• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PERAN WARGA SEKOLAH DAN PERAN PE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PERAN WARGA SEKOLAH DAN PERAN PE"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MATA KULIAH

KESEHATAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

PERAN SERTA WARGA SEKOLAH DAN UPAYA PEMERINTAH

DALAM PROGRAM ADIWIYATA

SEKOLAH BERWAWASAN LINGKUNGAN

Oleh:

NURMAINES ADHYKA

1620322014

PRODI PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah kami tepat waktu.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada bapak Nizwardi Azkha, SKM, MPPM, MSi selaku dosen pengampu dan pembimbing mata kuliah Kesehatan dan pengelolaan lingkungan serta semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, Desember 2016

(3)
(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada point ke empat dari pasal 65 menyebutkan bahwa setiap orang berhak dan mempunyai peran masing-masing dalam pegelolaan lingkungan hidup. Ini berarti bahwa siapapun dia baik pemerintah maupun masyarakat mempunyai kewajiban untuk ikut dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan.

Pendidikan merupakan bagian penting dalam mewujudkan salah satu cita-cita luhur bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui pendidikan kualitas sumber daya manusia Indonesia dapat ditingkatkan, sehingga akan memberikan dukungan terhadap pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yaitu, mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan juga sangat mempengaruhi perkembangan fisik, daya jiwa (akal, rasa dan kehendak), sosial dan moralitas manusia serta merupakan alat terpenting untuk menjaga diri dan memelihara nilai-nilai positif. Pengaruh yang ditimbulkan pendidikan ini memberikan dampak pada bertambahnya pengetahuan dan keterampilan serta akan menolong dalam pembentukan sikap yang positif.

Pendidikan juga memberikan peluang kepada masyarakat untuk melakukan suatu tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi pertumbuhan atau perkembangan jiwa, watak, atau kemampuan fisik mereka melalui lembaga-lembaga pendidikan yang dengan sengaja mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan dari generasi ke generasi.

(5)

Sekolah sebagai Institusi pendidikan dan juga merupakan wadah pendidikan bagi manusia merupakan target utama untuk dilibatkan dalam upaya pengelolaan lingungan hidup lewat implementasi dalam setiap mata pelajaran yang ada dalam dunia pendidikan ini. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, bagi kemakmuran masyarakat, bangsa, dan Negara.

Sekolah merupakan salah satu komponen utama dalam kehidupan seorang anak selain keluarga dan lingkungan sekitar mereka. Secara umum sekolah merupakan tempat dimana seorang anak distimulasi untuk belajar di bawah pengawasan guru. Sekolah juga tempat yang signifikan bagi siswa dalam tahap perkembangannya dan merupakan sebuah lingkungan sosial yang berpengaruh bagi kehidupan mereka. Sehubungan dengan hal tersebut, penanaman kepedulian terhadap kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan dilingkungan sekolah perlu dilakukan sejak dini agar terbentuk rasa menghargai, memiliki dan memelihara sumberdaya alam pada diri siswa-siswi.

Pendidikan lingkungan hidup di sekolah merupakan salah satu dari penerapan pendidikan karakter. Pendidikan karakter dan pendidikan lingkungan hidup menanamkan nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi pengetahuan (kognitif), kesadaran atau kemauan (afektif), dan tindakan (psikomotor) untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.

Secara formal pendidikan lingkungan hidup menjadi salah satu alternatif yang rasional untuk memasukkan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum. Pendidikan lingkungan hidup merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan dalam pengelolaan lingkungan hidup dan juga menjadi sarana yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang dapat melaksanakan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Melalui proses belajar mengajar yang bermuatan pendidikan lingkungan hidup, penyediaan lingkungan sekolah yang asri dan ditunjang dengan fasilitas sekolah yang memungkinkan atau menunjang kearah menyadarkan, mengarahkan dan membimbing siswa menuju terbentuknya etika lingkungan.

Melalui pendidikan lingkungan diharapkan masyarakat dapat turut serta melaksanakan upaya penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup dengan mengembangkan sikap, bentuk-bentuk perilaku, kemampuan sosial dan kemampuan individu yang mencintai lingkungan.

(6)

oleh manusia dan hal ini harus ditanamkan pemahamannya kepada generasi ke generasi. Dasar pemahaman akan pentingnya lingkungan hidup ini harus dipahami oleh manusia yang merupakan salah satu makhluk hidup yang ada dalam sistem ini mempunyai kemampuan berpikir serta mempunyai nurani untuk menangkap informasi, budaya dan teknologi (Soerjani,2007:2). Kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup perlu di tanamkan kepada manusia dan perlu dilakukan sejak dini sehingga tertanam nilai-nilai kecintaan akan lingkungan. Diharapkan dengan tertanamnya nilai-nilai kecintaan terhadap lingkungan ini akan terus meningkatkan pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya lingkungan sehinggga menumbuhkan kesadaran mereka untuk ikut terlibat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan.

Pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya lingkungan hidup selain dapat diperoleh melalui pendidikan formal yakni lewat bangku pendidikan namun juga dapat di peroleh lewat pendidikan nonformal. Pendidikan formal yaitu pendidikan yang terstruktur dan terjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan terjenjang; sedangkan pendidikan informal berupa pendidikan yang diperoleh melalui keluarga dan lingkungan.

Pendidikan formal yang dimaksud adalah dunia pendidikan merupakan wahana yang resmi untuk menyampaikan pemahaman dan pengetahuan akan lingkungan hidup. Ini berarti bahwa lembaga pendidikan atau sekolah merupakan wahana yang penting untuk mendidik dan membina manusia untuk mengerti dan memahami suatu ilmu. Pemahaman dan pengertian Lingkungan Hidup tidak cukup disampaikan dalam bentuk pesan-pesan lingkungan begitu saja namun perlu di implementasikan lebih jauh lagi sebagai suatu ilmu pengetahuan dalam mata pelajaran baik itu secara monolitik maupun terintegrasi. Hal ini di maksudkan agar siswa lebih di tuntut untuk memahami pentingnya lingkungan hidup.

Dengan keterlibatan pihak sekolah dalam upaya ini maka peran pemerintah sangat penting untuk menjadi pengontrol bagi jalannya program implementasi pemahaman dan pengetahuan akan lingkungan hidup di sekolah. Pemahaman akan lingkungan hidup telah dimasukan dalam salah satu mata pelajaran berdasarkan kesepakatan antara Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan Menteri Pendidikan Nasional dalam Keputusan nomor: Kep 07/MENLH/06/2005 – Nomor : 05/VI/KB/2005 tentang Pembinaan dan Pengembangan.

(7)

masyarakat, maka tanggal 3 Juni 2005 ditandatangani Kesepakatan Bersama antara Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan Menteri Pendidikan Nasional. Berdasarkan kesepakatan tersebut, maka pendidikan lingkungan harus berdasarkan konsep dasar makna lingkungan hidup. Untuk merealisasikan kesepakatan ini maka tanggal 21 Februari 2006 dicanangkan program Adiwiyata. Program Adiwiyata ini adalah sebagai salah satu strategi pemberian pendidikan lingkungan yang dilakukan pemerintah dengan maksud agar tercipta sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.

Tujuan utama dari kesepakatan ini adalah agar Pendidikan Lingkungan Hidup dapat terintegrasi dalam kurikulum pendidikan nasional sehingga dapat mewujudkan perubahan perilaku peserta didik menjadi ramah lingkungan. Pendidikan Lingkungan Hidup yang diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan nasional tentunya mempengaruhi perkembangan siswa baik bidang akademis, sosial maupun pribadi. Oleh karena itu siswa diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan pendidikan yang sedang berlangsung.

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup terus memainkan peranannya dengan mendorong pendidikan lingkungan hidup untuk dimasukan dalam kurikulum sekolah. Secara formal pendidikan lingkungan hidup menjadi salah satu alternatif yang rasional untuk memasukan pendidikan lingkungan hidup ke dalam kurikulum yang dilakukan secara monolitik.

Selain mata pelajaran PLH sebagai bagian yang diintegrasikan dengan mata pelajaran yang ada di sekolah, Kementrian Lingkungan Hidup bekerja sama dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mendorong sekolah-sekolah untuk menciptakan suasana sekolah yang berbudaya lingkungan dengan mengadakan kompetisi Sekolah Berbudaya Lingkungan atau dikenal dengan program Adiwiyata. Program ini dicanangkan pada tahun 2006 sebagai tindak lanjut MoU tanggal 3 Juni 2003 antara Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional. Program Adiwiyata ini baru di mulai tahun 2006 dan dikhususkan untuk pulau Jawa karena masih pada tahap mencari model untuk kriterianya. Namun sejak tahun 2007 program ini kemudian dilaksanakan menyeluruh ke tiap propinsi yang ada di Indonesia (KLH, 2010).

