• Tidak ada hasil yang ditemukan

DR. GAZALBA SALEHSHMH PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG DALAM MEMUTUS PERKARA DAN PANDANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DR. GAZALBA SALEHSHMH PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG DALAM MEMUTUS PERKARA DAN PANDANGAN"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PERTIMBANGAN HUKUM MAHKAMAH

AGUNG DALAM MEMUTUS PERKARA DAN

PANDANGAN TERHADAP JURISPRUDENSI

PERKARA SETYANINGRUM

OLEH :

DR. GAZALBA SALEH, S.H., M.H.

(HAKIM AGUNG MA RI)

DISAMPAIKAN PADA SEMINAR URUN REMBUG NASIONAL

DALAM RANGKA MEMPERINGATI HARI KESADARAN HUKUM KEDOKTERAN PENGURUS BESAR IKATAN DOKTER INDONESIA (PB IDI),

(2)

PENGANTAR (1)

• Pada prinsipnya hakim di di Pengadilan Negeri (PN), Pengadilan Tinggi (PT) maupun di Mahkamah Agung RI (MARI) dalam mengadili perkara pidana baik upaya hukum Kasasi maupun Peninjauan Kembali (PK), tidak melihat secara spesifik bidang-bidang atau profesi-profesi tertentu yang ada di masyarakat. Semua dipandang sama sesuai dengan prinsip hukum yang dikenal dalam ilmu hukum seperti : Equality before the Law atau Equality before the court.

• Jadi dalam mengadili perkara, hakim tidak memeriksa “siapa yang melakukan tapi melihat “perbuatan apa yang dilakukannya” . Kalaupun di awal persidangan Hakim menanyakan identitas Terdakwa bukan berarti untuk menfokuskan memeriksa “orang yang melakukan tindak pidana” tetapi lebih pada menyakinkan hakim bahwa orang yang dibawa ke persidangan itu adalah orang yang seusai yang dimaksud dalam Surat Dakwaan PU sehingga tidak terjadi error in persona.

(3)

PENGANTAR (2)

• Dari sisi pembuktian dipersidangan maka jawabannya bisa ada perbedaan bisa tidak. Untuk memperjelas hal ini maka perlu dielaborasi terlebih dahulu sebagai berikut :

1. Profesional melakukan Tindak Pidana (TP) yang tidak ada kaitannya dengan profesionalitasnya;

2. Profesional melakukan TP yang berkaitan dengan profesinya;

• Apabila profesional melakukan TP sebagai nomor 1 di atas maka dari sisi pembuktian di persidangan tidak ada perbedaan. Sebagai contoh A berprofesi sebagai dokter melakukan TP pembunuhan berencana. B adalah orang awam (tidak memiliki profesi tertentu) juga melakukan pembunuhan berencana. Maka dari sisi pembuktian apakah benar A dan B melakukan TP Pembunuhan berencana tidak ada perbedaannya.

(4)

TUGAS DAN WEWENANG MARI (1)

• Sebelum membahas lebih lanjut Pertimbangan MA dalam memutus perkara termasuk perkara di bidang kedokteran maka terlebih dahulu saya ingin menyampaikan sekilas tentang tugas dan wewenang MARI. Berdasarkan UU tentang Mahkamah Agung, maka MARI memiliki beberapa wewenang, diantaranya memeriksa dan memutus permohonan kasasi dan PK.

• Dalam Perkara dr. Setyaningrum diputus ditingkat Kasasi dan Perkara dr Dewa Ayu, dkk diputus di tingkat PK.

A. Kasasi

Dasar Hukum

• Pasal 43 – Pasal 55 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung RI

Umum

(5)

TUGAS DAN WEWENANG MARI (2)

• Permohonan kasasi dapat diajukan hanya 1 (satu) kali.

• Permohonan kasasi dapat diajukan oleh :

• pihak yang berperkara atau wakilnya yang secara khusus dikuasakan untuk itu dalam perkara perdata atau perkara tata usaha negara yang diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Tingkat Banding atau Tingkat Terakhir di Lingkungan

Peradilan Umum, Lingkungan Peradilan Agama, dan Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara;

• Terdakwa atau wakilnya yang secara khusus dikuasakan untuk itu atau Penuntut Umum atau Oditur dalam perkara pidana yang diperiksa dan diputus oleh

Pengadilan Tingkat Banding atau Tingkat Terakhir di Lingkungan Peradilan Umum dan Lingkungan Peradilan Militer.

