EVALUASI PROYEK REVITALISASI PASAR TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan
Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
Bramasto Budi Santoso F.0106023
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
EVALUASI PROYEK REVITALISASI PASAR TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR
Pembimbing I
Siti Aisyah Tri Rahayu, S.E., M.Si. NIP. 19680927 199702 2 001
Surakarta, Juni 2010 Disetujui dan Diterima oleh
Pembimbing II
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim Penguji Skripsi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, guna melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Juli 2010
Tim Penguji Skripsi :
1. Drs. BRM. Bambang Irawan, M.Si. Ketua ( )
NIP. 19670523 199403 1002
2. Siti Aisyah Tri Rahayu, S.E., M.Si. Pembimbing I ( ) NIP. 19680927 199702 2 001
3. Malik Cahyadin, S.E., M.Si. Sekretaris ( )
MOTTO
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (Al-Faatihah: 1).
“Karena sesunggunhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Alam Nasyrah: 5).
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”
(Alam Nasyrah: 7).
“ Kita kan terus berlari, tak kan berhenti disini, marilah meraih mimpi, hingga nafas telah berhenti ”
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan
untuk Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Karya ini kuhadiahkan untuk : 1. Ayah dan Ibuku Tercinta
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, dan karunia-Nya, sehingga dengan kemampuan yang ada, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “EVALUASI PROYEK
REVITALISASI PASAR TAWANGMANGU KABUPATEN
KARANGANYAR”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan serta kerja sama yang baik dari berbagai pihak tidak bisa mewujudkan skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Siti Aisyah Tri Rahayu, S.E., M.Si dan Malik Cahyadin, S.E., M.Si selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar telah membimbing dan memberikan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dan semoga Allah SWT membalasnya dan memberikan kemuliaan kepadanya. 2. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas ilmu yang diberikan dan bimbingannya.
6. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
7. Ayah dan Ibuku yang selalu senantiasa memberikan dorongan, nasehat, doanya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Kakak Agus dan adikku Ali yang tiada henti-hentinya memberikan dorongan, supaya penulisan skripsi ini cepat diselesaikan. Karena perjuangan belum berakhir, masih ada dunia kerja yang harus aku jalani..
8. Teman-teman EP angkatan 2006, kakak angkatan 2004, 2005 serta adik angkatan 2007 dan 2008 dan semua sahabat-sahabatku, terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam rangka kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat dan sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Surakarta, Juni 2010
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 9
1 Pengertian Pasar ... 9
2 Pengertian Retribusi ... 11
3 Pengertian Revitalisasi ... 11
4 Pengertian Proyek ... 12
5 Pengertian Evaluasi Proyek ... 18
6 Maksud dan Tujuan Evaluasi Proyek ... 20
7 Analisis Ekonomi dan Finansial ... 22
8 Analisis Biaya dan Manfaat ... 24
9 Manfaat Proyek ... 26
10 Biaya Proyek ... 28
11 Kriteria Investasi ... 32
-Internal Rate of Return (IRR) ... 33
-Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) ... 34
-Profitability Ratio (PV/K) ... 35
-Payback Period ... 36
12 Penelitian Terdahulu ... 37
13 Kerangka Pemikiran ... 38
BAB III. METODE PENELITIAN ... 40
A. Ruang Lingkup Penelitian... 40
B. Jenis dan Sumber Data... 40
C. Teknik Pengambilan Sampel ... 41
D. Definisi Operasional Variabel ... 42
- Capital (Modal) ... 42
-Benefit (Manfaat) ... 42
-Cost (Biaya) ... 42
-Social Discount Rate (Tingkat Suku Bunga) ... 42
E. Alat Analisis Data ... 43
-Net Present Value (NPV) ... 43
-Internal Rate of Return (IRR) ... 43
-Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) ... 44
-Profitability Ratio (PV/K) ... 45
-Payback Period ... 45
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 47
A. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karanganyar ... 47
B. Diskripsi Lokasi ... 59
1. Latar Belakang Proyek ... 60
2. Maksud dan Tujuan Proyek ... 60
C. Data Umum Proyek ... 61
D. Analisis Data dan Pembahasan ... 62
2. Kriteria Investasi ... 75
3. Implementasi Ekonomi ... 97
BAB V. PENUTUP... 100
A. Kesimpulan ... 100
B. Saran... 103
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1. Kondisi Pasar Tawangmangu
Sebelum dan Sesudah direvitalisasi ... 6 Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ... 37 Tabel 4.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk
Kabupaten Karanganyar Menurut Kecamatan Tahun 2008... 48 Tabel 4.2. Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Karanganyar
Tahun 2004 s/d 2008... 49 Tabel 4.3. Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Karanganyar
Tahun 2008 ... 50 Tabel 4.4. Penduduk 10 Tahun ke atas menurut Mata Pencaharian
di Kabupaten Karanganyar Tahun 2007-2008 ... 51 Tabel 4.5. Banyaknya Fasilitas Perdagangan Menurut Kecamatan
di Kabupaten Karanganyar Tahun 2007 ... 57 Tabel 4.6. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Karanganyar
Tahun 2007-2008 (Jutaan Rupiah) ... 58 Tabel 4.7. Konstribusi Sektor-Sektor Ekonomi Terhadap
Pembentukan PDRB di Kabupaten Karanganyar
Tahun 2004 - 2008 (Persen) ... 58 Tabel 4.8. Inflasi di Kabupaten Karanganyar Tahun 2004 s/d 2008 ... 59 Tabel 4.9. Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan:
Revitalisasi Pasar Tawangmangu Kabupaten Karanganyar …. 63 Tabel 4.10. Estimasi Harga Jual Kios dan Los
Pasar Wisata Tawangmangu ... 64 Tabel 4.11. Estimasi Penjualan Kios dan Los
Tabel 4.13. Biaya Pembelian Alat-alat Kebersihan
Pasar Wisata Tawangmangu Tahun 2009 ... 74 Tabel 4.14. Perhitungan Net Present Value (NPV) Proyek Publik ... 77 Tabel 4.15. Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) Proyek Publik ... 79 Tabel 4.16. Perhitungan Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) Proyek Publik ... 81 Tabel 4.17. Perhitungan Profitability Ratio (PV/K) Proyek Publik ... 83 Tabel 4.18. Perhitungan Payback Period (PBP) Proyek Publik ... 85 Tabel 4.19. Perhitungan Net Present Value (NPV) Proyek Swasta ... 87 Tabel 4.20. Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) Proyek Swasta .... 90 Tabel 4.21. Perhitungan Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) Proyek Swasta .. 92 Tabel 4.22. Perhitungan Profitability Ratio (PV/K) Proyek Swasta ... 94 Tabel 4.23. Perhitungan Payback Period (PBP) Proyek Swasta ... 96 Tabel 4.24. Jumlah Pedagang Pasar Wisata Tawangmangu
pada hari Biasa dan hari Pasaran ... 98 Tabel 4.25. Manfaat tidak langsung dari pendapatan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1. Siklus Proyek ... 31 Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran ... 38 Gambar 4.1. Estimasi Penjualan Kios & Los
Pasar Wisata Tawangmangu ... 67
ABSTRACT
The main purpose of this study is the first to find out whether Tawangmangu Market revitalization of economically profitable and feasible. The second objective to determine whether the initial investment can be paid off before the economic life of the project ended.
This study uses primary data and secondary data. The primary data obtained from interviews with traders around Tawangmangu Market. Secondary data obtained from DPP Karanganyar, Market Head Tawangmangu, Disperindagkop Karanganyar, District Office and BPS Karanganyar.
Based on data already collected, then compiled and sorted into the costs and benefits to ease the analysis of public project investment criteria, namely the Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit-Cost Ratio (B / C Ratio) , Profitability Ratio (PV / K) and Payback Period. A invetasi feasible if: NPV> 0, IRR> social discount rate, BCR> 1 and PV / K> 1.
