• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DALAM PEMBELAJARAN ALJABAR SISWA KELAS VII SMPN 7 SALATIGA Defit Arya Putra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DALAM PEMBELAJARAN ALJABAR SISWA KELAS VII SMPN 7 SALATIGA Defit Arya Putra"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Defit Arya Putra 76

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DALAM

PEMBELAJARAN ALJABAR SISWA KELAS VII SMPN 7 SALATIGA

Defit Arya Putra1), Erlina Prihatnani2)

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

URL : http://e-jurnalmit rapendidikan.co m

© 2018 Kresna BIP. ISSN 2550-481

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

Dik irim : 08 Januari 2018 Revisi pertama : 09 Januari 2018 Diterima : 13 Januari 2018 Tersedia online : 20 Januari 2018

Perolehan hasil belajar mengajar siswa k elas VIIA SMPN 7 Salatiga belum sesuai harapan. Hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran. Oleh k arena itu, dilakuk an Penelitian Tindak an Kelas (PTK) dengan tujuan menerapkan model pembelajaran k ooperatif tipe NHT untuk meningk atk an hasil belajar siswa k elas VIIA SMP Negeri 7 Salatiga. Sintak NHT yang terdiri dari 4 fase yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, berpik ir bersama, dan pemberian jawaban memberik an peluang lebih besar untuk dapat membuat siswa terlibat secara ak tif dalam pembelajaran. Subyek penelitian ini adalah siswa k elas VIIA SMP Negeri 7 Salatiga Tahun pelajaran 2017/2018. Model PTK yang digunakan adalah model Kemmis & Mc Taggart yang terdiri dari 4 tahap pada setiap sik lusnya yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan reflek si. Penelitian ini dilak ukan dalam pembelajaran matematika pada materi operasi aljabar. Rata-rata hasil belajar pada siklus I mencapai 45,35 dengan persentase siswa yang masuk k ategori tuntas mencapai 35,71%. Rata -rata pada sik lus II mencapai peningkatan menjadi 71,10 dengan persentase siswa yang masuk k ategori tuntas naik menjadi 78,60%. Berdasar hasil tersebut dapat disimpulk an bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dapat meningk atk an hasil belajar siswa k elas VIIA SMP Negeri 7 Salatiga

Kata Kunci : hasil belajar, PTK, pembelajaran k ooperatif tipe NHT

(2)

Defit Arya Putra 77

PENDAHULUAN Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar. Hal ini bertujuan untuk memberikan siswa kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (Depdinas, 2006). Meskipun demikian beberapa siswa masih menganggap bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit. Kesulitan siswa dapat dilihat dari pencapaian hasil belajar yang belum sesuai harapan. Hasil belajar yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran. Namun, pada kenyataannya tidak semua hasil belajar matematika sudah sesuai dengan yang diharapkan. Salah satunya adalah hasil belajar matematika siswa kelas VIIA SMP Negeri 7 Salatiga Semester 1 tahun pelajaran 2017/2018.

HasilPenilaian Tengah Semester siswa kelas VIIA SMP Negeri 7 Salatiga belum sesuai harapan. Nilai KKM pada kelas tersebut sebesar 60 namun hanya 35,71% siswa yang masuk kategori tuntas.Hasil observasi menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran matematika dikelas VIIA SMP Negeri 7 Salatiga telah menerapkan model diskusi. Meskipun demikian, model diskusi yang digunakan belum mendorong setiap anggota kelompok untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Halini tampak dariproses diskusi yang didominasi oleh beberapa siswa yang masuk dalam kategori pandai, sedangkan anggota lainnya tidak terlibat dalam proses diskusi. Proses diskusi diakhiri dengan pelaporan hasil diskusi oleh wakil kelompok. Perwakilan kelompok diserahkan pada kelompok (tidak ditunjuk guru) sehingga siswa yang terpandai dalam kelompok tersebut yang mewakili. Proses seperti ini menunjukkan proses pembelajaran berkelompok yang belum mengontrol adanya tanggung jawab individu dalam proses diskusi. Oleh karena itu, perlu adanya penerapan model pembelajaran kooperatif yang dapat mendorong setiap siswa untuk lebih aktif. Salah satu yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau penomoran berpikir bersama.