(6)

TUGAS DAN WEWENANG MARI (3)

Permohonan kasasi demi kepentingan hukum dapat

diajukan oleh Jaksa Agung karena jabatannya dalam

perkara perdata atau tata usaha negara yang

diperiksa

dan

diputus

oleh

Pengadilan

Tingkat

Pertama

atau

Pengadilan

Tingkat

Banding

di

Lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama dan

Peradilan Tata Usaha Negara;

Putusankasasidemikepentingan hukum tidak boleh

(7)

TUGAS DAN WEWENANG MARI (4)

• Permohonan kasasi diajukan oleh pemohon kepada Panitera selambat-Iambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari sesudah putusan Pengadilan diberitahukan kepada terdakwa / Penuntut Umum dan selanjutnya dibuatkan akta permohonan kasasi oleh Panitera.

• Permohonan kasasi yang melewati tenggang waktu tersebut, tidak dapat diterima, selanjutnya Panitera membuat Akta Terlambat Mengajukan Permohonan Kasasi yang diketahui oleh Ketua Pengadilan Negeri.

• Dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah permohonan kasasi diajukan, pemohon kasasi harus sudah menyerahkan memori kasasi dan tambahan memori kasasi (jika ada). Untuk itu petugas membuat Akta tanda terima memori / tambahan memori.

(8)

TUGAS DAN WEWENANG MARI (5)

• Panitera memberitahukan tembusan memori kasasi / kasasi kepada pihak lain, untuk itu petugas membuat tanda terima.

• Termohon Kasasi dapat mengajukan kontra memori kasasi, untuk itu Panitera memberikan Surat Tanda Terima.

• Dalam hal pemohon kasasi tidak menyerahkan memori kasasi dan atau terlambat menyerahkan memori kasasi, untuk itu Panitera membuat akta.

• Apabila pemohon tidak menyerahkan dan atau terlambat menyerahkan memori kasasi, berkas perkara tidak dikirim ke Mahkamah Agung, untuk itu Ketua

Pengadilan Negeri mengeluarkan Surat Keterangan yang disampaikan kepada pemohon kasasi dan Mahkamah Agung (SEMA No.7 Tahun 2005).

(9)

TUGAS DAN WEWENANG MARI (6)

• Permohonan kasasi yang telah memenuhi syarat formal selambat-Iambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah tenggang waktu mengajukan

memori kasasi berakhir, berkas perkara kasasi harus sudah dikirim ke Mahkamah Agung.

• Dalam hal permohonan kasasi diajukan sedangkan terdakwa masih dalam tahanan, Pengadilan Negeri paling lambat 3 (tiga) hari sejak diterimanya

permohonan kasasi tersebut segera melaporkan kepada Mahkamah Agung melalui surat atau dengan sarana-sarana elektronik.

• Selama perkara kasasi belum diputus oleh Mahkamah Agung, permohonan kasasi dapat dicabut oleh pemohon. Dalam hal pencabutan dilakukan oleh kuasa hukum terdakwa, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari terdakwa.

(10)

TUGAS DAN WEWENANG MARI (7)

Untuk perkara kasasi yang terdakwanya ditahan, Panitera

Pengadilan Negeri wajib melampirkan penetapan penahanan

dimaksud dalam berkas perkara.

Dalam hal perkara telah diputus oleh Mahkamah Agung,

salinan putusan dikirim kepada Pengadilan Negeri untuk

diberitahukan kepada terdakwa dan Penuntut Umum, yang

untuk itu Panitera membuat akta pemberitahuan putusan.

Fotocopy relaas pemberitahuan putusan Mahkamah Agung,

segera dikirim ke Mahkamah Agung.

Petugas buku register harus mencatat dengan cermat dalam

register terkait semua kegiatan yang berkenaan dengan

(11)

TUGAS DAN WEWENANG MARI (8)

• - Panitera Mahkamah Agung mencatat permohonan kasasi tersebut dalam buku daftar dengan membubuhkan nomor urut menurut tanggal

penerimaannya, membuat catatan singkat tentang isinya, dan melaporkan semua itu kepada Ketua Mahkamah Agung.