Calculation results obtained from the analysis of public project investment criteria obtained results, NPV = - 17,097,503,448.37 <0, IRR = - 35.027% <13% (social discount rate), BCR = 0.36 <1 and PV / K = 0 , 32. Results payback period analysis of public projects show the project can not be paid back before the end of the project economic life of 32 years 5 months. The conclusion that can be drawn from this analysis is economically Tawangmangu Market Revitalization District Karanganyar not feasible.
Results of sensitivity test every assumption of the NPV can be concluded that the Tawangmangu Market Revitalization Project will be feasible and beneficial when the kiosks and stalls selling price increased to 177.9%. If the kiosks and stalls selling prices increased by 177.9%, those strategies become feasible and profitable to run because the NPV> 0 ie 278 827.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemerintah Kabupaten Karanganyar telah merevitalisasi Pasar
Tradisional Tawangmangu menjadi Pasar Wisata Tawangmangu dimulai pada
tanggal 27 Juni 2008 dan selesai pada tanggal 21 Februari 2009. Pasar Wisata
Tawangmangu ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Susilo
Bambang Yudhoyono pada hari Minggu 8 Maret 2009. Menurut masyarakat
sekitar dan Pemerintah Kabupaten Karanganyar Pasar Wisata Tawangmangu
ini akan dijadikan sebuah ikon dari kabupaten Karanganyar. Dalam hal ini
peneliti belum tahu apakah revitalisasi Pasar Tawangmangu menguntungkan
dan layak atau tidak, maka peneliti akan menganalisis apakah proyek
revitalisasi Pasar Tawangmangu yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Karanganyar layak dan menguntungkan atau tidak.
Pasar Tawangmangu direvitalisasi karena secara fisik pasar ini kumuh,
tidak beraturan, pengap (panas, kotor, becek), bongkar muat barang dan
parkir campur. Secara umum pasar tersebut sangat padat dan tidak dapat
menampung pedagang yang terus bertambah. Hal ini terlihat dengan adanya
banyaknya pedagang yang menempati los-los pasar serta pertumbuhan
memiliki letak yang strategis yaitu berdekatan dengan tempat rekreasi
Grojogan Sewu. Dengan banyaknya pengunjung wisata ke Grojogan Sewu
tiap tahunnya, diharapkan Pasar Tawangmangu ini nantinya juga akan ramai
oleh wisatawan.
Tabel 1.1. Kondisi Pasar Tawangmangu Sebelum dan Sesudah di Revitalisasi
Revitalisasi Pasar Tawangmangu oleh Pemerintah Kabupaten
Karanganyar ini salah satu progam revitalisasi pasar tradisonal yang telah
dirintis oleh pemerintah melalui Departemen Perdagangan ataupun
Kementrian Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah sejak awal
tahun 2003. Progam revitalisasi pasar tradisional ini untuk mencegah
semakin sedikitnya pasar tradisoinal di Indonesia, dimana peraturan yang
mengatur tentang pasar tradisional adalah Peraturan Presiden No. 112 Tahun
2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan
dan Toko Modern. Keluarnya peraturan ini dilatarbelakangi oleh makin
berkembangnya usaha perdagangan eceran dalam skala kecil dan menengah,
usaha perdagangan eceran modern dalam skala besar, maka pasar tradisional
perlu diberdayakan agar tumbuh dan berkembang serasi, saling memerluan,
saling memperkuat serta saling menguntungkan.
Menurut Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha Kementerian
Negara Koperasi dan UKM Ikhwan Asrin, membutuhkan dana minimal Rp.
540.000.000.000,00 untuk merevitalisasi sedikitnya satu pasar tradisional di
540 kabupaten atau kota seluruh Indonesia. Pelaksanaan revitalisasi akan
diterapkan secara bertahap dalam waktu maksimal lima tahun ke depan.
tetapi juga penataan dan pola pikir pengelolanya. Melalui pasar tradisional
yang dikelola koperasi, kita dapat dengan mudah menanggulangi kasus
barang kedaluarsa hingga memantau barang impor. Selain itu, revitalisasi
pasar tradisional diharapkan meningkatkan daya saing UKM menghadapi
ACFTA dan mampu mengefisienkan pengelolaan pasar dan menghemat APBD
karena pasar-pasar itu dikelola oleh koperasi yang anggotanya para pedagang
(http://pdfcontact.com/download/7428233/).
Revitalisasi pasar tradisional ditargetkan hingga lima tahun ke depan
minimal sebanyak 540 kabupaten/kota di seluruh Indonesia sudah memiliki 1
pasar yang direvitalisasi. Sebelumnya Kementerian Negara Koperasi dan UKM
(Kemeneg KUKM) telah merampungkan proyek pembangunan/fisik dalam
program revitalisasi pasar tradisional untuk sebanyak 90 titik yang tersebar di
puluhan kabupaten/kota seluruh Indonesia. Proyek itu bahkan menjadi salah
satu program 100 hari pertama pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu
ke-2. Revitalisasi pasar dilakukan dengan menggunakan dana stimulus
perekonomian 2009 sebesar Rp. 100.000.000,00, yang kemudian
dianggarkan untuk merevitalisasi 91 titik pasar tradisional
(http://pdfcontact.com/download/7428233/).
Menurut asosiasi pedagang pasar seluruh Indonesia tahun 2006,
jumlah pasar tradisional di Indonesia tercatat 13.650 unit yang menampung
12.600.000 pedagang. Apabila setiap pedagang mempunyai empat anggota
kehidupannya pada pasar tradisional, jumlah ini tidak termasuk konsumen
yang berbelanja di pasar tradisional. Setidaknya sampai saat ini keberadaan
pasar tradisional masih dibutuhkan sebagai penopang kehidupan sehari-hari
masyarakat (http://www.menlh.go.id/pasarberseri/Pasarberseri.pdf).
Dengan melihat kondisi tersebut sudah seharusnya progam revitalisasi pasar
tradisional tetap dijalankan oleh pemerintah untuk menghindari semakin
sedikitnya pasar tradisional di Indonesia.
Berdasarkan uraian diatas judul penelitian ini adalah “ EVALUASI
PROYEK REVITALISASI PASAR TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR
”.
B. Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang diatas, maka permasalahan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah investasi yang dilakukan untuk Revitalisasi Pasar Tawangmangu
secara ekonomi menguntungkan dan layak ?
2. Apakah investasi yang dilakukan untuk Revitalisasi Pasar Tawangmangu
dapat terbayar kembali sebelum umur ekonomis proyek berakhir dan
berapa lama Payback Periods-nya ?
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakan
penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis kelayakan investasi yang dilakukan untuk Revitalisasi
Pasar Tawangmangu secara ekonomi.
2. Untuk menghitung Payback Period investasi yang dilakukan untuk
Revitalisasi Pasar Tawangmangu.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini, yaitu:
1. Bagi Pemerintah Daerah
Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan keputusan, dalam hal ini
Kantor Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Karanganyar pada khususnya dan
Pemerintah Kabupaten Karanganyar pada umumnya.
2. Bagi Pemerintah Daerah, peneliti dan masyarakat.
Mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi
dalam suatu proyek khususnya revitalisasi Pasar Tradisional
Tawangmangu.
3. Bagi mahasiswa, peneliti dan akademisi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pasar
Pasar adalah sekumpulan pembeli dan penjual dari sebuah barang
atau jasa tertentu. Para pembeli sebagai sebuah kelompok menentukan
permintaan terhadap produk, dan para penjual sebagai kelompok
menentukan penawaran terhadap produk (Mankiw, 2000:75). Pasar
adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu
baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional,
pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar No. 10 Tahun
2006 Tentang Retribusi Pasar, fasilitas yang ada dalam pasar meliputi
kios, los, halaman pasar dan MCK. Berikut penjelasan mengenai fasilitas
yang disediakan oleh pasar di Kabupaten Karanganyar:
- Kios adalah bangunan di pasar yang beratap yang dipisahkan satu
dengan yang lainnya dengan pemisah baik permanen maupun
tidak dari mulai lantai sampai dengan dinding langit-langit yang
dipergunakan untuk usaha berjualan baik barang maupun jasa.