Berdasarkan Pedoman Adiwiyata tahun 2010 (KLH, 2010), Program Adiwiyata adalah program untuk menciptakan sekolah yang berbudaya dan peduli lingkungan.

Indikator penting dari konsep sekolah Adiwiyata adalah :

1. Pengembangan Kebijakan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan 2. Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan

3. Pengembangan Kegiatan Berbasis Partisipatif

(8)

Sekolah yang telah mendapatkan predikat adiwiyata dianggap telah berhasil membentuk karakter peduli terhadap lingkungan. Hal ini diketahui dari beberapa penelitian, diantaranya yang dilakukan Andar Abdi Saragih yang mengemukakan bahwa ada pengaruh yang positif dari program adiwiyata terhadap kognitif, afektif, dan psikomotorik lingkungan siswa (Saragih, 2012). Serta Yupiter L. Manurung (2011) yang menyatakan bahwa Program Adiwiyata yang diimplementasikan di SDN Panggang 04 Jepara telah menumbuh kembangkan karakter peduli lingkungan dari warga sekolah SDN Panggang 04 Jepara hal ini dapat dilihat melalui kegiatan seperti menanam dan merawat tanaman, memilah dan membuang sampah, menghemat pemakaian air, listrik dan kertas. Dan juga penelitian Rahmat Mulyana (2009) dengan Judul Penanaman Etika Lingkungan Melalui Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan, yang diterbitkan melalui Jurnal Tabularasa PPs Unimed Vol. 6 No. 2 Desember 2009, ia menemukan bahwa pendidikan lingkungan hidup yang dilakukan di sekolah peduli dan berbudaya lingkungan dinilai efektif dalam menanamkan kepedulian terhadap kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan.

Dari penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa program Adiwiyata mampu mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah dapat ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat dan menghindarkan dampak lingkungan yang negatif. Selain itu program Adiwiyata ini bertujuan untuk menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah (guru, murid dan pekerja lainnya), sehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Upaya mendorong kesadaran dari komunitas sekolah dalam upaya penyelamatan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan ini merupakan tanggung jawab bersama baik komunitas sekolah, pemerintah, masyarakat dan swasta.

Pendidikan Lingkungan diharapkan mampu menjembatani dan mendidik manusia agar berperilaku bijak. Masa anak-anak merupakan perjalanan yang kritis sebagai generasi bangsa di masa mendatang. Oleh sebab itu diperlukan penanaman pengetahuan yang benar, sehingga akan dapat dijadikan bekal pengetahuan, pembentukan perilaku serta sikap positif yang tertanam dalam dirinya hingga kelak mengijak ke masa remaja dan dewasa.

(9)

secara terprogram dan berkelanjutan, hingga pada saatnya akan tercipta insan-insan pribadi bangsa yang utuh, yang memiliki kepribadian menghargai dan melestarikan alam.

1.2

TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran serta warga sekolah dan peran serta pemerintah dalam program Adiwiyata.

1.3 MANFAAT

Manfaat dalam penulisan makalah ini adalah :

1. Memberikan gambaran peran serta yang dapat dilakukan oleh warga sekolah dalam menyukseskan program Adiwiyata di daerahnya masing-masing.

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sekolah Adiwiyata

Pengertian ADIWIYATA itu sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari dua kata yaitu “Adi” dan “Wiyata”. Adi bermakna besar, agung, baik, ideal atau sempurna. Wiyata, berarti tempat seseorang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, norma, etika dalam kehidupan sosial. Adiwiyata merupakan tempat yang baik dan ideal untuk memperoleh ilmu pengetahuan, norma, dan etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup menuju cita–cita pembangunan yang berkelanjutan (Anonim, 2007).

Sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan dimana program Adiwiyata adalah program untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan yang diselenggarkan oleh menteri lingkungan hidup dan menteri pendidikan (Permen No.05 Tahun 2013).

Tujuan program Adiwiyata ini adalah untuk menciptakan kondisi yang ideal bagi sekolah sebagai tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah (guru, siswa dan karyawan) sehingga nantinya sekolah tersebut dapat bertanggung jawab dalam upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan yang berkelanjutan. Di samping itu, program ini juga mengembangkan norma dasar, antara lain: Kebersamaan, Keterbukaan, Kesetaraan, Kejujuran, Keadilan, dan Kelestarian Lingkungan Hidup. Sehubungan dengan itu prinsip utama dari program Adiwiyata adalah: (1) Partisipatif, artinya setiap kegiatan harus melibatkan seluruh warga sekolah mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi sesuai tugas dan tanggung jawab masing–masing; dan (2) Berkelanjutan, artinya seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus.

Program Adiwiyata ini dijalankan berdasarkan prinsip edukatif, partisipatif dan berkelanjutan. Program ini diikuti oleh Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) maupun madrasah yang berstatus negeri maupun swasta. Adiwiyata merupakan salah satu program Kementrian Lingkungan Hidup dalam upaya rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah dapat ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat dan menghindarkan dampak lingkungan yang negatif.

(11)

dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Program Adiwiyata dikembangkan berdasarkan norma-norma dalam berperikehidupan yang antara lain meliputi: kebersamaan, keterbukaan, kesetaraan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam.

Empat aspek yang harus menjadi perhatian sekolah untuk dikelola dengan cermat dan benar apabila mengembangkan Program Adiwiyata yakni; Kebijakan, Kurikulum, Kegiatan, dan Sarana Prasarana. Sehingga secara terencana Pengelolaan aspek-aspek tersebut harus diarahkan pada indikator yang telah ditetapkan dalam program Adiwiyata.

1. Kebijakan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan, 2. Kurikulum Berbasis Lingkungan,

3. Kegiatan Berbasis Parisipatif dan

4. Sarana dan Prasarana Pendukung Ramah Lingkungan.

1. Pengembangan Kebijakan Sekolah.

Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan maka diperlukan model pengelolaan sekolah yang mendukung dilaksanakannya pendidikan lingkungan hidup oleh semua warga sekolah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Program Adiwiyata yakni Partisipatif dan Berkelanjutan. Pengembangan Kebijakan Sekolah yang diperlukan untuk mewujudkan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan tersebut antara lain ; a. Visi dan Misi Sekolah yang Peduli dan Berbudaya Lingkungan.

b. Kebijakan Sekolah dalam mengembangkan Pendidikan Lingkungan Hidup.

c. Kebijakan Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) baik Pendidikan maupun tenaga Kependidikan dibidang Pendidikan Lingkungan Hidup.

d. Kebijakan Sekolah dalam hal penghematan Sumber Daya Alam

e. Kebijakan Sekolah yang mendukung terciptanya Lingkungan Sekolah yang Bersih dan Sehat.

f. Kebijakan Sekolah untuk pengalokasian dan penggunaan dana bagi kegiatan yang terkait dengan lingkungan hidup.

2. Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan

Penyampaian materi lingkungan hidup kepada para peserta didik dapat dilakukan melalui kurikulum belajar yang bervariasi, dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang lingkungan hidup yang dikaitkan dengan persoalan lingkungan sehari-hari. Pengembangan kurikulum berbasisi lingkungan hidup mewujudkan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan dapat dicapai dengan melakukan hal-hal berikut ini : a. Pengembangan model pembelajaran lintas mata pelajaran,

(12)

c. Pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan budaya,

d. Pengembangan kegiatan kurikuler untuk peningkatan pengetahuan dan kesadaran siswa tentang lingkungan hidup.

3. Pengembangan Kegiatan Berbasis Parsitipatif

Untuk mewujudkan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan, warga sekolah perlu dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran lingkungan hidup. Selain itu sekolah juga diharapkan melibatkan masyarakat di sekitarnya dalam melakukan berbagai kegiatan yang memberikan manfaat baik bagi warga sekolah, masyarakat maupun lingkungannya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh warga sekolah dalam pengembangan kegiatan berbasis partisipatif antara lain :

a. Menciptakan kegiatan ekstrakurikuler/kurikuler di bidang lingkungan hidup berbasis partisipatif di sekolah,

b. Mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar,

c. Membangun kegiatan kemitraan atau memprakarsai pengembangan pendidikan lingkungan hidup di sekolah.