NHT adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Sintak NHT menurut Trianto (2013:82-83), Ibrahim (2008:28), dan Kagen dalam Arends (2008:16) terbagi menjadi 4 fase yaitu: 1) Penomoran atau numbering (fase pembagian kelompok yang beranggotakan 3-5 orang dengan masing- masing memilih nomor tertentu sebagai identitas), 2) Pengajuan pertanyaan atau questioning (fase dimana guru mengajukan pertanyaan kepada siswa sesuai dengan materi yang dipelajari), 3) Berpikir bersama atau heads together (fase dimana guru memberi bimbingan bagi kelompok yang membutuhkan), 4) Pe mbe rian jawaban atau answering (fase dimana guru menyebut salah satu nomor tertentu dan pemilihan kelompok secara random untuk menjawab pertanyaan).

(3)

Defit Arya Putra 78 pemecahan masalah matematika pada SPLDV di kelas VIII SMP, pemahaman konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat siswa kelas VII SMP Negeri 15 Palu dan lingkaran untuk kelas VIII SMP Negeri 1 Kamal. Keempat penelitian tersebut menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

Adanya teori dan hasil penelitian tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, menjadi dasar pemilihan NHT sebagai upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIA SMP Negeri 7 Salatiga. Diharapkan melalui penelitian ini dapat mewujudkan proses pembelajaran kelompok yang tetap menekankan tanggung jawab individu sehingga setiap anggota kelompok dapat terpacu untuk aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat memberi gambaran tentang penerapan NHT dalam pembelajaran matematika sehingga dapat menginspirasi guru dalam merancang ataupun menerapkan model pembelajaran yang inovatif.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah

“Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 7 Salatiga?”.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, peneliti ini bertujuan untuk

“Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dari Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 7 Salatiga”.

KAJIAN PUSTAKA Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Sudjana (2010) serta Djamarah dan Zain (2006) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajar. Hamalik (2008), menyatakan bahwa hasil belajar adalah sebagian terjadinya perubahan tingkah laku pada seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan, perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik oleh siswa tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2009) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pelajaran.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

(4)

Defit Arya Putra 79 juga menyatakan bahwa NHT merupakan suatu sistem kerja kelompok yang terstruktur, yakni saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian kerjasama dan proses kelompok dimana siswa menghabiskan sebagian waktunya dikelas dengan bekerjasama antara 4-5 orang dalam satu kelompok.

Langkah-langkah Model Pe mbelajaran Kooperatif Tipe NHT

Menurut Trianto (2013:82-83), Ibrahim (2008:28), dan Kagen dalam Arends (2008:16), guru menggunakan empat fase sebagai sintak NHT.

1. Penomoran (Numbering), pada fase ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3-5 orang dan memberi siswa nomor. 2. Pengajuan Pertanyaan (Questioning), pada fase ini guru mengajukan pertanyaan

kepada siswa sesuai dengan materi yang sedang dipelajari yang bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dengan tingkat kesulitan yang bervariasi.

3. Berpikir Bersama (Heads Together), pada fase ini guru memberikan bimbingan bagi kelompok siswa yang membutuhkan.

4. Pemberian Jawaban (Answering), pada fase ini guru menyebut salah satu nomor tertentu dan guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyaan tersebut.

Menurut Ibrahim (2000: 28) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT, yaitu 1) hasil belajar akademik struktural, bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, 2) pengakuan adanya keragaman, bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang, 3) pengembangan keterampilan sosial, bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Hill dalam Trianto (2007) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki kelebihan diantaranya dapat a) meningkatkan prestasi siswa; b) memperdalam pemahaman siswa; c) menyenangkan siswa dalam belajar; d) mengembangkan sikap kepemimpinan siswa; e) mengembangkan rasa peraya diri siswa; f) mengembangkan rasa saling memiliki.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pengertian PTK

Kemmis dan Mc. Taggart (1988) PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertannya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut.

Menurut Rustam dan Mundilarto (2004), PTK adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti di kelas dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipan dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjannya sebagai pendidik sehingga hasil belajar peserta didiknya dapat meningkat.