- Los adalah bangunan beratap didalam lingkungan pasar yang
berbentuk bangunan memanjang tanpa dilengkapi dinding
pemisah.
- Halaman pasar adalah tempat terbuka yang berada didalam pasar.
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh
pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara dan
Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan tempat usaha
berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang
kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala
kecil, modal kecil, dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui
tawar-menawar (Perpres No. 112 Tahun 2007 Pasal 1). Sedangkan
menurut Sinaga (2008) pasar tradisional adalah pasar yang dikelola secara
sederhana dengan bentuk fisiknya tradisional yang menerapkan sistem
adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat baik di desa, kecamatan
dan lainnya. Pihak yang berjualan di pasar ini terdiri dari UKM dan
pedagang kaki lima. Harga di pasar tradisional ini mempunyai sifat yang
tidak pasti, oleh karena itu bisa dilakukan tawar-menawar.
Sementara itu, pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan
manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai
penyedia barang dan jasadengan mutu dan pelayanan yang baik kepada
konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas).
Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store,
shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko
serba ada dan sebagainya (Sinaga, 2008).
2. Pengertian Retribusi
Retribusi pasar yang selanjutnya disebut retribusi adalah
pungutan daerah yang dikenakan pada pedagang yang memanfaatkan
fasilitas pasar. Retribusi pasar ini meliputi: retribusi izin mendirikan kios
swadaya, retribusi izin penempatan fasilitas pasar, retribusi daftar ulang
izin penempatan kios, retribusi sewa fasilitas pasar, retribusi harian,
retribusi bongkar muat, retribusi balik nama izin penempatan fasilitas
pasar, retribusi pemberian hak sewa, retribusi pemakaian MCK, retribusi
berada di kabupaten Karanganyar diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Karanganyar No. 10 Tahun 2006.
Retribusi kebersihan adalah pembayaran atas jasa pelayanan
persampahan atau kebersihan yang khusus disediakan dan atau diberikan
oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Retribusi kebersihan ini diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Karanganyar No. 10 Tahun 2002.
3. Pengertian Revitalisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono, 2007: 954)
revitalisasi adalah proses, cara, perbuatan menghidupkan atau
menggiatkan kembali. Revitalisasi arti harfiahnya adalah menghidupkan
kembali, maknanya bukan sekedar mengadakan atau mengaktifkan
kembali apa yang sebelumnya pernah ada, tetapi menyempurnakan
strukturnya, mekanisme kerjanya, dan menyesuaikan dengan kondisi
baru, semangatnya dan komitmennya. Asumsi dasar revitalisasi pasar
bahwa pasar tradisional harus diubah menjadi menjadi modern agar
mampu bersaing dengan pasar-pasar modern
(http://primatani.litbang.deptan.go.id/file/materi/pelepasan/rppk_kapusl
uh.pdf).
Pengertian proyek menyangkut proyek mikro dalam arti dari segi
ekonomi perusahaan yang bertujuan mencari laba maupun proyek makro
dalam arti menyangkut kepentingan umum dan ataupun proyek
pemerintah. Proyek adalah setiap usaha yang direncanakan sebelumnya
yang memerlukan sejumlah pembiayaan serta penggunaan masukan lain
yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dan dilaksanakan dalam
waktu tertentu pula (Soetrisno, 1985:3).
Proyek mikro adalah proyek yang menghasilkan barang-barang
dan atau jasa privat atau perorangan. Barang privat, barang swasta
(private goods) adalah barang-barang yang dapat diperjual-belikan
dipasar. Barang swasta mempunyai sifat excludability dan rival
consumption. Barang mempunyai sifat excludability atau dapat
dikecualikan adalah barang-barang dimana apabila seseorang tidak
membeli dapat dikecualikan atau tidak dapat menikmati barang tersebut.
Barang swasta mempunyai sifat rival consumption berarti apabila telah
dikonsumsi atau dinikmati oleh seseorang atau beberapa orang tertentu
maka tidak dapat dinikmati oleh orang lain (Soetrisno, 1985:49).
Sebaliknya proyek makro adalah proyek yang tidak menghasilkan
barang-barang swasta melainkan menghasilkan barang-barang publik
(public goods) seperti jalan, keamanan taman kota, nilai uang yang stabil,
goods, collective goods karena secara sosial kolektif dapat dimiliki
bersama (Soetrisno, 1985:50).
Beberapa jenis barang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, akan
tetapi tidak seorangpun yang bersedia menghasilkannya atau mungkin
dihasilkan oleh pihak swasta akan tetapi dalam jumlah yang terbatas,
misalnya pertahanan dan peradilan. Jenis barang tersebut dinamakan
barang publik murni yang mempunyai dua karakteristik utama, yaitu
penggunaannya tidak bersaingan (nonrivaly) dan tidak dapat diterapkan
prinsip pengecualian (non excludability). Oleh karena pihak swasta tidak
mau menghasilkan barang publik murni, maka pemerintahlah yang harus
menghasilkannya agar kesejahteraan seluruh masyarakat dapat
ditingkatkan (Mangkoesoebroto, 1995:42).
- Teori Pigou
Pigou berpendapat bahwa barang publik harus disediakan
sampai suatu tingkat dimana kepuasan marginal akan barang publik
sama dengan ketidakpuasan marginal akan pajak yang dipungut untuk
membiayai progam-progam pemerintah atau untuk menyediakan
barang publik. Kelemahan teori Pigou adalah didasarkan pada rasa
ketidakpuasan marginal masayarakat dalam membayar pajak dan rasa
kepuasan marginal akan barang publik, sedangkan kepuasan dan
tidakpuasan adalah sesuatu yang tidak dapat diukur secara kuantitatif
- Teori Bowen
Bowen mengemukakan suatu teori mengenai penyediaan
barang-barang publik dan teori didasarkan pada teori harga seperti
halnya pada penentuan harga pada barang-barang swasta. Bowen
mendedinisikan barang publik sebagai barang dimana pengecualian
tidak dapat ditetapkan. Sekali barang publik sudah tersedia maka
tidak ada seseorang yang dapat dikecualikan dari manfaat barang
tersebut. Jumlah barang publik yang dikonsumsi A sama dengan
jumlah barang yang dikonsumsi oleh individu B, atau Ya = Yb. Jadi
menurut Bowen perbedaan antara barang swasta dan barang publik
adalah (Mangkoesoebroto, 1995:66-69):
Barang Swasta Barang Publik
Harga P = Pa = Pb P = Pa + Pb
Jumlah barang X = Xa + Xb P = Pa = Pb
Keterangan, P: harga barang, X: Jumlah barang swasta yang
dihasilkan, G: Jumlah barang publik yang dihasilkan, a dan b: Individu
A dan B.
Sedangkan menurut Pudjosumantro (1995:9) proyek merupakan
suatu rangkaian aktivitas (activities) yang dapat direncanakan, yang di
dalamnya menggunakan sumber-sumber (inputs), misalnya: uang dan
di masa yang akan datang. Aktivitas proyek ini mempunyai saat mulai
(starting point) dan saat berakhir (ending point).
Proyek merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan
dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan
sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat (benefit). Kegiatan-kegiatan
tersebut dapat berupa investasi baru seperti pembangunan pabrik,
pembuatan jalan raya atau kereta api, irigasi, bendungan, perkebunan,
pembukaan hutan, pendirian gedung-gedung sekolah atau rumah sakit,
survai atau penelitian, perluasan atau perbaikan progam-progam yang
sedang berjalan dan sebagainya. Suatu proyek dapat diselenggarakan
oleh instansi pemerintah, badan-badan swasta, atau organisasi-organisasi
sosial maupun oleh perorangan (Gray, 2005:1).
