• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN EKOWISATA DI TAMAN WISATA AL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGELOLAAN EKOWISATA DI TAMAN WISATA AL"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTIK PENGELOLAAN EKOWISATA

PENGELOLAAN EKOWISATA DI TAMAN WISATA ALAM SITU PATENGGANG KECAMATAN RANCABALI KABUPATEN BANDUNG

ANNAS AKBAR PUTRANTO

WILDA PUSPA NALASARI

SITI HALAZAHRA FUTI YAMIN

KADEK SUKASARI

PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA

PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

PRAKTIK UMUM EKOWISATA

PENGELOLAAN EKOWISATA DI TAMAN WISATA ALAM SITU PATENGGANG KECAMTAN RANCABALI KABUPATEN BANDUNG

Oleh: Kelompok 6

Annas Akbar Putranto J3B114016 Wilda Puspa Nalasari J3B114018 Siti Halazahra Futi Yamin J3B114037

Kadek Sukasari J3B214072

Laporan Praktik Umum Ekowisata

Sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan pada Program Keahlian Ekowisata

Program Diploma Institut Pertanian Bogor

PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA

PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(3)

Judul Laporan : Pengelolaan Ekowisata Di Taman Wisata Alam Situ Patenggang Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung Nama Mahasiswa/ NIM : Annas Akbar Putranto / J3B114016

Wilda Puspa Nalasari / J3B114018 Siti Halazahra Futi Yamin / J3B11404036 Kadek Sukasari / J3B214072

Program Keahlian : Ekowisata

Diketahui Oleh, Disetujui Oleh,

Bedi Mulyana, S.Hut., M.Par., M.oT

Koordinator Program Keahlian

Wulandari Dwi Utari, S. Hut., M. Si

Dosen Pembimbing

(4)

RINGKASAN

ANNAS A. PUTRANTO, WILDA P. NALASARI, SITI H. F. YAMIN, KADEK S Pengelolaan Ekowisata di TWA Situ Patenggang Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung. Dibimbing oleh Wulandari Dwi Utari.

Waktu pelaksanaan kegiatan pengelolaan dilaksanakan selama 17 (empat belas) hari efektif dimulai padai tanggal 9 Agustus sampai dengan 25 Agustus 2016. Lokasi pelaksanaan dilakukan di TWA Situ Patenggang, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. Data yang diambil selama Praktik Pengelolaan Ekowisata adalah kondisi umum, kegiatan pengelolaan kawasan, dan kegiatan pengelolaan pengunjung, dan upaya evaluasi. Data kondisi umum terbagi berdasarkan kondisi fisik, biotik, sumberdaya wisata, potensi wisata, dan kondisi umum perusahaan yang mengelola. Data selanjutnya yang diambil pada kegiatan pengelolaan perusahaan yaitu berupa data pengelolaan SDW, pengelolaan program wisata, pengelolaan fasilitas, pengelolaan kebersihan dan MCK, pengelolaan tiket, pengelolaan pengunjung, pengelolaan SDM, pengelolan promosi dan pemasaran, dan pengelolaan masyarakat di sekitar kawasan.

(5)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran kepada penulis, karena berkat izin dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Pengelolaan dengan judul “Praktik Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Situ Patenggang”. Praktik Pengelolaan Ekowisata (PPE) merupakan praktik yang dilakukan oleh mahasiswa ekowisata tingkat 2 sebagai suatu syarat untuk melaksanakan tugas akhir. Kegiatan praktik pengelolaan tersebut dilaksanakan selama 16 hari di TWA Situ Patenggang terhitung mulai tanggal 9-25 Agustus 2016. Informasi yang telah diperoleh dalam kegiatan tersebut adalah kondisi umum perusahaan dan kawasan wisata, pengelolaan kawasan, dan data pengunjung. Metode pengambilan data yang telah dilakukan yaitu dengan studi pustaka atau literatur, wawancara dan diskusi, pembagian kuesioner serta observasi dan dokumentasi langsung di kawasan.

Praktik Pengelolaan Ekowisata ini berguna untuk mengetahui dan mempelajari mengenai pengelolaan kawasan ekowisata yang ada pada lokasi tersebut. Latar belakang kegiatan praktik pengelolaan tersebut adalah karena kawasan TWA Situ Patenggang memiliki potensi wisata alam yang dapat dikembangkan. Potensi wisata alam tersebut adalah danau, hutan hujan tropis, perkebunan teh, dan landcape

sekitar kawasan yang memiliki keunikan dari bentuk fisik serta topografi kawasan. Laporan Praktik Pengelolaan Ekowisata memberikan informasi mengenai potensi kawasan, manajemen kawasan, serta kegiatan pengelolaan. Informasi tersebut penulis harap dapat menjadi suatu pertimbangan dalam perbaikan pengelolaan wisata alam di TWA Situ Patenggang. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu memberikan informasi, kritik, serta saran dalam pelaksanaan dan proses penyelesaian serta penyusunan laporan praktik. Ucapan terima kasih tersebut kami berikan kepada:

(6)

2. Kepala BBKSDA Seksi Wilayah III Jawa Barat dan Staf Wilayah III yang telah memberikan informasi mengenai kawasan TWA Situ Patenggang;

3. Kepala Resort TWA Situ Patenggang yang telah memberi informasi, masukan, dan arahan;

4. Staf Resort TWA Situ Patenggang yang telah memberikan informasi dan bantuan selama kegiatan praktik pengelolaan berlangsung;

Bogor, Agustus 2016

(7)

DAFTAR ISI

C. Jenis dan Metode Pengambilan Data 27

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1 Alat dan bahan pelaksanaan kegiatan praktik 27

Tabel 2 Data primer 28

Tabel 3 Data sekunder 28

Tabel 4 Karakteristik pengunjung 70

Tabel 5 Aktivitas dan penilaian kepuasan pengunjung 72

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

gambar 1 Peta kawasan TWA Situ Patenggang 6

gambar 2 Aliran Sungai Cirengganis 8

gambar 3 Pohon pinus di Kawasan TWA Situ Patenggang 9

gambar 4 Situ Patenggang 43

gambar 5 Perkebunan teh Rancabali 45

gambar 6 Batu Cinta 47

gambar 7 Perahu di Situ Patenggang 49

gambar 8 Bungalow BBKSDA 50

gambar 9 Makam Balakasap 52

gambar 10 Tempat sampah 61

gambar 11 Lahan parkir 63

gambar 12 Sekretariat Kompepar 79

gambar 13 Perahu dayung 88

gambar 14 Villa Bambu 90

(9)
(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Taman Wisata Alam merupakan kawasan pelestarian alam yang memiliki gejala keunikan alam, keindahan alam, keanekaragaman flora dan faunanya yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata alam. Taman Wisata Alam di Kabupaten Bandung Selatan yang mengembangkan objek dan daya tarik wisata alam yaitu seperti TWA Situ Patenggang. Taman Wisata Alam Situ Patenggang terletak di Desa Patengan, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung.

Taman Wisata Alam Situ Patenggang telah dikembangkan sebagai wahana penelitian, pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan, dan destinasi wisata. Taman Wisata Alam Situ Patenggang memiliki sebuah danau yang dikelilingi oleh Cagar Alam Patengan dan perkebunan teh PTPN VIII. Danau tersebut menajadi daya tarik utama karena didalam area danau terdapat Pulau Asmara (Love Island) dan Batu Cinta. Mitos yang beredar mengenai Batu Cinta tersebut yaitu mengenai kisah bertemunya Prabu Kiansantang dengan Dewi Rengganis di suatu lokasi yang kini disebut Batu Cinta. Mitos selanjutnya yaitu setiap orang yang datang ke batu tersebut bersama pasangannya, maka cintanya akan abadi.

Taman Wisata Alam Situ Patenggang memiliki sumber daya wisata yang perlu dilakukan pengembangan dan pengelolaan ekowisata. Pengelolaan ekowisata dapat menjadi sebuah arahan dalam melakukan kegiatan wisata yang memperhatikan aspek ekonomi dengan tetap menjaga kelestarian alam, sosial, dan budaya. Objek dan daya tarik wisata dapat dimanfaatkan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan untuk meminimalisir timbulnya dampak negatif. Taman Wisata Alam Situ Patenggang memiliki lokasi yang berdekatan dengan Cagar Alam Patengan sehingga dampak negatif yang muncul akan merugikan keduanya. Tujuan pengelolaan tersebut agar tercapainya pembangunan berkelanjutan yang berlandaskan wawasan lingkungan dengan melibatkan seluruh pelaku wisata sehinga tercipta suatu kegiatan ekowisata.

(11)

mendapatkan dampak terkait kegiatan wisata yang dilakukan pengunjung. Ketiga pihak tersebut pada dasarnya saling mempengaruhi sehingga akan timbul suatu pemahaman yang saling menguntungkan pihak-pihak tersebut. Pemahaman tersebut berupa pemahaman mengenai pengelolaan ekowisata yang memiliki tiga pilar yaitu ekologi, ekonomi, dan sosial budaya. Ketiga pilar tersebut menjadi suatu acuan dalam melakukan perencanaan, organisasi, pelaksanaan, dan pengawasan sehingga akan tercipta kegiatan wisata yang berkelanjutan.

