• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu Di Kelas 2 Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjung Kabupaten Lombok Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu Di Kelas 2 Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjung Kabupaten Lombok Utara"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERPADU

DI KELAS 2 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 TANJUNG

KABUPATEN LOMBOK UTARA

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam

Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sejarah

OLEH:

SIPA SASMANDA

S860809027

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERPADU

DI KELAS 2 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 TANJUNG

KABUPATEN LOMBOK UTARA

Disusun oleh :

SIPA SASMANDA

S860809027

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing :

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Sri Yutmini, M.Pd _____________ _______ NIP. 130 259 809

Pembimbing II Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd _____________ _______ NIP. 195603031986031001

Mengetahui

Ketua Prodi Pend. Sejarah PPS UNS

(3)

commit to user

iii

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERPADU

DI KELAS 2 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 TANJUNG

KABUPATEN LOMBOK UTARA

Disusun oleh:

Sipa Sasmanda S860809027

Telah Disetujui Oleh Tim Penguji Dewan Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dr. Warto, M.Hum. ____________ _______ Sekretaris Dr. Budhi Setiawan, M.Pd. ____________ _______

Anggota Penguji 1. Prof. Dr. Sri Yutmini, M.Pd. ____________ _______

2. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd. ____________ _______

Mengetahui

Ketua Prodi. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd. ____________ _______ Pendidikan Sejarah NIP. 195603031986031001

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sipa Sasmanda

NIM : S860809027

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul : PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERPADU DI KELAS 2 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 TANJUNG KABUPATEN LOMBOK UTARA adalah benar-benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda cipta dan ditunjukan dalam dafar pustaka.

Apabila kemudian terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang diperoleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Juli 2011 Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

v MOTTO

(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Teriring rasa terima kasih dan rasa syukur kepada Allah SWT, karya ini kupersembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas do’a dan dukungannya.

2. Adik, kakak, kakak ipar dan ponakanku tercinta (Sipa Zul Patmi, Sipa Sasmika, R. Setriadi, Jilan Haura Sesi, Leyin Sesi). Kakek, nenek dan seluruh keluarga besar tercinta, yang telah banyak memberikan do’a dan dukungan. 3. Pak Idris, Mas Andy, Fajar, Rahmat, Wahyudi, Riyadi, Putera, Pastiadi,

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga tesis ini dapat selesai dengan lancar guna memenuhi sebagian salah satu persyaratan dalam mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Sejarah.

Hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyelesaian penulisan makalah kualifikasi ini telah hilang berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D., Direktur Program Pasca Sarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, kemudahan dan semangat dalam penulisan tesis.

4. Prof Dr. Sri Yutmini, M.Pd., sebagai dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan dan saran dalam penulisan tesis ini.

5. Bapak Ibu dosen pada Program Studi Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(8)

commit to user

viii

Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah kualifikasi ini. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan Ilmu Pengetahuan pada umumnya.

Surakarta, Juli 2011

(9)

commit to user

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN PENGUJI TESIS ... iii

e. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPS... 13

(10)

commit to user

x

a. Pengertian Pembelajaran Terpadu ... 15

b. Karakteristik Pembelajaran Terpadu ... …………. 17

c. Model-model Pembelajaran Terpadu ... 19

d. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Terpadu ... 23

3. Pembelajaran IPS Terpadu... . 25

BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

(11)

commit to user

xi

A. Hasil Penelitian ... ... 48

1. Deskripsi Latar ... 48

2. Visi dan Misi SMP Negeri Tanjung... 54

3. Program Ekstrakurikuler ... 54

B. Pokok-pokok Temuan ... 56

1. RPP IPS yang dibuat oleh guru SMP Negeri 1 Tanjung... 56

2. Implementasi Pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 1 Tanjung ... 64

a. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran IPS ... 64

b. Pendekatan Pembelajaran IPS ... 69

c. Tujuan Pembelajaran... 70

d. Metode Pembelajaran ... 70

e. Media Pembelajaran ... 74

f. Peran Guru dalam Pembelajaran ... 74

3. Kendala yang dihadapi guru didalam Pembelajaran IPS di Kelas SMP Negeri... 76

4. Cara guru mengatasi kendala dalam pembelajaran IPS di kelas 2 SMP Negeri 1 Tanjung Kabupaten Lombok Utara ... 78

C. Pembahasan ... 79

1. Implememtasi pembelajaran IPS di kelas SMP Ngteri 1 Tanjung... 79

a. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran IPS ... 80

b. Pendekatan Pembelajaran IPS ... 89

c. Tujuan Pembelajaran... 90

d. Metode Pembelajaran ... 91

e. Media Pembelajaran ... 92

f. Peran Guru dalam Pembelajaran ... 93

(12)

commit to user

xii

3. Cara guru mengatasi kendala dalam pembelajaran IPS di kelas 2 SMP Negeri 1 Tanjung Kabupaten

Lombok Utara ... 96

BAB V. SIMPULAN IMPLIKASI DAN SASRAN... 99

A. Simpulan ... 99

B. Implikasi ... 101

C. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Wawancara dengan kepala sekolah SMP Negeri 1 Tanjung... 105

2. Wawancara dengan guru kelas VIII SMP Negeri 1 Tanjung... 109

3. Wawancara dengan guru kelas VIII SMP Negeri 1 Tanjung... 111

4. Wawancara dengan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tanjung... 115

5. Catatan lapangan hasil pengamatan... 117

7. Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Tanjung... 119

8. Foto siswa dan siswi SMP Negeri 1 Tanjung... 121

7. Aula SMP Negeri 1 Tanjung... 122

8. Surat ijin dari Pascara Sarjana Universitas Sebelas Maret... 112

(16)

commit to user

xvi ABSTRAK

Sipa Sasmanda. S860809027. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas 2

Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjung Kabupaten Lombok Utara.

Komisi Pembimbing I : Prof. Dr. Sri Yutmini, M.Pd. Pembimbing II: Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd. Tesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Sejarah, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Juli 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pembelajaran IPS di kelas 2 SMP Negeri 1 Tanjung. (2) Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru IPS dalam implementasi pembelajaran IPS di kelas 2 Sekolah Menengah Pertama, (3) cara guru mengatasi kendala dalam pembelajaran IPS di kelas 2 Sekolah Menengah Pertama.

Penelitian ini mengambil lokasi di SMP Negeri 1 Tanjung Kabupaten Lombok Utara Tahun 2010/2011. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Sumber data diperoleh dari informan, peristiwa, dan dokumen. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi atau pengamatan, dan analisis dokumen. Uji keterpercayaan data melalui teknik triangulasi. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan model analisis interaktif.

Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Pembelajaran IPS sesuai dengan RPP yang dikemngkan oleh guru (2) kendala yang dihadapi dalam pembelajaran IPS meliputi: a) kesulitan mendapatkan media pembelajaran yang diinginkan b) kuranngya waktu untuk menjelaskan materi c) guru harus menguasai bidang lain misalnya seorang guru sejarah harus menguasai geografi, ekonomi, dan sosiologi. Siswa terkadang kurang suka pada mata pelajaran tertentu, sementara dalam pembelajaran terpadu menekankan pada perpaduan pada bidang studi (3) cara yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran IPS yakni dengan team teaching. Pembelajaran terpadu dalam hal ini diajarkan dengan cara team; satu topik pembelajaran dilakukan oleh lebih dari seorang guru. Setiap guru memiliki tugas masing-masing sesuai dengan keahlian dan kesepakatan.

