• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Wakatobi Nyiur Harapan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Buku Wakatobi Nyiur Harapan"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

Wakatobi

MENJADI BAGIAN DARI

(2)

FROM SOLO

TO OLLO

KETuA:

- AHMAD ABDuL AZIZ

SEKRETARIS:

- RIZKY NOvitasari - Yunitta AXNES P

Bendahara: - Siska Ovitasari

Dana usaha:

- Alifa Hanif Aulia

Logistik: - vidya Ismi Aulia

LINGKungan HIDup: - M. APRILIANA FAJAR - Zulfan RIZQI Ramdhani

Sponsor:

- Laurensia Claudia P - Setyo Dwi Utomo

DOKumentasi: - ARI RIZKIANDI - KRESNA PAWESTRI

ABOut uS

(3)

Hanya bilik bambu tempat tinggal kita Tanpa hiasan, tanpa lukisan

Beratap jerami, beralaskan tanah Namun semua ini punya kita

Memang semua ini punya kita, sendiri

...

Hanya alang alang pagar rumah kita Tanya anyelir, tanpa melati

Hanya bunga bakung tumbuh di halaman Namun semua itu milik kita

Memang semua itu milik kita, sendiri

....

Haruskah kita beranjak ke kota Yang penuh dengan tanya

....

Lebih baik disini, rumah kita sendiri

Segala nikmat dan anugerah yang kuasa

Semuanya ada disini

....

(Godbless - Rumah Kita)

(4)

DAFTAR ISI

O

ABOuT

uS

I

RuMAH

KITA

Iv

SELAYANG

PANDANG

vII

>

BARATHA

KALEDuPA

45

> upaya Peningkatan Kesehatan dari Kami

51

> Bak Sampah untuk Ollo

63

>

MENGAJAR

73

>

Berpisah

dengan

Ollo

79

> PENutuP

103

> PERJALANAN 'FROM SoLO To Ollo

1

>

banua

tada

di

kaledupa

11

> Tenun dan Kasoami:

Aktifitas Para Ibu di Kaledupa

17

>

Danau

(keramat)

SOmbano

25

>

Tujuhbelasan

Ala

Kaledupa

35

(5)

SELAYANG PANDANG

Pada kegiatan KKN Kemitraan Luar Jawa Juli-Agustus 2016 ini kami berkesempatan untuk melaksanakan program kerja pengabdian di Desa Ollo, Kecamatan Kaledupa, Provinsi Sulawesi Tenggara. Kami disatukan dari latar belakang Fakultas berbeda, bersama untuk meng-abdi di Pulau Sulawesi. Dengan tema Nyiur Harapan: Mengmeng-abdi untuk Negeri Menuju masyarakat Ollo dan Ollo Selatan Sejahtera kami akan mengabdi di Desa Ollo, utamanya, dan Desa Ollo Selatan untuk beber-apa program kerja tertentu.

Desa Ollo dipimpin oleh seorang kepala desa bernama Bapak La Rocco, SE. Desa Ollo berada di wilayah pesisir laut, dengan jarak dari Kecamatan 1,2 km dengan luas wilayah pemukiman 12 Ha. Kondisi wilayah Desa Ollo sedikit berbukit dan berada di bawah kaki gunung yang merupakan wilayah perkebunan masyarakat. Di desa inilah kami dituntut untuk dapat beradaptasi dengan kondisi alam, jenis makanan, kebiasaan, dan juga pola pikir yang berbeda dari daerah asal kami. Yang paling terasa bagi kami adalah perbedaan pola makan. Disana tidak ada tanaman sayur, sehingga kami harus sering mengkonsumsi ikan selama 40 hari kedepan. Untuk kami yang terbiasa makan dengan sayuran, hal itu tidak mudah dilakukan.

Selain itu, terkait dengan ketersediaan fasilitas dan sarana prasa-rana juga begitu berbeda. Jika di Pulau Jawa kami dapat dengan mudah mendapatkan bahan makanan dan alat kebutuhan sehari-hari, bahkan apapun dapat tercukupi, maka lain halnya dengan di Desa Ollo. Bah-an makBah-anBah-an serta alat kebutuhBah-an sehari-hari yBah-ang kami butuhkBah-an tidak selalu ada. 40 hari bukanlah waktu yang singkat bagi kami untuk bera-da di sana. Kami harus saling memahami bera-dan menyatukan perbebera-daan, tak hanya pada masyarakat Desa Ollo, namun juga pada pribadi mas-ing-masing dari kami.

Terimakasih kami ucapkan kepada Allah SWT yang berkat rahmat dan ridlo nya kami dapat sampai ditempat tujuan dengan selamat. Ba-pak La Rocco S.E selaku Kepala Desa yang telah memberi kami tempat bernaung dan membimbing serta mendukung setiap kegiatan kami. Ibu Nurhamita selaku Sekretaris Desa, yang telah membimbing dan mem-beri masukan pada setiap pelaksanaan kegiatan kami. Ibu Dewi, Pak Irwan dan Erwan, selaku staff di Balai Desa Ollo yang banyak member-ikan informasi dan bantuan bagi kami. Ibu Yati, guru di SDN 3 Ambeua yang telah banyak sekali memberikan masukan selama kami berkegia-tan di SDN Ambeua 3 dan SDN 3 Ollo. Tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada seluruh warga Desa Ollo dan pihak-pihak terkait yang tidak dapat kami sebutkan satu per-satu. Semoga kita dapat diper-temukan kembali di waktu dan kesempatan yang akan datang. Semoga buku ini dapat memberikan wawasan bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya bagi Mahasiswa KKN Luar Jawa.

Tim KKN UNS Desa Ollo 2016

(6)

perjalanan

'From Solo

to ollo'

(7)

Memasuki Bulan Juli 2016, mahasiwa UNS yang mengikuti Kuliah Kerja Nyata periode Juli-Agustus 2016 mulai intens mempersiapkan keberangkatan menuju Lokasi KKN. Mulai dari kesiapan program kerja, peralatan yang perlu dibawa, pendanaan, kesehatan sampai hal-hal sederhana yang bersifat pribadi. Seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri mahasiswa KKN di-kumpulkan didepan Gedung Pusat dr. Prakoso atau yang sebelumnya dikenal dengan Gedung Pusat Rektorat UNS. Saat itu hari Kamis 14 Juli 2016, seluruh mahasiswa peserta KKN mengi-kuti Upacara Pelepasan KKN oleh Rektor UNS.

Dengan jargon ‘From Solo to Ollo’ kami menyatu-kan niat, memanjatmenyatu-kan doa bersama, lalu memohon restu kepada para orang tua tim yang turut menghantar. Jargon ‘From Solo to Ollo’ menjadi motivasi dan semangat bagi kami untuk menempuh perjalanan panjang dan mengabdi untuk Desa Ollo. Perjalanan kami menuju lokasi KKN Desa Ollo, Kecamatan Kaledupa, Kabupaten Wakatobi, Propinsi Sulawesi Tenggara, dimulai tepat hari Kamis, 14 Juli 2016 pukul 22.00 WIB. Tim KKN UNS Desa Ollo berangkat dari gerbangbelakang kampus UNS menuju Bandar Udara Juan-da, Surabaya. Sebenarnya kami berumlah 16 anggota, teta-pi kami yang berangkat dari Solo hanya 12 anggota, sisanya berangkat dari kampung halaman masing-masing.