4. Pengelolaan dan atau pengembangan Sarana Pendukung Sekolah

Dalam mewujudkan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan sarana prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan dan pengembangan sarana tersebut antara lain :

a. Pengembangan fungsi sarana pendukung sekolah yang ada untuk pendidikan lingkungan hidup,

b. Peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan di dalam dan di luar kawasan sekolah, c. Penghematan sumberdaya alam (listrik, air dan ATK),

d. Peningkatan kualitas pelayanan makanan sehat, e. Pengembangan sistem pengelolaan sampah

(13)

Pada tahap awal, penghargaan Adiwiyata dibedakan atas dua kategori, yaitu :

 Sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang dinilai telah berhasildalam melaksanakan

Pendidikan Lingkungan Hidup.

 Calon sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang dinilai telah berhasil dalam pengembangan

lingkungan hidup.

Keberadaan program sekolah peduli dan berbudaya lingkungan akan dapat memberikan keuntungan bagi sekolah berupa:

1. Peningkatan efisiensi dalam penggunaan sumber dana dan daya; 2. Peningkatan suasana belajar lebih nyaman dan lebih kondusif;

3. Peningkatan kebersamaan semua warga sekolah (siswa, guru dan karyawan), menumbuhsuburkan nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup; 4. Terhindarnya dari dampak negatif dari lingkungan; dan

5. Mendapatkan penghargaan Adiwiyata dari Menteri Lingkungan Hidup.

Capaian akhir program adiwiyata adalah diharapkan terbentuk sekolah berwawasan lingkungan. Sekolah berwawasan lingkungan hidup adalah sekolah yang menerapkan nilai-nilai cinta dan peduli lingkungan pada sekolahnya. Pengajaran yang berbasis lingkungan dan kesadaran warga sekolah akan pentingnya lingkungan merupakan bagian terpenting dari sekolah berwawasan lingkungan hidup.

2.2 Pendidikan Lingkungan Hidup

Pendidikan merupakan salah satu cara merubah sikap dan perilaku masyarakat. Hal ini dimungkinkan karena pendidikan sangat mempengaruhi perkembangan fisik, daya jiwa (akal, rasa dan kehendak), sosial dan moralitas manusia serta merupakan alat terpenting untuk menjaga diri dan memelihara nilai-nilai positif. Pengaruh yang ditimbulkan pendidikan memberikan dampak pada bertambahnya pengetahuan dan keterampilan serta akan menolong dalam pembentukan sikap yang positif.

(14)

Menurut Widaningsih (2010) secara formal pendidikan lingkungan hidup menjadi salah satu alternatif yang rasional untuk memasukkan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum. Pendidikan lingkungan hidup merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan dalam pengelolaan lingkungan hidup dan juga menjadi sarana yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang dapat melaksanakan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Menurut Nurjhani dan Widodo (2009) pendidikan lingkungan dibutuhkan dan harus diberikan kepada anak sejak dini agar mereka mengerti dan tidak merusak lingkungan. Hal ini dipengaruhi beberapa aspek antara lain:

a. Aspek kognitif, pendidikan lingkungan hidup mempunyai fungsi untuk meningkatkan pemahaman terhadap permasalahan lingkungan, juga mampu meningkatkan daya ingat, penerapan, analisis, dan evaluasi.

b. Aspek afektif, pendidikan lingkungan hidup berfungsi meningkatkan penerimaan, penilaian, pengorganisasian dan karakteristik kepribadian dalam menata kehidupan dalam keselarasan dengan alam.

c. Aspek psikomotorik, pendidikan lingkungan hidup berperan dalam meniru, memanipulasi dalam berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya dalam upaya meningkatkan budaya mencintai lingkungan.

d. Aspek minat, pendidikan lingkungan hidup berfungsi meningkatkan minat dalam diri anak.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah sebuah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan potensinya. Tentu saja potensi yang dikembangkan dalam pendidikan berkembang ke arah yang positif dan bermanfaat bagi peserta didik maupun lingkungan di sekitarnya.

Pendidikan Lingkungan perlu diarahkan kepada makna ruang di alam raya yang terdiri atas segenap benda di alam semesta yang berjumlah jutaan. Ilmu pengetahuan tentang lingkungan perlu dimulai pelurusannya sebagai Kosmologi yang perlu diselaraskan dengan pengertian ilmu pengetahuan tentang lingkungan makro atau lingkungan alam semesta.

(15)

Pengelolaan Lingkungan (Mohamad Soerjani, 2009: 76) bahwa lingkungan hidup merupakan: “... sistem kehidupan yang terdiri atas ruang, pengada ragawi (benda, abiota, nirhidup) dan pengada insani (biota, makhluk hidup) termasuk manusia dan perilakunya, keadaan atau tatanan alam (gempa, gunung api meletus, petir, badai dsb), daya (peluang, tantangan dan kesempatan) yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan serta kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya.”

Dari uraian mengenai lingkungan hidup dapat diambil suatu pengertian bahwa lingkungan hidup merupakan suatu sistem kehidupan yang sangat luas. Sebuah sistem kehidupan yang mempengaruhi manusia dan makhluk hidup lainnya. Sistem ini meliputi benda-benda mati, benda-benda hidup seperti biota dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, keadaan alam serta daya. Pengertian mengenai pendidikan dan lingkungan hidup jika disatukan menjadi sebuah pengertian mengenai pendidikan lingkungan hidup, yaitu suatu bentuk usaha yang dilakukan secara sadar, terencana dan berlangsung seumur hidup melalui lembaga-lembaga pendidikan maupun lembaga-lembaga-lembaga-lembaga lain untuk mentransformasikan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan mengenai sistem kehidupan yang mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga diperoleh pengalaman yang mempengaruhi pertumbuhan atau perkembangan jiwa (mind), watak (character), atau kemampuan fisik (physical ability).

Pengelolaan lingkungan dilaksanakan melalui pendidikan lingkungan yang misinya adalah kearifan sikap, moral maupun spiritual dalam realitas perilaku kehidupan saat ini dan masa depan bagi keselamatan dan kesejahteraan ekosistem dimana kita berada (Mohamad Soerjani, 2009: 63)

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan lingkungan hidup adalah penanaman budaya melestarikan lingkungan yang dapat diajarkan melalui lingkungan pendidikan ataupun melalui melalui organisasi sosial yang memiliki misi kearifan sikap, moral, maupun spiritual dalam realitas perilaku kehidupan untuk kesejahteraan ekosistem tempat kita tinggal.

Pendidikan Lingkungan hidup menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2006) mempunyai visi misi, tujuan, sasaran dan ruang lingkup, yaitu:

a. Visi

Visi pendidikan lingkungan hidup yaitu: terwujudnya manusia Indonesia yang memiliki pengetahuan, kesadaran dan keterampilan untuk berperan aktif dalam melestarikan dan meningkatkan kualitas hidup.

b. Misi

Untuk dapat mewujudkan visi tersebut, maka ditetapkan misi yang harus dilaksanakan yaitu:

(16)

 Mengembangkan kapasitas kelembagaan pendidikan lingkungan hidup di pusat

dan daerah.

 Meningkatkan akses informasi pendidikan lingkungan hidup secara merata.  Meningkatkan sinergi antarpelaku pendidikan lingkungan hidup.

c. Tujuan

Tujuan pendidikan lingkungan hidup antara lain mendorong dan memberikan kesempatan pada masyarakat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang pada akhirnya dapat menumbuhkan kepedulian, komitmen untuk melindungi, memperbaiki serta memanfaatkan lingkungan hidup secara bijaksana,turut menciptakan pola perilaku baru yang bersahabat dengan lingkungan hidup, mengembangkan etika lingkungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.

d. Sasaran

Sasaran kebijakan pendidikan lingkungan hidup adalah:

 Terlaksananya pendidikan lingkungan hidup di lapangan sehingga dapat tercipta

kepedulian dan komitmen masyarakat dalam turut melindungi, melestarikan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup.

 Diarahkan untuk seluruh kelompok masyarakat, baik di pedesaan dan perkotaan,

tua muda, laki-laki dan perempuan di seluruh wilayah Indonesia sehingga tujuan pendidikan lingkungan hidup bagi seluruh rakyat Indonesia dapat terwujud dengan baik.

e. Ruang lingkup

Ruang lingkup dalam kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup meliputi:

 Pendidikan lingkungan hidup yang melalui jalur formal, non formal dan jalur

informal dilaksanakan oleh seluruh stakeholder.