B. Tujuan

Kegiatan Praktik Pengelolaan Ekowisata memiliki tujuan sebagai pencapaian kegiatan praktik. Tujuan Praktikum Pengelolaan Ekowsiata yaitu sebagi berikut : 1. Mengetahui kondisi umum dari perusahaan dan kawasan objek wisata di TWA

Situ Patenggang

2. Mempelajari kegiatan pengelolaan perusahaan dan kawasan objek wisata di TWA Situ Patenggang

3. Mengidentifikasi kualitas dan penilaian sarana dan prasarana di TWA Situ Patenggang

4. Melakukan evaluasi mengenai pengelolaan pelayanan, sarana, dan prasarana di TWA Situ Patenggang

C. Manfaat

Manfaat Praktikum Pengelolaan Ekowisata terbagi berdasarkan empat pihak. Pihak-pihak tersebut yaitu mahasiswa, pengelola, masyarakat sekitar dan pengunjung atau wisatawan. Manfaat bagi keempat pihak tersebut yaitu sebagai berikut :

1. Bagi Mahasiswa

Kegiatan PPE diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa sebagai pelaksana. Manfaat tersebut dalam meingkatkan pengelolaan mahasiswa untuk mengenal, memahami, serta menganalisa kondisi lapangan khususnya di TWA Situ Patenggang. Secara khusus kegiatan PPE bermanfaat untuk yaitu :

a. Mahasiswa mendapat kesempatan mengenal, belajar, dan bekerja pada bidang pariwista.

(12)

2. Bagi Pengelola

Kegiatan PPE memberikan manfaat pula bagi pengelola sebagai penanggung-jawab pengelolaan. Pengelola mendapatkan informasi terbaru mengenai TWA Situ Patenggang yang meliputi kondisi umum, sarana dan prasarana dan penilaian kepuasan dari pengunjung. Informasi tersebut dapat dimanfaatkan pengelola sebagai bahan evaluasi demi perbaikan dan kemajuan di masa yang datang.

3. Bagi Masyarakat Sekitar

Masyarakat sekitar juga mendapatkan manfaat kegiatan PPE walaupun masyarakat sekitar tidak bertindak sebagai pelaksana. Masyarakat sekitar mendapatkan informasi mengenai kesempatan membuka peluang usaha di TWA Situ Patenggang. Masyarakat sekitar juga dapat berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan bahkan dalam kegiatan wisata.

4. Bagi Pengunjung/Wisatawan

(13)

II. KONDISI UMUM

A. Kawasan/Objek Wisata

1. Fisik

a. Letak dan Luas

TWA Situ Patenggang terletak di Desa Patengan, Kecamatan Rancabali, Kabupatn Bandung. TWA Situ Patenggang secara geografis terletak di 107 15’0’’107 20’2’’BT dan 7 11’10’’-7 15’0’’LS. TWA Situ Patenggang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Barat : berbatasan dengan perkebunan teh Rancabali milik PTPN VIII 2. Selatan : berbatasan dengan Cagar Alam Patengan

3. Utara : berbatasan dengan perkebunan teh Rancabali milik PTPN VIII 4. Timur : berbatasan dengan Cagar Alam Patengan

Kawasan Situ PAtenggang pada mulanya merupakan suatu kawasan Cagar Alam Patengan yang memiliki luas 150 Ha. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 660/KPTS/Um/8/1981 tanggal 11 Agustus 1981 sebagian luas Cagar Alam dinyatakan sebagai TWA Situ Pateggang. Luas TWA Situ Patenggan yaitu 65 Ha yang terdiri dari 48 Ha luas telaga dan sisanya merupakan luas daratan yang mencakup perkebunan teh, dll.

gambar 1 Peta kawasan TWA Situ Patenggang

(14)

TWA Situ Patenggang memiliki topografi yang seperti landai, bergelombang, hingga berbukit. Bukit-bukit yang berada di sekitar TWA Situ Patenggang memiliki ukuran yang sedang bahkan besar. TWA Situ Patenggang terletak pada ketinggian 1600-1700 mdpl dan memiliki sudut kemiringan antara 150-400 sehingga terdapat bukit-bukit yang terlihat agak curam.

c. Aksesibilitas

TWA Situ Patenggang dapat diakses mengunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Rute perjalanan yang dapat dilalui menggunakan kendaraan pribadi dari arah Jakarta adalah sebagai berikut :

1. Jakarta - Tol Cipularang – Pintu tol Kopo – Soreang – Ciwidey – Situ Patenggang

2. Jakarta - Tol Cipularang – Tol Buah Batu - Banjaran – Soreang – Ciwidey – Situ Patenggang

3. Jakarta - Tol Cipularang – Leuwi Gajah – Soreang – Ciwidey – Situ Patenggang

Kendaraan umum yang digunakan untuk menuju TWA Situ patenggang adalah menggunakan angkot ataupun L300. Rute kendaraan umum yang dapat digunakan untuk menuju TWA Situ Patenggang adalah sebagai berikut :

1. Dari Terminal Leuwi Panjang menggunakan kendaraan L300/Elf menuju Ciwidey dengan tarif kurang lebih Rp 25.000/orang. Perjalanan dilanjutkan menggunakan angkot berwarna kuning jurusan Situ Patenggang dengan tariff Rp 10.000/orang

2. Dari Terminal Leuwi Panjang menggunakan kendaraan angkot menuju Soreang dengan tarif kurang lebih Rp 10.000/orang. Perjalanan dilanjutkan menggunakan angkot menuju Ciwidey dengaln tarif Rp 10.000. Perjalanan selanjutnya yaitu menggunakan angkot daerah berwarna kuning jurusan Situ Patenggang.

d. Iklim

(15)

Juli. TWA Situ Patenggang memiliki suhu rata-rata perharinya yaitu 170C sampai dengan 310C.

Iklim di TWA Situ Patenggang termasuk iklim tipe B menurut klasifikasi klim Schmidt dan Ferguson. TWA Situ Patengang memiliki curah hujan rata-rata pertahun 3.556 mm. Kelembaban rata-rata di TWA Situ Patenggang yaitu sebesar 88%.

e. Tanah dan Hidrologi

TWA Situ Patenggang merupakan sebuah danau yang alami yang terbentuk akibat terjadinya letusan Gunung Patuha. Gunung Patuha meletus beberapa puluh tahun yang lalu sehingga menimbulkan sebuah cekungan pada danau yang pada dasarnya terdapat bebatuan. Jenis Tanah yang mendominasi di TWA Situ Patenggang adalah tanah andosol. Tanah andosol memiliki ciri-ciri yaitu berwarna coklat agak kekuning-kuningan.

TWA Situ Patenggang merupakan sebuah danau yang teraliri air yang berasal dari mata air Gunung Patuha. Mata air Gunung Patuha mengalirkan air menuju TWA Situ Patenggang melalui aliran Sungai Cihideung dan Sungai Rengganis. TWA Situ Patengang memiliki tiga blok aliran sungai lainnya yaitu Blok Cirengganis, Blok Balakasap, dan Blok Legok Meong.

a. Blok Sungai Cirengganis

Blok ini selalu mengalirkan air namun dengan debit air yang tidak tetap di setiap musimnya. Hulu sungai pada blok ini berasal dari Blok Cihideung dan sebagian dari Cirengganis hulu lalu mengalirkan air menuju Situ Patenggang.

b. Blok Makam Balakasap

Blok ini merupakan Sungai Cirengganis yang kedua. Hulu Sungai Cirengganis dua berasal dari sumber mata air yang berada di area kebun teh. Area kebun teh tersebut disebut Blok Batuan Perkebunan Rancabali PTPN VIII.

c. Blok Legok Meong

(16)

gambar 2 Aliran Sungai Cirengganis

2. Biotik a. Flora

Kawasan TWA Situ Patenggang termasuk kedalam jenis hutan hujan tropis. TWA Situ Patenggang memiliki keanekaragaman flora yang dapat dimanfaatkan sebagai suatu daya tarik wisata. Keanekaragaman jenis flora tersebut diantaranya pinus (pinus merkusii jungh), kina (Cinchona ledgeriana), jamuju (Dacrycarpus imbricatus), huru (Macaranga rizhinoides), saninten (Castanopsis javanica), rasamala (Altingia excelsa), sulibra (adiantum capillus-venesis), dan stroberi (fragaria). Mayoritas flora berada di perbatasan antara TWA Situ Patengang dan Cagar Alam Patengan kecuali pinus. Mayoritas flora tersebut tumbuh di perbatasan TWA Situ Patenggang tepatnya di area untuk menaiki perahu. Stroberi di TWA Situ Patenggang mayoritas ditanam oleh masyarakat setempat. Area daratan TWA Situ Patenggang juga dikelilingi oleh perkebunan teh yang sudah berada sejak zaman penjajahan Belanda.

gambar 3 Pohon pinus di Kawasan TWA Situ Patenggang

(17)

TWA Situ Patenggang memiliki kawasan yang berbatasan langsung dengan Cagar Alam Patengan di arah selatan dan timur. Terdapat berbagai macam satwa yang ada di TWA Situ Patanggang. Satwa-satwa yang berada di TWA Situ Patenggang diantaranya ikan mas (cypinus caprio), ikan tawes (barbonymus gonionotus bleeker), ikan nila (oreochromis niloticus), ikan gurame (osphronemus gouramy), ikan lele (clarias sp), macan kumbang (Panthera pardus), bajing kelapa (Callosciurus notatus), lutung (Presbytis cristat), surili (Presbytis comata), babi hutan (Sus scrofa), burung gereja eurasia ( Passer montanus ), burung walet linchi ( Colocalia linchi), perkutut (Geopelia striata), burung pleci ( Zosteropes sp). Satwa-satwa tersebut berada di TWA Situ Patenggang karena terdapat beberapa faktor yaitu untuk menjadi habitat satwa tersebut, sebagai tempat tinggal, atau hanya sebagai perlintasan saja.