Subuh tanggal 15 Juli 2016, bus kami memasuki Bandar Uda-ra Juanda. Mengingat jadwal pen-erbangan kami pukul 09.00 WIB, masih ada waktu bagi kami untuk mandi dan beristirahat sembari menunggu 4 anggota lainnya yang masih menempuh perjalanan menu-ju Bandar Udara Juanda.

PERJALANAN 'FROM SOLo To OLLo MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(8)

Setelah lengkap 16 anggo-ta, kami bergegas check-in, me-masukkan koper dan tas carrier yang kami bawa ke bagasi. Pukul 09.05 WIB pesawat take off dari Bandar Udara Juanda menuju Bandar Udara Haluoleo, Kendari. Kami terbang selama kurang lebih 2 jam, perbedaan waktu satu jam membuat kami sampai di Kendari sekitar pukul 12.00 WITA. Sesam-painya di ibukota Propisi Sulawesi Tenggara itu, kami langsung

menu-ju Mess Wakatobi. Mess Wakato-bi ini memang disediakan bagi orang-orang yang transit di Kend-ari sebelum menuju Kabupaten Wakatobi. Kami menginap hanya semalam di Mess Wakatobi, kee-sokan harinya pukul 07.00 WITA kami naik angkutan kota menuju Pelabuhan Kendari.

Jadwal kapal penyeberan-gan reguler dari Pelabuhan Kend-ari ke Pelabuhan Wanci, Wakatobi hanya ada pada hari Senin, Kamis

dan Sabtu. Kapal biasa berang-kat pukul 08.00 WITA, dengan perkiraan pelayaran selama 10 sampai 14 jam. Namun, dikare-nakan arus kuat dari Laut Banda, kerangkatan kapal saat itu men-galami penundaan sampai pukul 1 dini hari. Karena kami sudah me-masukkan seluruh barang ke da-lam kapal, kami memutuskan tetap berada di dalam kapal sampai waktu berangkat kapal tiba. Beber-apa dari kami saling bergantian

menjaga barang di kapal dan pergi berjalan-jalan menikmati suasana Kota Kendari. Sebagai kota tran-sit, Kendari merupakan kota yang ramai di Sulawesi, sudah ada be-berapa mall dan bioskop di sana. Bermodalkan uang Rp 10.000,00 kami dapat menyusuri kota Kend-ari dengan angkutan kota.

PERJALANAN 'FROM SOLo To OLLo MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(9)

erjalanan laut kami tempuh sekitar 14 jam, sampai di Pela-buhan Wanci pukul setengah 3 sore. Di PelaPela-buhan Wanci kami sudah ditunggu oleh La Rocco, Bapak Kepala Desa Ollo, Ibu Wa Ode dan La Nurdin dari Kantor Kabupaten Wakatobi bagian Pem-berdayaan Masyarakat dan Kesra. Kami menginap di rumah Pak Rocco yang ada di Wanci, karena kami sudah ketinggalan kapal menuju Kaledupa yang dijadwalkan setiap hari pukul 12.00 WITA.

Kapal berangkat sekitar pukul 00.30 WITA hari Minggu 17 Juli 2016. Ombak sangat kuat saat itu, hingga kapal dapat dengan mudahnya terombang-ambing. Bagi kami yang notabene jarang naik kapal, ini merupakan pengalaman yang sungguh menegang-kan. Tiga anggota dari Tim KKN kami mengalami mabuk laut se-lama perjalanan berlangsung.

PERJALANAN 'FROM SOLo To OLLo MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(10)

‹‹

Fa Dian &

Fa LiAn

Keesokan paginya kami sempat me-ngunjungi Gua Air Tawar Kontamale. Mata Air tawar dari gua ini sangat jernih dan bersih. Meskipun penduduk sekitar Wan-ci sering menggunakannya untuk mencu-ci dan mandi namun airnya tetap jernih. Kami pun turut mandi merasakan segarnya air tawar Goa Kontamale. Suasana sekitar Gua Kontamale masih alami tanpa banyak perubahan. Dari cerita Pak Nurdin, yang mendampingi kami ke Gua Kontamale, Kontamale berasal dari dua kata Konta yang artinya Pengang dan Male yang artin-ya Luntur, maksudnartin-ya orang artin-yang mempu-nyai niat buruk di Gua ini pasti akan luntur niatnya.

Pukul setengah 12 siang kami be-rangkat bersama dengan Pak Rocco dan didampingi Pak Nurdin ke Kaledupa. Bi-asanya perjalanan hanya ditempuh da-lam kurun waktu 2 jam, namun karena kuatnya ombak, perjalanan menjadi lebih lama. Kami sampai di Pelabuhan Kaledu-pa pukul 3 sore tanggal 18 Juli 2016. Sesampainya di Kaledupa, kami sudah ditunggu 2 mobil pick-up yang akan men-gantarkan kami ke rumah Pak Rocco. Ses-ampainya di rumah Pak Rocco, kami su-dah ditunggu oleh Ibu Sarviyanti, istri Pak Rocco, La Sarman, Fa Lian, Fa Dian, dan La Ula, putra-putri Bapak Rocco.

PERJALANAN 'FROM SOLo To OLLo

MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(11)

Banua Tada

di Tanah

Kaledupa

(12)

Berbeda dengan rumah-ru-mah di Wanci yang kebanyakan su-dah rumah batu (baca: rumah dari batu bata), rumah-rumah di Kaledu-pa hampir keseluruhan adalah ru-mah panggung yang terbuat dari kayu. Rumah panggung ini disebut Rumah Adat Banua Tada, yang mer-upakan rumah adat daerah Sulawesi Tenggara. “Banua berarti rumah dan Tada berarti siku, sehingga nama ini memiliki arti Rumah Siku”, jelas Pak Rocco ditengah perjalanan.

Rumah adat Banua Tada dibuat tanpa menggunakan paku dengan bahan utama kayu, untung menyambungkan setiap kayu meng-gunakan pasak. Namun, rumah panggung di Kaledupa masa kini menggunakan pasak sekaligus paku, demi alasan keamanan agar rumah lebih kokoh. Kayu yang digunakan bisa kayu pohon nangka ataupun pohon jati.

BANuA TADA DI TANAH KALEDuPA MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(13)

Banua Tada memiliki teras dibagian depan, dengan pintu depan yang tidak terlalu tinggi. Dulu, masyrakat meng-gunakan atap rumbia, namun kini Banua Tada sudah men-galami modernisasi dengan beratapkan genteng bahkan pla-fon. Layaknya rumah pada umumnya, ruangan depan Banua Tada digunakan sebagai ruang tamu, ruang tengah sebagai ruang keluarga, dan terdapat beberapa ruang sebagai kamar. Untuk dapur dan kamar mandi biasanya di letakkan di be-lakang rumah panggung, berada di bawah tidak di atas seperti ruang tamu dan kamar. Sehingga, Banua Tada modern ini, selain memiliki bangungan panggung yang beralaskan kayu, juga memiliki bangunan yang beralaskan tanah (baca: lantai keramik).