 Diarahkan kepada beberapa halyang meliputi aspek: kelembagaan,sumber daya

manusia (SDM) yang terkait dalam pelaku/pelaksana maupun objek pendidikan lingkungan hidup, sarana dan prasarana, pendanaan, materi, komunikasi, dan informasi, peran serta masyarakat, dan metode pelaksanaan.

f. Dasar Hukum Pendidikan Lingkungan Hidup

Kebijakan pendidikan lingkungan hidup (MENLH: 2006), disusun berdasarkan:

(17)

 Piagam Kerjasama Menteri Negara Lingkungan Hidup/ Kepala Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan dengan Menteri Dalam Negeri Nomor 05/MENLH/8/1998 dan Nomor 119/1922/Sj tentang Kegiatan Akademik dan Non Akademik di Bidang Lingkungan Hidup.

Direktorat Jendral Pendidikan dasar dan Menengah (Dikdasmen) Dekdikbud juga terus mendorong dalam pengembangan dan pemantapan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah-sekolah antara lain melalui penataran guru, penggalakan bulan bakti lingkungan, penyiapan Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup untuk Guru SD, SMP, SMA, dan SMK, program sekolah asri dan lain lain.

Sementara itu, LSM maupun perguruan tinggi dalam mengembangkan pendidikan lingkungan hidup melalui seminar, lokakarya, penataran guru, pengembangan sarana pendidikan seperti penyusunan modul-modul intergrasi, buku-buku bacaan, dan lain-lain seperti diungkapkan Ade Fadli (2005).

g. Karakteristik Kurikulum

Menurut Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KNLH: 2010) karakteristik kurikulum dari muatan lokal Pendidikan Lingkungan Hidup adalah sebagai berikut:

 Muatan lokal kurikulum

Pendidikan lingkungan hidup dapat dibentuk melalui mata pelajaran khusus yang berdiri sendiri. Sebut saja mata pelajaran tersebut dengan istilah Pendidikan Lingkungan Hidup. Hal ini dapat dimungkinkan sebab dalam kurikulum KTSP disebutkan sekolah dapat menambah jam pelajaran atau jenis mata pelajaran dalam struktur kurikulum nasional maksimal 4 jam pelajaran.

 Intergrasi dengan seluruh pembelajaran

Jika sekolah tidak mampu membentuk kurikulum lingkungan hidup dalam satu mata pelajaran khusus, alternatiflainnya adalah dengan memasukan materi lingkungan hidup pada seluruh mata pelajaran. Adapun contoh mata pelajaran yang dapat disisipi muatan pendidikan lingkungan hidup antara lain misalnya, Biologi, Fisika, Geografi, Seni budaya, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan lain-lain.

 Tidak bersifat teoritis tapi aplikati

Pendidikan lingkungan hidup yang diterapkan dalam dunia pendidikan sebaiknya lebih bersifat aplikatif, sehingga tidak hanya melalui teori saja. Karena teori hanya akan bersifat hafalan saja apabila tidak ditunjang dengan kegiatan yang bersifat aplikatif. Dengan demikian siswa akan mudah menerapkannya dalam kehidupan nyata.

(18)

Masa remaja merupakan masa yang menyenangkan, sehingga masa remaja akan lebih identik dengan kegembiraan. Begitu pula dengan pendidikan lingkungan hidup yang sebaiknya dikemas dalam kegiatan yang menyenangkan. Sehingga, siswa tidak merasa terbebani dan lebih menikmati suasana pembelajaran. Bentuk kegiatan misalnya diintegrasikan dengan kegiatan kepramukaan, pecinta alam, dan lain sebagainya.

 Dimulai dari hal-hal sederhana dan dekat dengan siswa

Kegiatan siswa yang berkaitan dengan pendidikan lingkungan hidup di sekolah dapat dimulai dari hal terkecil dan sederhana, misalnya mengelola sampah dengan cara memisahkan jenis-jenis sampahnya, membuang sampah pada tempatnya dan lain-lain.

2.3 Sekolah Berawasan Lingkungan

Sekolah berwawasan lingkungan adalah sebutan bagi sekolah yang menjadikan pendidikan lingkungan sebagai salah satu misi dalam mencapai tujuan sekolah. Program pendidikan ini memberikan atmosfir di sekolah sehingga setiap saat ketika siswa berada dalam lingkungan sekolah siswa selalu bersentuhan dengan program ini. Dengan demikian pendidikan lingkungan hidup sudah terintegrasi ke dalam program sekolah.

Siswa selalu bersentuhan dengan pendidikan lingkungan hidup ketika di kelas, pada kegiatan ekstrakurikuler dan pada saat istirahat. Diharapkan dengan terintegrasinya pendidikan lingkungan hidup ini kedalam program sekolah menjadi proses pembiasaan sehingga diharapkan adanya pengembangan perilaku, sikap dari siswa untuk menghargai, mencintai dan memelihara lingkungan hidup yang di bawa sikap tersebut menjadi kebiasaan sehari-hari. Ketika program pendidikan lingkungan hidup di sekolah akan dimulai maka perlu dikembangkan suatu sistem yang dapat mengatur program ini. Sistem yang di kembangkan diharapkan dapat mengembangkan tingkat kepedulian siswa terhadap lingkungan, oleh karena itu sistem yang dibangun harus dapat melibatkan berbagai unsur sehingga program ini dirasakan menjadi milik seluruh warga sekolah.

Ada 6 tahapan yang dapat dilakukan dalam membuat program sekolah berwawasan lingkungan :

a. Tahap pertama: Pembentukan komite lingkungan sekolah

(19)

Komite lingkungan sekolah mempunyai peranan sebagai:

 Penjamin semua warga sekolah (termasuk murid) merasa terwakili untuk

mebuat keputusan dalam proses implementasi program;

 Untuk mendorong semua warga sekolah peduli terhadap eksistensi program;  Menjamin bahwa program di dukung oleh manajemen sekolah;

 Sebagai media untuk berhubungan atau melibatkan komunitas di luar

sekolah dalam menjalan program ini.

Komite lingkungan sekolah merupakan suatu badan yang mewakili seluruh warga sekolah, oleh karena itu anggota komite lingkungan sekolah yang ideal terdiri dari: Yayasan/dewan sekolah, kepala sekolah, guru, Siswa,Staf bukan guru, dan orang tua. Bentuk komite lingkungan sekolah sangat fleksibel tergantung kondisi sekolah. Komite lingkungan dapat dibagi menjadi beberapa sub komiteyang bertanggung jawab terhadap program tertentu.

Keterwakilan siswa dalam komite lingkungan merupakan salah satu faktor penting berhasilnya program pendidikan lingkungan tersebut. Keterwakilan siswa dalam komite lingkungan dapat dilakukan dalam beberapa cara antara memilih perwakilan dari setiap kelas untuk menjadi anggota komite. Pemilhan wakil setiap kelas lebih baik dilakukan dengan cara pemilihan dimana siswa yang bersedia duduk mewakili kelasnya harus memberikan pidato/presentasi mengenai apa yang akandilakukan sebagai wakil kelas dalam komite lingkungan.

b. Tahap kedua: membuat misi lingkungan sekolah.

Misi lingkungan sekolah adalah suatu pernyataan yang jelas tentang harapan atau komitmen sekolah untuk meningkatkan kualitas lingkungan sekolah dan terciptanya budaya peduli terhadap lingkungan. Misi lingkunganbisa dibuat berupa kalimat/pernyataan atau bisa juga dibuat seperti bait-bait syair sajak.

Dalam pembuatan misi lingkungan sekolah keterwakilan siswa sangat penting karena dengan melibatkan siswa dalam pembuatan misi lingkungan akan meningkatkan motivasi dan rasa bertanggung jawab untuk mewujudkan apa yang terdapat dalam misi lingkungan sekolah. Misi lingkungan sekolah harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

 Harus realistis

 Merupakan kesepakatan semua komponen komite lingkungan sekolah

 Dilandasi berdasarkan kondisi lingkungan awal sekolah, isu lingkungan terkini

dan cita-cita

 Jelas

(20)

c. Tahap ketiga : membuat action Plan

Action plan merupakan inti dari program pendidikan lingkungan. Action plan harus dibuat mengacu kepada review kondisi lingkungan awal sekolah. Dari hasil review lingkungan awal sekolah kita mendapatkan aspek-aspek apa saja yang perlu ditingkatkan dan kemudian dibuat target apa saja yang harus di capai. Penentuan target harus realistic, berarti target tersebut bisa di capai karena denganmenargetkan yang sulit atau terlalu ambisius sehingga tidak tercapai dapat mengakibatkan demotivasi siswa dalam melaksanakan program tersebut. Didalam action plan perlu juga ditetapkan targetkan untuk jangka pendek, medium dan panjang.