3. Sumber Daya Wisata a. Amenitas

TWA Situ Patenggang memiliki sarana dan prasarana untuk menunjang adanya kegiatan wisata. Sarana dan prasarana yang terdapat di TWA Situ Patenggang yaitu Kantor Resort Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSD), 2 buah pos keamanan, 1 buah pusat informasi, 3 buah vila, 1 buah jalan utama, 20 buah lampu jalan, 3 buah lahan parkir, 16 buah shelter, 2 bangunan toilet, 30 buah tempat sampah, 2 buah papan interpretasi, 15 buah sepeda air, dan 36 perahu. TWA Situ Patenggang juga memiliki fasilitas-fasilitas penunjang yang digunakan agar dapat memenuhi kebutuhan makan, minum, oleh-oleh, ataupun kebutuhan rohani. Fasilitas penunjang tersebut yaitu 126 kios dan 2 buah musholla.

b. Atraksi Wisata

(18)

menuju Pulau Asmara untuk melihat batu cinta. Pengunjung yang menaiki perahu atau sepeda air ke tengah danau dapat melihat pemandangan yang indah sehingga banyak pengunjung yang berfoto saat di tengah danau.

Atraksi wisata lainnya yang dapat dilakukan di TWA Situ Patenggang adalah berziarah. TWA Situ Patenggang memiliki sebuah makam yang dikeramatkan masyarakat sekitar Pengunjung yang ingin berziarah harus menaiki perahu terlebih dahulu dan selanjutnya melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.

4. Potensi Wisata

a. Daya Tarik Unggulan dan Potensial

TWA Situ Patenggang memiliki daya tarik unggulan berupa danau dan perkebunan teh. Danau tersebut menjadi daya tarik unggulan karena didalam area danau terdapat Pulau Asmara dan Batu Cinta. Pulau Asmara dan Batu Cinta tersebut memiliki mitos yaitu siapa saja yang datang ke Batu Cinta bersama kekasih maka hubungan cinta mereka akan langgeng (abadi). Batu Cinta merupakan sebuah batu yang mengisahkan sebagai lokasi bertemunya Prabu Kian Santang dengan Dewi Rengganis yang telah lama terpisahkan. Pertemuan tersebut membuat keharuan antara keduanya sehingga menyebabkan air mata Prabu Kian Santang dan Dewi Rengganis menetes. Air mata yang menetes tersebut konon berubah menjadi sebuah situ yang disebut Situ Patenggang. Dewi Rengganis yang terharu dengan kejadian tersebut, meminta dibuatkan kapal oleh Prabu Kian Santang. Kapal yang telah dibuat Prabu Kian Santang, menurut mitos telah berubah menjadi pulau asmara.

b. Kualitas Estetika

TWA Situ Patenggang memiliki sebuah pemandangan yang sangat indah. Pemandangan tersebut berupa hutan hujan tropis, perkebunan teh, dan danau. Pemandangan tersebut pun memiliki bentuk yang beragam yaitu datar dan berbukit. Pemandangan lainnya yaitu langit yang terlihat indah jika cuaca sedang cerah.

c. Jalur Wisata dan Interpretasi

(19)

TWA Situ Patenggang tersebut melewati perkebunan teh, beberpa shelter dan kios-kios warga, villa, dan berakhir di Situ Patenggang. TWA Situ Patenggang juga memiliki sirkulasi pengunjung. Pengunjung yang datang akan melalui gerbang utama TWA Situ Patenggang dan dapat keluar pula melalui gerbang tersebut. TWA Situ Patenggang juga memiliki sirkulasi jalur dengan satu arah. Sirkulasi tersebut dilakukan jika pengunjung yang datang ke TWA Situ Patenggang sangat ramai. Sirkulasi jalur dengan satu arah tersebut memiliki jalur masuk melalui gerbang utama dan keluar melalui daerah Cidaun.

B. Perusahaan

1. Sejarah Perusahaan

a. BBKSDA

Setiap organisasi harus dapat mencapai tujuannya dengan berbagai cara yang telah ditentukan seperti dengan menampung perkembangan tugas dan kegiatan yang telah terjadi. Sub sektor kehutanan dalam PELITA III dengan SK. No. 453/Kpts/Org/6/1980, Menteri Pertanian mengadakan pemantapan kembali organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Kehutanan. Berdasarkan keputusan tersebut, ditetapkan susunan organisasi Direktorat Jenderal Kehutanan adalah sebagai berikut :

1. Sekretariat Jenderal Kehutanan 2. Direktorat Bina Program Kehutanan

3. Direktorat Bina Produksi Bidang Kehutanan 4. Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi 5. Direktorat Tertib Pengusahaan Hutan

6. Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam

Perangkat tingkat pusat berfungsi sebagai unsur pembantu bidang administrasi dan teknis. Unsur pelaksana teknis Direktorat Jenderal Kehutanan yang terdiri dari :

1. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)

Pembentukan BKSDA berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 429/Kpts/Org/7/1978 sebagai unit pelaksanaan teknis di bidang perlindungan dan pengawetan alam.

2. Balai Planologi Kehutanan (BPK)

(20)

b. Agrowisata PTPN VIII

Perusahaan perkebunan milik negara di Jawa Barat dan Banten berasal dari perusahaan perkebunan milik pemerintah Belanda, yang ketika penyerahan kedaulatan secara otomatis menjadi milik pemerintah Republik Indonesia, yang kemudian dikenal dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Lama. Antara tahun 1957 – 1960 dalam rangka nasionalisasi atas perusahaan-perusahaan perkebunan eks milik swasta Belanda/Asing (antara lain : Inggris, Perancis dan Belgia) dibentuk PPN-Baru cabang Jawa Barat.

Dalam periode 1960 – 1963 terjadi penggabungan perusahaan dalam lingkup PPN-Lama dan PPN-Baru menjadi : PPN Kesatuan Jawa Barat I, PPN Kesatuan Jawa Barat II, PPN Kesatuan Jawa Barat III, PPN Kesatuan Jawa Barat IV dan PPN Kesatuan Jawa Barat V.

Selanjutnya selama periode 1963 – 1968 diadakan reorganisasi dengan tujuan agar pengelolaan perkebunan lebih tepat guna, dibentuk PPN Aneka Tanaman VII, PPN Aneka Tanaman VIII, PPN Aneka Tanaman IX dan PPN Aneka Tanaman X, yang mengelola tanaman teh dan kina, serta PPN Aneka Tanaman XI dan PPN Aneka Tanaman XII yang mengelola tanaman karet. Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan, pada periode 1968 – 1971, PPN yang ada di Jawa Barat diciutkan menjadi tiga Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) meliputi 68 kebun, yaitu :

 PNP XI berkedudukan di Jakarta (24 perkebunan), meliputi perkebunan-perkebunan eks PPN Aneka Tanaman X, dan PPN Aneka Tanaman XI;

 PNP XII berkedudukan di Bandung (24 perkebunan), meliputi beberapa perkebunan eks PPN Aneka Tanaman XI, PPN Aneka Tanaman XII, sebagian eks PPN Aneka Tanaman VII, dan PPN Aneka Tanaman VIII;  PNP XIII berkedudukan di Bandung (20 perkebunan), meliputi beberapa

perkebunan eks PPN Aneka Tanaman XII, eks PPN Aneka Tanaman IX, dan PPN Aneka Tanaman X.

 Sejak tahun 1971, PNP XI, PNP XII dan PNP XIII berubah status menjadi Perseroan Terbatas Perkebunan (Persero).

(21)

Perkebunan XII, dan PT Perkebunan XIII digabungkan di bawah manajemen PTP Group Jabar.

 Selanjutnya sejak tanggal 11 Maret 1996, PT Perkebunan XI, PT Perkebunan XII, dan PT Perkebunan XIII dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero).

2. Kebijakan dan Peraturan Perusahaan

a. BBKSDA

Balai Besar Konservasi Sumber Daya AlAm (BBKSDA) memiliki sebuah dasar hukum yang mengatur pengenai pariwisata alam. Dasar hukum tersebut ditetapkan sebagai acuan perusahaan-perusahaan dalam membangun pariwisata alam. Dasar hukum yang telah diatur oleh BBKSDA adalah sebagai berikut :

1. Dasar Hukum Pariwisata Alam

 UU No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam hayati dan ekosistemnya.

 UU No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan

 Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1998 tentang pengusahaan pariwisata alam di zona pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.

 Peraturan Pemeintah No. 59 Tahun 1998 tentang tarif jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada DEPHUTBUN

 Kepmenhut No. 446/KPTS-II/1996 tentang tata cara permohonan, pemberian dan pencabutan izin pengusaha pariwisata alam.

2. Persyaratan Pengusahaan Pariwisata Alam (pasal 4 PP 18/1998)

 Luas kawasan yang dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan prasarana pariwisata alam max 10% dari luas zona pemanfaatan

 Bentuk bangunan bergaya arsitektur budaya setempat

 Tidak mengubah bentang alam yang ada

b. Agrowisata PTPN VIII

(22)

1. Kebijakan Umum

Agrowisata PTPN VIII memiliki kebijakan umum sebanyak lima butir kebijakan. Butir-butir kebijakan tersebut yaitu sebagai berikut :

a. Memperhatikan 6 (enam) tepat yaitu tepat kualitas, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat tempat, dan tepat prosedur.

b. Mendukung operasi perusahaan melalui pengadaan barang dan atau jasa sesuai dengan kebutuhan.

c. Mencegah kerugian yang timbul akibat adanya persediaan barang yang tidak dapat dimanfatkan.

d. Mengembangkan kebijakan dan tata cara pengadaan barang dan atau jasa, sehingga biaya operasi menjadi seefisien mungkin.

e. Mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaraanpelaksanaan tugas perusahaan.