(17)

commit to user

xvii ABSTRACT

Sipa Sasmanda. S860809027. Learning of Social Studies in Seven Class

Secondary School 1 Tanjung Lombok Regency North.

Supervising Commission I: Prof.. Dr. Sri Yutmini, M.Pd. Supervising II: Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd. Thesis. Surakarta: History Education Studies Program, Graduate Sebelas Maret University. Jul 2011.

This study aims to determine: (1) Social Learning in Class 2 Junior High. (2) The constraints faced by social studies teachers in the implementation of learning in social studies 2nd grade junior high schools, (3) how teachers overcome obstacles in learning social studies in Class 2 Junior High School.

This research takes place in Junior High School North Lombok Regency Year 2010/2011. The research method used was a descriptive qualitative method. Source data obtained from informants, events, and documents. The technique of collecting data through interviews, observation or observation, and document analysis. Test reliability of data through triangulation techniques. The results were analyzed using a model of interactive analysis.

The results of this study show that: (1) Learning the social study in accordance with lesson plans developed by teachers (2) obstacles encountered in learning social studies include: a) difficulty in obtaining the desired learning media b) lack of time to explain the material c) the teacher must master the field Another example of a history teacher must master the geography, economics, and sociology. Students sometimes do not like on a particular subject, while the

(18)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi pendidikan dihadapkan pada perubahan-perubahan yang tidak menentu. Kaitannya dengan pendidikan, berbagai analisis menunjukan bahwa pendidikan nasional dewasa ini sedang dihadapkan berbagai krisis yang perlu mendapatkan penanganan secepatnya. Atas dasar tuntutan mewujudkan masyarakat seperti upaya peningkatan mutu pendidikan yang harus dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni aspek-aspek moral, ahlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan, ketrampilan dan seni. Dalam kerangka inilah pemerintah menggagas KTSP, sebagai tindak lanjut kebijakan pendidikan dalam konteks otonomi daerah yang desentralisasi.

Di dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengamanatkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dilaksanakan untuk menngembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.

(19)

commit to user

Satu prinsip utama dalam KTSP adalah pemberian atribusi secara penuh kepada instansi sekolah untuk merancang dan merencanakan sendiri pembelajaran sesuai dengan kondisi dan tingkat kemampuan sekolah. Prinsip ini memungkinkan untuk memandirikan sekolah sebagai instansi yang dianggap tahu betul tetang kondisi dan karakteristik peserta didik, manajemen sekolah, serta sarana-prasarana pembelajaran. Dengan demikian, analisis kebutuhan dan daya dukung serta kemampuan sekolah dengan sendirinya menjadi acuan dan pertimbangan dalam penyusunan, perancangan, dan perencanaan pembelajaran (Trianto, 2010: 6).

(20)

commit to user

merupakan model implementasi kurikulum yang dianjurkan dan diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, Sekolah Menengah Pertama (SMP). Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip pembelajaran IPS secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3).

Dalam sistem pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan mereproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep dan prinsip yang dipelajari secara holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan antar unsur konsep misalnya hubungan antar konsep sejarah, ekonomi, geografi, dan sosiologi menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan antar konsep di atas bila dipelajari dengan sisi bidang kajian yang tertentu akan membentuk skema (konsep) IPS, sehingga peserta didik akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan IPS. Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.

(21)

commit to user

suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian. Siswa akan memahami konsep yang dipelajari berdasarkan pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami. Melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu dibahas berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda, sehinga penggunaan waktu untuk membahasnya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga diharapkan akan lebih efektif, namun demikian, pelaksanaannya di sekolah SMP/MTs pembelajaran IPS sebagian besar masih dilaksanakan secara terpisah, meskipun buku teks IPS telah diasumsikan BSNP telah terpadu. Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPS masih dilakukan sesuai dengan bidang kajian masing-masing (sosiologi, sejarah, geografi, dan ekonomi) tanpa ada keterpaduan di dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

(22)

commit to user

pelajaran” untuk pembelajaran IPS secara terpadu. (4) meskipun pembelajaran terpadu bukan merupakan hal yang baru namun para guru di sekolah tidak terbiasa melaksanakannya sehingga ”dianggap” hal yang baru.

Kaitannya dengan pembelajaran IPS di SMP, pelajaran geografi, sejarah, antropologi memilki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran sejarah dapat dikatakan sebagai suatu proses kegiatan yang mendorong dan merangsang peserta didik untuk mendapatkan dan mengahayati nilai-nilai kesejarahan, sehingga membawa perubahan tingkah laku dan membantu mengembangkan pribadi peserta didik secara utuh, dengan kata lain pembelajaran sejarah tidak lain adalah suatu proses untuk membina para peserta didik melalui mata pelajaran sejarah, agar tumbuh kesadaran sejarahnya (Sardiman, 2004: 2-3).

(23)

commit to user

Berdasarkan fungsi dan tujuan di atas pembelajaran IPS sebaiknya dimulai dari lingkungan terdekat yang ada di sekitar siswa, mulai dari dirinya sendiri, keluarga, tetangga, lingkungan sekolah, masyarakat setempat kehidupan bernegara sampai menjadi bagian dari dunia, tentunya dengan materi yang disesuaikan dengan dunia anak yang memandang dirinya sebagai pusat lingkungan yang merupakan suatu keseluruhan dengan pemaknaan secara holistik yang berangkat dari hal yang bersifat konkrit.

Pelajaran IPS selama ini dianggap sulit dan banyak yang beranggapan hanya bersifat hafalan, padahal yang diharapkan pembelajaran IPS lebih daripada itu. Pembelaaran IPS harus mengembangkan kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang sistem sosial dan budaya, kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang prilaku ekonomi dan kesejahteraan, kemampuan memahami dan menginternalisasi sistem berbangsa dan bernegara (Depdiknas, 2003: 3-4). Oleh karena itu perlu adanya pendekatan untuk menjebatani kesulitan tersebut dan guru dituntut untuk bisa memilih dan menentukan pendekatan metode yang dianggap efektif.

Keberhasilan pembelajarn terpadu sangat tergantung pada efektivitas komponen dasar intruksional dalam hal ini guru, siswa dan materi atau bahan belajarnya. Kesungguhan guru dalam menguasai materi pembelajaran dengan baik maupun sistem pembelajaran sangat mendukung bagi tercapainya pembelajaran yang efektif yang berimplikasi pada pencapaian hasil belajar yang maksimal.

(24)

commit to user

berupa adanya motivasi, sedangkan faktor dari luar siswa meliputi strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru, lingkungan belajarnya, model pembelajarannya, serta keberadaan sarana dan prasarana belajar. Sehingga siswa akan siap dan mampu untuk melaksanakan belajarnya dengan baik, disamping seorang pengajar setidak-tidaknya mengenali siswa secara mendalam, baik latar belakang hidupnya sampai permasalahan yang dihadapinya.

