28
C. Definisi Operasional ... 29
D. Subjek Dan Objek ... 20
E. Instrumen Penelitian ... 30
F. Pengumpulan data ... 31
G. Pengolahan Data ... 31
H. Analisa Data ... 31
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit ... 32
B. Hasil Penelitian ... 37 C. Pembahasan ... 44 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 49 B. Saran ... 53 DAFTAR PUSTAKA ...
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Distribusi Pasien dengan Diagnosa Kanker Serviks th.2014... 38
Tabel 4.2 Tabel Tindakan Operasi untuk Pasien Kanker Serviks... 39
Tabel 4.3 Jumlah dan Jenis Diagnosa Sekunder Pasien Kanker Serviks... 40
Tabel4.4 Tabel LOS Pasien Kanker Serviks... 41
Tabel 4.5 Tabel Tingkat Keparahan Pasien Kanken Serviks... 42
Tabel 4.6 Tabel Jumlah Lama Dirawat Pasien Kanker Serviks Terhadap Kesesuaian LOS ....………... 43
Tabel 4.7 Tabulasi Silang Lama Dirawat menurut tingkat keparahan... 43
Tabel 4.8 Tabulasi Silang diagnose sekunder dengan kesesuaian LOS... 44
DAFTAR SINGKATAN
1. RM : Rekam Medis 2. RS : Rumah Sakit
3. DRM : Dokumen Rekam Medis 4. SMC : Semarang Medical Center 5. LOS : Length Of Stay
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data Pasien Rawat Inap Dengan Diagnosa kanker serviks tahun 2014 2. Surat Izin Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah bagian yang integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang dihubungkan melalui rencana pembangunan kesehatan sehingga pengembangan rumah sakit pada saat ini tentu saja tidak dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan yaitu harus sesuai dengan garis-garis besar haluan negara, sistem kesehatan nasional dan perundang-undangan lainnya.(1)
Rumah sakit merupakan salah satu institusi pemberi pelayanan kesehatan yang membutuhkan informasi tentang berbagai data penyakit.Rumah sakit mengutamakan pelayanan kesehatan melalui pencegahan, penyembuhan dan rehabilitasi terhadap gangguan kesehatan. Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan No. 034/Birhub/1972 tentang Perencanaan dan Pemeliharaan Rumah Sakit yang menjelaskan bahwa setiap rumah sakit harus merawat statistik yang up to date yaitu tepat waktu, akurat, sesuai kebutuhan. Dalam upaya peningkatan mutu dan efisiensi pelayanan kesehatan di rumah sakit perlu adanya dukungan dari berbagai faktor yang berhubungan.Salah satu diantaranya adalah terlaksananya penyelenggaraan rekam medis menurut ketentuan yang berlaku.(1)
Gambaran tentang keadaan pelayanan di rumah sakit dapat dilihat dari beberapa segi antara lain adalah tingkat pelayanan, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi pelayanan. Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit diperlukan berbagai indikator.
Statistik rawat inap digunakan untuk memantau kegiatan yang ada di unit rawat inap sebagai bahan atau data untuk perencanaan guna pengambilan kebijaksanaan di rumah sakit melalui pelaporan kepada pihak unit rekam medik. Salah satu indikator yang menilai efisiensi pelayanan kesehatan rawat inap yaitu Length Of
Stay ( LOS), yang merupakan rasio yang mengukur jangka waktu atau periode (berapa lama) rata-rata pasien di rawat atau menggunakan jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit.(2)
LOS merupakan indikator yang sering digunakan dan sekaligus dapat digunakan untuk evaluasi dan perencanaan sumber daya rumah sakit selain dihitung dalam tahunan, LOS juga dapat dihitung dalam bulanan dan dapat juga dinyatakan dengan masing-masing kelas perawatan.
Semakin lama angka LOS menunjukkan adanya pelayanan rumah sakit yang semakin menurun atau terjadi inefisiensi dalam pemberian pelayanan kesehatan di rumah sakit, sebaliknya semakin pendek periode LOS berarti juga terjadi pula penurunan layanan kesehatan.Indikator ini di samping memberikan gambaran tingkat efisiensi juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan. Semakin efisien pelayanan rumah sakit, maka pasien semakin terpuaskannya akan jasa layanan kesehatan, tetapi angka LOS ini tidak dapat diterapkan pada diagnosis tertentu yang membutuhkan pengamatan lebih lanjut.( 2 )
Angka lama dirawat dibutuhkan oleh pihak rumah sakit untuk menghitung tingkat penggunaan sarana dan untuk kepentingan finansial.Dari aspek medis, semakin panjang lama dirawat maka menunjukkan kinerja kualitas medis kurang baik, karena pasien harus dirawat lebih lama. Dari aspek ekonomis, semakin panjang lama dirawat berarti semakin tinggi biaya yang nantinya harus dibayar oleh pasien dan juga yang diterima oleh rumah sakit. Demikian juga halnya dengan LOS.Jadi, perlu keseimbangan antara sudut pandang medis dan ekonomis untuk menentukan LOS yang ideal.(3)
Di RSSMC( Semarang Medical Center ) Telogorejo Semarang terdapat standar pelayanan medis dengan tujuan untuk mengetahui dan memperbaiki pelayanan kesehatan guna meningkatkan kualitas pelayanan sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan material. Standar pelayanan medis yang
ditetapkan oleh RS SMC Telogorejo Semarang mengenai pelayanan kesehatan pasien rawat inap dengan penyakit kanker serviks yang menggunakan prosedur
hysterectomymemilikiLOS Standar 4 hari. Hysterectomy merupakan tindakan yang dilakukan oleh dokter untuk mengangkat seluruh organ uterus dan serviks yang diketahui atau didiagnosis terdapat sel kanker serviks.( 4 )
Berdasarkan survei awal yang dilakukan di RS SMC Telogorejo Semarang untuk pasien kanker serviks BPJS sebanyak 10 orang pada tahun 2014. Didapatkan sebesar 25% pasien mempunyai lama dirawat melebihi standar atau > 4 hari. Hal ini Menyebabkan nilai klaim lebih kecil dari biaya pengobatan yang di keluarkan RS.Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mendeskripsikan LOS pasien rawat Inap kasus kanker serviks di RS SMC Telogorejo Semarang.
B. Rumusan Masalah
Karena lamanya pasien kanker serviks yang melebihi dengan standar yang di tentukan rumah sakit, sehingga rumah sakitmengalami kerugian maka peneliti memunculkan pertanyaan“Bagaimana deskripsi lama perawatan pasien rawat inap BPJS pada kasus penyakit kanker serviks pada tahun 2014 di RS SMC Telogorejo Semarang ? “
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui lama perawatan( LOS ) pasien rawat inapBPJS pada kasus penyakit kanker serviks di Rumah Sakit SMC Telogorejo Semarang Tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan jumlah pasien kanker serviks di RS SMC Telogorejo Semarang tahun 2014.
c. Mendeskripsikan jenis tindakan yang dilakukan pada pasien dengan kasus kanker serviks.
d. Mendeskripsikan diagnosis sekunder pada pasien dengan kasus kanker serviks.
e. Mendeskripsikan lama perawatan( LOS ) pasien rawat inap BPJS pada kasus kanker serviks di RS SMC Telogorejo Semarang tahun 2014
f. Mendeskripsikan tingkat keparahan kanker serviks pada pasien rawat inap BPJS pada kasus kanker serviks di RS SMC Telogorejo Semarang.
g. Membandingkan LOS pasien dengan kasus kanker serviks dengan standar LOS menurut RS SMC Telogorejo Semarang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
a. Sebagai bahan masukan yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
b. Dapat meningkatkan kinerja rumah sakit melalui perencanaan strategi dengan tetap memperhatikan kondisi pasien.
2. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian ilmu tentang rekam medik khususnya untuk statistik rumah sakit.
3. Bagi Akademik
Sebagai bahan referensi di perpustakaan dan informasi tentang pengembangan ilmu statistik rumah sakit.
E. Lingkup Penelitian
1. Lingkup Keilmuan
Penelitian ini termasuk dalam lingkup ilmu rekam medis dan informasi kesehatan. 2. Lingkup Materi
3. Lingkup Lokasi
Penelitian ini dilakukan di RS SMC Telogorejo Semarang. 4. Lingkup Metode
Metode yang dipakai adalah metode observasi. 5. Lingkup Objek
Objek penelitian ini adalah indeks penyakit pasien penderita penyakit kanker serviks tahun 2014.
6. Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakanmulai bulanNovember 2015.
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
NO Nama Judul Penelitian Hasil Perbedaan
1 Kartika sakti Analisis Deskrptif Lama Perawatan ( LOS ) Pasien Jamkesmas Pada Kasus Penyakit Benigna Prostat Hyperplasia ( BPH ) Di RSI Sultan Agung Semarang Tahun 2012
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa perlu meminimalisir kejadina LOS pasien yang lebih dari standar INA-CBG’s dengan
meningkatkan kualitas pelayanan agar beban finansial yang ditanggung rumah sakit tidak
Perbedaan terletak pada tempat, tahun dan cara pengumpulan datanya dengan menganalisa penerapan sesuai Standar LOS INA-CBG’s
semakin menumpuk 2 Mentari Mariana Safitri Analisis Deskriptif Lama Perawatan ( LOS ) Pasien Jamkesmas Pada Kasus Penyakit Kanker Payudara dengan Tindakan Masektomi yang di rawat Di RSI Sultan Agung Semarang Tahun 2012
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa perlu dilakukan pendekatan lebih lanjut tentang faktor – faktor yang berkaitan dengan tingkat keparahan melalui hipotesis secara statistik khususnya pada tingkat keparahan I Perbedaan terletak pada tempat, tahun dan cara pengumpulan datanya dengan menganalisis penerapan sesuai Standar LOS INA-CB’s
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Rekam Medis
1. Pengertian Rekam Medis
a. Rekam Medis menurut Peraturan Menteri Kesehatan Rekam medis menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.
269/MENKES/PER/III/2008. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.(5)
b. Rekam Medis menurut Huffman EK, 1992
Rekam medis adalah rekaman atau catatan mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana dan bagaimana pelayanan yang diberikan kepada pasien selama masa perawatan yang memuat pengetahuan mengenai pasien dan pelayanan yang diperoleh serta memuat informasi yang cukup untuk mengidentifikasi pasien, membenarkan diagnose dan pengobatan serta merekam hasilnya.(6)
2. Tujuan Rekam Medis
Tujuan dari rekam medis adalah menunjang tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit.(7)
3. Kegunaan Rekam Medis
Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain : a. Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan para medis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
b. Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum karena isinya menyangkut masalah adanya jaminan hukum atas dasar keadilan dalam rangka usaha menegakkan keadilan serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan.
c. Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang karena isinya mengandung data atau informasi yang dapat digunakan sebagai aspek keuangan.
d. Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian karena isinya menyangkut data atau informasi yang di dapat digunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan. e. Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan karena isinya menyangkut data atau informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien, informasi tersebut digunakan sebagai bahan atau review pengajaran di bidang profesi pemakai. f. Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi karena catatan tersebut digunakan atau sebagai dasar dokumentasi untuk pengobatan atau perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien.
g. Aspek Medis
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis karena catatan tersebut digunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien.(8)
B. Statistik Rumah Sakit.
1. Pengertian Statistik Rumah Sakit
Statistik rumah sakit kesehatan yang bersumber pada data rekam medik sebagai informasi kesehatan yang digunakan untuk memperoleh kapasitas bagi praktisi kesehatan, manajemen, dan tenaga medis dalam pengambilan keputusan.(9) 2. Kegunaan Statistik Rumah Sakit
Pengumpulan data statistik merupakan fungsi penting dari rumah sakit.Rumah sakit adalah sumber penting dari suatu data yang dipakai untuk menyusun statistik medis. Petugas rumah sakit bertanggung jawab atas pengumpulan analisis, Interprestasi, dan prestasi data statistik dimana saja data statistik rumah sakit biasanya digunakan untuk
a. Perbandingan penampilan rumah sakit masa lalu dan sekarang.
b. Sebagai bahan acuan untuk perencanaan pengembangan rumah sakit/klinik di masa datang.
c. Penilaian penampilan kerja tenaga medis, perawat, dan staf lain. d. Biaya rumah sakit atau klinik jika disponsori pemerintah.
e. Penelitian.
3. Indikator Kinerja Rumah Sakit
Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit diperlukan berbagai indikator. Selain itu agar informasi dapat bermakna ada nilai parameter yang akan dipakai sebagai nilai banding antara standar yang diinginkan. Banyak sekali indikator yang
dipakai menilai rumah sakit, yang sering digunakan adalah : a. BOR ( Bed Occupancy Rate )
Yaitu presentase pemakaian tempat ridur pada waktu satuan tertentu indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya pemanfaatan dari tempat tidur rumah sakit.
b. LOS ( Length of Stay )
Yaitu rata-rata lama perawatan seorang pasien yang di rawat inap. Indikator ini juga memberikan gambaran tingkat efisiensi dan mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosa tertentu yang dijadikan tracer ( yang perlu pengamatan lebih lanjut ). c. TOI ( Turn Over Interval )
Yaitu rata-rata hari, tempat tidur tak terisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini juga memberikan gambarab tingkat efisiensi daripada tingkat penggunaan tempat tidur. d. BTO ( Bed Turn Over )
Yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur, beberapa kali dalam satuan waktu tertentu ( biasanya 1 tahun ) tempat tidur rumah sakit terpakai. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi pemakaian tempat tidur.(10)
C. Mutu Dalam Pelayanan Kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan adalah hasil akhir atau out come dari interaksi dan ketergantungan antara berbagai aspek, komponen atau unsur organisasi pelayanan kesehatan sebagai suatu sistem.Hubungan dan aspek-aspek dalam pelayanan
kesehatan cara-cara peningkatan mutu pelayanan kesehatan dapat melalui pendekatan institusional atau individu.
