• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Hasil Hutan Bukan Kayu

Undang-undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, menerangkan bahwa hasil hutan merupakan benda-benda hayati, nonhayati dan turunannya, serta jasa yang dihasilkan dari hutan. Indonesia termasuk negara tropis yang memiliki hasil produksi hutan kayu dan non kayu dalam jumlah yang sangat besar.

Menurut Peraturan Menteri Kehutanan nomor: P.35/Menhut-II/2007 tentang hasil hutan bukan kayu. Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang berasal dari hutan.

2.2 Agathis

2.2.1 Ciri-ciri agathis

Agathis spp. termasuk dalam famili Araucariaceae. Pohon berukuran sedang hingga sangat besar, berumah satu, memiliki tinggi hingga 60-65 m, cabangnya simetris atu melingkari batang. Batang utama lurus, berbentuk silinder, diameter hingga 200-400 cm, tidak berbanir, tetapi sering dengan akar permukaan membengkak. Pepagan luar abu-abu hingga coklat kemerah-merahan, mengelupas dengan serpih-serpih besar, sedikit bundar tak teratur dan tebal, meninggalkan permukaan bernoktah agak kasar, hitam atau coklat agak lembayung hingga coklat kekuning-kuningan pada pohon besar. Tajuk monopodial, akhirnya menjadi simpodial, pada pohon muda berbentuk kerucut, bulat atau seperti payung, cabang-cabang besar sering membelok ke atas tidak teratur, takikan batang pepagan dalam putih susu atau merah muda, mengeluarkan damar tembus cahaya atau putih jernih yang disebut kopal. Daun bertepi rata, bertangkai sangat pendek, agak berhadapan, bulat telur hingga bentuk lanset, menjagat, pertulangan daun sejajar, rapat, permukaan daun kasar. Biji menempel di sepanjang pangkal sisik buah (Harjadi et al.1998).

(2)

2.2.2 Penyebaran dan Habitat

Marga agathis diperkirakan memiliki 21 jenis, 11 diantaranya terdapat di kawasan Malesia. Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Filipina, Maluku, sampai Selandia Baru. Agathis tumbuh baik di hutan hujan dataran rendah hingga pegunungan rendah, pada ketinggian hingga 2000 m dpl (Harjadi et al.1998). Nurhasybi dan Dede (2001) mengatakan bahwa daerah penyebaran alami Agathis loranthifolia meliputi Papua New Guinea, New Britain, Indonesia (Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Irian Jaya), Philipina, Malaya. Jenis ini umumnya tumbuh pada tempat yang memiliki kelembaban (3.000–4.000 mm/tahun). Temperatur rata-rata tahunan 25–30°C. Pada dataran rendah, jenis ini ditemukan pada tanah berbatu seperti pasir podzolik (pada hutan kerangas), ultrabasa, tanah kapur, dan batuan endapan. Anakan jenis ini memerlukan naungan dan memperlihatkan pertumbuhan yang lambat selama tahun pertama. Setelah bebas dari kompetisi dengan semak belukar, pertumbuhannya menjadi cepat, seperti terlihat pada sebagian besar hutan hujan primer. Sistem perakaran sensitif terhadap kekurangan oksigen dan pohon tidak tahan genangan air. Di luar sebaran alaminya, telah di tanam di Jawa. Agathis memerlukan drainase yang baik dan tumbuh pada kondisi tanah dengan pH 6,0 – 6,5 serta tahan terhadap tanah berat (heavy soil) dan keasaman.

2.2.3 Kegunaan

Menurut Harjadi et al. (1998) kayu agathis digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain untuk bahan bangunan di dalam ruangan, kotak teh, papan wol kayu, bahan kertas, dan kayu lapis. Damar dari pepagan dalam, yang dikenal dengan nama kopal, digunakan sebagai bahan pernis, linoleum, dupa, cat, dan lain sebagainya.