Mengingat pentingnya pembelajaran IPS terpadu bagi siswa, maka peneliti berkehendak mengamati pelaksanaan pembelajaran IPS terpadu di kelas 2 SMP Negeri 1 Tanjung kabupaten Lombok Utara.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa masalah, yakni sebagai berikut:

1. Apakah pelaksanaan pembelajaran IPS terpadu di kelas 2 SMP Negeri 1 Tanjung sudah sesuai dengan RPP yang dikembangkan oleh guru ?

2. Kendala-kendala apa yang dihadapi oleh guru IPS dalam implementasi pembelajaran IPS terpadu di kelas 2 SMP Negeri 1 Tanjung kabupaten Lombok Utara?

(25)

commit to user C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPS terpadu di kelas 2 SMP Negeri 1 Tanjung sesuai RPP.

2. Untuk mendeskripsikan kendala yang dihadapi guru dalam implementasi pembelajaran IPS terpadu di kelas 2 SMP Negeri 1 Tanjung kabupaten Lombok Utara.

3. Untuk mendeskripsikan guru mengatasi kendala dalam implementasi pembelajaran IPS terpadu di SMP Negeri 1 Tanjung kabupaten Lombok Utara.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai kajian untuk mendalami pembelajaran IPS dan implementasinya.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan untuk :

1. Dinas pendidikan: Sebagai pengambil kebijakan di daerah Lombok Utara

(26)

commit to user

3. Peneliti: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

(27)

commit to user BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Konsep Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses yang sistematik yang terdiri dari beberapa komponen yaitu guru, murid, materi atau bahan (kurikulum) dan lingkungan belajar yang membantu suksesnya belajar anak (Dick, Carey dan Carey, 2001: 2). Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, ketrampilan (Dimyanti dan Mudjiono, 2002: 157). Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, falsilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2001: 57).

b. Sistem Pembelajaran

Kompleksitas, keunikan, dan saling ketergantungan dari situasi pembelajaran disebut sistem. Sistem adalah sekumpulan bagian atau eleman yang saling berhubungan dimana konsepnya terpisah dari lingkungannya (Banathy dalam Kozma, Belle dan Williams, 1979: 12).

Proses intruksional dapat dipandang sebagau sistem. Tujuan dari sistem adalah untuk menyampaikan pembelajaran. Komponen sistem yaitu siswa, guru,

(28)

commit to user

materi pelajaran, dan lingkungan pembelajaran. Komponen saling berinteraksi untuk mencapai tujuan (Dick Carey & Carey 2001:1).

Elemen-elemen dari sistem intruksional, yaitu guru sebagai manajer sistem, mata pelajaran sebagai pesan yang disampaikan (pengetahuan atau norma), komunikasi, dan siswa sebagai penerima pesan. Evaluasi antara guru dan murid berfungsi sebagai indikator efektivitas proses. Lingkungan mendukung sistem: nilai dan tujuan sistem dibawa dari lingkungan yang lebih besar (Kozma, Balled an Williams, 1979: 13).

Sistem pembelajaran adalah suatu peristiwa yang mempengaruhi siswa sehingga terjadi proses belajar. Bentuk nyata dari sistem intruksional adalah satu rangkaian bahan dan strategi intruksional yang telah teruji secara efektif dan efisien di lapangan (Gagne dalam Atwi Suparman, 1996: 8).

(29)

commit to user c. Ciri-ciri pembelajaran

Menurut Edi Suardi dalam Syaiful Bachri Djamarah dan Aswan Zain (2002: 46). Pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar sebagai proses pengaturan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu.

2) Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3) Ditandai dengan penggarapan materi yang khusus. 4) Ditandai dengan aktivitas anak didik.

5) Guru berperan sebagai pembimbing dalam kegiatan belajar mengajar. 6) Membutuhkan disiplin.

7) Ada batas waktu.

8) Evaluasi dilakukan guru untuk mengetahui pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditentukan.

d. Pembelajaran efektif

Pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu dengan proses yang menyenangkan. Pembelajaran efektif ditentukan oleh data dan informasi yang disatukan dan didokumentasikan (Dick dan Reiser, 1989: 2).

(30)

commit to user

terjadi bukan saja dengan memberikan pengetahuan baru kepada murid, tetapi juga dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk pemantapan pengetahuan yang baru diperoleh, serta untuk menerapkan konsep baru itu dalam situasi baru (Trisno Hadi Subroto dan Ida Siti Herawati, 2004: 11).

Menurut Soetarno (2003: 20) untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif ditentukan oleh peran atau posisi sentral mengajar atau guru sebagai pengelola pembelajaran. Penampilan guru dalam mengajar sangat berpengaruh dalam menentukan kualitas belajar peserta didik, sedangkan kualitas belajar peserta didik akan menjadi indikator utama pembelajaran yang efektif.

e. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah program perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. RPP dikembangkan berdasarkan silabus. Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran minimal ada lima komponen pokok, yaitu komponen tujuan pembelajaran, metode, media, sumber serta komponen evaluasi(Wina Sanjaya, 2008: 59).

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam silabus (E. Mulyasa, 2006: 212).

(31)

commit to user

kegiatan pembelajaran; kedua, fungsi pelaksanaan, di mana pelaksanaannya harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan lingkungan, sekolah, dan daerah.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah Rencana yang menggambarkan Prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup1(satu) kompetensi dasar yang terdiri atas satu indikator atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih (PP No. Tahun 2005 pasal 10).

Rencana pelaksanaan pembelajaran sendiri dapat menjadi panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. Pada pembelajaran IPS terpadu, sesuai dengan standar isi, keterpaduan terleatak pada strategi pembelajaran dan Kompetensi Dasar telah ditentukan dalam standar isi (Trianto, 2010: 108).

Berdasarkan jabaran tersebut, maka RPP memiliki 2 (dua) fungsi, yang pertama, fungsi perencanaan, yaitu mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran; kedua fungsi pelaksanaan, di mana pelaksanaannya harus benar sesuai dengan kebutuhan lingkungan, sekolah dan daerah.

Adapun langkah-langkah atau cara pengembangan RPP pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut:

1) Mengisi kolom identitas

2) Menentukan alokasi waktu pertemuan 3) Menentukan SK/KD serta indicator

(32)

commit to user 5) Mengidentifikasi materi

6) Menentukan pendekatan, model dan metode pembelajaran.

7) Menentukan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti dan akhir

8) Menentukan sumber belajar 9) Menyusun kriteria penilaian

2. Pembelajaran Terpadu

a. Pengertian Pembelajaran Terpadu

Beberapa pengertian terpadu dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Trianto (2007: 6-9) pembelajaran terpadu sebagai konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada anak didik. Pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembalajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik (Joni T.R, dkk dalam Trianto, 2007: 6)

(33)

commit to user

Hadi Subroto dan Ida Siti Herawati (1998:19) Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dari suatu pokok bahasan atau tema yang dikaitkan dengan pokok-pokok bahasan lain. Konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan baik dalam satu bidang atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar anak maka pembelajaran menjadi bermakna.