Menurut Profesor A. Donabeidian ada tiga pendekatan evaluasi atau penilaian mutu, yaitu dari aspek :
a. Struktur
Meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen keuangan, sumber daya manusia, dan sumber daya lainnya yang difasilitasi
kesehatan. b. Proses
Adalah semua kegiatan yang dilaksanakan secara professional oleh tenaga kesehatan (misalnya dokter, perawat, dan tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan pasien.
c. Out comes
Adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap pasien.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan, ada dua cara yaitu :
1) Meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya, tenaga, biaya, peralatan, perlengkapan dan material yang diperlukan dengan menggunakan teknologi tinggi atau dengan kata lain meningkatkan input atau struktur.
2) Memperbaiki metode dan penetapan teknologi yang dipergunakan dalam kegiatan pelayanan. (11)
D. Standar Pelayanan Rumah Sakit
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat, maka tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
semakin nyaman semakin mendesak untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, diperlukan suatu standar pelayanan yang baku.
Standar pelayanan rumah sakit terdiri dari 2 hal, yaitu : 1. Standar pelayanan rumah sakit, meliputi:
a. Administrasi dan manajemen b. Pelayanan medis
c. Pelayanan gawat darurat d. Kamar operasi
e. Pelayanan intensif
f. Pelayanan perinatal resiko tinggi g. Pelayanan keperawatan
h. Pelayanan anastesi i. Pelayanan radiologi
j. Keselamatan kerja, kebakaran, dan kewaspadaan bencana k. Pemeliharaan sarana
l. Perpustakaan
m. Pengendalian infeksi di rumah sakit n. Pelayanan sentralisasi sentral o. Pelayanan gizi
p. Pelayanan medis q. Pelayanan laboratorium r. Pelayanan rehabilitasi medis s. Pelayanan
2. Standar pelayanan medis
Yaitu suatu pedoman yang dijalankan untuk meningkatkan mutu menjadi makin efektif dan efisien.Efisiensi pelayanan medis tercermin dari tingkat jumlah hari pasien rawat inap tinggal di rumah sakit.Angka jumlah hari pasien rawat inap tinggal di rumah sakit tidak termasuk bayi lahir di rumah sakit, merupakan informasi yang penting untuk menilai atau mengevaluasi efisiensi pelayanan yang diberikan. Tujuan pelayanan medis :
a. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak sesuai dengan standar profesional.
b. Melindungi profesi dari tuntutan masyarakat yang tidak wajar.
c. Sebagai pedoman dalam pengawasan praktik dokter dan pembinaan serta peningkatan mutu pelayanan.
d. Sebagai pedoman untuk menjalankan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
Ketentuan khusus standar pelayanan medis :
a. Standar pelayanan medis merupakan suatu prosedur yang seyogyanya diikuti. b. Standar ini merupakan prosedur untuk kasus yang akan ditangani oleh
spesialis yang bersangkutan.
d. Sebagai standar yang selalu berkembang sesuai dengan perkembangan dan situasi kondisi setempat yang ada.( 12 )
E. BPJS
1. Pengertian
Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
Badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan yang selanjutnya disebut BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.(13)
2. Tujuan
Memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
3. Sasaran
Seluruh penduduk Indonesia baik mampu maupun tidak mampu.
4. Alur Pelayanan Pasien BPJS
a. Peserta BPJS membawa kartu BPJS Kesehatan atau kartu anggota askes yang lama mendatangi fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar (puskesmas, dokter keluarga, klinik TNI/Polri, dan fasilitas kesehatan setingkat itu). Pada tahap ini peserta akan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai kompetensi dan kapasitas fasilitas kesehatan di tingkat pertama tersebut (seperti konsultasi kesehatan, laborat klinik dasar dan obat-obatan).
b. Apabila setelah pemeriksaan awal pasien belum sembuh, maka pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut (rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta, rumah sakit TNI – Polri yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan). c. Di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, peserta menunjukkan kartu BPJS
Kesehatan atau kartu lama dan surat rujukan fasilitas kesehatan tingkat pertama. Selanjutnya petugas akan menerbitkan Surat Eligibilitas Peserta (SEP) sebagai dokumen yang menyatakan bahwa peserta dirawat dengan biaya BPJS Kesehatan.
d. Setelah mendapat SEP, pasien akan mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, baik untuk pelayanan rawat jalan ataupun rawat inap.(13)
F. Indikator INA – CBG’s
1. INA – DRG adalah :
a. Termasuk dalam sistem case mix
b. Case mix merupakan suatu sistem pengelompokkan penyakit berdasarkan : 1) Ciri klinis yang sama
2) Biaya perawatan yang sama c. Dikaitkan dengan pembiayaan
d. Dengan tujuan meningkatkan mutu dan efektifitas pelayanan e. Dasar pengelompokkan dengan menggunakan :
1) ICD – 10 untuk diagnose (14.500 kode) 2) ICD – 9 untuk prosedur/tindakan (7.500 kode)
f. Untuk mengkombinasikan kode diagnosa dan prosedur tidak mungkin dilakukan secara manual, maka diperlukan yang namanya “Grouper”.
g. Grouper ini menggabungkan sekitar 23.000 kode ke dalam group-group. h. Terdiri dari 23 MDC (Major Diagnostic Chategory).
i. Terdiri dari 1.077 kode INA-DRG yang terdiri dari 789 kode untuk dirawat inap dan 288 untuk rawat jalan.
j. Implementasi dimulai pada tahun 2006.
k. Dijalankan dengan menggunakan grouper (IR-DRG) dari PT. 3M Indonesia. l. Masa transisi kotak klaim jamkesmas terhambat.
2. Beberapa permasalahan dalam implementasi INA – DRG a. Menggunakan grouper (IR – DRG) komersial (mahal). b. Hanya mencakup kasus-kasus penyakit akut saja. c. Tarif tidak kuat pada beberapa kasus :
1) Sub acut and Chronic 2) Special Prosedure
3) Special Investigation
a) MRI
4) Special Drugs a) Kemoterapi
d. Sulit merubah logic grouper bila terjadi perubahan sistem coding. e. Sulit dimodifikasi
f. Lisensi software grouper INA-DRG dari PT. 3M Indonesia berakhir pada tanggal 1 Oktober 2010 (expired).
g. Dengan berakhirnya lisensi maka software tidak bisa digunakan untuk grouping.
3. Tindak lanjut
a. Rapat teknis dengan 3M dan United Nation university (UNU) b. Persiapan penggunaan INA – CBG’s
c. Surat edaran 4. Upaya yang dilakukan :
b. Setelah software INA-CBG’s yang baru terinstal, data dari software INA-DRG dapat dipindahkan atai migrasi digrouping secara otomatis.
5. Software INA-CBG’s
a. Dasar hukum implementasi INA-CBG’s
1) UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
2) UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran 3) UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4) UU nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
5) SK Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor HK. 03.05/I/589/2011 tentang Kelompok Kerja Centre ForCasemix tahun 2011.