2. Landasan atau Dasar Hukum

Agrowsiata PTPN VIII memiliki dasar hukum yang telah dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan perusahaan seperti dalam pedoman pengadaan barang dan jasa. Pedoman pengadaan barang dan atau jasa PTPN VIII (persero) disusun mengacu kepada Peraturan Menteri BUMN No. PER-05/MBU/2008 tanggal3 September 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan Jasa BUMN Nomor : PER-15/MBU/2012 tanggal 25 September 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri BUMN No. PER-05/MBU/2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa BUMN.

3. Status dan Kepemilikan Perusahaan

(23)

kepemilikan kawasan tersebut terdapat dalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintahan seperti dibawah ini.

 Keputusan Menteri Kehutanan No. S.220 /Menhut-II/2011 tanggal 09 Mei 2011 tentang Pemberian Persetujuan Prinsip Izin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam (IUPSWA) di TWA Patenggang Kabupaten Bandung di Provinsi Jawa Barat seluas 20,0 Hektar atas nama CV. Amanah 19.

 Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

 Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

 Peraturan Pemerintah No.36 tahun 2010 tanggal 12 Februari 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.

 Keputusan Menteri Kehutanan No. P.48/Menhut-II/2010 tanggal 3 Desember 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam

 Keputusan Menteri Kehutanan No. 167/Kpts-II/1994 tentang Sarana dan Prasarana Pengusahaan Pariwisata Alam.

 Keputusan Menteri Kehutanan No. 447/Kpts-II/1996 tentang Pembinaan Pengusahaan Pariwisata Alam.

Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII adalah salah satu diantara perkebunan milik Negara yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1996, seperti yang dinyatakan dalam akta Notaris Harun Kamil, S.H., No. 41 tanggal 11 Maret 1996 dan telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan C2-8336.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996. Akta pendirian ini selanjutnya mengalami perubahan sesuai dengan akta Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo, SH., No. 05 tanggal 17 September 2002 dan telah mendapat persetujuan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. C-20857 HT.01.04.TH.2002 tanggal 25 Oktober 2002.

(24)

optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan untuk menghasilkan barang dan/ atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, serta mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

4. Sistem Pengelolaan Perusahaan

a. BBKSDA

Sistem pengelolaan BKSDA yaitu Pengelolaan kawasan konservasi menghadapi berbagai macam tantangan, baik eksternal berupa perambahan, illegal logging, perburuan satwa liar, kebakaran hutan, tetapi juga yang internal seperti: sistem perencanaan, tata batas dan pemangkuan kawasan, leadership dan manajemen. Terkait permasalahan dan upaya pengelolaan yang telah dilakukan oleh BKSDA perlu dilakukan penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi. Penelitian ini berlokasi di kawasan konservasi yang dikelola BKSDA yaitu 1) Cagar Alam (CA)/Taman Wisata Alam (TWA); 2) Cagar Alam (CA); 3) Cagar Alam Bukit (CA); 4) Suaka Margasatwa (SM); 5) Taman Wisata Alam (TWA). Penelitian dilaksanakan pada Bulan Juni 2012 s/d Desember 2012. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji efektivitas pengelolaan kawasan konservasi pada setiap siklus pengelolaan yaitu perencanaan, masukan, proses dan keluaran sehingga dapat rekomendasi strategis yang efektif untuk kawasan konservasi yang dikelola oleh BKSDA. Penelitian dilaksanakan menggunakan metode RAPPAM, dengan responden berjumlah 80 responden yang terdiri dari staf BSKDA, tenaga resort, dan mitra. Nilai efektivitas pengelolaan kawasan konservasi dinilai pada setiap siklus pengelolaan yaitu perencanaan, masukan, proses dan keluaran.

Data yang telah diperoleh telah diolah dengan menggunakan Analisis Multidimensional Scaling (MDS) untuk memetakan atau mencari konfigurasi dari sejumlah obyek dalam ruang dimensi rendah berdasarkan ukuran kedekatan antar obyek yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan nilai efektivitas pengelolaan tertinggi dimiliki oleh Cagar Alam, kemudian diikuti oleh Suaka Margasatwa, TWA. Hal ini dapat dikarenakannya pengelolaan CA Sapat Hawung belum berbasis manajemen resort.

(25)

Agrowisata PTPN VIII memiliki satuan pengawasan intern (SPI) yang keberadaannya sesuai dengan pasal 67 UU No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN, bahwa disetiap BUMN wajib dibentuk satuan pengawasan intern yang merupakan aparat pengawasan internal perusahaan. Satuan pengawasan intern dipimpin oleh seorang ketua yang bertanggung jawab kepada direktur utama. Satuan pengawasan intern adalah organ pendukung good corporate govermance yang dibentuk dengan tujuan untuk memastikan bahwa sistem pengendalian intern telah dilaksanakan dan dipatuhi dengan baik serta menjadi partner strategis bagi manajemen dalam meningkatkan dan atau memperbaiki proses bisnis.

Agrowisata PTPN VIII memiliki sebuah pengendalian intern dalam melakukan kegiatan perusahaan. Pengendalian intern adalah sebuah proses yang digerakan oleh Dewan Komisaris, Direksi, manajemen dan karyawan yang didesain untuk menyediakan jaminan yang memadai, berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan laporan keuangan, dan ketaatan kepada hukum dan perundang-undangan. Terkait hal tersebut Agrowisata PTPN VIII memiliki komitmen untuk membangun suatu sistem pengendalian intern yang efektif meliputi :

1. Lingkungan pengendalian yang kondusif

 Sosialisasi pedoman perilaku

 Model kompetensi untuk seluruh jabatan dan karyawan perusahaan

 Rekruitmen karyawan dilaksanakan secara transparan dan melibatkan pihak ketiga

 Melakukan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan

2. Pengkaijan dan pengelolaan resiko usaha, yaitu suatu proses untuk mengidentifikasi, menganalisis, menilai, dan mengelola resiko usaha relevan

3. Aktivitas pengendalian, antara lain mencakup :

 Pemisahan fungsi berdasarkan tugas dan tanggung jawab

 Otoritas transaksi dan pembayaran telah diramcang dan dilakukan secara secara berjenjang berdasarkan ketentuan yang berlaku

 Pencatatan transaksi keuangan

 Pengamanan harta perusahaan

(26)

peraturan yang berlaku pada PTPN VIII sesuai dengan sistem dan prosedur yang telah dtetapkan

5. Monitoring yang dilakukan oleh seluruh tingkatan manajemen degan cara melakukan pengawasan melekat sehingga dapat mendeteksi jika terdapt penyimpangan yang berpotensi merugikan perusahaan

5. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

a. BBKSDA

Terciptanya perusahaan yang berbasis kehutanan tidak terlepas dari visi yang direncanakan. Visi yang direncanakan oleh perusahaan BBKSDA yaitu terciptanya pengembangan pengelolaan kawasan Taman Wisata Alam sebagai kawasan rekreasi dan konservasi melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara lestari, efisien dan professional dan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar areal Taman Wisata Alam.

Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan BBKSDA terait degan misi adalah sebagai berikut :

1. Mengembangkan TWA sebagai salah satu kawasan ekowisata terpadu dalam skala nasional dan internasional serta menjadi obyek wisata alam andalan di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat;

2. Menyelenggarakan kegiatan pariwisata alam, baik sarana prasarana maupun jasa, dengan mendapatkan keuntungan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan aspek konservasi;

3. Mengupayakan seoptimal mungkin keikutsertaan masyarakat sekitar dalam kegiatan pengusahaan baik untuk mengisi kesempatan kerja yang ada maupun kesempatan usaha yang dapat dilakukan.

Tujuan dari dibentuknya BBKSDA adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan produktifitas

2. Mendukung aspek kepariwisataan 3. Meningkatkan pemanfaatan objek wisata

4. Mengembangkan upaya penguatan kelembagaan dan kemitraan dalam rangka pengelolaan, perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya

Perusahan BBKSDA mempunyai sasaran sebagai berikut :

1. Meningkan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi dan mendorong kawasan konservasi baru

(27)

3. Meningkatkan upaya pengawetan keanekaragaman sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya

4. Meningkatkan upaya perlindungan kawasan, perlindungan sumberdaya alam hayati, dan pengendalian/enanggulangan kebakaran hutan, serta penegak hukum

5. Meningkatkan upaya pemanfaatan sumber daya alam hayatidan ekositemnya berdasarkan prinsip kelestarian

b. Agrowisata PTPN VIII

Terciptanya perusahaan yang berbasis perkebunan tidak terlepas dari visi yang direncanakan. Visi yang direncanakan oleh perusahaan Agrowisata PTPN VIII yaitu menjadi peusahaan agribisnis terkemuka dan terpercaya, mengutamakan kepuasan pelanggan dan kepedulian lingkingan dengan didukunh oleh SDM yang profesional.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan Agrowisata PTPN VIII untuk mencapai visi yaitu:

1. Menghasilkan produk bermutu dan ramah lingkungan yang dibutuhkan oleh pesar dan mempunya nilai tambah tinggi

2. Mengelola perusahaan dengan menerapkan good governance dan strong leadership, memposisikan sumber daya manusia sebagai mitra utama, serta mengedepankan kesejahteraan karyawan melalui kesehatan perusahaan 3. Mengoptimalkan seluruh sumber daya untuk dapar meraih peluang-peluang

mengembangan bisnis, secara mendiri maupun bersama-sama mitra strategis 4. Mengedepankan Corporate Social Responsibility seiring dengan kemajuan

perusahaan.