2.2.4 Struktur Anatomi Kayu Konifer

Pandit dan Kurniawan (2008) menyatakan bahwa kelompok kayu daun jarum, sering juga disebut kayu lunak atau kayu konifer memiliki struktur kayu lebih sederhana bila dibandingkan dengan struktur daun lebar dan juga sering

(3)

disebut sebagai kayu berstuktur homogen. Kayu konifer disusun oleh elemen-elemen ke dalam 2 arah orientasi, yaitu :

A. Elemen-elemen yang bersifat prosenkim a. Trakeida

Sel trakeida terdapat pada semua jenis kayu jarum dan elemen ini merupakan komponen utama penyusun kayu daun jarum, hampir 90% - 95 % kayu daun jarum disusun oleh sel-se trakeida. Panjang sel ini berkisar antara 1–7 mm. Pada dinding radial sel trakeid penuh mengandung noktah berhalaman.

b. Trakeida Berdamar

Sel ini umumnya terdapat pada zona transisi kayu gubal ke kayu teras. Pada sel ini terjadi pengendapan zat-zat damar dalam lumen sel-sel trakeida yang berhubungan dengan se jari-jari. Warna endapan umumnya coklat sampai kehitam-hitaman.

c. Trakeida Rantai

Trakeida rantai terdapat pada jenis-jenis yang mempunyai sauran damar aksial atau pada jenis-jenis yang memiliki parenkim aksial. Noktah halaman terdapat pada dinding radial maupun pada dinding ujungnya.

B. Elemen-elemen yang bersifat Parenkim a. Parenkim Aksial

Parenkim aksial adalah sel yang umumnya berbentuk seperti kotak, persegi empat kecuali sel-sel yang terdapat pada ujung-ujung yang berbentuk membulat atau meruncing. Sel ini umumnya mempunyai dinding sel yang tipis bila dibandingkan sdengan sel trakeida. Sel ini tersusun dalam deretan vertikaldan pada lumen berisi zat berwarna gelap dengan noktah sederhana pada dinding sel dan horisontal pada dinding ujungnya.

b. Parenkim Jari-jari

Pada penampang lintang jari-jari kayu akan nampak seperti garis-garis tipis yang mengarah ke empulur. Berdasarkan lebarnya jari-jari kayu dapat terdiri dari jari-jari-jari-jari sempit bila disusun sari satu

(4)

atau dua baris sel dan jari-jari lebar bila disusun oleh lebih dari dua baris sel.

C. Pernoktahan Silang Jari-jari

Bila parenkim jari-jari bersinggungan dengan trakeida aksial maka akan terbentuk pasangan noktah setengah halaman (halpbordered). Terkadang pada dinding sel parenkim jari-jari didaerah pernoktahan silang jari-jari tidak terdapat noktah sehingga noktah halaman yang terdapat pada dinding sel trakeida aksial akan menentukan sistem pernoktahan yang terbentuk. D. Saluran Damar Normal

Sauran damar merupakan saluran yang dibatasi oleh sel-sel epitel yang sangat tipis yang berfungsi mengeluarkan zat-zat tertentu ke dalam saluran. Ada dua macam saluran berdasarkan arahnya di dalam batang, yaitu : Saluran damar aksial yang sejajar dengan sumbu batang, dan saluran damar radial tegak lurus dengan sumbu batang yang memiliki ukuran lebih besar.

E. Saluran Luka (Traumatik)

Saluran traumatik terjadi akibat adanya luka-luka dalam batang pohon. Saluran ini penyebarannya dalam deretan tangensial dan biasanya hanya terbatas pada bagian kayu awal. Saluran luka ini juga bisa radial atau aksial tergantung arahnya dalam batang.

Menurut Mandang dan Pandit (1997) ciri-ciri anatomi kayu Agathis adalah tidak memiliki sel-sel pembuluh dalam kayunya, hanya terdapat trakeid, parenkimia aksial, dan jari-jari. Trakeid terdapat pada seluruh kayu kecuali pada jari-jari empulur, tersusun secara teratur dalam baris-baris radikal dan tidak mempunyai isi. Parenkim dan saluran damar tidak ada, jari-jari empulur ada sangat rapat seluruhnya tersusun sel-sel baring. Batas-batas lingkaran sangat nyata, warna gubal tidak jauh berbeda dengan kayu teras.

2.3 Kopal

Menurut Whitmore (1977), kopal merupakan eksudat dari kulit dalam pohon Agathis, kopal merupakan cairan kental berwarna jernih atau putih yang semakin lama semakin keras setelah terkontaminasi dengan udara.

(5)

Manuputty (1955) membagi kopal menjadi beberapa jenis yaitu :

1. Kopal Bua, adalah kopal tidak disadap, sebagian besar digali dari tanah, sebagian berasal dari luka-luka cabang yang kopalnya diambil beberapa bulan kemudian.