Sumber-sumber yang dipergunakan dalam pelaksanaan proyek
dapat berbentuk barang-barang modal, tanah, bahan-bahan setengah
jadi, bahan-bahan mentah, tenaga kerja dan waktu. Sumber-sumber
tersebut, sebagian atau seluruhnya dapat dianggap sebagai barang atau
jasa konsumsi yang dikorbankan dari penggunaan masa sekarang untuk
memperoleh manfaat (benefit) yang lebih besar di masa yang akan
datang (Gray, 2005:1).
Siklus suatu proyek dimulai dengan adanya suatu gagasan
pengusulan yang umumnya bersumber dari para pemimpin masyarakat
progam-Identifikasi I
Formulasi II Evaluasi
VI
Operasi V
Implementasi IV
Analisa III
progam yang telah ada. Setelah itu, perlu diteliti terlebih dulu apa yang
menjadi motivasinya. Motivasi gagasan pengusulan suatu proyek
biasanya dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu (Gray, 2005:2):
1. Gagasan yang memotivasinya untuk mendapatkan keuntungan dari
suatu investasi bagi investor.
2. Gagasan yang memotivasinya untuk manfaat atau keguanaan bagi
masyarakat banyak.
Kemudian dari gagasan tersebut, setiap proyek pasti akan melalui
enam tahap, yaitu (Gray, 2005:2-4):
Gambar 2.1. Siklus Proyek
Siklus proyek
I. Identifikasi, yaitu menentukan calon-calon proyek yang perlu
dipertimbangkan untuk dilaksanakan. Beberapa pertanyaan
penting yang perlu ditanyakan menyangkut perlu tidaknya
gagasan proyek diteliti lebih lanjut adalah sebagai berikut:
- Apakah proyek termasuk dalam sektor yang diprioritaskan?
- Apakah proyek secara garis besar akan menguntungkan?
- Adakah bantuan dari pemerintah bagi jenis proyek tersebut?
II. Formulasi, yaitu mengadakan persiapan dengan melakukan
prastudi kelayakan dengan meneliti sejauh mana calon-calon
proyek tersebut dapat dilaksanakan menurut aspek-aspek teknis,
institusional, dan “eksternalitas”.
III. Analisa, yaitu mengadakan evaluasi terhadap laporan-laporan
studi kelayakan yang ada. Studi kelayakan proyek tadi dianalisis
untuk memilih yang terbaik di antara berbagai alternatif proyek
yang ada, berdasarkan suatu ukuran tertentu.
IV. Implementasi, adalah tahap pelaksanaan proyek tersebut.
Tanggung jawab utama dari para perencana serta penilai proyek
adalah mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan
pembangunan fisik proyek agar sesuai dengan final design-nya.
V. Operasi, yaitu operasi proyek. Perlu dipertimbangkan
VI. Evaluasi Hasil, yaitu evaluasi atas hasil-hasil pelaksanaan serta
operasi proyek berdasarkan laporan-laporan yang masuk pada
tahap-tahap sebelumnya dengan memperbandingkan antara apa
yang direncanakan dan hasil yang dicapai. Evaluasi ex post yaitu
setelah dan perihal pelaksanaan serta operasi proyek. Evaluasi ex
ante yang menyangkut keputusan tentang diterima tidaknya suatu
proyek untuk dilaksanakan nantinya.
5. Pengertian Evaluasi Proyek
Studi kelayakan (feasibility study) adalah suatu studi apabila suatu
proyek atau usaha dilakukan sekiranya nanti dapat berjalan dan
berkembang atau tidak. Studi kelayakan adalah suatu studi mengenai
segala macam persyaratan-persyaratan bagi berdiri dan berkembangnya
suatu usaha atau proyek. Apabila berdasarkan studi tersebut segala
persyaratan-persyaratan ternyata dapat diusahakan untuk terpenuhi
maka dikatakan bahwa usulan dan gagasan tentang proyek tersebut
dikatakan layak (feasible) akan tetapi apabila ternyata tidak terpenuhi
maka dikatakan tidak layak (not feasible) (Soetrisno, 1985:6).
Evaluasi berarti membandingkan antara sesuatu dengan suatu
atau beberapa standar. Standar ini lebih dikenal dengan istilah kriterium
atau kriteria. Kriterium apabila hanya ada satu dan kriteria apabila lebih
standar moral atau standar tentang baik dan buruk sesuatu perbuatan
manusia dan dapat pula bersifat kuantitatif atau menggunakan
angka-angka (Soetrisno, 1985:7).
Ada beberapa aspek persiapan atau perencanaan yang harus
diperhatikan pada setiap kegiatan proyek, yaitu (Pudjosumarto,
1995:10-11):
- Aspek Teknis
Yaitu aspek yang berhubungan dengan inputs dan outputs dari
barang-barang dan jasa-jasa yang akan digunakan serta dihasilkan di
dalam suatu kegiatan proyek.
- Aspek Managerial, Organisasi dan Institusi (Lembaga)
Yaitu aspek yang menyangkut kemampuan staf pelaksana
untuk melaksanakan administrasi dalam aktivitas besar dan
bagaimana hubungan antara administrasi proyek dengan lembaga
lainnya (misal dengan pihak pemerintah) dapat terlihat secara jelas.
- Aspek Sosial
Yaitu aspek yang menyangkut terhadap dampak (impact)
social yang disebabkan adanya penggunaan inputs dan outputs yang
akan dicapai suatu proyek.
Yaitu merupakan aspek utama yang akan menyangkut tentang
perbandingan antara pengeluaran uang dengan pemasukan uang
dalam suatu proyek.
- Aspek Ekonomis
Yaitu aspek yang akan menentukan tentang besar kecilnya
sumbangan suatu proyek terhadap pembangunan ekonomi secara
keseluruhan.
Analisis manfaat-biaya atau evaluasi proyek pada sektor publik
dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah pengeluaran awal yang besar
yang perlu dilakukan, membandingkan dengan manfaat yang diperoleh
selama beberapa tahun mendatang. Bedanya analisis manfaat-biaya yang
dilakukan untuk sektor publik tidak terbatas pada lembaga atau badan
usaha namun dapat berdampak lebih luas. Misalnya saja proyek
transportasi, walau murah namun berakibat pula pada pencemaran
lingkungan (bising, udara kotor). Oleh karena itu, analisis manfaat-biaya
harus mempertimbangkan biaya lingkungan yang biasanya tidak
diperhatikan dalam perhitungan finansial yang dilakukan oleh badan
usaha swasta. Demikian pula bila muncul manfaat sosial, sulit dihitung
padahal perlu disediakan data nilai rupiah yang harus diperhitungkan
6. Maksud dan Tujuan Evaluasi Proyek
Maksud dari analisis proyek adalah untuk menganalis terhadap
suatu proyek tertentu, baik proyek yang akan dilaksanakan, sedang dan
selesai dilaksanakan untuk bahan perbaikan dan penilaian pelaksanaan
proyek tersebut. Hal ini perlu dilakukan karena di dalam pelaksanaan
suatu proyek akan menyangkut penggunaan sumber-sumber yang langka
(scarcity resources) (Pudojosumarto, 1995:9).
Tujuan analisis proyek adalah untuk (Gray, 2005:7):
a. Mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi
dalam suatu proyek.
b. Sejalan dengan (a), menghindari pemborosan sumber-sumber, yaitu
dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan.
c. Mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga
dapat dipilih alternatif proyek yang paling menguntungkan.
d. Sejalan dengan (c), menentukan prioritas investasi.