Menurut Collins dan Dixon (1991, 6-10) pembelajaran terpadu terjadi ketika suatu kejadian atau eksploitasi dari suatu topik merupakan tenaga pendorong dalam kurikulum, dengan berpartisipasi dalam kejadian atau eksplorasi topik, belajar tentang proses dan kandungan maksud yang berhubungan lebih dari satu area kurikulum dalam satu waktu. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan fokus pembelajaran dan guru bekerja sama untuk mencapai tujuan, aktivitas menjalin proses dan maksud dari bermacam area kurikulum.

Pembelajaran terpadu berdasarkan pada pendekatan inkuiri pelajar dilibatkan dalam perencanaan, eksplorasi dan diskusi ide. Para pelajar biasa didorong untuk bekerjasama dan merefleksikan dalam pembelajaran mereka. Mereka menjadi berwewenang sebagai pelajar dan dapat mengikuti kecenderungan personal mereka serperti terlibat dalam topik kelas.

(34)

commit to user

dalam pembelajaran isi dan proses lebih dari satu area kurikulum secara bersamaan.

b. Karakteristik Pembelajaran Terpadu

Menurut Mathews dan Cleary (1993: 1-3), karakteristik kurikulum terpadu yaitu:

1) Menggambarkan hubungan antara perbedaan kawan untuk belajar. Jadi pengetahuan menjadi lebih holistik dan tidak terpecah. Berdasarkan mata pelajaran yang saling bergantung.

2) Membangun berdasarkan konteks sehingga pembelajaran sangat bermakna dan menggunakan pengalaman pembelajar sebagai titik permulaan/dasar. 3) Memastikan bahwa ketrampilan dikembangkan dalam konteks untuk tugas

khusus atau masalah yang pembelajar memiliki tujuan berbeda.

4) Menekankan pentingnya pembelajaran inkuiri dan penyelesaian masalah. 5) Mendorong pelajar menjadi mandiri, banyak sumber dan mampu

beradaptasi

6) Menggunakan pendekatan yang dinamis dan berbeda dalam belajar mengajar

7) Pengawasan dan pertanggungjawaban untuk belajar di tangan pelajar memberikan inisiatif untuknya.

8) Mendorong pelajar untuk menggunakan berbagai sumber belajar.

(35)

commit to user

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Trianto (2007:13) menyatakan bahwa, pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik, antara lain

1. Holistik

Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dai beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. 2. Bermakna

Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan daru materi yang dipelajari.

3. Otentik

Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajari melalui kegiatan belajar secara langsung.

4. Aktif

(36)

commit to user c. Model-Model Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu dibedakan berdasarkan pada pengintegrasian materi atau tema. Berdasarkan pola tersebut, Fogarty (1991: 25) menemukakan bahwa terdapat sepuluh model pembelajaran terpadu, yaitu: (1) terpisah

(fragmented), (2) terhubung (connected), (3) tersarang (nested), (4) terurut

(sequenced), (5) terbagi (shared) (6) terjaring (webbed), (7) terikat (threaded), (8) terpadu (integrated), (9) tebenam (immersed), (10) Jaringann (networked). Dari kesepuluh model pembelajaran tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga klasifikasi pengintegrasian kurikulum, yakni: pertama, pengintegrasian di dalam satu disiplin ilmu, kedua, pengintegrasian beberapa disiplin ilmu, ketiga, pengintegrasian di dalam dan beberapa disiplin ilmu.

1) Tepisah (Fragmented)

Kurikulum tradisional yang menetapkan untuk memisahkan dan membedakan mata pelajaran. Dalam standar kurikulum, areal pokok persoalan ini dipisahkan, jadi tidak ada usaha menghubungkan atau menggabungkannya. Masing-masing ilmu terlihat murni dan apa adanya.

2) Terhubung (Connected)

(37)

commit to user

3) Tersaring (Nested)

Model ini dari pembelajaran terpadu adalah rancangan yang digunakan oleh para guru dalam pembelajaran. Namun, di dalam suatu pembelajaran yang menggunakan pendekatan nested, diperlukan sebuah perancangan yang sungguh-sungguh untuk menyusun target ganda dari pembelajaran siswa. Bagaimana juga, keterpaduan model nested ini memberikan keuntungan kombinasi alamiah sehingga tugas-tugas menjadi kelihatan lebih mudah.

4) Terurut (Sequenced)

Sehubungan dengan terbatasnya hubungan antar disiplin ilmu yang berbeda, guru bisa menyusun kembali topik-topik pembelajara. Jadi, mata pelajaran yang memiliki persamaan ide bisa pertepatan. Dua disiplin ilmu yang berkaitan bisa diurutkan dengan mengurutkan topik-topik yang diajarkan aktivitas dari masing-masing bisa mendorong topik yang satunya. Dengan kata lain, satu topic mendukung topik yang lain demikian pula sebaliknya.

5) terbagi (Shared)

(38)

commit to user

komplementer, perencanaan dan atau guru menciptakan focus pada konsep bersama, kehlian dan sikap.

6) Terjaring (Webbed)

Kurikulum webbed menggambarkan pendekatan tematik untuk mengintegrasikan materi pokok. Sebuah tim lintas departemen membuat sebuah keputusan yang menggunakan tema seperti sebuah lapisan untuk subjek yang berbeda. Dalam penerapan model webbed yang lebih rumit, bagian yang berbelit-belit dalam pelajaran dapat dibangun menjadi terintegrasi dalam semua area yang relevan

7) Terikat (Threaded)

Model threaded dari kurikulum terpadu ini memfokuskan pada metakurikulum yang menggantikan atau memotong inti dari beberapa dan semua muatan pembelajaran. Strategi-strategi pencarian consensus digunakan untuk menyelesaikan konflik-konflik dalam situasi yang membutuhkan penyelesaian masalah. Ketrampilan-ketrampilan ini intinya dirangkai melalui muatau kurikulum.

8) Terpadu (Integrated)

Model kurikulum yang dipadukan menunjukan pendekatan dari antar cabang ilmu pengetahuan hamper sama dengan model shared. Model

integrated menekankan pada empat disiplin mayor dengan menata

(39)

commit to user

pada subjek-subjek itu seperti yang ada dalam pendekatan tema webbed. Pemaduan muncul dari dalam variasi disiplin dan pasangan itu dibuat diantaranya sebagai komunitas yang baru muncul.

9) Terbenam (Imersed)

Para lulusan, kandidat doctor dan guru besar melebur total dalam satu bidang studi. Mereka menyaring berabagai kurikulum pembelajaran melalui satu lensa mikroskopik. Individu ini memadukan semua data (dari berbagai bidang displin ilmu) dengan cara menyalurkaan berbaga ide sesuai dengan bidang minat masing-masing. Pada model kurikulum terpadu ini, pelajar bisa terintegrasi secara internal dan intrinsic hanya dengan sedikit tanpa intervensi eksterinsik.