Tujuan PTK

(5)

Defit Arya Putra 80 pembelajaran di sekolah; 2) Membantu guru dan tenaga kekependidikan lainnya mengatasai masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam kelas; 3) Meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga kependidikan; 4) Menumbuh-kembangkan budaya akademik dilingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjuta (sustainable).

Model Kemmis dan Mc. Taggart

Model Kemmis dan Mc. Taggart (Kunandar, 2011: 70),adalah pengembangan lebih lanjut dari model Kurt Lewin. Secara mendasar tidak ada perbedaan yang prinsip antara keduanya. Model ini banyak dipakai karena sederhana dan mudah dipahami. Rancangan Kemmis & Taggart dapatmencakup sejumlah siklus, masing- masing terdiri dari tahap-tahap: perencanaan (plan), pelaksanaan dan pengamatan (act & observe), dan refleksi (reflect). Tahapan-tahapan ini berlangsung secara berulang- ulang, sampai tujuan penelitian tercapai.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jenis PTK yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model spiral Kemmis & Mc Taggart. Penelitian ini terdiri dari siklus-siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Siklus tersebut akan berjalan terus dengan tahap yang berurutan sampai mencapai tujuan yang ditentukan.

Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Salatiga semester 1 Tahun pelajaran 2017/218. Penelitian ini dirancang sejak bulan Januari 2017 sedangkan waktu pelaksanaan penerapan pembelajaran ini mulai tanggal 27 Oktober 2017 hingga 13 November 2017. Subjek pada penelitian tindakan ini adalah siswa kelas VIIA SMP Negeri 7 Salatiga, dengan jumlah siswa sebanyak 28 orang yang terdiri dari 13 siswa laki- laki dan 15 siswa perempuan. Data dalam penelitian tindakan kelas berupa data kualitatif dan kuantitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, observasi, dan tes.

Indikator Kebe rhasilan

(6)

Defit Arya Putra 81

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Pra Siklus

Tahap pertama yang dilakukan peneliti yaitu dengan melakukan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada pembelajaran matematika. Peneliti melakukan wawancara dengan guru dan melihat hasil Penilaian Tengah Semester siswa kelas VIIA SMP Negeri 7 Salatiga untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan hasil belajar siswa kurang. Data menunjukkan bahwa hasil rata-rata kelas pada Penilaian Tengah Semester I Tahun Pelajaran Pelajaran 2017/2018 sudah mencapai KKM yaitu 62,14. Namun, persentase siswa yang mencapai KKM hanyalah 35,71% atau hanya 10 siswa yang memiliki hasil belajar mencapai KKM dan 18 siswa lain belum mencapainya. Rekapitulasi hasil ini dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 7 Salatiga masih rendah dan perlu adanya upaya tindak lanjut.

Tabel 1. Hasil Belajar Matematika Sis wa pada Prasiklus

Jumlah

Sumber : Hasil Penelitian Diolah, (2017)

Proses pembelajaran matematika di kelas VIIA SMP Negeri 7 Salatiga sebenarnya sudah menggunakan model pembelajaran diskusi. Namun, model pembelajaran tersebut belum mendorong setiap siswa untuk lebih aktif dalam berdiskusi. Hanya siswa yang tergolong pandai saja yang mendominasi dalam proses diskusi. Proses seperti ini yang menunjukkan bahwa proses pembelajaran kelompok yang belum mengontrol adanya tanggung jawab individu, hal tersebut dikarenakan proses diskusi diakhiri dengan pelaporan hasil diskusi yang diwakilkan oleh wakil kelompok dengan cara bebas tanpa ditunjuk oleh guru sehingga siswa pandailah yang mewakili kelompoknya. Berdasarkan model pembelajaran tersebut perlu adanya penerapan modelpembelajaran yang kooperatif agar dapat mendorong siswa untuk lebih aktif.

Siklus I Perencanaan

(7)

Defit Arya Putra 82

Tahap Pelaksanaan dan Observasi Siklus I

Siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan (5 jam pelajaran). Tujuan pertemuan pertama siswa dapat mengetahui unsur- unsur dalam bentuk aljabar, menentukan suku sejenis dan suku tidak sejenis.