Tujuan dari perusahaan Agrowisata PTPN VIII adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan efisiensi

2. Mendukung penciptaan nilai tambah

3. Menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan 4. Meningkatkan kemandirian tanggung jawab dan profesionalisme 5. Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri

6. Meningkatkan sinergi antar BUMN dan atau anak perusahaan

Sasaran Agrowisata PTPN VIII adalah:

1. Menjaga kelestarian lingkunga dengan zero waste 2. Meningkatkan sistem layanan pada konsumen

(28)

Struktur organisasi Resort BBKSDA TWA Situ Patenggang dan Agrowisata TPN VIII ditetapkan berdasakan kebutuhan unitnya Kepala Resort berhak menentukan struktur organisasi dan bertanggung jawab langsung kepada atasannya. Struktur organisasi Resort BBKSDA TWA Situ Patenggang dan Agrowisata PTPN VIII dapat dilihat pada lampiran.

7. Tugas dan Pokok Organisasi

a. BBKSDA

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan nomor : 6187Kpts-11 2002 tanggal 10 juni 2002 tentang Organisasi dan tata kerja Balai Konservasi Sumberdaya Alam, dua aspek tugas pokok Organisasi BKSDA :

1. Melaksanakan pengelolaan kawasan konservasi, yaitu kawasan hutan Cagar Alam (CA), dan kawasan hutan Taman Wisata Alam (TWA)

2. Melaksanakan upaya konservasi tumbuhan dan satwa liar, baik di dalam habitatnya (konservasi in-situ) maupun di luar habitatnya (koservasi ex-situ). b. Agrowisata PTPN VIII

Sesuai dengan Organisasi dan tugas pokok Agrowisata PTPN N8 terdiri dari :

1. Memperkukuh rasa persatuan dan persaudaraan antar anggota

2. Membina anggota, baik secara mental maupun spiritual, untuk lebih meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kepribadian dan budi pekerti yang luhur.

3. Melaksanakan pembinaan, pendidikan dan pelatihan bagi para anggota guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan berorganisasi 4. Menjalin hubungan dan kerjasama yang harmonis dengan organisasi sejenis

lainnya, antara lain dengan Badan Olah Raga dan Kesenian (BAPORAK), Serikat Pekerja Perkebunan (SP-BUN), Himpunan Putra Putri Perkebunan (HP2BUN) dan lainnya.

(29)

8. Ketenagakerjaan dan SDM

a. BBKSDA

Kawasan wisata membutuhkan pengelolaan yang baik, maka dari itu untuk menciptakan suatu pengelolaan yang baik dibutuhkan sumberdaya manusia yang berkompeten dalam bidangnya. Sumberdaya manusia tersebut tentunya membutuhkan kesatuan prinsip dan tujuan yang sesuai dengan pengelolaan kawasan. Kawasan TWA Situ Patenggang lebih mengutamakan masyarakat sekitar untuk bekerja di kawasan dalam beberapa bagian pengelolaan terutama dalam bagian pengelolaan di lapangan. Taman Wisata Alam Situ Patenggang dikelola oleh dua instansi yang berbeda yaitu BBKSDA Jawa Barat dan Agrowisata. Sumberdaya manusia yang bekerja di TWA Situ Patenggang berasal dari kedua instansi tersebut selain itu, terdapat beberapa masyarakat sekitar Situ Patenggang yang menjadi SDM di TWA Situ Patenggang.

Sumber daya manusia yang berasal dari BBKSDA diposisikan di beberapa bagian pengelolaan yang diantaranya adalah pengelolaan tiket bagian kantor (user), pengelolaan perahu yang memiliki posisi sebagai penanggungjawab atau kepala bagian perahu dan pengelolaan villa yang disewakan. Sedangkan SDM yang berasal dari Agrowisata diposisikan di bagian pengelolaan tiket bagian lapang. Untuk masyarakat sekitar TWA Situ Patenggang yang menjadi SDM berada di bagian pengelolaan keamanan dan keselamatan, pengelolaan parkir, pengelolaan MCK, dan pengelolaan kebersihan kawasan atau objek wisata

9. Infrastruktur Perusahaan

(30)

jalannya kinerja dari TWA Situ Patenggang dan juga menyetujui adanya perubahan-perubahan yang diadakan.

Membuka kawasan wisata tentunya harus menjamin kepuasan pengunjung yang datang ke suatu kawasan wisata. Kepuasan pengunjung bukan saja hanya menikmati pemandangan pada kawasan wisata alam, tetapi juga dengan menyediakan fasilitas, sarana dan prasaran berupa infrastukrtur yang dapat membantu pengunjung selama berada di suatu kawasan wisata. Kondisi infrastruktur di TWA Situ Patenggang sudah tertata dengan baik, dari berbagai fasilitas publik hingga akses jalan dan akomodasi yang cukup sudah tersedia. Sarana dan prasarana yang terdapat di TWA Situ Patenggang adalah segala suatu yang disiapkan oleh pengelola sebagai fasilitas wisata bagi para pengunjung. Sarana dan prasarana yang terdapat di TWA Situ Patenggang terdiri dari satu buah villa milik BBKSDA dan dua buah villa milik PT. Perkebunan Nusantara VIII yaitu Villa Sasaka dan Villa Bambu. Kemudian terdapat faslitas seperti 20 buah shelter yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk beristirahat, 4 buah toilet dengan masing-masing toilet terdapat 4 kamar mandi, dan 2 lahan parkir yang digunakan untuk bus dan mobil digabungkan dengan tempat parkir sepeda motor.

Sarana dan prasarana lainnya adalah satu buah pusat informasi dan pos keamanan yang terdapat di depan gerbang masuk TWA Situ Patenggang yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara VIII dan dikelola langsung oleh Agrowisata. Selain itu ada juga pusat informasi yang dikelola oleh BBKSDA yang terdapat di dekat danau. Selain sebagai pusat informasi, disana juga terdapat Organisasi yaitu KOMPEPAR yang bertugas menangani pemungutan dana dari kios-kios dan juga perahu yang terdapat di TWA Situ Patenggang. Aksesibilitas untuk menuju TWA Situ Patenggang saat ini sudah bagus. Kondisi jalan dari pintu gerbang sampai area parkir bawah sudah diaspal sehingga pengunjung tidak perlu khawatir membawa kendaraannya. Pada area bawah disekitaran danau terdapat kios-kios pedagang baik yang menjual makann ataupun souvenir. Kios tersebut mikik penduduk yang tinggal disekitar TWA Situ Patenggang.

(31)

Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VIII selain mengelola kebun teh dan memproduksi teh PT. Perkebunan Nusantara VIII juga mempunyai produk wisata lainnya yang tersebar di daerah Rancabali. Adapun produk wisata tersebut seperti beberapa villa milik PT. Perkebunan Nusantara VIII :

1. Villa Kidang Kencana

Villa Kidang kencana merupakan bangunan unik berbentuk segitiga yang terdiri dari dua lantai. Lantai atas dikhususkan untuk 2 kamar yang didalamnya masing-masing terdapat 5 dan 3 tempat tidur. Lantai bawah dikhususkan untuk berkumpul atau pertemuan, dilengkapi oleh perapian, ruang makan, dapur, dan kamar mandi dengan Air Panas Alami. Bangunan Kidang kencana bersebelahan dengan villa Ciung Wanara yang dilengkapi oleh private swimming pool. Adapun kapasitas Kidang Kencana maksimal sebanyak 25 orang.

2. Villa Ciung Wanara

Villa Ciung Wanara memiliki lokasi yang berdektan dengan Villa Kidang Kencana dan memiliki kapasitas 15 orang. Villa ini terdiri dari 3 kamar yang dilengkapai dengan kasur. Villa ini dilengkapi dengan kamar mandi, dapur, dan ruang tengah. Villa ini memiliki private swimming pool yeng berada di halaman dalam villa.

3. Cottage Rancabali

Cottage Rancabali berjumlah 4 unit cottage dan memiliki kapasitas setiap unitnya sebanayak 6 orang. Setiap unit cottage memiliki 2 kamar tidur, kamar mandi dengan air panas, dapur, dan ruang tengah. Lokasi keempat cottage ini bersebelahan dan memiliki kolam renang umum bernama walini.

4. Villa Patengan

Villa patengan dibangun tepat di lokasi yang sudah terkenal yaitu Situ Patengan. Bangunan ini terdiri dari 3 kamar kapasitas untuk 25 orang, dilengkapi dengan kasur yang digelar, dapur, perapian di ruang tengah, dan kamar mandi.

(32)

Rumah Kayu Kelapa Rancabali berjumlah 8 unit dan memiliki kapasitas maksimal 7 orang setiap unitnya. Setiap Rumah Kayu Kelapa terdiri dari 2 kamar, kamar mandi dengan air panas, dapur, dan ruang tengah. Lokasi keempat cottage ini bersebelahan dan memiliki kolam renang umum bernama walini.