10)Terjaring (Networked)

Model networked pembelajaran terpadu adalah keberlanjutan sumber input eksternal yang selalu memberikan ide-ide baru, diperluas dan diberbaiki atau dengan masukan khusus. Jalinan kerja professional siswa ini biasanya dilaksanakan pada aturan-aturan yang jelas dan kadang-kadang tidak begitu jelas. Dalam mencari informasi utama para siswa bergantung pada jalinan kerja ini sebagai sumber informasi utama yang harus mereka saring melalui lensa keahlian dan minat mereka sendiri. Model networked

(40)

commit to user d. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Terpadu

Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap-tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi

1) Tahap Perencanaan (Desain)

Menurut Reigeluth (1983: 5), teori perencanaan pembelajaran adalah teori yang secara eksplisit membiming bagaimana belajar dan berkembang dengan baik. Jenis-jenis belajar dan perkembangan mencakup kognitif, emosi, fisik, dan spiritual.

Dick, Carey dan Carey (2001:1) menegaskan penggunaan konsep pendekatan sistem sebagai landasan pemikiran suatu perencanaan pembelajaran. Umumnya pendekatan sistem terdiri atas analisis, perencanaan, pengembangan, impelementasi, dan evaluasi. Perencanaan pembelajaran mencakup seluruh proses yang dilaksanakan pada pendekatan sistem.

(41)

commit to user

dipadukan, (d) merumuskan idikator hasil belajar, dan (c) menentukan langkah-langkah pembelajaran.

2) Tahap Pelaksanaan

Prinsip-prinsip utama dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu, meliputi: Pertama, guru hendaknya tidak menjadi aktor tunggal yang mendominasi kegiatan pembelajara; kedua, pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja kelompok; Ketiga, guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidan terpikirkan dalam proses perencanaan (Depdiknas, 1996: 6). Tahap pelaksanaan pembelajaran mengikuti skenario langkah-langkah pembelajaran. Menrut Muchlas dalam Trianto (2007: 17), tidak ada model pembelajaran tunggal yang cocok untuk topik dalam pembelajaran terpadu. Artinya dalam satu tatap muka dipadukan beberapa model pembelajaran. 3) Tahap Evaluasi/ Penilaian

Penilaian dapat menyediakan informasi penting untuk meningkatkan tiap aspek pendidikan. Mitchell dalam Frazee dan Rudmitski (1995: 273) mengenalkan empat tujuan utama penilaian:

1) Memberikan informasi tentang hasil belajar siswa, 2) Pencapain tujuan dan peningakatan pembelajaran,

3) Pengambilan keputusan yang mempengaruhi masa depan siswa, 4) Wujud tanggung jawab.

(42)

commit to user

pendekatan tematik. Tema ditetapkan dengan musyawarah antara guru dengan siswa atau diskusi sesama guru untuk menentukan bagian mana yang lebih tepat didisampaikan dahulu. Setelah tema ditentukan lalu mengembangkan sub-sub tema dengan memperhatikan kaitannya dengan mata pelajaran lain. Dan selama proses pelaksanaan pembelajaran terpadu merupakan kegiatan kegiatan selanjutnya dikembangkan aktivitas yang harus dikembangkan siswa

3. Pembelajaran IPS Terpadu

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan prilaku kearah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun eksternal yang datang dari lingkungan. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan prilaku bagi peserta didik (E. Mulyasa, 2007 : 255).

Pembelajaran diartikan sebagai upaya yang sistematis dan sengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut terjadi interaksi edukatif antara yang peserta didik yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik yang melakukan kegiatan pembelajaran (Wasty Soemanto, 1998: 102).

(43)

commit to user

diperoleh setelah melalui proses pembelajaran. Secara garis besar fungsi sistem pembelajaran meliputi tiga kategori, yaitu: (a) fungsi belajar, (b) fungsi pembelajaran, (c) fungsi penilaian. Fungsi pembelajaran mencakup belajar dan sumber-sumber belajar. Sumber-sumber belajar memiliki lima komponen yaitu: (1) manusia, (2) buku/perpustakaan, (3) media massa, (4) alam/lingkungan, (5) media pendidikan. Sedangkan fungsi penilaian mencakup evaluasi pengelolaan belajar.

Pengajaran IPS merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar sepanjang hayat yang dilakukan dan harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar. Pembelajaran yang mendorong siswa agar dapat mencari, menangkap, mengelola serta memanfaatkan informasi perlu dicari dan ditangkap karena di dalamnya begitu banyak tawaran peluang untuk peningkatan kualitas hidup manusia. Informasi juga perlu dikelola karena informasi yang diterima biasanya belum terstruktur sehingga perlu ditata agar mudah dipahami dan dimanfaatkan (Dwi Nugroho Hidayanto, 2002: 100).

(44)

commit to user

masyarakat, latihan mengajukan argumentasi dan yang semacamnya perlu dikembangkan pada siswa. Untuk kebutuhan ini dapat dilaksanakan dengan menerapkan metode yang mengarah keaktifan siswa. Satu diantara metode yang dimaksud adalah metode discovery-inquiry, yang mendorong siswa menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, dan ekonomi. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi). IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi.

a. Karakteristik

Istilah pendidikan IPS dalam penyelenggaraaan pendidikan di Indonesia relatif baru. Karakteristik pembelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai disiplin-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, dan ekonomi. Rumusan Ilmu Pengetahuan Sosial berdasar pada realitas dan fenomena sosial melalui pendekatan interdisipliner.

Mata pelajaran IPS di SMP/MTs memiliki beberapa karakteristik antara sebagai berikut:

(45)

commit to user

2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan, geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

3. Standar Kompetendi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dari masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.

b. Tujuan

Mata pelajaran IPS bertujuan agar peseta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Mengenai konsep-konsep yang bekaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk befikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memcahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.

(46)

commit to user

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global ( E Mulyasa 2007: 125).

Mengenai tujaun Ilmu Pengetahuan Sosial, para ahli sering mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan dan penekanan dari program pendidikan tersebut. Gross dalam Trianto menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupan di masyarakat. Tujuan lain dari IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya ( 201: 173).

4. Media

Secara harfiah media berasal dari bahasa latin yaitu bentuk jamak dari

medium yang berarti perantara atau segala sesuatu yang membawa atau

menyalurkan informasi antara sumber dan penerima pesan.

Menurut Santoso S. Hamijaya dalam Ahmad Rohani (1997: 2) media adalah semua bentuk perantara yang dipakai penyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima.

(47)

commit to user

Dengan memperhatikan pendapat tersebut, maka dalam proses belajar mengajar khususnya dalam mata pelajaran IPS, kehadiran media pembelajaran amat diperlukan untuk membantu mengatasi atau menyelesaikan permasalahan yang menghambatnya. Selain tersedianya media di dalam proses pembelajaran juga diperlukan adanya variasi mengajar untuk mempertahankan perhatian dan minat siswa di dalam menyerap materi pelajaran, sehingga pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran akan meningkatkan dan akan terlaksana proses pembelajaran yang optimal, efektif dan efisien sesuai yang diharapkan.