Dari atas mobil pick-up kami dapat melihat rumah panggung yang lengang berjajaran rapi di kiri dan kanan jalan. Udara pesisir pantai sepoi-sepoi menggerakkan daun pohon kelapa yang tumbuh bersisian di pinggir jalan, menambah kesan keasrian Kaledupa. Setibanya di depan rumah Pak Rocco, kami bergegas memasukkan seluruh ba-rang dibantu La Sarman, putra Pak Rocco. Dibandingkan dengan rumah-rumah panggung lainnya, rumah panggu-ng Pak Rocco lebih terlihat mewah, depanggu-ngan cat hijau yapanggu-ng menambah kesan segar. Di rumah inilah kami berenam-belas merasakan hangatnya berkumpul dengan keluarga. Meskipun selama 45 hari jauh dari keluarga, di rumah ini tidak seharipun kami merasa asing dan jauh dari keluarga.

BANuA TADA DI TANAH KALEDuPA

MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(14)

Tenun dan Kasoami:

Aktifitas para Ibu di

Kaledupa

(15)

Di pagi hari, dari atas teras kami dapat melihat lalu lalang

war-ga memulai aktifitas mereka. Setiap

hari ada angkutan yang beroperasi di jalanan lengang Kaledupa, ang-kutan ini hanya beroperasi di pagi

hari entah karena alasan apa. War -ga Kaledupa tidak terbiasa sarapan, mereka biasa makan mulai pukul 9

keatas. Seringnya tiap pagi mere -ka hanya ma-kan ma-kanan ringan seperti roti-roti kecil yang dijajakan di pasar maupun diwarung-warung

pinggir jalan.

Siang harinya kami dapat

melihat ibu-ibu warga Ollo duduk di teras rumah pang-gung mereka sambil menenun benang maupun menghaluskan singkong untuk dimasak

kaso-ami, makanan khas Wakatobi.

Kebanyakan ibu-ibu Ollo

me-mang beraktifitas menenun dan membuat kasoami.

Tenun dan Kasoami Aktifitas Para Ibu di Kaledupa

MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(16)

Tenunan mereka buat men-jadi sarung dan ikat dengan war-na yang bermacam-macam. Pada zaman dahulu, benang yang digu-nakan untuk tenun dipintal sendiri dengan pewarna alami, tetapi kini banyak ibu-ibu yang menggunakan benang dan pewarna yang dibeli di toko perlengkapan tenun, meskipun tidak memungkiri masih ada juga yang tetap mempertahankan sa-rung maupun ikat dengan pewarna alami.

Untuk harganya pun juga beragam, tenunan sarung dengan benang biasa bisa berkisar dari Rp 300.000,00 sampai Rp 600.000,00, sedangkan tenunan sarung dengan benang pewarna alami bisa men-capai budget 600.000 lebih. Tenun ikat pun juga beragam harganya mulai dari Rp 50.000,00 hingga Rp 300.000,00. Biasanya untuk mem-percantik sarung maupun ikat, di-gunakan benang warna metalik sebagai kombinasi benang sehing-ga hasilnya kain terlihat bercaha-ya. Terdapat 2 motif Tenun Waka-tobi, yaitu motif garis untuk wanita dan motif kotak untuk pria. Seiring berkembangnya jaman, sekarang pun telah hadir pula mesin tenun, namun sarung yang dihasilkan me-sin tenun tidak sehalus buatan tan-gan, dan benangnya juga benang biasa. Biasanya sarung tenun mesin ini jual seharga Rp 50.000,00 hing-ga Rp 300.000,00.

Tenun dan Kasoami Aktifitas Para Ibu di Kaledupa MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(17)

Mengenai kasoami, ini adalah makanan khas Wakatobi yang biasanya menjadi makanan pokok pengganti nasi. Seperti dijelaskan sebelumnya, kaso-ami terbuat dari singkong yang dihaluskan. Pembua-tan kasoami masih menggunakan cara tradisional, singkong biasa diparut kemudian diperas hingga ha-bis kandungan airnya. Lalu singkong tersebut dijemur selama kurang lebih 15 jam, langsung terkena sinar matahari, sehingga singkong parut tersebut benar-be-nar kering. Kemudian singkong yang sudah kering dimasukkan kedalam cetakan berbentuk kerucut dari daun kelapa yang dianyam. Setelah rapi tertata penuh dalam cetakan, bahan singkong ini dikukus hingga masak. Kasoami biasa dimakan dengan lauk ikan bakar atau ikan parende. Ikan parede adalah olahan ikan berkuah dimasak dengan bawang merah, serai, cabai, kunyit dan tomat, sedangkan ikan bakar hanya dicelupkan dengan bumbu bakar lalu di bakar hingga kehitaman. Daripada nasi, masyarakat Wakatobi lebih sering memakan kasoami. Di pasar maupun warung-warung pinggir jalan mudah dijumpai penjual kasoa-mi.

Ketika kami singgah di Wanci, kami juga me-nemui olahan singkong yang khas disana yaitu Kaso-ami Pepe. Bahannya sama dengan kasoKaso-ami, hanya saja ditambahi proses dipukul dan adonannya tidak kering, karena ditambah dengan lumuran minyak dan bawang goreng. Adonannya dipukul terus-menerus hingga tekstrusnya lembut dan lembek. Lalu kasoami pepe dibentuk model persegi panjang kurang lebih 20cm. Kasoami pepe biasa dimakan tanpa lauk, tapi tidak menutup kemungkan bila ingin menikmatinya dengan lauk pauk, ikan bakar misalnya. Makanan khas Wanci ini dapat bertahan hingga sebulan, seh-ingga cocok dibawa untuk dijadikan buah tangan.

Tenun dan Kasoami Aktifitas Para Ibu di Kaledupa MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(18)

Danau (keRamat) SOmbano

(19)

Setiap malam Pak Rocco selalu mengajak kami berkumpul dan bercerita banyak hal mengenai Kaledupa, pulau kelahirannya. Suatu malam Pak Rocco dan Bu Sarviyanti bercerita mengenai danau yang ter-letak di ujung barat Pulau Kaledupa, Danau Sombano namanya, sesuai dengan nama desa lokasinya. Danau ini terbentuk dari batu-batu ka-rang di daerah tersebut yang menghasilkan rongga-rongga. Lewat rong-ga-rongga tersebut air laut dapat sampai ditengah daratan dan mem-bentuk danau air laut.

Bapak dan Ibu, sebutan kami untuk Pak Rocco dan Bu Sarviyanti, menceritakan tentang mitos yang ada di Danau Sombano dan daerah disekitar sana. Bapak dan Ibu berjanji akan mengajak kami ke danau tersebut dan memeperingatkan kepada kami, “Nanti kita jalan jangan sampai kita tanya jalurnya dimana di? Jangan tanya kenapa tidak sam-pai-sampai? jangan menunjuk apa-apa kita lihat disana”. Maksudnya, kami tidak boleh banyak bertanya tentang jalurnya yang panjang, kata Ibu kami akan melewati tengah hutan dengan suasana mistis. Tak lupa Ibu juga berpesan agar kami tidak berenang di Danau.