Pada umumnya suatu studi kelayakan proyek akan menyangkut
tiga aspek, yaitu (Husnan, 2000:4-5):
a. Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri (sering juga
disebut sebagai manfaat finansial). Yang berarti apakah proyek itu
dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko
b. Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi negara tempat proyek itu
dilaksanakan (sering juga disebut sebagai manfaat ekonomi nasional).
Yang menunjukan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro
suatu negara.
c. Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat sekitar proyek
tersebut. Ini merupakan studi yang relatif paling sulit untuk dilakukan.
7. Analisis Ekonomis dan Finansial
Analisa Ekonomis adalah analisa yang melihat suatu kegiatan
proyek dari sudut perekonomian secara keseluruhan. Dengan demikian
yang diperhatikan di dalam analisa ekonomis ini adalah hasil total atau
produktivitas suatu proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara
keseluruhan. Hasil analisa ekonomis disebut dengan “the economic
returns”. Analisis Finansial adalah analisa yang melihat suatu proyek dari
sudut lembaga-lembaga atau badan-badan yang mempunyai kepentingan
langsung dalam proyek atau yang menginvestasikan modalnya ke dalam
proyek. Oleh karena itu hasil analisa ini disebut dengan “the private
returns” (Pudojosumarto, 1995:11).
Di bawah ini akan diberikan unsur-unsur yang berbeda di dalam
tinjauan aspek ekonomis maupun aspek finansial (Pudojosumarto,
1995:11-12).
a. Harga yang dipakai pedoman adalah harga bayangan (shadow
price).
b. Pembayaran pajak tidak dikurangkan dalam perhitungan
manfaat (benefit) dari suatu proyek.
c. Besarnya subsidi harus ditambahkan pada harga pasar
barang-barang inputs.
d. Besarnya bunga modal biasanya tidak dipisahkan atau
dikurangkan dari hasil kotor.
2) Analisa finansial
a. Harga yang dipakai pedoman adalah harga pasar (market
price).
b. Pembayaran pajak dianggap sebagai biaya di dalam proyek,
sehingga perlu diperhitungkan, atau dipakai untuk mengurangi
manfaat (benefits).
c. Besarnya subsidi yang diberikan dipakai sebagai mengurangi
atau akan meringankan biaya proyek, sehingga akan
mengurangi manfaat (benefits).
d. Di dalam pembayaran bunga modal di dalamanalisa ini
dibedakan sebagai berikut:
- bunga yang dibayarkan kepada orang-orang atau
lembaga-lembaga dari luar yang meminjamkan uangnya (kreditor)
(costs). Sedangkan bila terdapat pembayaran kembali
utang dari luar proyek, maka akan dikurangkan dari hasil
kotor sebelum diperoleh suatu arus manfaat (benefit).
- tetapi untuk bunga atas modal proyek, didalam hal ini
tidak dianggap sebagai biaya (cost).
Harga bayangan (Shadow price) merupakan suatu harga yang
nilainya tidak sama dengan harga pasar (bisa diatas atau di bawah harga
pasar), tetapi harga tersebut dianggap mencerminkan nilai sosial yang
sesungguhnya dari suatu barang atau jasa. Kadang-kadang shadow price
ini diterjemahkan sebagai harga bayangan (Pudjosumantro, 1995).
Apabila investasi proyek tersebut dibiayai dari dana pemerintah
dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat, maka titik berat
analisis atau evaluasi adalah pada aspek sosial profitabilitas (social
profitability), yang menekankan sampai seseberapa jauh manfaat proyek
tersebut kepada perekonomian secara keseluruhan. Ini berarti,
seandainya suatu rencana investasi pemerintah, ditinjau dari segi
finansialnya menunjukan hasil analisis didasarkan pada perbandingan
manfaat (benefit) dan biaya (cost) adalah lebih kecil dari satu (B/C < 1),
tetapi jika ditinjau dari manfaat sosialnya akan memberikan pengaruh
positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat
maupun kehidupan perekonomian secara keseluruhan, proyek tersebut
8. Analisis Biaya dan Manfaat
Inti evaluasi proyek adalah mengolah atau menganalisis data yang
telah dikumpulkan yang kemudian dievaluasi atau dicocokan serta
dibandingkan dengan kriteria tertentu seperti NPV dan IRR. Dalam
membandingkan data tersebut, yang dibandingkan adalah seluruh
biaya-biaya yang ditimbulkan oleh usulan proyek bersangkutan dengan seluruh
manfaat (benefit) yang akan diperoleh.
Pemerintah pada dasarnya berjalan melalui prosedur yang sama
dalam mengevaluasi proyek. Namun demikian, ada dua perbedaan
penting antara analisis biaya-manfaat publik dan swasta. Pertama,
konsekuensi dari proyek swasta yang menjadi perhatian adalah yang
mempengaruhi profitabilitas perusahaan, sedangkan proyek publik lebih
memperhatikan dengan berbagai konsekuensi yang jauh lebih luas.
Kedua, proyek swasta menggunakan harga pasar untuk mengevaluasi apa
yang telah dibayar untuk input dan apa yang diterima untuk output,
terdapat dua kasus di mana pemerintah tidak bisa menggunakan harga
pasar dalam mengevaluasi proyek (Stiglitz, 2000:274):
a. Ketika output dan input tidak dijual di pasar, harga pasar tidak ada.
Harga pasar tidak ada untuk udara bersih, untuk hidup disimpan, atau
b. Ketika terjadi kegagalan pasar, harga pasar tidak mewakili biaya
sebenarnya sosial suatu proyek marjinal atau manfaat. Harga
pemerintah untuk mengevaluasi proyek-proyek yang harus
mencerminkan kegagalan pasar.
Analisis biaya-manfaat publik berkaitan dengan mengembangkan
cara sistematis menganalisis biaya dan manfaat ketika harga pasar tidak
mencerminkan biaya dan manfaat sosial. Kita dapat melihat bagaimana
pemerintah menilai manfaat yang biasanya tidak menghasilkan uang
seperti nilai lingkungan, atau kehidupan dan bagaimana pemerintah
memasarkan nilai barang dan jasa apabila ada alasan untuk percaya
bahwa adanya kegagalan pasar, seperti pengangguran besar-besaran
yang mengakibatkan harga pasar tidak mencerminkan manfaat dan biaya
publik (Stiglitz, 2000:274).
Perbedaan utama antara analisis biaya manfaat publik dan swasta
adalah sebagai berikut (Stiglitz, 2000:274):
1. Analisis biaya-manfaat publik memperhitungkan berbagai dampak
yang lebih luas, bukan hanya keuntungan.
2. Dalam analisis biaya-manfaat publik, harga pasar mungkin tidak ada
untuk kebanyakan manfaat dan biaya, dan harga pasar mungkin tidak
dapat digunakan karena kegagalan pasar (harga pasar tidak
9. Manfaat Proyek
Manfaat (benefit) suatu proyek terdiri dari (Pudjosumarto,
1995:12-14):
1) Manfaat Langsung (Direct Benefit)
Adalah merupakan manfaat langsung dan terlihat jelas dari
hasil adanya suatu proyek. Manfaat ini bisa berupa :
a) Adanya kenaikan dalam nilai ouput fisik dengan adanya proyek.
b) Kenaikan nilai output karena adanya perbaikan kualitas.
c) Kenaikan nilai output karena perubahan lokasi dan waktu
penjualan.
d) Kenaikan nilai output karena perubahan bentuk (grading,
processing, dan perubahan bentuk yang lainnya).
e) Penurunan biaya karena adanya mekanisasi.
f) Penurunan biaya karena penurunan biaya pengangkutan.
g) Penurunan biaya karena terhindar dari biaya kerugian atau
kerusakan.
2) Manfaat Tidak Langsung (Indirect Benefit)
Adalah merupakan manfaat yang secara tidak langsung
ditimbulkan dengan adanya proyek. Manfaat ini biasanya akan
dirasakan oleh orang yang ada diluar proyek tersebut. Manfaat ini
bisa berupa:
b) Adanya skala ekonomis yang lebih besar.
c) Adanya dynamic secondary effect.