Pelaksanaan pembelajaran pertemuan pertama siklus I dimulai dari pendahuluan dengan melakukan doa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan mengecek kehadiran sisiwa. Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti pembelajaran dengan cara menayangkan video motivasi kepada siswa. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan cangkupan materi yang hendak dipelajari.

Hal selanjutnya setelah melakukan pendahuluan adalah kegiatan inti guru memulai kegiatan inti dengan tahap penomoran (numbering). Pada tahap penomoran (numbering)guru membagi siswa kedalam 6 kelompok yang masing- masing kelompok terdiri dari 5 siswa. Pembagian kelompok disusun dengan memperhatikan kemampuan dan karakter siswa sehingga kelompok yang terbentuk merupakan kelompok yang heterogen. Masing- masing anggota kelompok diberikan identitas berupa angka 1sampai dengan 5 yang nantinya akan digunakan pada tahap pemanggilan nomor. Dalam proses pembelajaran guru menggunakan metode tanya jawab sehingga tahap pengajuan pertanyaan (questioning) sering terjadi dalam proses pembelajaran karena tidak hanya saat proses latihan soal. Guru juga menyusun LK guna membantu pelaksanaan tahap pengajuan pertanyaan (questoning) dan berpikir bersama (heads together).

Berbeda dengan sintak NHT lainnya, tahap pemberian jawaban (answering) dalam NHT pada penelitian ini, setiap pemberian jawaban terbagi 2 anggota dari kelompok berlawanan. Hal ini menunjukkan bahwa peluang siswa untuk terpilih semakin besar karena tidak hanya 1 yang terpilih di setiap proses pemberian jawaban (answering). Selain itu, guna mengontrol tanggung jawab individu, maka siswa yang terpilih harus menyampaikan jawaban tanpa bantuan baik dari teman kelompoknya ataupun catatan hasil diskusi kelompoknya. Kedua hal tersebut sengaja dilakukan agar siswa lebih aktif dan semakin serius dalam proses diskusi. Empat tahapan ini dilakukan berulang kali, sehingga siswa dituntut harus fokus dan aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan banyaknya frekuensi pengajuan pertanyaan yang diberikan guru dan besarnya peluang siswa untuk dapat terpilih.

Kegiatan penutup yang dilakukan yaitu menyimpulkan pembelajaran, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil belajar dengan memberikan pujian dan memberi point penghargaan untuk kelompok yang unggul. Selanjutnya memberikan tugas rumah dan meminta siswa utuk mempelajari materi yanga akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.

(8)

Defit Arya Putra 83 Pada proses pembelajaran ini ada, terdapat kelemahan pada tahap pemberian jawaban (answering). Pada tahapan ini, terdapat siswa yang terpilih yang tidak bertanggung jawab dalam memberikan jawabannya sehingga pada saat pemberian jawaban siswa yang terpilih mengerjakan dengan curang atau tidak bersedia untuk serius dalam mengerjakannya (tampak asal dalam memberikan jawaban). Hal tersebut terjadi karena siswa terpilih maju hanya karena ingin mendapatkan point 5 dan bukan

point maksimal yaitu 30. Dan siswa hanya mengikuti kata temanya “tidak bisa mengerjakan tidak papa yang penting mendapat point”.

Kelemahan padaproses pemberian jawaban (answering) ini berdampak pada proses heads together dalam periode NHT berikutnya. Di beberapa kelompok masih ditemukan siswa yang tidak terlibat aktif dalam diskusi dan justru melakukan aktivitas sendiri atau menganggu teman sehingga menganggu beberapa anggota kelompok yang hendak fokus dalam proses diskusi.

