• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Desentralisasi Fiskal docx 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kebijakan Desentralisasi Fiskal docx 1"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PEREKONOMIAN INDONESIA

POLICY REVIEW PAPER:

KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA TAHUN 2001-2015

OLEH:

DIENA QONITA

ILMU EKONOMI ISLAM

1406578760

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS INDONESIA

(2)

STATEMENT OF AUTHORSHIP

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa tugas terlampir merupakan murni pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini belum pernah disajikan ataupun digunakan sebagai bahan tugas mata kuliah lain kecuali saya mengatakan jelas bahwa saya menggunakannya.

Nama : Diena Qonita

NPM : 1406578760

Judul Tugas : Policy Review Paper: Kebijakan Desentralisasi Fiskal di Indonesia Tahun 2001-2015

Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia

Dosen Pengampu : Maddaremmeng A. Panennungi

(3)

PENDAHULUAN

Sebagai negara yang luas, terdiri atas ribuan pulau dan berpenduduk sekitar 250 juta orang, merupakan hal yang cukup sulit bagi pemerintah Indonesia untuk mengatasi ketimpangan antardaerah, baik ketimpangan dalam hal infrastruktur maupun pendapatan daerah. Ketimpangan ini salah satunya disebabkan karena pemerintah pusat tidak dapat melakukan pengawasan dan pemahaman yang komprehensif pada seluruh daerah di Indonesia, sehingga kebijakan yang dikeluarkan pun sering kali kurang cocok sebab adanya kondisi yang berbeda. Lebih parahnya lagi, bisa jadi pemerintah pusat tidak mengetahui masalah yang dihadapi oleh daerah.

Idealnya, pemerintah harus bisa memenuhi kebutuhan dasar bagi warganya, teutama fasilitas publik yang dapat digunakan oleh seluruh masyarakat. Adanya perbedaan situasi dan kondisi yang berbeda antardaerah berimplikasi kebijakan yang berbeda pula untuk tiap-tiap daerah. Untuk secara tepat dapat memenuhi kebutuhan daerahnya, saat ini Indonesia telah menerapkan otonomi daerah. Adanya otonomi daerah berarti ada pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah. Kewenangan yang diberikan pada daerah meliputi hampir semua bidang, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, dan bidang agama. Salah satu arti pentingnya otonomi daerah adalah pemberian kesempatan pada daerah untuk bisa mengatur sendiri bagaimana perekonomian daerahnya dapat berkembang. Kemudian, adanya otonomi daerah berarti berlaku pula desentralisasi fiskal untuk menunjang kebijakan daerah.

Desentralisasi fiskal memiliki konsekuensi berupa peluang dan tantangan bagi daerah mengenai bagaimana daerah dapat mengelola anggaran yang telah diberikan untuk mengembangkan daerahnya. Dengan berlakunya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, pemerintah pusat berharap pemerintah daerah dapat membuat kebijakan yang sesuai dengan aspirasi, kebutuhan, dan prioritas daerah. Namun, di sisi lain, desentralisasi fiskal dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat antardaerah dan pemerintah daerah yang kurang bijak dalam menggunakan anggaran yang diberikan.

(4)

makalah ini dapat memberikan kontribusi untuk memperbaiki pelaksanaan kebijakan desentralisasi fiskal dan turut meningkatkan pertumbuhan daerah.

TINJAUAN KEBIJAKAN PUBLIK

Melalui sektor publik, pemerintah berperan untuk mendorong terjadinya efisiensi pasar, mengatasi kegagalan pasar yang disebabkan oleh ketidakmampuan sektor swasta, dan masalah distribusi. Intervensi pemerintah secara umum meliputi penyelesaian masalah pemenuhan kebutuhan dasar, mengurangi tingkat kemiskinan, kurangnya infrastruktur, dan distribusi yang tidak merata pada faktor-faktor produksi, infrastruktur, konektivitas, dan ketersediaan sumber daya alam. Kebijakan fiskal adalah salah satu bahasan dalam kebijakan publik di mana pemerintah berfungsi dalam pengelolaan anggaran yang meliputi pengeluaran, pendapatan, dan utang untuk menjalankan penyelenggaraan pemerintahan agar pemerintah dapat menyelesaikan berbagai permasalah di atas.

Secara umum, biasanya kebijakan publik memiliki salah satu sifat antara mementingkan equity (pemerataan) atau efficiency (tepat guna). Equity berarti setiap target kebijakan mendapatkan hak yang sama dari kebijakan tersebut, sementara efficiency berarti ada pemilihan target kebijakan agar kebijakan bisa menjadi efisien (low cost, high benefit).

GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA

(5)

Kebijakan desentralisasi fiskal di Indonesia pada umumnya berkaitan dengan pembagian fungsi pemerintah, yaitu fungsi distribusi, stabilisasi, dan alokasi. Fungsi stabilisasi dan distribusi dilakukan oleh pemerintah pusat, sedangkan fungsi alokasi dilakukan oleh pemerintah daerah yang mengerti potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah.

Dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal, daerah berhak menerima transfer dana dari pemerintah pusat sebagai sekaligus menerima pendapatan asli daerah sesuai potensi daerahnya masing-masing. Daerah bisa mendapatkan penghasilan dari pajak dan retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan keuntungan-keuntungan yang didapatkan pemerintah daerah dalam pengelolaan fiskalnya, seperti pendapatan bunga dan keuntungan penjualan aset daerah.

Komponen pengeluaran untuk daerah terdiri dari tiga bagian, yaitu Dana Perimbangan, Dana Otonomi Khusus, dan Dana Desa. Pemerintah pusat memberikan dana dengan tujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara daerah dan pusat, kesenjangan antardaerah, serta untuk meningkatkan pertumbuhan nasional yang dimulai dari pertumbuhan daerah/desa. Dana Perimbangan terdiri dari dana bagi hasil (DBH), dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus (DAK) yang jumlahnya diatur tiap tahunnya melalui APBN. Sementara itu, Dana Otsus hanya diberikan untuk provinsi tertentu. Apabila daerah mengalami kekurangan pembiayaan, daerah diperbolehkan untuk melakukan pinjaman daerah untuk membiayai penyelenggaraan urusan pemerintah daerah dalam berbagai bentuk seperti pinjaman bank maupun obligasi daerah. Namun, sesuai dengan batasan otonomi daerah poin hubungan luar negeri, pemerintah daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung luar negeri.

(6)

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Di tahun 2016, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk transfer ke daerah yang lebih besar lagi dari sebelumnya dan bahkan lebih besar dari anggaran yang dikeluarkan untuk Kementerian atau Lembaga untuk anggaran tahun 2017 yaitu sebesar Rp764,9 triliun. Anggaran ini ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan tujuan memperluas wewenang pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan daerah.

PEMBAHASAN

Perkembangan desentralisasi fiskal di Indonesia dapat dikatakan cukup berhasil dilihat dari berbagai indikator seperti pendapatan daerah, peningkatan tingkat pendidikan dan kesehatan. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang masih menjadi perhatian pemerintah. Pemerintah pusat harus memastikan peluang yang muncul dari kebijakan ini dapat mengimbangi tantangannya. Selain itu perlu dirumuskan tujuan kebijakan publik ini untuk mencapai equity (keadilan) atau efficiency (digunakan dengan tepat).

1. Peluang Desentralisasi Fiskal

(7)

pajak dan retribusi daerah menjadi suatu keuntungan bagi daerah karena secara otomatis, pendapatan daerah bertambah. Tidak hanya berpengaruh secara langsung meningkatkan sumber pendapatan daerah, desentralisasi fiskal juga secara tidak langsung meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal ini karena desentralisasi memungkinkan daerah untuk menentukan basis pajak dan retribusi di daerahnya sendiri, sehingga penyerapan pajak dan pendapatan daerah dari retribusi di daerah menjadi lebih tinggi. Kemudian, longgarnya ruang fiskal daerah membawa daerah untuk bisa mengembangkan usaha pemerintah daerah sehingga menghasilkan PAD yang juga lebih tinggi. Berikut merupakan grafik yang menunjukkan bahwa desentralisasi fiskal dan peningkatan transfer berupa Dana Perimbangan berhubungan positif dengan pertumbuhan pendapatan asli daerah yang bahkan pertumbuhan dari PAD lebih besar dari pertumbuhan transfer Dana Perimbangan sejak 2007-2015.