3) Intangible Benefit
Adalah suatu manfaat yang secara tidak langsung bisa
dinikmati oleh masyarakat, tetapi sulit diukur dalam bentuk uang.
Manfaat ini bisa berupa:
a) Adanya perbaikan lingkungan hidup.
b) Bertambahnya pemandangan baru disuatu tempat, seperti tempat
rekreasi.
c) Terciptanya distribusi pendapatan.
d) Ditingkatkannya sistem pertahanan nasional.
10.Biaya Proyek
Macam-macam biaya dalam suatu proyek adalah sebagai berikut
(Gray, 2005:15-18):
a. Modal
Modal adalah manfaat (benefit) yang dapat diperoleh bila
modal tersebut diinvestasikan dalam proyek marjinal.
b. Tanah
Adakalanya kita harus membeli atau menyewa sebidang tanah
untuk suatu proyek. Dalam hal ini, harga pembelian tanah dapat
tahun, sewa tersebut dianggap sebagai biaya yang perhitungannya
dilakukan setiap tahun.
c. Bahan-bahan Mentah dan Barang Setengah Jadi
Harga bayangan (shadow price) bahan-bahan mentah dan
barang setengah jadi yang digunakan dalam suatu proyek pada
dasarnya dinilai menurut social opportunity cost dari setiap unit
barang tersebut, yaitu manfaat (benefit) tiap-tiap barang itu dalam
alternatif penggunaan lain. Khususnya untuk barang-barang yang
dapat diperdagangkan di pasar dunia (tradeable goods--
barang-barang yang diimpor atau dapat diekspor), dipergunakan harga-harga
lepas pantai (border price) sebagai harha bayangan (shadow price),
yaitu harga-harga fob. untuk barang-barang yang dapat diekspor dan
harga-harga cif untuk barang-barang yang diimpor.
d. Tenaga Kerja
Dalam menentukan biaya tenaga kerja ini perlu dibedakan
tenaga kerja yang terdidik atau terlatih (skilled labour) dan tenaga
kerja yang tidak terlatih (unskilled labour), sebab yang biasa dinilai
dengan tingkat upah bayangan (shadow wage rate) adalah tenaga
kerja yang tidak terlatih. Banyak penilai proyek beranggapan bahwa
upah bayangan (shadow wage) tenaga tidak terdidik adalah nol. Ini
didasarkan pada asumsi bahwa proyek akan mengambil tenaga tak
dengan nol, atau dari desa-desa yang walaupun mereka tergolong
bekerja, produktivitas marjinal mereka di desa sama dengan nol.
Pengambilan beberapa orang desa untuk proyek, tidak
mengurangi produksi di desa, jadi socaial opportunity cost mereka
sama dengan nol. Namun, apabila diasumsikan opportunity cost
tenaga kerja tak terdidik dianggap tidak sama dengan nol, maka
pendapatan dan tingkat konsumsi tenaga kerja tak terdidik akan
bertambah. Pertambahan konsumsi ini mengurangi jumlah investasi
masyarakat. Dengan kata lain, tiap tenaga kerja tak terdidik yang
dipekerjakan di proyek mempunyai social opportunity cost paling
sedikit sama dengan benefit yang diperoleh seandainya pertambahan
konsumsi mereka tersebut diinvestasikan.
e. Pelunasan Utang dan Bunga
Terdapat dua jenis pinjaman. Pertama, pinjaman dalam negeri
dan pinjaman luar negeri melalui dana pemerintah yang
penggunaannya dipengaruhi oleh pemerintah setempat, termasuk
bantuan luar negari yang berasal dari sumber-sumber resmi, seperti
Bank Dunia, atau melalui perjanjian bilateral. Dana semacam ini dapat
diguanakan untuk berbagai alternatif proyek. Jadi, pengguanaan dana
opportunity cost di berbagai alternatif lain. Oleh sebab itu,
pengeluaran dana dari pinjaman dianggap sebagai investasi, artinya
bersifat biaya.
Kedua, terdapat pinjaman dari luar negeri yang
pengguanaanya teriakat kepada suatu proyek tertentu. Bila proyek
tersebut tidak jadi dilaksanakan, maka pinjaman dibatalkan. Jadi,
penggunaan dana pinjaman ini dalam proyek tersebut tidak
mengorbankan proyek-proyek lain. Dengan kata lain, saat investasi
dilakukan proyek tersebut, dana pinjaman tersebut tidak
menimbulkan social opportunity cost. Beban tersebut baru timbul
pada saat pengembalian pinjaman dan pembayaran bunganya. Oleh
karena itu, beban sosial pinjaman diperhitungkan bukan pada saat
investasi dilakukan, melainkan tiap-tiap tahun sepanjang pembayaran
pinjaman beserta bunganya. Dalam hal ini, pelunasan utang dan
bunga termasuk biaya proyek.
f. Penyusutan
Penyusutan adalah bagian dari manfaat (benefit) proyek yang
dicadangkan tiap-tiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek
jumlah biaya modal. Tujuan penyisihan modal ini adalah untuk
mempertahankan tingkat investasi semula.
g. Sunk Cost
Sunk Cost adalah biaya yang sudah tertanam atau dikeluarkan
yang menyangkut proyek, sebelum keputusan untuk menjalankan
proyek itu diambil. Sunk Cost tidak termasuk dalam atau tidak
diperhitungkan sebagai biaya proyek.
h. Salvage value
Salvage value adalah nilai sisa dari modal investasi yang tidak
terpakai habis selama umur ekonomis proyek.
i. Negative Externalities
Negative Externalities sukar diukur dan dinilai dalam satuan
mata uang. Idealnya, akibat-akibat yang timbul sebagai negative
externalities ini, sepanjang dapat diukur dan dinilai, perlu dimasukkan
sebagai bagian dari biaya atau penurunan benefit proyek.
11.Kriteria Investasi
Investasi merupakan usaha menanamkan faktor-faktor produksi
sekali, atau perluasan proyek yang ada. Tujuan utama investasi adalah
memperoleh berbagai macam manfaat yang cukup layak di masa datang
(Sutojo, 1995:1).
Dalam analisis proyek terdapat beberapa kriteria yang sering
dipakai untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan proyek,
atau untuk menentukan pilihan antara berbagai macam usulan proyek.
Kriteria ini dinamakan kriteria investasi. Beberapa kriteria investasi itu
adalah sebagai berikut (Gray, 2005:64-78):
a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara benefit
(penerimaan) dengan cost (pengeluaran) yang telah
di-present-value-kan. Dalam mengkaji usulan suatu proyek dengan menggunakan
metode NPV apabila hasil yang didapat dari perhitungan
menggunakan metode ini positif (NPV ≥ 0), maka proyek tersebut
layak untuk dijalankan. Artinya, suatu proyek dapat dinyatakan
bermanfaat untuk dilaksanakan bila NPV proyek tersebut sama atau
lebih besar dari nol. Jika NPV = 0, berarti proyek tersebut
mengembalikan persis sebesar social opportunity cost faktor produksi
modal. Sebaliknya apabila hasil yang didapat negatif (NPV ≤ 0), maka
proyek tersebut dianggap tidak layak. Ini berarti bahwa
pada penggunaan lain yang lebih menguntungkan. Berikut adalah
rumus untuk menghitung NPV (Gray, 2005:65-66):
å
B = Benefit sosial bruto proyek pada tahun t.
t
C = Biaya sosial bruto proyek pada tahun t.
n = Umur ekonomis proyek.
i = Social discount rate.
b. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat bunga yang
menggambarkan bahwa antara benefit (panerimaan) yang telah
kan dan cost (pengeluaran) yang telah
di-present-value-kan sama dengan nol. Dengan demikian IRR ini menunjukdi-present-value-kan
kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan suatu returns, atau
tingkat keuntungan yang akan dicapai oleh proyek tersebut. IRR akan
selalu mendekati besarnya (i) sehingga sering dijadikan pedoman
tingkat bunga yang berlaku (i).