Rekapitulasi analisis hasil observasi guru, siswa dan lingkunganketerlaksanaan penerapan NHT pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 2. Tampak bahwa dari segi guru dan siswa masuk kategori baik sedangkan lingkungan sa ngat baik. Hal ini dikarenakan ada hal yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan di aspek guru diantaranya kesesuaian pembelajaran dengan metode NHT dan kesesuaian dengan prinsip pembelajaran kurikulum 2013. Adapun dari aspek respon siswa perlu adanya upaya untuk membuat siswa lebih yaitu pada aspek kedisiplinan, keaktifan dan perhatian (fokus dalam pembelajaran). Adapun rekapitulasi hasil belajar yang dicapai pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Rekapitulasi Data Hasil Observasi siklus I

Indeks Hasil Observasi

Tabel 3. Hasil Belajar Matematika Sis wa Pada Siklus I

Jumlah

(9)

Defit Arya Putra 84 belum mencapai KKM 64,29%. Hasil rata-rata ini belum mencapai KKM, demikian pula persentase ketuntasan klasikal belum mencapai 75%.

Refleksi

Keterlaksanaan pembelajaran NHT pada siklus I masih belum memberi dampak hasil belajar yang diharapkan. Ditemukan beberapa permasalahan yaitu kurang seriusnya proses pemberian jawaban (answering) dimana beberapa siswa memberikan jawaban dengan asal. Setela h dilakukan analisis diduga hal ini dikarenakan tidak adanya rasa malu siswa jika tidak bisa memberi jawaban yang benar. Tidak adanya konsekuensi jika jawaban salah juga dapat mengakibatkan kurangnya keseriusan dan tanggung jawab siswa terpilih untuk memberikan jawaban secara benar. Kunci NHT adalah dari fase pemberian jawaban (answering). Ketika fase ini belum berjalan secara optimal maka akan berdampak pada fase lain. Hal ini terjadi di penelitian ini, dimana pada tahap berpikir bersama (heads together) di periode berikut kurang optimal. Beberapa siswa masih tidak berperan aktif. Oleh karena itu, untuk mengatasi kelemahan ini maka disusunlah suatu strategi yang akan diterapkan pada siklus II yaitu yang pertama dengan cara memberikan konsekuensi kepada kelompok yang memberikan jawaban asal dengan cara didiskualifikasi atau tidak mendapat point dan strategi yang kedua melatih tanggung jawab kepada setiap siswa yang terpilih memberikan jawaban dengan cara mempresentasikan hasil jawabannya di depan kelas dan jika siswa masih bingung guru akan meberikan bantuan sebanyak 1 kali dengan syarat pengurangan 10 point.

Siklus II Perencanaan

Perencanaan tindakan siklus II tidak jauh beda dengan perencanaan pada siklus I. Adapun perbedaannya adalah penyusunan strategi untuk mengatasi permasalahan pada siklus I. Strategi yang digunakkan adalah dengan cara penggunaan metode pembelajaran yang sama namun untuk membuat siswa lebih aktif dalam pelaksanaan pembelajaran peneliti akan lebih melakukan tanya jawab terhadap siswa dan memberi konsekuensi kepada kelompok jika ada anggota kelompoknya yang melakukan aktivitas sendiridan membuat siswa tidak fokus dalam pembelajaran. Diharapkan dengan begitu akan mendorong siswa lebih fokus dan tidak akan melakukan aktivitas sendiri.

Pelaksanaan dan Observasi Siklus II

Siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan (5 jam Pelajaran). Kedua pertemuan ini membahas mengenai penyelesaian soal-soal yang sudah diajarkan pada pertemuan siklus I, namun pada pertemuan ini lebih banyak membahas soal-soal yang masih belum siswa pahami pada siklus I. Pada pertemuan pertama peneliti mengingatkan tentang unsur- unsur aljabar kembali dan melakukan tanya jawab soal penjumlahan kepada siswa agar siswa lebih paham. Pada pertemuan kedua peneliti mengulang kembali operasi pengurangan bentuk aljabar dan menekankan pada

(10)

Defit Arya Putra 85 Pelaksanaan pembelajaran pertemuan pertama siklus II dimulai dari pendahuluan dengan melakukan doa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan mengecek kehadiran sisiwa. Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti pembelajaran dengan cara menayankan video motivasi kepada siswa. Selanjutnya guru menyampaiakan tujuan pembelajara dan cangkupan materi yang hendak dipelajarai.