Program pendidikan lingkungan hidup di sekolah merupakan bagian dari program sekolah sehingga dalam pembuatan action plan pendidikan lingkungan merupakan satu kesatuan dengan pengembangan sekolah. Adapun tahapan diatas adalah sebagai berikut:

1) Penentuan visi dan misi sekolah

Visi sekolah adalah kondisi ideal sekolah yang dicita citakan, sedangkan misi sekolah adalah penerjemahan visi yang sifatnya lebih operasional dan lebih rinci. Salah satu misi tersebut adalah misi lingkungan sekolah yang telah dirumuskan oleh komite lingkungan sekolah.

2) Tujuan Sekolah

Tujuan sekolah adalah harapan yang ingin dicapai dalam waktu 1 (satu) tahun yang merupakan elaborasi dari misi yang telah dibuat. Tujuan sekolah relative lebih operasional dibandingkan dengan misi.

3) Tantangan nyata

Tantangan nyata adalah selisih antara tujuan yang ingin dicapai dengan kondisi awal sekolah. Action plan program pendidikan lingkungan adalah yang menjembatani kondisi lingkungan awal dan kondisi yang dicita-citakan dalam tujuan.

4) Sasaran

Dari hasil pemetaan kesenjangan kondisi awal lingkungan dengan apa yang dicita-citakan (tantangan nyata) maka untuk mencapai kondisi tersebut perlu ditetapkan sasaran yang perlu dicapai.

5) Identifikasi fungsi

(21)

dimaksud adalah semua komponen (manusia, sarana prasarana, dll) yang mendukung pencapaian sasaran.

6) Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah suatu analisis untuk melihat kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman (Strengh, Weakness, Opportunity, and Threat) untuk pencapaian sasaran yang telah di tetapkan. Dengan analisis ini dapat diidentifikasi ke empat komponen tadi.

7) Alternatif Pemecahan masalah

Dari hasil analisis SWOT didapatkan hasil identifikasi kempat komponen yaitu kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman. Dari hasil identifikasi tersebut maka dibuat alternatif pemecahan masalah untuk setiap sasaran. 8) Rencana program dan anggaran

Daftar alternatif setiap sasaran yang dihasilkan pada tahap 7 (tujuh) merupakan bahan untuk pembuatan rencana program/action plan programpendidikan lingkungan. Dari daftar alternatif tersebut dicari alternatif pemecahan masalah yang mana yang paling optimum untuk dilakukan. Alternatif pemecahan yang paling optimumlah yang digunakan sebagai action plan program pendidikan lingkungan. Setelah mendapatkan program-program pendidikan lingkungan kemudian diterjemahkan lagi secara detail menjadi rencana program. Rencana program adalah langkah-langkah pelaksanaan program. Langkah pelaksanaan program kemudian digunakan untuk membuat anggaran pelaksanaan action plan.

d. Tahap ke empat: Monitoring program dan evaluasi kemajuan.

Untuk mengetahui apakah program yang dilaksanakan sudah berhasil atau sudah mencapai target yang telah ditetapkan dalam action plan, maka harus dilakukan monitoring program dan evaluasi kemajuan. Kegiatan monitoring dan evaluasi selain untuk melihat kemajuan juga dapat untuk mendeteksi perlu tidaknya perubahan pelaksanaan. Kegiatan monitoring yang berkelanjutanakan memasikan program berjalan dengan baik. Metode monitoring yang digunakan tergantung dari area yang akan dilihat dan kemampuan siswa untuk melaksanakan monitoring. Sebagai contoh memeriksa meteran air atau listrik, menghitung tagihan air atau listrik, dll. Metode yang lebih komplek misalnya dengan membuat kuesioner, wawancara, dll.

(22)

e. Tahap kelima: Integrasi program kedalam kurikulum

Integrasi pendidikan kedalam kurikulum dapat meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan lingkungan hidup di sekolah. Pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup kedalam kurikulum sifatnya fleksibel. Pengintegrasian bukan bersifat menyeluruh akan tetapi bisa dilakukan secara parsial atau dijadikan topik saja tanpa mengurangi makna dari tujuan proses pembelajaran setiap mata pelajaran.

f. Tahap ke enam : kemitraan dengan komunitas luar

Salah satu tujuan dari pendidikan lingkungan hidup adalah meningkatankan kepedulian terhadap lingkungan, termasuk tidak hanya komunitas sekolah juga komunitas di luar sekolah yang berhubungan langsung dengan sekolah. Kegiatan dalam rangka melibatkan komunitas lain adalah bisa dengan cara mengadakan aksi hari lingkungan yang diselenggarakan di sekolah atau diluar sekolah dengan melibatkan komunitas sekolah dan diluar sekolah yang ada hubungan langsung misalnya orang tua, dinas pendidikan setempat, pengamat lingkungan, kalangan industri, dll. Pada kegiatan tersebut dapat dijadikan ajang sosialisasi program sekolah berwawasan lingkungan dan membuat kemitraan dengan komunitas di luar sekolah.

2.4 Program Pendidikan Lingkungan disekolah.

Misi dari pendidikan lingkungan yaitu meningkatan rasa kepedulian, memberikan prespektif baru, nilai, pengetahuan, keterampilan dan proses yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku dan kebiasaan yang mendukung pelestarian lingkungan hidup. Sesuai dengan misi diatas maka pelaksanaan program pendidikan lingkungan hidup di sekolah harus memberikan atmosfir kepada siswa, sehingga ketika siswa berada di sekolah siswa selalu bersentuhan dengan pendidikan lingkungan hidup.

Untuk mencapai kondisi seperti diatas maka pendidikan lingkungan harus berada atau bersama-sama dengan progam-program yang diikuti oleh siswa. Bila kita lihat kegiatan siswa disekolah, maka kegiatan siswa terdiri dari kegiatan di kelas, Kegiatan istirahat dan kegiatan ekstrakurikuler. Oleh karenaitu pendidikan lingkungan pun harus berada dalam program-program pada tiga kegiatan siswa.

a. Pendidikan lingkungan terintegrasi pada kegiatan intrakurikuler

(23)

Integrasi pendidikan lingkungan hidup kepada kurikulum merupakan penyisipan area, topik atau isu yang dibahas dalam mata pelajaran. Selain diintegrasikan pada mata pelajaran yang sudah ada bisa saja pendidikan lingkungan hidup ini dijadikan salah satu mata pelajaran muatan lokal( adapun materinya bisa dikembangkan atau mengacu pada domain pendidikan lingkungan hidup pada lampiran).

b. Pendidikan lingkungan terintergasi pada program sekolah

Program sekolah disini adalah program, kegiatan atau aturan yang dibuat sekolah selain kegiatan intra dan ekstra kurikuler. Misalnya peraturan kelas bersih, kegiatan operasi semut setiap hari jumat, Penghematan air dan listrik, Penghijauan sekolah dll. Program sekolah ini dibuat untuk memelihara lingkungan sekolah dan sekaligus sebagai pendidikan praktis bagi anak untuk meningkatakan kepedualian terhadap lingkungan.

Diharapkan dengan pelaksanaan program secara konsisten ada proses pembiasaan bagi siswa dan diharapkan bersamaan dengan proses tesebut dapat meningkatkan dan terjadi akselerasi peruba han sikap kepedulian siswa terhadap lingkungan.

c. Pendidikan lingkungan sebagai kegiatan ekstrakurikuler

Pendidikan lingkungan hidup dapat juga dikemas dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan-kegiatan tersebut bisa berupa Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Pencinta Alam (PA), Pramuka, atau kegiatan ekstrakurikuler yang khusus seperti out bound, Pelatihan penelitian lapangan dll.

2.5 Posisi Pemerintah Daerah Dalam Penerapan Program Adiwiyata di Sekolah

Dalam PermenLH 05 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Adiwiyata dijelaskan bahwa pemerintahan terkait di berbagai level di daerah mulai dari bupati/walikota, gubernur, maupun kementrian terkait memiliki kewenangan melakukan pembinaan, penilaian dan pemberian penghargaan yang dibentuk dalam:

1. Dewan pertimbangan adiwiyata;

Unsur Dewan Pertimbangan adiwiyata berasal dari: a. Instansi lingkungan hidup Pusat;

b. Instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan;

(24)

d. Instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang dalam negeri;

e. Perguruan tinggi;

f. Organisasi lingkungan hidup; g. Media massa;

h. Pemerhati lingkungan hidup; i. Pemerhati pendidikan; dan j. Budayawan.

