Penelitian Energi Terbarukan Banyak yang belum bisa
diterapkan di Masyarakat
Banyak penelitian para akademisi di perguruan tinggi tentang energi terbarukan hanya berhenti di konsep keilmuan saja. Secara teori sudah bagus namun banyak yang belum bisa diterapkan dimasyarakat. Padahal sebenarnya saat ini masyarakat sangat membutuhkan energi terbarukan karena energi konvensional dari alam sudah semakin berkurang kuantitasnya di tengah semakin banyaknya jumlah populasi dunia.
Oleh karena itu,menurut saya perguruan tinggi haruslah terus mendorong para penelitinya untuk lebih aktif lagi agar penelitiannya bisa memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. “hal ini juga yang menjadi salah satu tugas dari perguruan tinggi dalam tri darma perguruan tinggi yakni pengabdian terhadap kepentingan masyarakat,”urainya.
Dalam pengupayaan energi terbarukan, para peneliti dalam hal ini yang diwakili oleh perguruan tinggi juga harus bekerja sama dengan dunia industri dan juga pemerintah. Industri berfungsi untuk
menciptakan produk energi nya sedangkan pemerintah bergelut dalam regulasi yang mendukung pengembangan penelitian energi terbarukan tersebut. “Idealnya sinergi ketiga pihak tersebut mampu mendukung pengembangan energi terbaharukan di Indonesia,”imbuhnya.
Saat ini juga penting untuk kembali pada konsep back to nature yakni energi maupun teknologi yang mengguakan bahan dasar dari alam serta green tecnology yang ramah pada lingkungan. Tekonologi yang ramah lingkungan juga menjadi fokus para peneliti mengingat aktifitas manusia khususnya industrialisasi telah banyak menyebabkan pencemaran lingkungan dan dunia butuh teknolgi yang lebih ramah pada lingkungan. “Di negara-negara maju industrialisasi telah menuju penggunaan green technology harusnya Indonesia juga sudah menuju ke arah sana,”ungkapnya.
Kagama Desak Pemerintah
Bijaksana dalam Pengelolaan
Energi
YOGYAKARTA-Sektor energi adalah bagian yang penting dan strategis. Namun sayang, seiring dengan terus meningkatnya kebutuhan energi, pengelolaannya dinilai masih belum optimal dan sering masih berpihak kepada kepentingan asing. Di samping itu, saat ini masih tampak gejala penggunaan energi yang belum efisien.
"Kebutuhan energi kita itu terus meningkat, tapi pemanfaatannya masih menunjukkan gejala yang belum efisien," ujar Dekan Fakultas Teknik UGM, Ir. Tumiran, M.Eng., Ph.D., dalam Seminar Pengelolaan Energi terhadap Nilai Tambah Nasional, yang digelar di Ghra Sabha Pramana (GSP) UGM, Jumat (11/3). Acara yang diprakarsai oleh Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama) tersebut dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Alumni dan Pengembangan Usaha, Prof. Ir. Atyanto Dharoko, M.Phil., Ph.D. Seminar juga dihadiri perwakilan Kagama dari beberapa daerah, seperti Banyumas dan Kebumen.
Selain belum efisien, menurut Tumiran, ketergantungan terhadap energi fosil di Indonesia, khususnya minyak, juga masih tinggi. Padahal, kemungkinan pengembangan energi baru dan terbarukan (renewable energy), seperti pemanfaatan sumber energi panas bumi, air, bahan bakar nabati atau biofuel, angin, matahari (solar cell), biomass, dan coal bed methane (CBM) cukup terbuka.
yang masih lemah," kata Tumiran yang juga menjabat anggota Dewan Energi Nasional (DEN) itu.