Sabtu, 23 Juli Ibu pun menepati janjinya untuk membawa kami ke Danau Sombano. Mengggunakan mobil pick-up kami menuju Desa Sombano. Karena akses jalan menuju Danau Sombano sempit hanya bisa digunakan untuk berjalan kaki, kami pun turun meninggalkan mobil pick-up. Jalur perjalanan begitu panjang dan sempit dengan tanaman lebat di kiri dan kanan jalur. Kami mengingat pesan Ibu, untuk tidak boleh banyak bertanya, karena konon katanya kalau banyak bertanya kami akan disesatkan ditengah hutan itu. Ibu juga meminta kami untuk berhati-hati karena pijakan kami adalah batuan kerang yang terjal.

Sesampainya di Danau Sombano, kami semakin penasaran kenapa Ibu melarang kami berenang disana. Teringat akan larangan tersebut justru membuat kami semakin ingin merasakan segarnya air danau, tetapi kami tetap mengurungkan niat kami. Ibu berjanji akan menceritakan alasannya setelah kami sampai di rumah. Di sana Ibu ha-nya menunjukkan, ”lihat itu udang merah, udang tinggal di danau ini”. Selesai berfoto ria di Danau kami pun melanjutkan perjalanan ke Pantai Sombano untuk menikmati sunset, yang kata Ibu matahari akan terasa lebih lama terbenam.

DANAu (KERAMAT) SOMBANo MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(20)

Pantai Sombano begitu sepi, masih sangat perawan dan indah. Kami bagaikan menyewa pulau un-tuk menikmati pantai secara priba-di. Tak akan melewatkan kesempa-tan ini kami pun berenang di pantai, mengumpulkan kerang-kerangan putih, bermain pasir dan menikati sunset.

Benar kata Ibu, sunset di Pantai Sombano terasa be-gitu lama. Hal ini karena Pan-tai Sombano terletak di ujung barat Pulau.

DANAu (KERAMAT) SOMBANo MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(21)

Sebelum senja benar-benar meninggalkan kami, Ibu segera mengajak kami untuk kembali ke mobil pick-up. Selama perjalanan di atas pick-up tak hentinya kami merasa penasaran akan larangan berenang di Danau Sombano.

DANAu (KERAMAT) SOMBANo MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(22)

Sesampainya di rumah dan selesai berberes, kami berkumpul di runag tengah untuk meminta penjelasan Ibu. Ibu bercerita bahwa Danau Sombano dikeramatkan oleh masyarakat Kaledupa. Konon di Danau terse-but hidup buaya hitam berukuran besar. Mas-yarakat Kaledupa percaya bahwa buaya terse-but dikirim oleh makhluk gaib penghuni danau untuk melindungi danau. Selain itu, didalam danau juga hidup udang berwarna merah segar yang dipercaya milik penghuni danau. Orang-orang yang nekat berenang di danau akan di-makan buaya hitam itu. Sebenarnya mitos ini dimaksudkan demi keselamatan orang yang berniat renang disana dan kelestarian udang merah serta menjaga kondisi danau agar tetap asri.

Tidak ada yang tahu didalam danau ada he-wan apa lagi selain udang merah, mengingat letak-nya ditengah hutan rindang ditakutkan di dalam da-nau ada hewan liar, ular misalnya. Juga meminimalisir kecelakaan pada saat berenang, karena kedalaman danau yang beragam ditakutkan orang-orang yang berenang di dalamnya mungkin bisa tenggelam. Se-dangkan selama perjalanan kami dilarang banyak bertanya untuk meminimalisir kami mengeluh dengan jalanannya yang terjal dan panjang. Larangan menun-juk ini dan itu, karena memang keadaan disana begi-tu mistis. Di luar kenyataan ibegi-tu, masyarakat Kaledupa percaya bahwa Danau Sombano merupakan danau keramat, maka kami pun harus menghargai hal itu dan menuruti larangan yang ada. Toh, tujuan dari mi-tos ini baik bagi kami.

DANAu (KERAMAT) SOMBANo MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(23)

Tujuh

belasan

Ala

Kaledupa

(24)

Bukan rahasia lagi kalau tanggal 17 Agustus merupakan hari ke-merdekaan Bangsa Indonesia, dan biasanya diperingati secara meriah. Berbagai acara bernuansa kebangsaan seperti lomba menyanyi lagu nasional, tari nasional, karnaval, pentas seni, tirakatan, upacara bend-era dan berbagai acara lainya menjadi satu rangkaian apik guna me-meriahkan ulang tahun Ibu Pertiwi tercinta. Peringatan Acara 17-an bagi warga Kaledupa menjadi moment yang paling ditunggu-tunggu sekali dalam satu tahun mengingat tidak adanya pusat rekreasi dan hiburan di pulau tersebut. Di Desa Ollo, perayaan acara 17 an berpusat di Keca-matan Kaledupa tepatnya di Desa Ambeua yang kebetulan berada tepat di tengah pulau. Acara peringatan 17 Agustus di Kaledupa diikuti oleh empat kelurahan dan 12 desa, termasuk Desa Ollo.

Kegiatan lomba dan hiburan berlangusung selama dua minggu sebelum acara puncak. Jenis perlombaan yang ada di Kaledupa antara lain adalah lomba olahraga yang meliputi; pertandingan Futsal, Sepak Bola, Bola Voli dan Bola Takraw. Lomba olahraga ini diadakan sore hari di Lapangan Bola Akbar Ambeua. Setelah sore harinya puas berolahra-ga, masyarakat disuguhi rangkaian lomba kesenian yang meliputi; seni tari dan seni musik. Kemudian ada lomba menyanyi, lomba pidato, pui-si, serta fashion show, yang juga bertempat di Lapangan Bola Akbar Ambeua.

Tujuhbelasan ALA KALEDuPA

MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(25)

Sangat berarti bagi kami karena telah berkesempa-tan untuk ikut dalam jajaran kepanitiaan acara 17-an di Ke-camatan Kaledupa sekaligus diundang menjadi salah satu pengisi acara. Pengenalan Seni Batik dan Lagu-lagu Jawa se-bagai bentuk pertukaran budaya bagi masyarakat Kaledupa kami persembahkan melalui sebuah pertunjukan (Performing Art). Dalam pertujukan tersebut kami tampil dengan men-genakan Batik dan meyanyikan lagu traditional Jawa yakni Gundul-gudul Pacul dan Suwe Ora Jamu. Kami persembah-kan pula sebuah puisi bertema nasionalisme yang dibawapersembah-kan oleh teman kami, Ari Rizkiandi dan Kresna Pawestri dengan iringian Lagu Gebyar-gebyar dan Rumah Kita.

Kegiatan lomba sebagian besar diikuti oleh orang de-wasa. Tiap desa saling berkompetisi untuk menjadi yang ter-baik dan meraih predikat juara. Tidak hanya berhenti disitu, tepat sehari sebelum acara puncak Tujuhbelasan, diadakan lomba gerak jalan untuk seluruh kalangan di Kaledupa. Lom-ba ini diikuti mulai dari Lom-barisan anak-anak, Lom-barisan remaja, barisan muda-mudi, hingga barisan ibu-ibu dan bapak-ba-pak. Pada kesempatan ini kami Tim KKN UNS Desa Ollo bergabung dengan Tim KKN UNS Desa Waduri turut berpar-tisipasi sebagai peserta lomba gerak jalan. Gerak jalan dim-ulai dari Pelabuhan Buranga hingga Lapangan Bola Akbar Ambeua, yang berjarak sekitar 5km. Jalan yang naik turun berbukit-bukit tak menggoyahkan semangat peserta untuk

mencapai finish.