Pencabutan Permohonan Kasasi

• -Sebelum permohonan kasasi diputus oleh Mahkamah Agung, maka

permohonan tersebut dapat dicabut kembali oleh pemohon, dan apabila telah dicabut, pemohon tidak dapat lagi mengajukan permohonan kasasi dalam perkara itu meskipun tenggang waktu kasasi belum lampau.

(12)

TUGAS DAN WEWENANG MARI (9)

Sistem Pemeriksaan Kasasi

-Pemeriksaan

kasasi

dilakukan

oleh

Mahkamah

Agung,

berdasarkan surat-surat dan hanya jika dipandang perlu

Mahkamah Agung mendengar sendiri para pihak atau para

saksi, atau memerintahkan Pengadilan Tingkat Pertama atau

Pengadilan Tingkat Banding yang memutus perkara tersebut

mendengar para pihak atau para saksi.

Apabila Mahkamah Agung membatalkan putusan Pengadil

an

dan

mengadili sendiri perkara tersebut, maka dipakai

(13)

TUGAS DAN WEWENANG MARI (10)

- Dalam

hal

Mahkamah Agung

mengabulkan permohonan kasasi

berdasarkanpasal 30 huruf a, maka Mahkamah Agung menyerahkan

perkara

tersebut kepada Pengadilan lain yang berwenang memeriksa

dan memutusnya

(14)

TUGAS DAN WEWENANG MARI (11)

• -

Dalam mengambil putusan, Mahkamah Agung tidak terikat

pada alasan-alasan yang diajukan oleh pemohon kasasi

dan dapat memakai alasan-alasan hukum lain.

-

Salinan

putusan

dikirimkan

kepada

Ketua

Pengadilan

Tingkat

Pertama

yang memutus perkara

tersebut.

Putusan Mahkamah Agung oleh Pengadilan Tingkat Perta

ma

diberitahukan kepada kedua belah pihak

(15)

TUGAS DAN WEWENANG MARI (12)

B. PENINJAUAN KEMBALI (PK)

• Peninjauan Kembali (PK) yang dalam Bahasa Belanda dikenal dengan istilah

Herziening adalah suatu upaya hukum luar biasa dalam hukum pidana, terhadap suatu putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewjisde). Hal ini sesuai dengan ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 263 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang pada intinya menyebutkan bahwa PK dapat diajukan terhadap semua putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. PK diajukan kepada Mahkamah Agung.

(16)

TUGAS DAN WEWENANG MARI (12 A)

1. Terhadap putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang merupakan putusan pemidanaan, terpidana. atau ahli warisnya dapat mengajukan permohonan Peninjauan Kembali, dan dapat dikuasakan kepada Penasihat Hukumnya.

2. Permohonan Peninjauan Kembali diajukan kepada Panitera Pengadilan yang telah memutus perkaranya dalam tingkat pertama dengan menyebutkan secara jelas alasannya.

3. Permohonan Peninjauan Kembali tidak dibatasi jangka waktu.

4. Petugas menerima berkas perkara pidana permohonan Peninjauan Kembali, lengkap dengan surat-surat yang berhubungan dengan perkara tersebut, dan memberikan tanda terima.

(17)

TUGAS DAN WEWENANG MARI (13)

6. Dalam hal terpidana selaku pemohon Peninjauan Kembali kurang memahami hukum, Panitera wajib menanyakan dan mencatat alasan-alasan secara jelas dengan membuatkan Surat Permohonan Peninjauan Kembali.

7. Dalam hal Pengadilan Negeri menerima permohonan Peninjauan Kembali, wajib memberitahukan permintaan permohonan Peninjauan Kembali tersebut kepada Penuntut Umum.

8. Dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah permohonan Peninjauan Kembali diterima Pengadilan Negeri, Ketua Pengadilan menunjuk Majelis Hakim yang tidak memeriksa perkara semula, untuk memeriksa dan memberikan pendapat apakah alasan permohonan Peninjauan Kembali telah sesuai dengan ketentuan Undang-undang.