Adapun jenis-jenis media pembelajaran menurut Suparno, dkk (1987: 131-134) dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Media Visual:

Media visual meliputi media yang tidak diproyeksikan seperti: papan tulis, gambar dinding, flip chart, model dan sebagainya, dan media visual uang diproyeksikan seperti: episkop, proyektor, slide, overhead proyektor, dan proyektor film.

b. Media Audio

Media Audio meliputi: proyektor film bersuara, radio, video recorder, dan

(48)

commit to user 5. Penilaian

Objek penilaian pembelajaran IPS mencakup penilaian terhadap proses belajar dan hasil belajar peserta didik. Menurut Zaenal Aqib (2007: 94-95) penilaian adalah kegiatan untuk mengetahui apakah suatu program telah berhasil efisien atau tidak, sehingga tujuan utama penilaian adalah sebagai pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan. Penilaian proses belajar adalah upaya pemberian nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik, sedangkan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap proses-proses hasil belajar dengan criteria tertentu. Hasil belajar tersebut pada hakikatnya merupakan pencapaian kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan bertindak dan berpikir. Kompetensi tersebut dapa dikenal melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati. Penilaian proses dan hasil belajar itu saling berkaitan satu dengan yang lainnya, hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar.

Penilaian dalam pembelajaran IPS terpadu dalam satu topik atau tema mencakup beberapa kompetensi dasar. Namun ada kompetensi dasar atau indikator yang tidak bisa dipadukan, sehingga harus dibelajarkan dan diberi nilai secara terpisah.

6. Metode

(49)

commit to user

baik metode pembelajaran maka semakin efektif pula pencapaian tujuan. Untuk menetapkan lebih dahulu apakah suatu metode pembelajaran disebut baik, diperlukan ketentuan yang bersumber dari beberapa faktor. Adapun faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai. Metode pembelajaran di dalam kelas selain faktor tujuan, juga faktor murid, faktor situasi, dan faktor guru ikut menentukan efektif tidaknya suatu metode pembelajaran.

Menurut Ratna Wills Dahar (1996: 106) metode pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan dan cara pengorganisasian materi pelajaran, peralaran, dan bahan serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran yang tepat. Kemampuan tersebut sebagai sarana serta usaha dalam menentukan dan memilih metode pembelajaran untuk menyajikan materi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan program pembelajaran.

(50)

commit to user

Menurut Wasty Soemanto (1998: 102) metode pembelajaran merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan komunikasi dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran. Oleh karena itu, peranan metode pembelajaran sebagai alat untuk menciptakan proses pembelajaran sebagai alat untuk menciptakan proses pembelajaran. Dengan metode pembelajaran diharapkan terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru harus menumbuhkan kegiatan belajar siswa, serta menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.

Jadi metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan tertentu. Pemilihan metode yang sesuai perlu dilakukan oleh guru, sebab pembelajaran IPS mempunyai aspek-aspek tujuan diantaranya pada pengembangan ketrampilan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan sosial serta terampil dalam praktik dan usaha ekonomi.

(51)

commit to user

pemberian tugas, ataupun demonstrasi, dan ceramah. Kemampuan guru berkait dengan kemampuan menyajikan materi pengajaran, sehingga materi tersebut benar-benar bermakna dan dirasakan bermanfaat. Belajar yang tidak dirasakan manfaatnya kurang memberikan dorongan pada perkembangan pribadi siswa. Demikian pula pengajaran IPS yang verbalistik cenderung disebabkan oleh siswa yang enggan dan bosen. Pengajaran IPS mengutamakan hafalan hanya akan menjadikan fakta mati (dead fact).

B. Penelitian yang relevan

1. Rais Idrus (2009). “Impelementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Pembelajaran Sejarah di SMA Negeri Kota Gorontalo”. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masih rendah disebabkan oleh tidak lancarnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini adalah dinas pendidikan nasional. Kendala yang dialami oleh guru Gorontalo dalam Impelementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA Negeri Kota Gorontalo ialah masalah fasilitas yang berhubungan dengan media pembelajaran seperti buku paket, internet, LCD, dan sebagainya masih kurang.

(52)

commit to user

masyarakat sekitar sekolah dalam pelaksanaan KBK yang dicapai melalui pengambilan keputusan. Dari kedua penelitian tersebut sangat relevan untuk dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk mengkaji mengenai Pembelajaran.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka pikir ini menjelaskan kegiatan penelitian pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Tanjung Kabupaten Lombok Utara. Sebelum memulai pembelajaran guru dengan menyusun perencanaan dengan melaksanaan penyusunan Rencana Pembelajaran (RPP) terlebih dahulu. Setelah perencaaan dilaksanakan dengan baik, barulah pelaksanaan pembelajaran IPS dilaksananakan. Pelaksanaan Pembelajaran IPS meliputi: (1) kegiaran awal (introduction)

(53)

commit to user

Dengan adanya pelaksanaan pembelajaran IPS yang telah direncanakan dengan baik dan benar, diharapkan dapat tercapainya tujuan pembelajaran.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

Perencanaan Pembelajaran IPS

Pelaksanaan Pembelajaran IPS

(54)

commit to user

37 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kecamatan Tanjung dan SMP Negeri 1 Tanjung kabupaten Lombok Utara.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester satu dan dua, tahun pelajaran 2010/2011, dalam waktu dipekirakan selama sebelas bulan mulai dari April 2010 sampai dengan bulan Mei 2011. Berikut ini rincian jadwal penelitian:

a. Persiapan : 3 bulan (April – 30 Juni2010)

b. Pengumpulan data : 5 bulan (1 Juli – 30 November 2011) c. Analisis : 1 bulan (Januari 2011)

d. Penyusunan Laporan : 2 bulan (1 Februari – 30 Maret 2011)

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

(55)

commit to user

Menurut Lexy J. Moloeng (1991: 30) yang dimaksud dengan penelitan kualitatif adalah suatu bentuk penelitian yang menghasilkan karya ilmiah yang menggunakan data-data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atas prilaku yang dapat diamati.

Menurut Bogdan dan Biklen (1982 : 28-30) penelitian kualitatif memiliki empat karakter, yaitu:

“(1) qualitative research has the natural setting as direct source of data and the researcher is the key instrument, (2) qualitative research is

descriptive, (3) qualitative researchers are concerned with

processthansimply with outcome or products, (4) qualitative research tend to analyse their data inductivelys meaning is of essential concern to the qualitative approach”.

Dari kutipan di atas dapat dipahami masalah penelitian kualitatif adalah penelitian tentang data yang dikumpulkan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan kalimat, serta gambar-gambar.

C. Sumber Data

1. Informan

(56)

commit to user

Dalam penelitian ini informannya adalah Kepala Sekolah SMP Negeri 1, guru dan siswa. Kepala Sekolah dapat memberikan informasi mengenai lingkungan sekolah, guru, siswa, fasilitas program dan sebagainya yang diperkirakan dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan pembelajaran IPS terpadu. Guru dapat memberikan informasi tentang kesesuaian setiap komponen RPP dengan pelaksanaan pembelajaran.

2. Tempat dan Peristiwa

Penelitan dilaksanakan harus disesuaikan dengan konteksnya, dan selalu melibatkan pelaku, tempat, dan aktivitas. Akativitas meliputi kegiatan pembelajaran di SMP Negeri 1 Tanjung.