Dikatakan Tumiran bahwa berbicara tentang energi sangat terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Di sini masih terlihat adanya kesenjangan kondisi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi antara Jawa dan luar Jawa. Bukti nyata yang bisa dilihat adalah saat ini sekitar 50% daerah di luar Jawa belum terkoneksi dengan listrik. Akibatnya, industri sulit tumbuh optimal di sana. "Nilai tambah produksi dan industrialisasi sangat tergantung dari pasokan listrik, maka kita mendukung agar pemerintah lebih bijaksana lagi dalam pengelolaan energi ini," tutur Tumiran.
Sementara itu, Konsul Kehormatan Austria di Yogyakarta, Sugiharto Sulaiman, mengatakan energi di Indonesia memang tidak akan habis. Hanya saja, bangsa ini diperkirakan akan kehabisan akal untuk dapat terus mencari sumber-sumber energi. Sugiharto juga sepakat agar pengelolaan energi di Indonesia dilakukan dengan 'hati nurani' dan tidak mengedepankan hal-hal politis.
Ketua DPR RI – Pemerintah Harus
Mencari Solusi Tanpa Kenaikan BBM
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia mengakui kenaikan harga BBM berpengaruh kepada bertambahnya kemiskinan. Pemerintah harus mencari solusi sehingga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi tidak perlu naik. “Kita harus mencari solusi, oleh karena itu, konversi energi dan konservasi energi harus segera dilakukan,” kata Marzuki Alie.
Ketua DPR RI Marzuki Alie saat menemui pendemo BEM Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, setelah menjadi pembicara dalam Dialog Nasional bertema “Pembangunan Peradaban Islam Menuju Indonesia Unggul dan Bermartabat”, di Gedung Traning Center UIN Alauddin, Makasar, Senin (5/3).
Dia menyayangkan Indonesia masih besar dalam menggunakan energi yang tidak terbarukan berasal dari fosil seperti minyak bumi, sedangkan kita lupa untuk mengembangkan energi yang terbarukan. Potensi energi baru terbarukan sangat besar dimiliki Indonesia, Seharusnya sudah dipikirkan mengenai pengembangkan energy terbarukan, sehingga perlu pengamanan energi pembangunan, karena kedepan kebutuhan energy semakin banyak.
Sebagai Negara yang maju suatu keniscayaan industri harus tumbuh, keperluan energinya semakin besar. Oleh karenanya Marzuki Alie dalam pertemuan Internasional minta peranan Negara di dunia agar membantu Indonesia mengembangkan energi baru dan terbarukan, antara lain panas bumi yang dipergunakan hanya 3. “Kalau kita mampu mengembangkan energi baru terbarukan, maka ketergantungan kita kepada energi fosil akan berkurang,” katanya.
Lebih lanjut dia mengusulkan selain financial audit juga perlu dilakukan operasional audit. Karena audit oerasional akan melihat efisiensi sejauh mana efisiensi yang dilakukan dengan keberadaan petral.
Pertamina juga diharapkan mampu mengoptimalkan pengolahan minyak dalam negeri, hingga saat ini yang diolah oleh pertamina hanya 50, sedangkan 35 digunakan untuk membayar cost recovery, dan 15 untuk kontraktor.
Ketua DPR Marzuki Alie meminta agar 35 yang digunakan untuk cost recovery diambil alih oleh pemerintah, sehingga kita mengolah hasil produksi dalam negeri ini 85, sehingga dapat memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri untuk BBM bersubsidi. “Kita tidak akan terpengaruh dengan harga minyak dunia, karena kita mampu memproduksi 85,” imbuhnya.
Hal itu dapat dilakukan dengan cara meminta persetujuan Menteri keuangan, Menteri ESDM dan BP Miga. Persetujuan Menteri Keuangan untuk membayar 35 cost recovery dengan tunai tidak dengan minyak, Menteri ESDM untuk kontrak perjanjiannya, BP Migas untuk memperhitungkan cost recovery secara efisien. Menurutnya perlu solusi, dengan berjuang agar 35 biaya cost recovery bisa ditarik olah dalam negeri, sehingga BBM subsidi tidak perlu naik.