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 0%

Perbandingan Dana Perimbangan dan PAD Seluruh Provinsi

Tahun 2007-2015

Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan

Sumber: Badan Pusat Statistika

(8)

masyarakat meningkat seiring dengan adanya sumber pendapatan dari pembangunan. Infrastruktur dapat secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah melalui penyediaan sarana publik baik fisik seperti jalan maupun sosial seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dalam jangka panjang, infrastruktur tentunya dipandanga sebagai investasi yang hasilnya akan dipetik kemudian hari, contohnya penyediaan akses transportasi dapat memicu adanya aktivitas ekonomi di sekitarnya yang akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Berikut merupakan grafik yang menunjukkan pertumbuhan investasi infrastruktur oleh pemerintah setelah berlakunya desentralisasi publik di tahun 2000 hingga 2004. Dari grafik ini, ditunjukkan bahwa pemerintah daerah menunjukkan tren peningkatan investasi infrastruktur, sementara pemerintah pusat menunjukkan tren yang semakin turun. Grafik di bawahnya menunjukkan porsi investasi yang juga berkurang dari pemerintah pusat dan meningkatnya investasi pemerintah daerah untuk pembangunan jalan dari tahun 1994 hingga 2004 di mana daerah baru mulai membangun jalan saat desentralisasi mulai diterapkan, yaitu tahun 1999.

(9)

Tidak hanya pertumbuhan ekonomi daerah, indeks pembangunan manusia semenjak masa desentralisasi fiskal juga menunjukkan pertumbuhan. Faktor yang paling mendominasi peningkatan IPM adalah pertumbuhan di sektor pendidikan dan kesehatan melalui berbagai kebijakan pemerintah, seperti BOS, imunisasi, dan lebih baiknya kualitas pelayanan kesehatan publik di Puskesmas. Berikut merupakan grafik dari pertumbuhan IPM Indonesia sejak sebelum desentralisasi fiskal di tahun 1999 hingga tahun 2013.

1999 2002 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 58

Tantangan dari desentralisasi fiskal salah satunya adalah pejabat daerah rentan terhadap tindakan korupsi dari transfer dana ke daerah. Mendagri Tjahjo Kumolo mengatakan, hingga Desember 2014 ada 343 kepala daerah yang terseret kasus korupsi, baik di kejaksaan, kepolisian, maupun di KPK. Sebagian besar kepala daerah itu tersangkut masalah pengelolaan keuangan daerah (Berita Satu: 2016). Korupsi ini disebabkan karena masih kurangnya kemampuan daerah untuk mengelola uang yang jumlahnya cukup besar dan masih kurangnya integritas dari pemimpin daerah yang bersangkutan. Hal ini berhubungan juga dengan pengaruh politik, yaitu saat pemilihan umum, calon kepala daerah memerlukan dana yang banyak untuk kampanye, sehingga mereka merasa perlu ‘mengambil’ untuk mengembalikan dana kampanye mereka. Selain korupsi, permasalahan kemampuan daerah masih berkaitan dengan kemampuan teknis dalam pengelolaan dana, seperti perencanaan dan pelaporan anggaran. Ketakutan pejabat daerah dalam pengelolaan menyebabkan tingginya dana daerah yang pada akhirnya dibiarkan idle di perbankan.

(10)

berbeda-urgensi pemenuhan kebutuhan yang lebih tinggi, namun pada kenyataannya, daerah masih belum mampu mengoptimalkan anggarannya. Berikut merupakan peta yang menggambarkan kemampuan keuangan provinsi dari sumber dana PAD berdasarkan metode kuadran.

Sumber: Bappenas

Dari kuadran di atas, kuadran I merupakan daerah dengan tingkat kemampuan mendayagunaan PAD tinggi dan tingkat pertumbuhan yang tinggi pula. Sementara itu, kuadran II terdiri dari daerah dengan kondisi sedang, yaitu tingkat dayaguna tinggi, namun pertumbuhannya masih relatif rendah. Kuadran III adalah daerah dengan tingkat dayaguna anggaran rendah, namun memiliki pertumbuhan yang tinggi. Lalu, kuadran IV menunjukkan daerah yang tingkat dayagunanya dan pertumbuhannya rendah. Dari metode kuadran ini, dapat disimpulkan bahwa daerah dengan potensi daerah yang tinggi dan pemasukan yang besar tidak berarti memiliki pertumbuhan ekonomi yang besar pula. Tingkat pertumbuhan ekonomi memiliki juga berhubungan dengan bagaimana pengelolaan anggaran oleh pemerintah daerahnya.

(11)

pengambilan kebijakan dengan motivasi untuk bersaing dengan daerah lain sehingga pertumbuhan ekonomi daerah kurang optimal.