Berdasarkan kriteria investasi IRR, suatu proyek akan dipilih
discount rate maka proyek tersebut akan ditolak. Berikut adalah
rumus untuk menghitung IRR (Gray, 2005:72):
)
i' = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif.
i" = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif.
NPV’ = Net Present Value positif
NPV” = Net Present Value negatif.
c. Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio)
Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) merupakan perbandingan antara
benefit yang telah present-value-kan dengan biaya yang telah
di-present-value-kan. Semakin besar B/C Ratio, semakin besar
perbandingan antara benefit dengan biaya, yang berarti proyek relatif
semakin menguntungkan. Suatu proyek akan dipilih apabila B/C Ratio
> 1, apabila B/C Ratio < 1 maka usulan proyek akan ditolak. Berikut
adalah rumus untuk menghitung B/C Ratio (Gray, 2005:76):
B/C Ratio = Benefit-Cost Ratio
t
B = Benefit sosial bruto proyek pada tahun t.
t
C = Biaya sosial bruto proyek pada tahun t.
n = Umur ekonomis proyek.
i = Social discount rate.
t = Tahun bersangkutan.
d. Profitability Ratio (PV/K)
Profitability Ratio (PV/K) menunjukan perbandingan antara
penerimaan (benefit) dikurangi dengan biaya modal (K) yang
digunakan setelah di-present-value-kan. Profitability Ratio lebih
mendekati B/C Ratio, sehingga suatu proyek akan diterima apabila
PV/K > 1, sebaliknya apabila PV/K < 1 maka proyek akan ditolak.
Berikut adalah rumus untuk menghitung PV/K (Gray, 2005:77):
PV/K =
PV/K = Profitability Ratio
t
B = Benefit bruto dalam tahun t.
t
EP = Biaya eksploitasi dan pemeliharaan atau biaya rutin pada
tahun t.
t
K = Biaya modal pada tahun t.
i = Discount rate sosial.
e. Payback Periode
Payback Periode merupakan jangka waktu yang diperlukan
untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya proyek
yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek. Di dalam hal ini,
biasanya yang digunakan pedoman untuk menentukan suatu proyek
yang akan dipilih adalah suatu proyek yang dapat paling cepat
mengembalikan biaya investasi. Makin cepat pengembaliannya makin
baik dan kemungkinan besar akan dipilih. Metode ini tidak
memperhitungkan periode setelah periode payback dan belum
memperhatikan time value of money. Berikut adalah rumus untuk
mengitung payback periode (Pudjosumantro, 1995:51-52):
PBP = o A
I
Dimana:
PBP = Payback Periode
I = Besarnya biaya investasi.
o
12.Analisis Sensitivitas
Semua kriteria yang dipergunakan dalam menilai kelayakan suatu
usaha menggunakan nilai sekarang dari arus kas masuk dan keluar. Oleh
karena seluruh perhitungan arus kas, terutama arus kas masuk pada masa
yang akan datang, selalu mengandung ketidakpastian, maka diperlukan
adanya analisis sensitivitas (sensitivity analysis). Analisis sensitivitas
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa sensitifnya kelayakan usaha
terhadap perubahan setiap asumsi yang digunakan, seperti besarnya
permintaan, harga jual, harga bahan baku, tingkat bunga, inflasi, dan
mark-up nilai investasi (Zubir, 2006: 6).
Analisis sensitivitas menyangkut pengujian terhadap kelayakan
suatu usaha terkait dengan berbagai kondisi dan asumsi yang digunakan.
Pengujian sensitivitas terutama dilakukan terhadap asumsi-asumsi yang
berada di luar kendali manajemen perusahaan yang mungkin saja
berubah. Misalnya, harga jual barang sejenis di pasar, harga bahan baku,
biaya bahan bakar, harga perolehan harga tetap, dan lain-lain. Analisis ini
dilakukan, misalnya terhadap harga jual, yaitu menguji sampai berapa
sehingga NPV menjadi nol. Selanjutnya , pengujian dilakukan terhadap
asumsi-asumsi lain satu per satu (Zubir, 2006:34).
Dari pengujian sensitivitas tersebut kita dapat mengetahui derajat
sensitivitas setiap asumsi terhadap NPV. Dengan demikian, kita dapat
memfokuskan perhatian pada faktor yang sangat sensitif terhadap
kelayakan usaha tersebut. Jika usaha tersebut sensitive terhadap faktor di
luar kendali manajemen, seperti harga bahan baku, maka adanya
kenaikan harga bahan baku sedikit saja dari yang berlaku saat ini akan
menyebabkan NPV menjadi nol, bahkan negatif, sedangkan harga jual
tidak mudah untuk dinaikan. Bila demikian keadaannya, maka dapat
Revitalisasi Pasar Tawangmangu
Proyek Revitalisasi
Cimahi” -Benefit Cost Ratio: 1,31 > 1
(proyek Rumah Sakit X di Cimahi layak untuk Payback period 24 tahun 11 bulan
(Proyek Revitalisasi Pasar Nusukan Surakarta layak untuk dijalankan)
C. Kerangka Penelitian
Untuk memberikan pedoman dan mempermudah dalam kegiatan
penelitian pengolahan data, penganalisaanya agar diperoleh hasil penelitian
yang benar, maka digunakan kerangka penelitian sebagai berikut.
Dari kerangka pemikiran di atas, Pemerintah Kabupaten Karanganyar
telah merevitalisasi Pasar Tawangmangu menjadi Pasar Wisata Tawangmangu.
Dalam merevitalisasi pasar Pemerintah Kabupaten Karanganyar juga menjalin
kerjasama dengan PT Karisma Cipta Tunggal Semarang sebagai kontraktor
pelaksana proyek. Dalam proyek revitalisasi Pasar Tawangmangu anggaran yang
disediakan Pemerintah Kabupaten Karanganyar dalam pembangunan pasar
tersebut sebesar Rp. 29.700.000.000,00. Pemerintah Kabupaten Karanganyar
merevitalisasi Pasar Tradisional Tawangmangu menjadi Pasar Wisata
Tawangmangu dimulai pada tanggal 27 Juni 2008 dan selesai pada tanggal 21
Februari 2009. Untuk mengetahui proyek revitalisasi ini layak atau tidak maka
digunakan analisis kriteria investasi (NPV, IRR, B/C Ratio, PV/K dan Payback
Period).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dikawasan proyek
revitalisasi Pasar Tawangmangu yang bertempat di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan untuk kemudian diolah dalam penelitian ini
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan untuk penelitian
dari tempat aktual terjadinya peristiwa (Sekaran, 2006). Dalam
penelitian ini data diperoleh melalui teknik wawancara langsung
kepada pedagang di sekitar Pasar Wisata Tawangmangu. Data primer
yang diambil meliputi jenis usaha, besarnya modal awal, omset
penjualan, biaya operasional, dan besarnya keuntungan yang
diperoleh.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber
yang ada, yaitu data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan
sendiri oleh peneliti (Sekaran, 2006). Data sekunder meliputi
investasi awal, sumber pendapatan, biaya operasional dan
pemeliharaan, dan lain-lain. Data tersebut dapat diperoleh dari :
- Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Kabupaten Karanganyar.
- Pengelola atau kepala Pasar Wisata Tawangmangu.
- Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi (DISPERNDAGKOP)
Kabupaten Karanganyar.
- Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Karanganyar.
- Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karanganyar.