Selain itu, Marzuki Mengungkapkan bahwa keperluan industri yang selama ini dengan kebijakan BBM impor, tapi bahayanya sering terjadi manipulasi oleh industri dengan sering mengambil BBM bersubsidi. Dengan naiknya harga minyak dunia, industri akan menghadapi harga minyak yang mahal, sehingga produksi minyak yang seharusnya untuk rakyat menjadi kurang karena diambil oleh industry.
Basic Steps dalam Menempuh Kedaulatan Energi
Basic Steps dalam Menempuh Kedaulatan Energi
Indonesia memiliki banyak berbagai sumber daya alam yang melimpah. Mulai dari panas matahari, berbagai bahan tambang, hasil pertanian dan keanekaragaman hasil laut yang melimpah. Bila semua ini tidak di manfaatkan dengan baik, maka ini semua akan terbuang sia-sia.
Sebenarnya kita bisa menjadi negara maju dan bisa bersaing di ranah internasional dalam masalah energi terbarukan, jika kita saling bahu-membahu antara semua lapisan masyarakat, para mahasiswa, para pakar ahli dan juga tak kalah penting yaitu peran dari pemerintah. Ini semua satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan jika kita ingin mencari solusi untuk energi terbarukan.
Dalam menempuh kedaulatan energi diperlukan step by step dalam mencari solusi yang selama ini permasalahan energi di indonesia sudah kompleks dan mendesak.Hal ini sudah jelas disebabkan karena demand (permintaan) akan energi, baik dalam bentuk BBM maupun listrik terus meningkat melebihi kapasitas produksi di dalam negri. Dalam data www.migas.esdm.go.id, cadangan minyak Indonesia dari waktu ke waktu terus berkurang. Terbukti cadangan minyak Indonesia saat ini hanya 4,03 miliar barel atau berada di peringkat 27 dunia dan pada tahun 2011 produksi minyak indonesia hanya 902.000 barel per hari. Bila tidak ada penemuan baru, maka dalam 20 tahun ke depan, Indonesia mengimpor seluruh kebutuhan minyaknya. Untuk mengantisipasi masalah ini maka diperlukan langkah-langkah yaitu:
1. Mengurangi konsumsi BBM
“Dari data statistik, Pengguna BBM bersubsidi 53% adalah mobil pribadi, 40% sepeda motor, dan sisanya adalah angkutan,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter BI Hendy Sulistiowaty, di Jakarta. (www.infobanknews.com). Apakah masalah ini terus dibiarkan? Sedangkan kebijakan dari pemerintah hanya melakukan pembatasan penggunaan BBM bersubsidi dan tidak memikirkan cadangan minyak kita yang terus menipis. Dan juga kendaraan pribadi yang terus meningkat seiringnya pertumbuhan penduduk yang terus meningkat pula. Salah satu upaya basic steps untuk mengurangi konsumsi BBM disamping pembatasan penggunaan BBM bersubsidi juga diperlukan pembenahan terhadap angkutan umum di semua daerah termasuk ibu kota maupun perkotaan yang berada di daerah. Banyak masyarakat mengeluhkan kondisi fisik angkutan umum serta pelayanan yang didapat masih sangat buruk. Staf pengajar Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Universitas Atmajaya, Yogyakarta Imam Basuki, untuk meraih gelar doktor di Universitas Gadjah Mada (UGM) mengungkapkan, pengembangan sistem angkutan umum dan pergerakan kendaraan pribadi perlu dikembangkan secara terencana, terpadu antar berbagai jenis moda transportasi sesuai dengan besaran kota, fungsi kota, dan hirarki fungsional kota dengan mempertimbangkan karakteristik dan keunggulan karakteristik moda, perkembangan teknologi, pemakaian energi, lingkungan, dan tata ruang. Untuk itu guna memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat dan mampu berkompetisi dengan kendaraan pribadi, perlu dibuat indikator dan tolok ukur yang diperlukan bagi pelayanan angkutan umum perkotaan. "Mestinya kebijakan pembangunan transportasi darat dapat mendorong penggunaan angkutan massal untuk menggantikan kendaraan pribadi diperkotaan sebagai upaya pelaksanaan pembatasan kendaraan pribadi dan diperlukan indikator kinerja pelayanan yaitu aksesibilitas, kehandalan/ketepatan, keselamatan, kenyamanan, pentarifan, prasarana dan sarana," ujarnya menambahkan. (www.okezone.com). Jika angkutan umum segera dibenahi, maka dengan seiringnya waktu, pengguna kendaraan pribadi akan beralih kepada angkutan umum. Dengan demikian penggunaan cadangan minyak akan lebih bisa bertahan lama, anggaran APBN untuk subsidi BBM akan berkurang, kemacetan yang menjadi kendala di ibu kota maupun perkotaan di daerah pun berkurang dan global warmingpun akan berkurang dengan berkurangnya polusi kendaraan yang meningkat.