Tujuhbelasan ALA KALEDuPA

MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(26)

WAKAFEST.

Tujuhbelasan ALA KALEDuPA MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(27)

Wakafest merupakan serang-kaian acara lomba yang kami ada-kan terfokus di Desa Ollo dan dipe-runtukkan bagi Anak-anak Ollo umur 7-15 tahun. Kami selaku Tim KKN UNS Desa Ollo menjadi pani-tia tunggal dalam penyelenggaraan acara tersebut. Kegiatan lomba dibagi menjadi dua kategori. Yaitu kategori keagamaan dan kategori permainan. Adapun lomba kea-gamaan meliputi; lomba adzan, lomba hafalan surat pendek serta

lomba kaligrafi yang diperuntukkan

bagi siswa SD dan SMP. Lomba kea-gamaan ini sekaligus kami adakan untuk melihat kemampuan anak-anak dalam adzan, hafalan surat

pendek dan kaligrafi yang sudah

kami ajarkan dalam program TPA rutin di Masjid Al-Ikhlas Ollo. Se-dangkan lomba permainan melipu-ti; lomba balap karung, balap kel-ereng serta lomba makan kerupuk yang juga diperuntukkan bagi siswa SD dan SMP. Lomba permainan ini memang sederhana dan terkesan biasa saja, kami pun sempat pesi-mis, akankah anak-anak bersedia mengikuti lomba ini. Ternyata dilu-ar dugaan, mereka sangat antusias mengikuti lomba, karena memang meskipun lomba-lomba ini sederha-na, tapi tidak setiap tahun ada lom-ba permainan semacam ini yang hanya diperuntukkan bagi anak-anak. Seluruh anak-anak Desa Ollo yang berumur 7-15 mengikuti Wakafest.

Tercatat sebanyak 63anak mengi-kuti lebih dari satu macam perlom-baan. Semangat, tawa, dan

sporti-fitas mereka untuk memenangkan

lomba, membuat kami merasa ter-haru dan bangga bisa mengadakan acara khusus bagi mereka.

Lomba permainan diadakan di lapangan SDN 3 Ambeua dan untuk lomba keagamaan seperti lomba adzan, lomba hafalan surat

pendek serta lomba kaligrafi diada -kan di Masjid Al-Ikhlas yag berada tidak jauh dari SD 3 Ambeua. Kami sangat senang melihat dukungan warga dan antusiame anak-anak Desa Ollo terhadap kegiatan lomba yang kami adakan. Sebagai apre-siasi untuk para pemenang, kami mempersiapkan hadiah bagi mas-ing-masing juara berupa alat tulis dan perlegkapan sekolah, serta van-del penghargaan. Kenangan ber-main bersama anak-anak menjadi pengalaman yang tidak akan kami lupakan. Terimakasih warga Desa Ollo, dan terimakasih adik-adikku.

Tujuhbelasan ALA KALEDuPA MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(28)

BARATHA

KALEDuPA

(29)

Pertengahan tahun ini Kaledupa disibukkan dengan dua acara besar, pertama acara Peringatan Tujuhbelasan pada Bulan Agustus tentunya dan Festi-val Barata Kaledupa di Bulan September. Sayang kami tidak dapat mengikuti Festival Barata, karena akhir Agustus kami sudah harus kembali ke kampus dan melanjutkan studi kami. Meskipun demikian, Fa Dian dan Fa Lian, putri Pak Rocco, sempat membagi cerita tentang apa-apa saja yang akan diselenggarakan da-lam festival tersebut.

Pertama mereka menceritakan tentang upacara pingitan bagi gadis-gadis di Kaledupa yang terang-kum dalam Upacara Karia. Para gadis akan menjalani pingitan selama beberapa hari sebagai simbol masa peralihan remaja menuju dewasa, yang disebut Som-bo. Dalam prosesi Sombo ini mereka akan mendapat nasehat dari para orang tua mengenai kewajiban dan tanggungjawab wanita serta merawat diharuskan merawat diri menggunakan bedak kuning yang dilu-murkan diseluruh tubuh.

Upacara Karia ini merupakan perayaan peris-tiwa penting tahapan kehidupan, mulai dari kelahi-ran anak, masa tkelahi-ransisi dari remaja menjadi dewasa, hingga pernikahan. Tetapi ditahun ini Karia khusus menjalankan prosesi adat pada masa transisi remaja menjadi dewasa. Nama Karia sendiri memiliki arti ke-meriahan.

BARATA KALEDuPA MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(30)

Tidak hanya gadis, pemuda pun juga menja-di peserta Upacara Karia. Mereka (para gamenja-dis dan pemuda) akan diarak menuju temapat Karia yaitu Lapangan Bola Akbar Ambeua. Kegiatan tersebut menjadi puncak acara festival yang disebut prosesi Henauka Nu Mo’ane arak-arakan pemuda peserta Karia dari Masjid menuju tempat Karia dan Henau-ka Nu Wowine arak-araHenau-kan para gadis peserta Karia dari rumah masing-masing menuju tempat Karia yang diiringi tari dan lagu. Di puncak acara inilah pe-serta Karia akan mengenakan baju tradisional yang mewah dengan berbagai perhiasan. Rambut para gadis akan dihiasi mahkota dan bunga. Di tempat Karia inilah untuk pertama kali para gadis menginjak tanah kembali setelah prosesi Sombo.

Selanjutnya, Ibu dan Bapak menambahkan, bahwa juga akan diadakan upacara perjodohan, yang disebut porimbi-rimbia. Dalam prosesi ini para gadis dan pemuda menjalani masa penjajakan sebe-lum dijodohkan, kemudian orang tua pemuda mela-mar ke rumah orang tua gadis dengan arak-ara-kan adat. Meskipun demikian porimbi-rimbia tidak mengikat, upacara perjodohan ini dapat berlanjut menikah nanti setelah dewasa maupun tidak.

Selain itu, masih banyak rangkaian acara lain-nya, yaitu kesenian tradisional berupa tarian dan per-mainan rakyat, pameran kuliner dan produksi lokal berupa tenun dan kerajinan. Festival Barata Kahed-upa tahun ini berpusat di Lapangan Bola Akbar Am-beua, yang puncaknya pada tangal 17-24 September 2016.

Mendengar cerita Fa Lian, Fa Dian, Ibu dan Bapak membuat kami merasa sedih tidak dapat meli-hat dan mengikuti serangkaian acara Festival Barata Kahedupa. Semoga ditahun-tahun berikutnya kami dapat berkesempatan menyaksikan festival ini. Amin.

BARATA KALEDuPA MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(31)

upaya

peningkatan

Kesehatan

dari

Kami

(32)

Kesehatan merupakan hal yang penting bagi setiap individu untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan dipandang sebagai suatu investa-si untuk meningkatkan kualitas sumber daya manuinvesta-sia. Desa Ollo rajin mengadakan kegiatan kesehatan, ter-utama Posyandu yang sebulan sekali diselenggarakan di Polindes. Puskesmas Pusat Kaledupa pun rutin men-gadakan pelatihan kader dan posyandu yang rutin se-tiap bulannya. Puskesmas Pusat Kaledupa membuka pelayanan 24jam dalam 7 hari penuh. Setiap pengo-batan dan perawatan di puskesmas tidak dipungut bi-aya, sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kaledupa terjamin. Namun jumlah tenaga kesehatan dan dokter di Puskesmas ini kurang memadai. Setali tiga uang dengan keadaan fasilitas dan persediaaan obat di Puskesmas tersebut yang juga kurang mema-dai, terutama obat untuk ISPA (Infeksi Saluran Perna-fasan Atas), hipertensi dan suplemen-suplemen. Selain itu, di Kaledupa masih banyak campur tangan politik dalam bidang kesehatan, sehingga mengakibatkan ti-dak merata pembagian asuransi kesehatan, dan pen-empatan tenaga kerja kesehatan.