3. Dokumen dan Arsip

(57)

commit to user

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara merupakan suatu interaksi dan komunikasi. Interaksi yaitu antara orang yang menanyai atau peneliti dengan informan. Wawancara ini dilakukan secara mendalam bersifat terarah dan tidak terarah. Untuk wawancara terarah dilakukan secara sistematis dan berencana dalam bentuk pertanyaan tercatat kepada informan. Untuk wawancara tidak terarah dilakukan secara bebas kepada informan dalam memberikan keterangan umum dan tidak terduga yang tidak diketahui bila ditanyakan dengan wawancara tidak terarah, wawancara seperti ini disebut Indepth Interviewing (H.B. Sutopo, 1988: 22).

Dalam penelitian ini informan yang diwawancarai meliputi : Kepala Sekolah, guru, dan siswa. Wawancara kepada Kepala Sekolah dilakukan untuk memperoleh informasi tentang bagaimana pembelajaran IPS terpadu dilakukan oleh guru selama ini. Wawancara dengan guru IPS SMP Negeri 1 Tanjung dimaksudkan untuk mendapat informasi pelaksanaan pembelajaran IPS terpadu yang dilaksanakan oleh guru. Wawancara dengan siswa dilaksakan untuk mendapatkan informasi mengenai aktivitas mereka mengenai proses pembelajaran IPS terpadu.

2. Penelitian Dokumen

(58)

commit to user

Dokumen sangat berharga untuk memahami aktivitas yang dilakukan oleh sekelompok populasi tertentu yang faktanya tersimpan dalam dokumen. Oleh karena itu, dokumen dapat berfungsi apabila sudah dianalisis. Setelah dianalisis dokumen berfungsi pula sebagai bukti pengujian. Dokumen merupakan sumber data yang sangat penting dalam penelitian kulatitaif, memanfaatkan suatu dokumen yang padat isinya biasanya menggunakan teknik tertentu, teknik yang paling umum digunakan yaitu Content Analysis atau kajian isi. Kajian isi menurut Lexy J. Moloeng (1990: 20) yaitu teknik analisis yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen.

3. Observasi

(59)

commit to user

oberservasi yang dilakukan secara non-partisipatif namun berstruktur dan sistematis dalam pelaksanaanya.

Sehubungan dengan penelitian ini, maka dipergunakan teknik obrservasi non-partisipatif di mana peran sebagai pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya berperan aktif dalam peristiwa akan tetapi masih melakukan pengamatan. Peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran IPS terpadu di SMP Negeri 1 Tanjung Lombok Utara.

E. Teknik Cuplikan

(60)

commit to user F. Validitas Data

Agar penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka peneliti harus menjaga validitas dan keabsahan data yang diperoleh di lapangan. Teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data yang diperlukan sebagai pembanding data itu.

Penelitian kualitatif, data diperoleh melalui teknik trianggulasi. Dalam teknik trianggulasi terdiri atas penarikan kembali rangkaian kausal yang paling masuk akal dari rancangan program untuk mengerjakan hasil sementara (sampel kerja), untuk memperoleh hasil akhir, mencoba sebisa mungkin mendapatkan lebih dari satu ukuran, lebih dari satu sumber (Miles Huberman, 1992: 436).

(61)

commit to user G. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif ialah sebuah strategi analisis yang melekat pada setiap tahapan langkah penelitian kualitatif (Burhan Bungin, 2007: 144). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan data yang bersifat kualitatif. Data kualitatif merupakan sumber dari penelitian deskriptif yang berlandaskan kokoh serta memberikan penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Analisis kualitatif merupakan analisis data yang didasarkan pada hubungan antara fakta yang satu dengan yang lain secara sebab akibat untuk menerangkan peristiwa. Data kualitatif yang berupa kata-kata ataupun data yang berupa kalimat-kalimat. Masing-masing data yang diperoleh dari beberapa sumber data seperti hasil wawancara, observasi serta analisis dokumen merupakan variable yang berdiri sendiri tetapi keberadaanya saling melengkapi dan saling berhubungan (Miles Huberman 1992).

Dalam penelitian ini proses analisis data menggunakan model analisis interaktif (interactive model analysis). Ada tiga komponen pokok yang terdapat dalam model analisis interkatif yaitu :

1. Data Reduction (reduksi data)

(62)

commit to user

2. Data Display (penyajian data)

Alur terpenting kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan tindakan.

3. Conclution Drawing (kesimpulan)

Penarikan kesimpulan sebagian dari kegiatan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran selama menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau menjadi begitu seksama dan membutuhkan tenaga dengan peninjauan kembali serta tukar pikiran untuk mengembangkan kesepakatan interseubyektif, atau upaya untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data lain. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya.

(63)

commit to user

Gambar 3.Skema Model Analisis Interaktif (Miles Huberman, 1992: 20)

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan garis besar rencana kegiatan dalam penelitian. Prosedur penelitian memberikan urut-urutan pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam suatu penelitian yang melukiskan kegiatan sejak persiapan sampai dengan pembuatan laporan. Langkah-langkah prosedur penelitian ini yaitu:

1. Penyusunan proposal

Pada tahap penyusunan proposal ini meliputi perumusan masalah, penyusunan kerangka berfikir, pemilihan lokasi, dan penyusunan protokol penelitian.

2.Pengumpulan data dan analisis awal

Tahap pengumpulan data dan analisis awal memfokuskan pada pengumpulan data di lokasi penelitian dengan disertai analisis awal yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan di lapangan.

Pengumpulan Data

Data Reduction Data Display

(64)

commit to user 3. Analisis akhir dan penulisan laporan

(65)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Latar

a. Letak Geografis SMP Negeri 1 Tanjung Kab. Lombok Utara

Kabupaten Lombok Utara pada awalnya merupakan bagian dari Kabupaten Lombok Barat. Berdasarkan Undang-Undang Pemerintahan Negara Indonesia Timur (NIT) Nomor 44 Tahun 1950 pasal I ayat (1), Wilayah Administratif Lombok Barat membawahi Wilayah Administratif Kedistrikan Ampenan Barat, Ampenan Timur, Tanjung, Bayan, Gerung, Asisten Kedistrikan Gondang dan Kepunggawaan Cakranegara. Demikian juga halnya ketika lahir Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Wilayah Daerah Tk.II Dalam Wilayah Daerah Tk. I Bali, NTB dan NTT, wilayah Lombok Utara tetap menjadi bagian dari Kabupaten Lombok Barat.

Seiring dengan terjadinya perkembangan yang menuntut pelayanan pemerintahan yang maksimal di berbagai daerah, dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1993 Kabupaten Lombok Barat dimekarkan menjadi 2 (dua) daerah otonom yaitu Kabupaten Lombok Barat sendiri sebagai daerah induk dan Kota Mataram sebagai daerah pemekaran. Sebagai konsekwensi dari terbentuknya Pemerintah Kota Mataram, maka pada tahun 2000 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2000 Ibu kota Lombok Barat dipindahkan dari Mataram ke Gerung. Kenyataan ini mengakibatkan semakin

(66)

commit to user

jauhnya rentang kendali pemerintahan Kabupaten Lombok Barat, terutama terhadap 5 (lima) Kecamatan yang berada di Lombok Barat bagian Utara. Kondisi inilah yang menyentkan cita-citanya yang lama terpendam yaitu membentuk Kabupaten Lombok Utara. Untuk mewujudkan cita-cita masyarakat Lombok Utara tersebut dibentuklah Komite Pemekaran Kabupaten Lombok Barat dengan Keputusan Bupati No 582/93/PEM/2003 yang bertugas mengkoordinasikan seluruh kegiatan dalam rangka mempersiapkan persyaratan pemekaran Kabupaten Lombok Barat.