Sebagai tambahan, kebijakan publik pada umumnya memiliki tujuan yang dicapai dengan pemerataan atau memilih kebijakan dengan hasil yang paling efisien. Implementasi Nawa Cita terhadap kebijakan desentralisasi fiskal yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa. Sehingga, menurut penulis, tujuan desentralisasi fiskal diwujudkan dengan melakukan kebijakan-kebijakan transfer dana yang efisien. Model efisiensi ini khususnya ditunjukkan dari adanya dana otonomi khusus untuk beberapa provinsi dan insentif untuk daerah berupa Dana Insentif Daerah (DID). Model efisiensi juga sejalan dengan pandangan ekonom Amartya Kumar Sen (1981) bahwa kelaparan dapat terjadi karena ketidaksetaraan dalam membangun mekanisme distribusi makanan. Beranalogi dengan pemikiran Sen, desentralisasi fiskal ibaratnya adalah mekanisme distribusi pendapatan agar ketimpangan antardaerah dapat berkurang. Selain itu, entitlement approach yang diperkenalkan Sen yaitu bahwa seseorang lapar karena ia tidak memiliki kemampuan untuk mendatangkan makanan. Sehingga di sini, pemerintah pusat berperan dalam pendistribusian pendapatan, terutama ke daerah yang termasuk dalam 3T (tertinggal, terdepan, terluar), agar seluruh daerah di Indonesia bisa memiliki pembangunan yang merata

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

(12)

sumber daya manusia ini dapat dilakukan dengan mengirim putra-putri daerah untuk mengenyam pendidikan tinggi supaya kembali ke daerah dan berkontribusi membangun daerahnya.

Catatan:

Untuk 2016 dan 2017, pemerintah RI telah melakukan beberapa rombakan untuk pelaksanaan desentralisasi yang lebih baik, di antaranya perubahan struktur DAK yang pada tahun-tahun sebelumnya hanya terdiri dari DAK Fisik, menjadi DAK Fisik dan DAK Non Fisik, pengalihan beberapa Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan yang dikelola Kementerian/Lembaga menjadi DAK, meningkatnya pagu DAK lebih dari 4 kali lipat dari pagu DAK tahun 2015, dan tata cara pengalokasian DAK yang tahun-tahun sebelumnya bersifat top-down berubah menjadi bersifat bottom-up dengan memperhatikan usulan daerah yang sesuai dengan prioritas nasional.

(13)

Referensi

Efektivitas Dana Transfer Daerah. (2015, Juni 5). Retrieved from Suara Pembaruan: http://sp.beritasatu.com/tajukrencana/efektivitasdanatransferdaerah/

Falianty, T. A. (2016, Mei 13). Serapan Anggaran Rendah Masalah Klasik Berulang. Retrieved from Media Indonesia: http://mediaindonesia.com/news/read/45034/serapan-anggaran-rendah-masalah-klasik-berulang/2016-05-13#

(2007). Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007. Jakarta: World Bank. Retrieved from World Bank: http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/226271-1168333550999/PERFBAB5-Infrastruktur.pdf

PETA KEMAMPUAN KEUANGAN PROVINSI DALAM ERA OTONOMI DAERAH: Tinjauan atas Kinerja PAD, dan Upaya yang Dilakukan Daerah. (n.d.). Retrieved from Bappenas:

http://www.bappenas.go.id/files/4613/5230/1470/15peta-kemampuan-keuangan-provinsi-dalam-era-

otonomi-daerah-tinjauan-atas-kinerja-pad-dan-upaya-yang-dilakukan-daerah__20081123002641__14.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Apa faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya sengketa antara Masyarakat Nagari Sungai Tanang dengan Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Jam Gadang Kota

WAHAB

Setiap penyuluh membina 14 kelompoktani sampai dengan 24 kelompoktani; (3) Metode penyuluhan yang sering dilakukan yaitu: pertemuan diskusi, demonstrasi plot, dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh variasi kadar perekat phenol formaldehida, serta mengetahui kadar perekat terbaik terhadap kualitas papan partikel dari

Oleh sebab itu penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh rapat umum pemegang saham perseroan dari suatu lembaga keuangan syariah bukan bank setelah nama-nama

Ketika obat dilibatkan dalam interaksi dengan bahan pembantu untuk membentuk kompleks yang sedikit larut dalam air, kemudian pelepasan obat dapat menjadi lebih lambat dengan

Dalam rencana ini, akan diperkatakan sepintas lalu sifat-sifat manuskrip milik Abdul Mulku Zahari dari segi bahan, zaman pengarangan, huruf yang digunakan, nilai sejarah, budaya

Jadi, dalam hal ini Rasyid Ridha sependapat dengan Muhammad Abduh bahwa poligami diperbolehkan dengan syarat keadilan terpenuhi diantara para istri sehingga