(18)

TUGAS DAN WEWENANG MARI (14)

10. Dalam hal permohonan Peninjauan Kembali diajukan oleh

terpidana

yang

sedang

menjalani

pidananya,

Hakim

menerbitkan penetapan yang memerintahkan kepada Kepala

Lembaga Pemasyarakatan dimana terpidana menjalani pidana

untuk menghadirkan terpidana ke persidangan Pengadilan

Negeri.

11.

Panitera

wajib

membuat

Berita

Acara

Pemeriksaan

Peninjauan Kembali yang ditandatangani oleh Hakim, Jaksa,

pemohon dan Panitera. Berdasarkan berita acara pemeriksaan

tersebut dibuat berita acara pendapat yang ditandatangani oleh

Majelis Hakim dan Panitera.

12.

Permohonan

Peninjauan

Kembali

tidak

menangguhkan

(19)

TUGAS DAN WEWENANG MARI (15)

13. Permohonan Peninjauan Kembali yang terpidananya berada di luar wilayah

Pengadilan yang telah memutus dalam tingkat pertama:

a. Diajukan kepada Pengadilan yang memutus dalam tingkat pertama;

b. Hakim dari Pengadilan yang memutus dalam tingkat pertama dengan

penetapan dapat meminta bantuan pemeriksaan, kepada Pengadilan

Negeri tempat pemohon Peninjauan Kembali berada;

c. Berita Acara pemeriksaan dikirim ke Pengadilan yang meminta bantuan

pemeriksaan;

d. Berita Acara Pendapat dibuat oleh Pengadilan yang telah memutus

pada tingkat pertama;

(20)

TUGAS DAN WEWENANG MARI (16)

15. Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari, setelah pemeriksaan persidangan

selesai, Panitera harus segera mengirimkan berkas perkara tersebut ke

Mahkamah Agung. Tembusan surat pengantarnya disampaikan kepada

pemohon dan Jaksa.

16. Dalam hal suatu perkara yang dimintakan Peninjauan Kembali adalah

putusan Pengadilan Banding, maka tembusan surat pengantar tersebut

harus dilampiri tembusan Berita Acara Pemeriksaan serta Berita Acara

pendapat

dan

disampaikan

kepada

Pengadilan

Banding

yang

bersangkutan.

17. Fotocopy relaas pemberitahuan putusan Mahkamah Agung yang telah

disahkan oleh Panitera dikirimkan ke Mahkamah Agung.

(21)

ALASAN-ALASAN KASASI (1)

• Alasan-alasan Kasasi

1. JF tidak berwenang atau melampaui batas wewenangnya

- Tidak berwenang : berkaitan dengan kompetensi relatif dan

absolut pengadilan,

- Melampaui batas : bisa terjadi bila pengadilan menjatuhkan

vonnis lebih rendah atau lebih tinggi dari yang telah diatur

dalam UU.

2. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku

(22)

ALASAN-ALASAN KASASI (2)

- Melanggar hukum adalah penerapan hukum yang

dilakukan oleh Judex facti salah atau bertentangan

dengan ketentuan hukum yang berlaku atau dapat

juga diinterprestasikan penerapan hukum tersebut

tidak tepat dilakukan oleh judex facti.

3) Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh

peraturan perundang-undangan yang mengancam

kelalaian itu dengan batalnya putusan yang

(23)

ALASAN-ALASAN PK

a. apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan

kuat, bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang

masihberlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau

putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan

penuntut umum tidak dapat diterima atau terhadap perkara itu

diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan;

b. apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa

sesuatu telah terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai

dasar dan alasan putusan yang dinyatakan telah terbukti itu,

ternyata telah bertentangan satu dengan yang lain;

(24)

PERTIMBANGAN MA MENGADILI PERKARA

Pertimbangan hukum bagian dari putusan

Pertimbangan hukum berpedoman pada :

-- Fakta--fakta Hukum di persidangan

- Peraturan Perundang-undangan

- Adanya Barang bukti

(25)

PASAL-PASAL ANCAMAN PROFESI DOKTER D

AN

PUTUSAN KASASI PERKARA SETYANINGRUM (1)

PASAL-PASAL ANCAMAN PROFESI DOKTER

• UU telah memberikan perlindungan hukum kepada dokter dan petugas kesehatan dalam menjalankan profesinya. Namun sekaligus mengatur pula hak-hak hukum pasien dan keluarga untuk melakukan gugutan perdata dan tuntutan pidana terhadap dokter yang melakukan profesionalnya secara tidak profesional.

