• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEHENDAK BEBAS MANUSIA berdasarkan pemik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEHENDAK BEBAS MANUSIA berdasarkan pemik"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KEHENDAK BEBAS MANUSIA

(berdasarkan pemikiran Agustinus dan Calvin)

IDE POKOK:

Kehendak Bebas orang percaya berbeda dengan kehendak bebas orang yang tidak mengenal Tuhan karena kehendak bebas orang percaya ada dalam lingkup kasih karunia.

I. PENDAHULUAN:

Secara pribadi belakangan ini saya begitu ‘terpesona’ (fascinated; amazed) dengan keadaan manusia. Manusia itu begitu hebat. Saya kagum dengan banyak orang. Kita bisa kagum pada seseorang karena karakternya. Tapi saya juga kagum dengan penemu2 yang hebat: penemu pesawat terbang, penemu komputer. Perancang bangunan yang megah, dan macam-macam yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Manusia memang hebat. Hebat dalam sisi positif.

Pada sisi lain, saya juga masih terpesona dengan manusia-manusia yang menggunakan kehebatannya untuk hal negatif: “bagaimana bisa mereka melakukan itu!”. Seperti: Kehebatan Para wakil Rakyat dan Pejabat yang hebat dalam korupsi, salah satunya, Ketua BPK yang tugasnya memeriksa keuangan, ternyata ia sendiri belum melaporkan kekayaannya dan bahkan dia punya perusahaan di luar negeri dan sepertinay sedikitpun tidak punya rasa malu. Begitu juga diketemukannya bisnis narkoba di penjara. Ternyata beberapa penjara di Indonesia menjadi pusat narkoba, baik pengguna, pengedar dan pembuat. Belum lagi pembunuhan-pembunuhan yang dengan mudah dilakukan, termasuk membunuh diri sendiri.

Hal itu menimbulkan pertanyaan: What’s wrong? Ada apa sebenarnya? Siapa yang salah? Jawabnya ada pada KEHENDAK BEBAS MANUSIA

II. APA YANG DIMAKSUD KEHENDAK BEBAS?

A. Kehendak bebas berkaitan dengan masalah: kedaulatan Allah, kehendak Allah, predestinasi, gambar Allah, dosa, dll. Akan tetapi kita tidak akan membicarakan semua. Batasan

(2)

B. Beberapa definisi:

1. Free Will menurut Merriam-Webster's Learner's Dictionary a. Simple Definition of free will

- the ability to choose how to act  kemampuan untuk memilih bagaimana bertindak - the ability to make choices that are not controlled by fate or God  kemampuan

untuk mengambil pilihan yang tidak dikontrol oleh nasih atau Tuhan. b. Full Definition of free will

- freedom of humans to make choices that are not determined by prior causes or by divine intervention  kebebasan manusia untuk mengambil pilihan tanpa ditentukan oleh penyebab awal atau campur tangan ilahi.

2. Menurut Wikipedia:

Kehendak bebas adalah kemampuan yang dimiliki seseorang atau sesuatu makhluk untuk membuat pilihan secara sukarela, bebas dari segala kendala ataupun tekanan yang ada.

3. Definisi umum:

Free Will adalah Kehendak Bebas yang dianugerahkan oleh Tuhan di mana "manusia yang membuat keputusan akhir menurut kehendaknya sendiri." Free Will itulah yang membuat menusia bebas untuk "memilih taat" ataupun "memilih tidak taat."

(3)

III. MANUSIA DAN KEHENDAK BEBASNYA A. Sejarah Manusia

1. Diciptakan menurut gambar dan Rupa Allah:

Menurut Kejadian 1:26a “Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” & 27: “ Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”  Manusia merupakan keberadaan yang keseluruhan dirinya mencitrakan dan mencerminkan Allah.

Gambar Allah dalam manusia ini meliputi struktur maupun fungsi:

a. Yang dimaksud gambar Allah secara struktural adalah berbagai karunia yang ada dalam manusia, termasuk kekuatan intelektualnya, rasional, moralitas, serta kesadaran akan keilahian (sensus divinitas) nya.

b. Yang dimaksud gambar Allah secara fungsional terdiri dari pengetahuan, kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Atau dengan kata lain, berfungsinya manusia secara benar dalam keharmonisan dengan kehendak Allah bagi dirinya, penekanan pada tindakan, relasi dengan Allah dan sesamanya.