Hal selanjutnya setelah melakukan pendahuluan, maka guru memulai kegiatan inti. Pada kegiatan inti ini tahapan pembelajaran sama dengan tahap pembelajaran pada siklus I namun, pada siklus II ini juga ada beberapa perbedaannya diantaranya pada tahap penomoran (numbering) untuk pembagian kelompok berbeda. Terdapat pertukaran beberapa anggota kelompok dengan kelompok lain. Hal ini dilakukan untuk memisahkan anggota kelompok yang selalu bercerita dengan teman dekatnya yang membuat beberapa anggota kelompok tidak fokus dan serius dalam mengikuti pembelajaran. Meskipun terjadi pertukaran anggota kelompok namun, kelompok tersebut masih tetap heterogen karena untuk pertukarannya peneliti juga memperhatikan kemampuan siswa.

Tahap pengajuan pertanyaan (questioning)dan berpikir bersama (heads together) masih menggunakan alat batu berupa LK, namun pada siklus ini pengajuan pertanyaan (questioning) dan proses berpikir bersama (heads together) dilakukan secara bertahap. Setiap 2 soal dilakukan pemberian jawaban (answering) dan ketika kedua siswa tidak bisa menjawab benar maka guru langsung melakukan pembahasan dan memberikan 1 soal tambahan terkait materi tesebut. Hal ini sengaja dilakukan guna membantu meringankan bahan yang didiskusikan siswa sehingga diharapkan akan membantu siswa yang berkemampuan rendah. Proses pemberian jawaban (answering) masih sama dengan siklus I, namun ada tambahan aturan yaitu kelompok yang mewakili kelompok untuk memberikan jawaban, tidak sekedar mengerjakan namun, siswa juga harus memperesentasikan hasil jawabannya tersebut dan tidak boleh digantikan oleh anggota kelompok lainnya.

Kegiatan penutup yang dilakukan yaitu menyimpulkan pembelajaran, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil belajar dengan memberikan pujian dan memberi point penghargaan untuk kelompok yang unggul. Selanjutnya memberikan tugas rumah dan meminta siswa utuk mempelajari materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.

Proses pembelajaran serupa juga dilakukan pada pertemuan kedua. Perbedaannya adalah jika pada pertemuan pertama cakupan materi meliputi menentukan unsur- unsur pada bentuk aljabar, menentukan bentuk aljabar, dan menentukan suku sejenis dan suku tidak sejenis. Maka pada pertemuan kedua guru mengingatkan kembali mengenai materi operasi hitung penjumlahan dan menjelaskan

cakupan materi operasi hitung pengurangan “oleh” dan “dari” bentuk aljabar. Guru

(11)

Defit Arya Putra 86 hasil observasi pada siklus II ini ada peningkatan dibandingkan pada hasil observasi pada siklus I.

Tabel 4. Rekapitulasi Data Hasil Observasi siklus II

Indeks Hasil Observasi

Tabel 5. Hasil Belajar Matematika Sis wa Pada Siklus II

Jumlah

Rekapitulasi hasil belajar matematikapada siklus II dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai tertinggi yang dicapai pada siklus II adalah 100, sedangkan nilai terendahnya adalah 25. Nilai rata-rata kelas 71,10 dan telah mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 60. Adapun persentase siswa yang masuk kategori tuntas sebesar 78,60% yang telah mencapai batas minimal ketuntasan klasikal yang sudah ditentukan yaitu 75%.

Refleksi

Keterlaksanaan pembelajaran NHT pada siklus II sudah mencapai hasil belajar yang diharapkan. Pada proses pelaksanaan NHT yang berbeda itu berdampak pada aktifnya siswa pada proses diskusi. Hal tersebut dapat dilihat dari poses pengajuan pertanyaan dan pemberian jawaban yang dilakukan siswa. Pada pembelajaran siklus II ini siswa lebih bertanggung jawab dalam pemberian jawaban sehingga siswa lebih jelas dalam menerima materi dan berdapak pada peningkatan hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 7 Salatiga.