2. Energi terbarukan
Untuk terus tidak ketergantungan dengan minyak sebagai ketahanan energi kita maka diperlukan langkah untuk menemukan energi pengganti. Ada banyak cara untuk melakukan energi terbarukan. Dengan langkah yaitu:
1. Mengubah pemakaian BBM untuk pembangkit listik ke pemakaian batubara, gas,
geothermal, dan air.
Sebagaimana juga dicetuskan oleh Menteri ESDM Jero Wacik menyampaikan hal ini dalam keterangan persnya seusai rapat terbatas kabinet membahas energi,di Kantor PresidenKamis, 3 Mei 2012.
(www.presidensby.info/index.php/fokus/2012/05/03/7889.html).
BBM terbukti mengurangi pemakaian BBM untuk pembangkit listrik, dari 34% (kompas.com, 5 Juni 2006) pada tahun 2006 menjadi 29% pada tahun 2008 (kompas.com, 4 Juni 2008). Metode ini sangat terbukti efektif untuk mengurangi BBM kita walaupun sedikit mendampakkan efek polusi.
Kemudian potensi energi geotermal Indonesia yang sebesar 27.000 MegaWatt (atau 40 persen potensi energi geotermal dunia) merupakan yang terbesar di dunia. Sayangnya, potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal. Pada tahun 2008, tidak sampai 8 % potensi energi geotermal yang dimanfaatkan untuk PLTPB, padahal dari potensi energi panas bumi saja sudah hampir mampu untuk mencukupi kebutuhan listrik di Indonesia tahun 2008 yang sekitar 29.000 MW, atau bahkan lebih dari seperempat kebutuhan listrik Indonesia tahun 2020 yang diproyeksikan sebesar 100.000 MW.
Selain energi energi geotermal langkah yang digunakan adalah penggunaan nuklir untuk membangkitkan listrik. Terlepas dari perseteruan antara WALHI vs BATAN seputar pemanfaatan nuklir untuk PLTN, data badan energi A.S. tahun 2006 menunjukkan bahwa fuel cost untuk energi nuklir merupakan yang terendah (US$ 0,0172 per kWh), di bawah batubara yang US$ 0,0237 per kWh ; sementara minyak bumi adalah yang tertinggi (US$ 0,0963 per kWh). Hanya saja, biaya operasi dan maintenance untuk PLTN masih lebih tinggi daripada batubara. Pemerintah sendiri berencana membangun sampai 3 PLTN dengan total kapasitas minimal 3.000 MegaWatt, dan diharapkan bisa mulai beroperasi pada tahun 2016. Indonesia sendiri ternyata memiliki cadangan uranium yang luar biasa melimpah di Papua, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.
Kemudian langkah alternatif lain yang mungkin bisa diperhatikan adalah potensi biomass sebagai sumber energi. Masyarakat Indonesia sendiri sudah memanfaatkan biomass untuk memasak sejak dahulu, yang umumnya berasal dari batok kelapa, kayu bakar, serbuk gergaji, maupun sekam atau merang padi. Di Indonesia, perkebunan kelapa sawit di Kalteng saja berpotensi menghasilkan listrik lebih dari 200 MW. Belum lagi biomass yang berasal dari tempat dan sumber lain di Indonesia, seperti sekam padi dan ampas tebu. Pengadaan listrik dari biomass juga dapat mengurangi pengangguran, karena dapat digolongkan sebagai kegiatan padat karya.