2. Jatuh dalam Dosa:

Walau manusia yang diciptakan sempurna dengan gambar dan rupa Allah, ternyata ia bisa jatuh dalam dosa. Hal itu dikarenakan Allah tidka menciptakan manusia sebagai robot yang bisa diatur. Kalau demikian, itu bukanlah gambar Allah, karena, gambar dan rupa Allah mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk memilih yang benar dan salah. Ternyata dalam kebebasannya tersebut, manusia memilih untuk melawan Allah dan percaya akan apa yang dikatakan iblis. Sejak saat itu, manusia melepaskan diri dari Allah dan beralih menjadi budak iblis dan dosa. Naturnya berubah, menjadi natur yang dikuasai oleh dosa. Gambar Allah itu rusak

3. Adanya pemulihan atau rekonsiliasi dalam Kristus:

Akan tetapi Allah memberikan jalan keluar yaitu dengan adanya rekonsiliasai dan pemulihan di dalam Kristus.

a. Gambar Allah yang diperbarui.

(4)

Pertama, pembaruan ini memampukan manusia untuk terarah secara benar kepada Allah (relasi yang benar dengan Allah). Kedua, hal ini juga memampukan manusia secara benar terarah kepada sesamanya (relasi yang benar dengan sesamanya) dan ketiga, memampukan manusia untuk dapat menjalankan fungsinya untuk berkuasa dan memelihara ciptaan Allah secara benar (relasi yang benar dengan bumi dan isinya).

Pembaruan Gambar Allah ini tidak bersifat statis, melainkan suatu proses (pengudusan) yang berlangsung secara terus menerus hingga seorang manusia mencapai ‘pemuliaan’.

b. Gambar Allah disempurnakan.

Pada saat pemuliaan, gambar Allah dalam diri manusia akan disempurnakan. Semua manusia yang ada dalam Kristus,a kan menjadi seperti Dia. Dikatakan bahwa melalui karya penebusan Kristus, manusia menjadi lebih tinggi dari Adam sebelum ia jatuh dalam dosa. Karena kalau Adam masih “bisa tidak berdosa dan mati (posse non peccare et mori), maka orang kudus dalam kemuliaan, “tidak bisa berdosa dan mati” (non posse peccare et mori). Itulah keadaan orang kudus (manusia yang telah ditebus oleh Kristus), hidup dalam kesempurnaan kekekalan.

B. Siapakah manusia?

Manusia adalah mahluk ciptaan sekaligus mahluk pribadi: pribadi yang diciptakan. Ciptaan berarti bergantung sepenuhnya pada Allah dan - Pribadi berarti memiliki

kemandirian yang relatif

(5)

agar manusia memilih, mengasihi Allah atau melawan Dia. Itulah keunikan manusia, ciptaan yang berpribadi.

C. Ada Apa Dengan Kehendak Bebas? Menjadi penyebab Dosa

Apa yang terjadi dengan kehendak bebas yang Tuhan berikan pada manusia?

Manusia pertama mempunayi kekebasan dalam memilih. Memang Tuhan menciptakan manusia secara sempurna, dalam gambar Allah yang orisinal dan sejati. Itu disebut dalam tahap integritas. Akan tetapi cerita tidak berhenti sampai di situ. Dalam perkembangannya, manusia melakukan pilihan yang salah.

Adam memiliki posse non peccare (bisa tidak berdosa) tapi belum memiliki non posse peccare (tidak bisa berdosa). Adam mempunyai kemungkinan untuk berdosa. Gambar Allah dalam diri manusia ada batasannya, karena manusia bukan Allah.

Dapat dikatakan karena adanya kehendak bebas, maka manusia dimungkinkan untuk berdosa.