• Perkara dr. Setyaningrum merupakan tonggak lahirnya kedokteran di Indonesia. Bahkan tanggal dikeluarkannya putusan Kasasi perkara tersebut yakni tanggal 27 Juni oleh IDI dijadikan sebagai Hari Kesadaran Hukum Kedokteran dan diupayakan untuk diperingati setiap tahunnya dengan berbagai kegiatan, termasuk seminar yang dilakukan pada hari ini.

• Selain dr Setyaningrum, perkara dr Dewa Ayu, dkk juga sempat menghebohkan dunia hukum dan kedokteran.

(26)

PASAL-PASAL ANCAMAN PROFESI DOKTER DAN

PUTUSAN KASASI PERKARA SETYANINGRUM (2)

• Banyak pasal-pasal dalam UU yang dapat menyerat dokter dalam melakukan profesinya secara tidak profesional antara lain :

Pasal 267 KUHP : Pemalsuan Surat Keterangan Dokter

Seorang dokter yang dengan sengaja memberikan surat keterangan palsu tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemahan, atau cacat (pidana penjara maksimal 4 tahun).

Keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukkan seseorang ke dalam RS atau untuk menahannya di RS (pidana penjara maksimal 8 tahun 6 bulan).

Orang yang dengan sengaja menggunakan surat keterangan palsu di atas (pidana penjara maksimal 4 tahun).

Pasal 322 KUHP : Rahasia Kedokteran

Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan atau pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu (pidana penjara maksimal 9 bulan atau denda maksimal Rp. 600,00).

Perbuatan di atas hanya dapat dituntut atas pengaduan orang yang bersangkutan

(27)

PASAL-PASAL ANCAMAN PROFESI DOKTER DAN

PUTUSAN KASASI PERKARA SETYANINGRUM (3)

Pasal 344 KUHP : Euthanasia

Barangsiapa

merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu

sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati

(pidana

penjara maksimal 12 tahun).

Pasal 346-349 KUHP : Aborsi

Pasal 346 KUHP :

seorang perempuan yang

sengaja menggugurkan atau

mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu

(pidana

penjara maksimal 6 tahun).

Pasal 347 KUHP :

barangsiapa dengan

sengaja menggugurkan atau

mematikan kandungan seorang perempuan tanpa persetujuannya

(28)

PASAL-PASAL ANCAMAN PROFESI DOKTER DAN

PUTUSAN KASASI PERKARA SETYANINGRUM (4)

Pasal 359 KUHP : Kelalaian Menyebabkan Kematian

Barangsiapa

karena kealpaannya menyebabkan orang lain

mati

(pidana penjara maksimal 5 tahun atau kurungan

maksimal 1 tahun).

(29)

PASAL-PASAL ANCAMAN PROFESI DOKTER DAN

PUTUSAN KASASI PERKARA SETYANINGRUM (5)

Pasal 360 KUHP : Kelalaian menyebabkan luka

Pasal 190 UU NO. 36/2009

Pasal 191

Pasal 192 sd 198

(30)

PASAL-PASAL ANCAMAN PROFESI DOKTER DAN

PUTUSAN KASASI PERKARA SETYANINGRUM (6)

• PUTUSAN KASASI PERKARA SETYANINGRUM (DAPAT MENJADI YURISPRUDENSI ?)

• Yurisprudensi berasal dari kata Latin „iuris‟ „prudentia‟ yang berarti pengetahuan hukum (rechtsgeleerheid). Secara leksikal, Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka (2015: 1568), mendefinisikan yurisprudensi sebagai (i) ajaran hukum melalui peradilan; dan (ii) himpunan putusan hakim.

(31)

PASAL-PASAL ANCAMAN PROFESI DOKTER

DAN PUTUSAN KASASI PERKARA

SETYANINGRUM (7)

Dalam praktek hukum di Indonesia, dikenal pula istilah

„yurisprudensi tetap‟

dan

„yurisprudensi

tidak

tetap‟

.