Melalui kegiatan dibidang kesehatan, kami bertujuan untuk dapat meningkatkan kesadaran serta antusiasme masyarakat Ollo terkait dengan penting-nya pola hidup sehat. Lewat program pelatihan cuci tangan dan kebersihan gigi, survey PHBS serta kegia-tan Bakti Sosial Kesehakegia-tan, kami menyapa masyarakat Ollo dan Ollo Selatan sebagai tindakan prefentif ter-hadap timbulnya berbagai penyakit guna mencapai tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi.

Survey PHBS kami lakukan dengan cara men-gunjungi rumah warga satu per satu mengamati ting-kat kehidupan sehat dan bersih masyarating-kat. Dari hasil survey tersbut dapat dijelaskan cara-cara pencegah-an timbulnya penyakit dpencegah-an masalah-masalah keseha-tan, dalam rangka meningkatkan derajat kesehakeseha-tan, mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat.

P

rumah di desa Ollo

Selatan.

uPAYA PENINGKATAN KESEHATAN DARI KAMI MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(33)

Hasil survey PHBS di Desa Ollo dan Ollo Selatan menunjukkan bahwa masalah utama PHBS di Desa Ollo, antara lain hampir seluruh rumah yang dilakukan survey, tidak memberikan ASI Ekslusif (hanya ASI saja selama umur 0-6 bulan). Pada umur 3 bulan sudah diberikan makanan pendamping ASI. Pengelolaan sampah masih kurang baik, sampah tidak adanya tempat pembungan akhir sampah di Desa Ollo maupun Ollo Selatan. Pemusnahan sampah dilakukan dengan dibakar atau dibuang ke sungai atau laut. Masih banyak rumah yang tidak memiliki lantai kedap air, karena sebagaian besar dari mereka tinggal dirumah panggung beataskan kayu. Rata-rata masyarakat tidak memperhatikan gizi dengan baik, ditunjukkan dengan ti-dak sering mengganti menu, sehingga banyak yang ter-kena hipertensi, penyakit kolesterol, asam urat, dan gula darah tinggi. Rata-rata perokok di Desa Ollo maupun Ollo Selatan merokok sembarangan. Masih banyak penduduk yang belum mendapat asuransi kesehatan dari pemerin-tah.

uPAYA PENINGKATAN KESEHATAN DARI KAMI MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(34)

Penyuluhan cuci tangan dan gosok gigi merupakan cabang dari program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang ditujukan bagi anak-anak. Penyuluhan tentang tatacara mencuci tangan yang benar untuk memu-tus rantai penularan pen-yakit dengan mengajarkan pentingnya kebersihan diri pada anak-anak. Anak-anak diajarkan lang-kah-langkah mencuci tan-gan dan mempraktikannya bersama-sama. Agar mu-dah diingat, kami men-gajak anak-anak untuk mencuci tangan dengan bernyanyi.

Dengan metode tersebut anak-anak men-jadi bersemangat dan mudah untuk menghafal langkah-langkah cuci tan-gan. Kegiatan berikutn-ya dilakukan penyuluhan tentang cara menggosok gigi yang benar agar anak-anak menyadari pentingnya kesehatan gigi dan mulut serta terbia-sa dengan pola gosok gigi minimal 2 kali sehari. Per-tama-tama kami menun-jukkan gambar cara meng-gosok gigi, kemudian tiap langkah kami praktekkan dan meminta anak-anak

menirukannya. Langkah tersbut dilakukan 2 kali. Kemudian kami mem-bagikan sikat gigi dan pas-ta gigi kepada anak-anak dan mulai mempraktekan langkah gosok gigi yang baik dan benar. Kami juga menjelaskan pentingnya menggosok gigi minimal 2 kali sehari, mengingatkan harus menggosok gigi se-sudah makan dan sebelum tidur. Tak lupa kami juga memaparkan bahaya-ba-haya apa saja yang akan terjadi apabila tidak gosok gigi dengan benar dan teratur. Anak-anak begitu bersemangat memprak-tekkan gosok gigi yang baik dan benar. Sasaran dari program ini adalah seluruh siswa SDN 3 Am-beua dan SDN 3 Ollo.

Tujuh langkah cuci tangan

Membasuh dan menyilang

Basuh dengan air bersih

uPAYA PENINGKATAN KESEHATAN DARI KAMI MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(35)

BAKSOS KALEDUPA.

uPAYA PENINGKATAN KESEHATAN DARI KAMI MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(36)

Program utama kesehatan yang kami laksanakan adalah Bakti Sosial Kesehatan, atau yang biasa kami sebut Baksos Pengo-batan. Kegiatan ini bertujuan untuk mem-berikan pelayanan kesehatan secara gratis kepada masyarakat Ollo dan Ollo Selatan. Kegiatan ini bekerjasama dengan dokter dari Pulau Binongko, yaitu dr. Venda. Rang-kaian kegiatan yang diadakan antara lain; pendataan pasien, cek tensi, konsultasi dan pemeriksaan kesehatan, cek gula darah, cek asam urat, cek kolesterol dan pembe-rian obat. Sejumlah 82 orang dewasa ber-partisipasi aktif dalam kegiatan ini, mereka sangat antusias dan sangat mengapresiasi kegiatan semacam ini. Bakti Sosial Keseha-tan ini dimulai pukul 09.00-14.00 WITA di Balai Desa Ollo.

uPAYA PENINGKATAN KESEHATAN DARI KAMI

MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(37)

Bak

Sampah

untuk

ollo

(38)

Program bertemakan lingk- ungan hidup dirancang dalam rang-ka meningrang-katrang-kan kesadaran mas-yarakat akan kebersihan lingkungan guna menciptakan lingkungan yang layak dan sehat. Masyarakat di Desa Ollo dan Ollo Selatan kurang aktif dalam menjaga kebersihan lingkun-gan tempat tinggalnya. terbukti dari sampah yang berserakan di pinggir jalan dan sungai. Meskipun sampah telah dikumpulkan dan dibakar, na-mun masih ada warga yang hanya membuang sampahnya ke sungai.

BAK SAMPAH untuk OLLo MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(39)

Kami mengadakan program pem-buatan bak sampah organik dan non-or-ganik guna meningkatkan kepedulian masyarakat akan pentingnya menjaga ke-bersihan lingkungan. Salah satu masalah yang ada di Desa Ollo adalah tidak adan-ya tempat pembuangan sampah (TPS) dan kurang adanya bak sampah di tiap rumah, sehingga masyarakat sering membuang sampah sembarangan. Dampaknya, ban-yak sampah berserakan di jalan dan dip-inggir sungai. Hal ini sangat tidak baik un-tuk kesehatan lingkungan. Maka dari itu, kami membuat bak sampah organik dan anorganik bagi masyarakat Desa Ollo.