IV. BEBERAPA MACAM KEHENDAK BEBAS

Menurut AgustInus, ia membedakan 3 macam kehendak bebas berdasarkan kronologis: Ada 3 macam kehendak bebas:

1. Sebelum kejatuhan – kehendak bebas yang sempurna: benar-benar dapat membedakan mana yang baik dan mana yang salah:

a. Kehendak bebas diciptakan baik adanya

b. Kehendak bebas memungkinkan adanya kemampuan untuk berbuat dosa serta kemampuan untuk tidak berbuat dosa

c. Kehendak bebas menuntut kewajiban moral. Penggunaan kehendak bebas adalah secara sukarela, bukan suatu keharusan

d. Kehendak bebas memungkinkan manusia untuk melakukan tindakan bebas: i. Tindakan bebas adalah tindakan yang sukarela, bukan suatu paksaan ii. Tindakan bebas adalah tindakan yang ditentukan oleh diri sendiri

2. Setelah kejatuhan – Gambar Allah dalam diri manusia telah rusak total oleh dosa. a. Dalam kejatuhan itu sendiri, manusia mempunyai kemampuan untuk jatuh dalam

(6)

b. Hilangnya kebebasan, manusia masuk dalam perbudakan dosa. Kebebasan itu menjadi suatu perbudakan oleh dosa.

c. Kacaunya pengetahuan. Walau manusia masih mampu berpikir, namun kemampuan berpikirnya jauh dibawah keadaan manusia sebelum kejatuhan.

d. Hilangnya kasih karunia Tuhan, manusia ada dalam penghukuman Allah.

e. Hilangnya Firdaus, manusia, bumi maupun mahluk ciptaan yang lain terkena kutukan Tuhan, sehingga harus bersusah payah dan berjuang melawan kejahatan dan dosa. f. Munculnya dosa kedagingan, dosa pemenuhan keinginan daging termasuk nafsu-nafsu

yang tidak benar.

g. Kematian fisik. Dalam penciptaan, manusia mempunyai kemampuan untuk mati dan untuk tidak mati, namun saat Adam memilih memakan buah itu, berarti ia memilih untuk mati.

h. Warisan dosa dan rasa bersalah terhadap seluruh umat manusia.

Oleh karena itu, kehendak bebas itupun berubah, ada hubungan erat antara kehendak bebas dan dosa, yaitu:

a. Karena manusia memilih berbuat jahat, maka masuklah dosa b. Manusia jatuh secara sukarela, tidak dipaksakan

c. Manusia yang jatuh dalam dosa kehilangan kebebasannya untuk melakukan perbuatan baik tanpa pertolongan Tuhan.

3. Dalam kasih karunia - Hanya oleh kasih karunia melalui iman sajalah manusia mampu melakukan kebaikan. Namun, kasih karunia itu sendiri bukanlah pilihan manusia (predestinasi)

a. Kasih karunia diperlukan untuk menanggulangi kehendak yang jahat b. Hanya orang-orang yang telah diselamatkan yang betul-betul bebas. c. Karunia dibutuhkan untuk memelihara hukum Tuhan

d. Kasih Karunia Allah bekerja dalam kehendak bebas manusia secara misterius dan sulit untuk dilukiskan.

(7)

Melalui penebusa, kebebasan sejati itu telah dipulihkan. Dalam terang kasih karunia, manusia mempunyai kemampuan untuk melakukan apa yang menyenangkan Allah. Kebebasan sejati ini erat kaitannya dengan proses pengudusan (sanctification) yang harus dijalani oleh mereka yang telah ditebus oleh Kristus hingga mereka kelak mencapai pemuliaan.

Kebebasan sejati ini adalah kebebasan yang diperoleh melalui penebusan Kristus yang membebaskan manusia dari budak dosa. Jadi kebebasan sejati berarti hidup sebagai ‘Hamba Allah’.