6. Pengertian INA-CBG’s
a. Termasuk juga dalam sistem case mix
b. Dijalankan dengan menggunakan grouper dari United NationUniversity (UNU – casemix grouper)
c. Dasar pengelompokkan masih menggunakan : 1) ICD – 10 untuk diagnosa
2) ICD – 9 untuk prosedur/tindakan 7. Sifat UNU-casemix grouper
a. Universal grouper artinya mencakup seluruh jenis perawatan pasien.
b. Dynamic artinya total jumlah CBG’s bisa disetting berdasarkan kebutuhan
sebuah negara.
c. Advance grouper artinya bisa digunakan jika terdapat perubahan dalam pengkodean diagnosa dan prosedur dengan sistem klasifikasi penyakit baru ICD – 11 dan prosedur dalam klasifikasi ICHI (International Clasification Of health Intervention).
UNU - GROUPER 8. Delapan komponen UNU – casemix grouper
9. Istilah-istilah dalam INA – CBG’s a. Case-mix main grouper (CMGs)
1) CMGs adalah klasifikasi tahap pertama
2) Dilabelkan dengan hurup alphabet ( A to z ) mewakili kode yang ada di ICD – 10.
3) Berhubungan dengan sistem organ tubuh. 4) Terdapat 31 CMGs dalam UNU Grouper :
a) 22 Acute care CmGs b) 2 Ambulatory CMGs c) 1 Subacute CMGs d) 1 Chronis CMGs e) 4 Spesial CMGs f) 1 Error CMGs g) Total DRGs (CBG’s) = 1,220 (Range : 314 – 1,250) l Special Prosthosis Special Procedure Chronic Special Drugs
Sub Acut Special
investigations
Acut Ambulatory
10. Tingkat keparahan dalam software INA-CBG’s
Dalam pelaksanaan case mix INA – CBG’s, peran koding sangat
menentukan, dimana logic software yang digunakan untuk menentukan tarif adalah dengan pedoman ICD – 10 untuk menentukan diagnosis dan ICD – 9 cm untuk tindakan atau prosedur. Besar kecilnya tariff yang muncul dalam software INA-CBG’s ditentukan oleh diagnosis dan prosedur. Kesalahan penulisan diagnosis akan mempengaruhi tarif. Tarif bisa menjadi lebih besar atau lebih kecil, diagnosis dalam kaidah CBG’s harus ditentukan diagnosa utama dan diagnosa
penyerta.Diagnosa penyerta terdiri dari komplikasi dari komorbiditas.
Diagnosis penyerta juga dapat mempengaruhi besar kecilnya tarif, karena akan mempengaruhi level severity (tingkat keparahan) yang diderita oleh pasien. Logikanya pasien yang dirawat terjadi komplikasi, maka akan mempengaruhi lama perawatan di rumah sakit. Jika lama perawatan bertambah lama dibandingkan tidak terjadi komplikasi, maka akan menambah jumlah pembiayaan dalam perawatan.(14)
G. Kanker Serviks
1. Pengertian
Kanker serviks merupakan kanker ganas yang terbentuk dalam jaringan serviks (organ yang menghubungkan uterus dengan vagina). Ada beberapa tipe kanker serviks, tipe yang paling umum dikenal dengan Squamaus Cell Carcinoma
(SCC), yang merupakan 80 hingga 85 persen dari seluruh jenis kanker serviks. Infeksi Human PapillomaVirus (HPV) merupakan salah satu faktor utama tumbuhnya kanker jenis ini.
Tipe-tipe lain kanker serviks seperti adenocarcinoma, small
merupakan tipe kanker serviks yang langka tidak terkait dengan HPV.Beberapa tipe kanker yang telah disebutkan, tidak dapat ditanggulangi seperti SCC.
2. Gejala
Kanker serviks tahap ini tidak menunjukkan gekjala, segera temui dokter bila anda mengalami gejala-gejala kanker serviks sebagai berikut :
a. Pendarahan vagina b. Sakit punggung
c. Sakit buang air kecil dan air seni keruh
d. Konstipasi kronis dan perasaan kembung walaupun perut dalam keadaan kosong
e. Rasa nyeri saat berhubungan seks dan keputihan f. Salah satu kaki membengkak
g. Kebocoran urine atau feses dari vagina 3. Penyebab
Terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV) merupakan sebab paling umum atau faktor utama terjadinya kanker serviks.Virus-virus ini ditularkan melalui hubungan seksual, baik oral maupun anal.Setiap wanita yang aktif secara seksual memiliki resiko terkena kanker serviks.
4. Patofisologi
Karsinoma serviks biasa timbul di daerah yang disebut Squuamo-Columnar Junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks,dimana secara histolik terjadi perubahan dari epitel ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel kuboid/kolumnar pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor usia, aktivasi seksual dan paritas. Pada wanita muda SCJ berada diluar ostium uteri eksternum, sedangkan pada wanita berusia diatas 35 tahun SCJ
berada di dalam kanalis serviks. Oleh karena itu, pada wanita muda SCJ yang berada diluar ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa mutagen yang akan memicu dysplasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.
Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu faktor penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsigonesis asam nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam den dan DNA sel tuan rumah sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia, dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma In-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma In-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.
5. Diagnosa
a. Gejala dan tanda
Lesi pra-kanker stadium dini biasanya asimtomatik dan hanya dapat terdeteksi dengan pemeriksaan sitologi. Boon dan Suurmeijer melaporkan bahwa sebanyak 76% kasus tidak menunjukkan gejala sama sekali. Jika sudah terjadi kanker akan timbul gejala yang sesuai dengan penyakitnya, yaitu dapat lokat atau tersebar. Gejala yang timbul dapat berupa perdarahan pasca-sanggama atau dapat juga terjadi perdarahan diluar masa haid dan pasca menopause.Jika tumornya besar, dapat juga terjadi perdarahan infeksi dan menimbulkan cairan (duh) berbau yang mengalir keluar dari vagina. Bila penyakitnya sudah lanjut akan timbul nyeri panggul, gejala yang berkitan dengan kandung kemih dan usus besar. Gejala lain yang timbul dapat berupa gangguan organ yang terkena misalnya otak (nyeri kepala, gangguan
kesadaran), paru (sesak atau batuk darah), tulang (nyeri atau patah), hati (nyeri perut kanan atas, kuning, atau pembengkakan), dan lain-lain. (15)
b. Sistem staging kanker
International Federation Of Gyncologists and Obstetricians Staging System For Cervical Cancer (FIGO) pada tahun 2000
menetapkan suatu sistem stadium kanker sebagai berikut :
Stadium Karakteristik
0 Lesi belum menembus membrane baslis I Lesi tumor masih terbatas di serviks
IA1 Lesi telah menembus membrana basalis kurang dari 3 mm dengan diameter permukaan tumor < 7 mm
IA2 Lesi telah menembus membrana basalis > 3 mm dengan diameter permukaan tumor < 7
IB1 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer < 4 cm IB2 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer > 4 cm II Lesi telah keluar dari serviks (meluas ke parametrium dan
sepertiga proksimal vagina)
IIA Lesi telah meluas ke sepertiga proksimal vagina
IIB Lesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak mencapai dinding panggul
III Lesi telah keluar dari serviks (menyebar ke parametrium dan atau sepertiga vagina distal)
IIIA Lesi menyebar ke sepertiga vagina distal
IIIB Lesi menyebar ke parametrium sampai dinding panggul IV Lesi menyebar keluar organ genitalia
IVA Lesi meluas ke rongga panggul, dan atau menyebar ke mukosa versika urinaria
IVB Lesi menyebar ke mukosa rectum dan atau meluas ke organ jauh
c. Tindakan Hysterectomy
Hysterectomy adalah tindakan yang dilakukan untuk mengangkat rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri.(16)
H. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori LOS pasien Kebijaksanaan rumah Sakit Mutu Pelayanan Pasien Kanker serviks Tingkat keparahan Diagnosa sekunder Tindakan hysterectomi
I. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Pasien kanker serviks
a. Tingkat keparahan b. Diagnosis sekunder
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan variabel penelitian.Metode yang digunakan adalahobservasi, dengan melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap obyek yang diteliti.Serta melakukan pendekatan cross sectional yaitu metode pengambilan data yang dilakukan pada waktu sesaat atau sekali pengukuran.
B. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah :
1. Jumlah Pasien kanker serviks 2. Diagnosis utama
3. Jenis tindakan 4. Diagnosis sekunder 5. LOS pasien
6. Tingkat keparahan 7. LOS standar rumah sakit
C. Definisi Operasional
NO VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL
1. 2. 3. 4. 5. 6. JumlahPasien kanker serviks Diagnosa Utama Jenis Tindakan Diagnosa Sekunder LOS pasien Tingkat keparahan
Jumlah pasien rawat inap yang didiagnosa menderita kanker serviks tahun 2014 berdasarkan observasi pada indeks penyakit kanker serviks .
Diagnosa yang ditegakkan setelah dikaji, yang terutama bertanggung jawab menyebabkan admision pasien, berdasarkan observasi pada RM 1
Tindakan Operasi yang dilakukan untuk penanganan kanker serviks berdasarkan observasi pada indeks operasi dan indeks penyakit
Diagnosa lain yang menggambarkan suatu kondisi dimana pasien mendapatkan pengobatan, atau dimana dokter
mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan untuk memasukkannya dalam pemeriksaan kesehatan pasien kanker seviks
berdasarkan observasi pada RM 1.
Lama perawatan pasien yang diperoleh dari tanggal keluar – tanggal masuk
berdasarkan observasi data RM 1.
Derajat keparahan kanker serviks dengan tindakan hysterectomyberdasarkan hasil observasi pada software INA-CBG’s 1.Tingkat keparahan 1 → Stadium 1 2. Tingkat keparahan 2 → Stadium 2 3. Tingkat keparahan 3 → Stadium 3
7.
Kesesuaian LOS
Standar lama dirawat seseorang pada pasien BPJS berdasarkan standar RS yaitu 4 hari.
D. Subjek dan Objek
1. Populasi
Populasi adalah seluruh pasien yang didiagnosis mengalami kanker serviks yang dirawat di SMC RS Telogorejo Semarang pada tahun 2014 berdasarkan observasi pada indeks penyakit dan indeks operasi berjumlah 40 pasien.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi ( sebagian atau wakil ) populasi yang diteliti. Sampel penelitian adalah seluruh populasi sejumlah 40 pasien.
E. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa checklist
untuk mengambil dan mengumpulkan data kasus penyakit kanker serviks.
F. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh lewat pihak peneliti dari subyek penelitian. Dalam penelitian ini adalah kebijakan rumah sakit tentang efisiensi lama dirawat pasien kanker serviks.Adapun data primer diperoleh melalui telaah dokumen atau DRM pasien.
G. Pengolahan Data
Berdasarkan pengumpulan data instrument penelitian data diatas, maka penelitian ini menggunakan pengolahan data dengan :
1. Colecting, yaitu pengolahan data-data meliputi data identitas, data identitas sosial, dan data identitas klinis.
2. Editing, yaitu mengkoreksi data yang telah dikumpulkan.
3. Klasifikasi, yaitu pengelompokkan data-data menurut kategori dan klasifikasi tertentu.
4. Tabulating, yaitu menampilkan data-data dalam bentuk tabel untuk memudahkan analisis dan tabulasi silang.
H. Analisis Data
Data di dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif, yaitu menguraikan hasil pengamatan yang dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian untuk dibandingkan dengan teori sehingga dapat diambil kesimpulan.
Dasar kategori kesesuaian LOS pasien dengan LOS Standar rumah sakit adalah sebagai berikut :
1. Sesuai apabila LOS pasien kurang dari atau sama dengan LOS Standar rumah sakit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Rumah Sakit
1. Sejarah Rumah SakitRS SMC Telogorejo terletak di jalan KHA DahlanSemarang. RS SMC Telogorejo semarang berawal dari sebuah klinik kesehatan yang bernama poliklinik gang gambiran yang berdiri tanggal 1 Desember 1925. Kemudian klinik ini mengalami “ metamorfosis ” menjadi rumah sakit yang
dinamakan rumah sakit Tiong Hoa Ie Wan pada tanggal 25 November 1951.Dan sekarang telah menjadi RS SMC Telogorejo semarang. RS SMC Telogorejo Semarang telah berkembang menjadi salah satu rumah sakit swasta terkemuka di semarang bahkan di jawa tengah. RS SMC TelogorejoSemarang telah lulus dalam akreditasi rumah sakit 16 bidang pelayanan dan telah lulus dalam ISO : 2008 yang membawa RS SMC Telogorejo Semarang menjadi rumah sakit yang telah terakreditasi dan bersertifikat ISO : 2008. RS SMC Telogorejo Semarang mempunyai visi menjadi rumah sakit pilihan utama dan mempunyai beberapa misi yang antara lain melayani pasien dengan profesional, menyediakan pelayanan medik spesialistik, keperawatanberstandar internasional, kemampuan teknologi yang muthakir, dan lain sebagainya.RS SMC Telogorejo Semarang menyediakan berbagai jenis pelayanan, yang antara lain :
a. Pelayanan rawat Inap dengan kapasitas tempat tidur ± 295 bed dengan berbagai fasilitas dari kelas super VIP, VIP, kelas I, kelas II, kelas III, ruang bersalin, ruang bayi, ICU/ICCU/NICU/PICU.
b. Pelayanan rawat jalan yang meliputi pelayanan UGD, Klinik umum dan klinik – klinik spesialis yang antara lain klinik penyakit dalam, Klinik Kandungan, Klinik bedah dengan spesialistiknya masing-masing, Klinik Kardiologi, Klinik paru-paru, Klinik gigi, Klinik anak, Klinik gizi dan masih
banyak lagi klinik spesialis yng disediakan di RS SMC Telogorejo Semarang.
c. Pelayanan penunjang medik yang antara lain meliputi : Rontgen, MRI, Telogorejo Heart Center, CT Scan, USG, Laboratorium, Hemodialisa, Fisioterapi dan masih banyak lagi pelayanan penunjang yang disediakan RS SMC Telogorejo Semarang.