Dalam penelitian ini responden yang diteliti adalah pedagang di
sekitar Pasar Wisata Tawangmangu, dengan batasan ruang lingkup yaitu:
pedagang yang berjualan dekat Pasar Wisata Tawangmangu sepanjang jalan
raya ±200 meter dan diluar terminal Tawangmangu. Jumlah pedagang yang
berjualan di sekitar Pasar Wisata Tawangmangu adalah 23 pedagang dimana
dalam penelitian ini jenis populasinya bersifat homogen. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dimana informasi hanya
dapat diperoleh dari orang-orang yang menjadi sasaran khusus penelitian,
karena hanya orang-orang itu yang dianggap memiliki kompetensi untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan atau memang hanya orang-orang itu
yang dianggap memiliki kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh peneliti
(Sarwoko, 2007:57).
D. Definisi Operasional Variabel
1. Capital (modal)
Modal adalah modal awal yang digunakan untuk investasi proyek
revitalisasi Pasar Tawangmangu, yang diukur dalam satuan rupiah.
2. Benefit (manfaat)
Manfaat terdiri dari manfaat langsung dan manfaat tidak
langsung, dari kegiatan suatu proyek yang diukur dalam satuan rupiah.
retribusi parkir, retribusi kebersihan, pendapatan MCK, penarikan pajak
listrik pedagang, subsidi listrik dan pajak reklame, sedangkan manfaat
tidak langsung meliputi pendapatan masyarakat sekitar Pasar Wisata
Tawangmangu yang memanfaatkan keramaian pasar.
3. Cost (biaya)
Biaya adalah pengeluaran yang dikeluarkan pada saat
pembangunan proyek, biaya operasional dan biaya pemeliharaan pasar,
yang diukur dalam satuan rupiah.
4. Social discount rate (tingkat bunga)
Tingkat bunga yang digunakan adalah tingkat bunga yang berlaku
pada saat dilakukannya investasi awal, diukur dalam satuan persen (%).
E. Alat Analisis Data
Dalam rangka mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar
penerimaan atau penolakan atau pengurutan suatu proyek dapat digunakan
analisis kelayakan investasi yang terdiri dari:
Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara benefit
(penerimaan) dengan cost (pengeluaran) yang telah di-present-value-kan.
Berikut adalah rumus untuk menghitung NPV (Gray, 2005:65):
å
2. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat bunga yang
menggambarkan bahwa antara benefit (panerimaan) yang telah
di-present-value-kan dan cost (pengeluaran) yang telah di-di-present-value-kan
sama dengan nol. Berikut adalah rumus untuk menghitung IRR (Gray,
IRR = Internal Rate of Return
i" = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif.
NPV’ = Net Present Value positif
NPV” = Net Present Value negatif.
3. Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio)
Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) merupakan perbandingan antara
benefit yang telah present-value-kan dengan biaya yang telah
di-present-value-kan. Berikut adalah rumus untuk menghitung B/C Ratio
(Gray, 2005:75):
B/C Ratio = Benefit-Cost Ratio
t
t = Tahun bersangkutan.
Profitability Ratio (PV/K) menunjukan perbandingan antara
penerimaan (benefit) dikurangi dengan biaya modal (K) yang digunakan
setelah di-present-value-kan. Berikut adalah rumus untuk menghitung
PV/K (Gray, 2005:77):
B = Benefit bruto dalam tahun t.
n = Umur ekonomis proyek.
t
EP = Biaya eksploitasi dan pemeliharaan atau biaya rutin pada
tahun t.
t
K = Biaya modal pada tahun t.
i = Discount rate sosial.
5. Payback Periode
Payback Periode merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk
membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya proyek yang
telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek. Di dalam hal ini, biasanya
yang digunakan pedoman untuk menentukan suatu proyek yang akan
dipilih adalah suatu proyek yang dapat paling cepat mengembalikan biaya
besar akan dipilih. Metode ini tidak memperhitungkan periode setelah
periode payback dan belum memperhatikan time value of money
(perhitungan payback period terhadap nilai sekarang dengan tanpa
memperhitungkan nilai waktu dari uang). Berikut adalah rumus untuk
mengitung payback periode (Pudjosumantro, 1995:51-52):
PBP = o A
I
Dimana:
PBP = Payback Periode
I = Besarnya biaya investasi.
o
A = Benefit bersih yang diperoleh setiap tahunnya.
6. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dimaksudkan untuk mengetahui seberapa
sensitifnya kelayakan usaha terhadap perubahan setiap asumsi yang
digunakan, seperti besarnya permintaan, harga jual, harga bahan baku,
tingkat bunga, inflasi, dan mark-up nilai investasi (Zubir, 2006: 6). Analisis
sensitivitas menyangkut pengujian terhadap kelayakan suatu usaha
terkait dengan berbagai kondisi dan asumsi yang digunakan. Pengujian
sensitivitas terutama dilakukan terhadap asumsi-asumsi yang berada di
luar kendali manajemen perusahaan yang mungkin saja berubah (Zubir,
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karanganyar
1. Keadaan Geografis
a. Letak Geografis
Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Sragen di
sebelah utara, Provinsi Jawa Timur di sebelah timur, Kabupaten Wonogiri
dan Sukoharjo di sebelah selatan dan Kota Surakarta dan Kabupaten
Boyolali di sebelah barat. Bila dilihat dari garis bujur dan garis lintang,
maka Kabupaten Karanganyar terletak antara 0 " 0 "
70
7 - Lintang Selatan. Ketinggian rata-rata 511 meter
di atas permukaan air laut serta beriklim tropis dengan temperatur
Luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 77.378,64 Ha, yang
tediri dari luas tanah sawah 22.474,91 Ha dan luas tanah kering 54.902,73
Ha. Tanah sawah terdiri dari irigasi teknis 12.929,62 Ha, non teknis
7.587,62 Ha, dan tidak berpengairan 1.957,67 Ha. Sementara itu, luas
/ kebun 17.863,40 Ha. Di Kabupaten Karanganyar terdapat hutan negara
seluas 9.729,50 Ha dan perkebunan seluas 3.251,50 Ha.
Tabel 4.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk
Kabupaten Karanganyar Menurut Kecamatan Tahun 2008
No. Kecamatan Luas ( 2
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar “Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2009”.
2. Pemerintahan
a. Pembagian Wilayah Administrasi
Kabupaten Karangnayar terdiri dari 17 kecamatan yang meliputi
177 desa / kelurahan (15 kelurahan dan 162 desa). Desa / Kelurahan
tersebut terdiri dari 1.091 dusun, 2.313 dukuh, 1.876 RW dan 6.130 RT.
/ kelurahan, swakarya 125 desa / kelurahan dan swasembada 177 desa /
kelurahan.
3. Penduduk dan Tenaga Kerja
a. Kependudukan
Jumlah penduduk di Kabupaten Karanganyar berdasarkan
regristasi tahun 2008 sebanyak 865.580 jiwa, yang terdiri dari laki-laki
429.852 jiwa dan perempuan 435.728 jiwa. Dibandingkan tahun 2007,
maka terdapat pertambahan penduduk sebanyak 14,214 jiwa atau
mengalami pertumbuhan sebesar 1,67 %.
Kecamatan dengan penduduk terbanyak adalah Kecamatan
Karanganyar, yaitu 75.796 jiwa (8,76 %), kemudian Kecamatan Jaten,
yaitu 70.770 jiwa (8,18 %) dan Kecamatan Gondangrejo yaitu 68.571 jiwa
(7,92 %). Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit
adalah Kecamatan Jenawi, yaitu 27.656 jiwa (3,20 %), kemudian
Kecamatan Ngargoyoso yaitu 35.351 jiwa (4,08 %) dan Kecamatan Kerjo,
yaitu 37.380 jiwa (4,32 %).
Tabel 4.2. Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Karanganyar Tahun 2004 – 2008
Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk
2004 830.640 0.90
2005 838.182 0.91
2006 844.634 0.75
2007 851.366 0.85