Tugas Dewan Pertimbangan Adiwiyata:

a. Memberikan arahan dan pertimbangan dalam pengem-bangan konsep dan pelaksanaan Program Adiwiyata;

b. Mengusulkan dan memberikan pertimbangan kepada Menteri terhadap calon penerima penghargaan Sekolah

c. Adiwiyata mandiri dan Sekolah Adiwiyata nasional.

2. Tim teknis adiwiyata;

Unsur Tim teknis adiwiyata berasal dari: a. Instansi lingkungan hidup Pusat;

b. Instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan;

c. Instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama;

d. Instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang dalam negeri;

e. Perguruan tinggi;

f. Organisasi lingkungan hidup; g. Dunia usaha; dan

h. Media massa.

Tim teknis bertugas mengembangkan kriteria, indikator, dan mekanisme pelaksanaan Program Adiwiyata.

3. Tim pembina adiwiyata;

Pembinaan yang dilakukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 meliputi: - Sosialisasi;

(25)

- Pembentukan sekolah model atau percontohan; - Pendampingan; dan

- Monitoring dan evaluasi program.

Tugas tim pembina nasional meliputi: - Sosialisasi pedoman adiwiyata;

- Bimbingan teknis kepada tim pembina provinsi; - Pendampingan terhadap tim pembina provinsi; dan - Monitoring dan evaluasi program.

Tugas tim pembina provinsi meliputi: - Sosialisasi pedoman adiwiyata;

- Bimbingan teknis kepada tim pembina kabupaten/kota;

- Pembentukan sekolah model/percontohan paling sedikit 4 (empat) sekolah, masing-masing 1 (satu) sekolah di setiap jenjang pendidikan setiap tahunnya; - Pendampingan terhadap tim pembina kabupaten/kota;

- Monitoring dan evaluasi program; dan - Penyusunan laporan pembinaan.

4. Tim penilai adiwiyata nasional.

Penilaian Program Adiwiyata dilakukan dengan tahapan yang meliputi:

a. Penyampaian permohonan penilaian secara tertulis oleh calon Sekolah Adiwiyata kepada tim penilai kabupaten/kota;

b. Penilaian terhadap pencapaian Sekolah Adiwiyata oleh tim penilai kabupaten/kota;

c. Penyampaian hasil penilaian Sekolah Adiwiyata kabupaten/kota kepada tim penilai provinsi;

d. Penilaian terhadap pencapaian Sekolah Adiwiyata kabupaten/kota oleh tim penilai provinsi;

e. Penyampaian hasil penilaian Sekolah Adiwiyata provinsi kepada tim penilai nasional;

f. Penilaian terhadap pencapaian Sekolah Adiwiyata provinsi oleh tim penilai nasional; dan

g. Penyampaian hasil penilaian Sekolah Adiwiyata nasional kepada Menteri melalui dewan pertimbangan adiwiyata.

(26)

Tim penilai provinsi bertugas melakukan verifikasi terhadap calon penerima penghargaan adiwiyata provinsi berdasarkan kriteria penilaian.

(27)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Peran Serta Warga Sekolah

Menurut Ki Hajar Dewantara (Sumitro dkk, 2006: 81) sekolah merupakan lembaga sosial formal yang didirikan oleh Negara maupun yayasan tertentu sebagai salah satu lingkungan pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan dan meneruskan pendidikan anak menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan bertingkah laku baik.

Peranan warga sekolah dalam menyukseskan Sekolah Adiwiyata dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan anggota sekolah yang meliputi kepala sekolah, guru, tenaga tata usaha, wali kelas, pesuruh, komite sekolah serta siswa dalam menyukseskan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan.

Untuk mengetahui peranan warga sekolah dalam menyukseskan Sekolah Adiwiyata perlu diketahui peranan warga sekolah dalam lembaga pendidikan (sekolah). Berikut peranan masing-masing warga sekolah:

a. Peran Serta Kepala Sekolah

Peran serta yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah Pendidikan dapat berupa membuat kebijakan berwawasan lingkungan, kebijakan tersebut berupa :

 Visi, misi dan tujuan sekolah yang tertuang dalam kurikulum memuat

kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

 Struktur kurikulum memuat mata pelajaran wajib, muatan lokal,

pengembangan diri terkait kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

 Mata pelajaran wajib dan/ atau mulok yang terkait PLH dilengkapi dengan Ketuntasan Minimal Belajar

 Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) memuat upaya perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup, meliputi; Kesiswaan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran, peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan. Tersedianya sarana dan prasarana, budaya dan lingkungan sekolah, peran serta masyarakat dan kemitraan, peningkatan dan pengembangan mutu

Peran serta yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam Pendidikan Lingkungan Hidup meliputi:

(28)

2) Peran sebagai manajer; 3) Peran sebagai edukator; 4) Peran sebagai motivator.

1) Peran kepala sekolah sebagai pemimpin

Peran kepala sekolah sebagai pemimpin yang dimaksud yaitu menjadi panutan yang baik bagi seluruh warga sekolah agar dapat menjalankan tugasnya masing-masing dengan maksimal demi tercapainya tujuan sekolah yang diinginkan. Kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki kepribadian yang kuat, mampu memahami kondisi guru, karyawan, dan siswa dengan baik, memiliki kemampuan mengambil keputusan, dan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan seluruh warga sekolah.

Terdapat tiga jenis pendekatan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah yaitu :

 Pendekatan ilmiah yang merupakan suatu pendekatan pembinaan guru, dimana dalam pendekatan yang dipandang dapat memberikan respon atas kekurangan-kekurangan untuk menilai efektivitas pengajaran.

 Pendekatan artistik yang merupakan suatu pendekatan pembinaan

yang menyadarkan pada kepekaan, persepsi dan pengetahuan supervisor sebagai saran untuk mengapresiasikan kejadian pengajaran yang bersifat subtleties (halus, lembut) dan sangat bermakna di dalam kelas.

 Pendekatan klinik yaitu suatu bentuk profesional yang diberikan

kepada calon guru ataupun guru berdasarkan kebutuhannya melalui siklus yang sistematis dalam perencanaan, pengamatan yang cermat, dan pemberian balikan yang segera secara objektif. Peran kepala sekolah sebagai manajer adalah menyusun program sekolah, termasuk program yang berkaitan dengan PLH, seperti mengadakan program peduli lingkungan, pengembangan program adiwiyata mandiri, dan sebagainya, menyusun organisasi kepegawaian di sekolah, menggerakkan staf (guru dan karyawan), dan mengoptimalkan sumber daya sekolah.

(29)

Peran kepala sekolah sebagai pendidik yaitu memberikan supervisi dan nasehat yang membangun kepada guru sesuai dengan hambatan-hambatan yang didapatkan saat mengajar di kelas. Selain itu kepala sekolah juga memberikan sarana melalui pelatihan yang dapat membantu guru dalam meningkatkan kinerjanya.

Dalam membentuk karakter pedulil lingkungan terdapat sebuah kegiatan spontan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Kegiatan spontan tersebut dapat berupa ajakan/memotivasi untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan dan dapat pula bersifat peringatan atau teguran ketika terdapat perilaku siswa yang belum mencerminkan kepedulian terhadap lingkungan.

Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi (acceleration) bagi peserta didik yang cerdas di atas normal. Dalam rangka melakukan perannya sebagai motivator, hendaknya kepala sekolah bersikap adil bagi semua warga sekolahnya, terlebih harus mengetahui kemampuan dan karakteristik setiap anggotanya, untuk memberikan dorongan agar seluruh anggota sekolah mendapat perhatian dan dukungan khusus dari atasannya. Sehingga dapat disimpulkan peran kepala sekolah sebagai motivator yaitu memberikan motivasi dan dorongan kepada seluruh warga sekolah.

b. Peran Serta Guru

Guru PLH khususnya dan bahkan semua guru memiliki peran penting di dalam mensukseskan program PLH di sekolah, membangun gaya hidup, menanamkan prinsip-prinsip, dan menerapkan etika lingkungan hidup. Upaya agar guru mencapai tujuan.