2. Rekam medis RS SMC Telogorejo Semarang.
Rekam Medis di RS SMC Telogorejo dipimpin oleh OIC Medical Record yang bertanggung jawab kepada Medical Staf Devision Manager. OIC membawahi 3 bagian, yaitu :
a. Bagian Rekam Medik Rawat Jalan ( RMRJ ) b. Bagian Rekam Medik Rawat Inap ( RMRI )
c. Bagian Rekam Medis Pengolahan Data dan Klaim
Dimana bagian Rekam Medik rawat jalan dan rawat inap terdiri dari petugas
Assembling,Koding - Indeksing,Filing dan Ekspedisiserta verifikatorBPJS , Dan bagian rekam medik pengolahan data dan klaim terdiri dari petugas data, Petugas klaim dan customer servis.
Ruang rekam medik di RS SMC telogorejo penyimpanan dokumen dengan sistem Sentralisasi tetapi masih di sebelahkan antara berkas rawat jalan dengan berkas rawat inap dan bukan dalam satu folder. Sistem penomoran menggunakan Unit Numbering System ( UNS ) dan sistem penjajaran menggunakan Terminal Digit Filing ( TDF ).
3. Struktur Organisasi Rekam Medis
Gambar 1.1 Struktur Organisasi
Tugas Pokok :
a. OIC Medical Record bertugas mengkoordinasi, mengawasi, serta bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan di bidang rekam medis rawat jalan, rawat inap maupun pengolahan data & klaim sertaverifikator BPJS sehingga tercapai mutu pelayanan rekam medis di RS SMC telogorejo semarang.
b. Bagian Assembling bertugas melaksanakan assembling dokumen rekam medis agar dapat tersusun urut dan lengkap.
Direktur Utama
Medical Staff Division Manager
Medical Record OIC
Koordinator Rekam Medis Rawat Inap & Data - Klaim
Koordinator Rekam Medis Rawat Jalan
Koding & Indexing
Assembling
Pengolahan Data& Pelaporan Customer servis Klaim-Mitra, Jamsostek, JR Retensi & Pemilahan Dokumen
Filing Klaim-Reimbursement/Pribadi Filing Juru Ekspedisi Scanner assembling Koding & Indexing
Koding-BPJS RI & RJ Tim Pengendali JKN
c. Bagian Koding dan indeksing bertugas mengkoding atau memberi kode penyakit dan mengindeks kode diagnosa dan tindakan yang ada di dokumen rekam medis ke komputer.
d. Bagian Filing bertugas melaksanakan proses penyimpanan dan pengambilan kembali dokumen rekam medis agar dokumen rekam medis tersimpan dengan benar.
e. Distribusi dokumen rekam medis bertugas sebagai petugas expedisi yang mengantar dokumen rekam medis pada klinik atau ruangan yang meminjam.
f. Retensi DRM bertugas memilah dokumen rekam medis yang bernilai guna dan yang akan di musnahkan.
g. Pengolahan data rawat inap bertugas membuat pelaporan berkaitan dengan pasien rawat inap dan pengolah data rawat jalan bertugas membuat pelaporan berkaitan dengan pasien rawat jalan.
h. Klaim diagnosa bertugas membuat resume medis untuk perusahaan yang bekerja sama dengan RS SMC telogorejo, Askes, Jamsostek dan lain – lain.
i. Klaim suransi bertugas membuat resume medis untuk asuransi baik asuransi pribadi maupun asuransi tagihan perusahaan.
j. Customer servis bertugas menerima pasien asuransi yang mengurus klaim asuransi.
k. Verifikator BPJS bertugas menentukan tarif rawat inap pasien BPJS yang akan di klaim oleh BPJS.
l. Scanner bertugas menscan formulir RM 2 yang berisi catatan perjalanan penyakit pasien.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian DRM pasien BPJS kasus kanker serviks Tahun 2014 di RS SMC Telogorejo Semarang pada tanggal 22 Januari 2016 dengan 40 responden, peneliti akan menyajikan hasil penelitian terhadap DRM pasien BPJS kasus kanker serviks didasarkan pada indikator LOS yang dinilai berdasarkan standar rumah sakit dalam dapat diuraikan data – data tabel sebagai berikut ini :
a. Kanker serviks
Tabel 4.1
Distribusi Pasien dengan diagnosa kanker serviks tahun 2014
Bulan ∑ % Januari 3 7,5 Februari 3 7,5 Maret 3 7,5 April 4 10 Mei 2 5 Juni 2 5 Juli 6 15 Agustus 3 7,5 September 5 1,5 Oktober 3 7,5 November 4 10 Desember 2 5 Total 40 100
sumber:DRM dan data pasien BPJS Kanker serviks tahun2014
Berdasarkan Tabel 4.1 pasien dengan kanker serviks paling banyak di bulan Juli sebesar 15%.
b. Tindakan Operasi
Tindakan Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan di tangani.
Tabel 4.2
Tabel Tindakan Operasi untuk pasien Kanker serviks
Kategori ∑ % Hysterectomi 11 27,5 Cystografi 3 7,5 Curettage 4 10 USG 8 20 Kemoterapi 4 10 Tanpa tindakan 10 25 Total 40 100
Sumber : DRM dan data pasien BPJS kanker serviks tahun 2104
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa tindakan operasi yang paling banyak dilakukan untukpenderita kanker serviks adalah
Hysterectomi sebesar 27,5%.
c. Diagnosa Sekunder
Diagnosa sekunder adalah diagnosa selain diagnosa utama yang muncul atau sudah ada sebelum dan setelah pasien di rawat di rumah sakit. Diagnosa sekunder terdiri dari diagnosa penyerta ( comorbidity ) dan diagnosa penyulit ( komplikasi ).
Tabel 4.3
Jumlah dan jenis diagnosa sekunder pasien kanker serviks
Diagnosa ∑ %
Anemia 15 37,5
Perdarahan pervagina 2 5
Chronic kidney disease 2 5
Kanker Otak 1 2,5
Kista Bartolin 1 2,5
Kanker Bulli 1 2,5
Diabetes mellitus 3 7,5
Sumber: DRM dan data pasien BPJS kanker serviks tahun 2014
Berdasarkan Tabel 4.3 diagnosa sekunder yang paling sering di derita oleh pasien kanker serviks adalah Anemia sebesar 37,5%.
d. LOS Pasien Kanker serviks
LOS pasien adalah lama perawatan yang diperoleh dari tanggal keluar – tanggal masuk berdasarkan data RM 1
Tabel 4.4
Tabel LOS Pasien Kanker serviks
Kategori ∑ % 2 hari 6 15 3 hari 5 12,5 4 hari 3 7,5 5 hari 3 7,5 6 hari 4 10 7 hari 3 7,5 8 hari 3 7,5 9 hari 9 22,5 10 hari 2 5 13 hari 1 2,5 21 hari 1 2,5 Total 40 100
Sumber : DRM dan data pasien BPJSkanker serviks tahun 2014
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa persentase LOS terbanyak yaitu denganlama di rawat 9 hari sebesar 22,5%.