Deskripsi Siklus I dan Siklus II

(12)

Defit Arya Putra 87

Gambar 1: Perbandingan Hasil Belajar Antar Siklus

Sumber : Data Primer, (2017)

Tabel 6. Perbandingan Hasil Siklus I dan Siklus II

Kategori Jumlah %

Meningkat 24 85,70

Tetap 1 3,60

Menurun 3 10,70

Sumber : Data Primer, (2017)

Berdasarkan pada Gambar 1 dan rekapitulasi pada Tabel 6, diperoleh fakta bahwa sebagian besar siswa (85,70%) mengalami kenaikan nilai dari siklus I ke siklus II, meski masih terdapat nilai tetap (3,60%) dan nilai yang turun (10,70%). Berdasarkan data yang disajikan dalam Gambar 1 terdapat beberapa karakter pencapaian hasil belajar diantaranya:

1. Siswa dengan hasil belajar konsisten lebih dari KKM pada kedua siklus, misalnya siswa nomor 3. Siswa tersebut memiliki kemampuan matematika yang baik meskipun demikian siswa ini mudah puas dengan apa yang dicapai sehingga siswa ini mengerjakan tes tidak secara maksimal karena targetnya adalah mencapai KKM. 2. Siswa dengan hasil belajar di kedua siklus telah mencapai KKM dan mengalami kenaikan diantaranya siswa nomor 1,7 dan 20. Siwa-siswa tersebut memiliki kemampuan matematika yang baik dan disertai adanya daya juang untuk memperoleh hasil maksimal. Hal ini terbukti bagaimana siswa nomor absen 7 dan 20 dapat mencapai nilai 100 dalam siklus II.

3. Siswa yang hasil belajar matematika tidak tuntas di siklus I dan mengalami kenaikan dan mencapai ketuntasan pada siklus II, contohnya siswa nomor absen 9, 13 dan 15. Hal ini dikarenakan pada siklus II siswa tersebut berusaha aktif dan selalu bertanya jika ada kesulitan. Dan siswa tersebut bertanya tidak hanya diwaktuy jam pelajaran saja, namun diluar jam pelajaran bertanya tentang materi aljabar yang siswa belum pahami.

0 20 40 60 80 100 120

Siklus I

(13)

Defit Arya Putra 88 4. Siswa yang hasil belajar matematika telah mengalami kenaikan namun tetap belum mencapai KKM. Sebenarnya siswa tersebut sudah berusaha untuk aktif dalam diskusi kelompok dan mau bertanya jika ada yang masih kesulitan, namun kemampuan siswa tersebut hanya mamp u memperoleh hasil dibawah KKM meskipun sudah berusaha semaksimal mungkin.

Tabel 7. Hasil Belajar Matematika Antar Siklus

S

Pada Tabel 7 terlihat bahwa nilai tertinggi pada siklus I 76 dan meningkat pada siklus II yaitu dengan maksimal nilai 100, untuk nilai terendah pada siklus I 16 dan meningkat pada siklus II yaitu 25.Dari nilai rata-rata kelas pada siklus I yaitu 45,35 meningkat pada siklus II sebesar 71,10 yang artinya sudah mencapai KKM. Adapun persentase nilai ketuntasan pada siklus I 35,71% (belum mencapai batas ketuntasan klasikal) dan persentase nilai ketuntasan pada siklus II 78,60% (sudah mencapai batas ketuntasan klasikal). Dengan demikian, dapat disimpulkan ada peningkatan hasil belajar di siklus II.

Pembahasan

Berdasarkan hasil belajar matematika prasiklus belum sesuai harapan. Meskipun rata-rata telah mencapai KKM namun sebagian besar (64,29%) belum mencapai KKM. Hal ini mengidentifikasikan bahwa kemampuan siswa tidak merata. Hasil observasi menunjukkan bahwa proses pembelajaran telah dilakukan secara berkelompok namun tampak bahwa siswa tertentu yang terlibat aktif dalam proses diskusi. Oleh karena itu diterapkan NHT.