6. Teh Celup Walini

Teh Celup Walini dibuat dari bahan baku teh pilihan yang diolah tanpa campuran apapun dengan kombinansi campuran beberapa jenis kualitas ekspor, dan dikemas secara professional. Kemasan the dibuat sedemikian rupa yang memebuat keutuhan mututeh terjaga keunggulan Teh CElup Walini dibandingkan teh lainnya yang sejenis, diantaranya adalah dibuat dari bahan baku yang berkualitas ekspor dari hasil peraduan atau kombinasi dari beberapa jenis jenis hasil kreativitas olahan para pakar the di Indonesia. Teh Celup Walini di distribusikan oleh PT. Atri Distribusindo dan Puskopkar PTPN VIII. The Celup Walini terdiri dari beberapa jenis produk berupa teh celup dan teh seduh. Berikut beberapa produk dari Teh Walini :

1. Teh Celup Hitam Walini 2. The Celup Lemon Walini 3. Teh Celup Jahe Walini 4. Teh Celup Organis Walini 5. Teh Celup Hijau Jepang 6. Teh Celup Hitam Walini TB 1 7. Teh Celup Hitam Walini TB 5 8. Teh Seduh Hitam Walini 9. The Seduh Hijau Walini

(33)
(34)

III. METODE PRAKTIK

A. Waktu dan Tempat

Lokasi pelaksanaan Praktik Pengelolaan Ekowisata dilakukan di TWA Situ Patenggang yang berlokasi di Desa Patengan, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Waktu pelaksanaan Praktik Pengelolaan Ekowisata yaitu pada tanggal 9 Agustus 2016 sampai dengan 25 Agustus 2016.

B. Alat dan Bahan

Kegiatan Praktik Pengelolaan Ekowisata ini membutuhkan alat sebagai penunjang dilaksanakannya kegiatan praktik. Alat-alat yang digunakan selama pelaksanaan kegiatan praktik dapat dilihat pada tabel 1 alat dan bahan pelaksanaan kegiatan praktik, sebagai berikut :

Tabel 1 Alat dan bahan pelaksanaan kegiatan praktik

No. Alat Kegiatan Fungsi

1. Alat Tulis Mencatat data Untuk mencatat data yang diperoleh

Memfoto kegiatan Untuk mengambil gambar 2. Kamera

3. Handphone Merekam kegiatan

wawancara Untuk merekam suara saat wawancara 4. Laptop Merekapitulasi data dan

menyusun laporan praktik Untuk memasukkan data, mengolah, dan menganalisis data

5. Modem Browsing data dan informasi Untuk mencari data sekunder 6. Kuesioner Membagikan kuesioner

kepada

pengunjung/pengelola

Untuk mendapatkan data dari pengunjung/pengelola

8. Tallysheets Mencatat data Untuk membantu mencatat dan mengambil data

C. Jenis dan Metode Pengambilan Data

(35)

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan atau merupakan data pokok. Data primer yang telah diperoleh dapat dilihat pada tabel 2 data primer, sebagai berikut :

Tabel 2 Data primer

No. Data Primer Data terkumpul Sumber Data Metode 1 Pengelolaan Pengelolaan

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, yakni melalui studi literatur. Data sekunder terdiri atas kondisi umum dapat dlihat pada tabel 3 data sekunder, sebagai berikut :

Tabel 3 Data sekunder

Data Sekunder Data Terkumpul Sumber Data Metode

Kondisi umum Kondisi umum dalam kegiatan pengelolaan. Proses pengambilan data dalam kegiatan praktik pengelolan dilakukan dengan beberapa langkah-langkah. Langkah-langkah tersebut yaitu sebagai berikut :

(36)

2. Wawancara dan diskusi yaitu untuk mengambil data primer dengan bertanya langsung kepada narasumber mengenai informasi lebih dalam mengenai hal-hal yang ditemui saat praktik dan memberikan ide/ gagasan-gagasan mengenai perbaikan terhadap masing masing unit kegiatan pengelolaan

(37)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Manajemen Pengelolaan Kawasan

1. Kebijakan dan Peraturan

Patengggang memiliki beberapa kebijakan dan peraturan yang harus dipatuhi oleh pengunjung dan pengelola. Peraturan yang ditetapkan TWA Situ Patenggang kepada pengunjung diantaranya :

 Dilarang melakukan tindakan asusila

 Dilarang melakukan tindakan vandalisme terhadap sarana dan prasarana

 Dilarang membuang sampah tidak pada tempatnya di dalam kawasan

 Dilarang menyalakan api yang sifatnya dapat membahayakan untuk meminimalisir terjadinya kebakaran

 Dilarang membawa senjati api dan senjata tajam

Kebijakan atau peraturan yang ditetapkan mengenai pengelolaan TWA Situ Patenggang yaitu kawasan perairan TWA Situ Patenggang dimiliki oleh BBKSDA wilayah Jawa Barat, Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah II sedangkan untuk kegiatan yang terfokus pada bagian daratan, seperti lahan parkir dan bangunan lainnya memanfaatkan lahan yang berbeda. Lahan yang digunakan yaitu kawasan yang dimiliki oleh PTPN VIII. Adanya hal tersebut meinumbulkan suatu kesepakatan antara kedua belah pihak dalam pemanfaatan dan pengelolaan serta bagi hasil dalam kegiatan wisata yang dilakukan di TWA Situ Patenggang.

Peraturan yang ditetapkan berupa peraturan tertulis bersumber dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 dan peraturan yang dibuat khusus oleh TWASP. Berikut merupakan isi dari UU No. 5 Tahun 1990 Pasal 19 yaitu:

 Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam,

(38)

menambah jenis tumbuhan dan satwa liar yang tidak asli (termasuk didalamnya; memotong, memetik, memindahankan tumbuhan dan mengganggu satwa liar).

Apabila terbukti melakukan pelanggaran yang ditelah ditetapkan pada UU No, 5 Tahun 1990 pasal 19 maka terdapat ketentuan pidana bagi pelakunya jika pelanggaran terhadap pasal 19 ayat 1 dipidana selama –lamanya 10 tahun dan denda Rp. 200.000.000,00(dua ratus juta rupiah).

Adapun peraturan lain terkait kawasan konservasi yaitu Peraturan Pemerintah No 28 tahun 1985 adalah sebagai berikut :

 Pasal 19 ayat 2, setiap orang dilarang melakukan penebangan pohon di dalam huta tanpa izin dari petugas yang berwenang,

 Pasal 10 ayat 1, setiap orang dilarang melakukan pembakaran hutan kecuali dengan kewenangan yang sah.

Apabila Peraturan Pemeraintah No. 28 tahun 1985 dilanggar, maka dikenakan ketentuan pidana yaitu pelanggaran terhadap pasal 19 ayat 2 dan pasal 10 ayat 1 diancam hukuman selama-lamanya 10 tahun dan denda Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

2. Sejarah Pengelolaan

TWA Situ Patengggang merupakan sebuah destinasi wisata yang berlokasi di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. Berdasarkan GB No. 83. Stbl dan No. 392 tanggal 11 Juli 1919, Situ Patenggang termasuk kedalam bagian Hutan Alami Cagar Alam Patengan dengan luas 86,18 Ha. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 660/Kpts/Um/8/81 tanggal 1 Agustus 1981 sebagian lahan seluas 65 Ha ditetapkan menjadi Taman Wisata Alam (TWA). Lahan Cagar Alam Patengan secara otomatis berkurang menjadi 21,18 Ha. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Propinsi Jabar tahun 2002 diketahui bahwa luas area TWA Situ Patenggang menjadi kurang lebih 63,36 Ha dan luasan Cagar Alam Patengan I seluas kurang lebih 111,61 Ha dan berbatasan dengan Situ Patenggang. Luas Cagar Alam Patengan II yaitu kurang lebih 9,10 Ha dan berbatasan dengan perkebunan teh PTPN VIII Rancabali.

(39)

memiliki banyak masalah terutama pada Muspika. Muspika adalah persatuan elemen-elemen keamanan yang ada di Patengan dan terdiri dari Polisi, TNI, dsb. Manajemen Terpadu akhirnya diberhentikan pada tahun 2013 dan selanjutnya dikelola oleh BBKSDA.

Pada tahun 2014, Agrowisata PTPN VIII ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan khususnya pengelolaan wilayah daratan di TWA Situ Patenggang. Wilayah daratan yang dikelola Agrowisata PTPN VIII memiliki luas yaitu 17 Ha. Kegiatan pengelolaan fasilitas di TWA Situ Patenggang dilakukan oleh Kelompok Pengerak Pariwisata (Kompepar) dan bertanggung jawab langsung kepada Agrowisata PTPN VIII. Berdasarkan SK No. 556/ 483/ BidangPariwisata/ 2012 Kompepar resmi ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan khususnya pengelolaan fasilitas dan masyarakat di TWA Situ Patenggang.

3. Maksud dan Tujuan Pengelolaan

Pengelolaan TWA Situ Patenggang memiliki tujuan dalam sebagai acuan dalam melakukan kinerja. Adapun tujuan pengelolaan TWA Situ Patenggang sebagai berikut:

1. Pengelolaan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya yang baik dan aman dalam aspek hukum;

2. Perlindungan ekosistem hutan dan peningkatan penegakan hukum bagi pelaku pelanggaran;

3. Mengembangkan kelembagaan dan kemitraan sumberdaya alam hayati dan ekosistem.

4. Status dan Kepemilikan

Status dan kepemilikan yang terdapat di TWA Situ Patenggang terbagi menjadi dua zona. Kedua zona tersebut dikelola yang terbagi oleh dua belah pihak. Zona pertama yaitu zona air/situ yang status dan kepemilikannya dikelola oleh BBKSDA Jawa Barat sedangkan. Zona yang kedua yaitu zona daratan di kelola oleh PTPN VIII.