(30)

Peran guru sebagai pendidik merupakan peran yang berkaitan dengan tugas memberi bantuan dan dorongan, pembinaan serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah, keluarga dan masyarakat.

Guru memiliki peran yang penting dalam setiap kegiatan di sekolah, karena mereka dapat mendorong siswa untuk memperluas kemampuan dalam menerapkan prinsip-prinsip dan etika lingkungan hidup dengan memberikannya contoh. Prosedur ini merupakan suatu metode pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan siswa agar mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.

Strategi pembentukkan karakter peduli lingkungan melalui kegiatan belajar mengajar ini terbagi menjadi dua pola,:

o Pertama; pembentukkan karakter peduli lingkungan melalui muatan lokal pendidikan lingkungan hidup, contohnya : menjadi muatan lokal wajib yang diajarkan dari kelas satu hingga kelas enam dan diberi dua jam pelajaran tiap minggunya.

o Kedua; pembentukkan karakter peduli lingkungan dengan mengintegrasikan muatan lokal pendidikan lingkungan hidup ke dalam seluruh mata pelajaran. Hal ini dapat dilakukan melalui pengintegrasian muatan lokal pendidikan lingkungan hidup ke dalam mata pelajaran lain atau tema lain yang mempunyai keterkaitan dengan muatan lokat PLH tersebut.

Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan dapat dilakukan dengan cara:

 Menerapkan pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang

melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran

 Mengembangkan isu lokal dan atau isu global sebagai materi pembelajaran LH sesuai dengan jenjang pendidikan

 Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian pembelajaran LH

 Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan

didalam kelas, laboraturium, maupun diluar kelas

 Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program

pembelajaran LH

 Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran LH

 Mengkaitkan pengetahuan konseptual dan prosedural dalam pemecahan

masalah lingkungan hidup, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

 Menghasilkan karya nyata yang berkaitan dengan pelestarian fungsi LH,

mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan LH

 Menerapkan pengetahuan LH yang diperoleh untuk memecahkan masalah LH

dalam kehidupan sehari-hari

(31)

Dulu, guru berperan sebagai penyampai materi ajar dan merupakan satu-satunya sumber belajar. Namun kini guru sudah berubah peran menjadi pembimbing, pembina, pengajar, dan pelatih. Beratnya tanggung jawab bagi guru menyebabkan pekerjaan guru harus memerlukan keahlian khusus. Untuk itu pekerjaan guru tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan.

Dapat disimpulkan peran guru sebagai pembimbing adalah memberikan tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Sehingga dapat mendorong siswa untuk memperluas kemampuan dalam menerapkan prinsip-prinsip dan etika lingkungan hidup dengan memberikannya contoh.

c. Peran Serta Siswa

Siswa memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah. Tanpa adanya partisipasi aktif dari siswa, segala bentuk kegiatan sekolah tidak akan mungkin berhasil tercapai. Berbagai peran siswa dalam penerapan PLH antara lain sebagai subjek pelaksana kegiatan atau program-program sekolah dalam menyalurkan kreativitas dan pendapat, sebagai pelaku untuk

 Memanfaatkan lahan dan fasilitas sekolah sesuai kaidah-kaidah perlindungan dan pengelolaan LH (dampak yang diakibatkan oleh aktivitas sekolah),

 Mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan upaya

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,

 Adanya kreativitas dan inovasi warga sekolah dalam upaya perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup,

 Mengikuti kegatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar,  Memanfaatkan nara sumber untuk meningkatkan pembelajaran lingkungan

hidup,

 Mendapatkan dukungan dari kalangan yang terkait dengan sekolah (orang

tua, alumni, media/ pers, dunia usaha, pemerintah, LSM, Perguruan tinggi, sekolah lain) untuk meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup disekolah,

 Meningkatkan peran komite sekolah dalam membangun kemitraan untuk pembelajaran lingkungan hidup dan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,

(32)

 Memberi dukungan untuk meningkatkan upaya perlindungan dan

pengelolaan LH,

Contoh-contoh kegiatan kecil yang dapat dilakukan oleh siswa adalah: - Piket kelas harian,

- Merawat taman yang berada di depan kelas, - Kegiatan buang sampah pada tempatnya,

- Kegiatan cuci tangan sebelum dan sesudah makan,

- Kegiatan penyuluhan tentang makanan sehat (himbauan jangan membeli makanan di sembarang tempat),

- Himbauan dilarang merokok, karena anda telah memasuki area bebas rokok - Biasakan sarapan sebelum berangkat sekolah,

- Mengadakan acara minggu bersih atau bulan bersih, - Kegiatan penghijauan lingkungan sekolah

- Memperingati hari lingkungan hidup.

Pada hakikatnya, perilaku manusia mencerminkan proses interaksi melalui pembiasaan. Sesuai dengan pendapat Hanurawan (2007:9) mengatakan seseorang individu belajar dari model melalui pengamatan tentang kemungkinan untuk meniru perilaku orang yang ada di sekitarnya. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa dengan adanya perilaku cinta lingkungan dari orangtua maupun guru, siswa pasti akan cenderung akan melakukan hal yang sama.

Peran siswa sebagai subjek pelaksana kegiatan atau program-program sekolah dalam menyalurkan kreativitas dan pendapat, contohnya siswa dituntut untuk aktif dalam setiap kegiatan yang diadakan di sekolah yang berkaitan dengan PLH, yaitu ikut dalam kegiatan Adiwiyata, dokter kecil yang bekerja sama dengan Puskesmas, dan lain sebagainya.

Perilaku untuk mewujudkan tujuan sekolah berwawasan lingkungan, contohnya menjaga kebersihan dan ketertiban sekolah dengan tidak membuang sampah sembarangan, mematikan air jika tidak digunakan dan sebagainya.

d. Peran warga sekolah lainnya.

Warga sekolah lainnya dapat digolongan seperti orang tua siswa, pihak komite sekolah, struktur organisasi sekolah lainnya (wakil kepala sekolah, petugas kesebersihan, penjaga sekolah, organisasi siswa dan perangkat sekolah lainnya). Para warga sekolah lainnya juga sangat diharapkan berperan aktif dalam menciptakan karakter peduli lingkungan.

Peran yang dilakukan orang tua dapat berupa:

- Mendukung setiap program sekolah dalam upaya pembangunan karakter peduli lingkungan,

(33)

Peran yang dilakukan pihak komite sekolah:

Komite Sekolah dibentuk dengan maksud agar ada suatu organisasi masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas sekolah. Komite Sekolah bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di satuan pendidikan/sekolah”. Oleh karena itu, pembentukan Komite Sekolah harus memperhatikan pembagian peran sesuai posisi dan otonomi yang ada. Peran Komite Sekolah tersebut adalah:

a. Sebagai lembaga pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.

b. Sebagai lembaga pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

c. Sebagai lembaga pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

d. Sebagai lembaga mediator (mediator agency) antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan.

Peran Struktur organisasi sekolah lainnya, adalah menciptaan kondisi yang sengaja dilakukan dalam rangka membentuk karakter peduli lingkungan, seperti:

- Penyediaan sarana prasaran yang terdiri dari penyediaan tempat sampah yang terpilah menjadi tiga jenis sampah (daun, kertas, dan plastik),

- Tersedianya tempat cuci tangan yang berada di tiap kelas,

- Penyediaan toilet yang berbanding proporsional dengan jumlah siswa dan tersedianya air bersih dengan cukup,

- Upaya penghematan energi melalui kata-kata ajakan yang sengaja di letakkan di dekat sakelar listik, keran air dan sumber energi lainnya,

- Tersedianya alat kebersihan skala kelas, tandon sebagai cadangan air, - Tersedianya tempat komposing,

- Majalah dinding seputar lingkungan hidup, serta slogan-slogan yang berisikan ajakan cinta lingkungan.

- Pembentukan kegiatan ekstrakulikuler seperti pramuka dan outbpnd dalam rangka pembentukkan karakter peduli lingkungan.

3.2 Peran Serta Pemerintah

(34)

Kebersihan dalam membantu sosialisasi kebersihan lingkungan, Lembaga Tunas Hijau yang mengadakan organisasi cinta lingkungan Laskar Hijau, UPT Puskesmas yang memantau kebersihan dan kesehatan makanan yang dijual di sekolah.