2. Kopal Loba, adalah kopal yang didapat dengan cara penyadapan pohon-pohon agathis dan sangat menyerupai getah lilin. Kopal ini keras dan berwarna kuning sampai coklat.

3. Kopal Melengket, adalah kopal yang dihasilkan dari kegiatan penyadapan kemudian dipungut dari pohon setelah dua atau tiga minggu. Kopal jenis ini berwarna sangat terang dan bersih.

Menurut Riyanto (1980) diantara saluran kopal dan sel parenkim (sel penyimpan cadangan makanan) yang mengelilingi saluran kopal pada semua sisi terdapat keseimbangan osmotik. Jika dibuat luka pada kulit dalam maka saluran kopal akan terbuka. Dengan terbukanya saluran kopal maka keseimbangan osmotik mulai terganggu sehingga kopal keluar dari salurannya.

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopal

Riyanto (1980) menyatakan bahwa potensi kopal secara kuantitatif pada dasarnya dipengaruhi dua faktor pokok, yaitu :

1. Faktor fasif yang terdiri dari kualitas tempat tumbuh, umur pohon, kerapatan tegakan, sifat genetik dan ketinggian tempat tumbuh dari permukaan laut

2. Faktor aktif yang terdiri dari kuantitas dan kualitas tenaga sadap, perlakuan kimia, dan pelakuan mekanis, seperti penutupan luka dengan plastik.

Kelas ukuran diameter batang memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata. Semakin besar diameter batang semakin besar hasil kopal. Hal ini dapat dimengerti karena semakin besar diameter batang, maka lebar dan ketebalan kulit batang akan juga semakin besar. Dengan demikian semakin besar diameter batang akan semakin banyak jumlah jaringan epitel pada kulit batang yang memproduksi getah (Lempang 1997).

(6)

Menurut Dulsalam dan Sumantri (1985) keluarnya kopal dipengaruhi oleh tutup luka sadapan, arah sadapan dan lamanya penyadapan. Wratsongko (2005), menyatakan produksi kopal juga dipengaruhi oleh kondisi iklim pada lokasi penelitian. ketika kondisi hari hujan, kopal yang keluar dari jaringan kulit batang mengalir tidak tertampung pada gelas penampung melainkan meluap hingga jatuh ke permukaan tanah akibat gelas penampung terpenuhi oleh air hujan. Hal ini akan memberikan hasil yang berbeda pada saat dilakukan penimbangan dimana berat kopal cenderung jadi berkurang.

2.5 Penyadapan Getah Agathis spp.

Riyanto (1980) mengemukakan bahwa pohon Agathis yang diambil getahnya harus diambil dari pohon yang sehat. Pohon-pohon yang tidak sehat atau tidak normal (busuk batang, kanker batang, dan terpuntir 30%) sebaiknya tidak disadap walaupun menghasilkan getah yang lebih banyak, karena akan lebih mudah terserang penyakit sehingga akan menurunkan kualitas kayunya. Pohon Agathis yang diambil getahnya adalah pohon yang berdiameter 30 cm ke atas. Penyadapan getah Agathis juga dilakukan pada pohon yang telah berumur 21 tahun.

2.6 Stimulansia

Santosa (2006) menyatakan bahwa stimulansia berfungsi sebagai perangsang terbentuknya etilena pada tanaman dan selanjutnya menaikkan tekanan osmosis serta tekanan turgor yang menyebabkan aliran getah bertambah cepat dan lebih lama. Etilena pada hakekatnya adalah suatu hormon pertumbuhan yang banyak berperan pada perubahan suatu tanaman, antara lain terjadi perubahan dalam membran yang permeable dari dinding saluran getah sehingga selama ada aliran getah, air masuk dalam saluran getah dan jaringan-jaringan disekitarnya.

2.7 Zat Pengatur Tumbuh

Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) merupakan senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain, dan pada

(7)

konsentrasi yang sangat rendah mampu menimbulkan suatu respon fisiologis (Frank dan Cleon 1992).