Kamus

Hukum

karya

M

Marwan

da

Jimmy

P

(32)

PASAL-PASAL ANCAMAN PROFESI DOKTER DAN PUTUSAN KASASI PERKARA SETYANINGRUM (8)

• Kasus Posisi

• dokter Setyaningrum menerima pasien, Nyonya Rusmini (28 tahun). Nyonya Rusmini ini merupakan istri dari Kapten Kartono (seorang anggota Tentara Nasional Indonesia). Nyonya Rusmini ini menderita pharyngitis (sakit radang tenggorokan).

• Melihat kondisi pasiennya tersebut, dokter Setyaningrum menyuntik/menginjeksi pasiennya dengan Streptomycin. Streptomycin ini bekerja dengan cara mematikan bakteri sensitif, dengan menghentikan pemroduksian protein esensial yang dibutuhkan bakteri untuk bertahan hidup. Ternyata, beberapa menit kemudian, Rusmini mual dan kemudian muntah. Dokter Setyaningrum sadar bahwa pasiennya itu alergi dengan penisilin. Oleh karena itu, ia segera menginjeksi Nyonya rusmini dengan cortisone. Cortisone merupakan obat antialergi. Tapi, hal itu tak membuat perubahan. Tindakan itu malah memperburuk kondisi Nyonya Rusmini. Dalam keadaan yang gawat, dokter Setyaningrum meminumkan kopi kepada Nyonya Rusmini. Tapi, tetap juga tidak ada perubahan positif. Karena itu, sang dokter kembali memberi suntikan

(33)

PASAL-PASAL ANCAMAN PROFESI DOKTER DAN

PUTUSAN KASASI PERKARA SETYANINGRUM (9)

Nyonya Rusmini semakin lemas, dan tekanan darahnya

semakin rendah. Dokter Setyaningrum segera mengirim

pasiennya ke RSU R.A.A. Soewondo, Pati, sekitar 5 km dari

desa itu untuk mendapat perawatan. Pada saat itu,

kendaraan untuk mengantarkan ke rumah sakit, belum

semudah

yang

dibayangkan sekarang.

Untuk

mencari

(34)

PASAL-PASAL ANCAMAN PROFESI DOKTER DAN

PUTUSAN KASASI PERKARA SETYANINGRUM (10)

Dokter Seytaningrum diadili di Pengadilan dan Putusan Pengadilan

Negeri Pati

Pengadilan

Negeri

Pati

di

dalam

Keputusan

P.N.

Pati

No.8/1980/Pid.B./Pn.Pt tanggal 2 September 1981 memutuskan bahwa

dokter Setyaningrum bersalah melakukan kejahatan tersebut pada

pasal 359 KUHP yakni karena kealpaannya menyebabkan orang lain

meninggal dunia dan menghukum terdakwa dengan hukuman

penjara 3 bulan dengan masa percobaan 10 bulan.

(35)

PASAL-PASAL ANCAMAN PROFESI DOKTER DAN

PUTUSAN KASASI PERKARA SETYANINGRUM (11)

Terdakwa pun mengajukana upaya hukum kasasi terhadap

putusan Pengadilan Tinggi Semarang. Berdasarkan kasasi yang

diajukan

(kuasa)

terdakwa,

Mahkamah

Agung

telah

membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Jawa Tengah di

Semarang

tanggal

19

Mei

1982

No.

203/1981

No.

(36)

PASAL-PASAL ANCAMAN PROFESI DOKTER DAN

PUTUSAN KASASI PERKARA SETYANINGRUM (12)

• Mahkamah Agung mengemukakakan alasan-alasan sebagai berikut:

• Bahwa sepanjang mengenai penafsiran unsur kealpaan keberatan ini dapat dibenarkan, oleh karena judex facil kurang tepat dalam menetapkan tolak ukur untuk menentukan ada tidaknya unsur kealpaan dalam perbuatan terdakwa dalam arti sejauh mana terdakwa berusaha secara maksimal untuk menyelamatkan nyawa jiwa pasiennya, sesuai dengan kemampuan yang sewajarnya harus dimiliki dan sarana yang tersedia padanya.