Hubungan kerjasama sekolah dengan masyarakat bisa berjalan dengan baik apabila didukung oleh beberapa faktor, yakni:

a. Adanya program dan perencanaan yang sistematis, b. Tersedianya basis dokumentasi yang lengkap,

c. Tersedianya tenaga ahli, terampil, sarana serta dana yang memadai,

d. Kondisi organisasi sekolah yang memungkinkan untuk meningkatkan hubungan sekolah dengan masyarakat.

Penyelesaian masalah dan krisis lingkungan yang terjadi saat ini dan masa yang akan datang tidak bisa hanya dilakukan melalui pendekatan teknis, tetapi justru yang terpenting adalah melalui pendekatan pendidikan moral. Membangun moral yang baik akan menjadi modal utama bagi manusia untuk berperilaku etis dalam mengatur hubungan antara dirinya dengan alam semesta. Sehubungan dengan itu penyelesaian masalah dan krisis lingkungan tidak dapat dilakukan secara sepihak, namun diperlukan kerjasama multipihak secara serentak dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat.

(35)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1

KESIMPULAN

Peran warga sekolah dalam menyukseskan program Adiwiyata dalam uraian sebagai berikut:

1. Peranan kepala sekolah dalam program Adiwiyata yaitu sebagai pencetus ide utama, pembuat kebijakan yang pro lingkungan, menumbuhkan rasa percaya mampu memperoleh prestasi dan menjadi teladan bagi seluruh warga sekolah.

2. Peranan komite sekolah dalam program Adiwiyata yaitu memberikan kontribusi berupa pemikiran, dana maupun sumbangan yang lainnya.

3. Tim Adiwiyata berperan sebagai pionir dan inovator serta mengkonsolidasi dan mengkoordinasi pelaksanaan program Adiwiyata.

4. Peranan guru mata pelajaran dan guru PLH dalam program Adiwiyata adalah sebagai penanggung jawab utama dalam penyampaian nilai-nilai, keterampilan dan pengetahuan mengenai materi lingkungan hidup.

5. Peranan wali kelas dalam program Adiwiyata yaitu mendorong siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mencerminkan peduli dan berbudaya lingkungan baik secara individu maupun kelompok.

6. Peranan pembantu pelaksana yaitu sebagai pionir dalam pengelolaan sarana dan prasarana.

7. Peranan tenaga pendukung lainnya (karyawan TU, laboran, pustakawan) yaitu sebagai pendukung keberhasilan administrasi dan pelaksana program Adiwiyata.

8. Peranan siswa yaitu sebagai subjek didik, berkewajiban untuk melaksanakan peraturan atau kebijakan yang telah ditentukan.

Peran pemerintah dalam menyukseskan program Adiwiyata dalam uraian sebagai berikut:

Peranan pemerintah dalam menyukseskan program Adiwiyata terletak di beberapa bagian, diantaranya:

1. Fungsi Pendorong,

Dimana pemerintah mendorong sekolah-sekolah untuk menjalankan program peduli lingkungan di lingkungan sekolah. Dimana sebenarnya program ini bisa menjadi faktor pendukung dalam program kebersihan dalam upaya pemeliharaan lingkungan Kota/Kabupaten yang merupakan tolak ukur dari penilaian Adipura.

2. Fungsi Pembinaan

(36)

3. Fungsi Pengawasan

Agar suksesnya program Adiwiyata ini pemerintah juga diminta untuk mengawasai jalannya program tersebut yang nantiinya akan di awasi dan yang dijadikan evaluasi dan monitoring dari program kedepannya.

4. Fungsi Penilaian

Program dari sekolah-sekolah yang mencanangkan program pendidikan lingkungan di sekolahnya akan di nilai oleh pemerintah daeraah yang nantinya diajukan sebagai penerima program Adiwiyata, sehingga menjadi tolak ukur dalam perbaikan program Adiwiyata di sekolah-sekolah.

4.2

SARAN

Saran untuk warga sekolah:

Kebijakan dari kepala sekolah untuk menerbitkan surat keputusan kepada guru, karyawan tentang uraian tugas serta tanggung jawab yang diterbitkan sebagai panduan pelaksanaan tugas, hal tersebut dapat dipakai sebagai komunikasi untuk menentukan yang harus dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif juga memotivasi untuk mau melaksanakan perintah, sedangkanuntuk siswa yang tergabung dalam kepengurusan lingkungan hidup juga akan diberikan surat keputusan agar sebelum terjadi pergantian pengurus siswa tetap memiliki tanggung jawab menangani masalah lingkungan. Penanganan lingkungan hidup tersebut dibawah koordinasi dari Waka Kesiswaan dibawah koordinator pembina sekbid. Kejelasan dari kepengurusan tersebut akan dapat meminimalisir kevakuman dari satgas.

Pembentukan Komisi disiplin, dengan pembentukan komisi disiplin dibawah tanggung jawab tim tatib guru, terbentuknya struktur organisasi tersebut mendukung kepentingan strategi untuk meningkatkan kinerja, mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif dan dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan.

Membangun komitmen dan membangun komunikasi antar siswa, membangun sebuah perbaikan ataupun perubahan kearah keberhasilan akan menghantarkan pribadi pada keteguhan hati, kepercayaan pada diri sendiri dan imbas dari sebuah keistiqomahan adalah kesuksesan.

Keteladanan dari kepemimpinan, memiliki keyakinan yang harus diperjuangkan menjadi teladan adalah mempraktikkan yang dipidatokan, melaksanakan komitmen, memenuhi janji bertindak sesuai ucapan dan melakukan yang dikatakan.

Kontrol, yang dilakukan oleh atasan memberi perhatian, pengarahan, petunjuk serta memperbaiki kesalahan sehingga akan menentukan perilaku dalam bekerja seperti perilaku disiplin.

(37)

sumber daya alam, namun juga untuk membiasakan seluruh warganya agar memilki "budaya hemat" sumber daya alam dan sekaligus sebagai "agen of change" bagi masyarakat luas.

Saran Bagi Pemerintah :

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Anwari, A.M. (2014). “Strategi Pembentukkan Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah Adiwiyata Mandiri”. Ta’DIB. Vol. XIX (2), November 2014.

Fridantara, A.S. (2015). “Implementasi Program Adiwiyata Di SMA Negeri 2 Klaten”. Skripsi. Universitas Negeri Yogjakarta. Yogjakarta: Tidak di terbitkan.

Hidayati, N., Taruna, T,. Purnaweni, H. 2013. “Perilaku Warga Sekolah dalam Program Adiwiyata di SMK Negeri 2 Semarang”. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 2013.

Landryani, E. (2014). “Implementasi Kebijakan Adiwiyata dalam Upaya Mewujudkan Pendidikan Lingkungan Hidup di SMA Kota Malang”. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan. Vol II (1), Januari 2014.

Lusty, K. C. dan (2012). “Peran Warga Sekolah Dalam Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup”. Menajemen Pendidikan. Universitas Negeri Malang. Vol. XXIII (5), Maret 2012.

Monalisa. (2013). “Program Adiwiyata Dalam Pengelolaan Lingkungan Sekolah di SMPN 24 Padang”. Skripsi. Universitas Negeri Padang. Padang: Tidak di terbitkan.

Mulyana, R. (2009). “Penanaman Etika Lingkungan Peduli dan Berbudaya Lingkungan”. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED. Vol. VI (2), Desember 2009.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan salah satu sektor penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Olehnya itu, pemerintah melakukan berbagai upaya perbaikan

 KINERJA  2017:  Laba  Bersih  Champion  Pacific  (IGAR)  Naik  11,2%.  Emiten industri kemasan plastik, PT Champion  Pacific  Indonesia  Tbk.  membukukan 

Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan

Kompatibel dengan penerima AD4D dan AD4Q Digital Axient pada Modus Densitas Standar atau Tinggi, AD3 mempunyai fitur desain konektor XLR kustom, cepat, dan aman, yang

Sepanjang suatu produk (barang atau jasa) dapat memberikan keuntungan yang maksimal di hati konsumen, maka konsumen akan merasa puas akan pelayanan yang diberikan oleh

Golongan pertama adalah kelompok khusus (elite) yang dalam menyampaikan dakwah kepada mereka perlu dilakukan dengan hikmah dan cara rasional, yakni setiap

 Mahasiswa mampu mengevaluasi konsep perencanaan bangunan infrastruktur air dalam suatu wilayah sungai (WS), meliputi irigasi dan saluran (drainase), waduk

Orangtua akan marah pada saya apabila pekerjaan yang saya lakukan tidak bagus.. Orangtua selalu menjelaskan alasannya, ketika saya dilarang