(40)

2. Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

3. Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

4. Peraturan Pemerintah No.36 tahun 2010 tanggal 12 Februari 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.

5. Keputusan Menteri Kehutanan No. P.48/Menhut-II/2010 tanggal 3 Desember 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam

6. Keputusan Menteri Kehutanan No. 167/Kpts-II/1994 tentang Sarana dan Prasarana Pengusahaan Pariwisata Alam.

7. Keputusan Menteri Kehutanan No. 447/Kpts-II/1996 tentang Pembinaan Pengusahaan Pariwisata Alam.

5. Sistem Pengelolaan

Sistem pengelolaan TWA Situ Patenggang merupakan suatu sistem pengelolaan yang terbentukberdasarkanhasilkerjasamaantarapihakBBKSDA dan pihakAgrowisataPTPN VIII. Pengelola TWA Situ Patenggang melakukan kerja sama dengan masyarakat sekitar dalam melakukan pengelolaan Situ Patenggang seperti mengenai penjualan makanan/minuman, souvenir, maupun yang lainnya yang dapat menunjang kegiatan wisata.Pengelola TWA Situ Patenggang juga melakukan pemberdayaan masyarakat demi terwujudnya suatu kegiatan wisata yang bermanfaat.

TWA Situ Patenggang memiliki tahap-tahap pengelolaan yang digunakan sebagai pedoman dalam melangkah dimasa yang akan datang. Tahap-tahap pengelolaan TWA Situ Patenggang yaitu sebagai berikut :

1. Tahap awal yaitu setelah TWASitu Patenggang melakukan perencanaan selanjutnya akan membentuk organisasi pengelolaan, rekonstruksi kawasan, dan pengadaan sarana-prasarana serta alat-alat inventaris pengelolaan. 2. Melakukan rekontruksi kawasan meliputi penataan batas luar kawasan dan

(41)

TWA Situ Patenggang memiliki kegiatan-kegiatan pengelolaan yang terkait dengan kegiatan wisata. Kegiatan-kegiatan pengelolaan dapat terbagi menjadi tiga kelompok yaitu :

1. Kelompok manajemen kawasan yang diartikan sebagai strategi pengelolaan TWA Situ Patenggang yang meliputi pemantapan kawasan, penataan kawasan, dan pengamanan kawasan.

2. Kelompok manajemen sumberdaya yang diartikan sebagai manajemen sumber daya alam yang diartikan sebagai strategi pengelolaan TWASP yang merupakan inti kegiatan pengelolaan TWASP. Hal ini meliputi sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman hayati dan pemanfaatan sumber daya alam.

3. Kelompok manajemen kelembagaan diartikan sebagai prasyarat kecukupan agar pengelolaan TWASP dapat berlangsung dan berkembang sesuai dengan target tiga hal pokok, seperti penataan organisasi, sumberdaya manusia, dan keuangan.

6. Organisasi Pengelolaan a. Struktur Organisasi

(42)

Kepengelolaan TWA Situ Patenggang oleh Agrowisata PTPN VIII memiliki cakupan wilayah daratan saja. Struktur organisasi yang ditetapkan Agrowisata PTPN VIII dalam mengelola TWA Situ Patengggang adalah sebagai berikut :

b. Ketenagakerjaan

(43)

pengelolaan telaga saja. Pengawasan terhadap telaga dilakukan setiap tiga kali sehari, namun pengawasan terhadap perbatasan dengan cagar alam dilakukan dalam waktu yang tidak tetap. Penerimaan dan penempatan pegawai baru pada Resort BBKSDA diatur oleh BBKSDA Jabar. Kepala Resort di setiap unit hanya memiliki hak penempatan kerja diunitnya saja dan hal tersebut pun harus memiliki persetujuan Kepala Seksi Konservasi di wilayahnya.

Agrowisata PTPN VIII menempatkan pegawainya berdasarkan keputusan Kepala Unit. Kepala Adalah Unit memiliki hak untuk memecat maupun memberi hukuman kepada pegawai. Kepala Unit berhak pula menentukan jumlah pegawai yang dibutuhkan bahkan berhak pula membuka lowongan kerja secara langsung di unitnya. Proses penerimaan pegawai di suatu unit dilakukan dengan proses pengiriman berkas lamaran, tes, dan interview.

c. Tugas dan Tanggung Jawab

TWA Situ Patenggang memiliki seorang Kepala Resort yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan kepemimpinannya. Tugas dan tanggung jawab tersebut sebagai berikut :

 Resort Konservasi Wilayah Patenggang dan Cimanggu yang berstatus sementara. Resort Konservasi Wilayah Patenggang dan Cimanggu membantu dan atau bersama-sama dengan Kepala Resort setempat untuk melaksanakan pengamanan kawasan;

 Memungut tiket masuk serta sewa vila dengan berbagai ketentuan;

 Membuat pembukuan dari hasil pungutan dan menyetorkan pungutan tersebut sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku;

 Mengajukan berbagai permohonan untuk pengembangan pengelolaan kawasan wisata baik bahan ataupun peralatan yang diperlukan;

 Melaporkan kepada Kepala Seksi Wilayah ataupun Kepala Balai apabila ada kerusakan bangunan atau peralatan sehingga kondisinya terjaga dan siap untuk digunakan;

 Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Resor sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan;

(44)

Pengelola TWA Situ Patenggang melakukan tugas pengelolaannya dengan membentuk divisi-divisi kerja. Divisi divisi kerja tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab atau instruksi kerjanya masing-masing. Tugas dan tanggung jawab atau instruksi kerja setiap divisi adalah sebagai berikut :

a. Divisi Front Office

Divisi ini bertugas di kantor unit TWA Situ Patenggang. Divisi ini berhubungan langsung dengan pengunjung sehingga harus menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Tugas dan tanggung jawab divisi front office adalah sebagai berikut :

 Masuk kerja pada pukul 09.00 WIB s/d jam 16.30 WIB

 Setiap bekerja harus memakai seragam (pakaian kerja)

 Setiap saat kerja harus menggunakan ID CARD (kartu tanda pengenal) saat jam penggunaan

 Pengisian daftar hadir setiap masuk kerja

 Melakukan pemeriksaan kerapihan lobi termasuk peralatan (Form Discount, Form Visitor, Schedule Board) dan memastikan kelengkapan dan up to date

 Bertugas melakukan negosiasi diskonseminim mungkin dengan pengunjung atau tour leader

 Membarikan informasi kepada pihak pengelola secara terbuka tentang nominal diskon

 Pengisian form pengunjung dilakukan secara lengkap dan data buku tamudisetujui oleh pihak pengelola

 Merekomendasikan kepada pihak KOMPEPAR apabila dilakukan survei

 Pengeluaran uang anggaran dilakukan dengan koordinasi dan persetujuan pengelolaan

 Setelah selesai bekerja, dilakukan rekapitulasi jumlah pengeluaran dan dilaporkan ke pihak pengelola. Rincian dan sisa anggaran dikoordinasikan dan diserahkan ke petugas administrasi

 Mengutamakan SAPTA PESONA dalam pelayanan

 Selalu menjaga kebersihan di tempat kerja b. Divisi Ticketing

(45)

 Jam kerja weekday masuk jam 07.00 WIB s/d jam 12.30 WIB untuk SHIFT I

 Jam kerja weekday masuk jam 11.30 WIB s/d jam 17.00 WIB untuk SHIFT II

 Jam kerja weekend masuk jam 06.00 WIB s/d jam 18.00 WIB

 Setiap hari harus memakai seragam (pakaian kerja) weekday maupun weekend

 Menggunakan ID CARD (kartu tanda pengenal) saat bekerja

 Melakukan pengisian daftar hadir

Computer yang digunakan harus dinyalakan terlebih dahulu sebelum digunakan dan computer yang telah selesai digunakan harus segera dimatikan

User melakukan entry data penjualan tiket

 Apabila terdapat permintaan diskon, petugas wajib melakukan proses administrasi ke divisi front office untuk diketahui dan diberikan kebijakan oleh pengelola

 Fisik uang harus selalu dipastikan masuk ke retribusi

 Mengutamakan SAPTA PESONA dalam melayani setiap pengunjung yang datang

 Pengelola selalu menjaga kebersihan di area kerja khususnya di area retribusi

c. Divisi Checker

Divisi checker merupakan divisi yang bertugas untuk mengecek persyaratan pengunjung sebelum masuk kedalam TWA Situ Patenggang. Divisi ini dapat bekerjasama dengan divisi lain yang memiliki keterkaitan dengan tugas. Divisi tersebut memiliki instruksi kerja yaitu sebagai berikut:

1. Melakukan penghitungan jumlah pengunjung termasuk anak-anak yang ada di bus serta petugas wajib mengajak panitia ke kantor untuk melakukan negosiasi yang berkaitan dengan diskon

2. Pengecekan dilakukan secara obyektif dan tanpa ada intervensi atau campur tangan pihak lain

3. Form travel harus dilampirkan dengan tiket serta diarsipkan dahulu di retribusi untuk selanjutnya ditindak lanjuti oleh bagian administrasi kantor

(46)

Setiap destinasi wisata pada dasarnya harus terlihat bersih dan indah agar mendapatkan kepuasan dari pengunjung. Mayoritas kebersihan dan keindahan di suatu destinasi wisata dikelola oleh sebuah divisi yang disebut divisi kebersihan. Divisi tersebut memiliki instruksi kerja yaitu sebagai berikut :

 Jam kerja weekday masuk jam 07.00 WIB s/d jam 10.00 WIB

 Istirahat jam 10.00 WIB s/d jam 14.00 WIB dan kembali masuk jam 14.00 WIB s/d jam 17.00 WIB

 Setiap hari harus menggunakan seragam (pakaian kerja)

 Penggunaan ID CARD (kartu tanda pengenal) saat jam bekerja

 Pengisian daftar hadir kerja

 Melakukan pembersihan sampah dan rumput pada lokasi jalan pertigaan hingga lokasi TWA Situ Patenggang