Fistula vesico vagian 1 2,5
Hydronephrosis 1 2,5
Osteoarthritis knee 1 2,5
Tanpa diagnosa sekunder 11 27,5
e. Tingkat keparahan
Tingkat keparahan pasien dilihat dari hasil Grouping pada System Sofware INA-CBG’s dibagian casemix. Yang termasuk dalam kategori tingkat keparahan I apabila tidak ada komplikasi. Yang termasuk dalam kategori tingkat keparahan II apabila ada komplikasi ( minor ). Dan yang termasuk dalam kategori tingkat keparahan III dan IV apabila ada komplikasi ( mayor ).
Tabel 4.5
Tabel Tingkat Keparahan Pasien Kanker serviks
Kategori ∑ % I 18 45 II 13 32,5 III 4 10 IV 5 12,5 Total 40 100
Sumber: DRM dan data pasien BPJS kanker serviks tahun 2014
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa tingkat keparahan pasien kanker serviks paling banyak adalah tingkat keparahan I (45%) lebih besar dibandingkan tingkat keparahan II, III, dan IV.
f. Kesesuaian LOS dengan Standar
Tabel 4.6
Tabel Jumlah lama di rawat Pasien Kanker serviks terhadap kesesuaian LOS
Kategori ∑ %
Sesuai Standar 28 70
Tidak sesuai Standar 12 30
Total 40 100
Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan hasil bahwa pasien Kanker serviks yang lama perawatannya sesuai dengan standar (70%) lebih besar daripada yang tidak sesuai dengan standar (30%).
g. Tabulasi silang lama dirawat menurut tingkat keparahan Tabel 4.7
Tabel Tabulasi silang lama dirawat menurut tingkat keparahan
Kesesuaian LOS Severity Sesuai ∑ % Tidak sesuai ∑ % I 19 48,7 6 54,5 II 17 43,6 3 27,3 III 1 2,6 0 0 IV 2 5,1 2 18,2 Total 39 100 11 100
Berdasarkan tabel 4.7 persentase LOS yang tidak sesuai dengan standar pada pasien dengan tingkat keparahan I ( 54,5% ) lebih besar daripada pasien dengan tingkat keparahan II ( 27,3% ) dan tingkat keparahan IV ( 18,2% ).
h. Diagnosa Sekunder dengan Kesesuain LOS
Tabel 4.8
Tabel Tabulasi silang Diagnosa Sekunder dengan kesesuaian LOS
Kesesuaian LOS
Diagnosa sekunder Sesuai
∑ %
Tidak sesuai
∑ %
Ada Diagnosa Sekunder 23 74,2 6 66,7
Tidak Ada Diagnosa Sekunder 8 25,8 3 33,3
Berdasarkan Tabel 4.8 diatas, prosentase LOS yang tidak sesuai dengan standar pada pasien kanker serviks yang memiliki diagnosa sekunder(66,7%) lebih besar daripada yang tidak memiliki diagnosa sekunder (33,3%).
i. Tindakan Medis dengan Kesesuaian LOS
Tabel 4.9
Tabulasi Silang Tindakan Medis dengan Kesesuaian LOS
Kesesuaian LOS Severity Sesuai ∑ % Tidak sesuai ∑ % Hysterectomi 5 17,3 6 54,5 Cystografi 1 3,4 2 18,2 Curettage 4 13,8 0 0 USG 8 27,6 0 0 Kemoterapi 3 10,3 1 9,1
Tidak ada tindakan 8 27,6 2 18,2
Total 29 100 11 100
Berdasarkan tabel 4.9 diatas, persentase LOS yang tidak sesuai dengan standar pada pasien kanker serviks yang melakukan tindakan
hysterectomie( 54,5% ), lebih besar dari pada yang melalui Cystografi
(18,2%), kemoterapi(9,1%) dan tidak ada tindakan (18,2%)
C. Pembahasan
Dari hasil pengamatan, kasus penyakit kanker serviks dapat dijelaskan berdasarkan beberapa variabel penelitian diantarnya : tingkat keparahan, tindakan medis, lama
dirawat, diagnosa
sekunder, standar rumah sakit. Adapun pembahasannya adalah sebagai berikut :1. Tingkat keparahan
Standar LOS INA-CBG’s ditentukan sesuai dengan level atau tingkat keparahan atau severity, yaitu tingkat keparahan I, tingkat keparahan II, dan tingkat keparahan III& IV. Pada keparahan I tidak ada komplikasi, tingkat keparahan II ada komplikasi minor, artinya komplikasi sudah mempengaruhi diagnosa utama, dan tingkat keparahan III & IV komplikasi mayor yang artinya komplikasinya lebih banyak dan sangat mempengaruhi diagnosa utama.(11)Dari hasil pengamatan, tingkat keparahan I dengan persentase 45% dan yang paling sedikit adalah tingkat keparahan II dengan persentase 32,5%, Tingkat keparahan III dengan persentase 10%. Dan tingkat keparahan IV dengan persentase 12,5 %. Hal tersebut berarti dengan adanya diagnosa komplikasi atau diagnosa sekunder maka akan mengakibatkan semakin panjangnya LOS dimana tergantung dari jenis diagnosa komplikasi dan diagnosa sekunder tersebut, sehingga pada level atau tingkat keparahan II,III & IV dengan LOS yang melebihi standar LOS akan berakibat pada financial rumah sakit.(2)
2. Lama dirawat
` Lama dirawat adalah jumlah hari dimana pasien mendapatkan perawatan rawat inap di rumah sakit, sejak tercatat sebagai pasien awal (
admision ) hingga keluar dari rumah sakit ( discharge ). Lama dirawat termasuk dalam variabel penelitian. Standar lama hari perawatan penderita kanker serviks di rawat di rumah sakit tergantung pada tingkat keparahannya. Apabila melebihi dari standar yang telah di tentukan ada kemungkinan disertai dengan komplikasi atau penyakit lain ( diagnosis sekunder ).(3) Dari hasil pengamatan peneliti menemukan LOS terbanyak yaitu dengan lama perawatan 9 hari sebanyak 22,5% dan LOS pasien
dengan nilai persentase yang sama yaitu LOS pasien 4 hari, 5 hari, 7 hari, 8 hari sebanyak 7,5%,3 hari sebanyak 12,5%, 2 hari sebanyak 15% dan 6 hari sebesar 10% dan 10 har sebanyak 5%i,13 hari dan 21 hari sebesar 2,5%. LOS pasien bisa menjadi kurang atau lebih harinya bahkan jumlah harinya bila sama dengan standar LOS.