Menurut Calvin, kebebasan sejati terdiri dari tiga aspek:

a. Kebebasan dari kewajiban memenuhi hukum Taurat sebagai syarat keselamatan.

b. Kebebasan untuk menaati hukum Allah dengan sukarela, didorong oleh rasa syukur kita.

c. Kebebasan dalam kaitannya dengan perkara-perkara eksternal yang dalam dirinya sendiri tidak ditentukan (adiaphora – tidak dilarang dan tidak diperintahkan)  legalisme

Jadi ciri dari kebebasan sejati adalah: (a) Tidak bertentangan dengan hukum (b) Tidak bertentangan dengan pelayanan (c) Kebebasan untuk mengasihi

V. PENGARUH KEHENDAK BEBAS BAGI MANUSIA A. Bagi orang yang belum mengalami rekonsiliasi

1. Keadaan kehendak bebas mereka:

Kejatuhan manusia membuatnya mengalami kerusakan total yang berarti kerusakan yang menjangkau setiap aspek natur manusia termasuk rasio, kehendak, selera dan dorongan-dorongannya. Secara natur tidak ada kasih kepad Allah yang menjadi prinsip hidup dan motivasinya.

(8)

Kehendak bebas yang dipunyainya hanyalah kehendak untuk melakukan yang tidka baik. Ia tidak mempunyai kemampuan untuk memilih. Yang dapat dilakukannya hanyalah melakukan yang tidak baik.

2. Apa yang mereka lakukan:

a. Kecenderungan melakukan hal yang bertentangan dengan Allah:

- “Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.” (Rm.8:7) - “Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh

berlawanan dengan keinginan daging -- karena keduanya bertentangan --

sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. “(Gal.5:17) b. Kecenderungan melakukan hal yang najis di hadapan Allah:

- Seperti yang dikatakan Tuhan Yesus: ”... sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.”(Mrk.7:21-22)

- Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu --seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (Gal.5:19-21)

B. Bagi orang yang telah mengalami rekonsiliasi: 1. Keadaan kehendak bebas mereka:

Mereka yang telah menerima penebusan telah dilahirkan kembali dari Roh Allah. Ada suatu pembaharuan total. Sebagai mahluk yang telah diperbarui, menjadi seperti Kristus dan mempunyai gambar yang sejati yang hanya mempunyai keinginan untuk menyenangkan Tuhan. Tujuan mula-mula manusia telah dipulihkan, yaitu untuk memuliakan Tuhan dan menikmati Dia.

(9)

adalah pada Kristus. Ada dalam suatu persekutuan yang erat dengan Kristus. Sehingga apa yang dikehendakinya adalah yang sesuai dengan kehendak Tuhan.

Kehendak bebas mereka yang ada di dalam Kristus ada dalam ruang lingkup kasih karunia.

2. Apa yang mereka lakukan:

Bagaimanapun juga, masih ada pergumulan, namun dengan kuasa Roh Kudus dapat melakukan apa yang berkenan bagi Allah, karena mereka dikuasai oleh Roh Allah, maka apa yang mereka lakukan adalah sesuai dengan pimpinan Roh Allah.

- Akan melakukan hal yang menyenangkan Allah : Galatia 5:16-17 Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging -- karena keduanya bertentangan -- sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.

- Adanya buah-buah Roh dalam kehidupan mereka. Galatia 5:22-23 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Mereka yang ada dalam Tuhan, memang harus mengambil keputusan-keputusan. Ada yang mengatakan bahwa hidup ini penuh dengan pilihan. Setiap waktu kita dihadapkan pada pilihan-pilihan. Baik pilihan kecil maupun pilihan besar. Mereka yang ada di dalam Tuhan, mempunyai kecenderungan untuk melakukan pilihan yang tidak bertentangan dengan firman Tuhan. Apakh tidak mungkin melakukan kesalahan atau hal yang tidak berkenan bagi Allah. Bisa saja, tapi karena ia ada dalam kuasa Roh Allah, maka akan sadar dan mengakui kesalahan dan memperbaikinya. Ia ada dalam proses pengudusan.

VI. PENUTUP - KESIMPULAN

Kehendak Bebas orang percaya berbeda dengan kehendak bebas orang yang tidak mengenal Tuhan karena kehendak bebas orang percaya ada dalam lingkup kasih karunia.

(10)

Kebebasan yang mereka punyai adalah bagaikan kebebasan bergerak dalam sebuah rumah, dalam ruang lingkup kasih karunia. Ia bebas melakukan apa saja di dalam rumah. Akan tetapi Tuhan tidak mengijinkan dia bergerak keluar dari rumah, dari kasih karunianya dan mencoba masuk dalam zona berbahaya, hutan rimba di mana iblis berkeliaran.