(37)

PASAL-PASAL ANCAMAN PROFESI DOKTER DAN PUTUSAN KASASI

PERKARA SETYANINGRUM (13

)

• Bahwa dari keterangan keenam dokter itu, terkecuali keterangan saksi dr. Imam Parsudi, Mahkamah Agung menyimpulkan bahwa tindakan terdakwa menanyakan kepada pasiennya apakah sudah pernah mendapat suntikan Streptomycin dan kemudian berturut-turu memberikan suntikan cotisone, delladryl , dan Adrenalin, setelah melihat ada tanda-tanda penderita mengalami alergi terhadap Streptomycin melakukan upaya yang sewajarnya dapat dituntut dari padanya sebagai dokter dengan pengalaman kerja sama 4 (empat) tahun dan yang sedang melaksanakan tugasnya pada Puskesmas dengan sarana yang serba terbatas.

• Bahwa dari terdakwa sebagai dokter yang baru berpengalaman kerja selama 4 (empat) tahun yang sedang bertugas di Puskesmas yang serba terbatas sarananya tidaklah mungkin untuk diharapkan melakukan hal-hal seperti yang dikehendaki saksi dr. Imam Parsudi, misalnya melakukan penyuntikan Adrenalin langsung ke jantung atau pemberian cairan infus, pemberian zat asam dan lain tindakan yang memerlukan sarana yang lebih rumit.

(38)

PASAL-PASAL ANCAMAN PROFESI DOKTER DAN

PUTUSAN KASASI PERKARA SETYANINGRUM (14)

• Berdasarkan petimbangan putusan kasasi dalam perkara dokter Setyaningrum tersebut maka dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :

1. Bahwa JF tidak menguraikan dalam pertimbangannya tentang tolak ukur

menentukan adanya kealpaan yang dilakukan oleh terdakwa padahal faktanya terdakwa melakukan hal itu demi untuk menyelamatkan pasiennya. Jadi dengan demikian unsur kealpaan tidak terpenuhi maka terdakwa tidak terbukti melanggar salah satu unsur dari Pasal 359 KUHP.

2. Keterangan ahli sangat berperan penting dalam menyakinkan Majelis Hakim Tingkat Kasasi bahwa terdakwa apa yang dilakukan oleh terdakwa susah sesuai. 3. Lamanya terdakwa menjadi dokter dan sarana prasarana yang tersedia dalam mengobati pasiennya menjadi salah satu alasan yang dapat membenarkan

(39)

PASAL-PASAL ANCAMAN PROFESI DOKTER DAN

PUTUSAN KASASI PERKARA SETYANINGRUM (15)

KESIMPULAN

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum yang diambil

oleh Majelis Hakim Kasasi atas perkara

aquo

maka saya menilai

pertimbangan

tersebut

rasional

dan

bijaksana

dalam

memandang usaha terdakwa melakukan upaya yang dimiliki

dan dengan peralatan terbatas untuk menolang pasiennya.

Sehingga dengan demikian putusan Majelis Kasasi tersebut layak

untuk

menjadi

yurisprudensi

sebagaimana

pengertian

(40)

SEKIAN

DAN

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis properti psikometri alat tes Trait Emotional Intelligence Questionnaire-Adolescent Short Form

Resort Pemangkuan Hutan Besokor merupakan salah satu wilayah kerja Perum Perhutani dengan luas wilayah 737,9 Ha terdiri dari 15 petak dan terbagi menjadi 73 anak

Karyawan yang memiliki loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan, tentu akan bekerja secara optimal untuk perusahaan sehingga tujuan dan target dari BCA bisa

Penelitian ini bertujuan untuk; 1) mendeskripsikan proses pembelajaran sejarah yang selama ini dilaksanakan di SMAN 3 Purwokerto, 2) mengembangkan desain

Berawal dari kondisi tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian tingkat kepuasan pasien di RS Muhammadiyah Bandung, sehingga tidak timbul lagi suatu gap antara

(2) Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menyediakan fasilitas tempat sampah organik dan anorganik di setiap rumah tangga, kawasan

1. Pelu, SH., MH selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya, yang telah memberikan motivasi selama menjalani perkuliahan. Rahmaniar, M.SI, selaku

Berdasarkan tabel tersebut, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini dikatakan valid apabila mendapatkan persentase ≥61%. Analisis Data Hasil Angket Respon Siswa Analisis ini