(14)

Defit Arya Putra 89 siswa yang terpilih memberikan jawaban dengan cara mempresentasikan hasil jawabannya di depan kelas dan jika siswa masih bingung guru akan meberikan bantuan sebanyak 1 kali dengan syarat pengurangan 10 point. Selain itu guru juga lebih mengontrol jalannya proses berpikir bersama (heads together). Strategi yang diterapkan berhasil terbukti hasil belajar matematika pada siklus II tercapai rata-rata (71,10) telah mencapai KKM dengan persentase ketuntasan 78,60%. Hasil ini menunjukkan bahwa 3 indikator keberhasilan telah tercapai sehingga penelitian ini berhenti pada siklus II.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa SMPN 7 Salatiga. Hal tersebut dapat dilihat dari pencapaian rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 45,35 dan meningkat pada siklus II menjadi 71,10 dan sudah mencapai KKM yang sudah ditetapkan yaitu 60. Persentase ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 35,71%(belum mencapai batas ketuntasan klasikal),namun pada siklus II persentase ketuntasan klasikalnya sebesar 78,60% (sudah mencapai batas ketuntasan klasikal). Dengan demikian, pada siklus II hasil belajar telah mencapai indikator keberhasilan sehingga pada PTK ini berhenti pada siklus II.

Saran

Penelitian ini telah menunjukkan bahwa salah satu faktor yang dapat menentukan pencapaian hasil belajar adalah siswa untuk aktif dalam pembelajaran, maka disarankan bagi siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa, oleh karena itu disarankan bagi guru untuk mencoba menerapkan NHT dalam materi lainnya baik pada jenjang SMP atau jenjang lainnya. Bagi peneliti lainnya disarankan untuk mengembangkan desain pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip NHT.

DAFTAR PUSTAKA

Asnidar 2014.Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Operasi Himpunan di Kelas VII SMP Negeri 19 Palu.Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. Volume 01 Nomor 02, Maret 2014.

Depdiknas. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Badan Standar Nasional Pendidikan: Jakarta.

Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Ditjen PMPTK.(2010). Membimbing Guru Dalam Penelitian Tindakan Kelas Materi Pelatihan Penguatan Pengawas Sekolah. Jakarta : Kemendiknas.

(15)

Defit Arya Putra 90 Kemmis, S dan R. Mc Taggart. (1988). The Action Research Planner. Victoria:

Deakin University

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Noor dkk 2014. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pada Pemecahan Masalah Matematika Di Kelas VIII SMP. Jurnal Pendidikan Matematika. Volume 2 Nomor 1, Pebruari 2014.

Rafiqa 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Berbantuan Media Kartu Posinega Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Palu.Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. Volume 01 Nomor 02, Maret 2014.

Rustam, Mundilarto (2004). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Savitri, dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Struktural Numbered Heads Together (NHT) pada Materi Lingkaran di Kelas VIII SMP Negeri 1 Kamal. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014 Sudjana, Nana. 2010.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Suhardjono (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritik Praktis dan Implementasinya.Jakarta: Prestasi Pustaka

Gambar

Tabel 3. Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Siklus I
Tabel 4. Rekapitulasi Data Hasil Observasi siklus II
Tabel 6. Perbandingan Hasil Siklus I dan Siklus II
Tabel 7. Hasil Belajar Matematika Antar Siklus

Referensi

Dokumen terkait

Atasan banyak memberi kan ilmu Visi misi belum disampai kan Kurang lebih mendapat kan ilmu baru Visi misi belum pernah disampaik an Memberik an ilmu baru Memiliki visi misi namun

Untuk jenis surat perjanjian tertentu, persyaratan lainnya bisa berlaku spesifik. Syarat perjanjian biasanya memuat tentang kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi

[r]

NAMA : HUSNA HIDAYATI NIM : 1700017034 ASISTEN : SULTONIYAH.

Penelitian yang dilakukan oleh Edo Fani Ardiansyah mengambil judul “Pengaruh Leverage, Likuiditas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan

Prosedur analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2009: 246). Indikator

Penelitian ini membatasi teori jenis perubahan makna hanya sembilan, yaitu: (a) perubahan makna dari bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia, (b), perubahan makna akibat

Biaya pengolahan limbah seharusnya diperlakukan sebagai biaya sosial atau biaya lingkungan eksplisit (external cost impact / externalities), karena biaya-biaya tersebut