(67)

commit to user

Utara dari sisi teknis kewilayahan dan administratif memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai daerah otonomi baru. Berdasarkan kajian tersebut, Komite segera menindaklanjuti dengan mengajukan permohonan rekomendasi dan persetujuan pembentukan Kabupaten Lombok Utara kepada Pemerintahan Daerah secara berjenjang, Pemerintah Pusat, DPD RI dan DPR RI melalui penggunaan hak inisiatif DPR. Komunikasi aktif yang dibangun Komite secara formal maupun non formal, baik lisan maupun tertulis serta secara langsung maupun tidak langsung, menghasilkan rekomendasi dan atau persetujuan yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan pembentukan daerah otonomi baru.

Setelah melalui proses pembahasan yang cukup panjang di Komisi II DPR, Badan Legislasi Nasional (Balegnas), Dewan Perwakilan Daerah dan Panitia Musyawarah DPR Republik Indonesia, akhirnya usul Pemekaran Kabupaten Lombok Barat ditindaklanjuti dengan mengagendakan pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Pembentukan Kabupaten Lombok Utara. Usulan pembahasan ini tertuang dalam Surat Ketua DPR-RI Nomor R.U.02/8231/DPR-RI/2007 yang selanjutnya mendapat persetujuan dari Presiden Republik Indonesia dengan Surat Presiden Republik Indonesia Nomor R.68/Pres/12/2007 tanggal 10 Desember 2007.

(68)

commit to user

dalam lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 99 tentang Pembentukan Kabupaten Lombok Utara di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Oleh karena itu secara yuridis Kabupaten Lombok Utara terbentuk pada Tanggal 21 Juli 2008 dan diperingati setiap tahun oleh Pemerintah dan Masyarakat Lombok Utara sebagai Hari Ulang Tahun Kabupaten Lombok Utara.

Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Lombok Utara di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Ibukota Kabupaten Lombok Utara ditetapkan di Tanjung dan cakupan wilayahnya terdiri dari 5 (lima) Kecamatan, yaitu Kecamatan Bayan, Kecamatan Gangga, Kecamatan Tanjung, Kecamatan Kayangan dan Kecamatan Pemenang dengan batas-batas :

·Sebelah Utara : Laut Jawa;

·Sebelah Selatan : Kab. Lombok Barat dan Kab. Lombok Tengah ; ·Sebelah Timur : Kab. Lombok Timur; dan

·Sebelah Barat : Selat Lombok.

(69)

commit to user

SMP Negeri 1 Tanjung terletak di Kecamatan Tanjung yang merupakan pusat kota di Kabupaten Lombok Utara. Disamping letaknya yang strategis SMP Negeri 1 Tanjung banyak mendapat perhatian dari dinas setempat karena SMPN1 Tanjung merupakan SMP Negeri pertama di daerah Lombok utara. Tanjung berkembang begitu pesat terlebih setelah pemekeran tahun 2008. Perkembangan yang pesat tidak terlepas dari tingginya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi putera dan puteri mereka. Apabila dilihat dari kondisi ekonomi penduduk di daerah Tanjung sebagian besar tempat tinggal sudah berorientasi pada bentuk modern.

SMPN 1 Tanjung didirikan pada 28 September 1978, Dengan Kepala Sekolah yang pertama yaitu Drs. I Ketut Sadre, dengan Jumlah guru pada saat itu hanya 12 orang dan Hanya memiliki enam kelas dengan siswa berjumlah 240 orang. SMP Negeri 1 Tanjung bertujuan mendidik murid-murid agar memiliki pemahaman tentang dunia pendidikan, menguasai ilmu pengetahuan umum yang cukup untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, menjadi siswa yang berahlak mulia, mandiri dalam berpikir dan bersikap sesuai dengan perkembangannya yang dilandasi dengan kedisiplinan.

Seiring dengan perkembangan wilayah Lombok Utara maka SMPN 1 Tanjung selalu meningkatkan prestasinya di bidanga maupun Non-akademik. Dibawah kepemimpinan Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Tanjung :

1. Drs.Sadra Kepala Sekolah Yang Pertama ( 1978 - 1985 ) 2. Drs. Tahsip ( 1985 - 1990 )

(70)

commit to user 4. Drs.Sukasman ( 1997 - 2005 )

5. Drs.Sudirman ( 2005 - 2008 )

6. Muhammad,S.Pd ( 2008 - Sampai sekarang )

Pada tahun ajaran 2010/2011 siswa di SMP Negeri 1 Tanjung mencapai 678 siswa dengan jumlah guru 37 Orang yang hampir 98% sarjana yang sesuai dengan bidangnya masing masing. Dari jumlah siswa kelas VII memiliki jumlah paling banyak mencapai 250 siswa.

SMP Negeri 1 Tanjung memiliki fasilitas yang cukup memadai, fasilitas yang terdapat di SMP Negeri 1 Tanjung adalah sebagai berikut: lahan dan gedung yang asri nyaman dan bersih, ruang kelas yang memadai, halaman sekolah yang dilengkapi dengan lapangan basket, voli, lompat jauh, mushola, ruang computer yang dilengkapi dengan multimedia dan ruang pertukangan kayu.

(71)

commit to user b.Visi dan Misi SMP Negeri 1 Tanjung

1. Visi

Beriman, bertakwa,berprestasi dan berbudaya 2. Misi:

a.Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bersikap dan bertindak. b.`Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga peserta

didik dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki. c.`Menumbuhkan semangat berprestasi secara intensif kepada seluruh warga

sekolah.

d.`Mendorong dan membantu setiap peserta didik untuk mengenali dirinya sehingga dapat dikembangkan secara optimal.

e. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah.

c. Program Ekstrakulikuler

Gambar

Gambar 1
Gambar 3
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Gambar 3. Skema Model Analisis Interaktif (Miles Huberman, 1992: 20)

Referensi

Dokumen terkait

Investasi dalam aplikasi SI/TI penting untuk menopang strategi bisnis. ke depan IT enabled

Disarankan kepada perusahaan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi keselamatan kerja dan membuat variasi yang baru dalam mengkomunikasikan keselamatan kerja,

4.Ruang memiliki keterkaitan dengan Waktu, setiap kejadian di suatu ruang berkaitan dengan peristiwa di masa lampau pada ruang tersebut, dan dapat dijadikan pedoman hidup pada

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda serta analisis korelasi parsial untuk menguji hipotesis yang ditentukan.Hasil

menyediakan Hp dan internet untuk anaknya agar lebih mudah dalam mengerjakan atau mencari tugas yang diberikan oleh guru. Ibu HR juga menyediakan kendaraan

Pada suatu hari Toba pergi memancing, setelah lama menunggu Toba merasakan pancingannya ada yang menarik, dengan sekuat tenaga dia menariknya, ternyata ada seekor ikan besar

Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Lama Kerja Sebagai.. Variabel Moderating (Studi pada

Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut, karena tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik?. “Jangan takut Pak, aku