Etilen adalah suatu gas yang dibentuk dari pembakaran yang tidak sempurna dari senyawa-senyawa yang kaya akan ikatan karbon. Etilen juga merupakan suatu senyawa karbon sederhana yang tidak jenuh dalam bentuk gas memiliki sifat-sifat fisiologis yang luas pada aspek pertumbuhan, perkembangan dan senescen tanaman (Wattimena 1988). Menurut Winarno (2002) etilen (C2H4)

adalah jenis senyawa tidak jenuh atau memiliki ikatan rangkap yang dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman pada waktu-waktu tertentu dan pada suhu kamar etilen berbentuk gas. Etilen merupakan gas yang dapat digolongkan sebagi hormon tanaman yang aktif dalam proses pematangan. Etilen disebut hormon karena dapat memenuhi persyaratan sebagai hormon yang dihasilkan oleh tanaman, bersifat mobile dalam jaringan tanaman dan merupakan senyawa organik.

Gas etilen tidak berwarna dan mudah menguap. Etilen dianggap sebagai hormon tumbuhan karena merupakan hasil metabolisme, bekerjasama atau antagonistik dengan hormon-hormon tumbuhan lainnya. Jumlah etilen yang normal di dalam jaringan tanaman adalah rendah, biasanya kurang dari 0,1 ppm. Kegunaana etilen yaitu menghambat pertumbuhan, membentuk lapisan absisi, mengontrol pembentukan bunga, merangsang inisiasi akar, merangsang dormansi biji dan tunas, merangsang peemasakan buah, merubah polaritas tumbuh dan menghambat tanggapan tropostik, menghambat perluasan daun, merangsang eksudasi. Etilen banyak melibatkan aspek tumbuh dan perkembangan tanaman baik secara endogen maupun diberi dari luar. Etilen memiliki struktur yang cukup sederhana dan diproduksi pada tumbuhan tingkat tinggi dari asam amino metionin yang esensial pada seluruh jaringan tumbuhan.

Hormon pada pohon yang berpengaruh pada getah yaitu etilen. Hormon ini aktif bila ada kerusakan mekanis, stress dan terjadinya infeksi contohnya perlukaan. Suatu tahap pembentukan resin yang polanya cukup konsisten adalah adanya dehidratasi jaringan diikuti pembentukan etilen. Peranan etilen tersebut terutama mereorganisasi peranan enzim dalam sistem sel untuk sintesa grup polyphenol sehingga dapat mendorong terbentuknya resin dalam pohon. Oleh

(8)

karena itu senyawa yang dapat merangsang pembentukan etilen dalam pohon sering dipergunakan sebagai stimulansia bagi peningkatan produksi resin. Sebagai contoh misalnya penggunaan 2-Chloro ethyl-phosponic acid (CEPA-Ethrel) (Wattimena 1988).

Referensi

Dokumen terkait

inframerah dan pbototransistor sebagai penerimanya. Sensor inframerah tersebut berfiingsi untuk mendeteksi adanya benda obyek berwarna terang atau obyek berwarna gelap.

Gerakan gelombang berjalan dari daya yang ditransmisikan atau disalurkan dalam sebuah waveguide dihasilkan oleh tegangan dan arus input yang mana secara kombinasi muncul sebagai

mati, hukum bacaan qalqalah, hukum bacaan lam-ra, hukum bacaan mad dan mati, hukum bacaan qalqalah, hukum bacaan lam-ra, hukum bacaan mad dan waqaf hukum bacaan

Layanan ini memberikan keseluruhan arahan, desain konten dan struktur program dan proyek atas proyek dan program yang perlu mengimplementasi inisiatif terkait SAP milik Penerima

Kajian ini melibatkan sesi interaksi lisan remaja dalam situasi formal iaitu interaksi yang dilaksanakan dalam Ujian Lisan Berasaskan Sekolah (ULBS) sebenar yang dijalankan

• Penyimpanan benih kedelai selama tiga bulan dengan perlakuan tehnik pengemasan plastic kedap udara memberikan rata-rata daya berkecambah lebih baik dari pada tanpa vakum

Dengan penanaman nilai-nilai keagamaan tersebut diharapkan siswa tidak hanya berpikir apa yang ada dan apa yang terjadi, melainkan juga dapat merenungkan dan memahami bahwa ada

Salah satunya dengan memenuhi kebutuhan bahan-bahan industri melalui pendirian pabrik industri kimia dan diusahakan untuk dapat mengekspor produk kimia seperti sodium