Adapun energi panas matahari juga cukup menjanjikan. Pulau Kalimantan yang terletak di khatulistiwa mendapatkan intensitas radiasi matahari yang konstan sepanjang tahun. Di pulau Kalimantan, intensitas puncak radiasi pada tengah hari bisa mencapai 1,02 kW / m2. Dengan asumsi efisiensi terendah (15 %) dan luas panel 400 m2, maka potensi daya maksimum yang bisa dibangkitkan adalah 61,5 kW (atau rata ? rata harian sebesar 20 kW). Kendala dari pembangkit listrik tenaga surya ini adalah hanya dapat beroperasi jika ada sinar matahari.
Krisis energi yang semakin dirasakan oleh
masyarakat dunia akibat pemakaiannya yang terus
meningkat, menjadi keprihatinan para pakar di
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dilandasi
oleh keprihatinan itu dan dalam rangka mencari
solusi atas semakin berkurangnya cadangan
minyak bumi, pasokan listrik dan sumber daya alam
lainnya, maka pada tahun 1997 berdirilah Pusat
Studi Energi Universitas Gadjah Mada (PSEUGM).
berbekal pengalaman tersebut, di bidang energi
tidak terbarukan PSEUGM menawarkan beberapa
kajian untuk mengoptimalkan potensi minyak dan
gas bumi agar cadangan yang ada di Indonesia
dapat lebih lama dieksplorasi. PSEUGM juga
menawarkan kepada pemerintah daerah untuk
bersamasama mencari solusi atas ketidak
seimbangan pasokankebutuhan listrik dengan
memanfaatkan potensi energi terbarukan di daerah
setempat. Sebagai wujud kepedulian terhadap
semakin berkurangnya cadangan energi tidak
terbarukan di Tanah Air, PSEUGM ikut mendorong
para pengambil kebijakan dan pemangku
kepentingan untuk memfasilitasi dan menstimulasi
pengembangan biofuel generasi pertama dan
kedua, termasuk energi hidrogen dan hybrid energy
menuju perwujudan clean and sustainable energy.
PSEUGM juga mempunyai komitmen untuk
membantu optimalisasi pemakaian energi di
industri, khususnya terkait dengan langkah
menawarkan pelatihan bagi engineer dan operator
dari industri dengan beberapa topik yang terkait
masalah manajemen energi termal dan listrik.
Di bidang pengembangan software, PSEUGM
telah mengembangkan sistem informasi, advanced
seismic processing untuk eksplorasi minyak bumi,
dan pengembangan remastering data seismik di
beberapa BUMN. Untuk aplikasi industri, kami telah
berhasil melakukan invensi OTS (operator training
simulator) dan telah diaplikasikan pada salah satu
industri kimia nasional berskala besar. Untuk itu
PSEUGM ingin menjadi mitra di dalam
Krisis energi yang semakin dirasakan oleh
masyarakat dunia akibat pemakaiannya yang terus
meningkat menjadi keprihatinan para pakar energi
di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dilandasi
oleh keprihatinan itu dan dalam rangka mencari
solusi atas semakin berkurangnya cadangan
maupun Perguruan Tinggi telah menjadi mitra PSE
UGM dalam menyelesaikan problem energi.
Dengan berbekal pengalaman itu, di bidang energi
tidak terbarukan PSEUGM menawarkan beberapa
kajian untuk mengoptimalkan potensi minyak dan
gas bumi agar cadangan yang ada di Indonesia
dapat lebih lama dieksplorasi dan dieksploitasi.