3. Standar LOS
Salah satu penggunaan sumber data yang diperlukan dalam memberikan pelayanan kesehatana di rumah sakit dimana sebagai suatu sistem klasifikasi kombinasi beberapa jenis penyakit dan prosedur atau tindakan pelayanan di suatu rumah sakit dan pembiayaan yang dikaitkan dengan mutu dan efektivitas pelayanan terhadap pasien. INA-CBG’s dibuat berdasarkan data – data rumah sakit di indonesia ( INA ).Dalam menentukan LOS INA-CBG’s tersebut, terdapat tingkat keparahannya yang disebut dengan level yang dapat dibagi menjadi 3 level, yaitu level I, II dan III,IV. Dalam RS SMC Telogorejo Semarang, sofware INA-CBg’s sudah digunakan sejak digantinya dari INA-DRG ke INA-CBG’s dengan perbedaan groupernya yaitu jika INA-DRG menggunakan grouper angka sedangkan INA-CBG’s menggunakan grouper huruf dimana sudah diklasifikasikan sesuai dengan penyakitnya. Namun dalam menentukan kebijaksanaan mengenai hari perawatan , Buku ketetapan rumah sakit yang diberikan pada masing – masing rumah sakit menurut keputusan menteri departemen kesehatan masih menggunakan INA-DRG.
INA CBG’s adalah salah satu solusi yang terbaik dalam mencapai target tersebut, Dimana system ini merupakan suatu format klsifikasi kombinasi beberapa jenis penyakit dan tindakan pelayanan disuatu rumah sakit dengan pembiayaan yang dikaitkan dengan mutu dan efektivitas pelayanan itu sendiri. Sistem ini dapat pula digunakan sebagai
standar penggunaan sumber data yang diperlukan dalam penyediaan pelayanan kesehatan untuk melayani pasien di rumah sakit. INA-CBG’s juga memudahkan implementasi program dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang sejalan dengan penggolongan penyakit atau dengan kata lain adalah system pembayaran pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan mutu, pemerataan, jangkauan dalam system pelayanan kesehatan yang menjadi salah satu unsur dalam pembiayaan kesehatan serta mekanisme pembayaran untuk pasien berbasis kasus campuran.(7)
Dari hasil pengamatan, didapatkanLOS pasienyang sesuai sebesar 70 % lebih besar dibandingkan dengan LOS pasien yang tidak sesuai yaitu sebesar 30%. Semakin panjang LOS maka akan berakibat pada financial rumah sakit, Sehingga dalam kelengkapan pengisian DRM pasien harus ditulis lengkap karena sangat mempengaruhi dalam pengkodean.
4. Diagnosa Sekunder
Diagnosa lain yang menggambarkan suatu kondisi dimana pasien mendapatkan pengobatan, atau dimana dokter mempertimbangkan kebutuhan – kebutuhan untuk memasukkannya dalam pemeriksaan kesehatan pasienlebih lanjut berdasarkan observasi pada RM 1.
Dari hasil pengamatan, peneliti menemukan adanya diagnosa sekunder yang paling banyak adalah Anemia sebesar 37,5% lebih besar dibandingkan dengan Diabetes Mellitus sebesar 7,5%, Perdarahan pervagina dan Chronic kidney disease sebesar 5%, Kanker otak, Kista bartolin, Kanker bulli, Hypoalbuminea dan lainnya sebesar 2,5%. Tidak adanya diagnosa sekunder sebesar 27,5%. Karena dengan adanya
diagnosa sekunder yang mengikuti diagnosa awal menyebabkan lebih lamanya pasien dirawat.
5. Tindakan Medis
Tindakan Medis yang dilakukan dalam kasus penyakit kanker serviks adalah tindakan yang dilakukan oleh dokter yang berkaitan dengan penyakit tersebut.
Dari hasil pengamatan, peneliti menemukan adanya tindakan Medis yang sering dilakukan yaitu tindakan hysterctomie sebesar 27,5% lebih banyak dibandingkandengan tindakan Cystografi sebesar 7,5%, Curettage 10%, Kemoterapi 16%, USG 20% dan yang tidak adanya tindakan operasi sebesar 25%.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan pada BAB IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pasien BPJS penderita kanker serviks yang paling banyak ada di bulan Juli dengan persentase sebesar 15%, Bulan Januari, Februari, Maret dan Agustus, Oktober sebesar 7,5%. April, November sebesar 10%. Mei, Juni sebesar 5% danSeptember sebesar 1,5%.
2. Data DRM pasien BPJS yang diteliti ada 40 responden semua dengan diagnosa utama kanker serviks.
3. Persentase pasien kanker serviks yang dilakukan tindakan medis paling banyak adalah hysterectomie dengan persentase 27,5%, Cytografi 7,5%, Curettage 10, USG 20%% dan Kemoterapi 10%.
4. Persentase diagnosa sekunder yang paling sering diderita oleh pasien kanker serviks adalah diagnosa Anemia dengan persentase sebesar 37,5%.
5. Pasien BPJS penderita kanker serviks yang termasuk tingkat keparahan I sebanyak 18 pasien dengan persentase 45%, tingkat keparahan II sebanyak 13 pasien dengan persentase 32,5%, dan tingkat keparahan III& IV sebanyak 4&5 pasien dengan persentase 10% dan 12%.
6. Pada pasien BPJS dengankasus kanker serviks LOS pasien yang tidak sesuai sebesar 30% lebih rendah dari LOS pasien yang sesuai dengan LOS INA-CBG’s sebesar 70%.
7. Persentase padaLOS terbanyak yaitu dengan lama rawat 9 hari sebesar 22,5%.
B. Saran
1. Melakukan sosialisasi tentang kelengkapan pengisian DRM pasien khususnya pada diagnosis pasien dan tindakan yang dilakukan oleh dokter. Karena kelengkapan isi dokumen rekam medis pasien sangat mempengaruhi dalam pengkodean dan mempengaruhi biaya perawatan pasien.
2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang dampak financial LOS pasien BPJS yang melebihi LOS rumah sakit yang sudah distandarkan menteri kesehatan.
3. Penulisan, penyebutan, atau penggunaan diagnosa penyakit ataupuntindakan yang diberikan harus jelas penulisannyakarena apabila salah dalampengkodean akan mempengaruhi biaya perawatan pasien dan akan menjadi kerugian rumah sakit.
4. Berdasarkan kesimpulan yang didapat maka perlu dilakukan pendekatan lebih lanjut tentang faktor – faktor yang berkaitan dengan tingkat keparahan melalui hipotesis secara statistik, khususnya pada ringkat keparahan I.
5. Pada diagnosa sekunder dapat digunakan untuk bahan diskusi agar dapat dievaluasi agar mendapatsuatu kebijaksanaan guna meningkatkan mutu pelayana medis.
6. Pada pasien kanker serviks dengan tingkat keparahan I bisa ditangani oleh rumah sakit dasar bukan tingkatan tingkat lanjut, tetapi pasien dengan tingkat keparahan III & IV bisa di rujuk ke rumah sakit tingkat lanjut.