BAK SAMPAH untuk OLLo

MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(40)

BAK SAMPAH

SEGITIGA.

BAK SAMPAH untuk OLLo MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(41)

Kami mampu menyelesaikan 18 bak sampah, 9 untuk bak sampah organ-ik dan 9 lainnya untuk bak sampah anor-ganik. Dengan melakukan pemilahan jenis sampah, maka hal ini dapat memudah-kan masyarakat dalam pengolahan dan pembuangan sampah, sehingga tidak ter-campur. Masyarakat dapat mendaur ulang plastik menjadi tas belanja untuk ke Pasar. Sasaran program ini adalah masyarakat Desa Ollo. Pembagian bak sampah di le-takkan 3 pasang (organik dan anorganik) di Dusun Teeku, 3 pasang di Dusun Kinali dan 3 pasang di Dusun Tamba Lagi.

BAK SAMPAH untuk OLLo MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(42)

ME

NGAJAR.

(43)

Di bidang pendidikan, kami melaku-kan pengajaran di SDN 3 Ambeua dan SDN 3 Ollo. Kegiatan ini kami lakukan sebagai suatu bentuk usaha guna membantu Kiner-ja tenaga pendidik yang bertugas di satuan pendidikan Desa Ollo dan Ollo Selatan. Ke-giatan ini juga dilaksanakan untuk memper-dalam pemahaman anak-didik.

Kegiatan ini juga dilaksanakan un-tuk memperdalam pemahaman anak-anak mengenai mata pelajaran yang telah di sampaikan di sekolah. Setelah terlebih da-hulu meminta izin dan melakukan konsulta-si, kami mulai melakukan kegiatan pengaja-ran secara bergilir. Adapun mata pelajapengaja-ran yang kami ajarkan ketika itu adalah Matem-atika, Ilmu Pengetahuan Sosial,Bahasa In-ggris, Ilmu Pengetahuan Alam, dan PPKN. Kami menggunakan metode belajar dan bermain sehingga suasana menjadi santai, ramai namun tetap kondusif.

MENGAJAR MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(44)

Di bidang pendidikan ini kami juga mengadakan kegiatan tambahan belajar atau les yang kami adakan hampir setiap hari di rumah Pak Rocco maupun di Masjid Al-Ikhlas seusai kegiatan TPA. Kegiatan yang kami lakukan antara lain; membimbing mer-eka mengerjakan PR, mengajarkan percakapan dasar berbahasa Inggris, memberikan latihan soal dan mengevaluasi mereka da-lam mengerjakan soal maupun PR. Sasaran dari program ini ada-lah anak-anak SD di Desa Ollo, terutama siswa SDN 3 Ambeua. Kebanyakan dari mereka memiliki tingkat keaktifan yang tinggi, sering kali mereka malas-malasan dalam belajar dan ha-nya ingin terus bermain. Sehingga kami menggunakan metode belajar sambil bermain, misalnya belajar matematika menggu-nakan kartu poker dan kartu domino, sehingga ada media untuk membuat anak-anak mudah menghafal perkalian, pembagian, pengurangan dan tambahan. Untuk pengajaran Bahasa Inggris kami lebih sering mengajak mereka melakukan percakapan se-derhana berbahasa Inggris. Mereka cukup antusias dan senang mempraktekkan ungkapan-ungkapan dan percakapan menggu-nakan Bahasa Inggris.

MENGAJAR MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(45)

Berpisah

dengan

ollo

(46)

PULAU HOGA, WAKATOBI.

Satu minggu sebe-lum jadwal kepulangan, Pak Rocco mengajak kami untuk mengadakan acara perpisa-han yang berlokasi di Pulau Hoga. Bersama dengan

war-ga Desa Ollo kami berang-kat dari Pelabuhan Kaledupa menuju Pulau Hoga. Pukul 11:30 WITA kami berang-kat dan tiba di tempat tujuan tepat pukul 12:00 WITA.

Setelah itu kami bersama warga Desa Ollo langsung menempatkan diri. Acara diawali dengan Pidato perpi-sahkan dan ucapan terimak-asih dari kami yang diwakili

oleh Aziz selaku Koordinator Desa.

BERPISAH DENGAN OLLo MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(47)

Setelah acara pertama usai, kami lantas menyiapkan bahan makanan, mengumpulaan ranting, membuat api unggun dan mema-sak bersama. Selain ikan, kami juga membawa cumi-cumi, teripang dan gurita. Ikan, cumi dan gurita yang hendak dimasak sebebelumnya tel-ah dibumbui terlebih dtel-ahulu sehing-ga ketika sampai di sana kami ting-gal membakarnya saja.

BERPISAH DENGAN OLLo MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(48)

Setelah dirasa kenyang, kami memutuskan untuk bermain air. Ada yang langusung berenang, ada yang berfoto ria, jalan-jalan, dan ada pula yang melakukan snorkeling. Cuaca cukup cerah saat itu se-hingga aktivitas bermain semakin terasa menyenang-kan. Karena terlalu asyik bermain air dan terlalu kten-gah pantai kami pun tertusuk duri bulu babi. Duri bulu babi itu dapat dikeluarkan dengan cara memukulya pada area tepat masuk ke kulit. Lalu kami memba-suhnya dengan air laut. Meskipun sedikit merasa ke-sakitan kami tetap melanjutkan bermain dan menik-mati kebersamaan yang ada.

BERPISAH DENGAN OLLo MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(49)

Setelah hari semakin sore, kami pun memutuskan untuk pulang. Terngiang di benak kami, ini adalah minggu terakhir kami bera-da di Kaledupa bera-dan minggu depan kami harus berpisah dengan warga Desa Ollo yang selama ini selalu menyambut kami dengan tangan terbuka. Banyak hal dan kenangan indah telah kami dapatkan disini.

Tepat pukul lima sore kami pulang dengan menggunakan kapal dan mendapat oleh-oleh khas anak pantai yaitu kulit yang gosong ekso-tis. La Irwan, staff kaur pemerintah-an Desa Ollo, mengatakpemerintah-an, “Kalau kulit belum gosong, maka belum sah jadi anak pantai”. Sependapat dengan hal tersebut, maka dengan ini kami telah resmi menjadi anak pantai karena kulit yang sangat gosong.

BERPISAH DENGAN OLLo MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(50)

Sampai Jumpa Kembali Suatu

Hari Nanti.

BERPISAH DENGAN OLLo MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

(51)

BERPISAH DENGAN OLLo MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

Tidak terasa sudah satu bulan lamanya kami menjalank-an program kerja pengabdimenjalank-an di Desa Ollo, Kec.Kaledupa, Provinsi Sulawesi Tenggara. Berbagai ke-ceriaan telah mewarnai hari-hari kami selama tinggal bersama da-lam satu atap di rumah panggung Pak Rocco. Namun ada kalanya langit tak selalu berwarna cerah

dan berubah menjadi mendung. Ada saat dimana kami merasa resah, rindu keluarga di rumah. Ada kalanya juga kami berselisih pendapat satu sama lain. Tetapi itu semua hanya karena badai. yang membuat bibit emosi kami tumbuh, bunga persahabatan dan kekelu-argaan tetap bermekaran dengan indahnya. Bercanda bersama,

ber-gurau, bersantap, bermain dengan anak-anak setempat dan berbin-cang dengan warga akan selalu menjadi moment yang kami rindu-kan. Kini tiba saatnya bagi kami un-tuk kembali ke Kota Solo.