 Sampah yang telah terkumpul segera disimpan ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS)

 Koordinator kebersihan melakukan dokumentasi dan mencatat semua fasilitas yang rusak khususnya di lokasi TWA Situ Patenggang dan dilaporkan kepihak pengelola

 Setelah selesai bekerja tempatkan alat-alat kebersihan di tempat yang telah disediakan

 Pelayanan kepada pengunjung mengutamakan SAPTA PESONA dalam bekerja

e. Divisi Operasional dan Service

Divisi operasional dan service merupakan divisi yang bertugas hanya pada infrastruktur kepengelolaaan. Divisi tersebut terkait dengan pelayanan kepada pengelola yang lain maupun kepada tamu. Divisi ini memiliki instruksi kerja yaitu sebagai berikut :

 Jam kerja masuk jam 06.00 pagi WIB s/d jam 09.00 WIB

 Istirahat jam 09.00 WIB s/d jam 14.00 WIB

 Masuk kembali jam 14.00 WIB s/d jam 19.00 WIB

 Setiap hari harus menggunakan seragam (pakain kerja)

 Penggunaan ID CARD saat bekerja

 Mengisi daftar hadir setiap hari

 Mempersiapkan keperluan minum/makan karyawan

 Membersihkan ruangan kantor beserta halaman

(47)

 Mempersilahkan makanan/minum kepada tamu yang masuk ke ruangan kantor

 Tidak meninggalkan kantor tanpa seijin pengelola

 Menutamakan SAPTA PESONA dalam pelayanan f. Divisi Public Relation

Divisi tersebut berkaitan dengan hubungan atau kerjasama pengelola dengan mitranya. Bentuk-bentuk kegiatan dan kerjasama akan dikelola untuk menciptakan suatu perjanjian antara pengelola dengan mitra. Divisi ini pun memiliki instruksi kerja yaitu sebagai berikut :

 Jam kerja masuk jam 09.00 WIB s/d jam 16.00 WIB

 Setiap hari harus menggunakan seragam (pakaian kerja)

 Penggunaaan ID CARD (kartu tanda pengenal) saat jam bekerja

 Mengisi daftar hadir setiap hari

 Membimbing, membina, semua karyawan AGROWISATA PTPN VIII RANCABALI

 Program kerjasama direncanakan dan dilaksanakan serta dilaporkannya kepada atasan

 Melaksanakan negosiasi dilakukan terkait kerjasama dengan Kompepar

 Mengkoordinasikan keputusan rencana terkait penyesuaian, penetapan tempat, pendataan dan kerjasama dengan pelaku jasa wisata

 Mengkoordinasikan keputusan rencana terkait kerjasma dalam bidang pelayanan konsumen dan pemusatan pengaturan pelaku jasa wisata dengan Kompepar

 Melaporkan segala hal terkait yang telah dilaksanakan kepada atasan

 Wajib hadir pada rapat evaluasi

 Mengutamakan SAPTA PESONA dalam pelayanan

 Selalu menjaga kebersihan di ruangan kerja g. Divisi Keamanan

Divisi tersebut merupakan divisi yang bertugas untuk menjaga keamanan dan keutuhan aset-aset yang dimiliki TWA Situ Patenggang. Aset-aset tersebut tidak hanya seperti Sumber Daya Wisata dan fasilitas saja Sumber Daya Manusia juga termasuk aset yang dimiliki oleh TWA Situ Patenggang . Divisi tersebut memiliki instruksi kerja yaitu sebagai berikut :

 Jam kerja untuk SHIFT I masuk 07.00 s/d 19.00 WIB

 Jam kerja untuk SHIFT II masuk jam 19.00 s/d 07.00 WIB

 Setiap hari menggunakan seragam (pakaian kerja)

 Gunakan ID CARD (kartu tanda pengenal) saat jam bekerja

(48)

 Mengawasi dan melakukan pengawasan terhadap semua aset dan segala kegiatan yang ada di lokasi TWA Situ Patenggang

 Melakukan penjagaan dan pengamanan pada semua pengunjung yang ada di TWA Situ Patenggang

 Petugas di pos 2 (dua) melakukan penyobekan tiket oleh petugas secara obyektif tanpa ada intervensi dari pihak manapun

 Petugas di pos 4 (empat) melakukan menjagaan agar tidak ada pengunjung yang masuk dari pintu keluar

 Menyelesaikan masalah dengan ramah dan bijaksana

 Tidak meninggalkan pos masing-masing saat bertugas kecuali ada keperluan yang penting dan mendesak

 Mengutamakan SAPTA PESONA dalam bertugas

 Selalu menjaga kebersihan di tempat kerja

7. Infrastruktur Pengelola

Taman Wisata Alam Situ Patenggang memiliki sebuah infrasruktur untuk menjalankan kinerja pengelolaan. Infrastruktur tersebut berupa kantor front office, kantor public relations, pos pemeriksaan, pos keamanan, dan kantor informasi, kantor front office dan kantor public relations terletak di depan gerbang masuk TWA Situ Patenggang. Kedua kantor tersebut dijaga oleh beberapa petugas yang memiliki jadwa lpergantian dalam berjaga. Pos pemeriksaan dan pos keamanan terletak di dalam gerbang masuk. Kedua pos tersebut dijaga oleh beberapa petugas selama 24 jam.

8. Program Wisata

Pengelola TWA Situ Patenggang belum memiliki program wisata. Pengelola TWA Situ Patenggang hanya biasa menerima program/paket wisata yang diajukan oleh biro-biro perjalanan. Pengelola TWA Situ Patenggang belum memiliki program wisata karena keterbatasan SDM yang ahli mengenai hal tersebut. Sumberdaya manusia yang ahli sangat dibutuhkan mengenai hal ini sehingga saat ini pengelola TWA Situ Patenggang masih terus berusaha untuk mencari SDM yang ahli dan berkompeten dalam pengelolaan program wisata.

B. Pengelolaan Sumberdaya Wisata

(49)

Telaga Situ Patenggan merupakan kawasan konservasi yang di pegang oleh BBKSDA. Telaga ini merupakan salah satu daya tarik wisatawan yang datang ke TWA Situ Patenggang. Daya tarik yang terdapat di Telaga Situ Patenggang yaitu adanya Pulau Asmara dan Batu Cinta. Kegiatan wisata ini dapat dilakukan yaitu menikmati keindahan alam, memancing, naik perahu atau sepeda air untuk mengelilingi Telaga Situ Patenggang. Wisatawan bisa menaiki perahu dan juga bermain sepeda air untuk menuju Batu Cinta dan Pulau Asmara. Selain itu dipinggir Telaga Situ Patenggang terdapat gazebo dan juga lapangan kecil yang dapat digunakn oleh wisatawan untuk beristirahat dan menikmati pemandangan disekitar Telaga situ Patenggan.

gambar 4 Situ Patenggang

Telaga Situ Patenggang dikelola BBKSDA. Struktur organisasi dalam Resort BBKSDA memiliki petugas fungsional seperti Polisi Hutan (Polhut) yang berjumlah 3 orang. Petugas Polhut bertugas untuk melindungi telaga agar terhindar dari gangguan-gangguan yang berasal dari alam maupun karena kegiatan manusia. Petugas Polhut bertanggung jawab langsung kepada Kepala Resort BBKSDA. Petugas Polhut mendapat bantuan dari masyarakat sekitar dalam menjaga kelestarian telaga. Mayoritas masyarakat sekitar tidak termasuk kedalam struktur organisasi kepengelolaan, namun mereka memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan. Kesadaran masyarakat tersebut tentunya sangat menguntungkan pengelola Situ Patenggang.

Gambar

gambar  1 Peta kawasan TWA Situ Patenggang
gambar  3 Pohon pinus di Kawasan TWA Situ Patenggang
Tabel 1 Alat dan bahan pelaksanaan kegiatan praktik
Tabel 2 Data primer
+7

Referensi

Dokumen terkait

Taman Wisata Alam Sibolangit merupakan kawasan cagar alam di Kabupaten Deli Serdang. Meskipun kaya potensi wisata alam, namun kondisi eksisting belum dikembangkan

Hasil Penelitian ini menunjukkan (1) Fasilitas utama Objek wisata yang merupakan daya tarik pengunjung Taman Wisata Waterboom yaitu: (a) Tersedianya 1

Penelitian ini diawali dari hasil pengamatan peneliti mengenai pengelolaan fasilitas Objek Wisata Villa Danau Kembar. Fasilitas yang ada belum dikelola dengan baik

untuk menunjang kegiatan wisata di Desa Kwang Rundun diperlukan berbagai fasilitas pendukung yang memadai untuk kegiatan pariwisata, oleh karena itu program kerja

Data primer adalah data yang diambil langsung dari pengunjung dan masyarakat sekitar kawasan wisata Pantai Kubu. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana tingkat

penelitian mengenai Pengelolaan Fasilitas Objek Wisata Aka Barayun Lembah Harau Berbasis Masyarakat di Kabupaten Lima Puluh Kota yaitu, untuk lebih. meningkatkan lagi

Data sekunder yang dikumpulkan yaitu data mengenai satwa yang terdapat di alam hasil inventarisasi BKSDA Sumatera Selatan, sarana prasarana wisata, kebijakan-kebijakan

penelitian mengenai Pengelolaan Fasilitas Objek Wisata Aka Barayun Lembah Harau Berbasis Masyarakat di Kabupaten Lima Puluh Kota yaitu, untuk lebih meningkatkan lagi