Gambaran ini sebenarnya erat kaitannya dengan presdestinasi dan jaminan keselamatan. Tuhan menentukan mereka yang menjadi umat pilihanNya, Mereka adalah orang-orang yang beroleh kasih karunia. Tuhan akan selalu mengawal ‘kehendak bebas mereka’ sehingga tidak mungkin mereka keluar dari pagar keselamatan kasih karunia Allah. Maka mereka yang menjadi umat pilihan Allah pasti hidup dalam lingkup kasih karunia Allah yang memungkinkan mereka hidup dengan kehendak bebas yang hanya ingin memuliakan Tuhan dan menikmati Dia.

Oleh : Giamyati Tedjaseputra

(11)

Basinger, David, ed. Predestination and Free Will. Downers Grove: Inter Varsity Press, 1986.

Berkhof, Louis. Teologi Sistematika: Doktrin Allah. Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1993

Berkhof, Louis. Teologi Sistematika: Doktrin Manusia. Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1993

Boettner, Loraine. The Reformed Doctrine of Predestination. Philadelphia: The Presbyterian and Reformed Publishing Company, 1973.

Bonar, Horatius. God’s Will, Man’s Will, and Free Will. Wilmington: Sovereign Grace Publisher, 1972.

Bourke, Vernon J, ed. Saint Augustine: City of God. New York: Image Books, 1958.

Burleigh, John H.S. Augustine: Earlier Writings. Philadelphia: The Westminster Press, 1953.

Erickson, Millard J. Christian Theology. Grand Rapids: Baker Book House, 1991.

Geisler, Norman L, ed. What Augustine Says. Grand Rapids: Baker Book House, 1982.

Hoekema, Anthony A. Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah. Surabaya: Momentum, 2003.

Meagher, Robert. Augustine: On the Inner Life of The Mind. Indianapolis: Hackett Publishing Company, 1998.

Olson, Roger E. Fighting Words. Christian History, Vol. XIX No.3 2000

Portalie, Eugene. A guide to the Thought of Saint Augustine. Chicago: Henry Regnery Company, 1960.

Sell, Alan P.F. Augustine versus Pelagius: A Causionary Tale of Perennial Importance. Calvin Theological Journal, Vol. 12 No.2 Nov.1997

Sproul, R.C. Willing to Believe: the Controversy over Free Will. Grand Rapids: Baker Books, 1997.

(12)
(13)

Referensi

Dokumen terkait

9) Pemikiran Dasar.. Umat Kristiani di seluruh penjuru dunia dipanggil dan diutus untuk mewartakan kasih kebaikan Allah yang menyelamatkan umat manusia. Setiap umat hidup

 .. panggilan untuk diutus. Dengan kata lain hidup sebagai religius adalah hidup untuk melaksanakan kehendak yang mengutus yaitu Allah bukan kehendak sendiri. Dalam hal ini

Kamu telah dipang- gil untuk menjadi umat Allah bersama dengan semua orang dari mana saja yang percaya dalam Tuhan kita Yesus Kristus — Tuhan mereka dan Tuhan kita.. 3 Semoga Allah

- Ketika bangsa Israel tidak kembali kepada Allah, mereka dibuang. Bangsa Israel adalah bangsa atau UMAT PILIHAN ALLAH. Mereka dipilih dari seluruh bangsa yang ada di muka bumi

Hidup sesuai kehendak Allah bukanlah pilihan, melainkan ungkapan syukur, iman, dan ketaatan kita yang seharusnya kepada Allah sebagai orang-orang yang telah

Persatukanlah kami dengan mereka yang sering kami abaikan dan kami lukai hatinya dalam persekutuan kasih-Mu.. Terpujilah Engkau, Allah Tritunggal, yang kasih

Orang yang telah menerima kasih karunia Allah akan hidup dalam kasih karunia tersebut tidak lagi mencintai dirinya dan segala yang dimiliki, tetapi

Para nabi sebagai yang menyampaikan kehendak Allah dinyatakan dalam orasi-orasi mereka.15 Berbagai bidang kehidupan umat menjadi pusat perhatian para nabi untuk membimbing mereka kepada