(52)

BERPISAH DENGAN OLLo MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

Rabu, 24 Agustus 2016 te-pat pukul 06.00 WITA, kami menu-ju Wanci dengan menggunakan kapal. Setelah berpamitan dengan keluarga Pak Rocco dan beberapa warga desa di sekitar rumah Bapak, kami bergegas pergi ke pelabuhan Kaledupa untuk menyebrangan ke Wanci. Rasa haru tak dapat dibend-ung antara kami dengan warga desa serta anak-anak yang telah bermain dan belajar bersama kami.

Ibu-ibu warga desa dengan sangat berbaik hati telah meny-iapkan bekal untuk kami selama perjalanan. Bapak beserta Ibu turut mengantar kepulangan kami sam-pai di Wanci. Kebetulan Bapak juga harus terbang ke Jakarta untuk per-jalanan dinas.

Kami sampai di Wanci pukul 9 pagi. Sesampainya disana, Pak Sury-adi, selaku Dosen Pembimbing Lapan-gan kami melakukan penarikan Maha-siswa KKN secara simbolik dan diakhiri dengan pemberian vandel kepada Pak Rocco. Setelah itu kami memanfaat-kan waktu senggang yang ada untuk berjalan-jalan di Wanci. Kami pun menyempatkan diri untuk snorkeling di Pantai Sombu. Setelah puas menikmati keindahan bawah laut, kami langsung kembali ke rumah Pak Rocco di Wanci.

(53)

BERPISAH DENGAN OLLo MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

Pagi harinya, tanggal 25 Agustus 2016 Pukul 09.35 WITA kami bersiap un-tuk berangkat menuju pelabuhan Wanci. Tangis pun kembali pecah saat kami harus berpamitan dengan Ibu untuk yang terakh-ir kalinya. Di satu sisi, kami senang dapat kembali ke rumah dan bertemu keluarga yang kami rindukan, namun di sisi lain kami juga merasa sedih dan kehilangan karena setelah ini, kami akan mengakhiri keber-samaan selama KKN. Kami harus berjarak oleh dengan lautan yang begitu luas mem-bentang dan entah kapan dapat berkesem-patan untuk bertemu dan kembali lagi ke Desa Ollo.

(54)

BERPISAH DENGAN OLLo MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

MENUJU KENDARI.

(55)

BERPISAH DENGAN OLLo MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

Kami tiba di Pelabuhan Wan-ci pukul tepat pukul 10 pagi. Sela-ma kurang lebih 11 jam, kami men-garungi laut dalam deburan ombak tenang yang akan menghantar kami menuju Kendari bersama dengan Fa Lian yang mempunyai suatu uru-san di Kendari dan La Sarman yang kuliah di Kendari. Di dalam kapal kami tetap takut mengalami mabuk laut, alhasil selama perjalanan kami memilih untuk tidur. Tepat pukul 21.00 WITA kami sampai di Pela-buhan Kendari dan langsung me-mesan angkutan kota untuk menuju tempat bermalam. Kami menginap di hotel milik adiknya Ibu.

(56)

BERPISAH DENGAN OLLo MENJADI BAGIAN DARI WAKATOBI

T

AKE OFF - LANDING

Pagi harinya, setelah berpamitan dengan pemilik hotel dan Fa Lian, kami langusung melan-jutkan perjalanan menuju Bandar Udara Haluoleo. Pesawat take off dari bandara pukul 12.00 WITA dan sampai di Bandar Udara Juanda Surabaya Pukul 13.00 WIB.

Perjalanan di pesawat berjalan lancar, kami bercengkrama sambil mengenang apa-apa saja yang telah kami lalui bersama. Sesampain-nya di Surabaya kami sudah ditunggu travel dan langsung melanjutkan perjalanan menuju Kota Solo, kota tempat kami menimba ilmu di Univer-sitas Sebelas Maret. Akhirnya, pada pukul 22.00 WIB sampailah kami di depan gerbang UNS.

(57)

Perjalanan dan pengabdian kami akhirnya usai. Satu bulan merupakan wak-tu yang cukup lama unwak-tuk mengenal adat dan kebiasaan masyarakat Kaledupa, khu-susnya Masyarakat di Desa Ollo. Banyak pengetahuan dan pengalaman yang kami dapatkan mulai dari cara berburu bulu babi, membakar ikan mentah menggunakan api unggun, memanjat pohon kelapa, memakan ikan dan kerang mentah, membuat pewar-na kuku dan masih banyak lagi pengala-man-pengalaman menyenangkan dan unik yang kami peroleh.

Seiring berjalannya waktu, hanya ke-nanganlah yang akan tersisa dalam benak kita. Dan kenangan itu, kenangan manis ber-sama dengan Masyarakat Desa Ollo beser-ta Bapak dan Ibu sekeluarga beser-tak akan kami lupakan. Terimakasih sudah mendampingi kami sampai akhir masa pengabdian kami. Kebersamaan ditengah kalian sangat berarti bagi kami. Pasti akan ada hari dimana ru-ang dan waktu akan mempertemukan lagi, meski jarak menjadi penghalang, namun ki-sah kita tetap abadi dalam ingatan. Terimak-asih Ollo, sampai jumpa suatu saat nanti.

O PENutup

(58)
(59)

Sebuah rekaman pengabdian mahasiswa

Universitas Sebelas Maret

Untuk teman-teman sejawat

.

Untuk otak yang tak henti berputar

.

Untuk mata yang lebih sedikit terpejam

.

Untuk keringat yang menetes di sela kesibukan

.

Untuk nyala jiwa api membara

.

Untuk tekad yang tak kunjung redup

.

Untuk keluarga Kaledupa tercinta

.

Untuk Wakatobi

.

Referensi

Dokumen terkait

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kedelai, isolat protein kedelai, kedelai yang ditambahkan dekstrin, serta dua puluh produk minuman bubuk komersial berbasis

Adapun modal tetap yang ditanamkan nelayan pemilik pukat cincin (purse seine) yaitu terdiri dari pembelian kapal, mesin, jaring, lampu, perahu kecil, navigasi,

Keluarga KS-III PLUS : keluarga yang telah mampu memenuhi semua kebutuhannya baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun yang bersifat pengembangan, serta telah dapat

Pada tataran klasifikasi beban entitas komersial, FASB ( 1993) mengizinkan klasifikasi beban berdasar klasifikasi alamiah, dan meminta klasifikasi berdasar fungsi dinyatakan

Namun, meningkatnya ekspektasi pasar terhadap masih dipertahankannya kebijakan suku bunga rendah oleh bank sentral AS hingga September tahun ini, dan seiring

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat memberikan dan hidayahnya-Nya, serta memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa pengaruh variabel dummy jenis rokok terhadap kemampuan perusahaan untuk bertahan adalah negatif, namun karena pengaruh tersebut tidak

Dalam Kerja Praktek yang penulis jalani di Quality Control Power Cable khususnya untuk kabel tenaga tegangan menengah 20 kV, dengan mengacu pada SPLN