PSEUGM juga menawarkan kepada pemerintah
daerah untuk bersamasama mencari solusi atas
ketidakseimbangan pasokan kebutuhan listrik
dengan memanfaatkan potensi energi terbarukan di
daerah setempat. Sebagai wujud kepedulian
terhadap semakin berkurangnya cadangan energi
tidak terbarukan di tanah Air, PSEUGM ikut
mendorong pengambil kebijakan dan pemangku
kepentingan untuk memfasilitasi dan menstimulasi
pengambangan biofuel generasi pertama dan
kedua, termasuk energi hidrogen dan
hybrid ene
rgy
menuju perwujudan
clean and sustainable energy
.
PSEUGM juga mempunyai komitmen untuk
konservasi agar konsumsi energi dapat ditekan
sekecil mungkin. Terkait dengan itu, PSEUGM
menawarkan pelatihan bagi
engineer
dan
operato
r
dari industri dengan beberapa topik yang terkait
masalah manajemen energi termal dan listrik.
Dalam konteksnya dengan prestasi dan pencapaian
PSE UGM khususnya sepanjang tahun 20102012,
PSE UGM telah banyak berkiprah serta
melaksanakan aktivitas di berbagai bidang
pendidikan, penelitian, pelayanan masyarakat
maupun teknologi aplikasi. Sesuai visi dan misinya,
PSEUGM ikut berkontribusi dalam memecahkan
permasalahan masyarakat dengan ikut mendorong
pengambil kebijakan menstimulasi pengambangan
biofuel generasi pertama dan kedua serta
membantu mengatasi gejolak di masyarakat akibat
rencana kenaikan BBM melalui penerbitan buku
dan publikasi baik di jurnal ilmiah maupun media
massa cetak dan
cyber
.
PSE UGM juga telah memperoleh capaiancapaian
bereputasi nasional dalam menyelesaikan
beberapa BUMN, Perusahaan Swasta, Instansi
Pemerintah, Lembaga Penelitian maupun
Perguruan Tinggi, misalnya bekerjasama dengan
PT.Pertamina melakukan eksplorasi minyak bumi,
penelitian
Enhanced Oil Recovery
,
Survey
Seismik
Mikrotremor di lapangan Limau Barat dan Tengah
Ubeb Limau,
Survey Microtremor
untuk Identifikasi
Keberadaan dan Penyebaran Hidrokarbon di
Struktur North Pulai dan Lirik serta penyediaan
Jasa
Passive Seismic
dan Penyusunan Kajian
Rencana Umum Ketenagalistrikan kota Bontang
dengan Pemda Bontang, Dalam skala global, PSE
UGM telah menjalin kerjasama dengan berbagai
institusi luar negeri, seperti Karlsruhe Universiteit,
Saga University, New Energy and Industrial
Technology Develoment Organization (NEDO),
japan dan New South Wales University.
Sebagai institusi yang bernaung di bawah UGM,
PSE juga berkewajiban melaksanakan kegiatan
berorientasi pendidikan, misalnya workshop,
Diplomasi, Kemenlu, RI dan pembuatan buku
dengan Judul Energi dari Yogya edisi 1 dan 2. PSE
UGM bersamasama Sekolah Paska Sarjana UGM
juga telah merancang pendirian program Magister
Energi Bersih (MEB) dan Laboratorium Energi
Bersih (LEB). Program Strata 2 ini rencananya akan
berada di bawah naungan Sekolah Paska Sarjana,
UGM.
Di bidang pengabdian masyarakat PSEUGM serta
secara aktif melakukan penyuluhan biofuel di desa
desa binaan di sekitar DIY, seperti desa Wonoerto
dan Bangun kerto di kecamatan Turi, Sleman serta
desa Karangmojo, Gunung Kidul. Melalui dana
PHKI, PSEUGM juga telah meyelenggarakan
pelatihan tentang energi terbarukan dan
pemasangan instalasi panel surya di Gunung Kidul
dan Bantul. Dalam konteksnya dengan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat, PSE UGM
tersebut, aktivitas pengabdian kepada masyarakat
dapat terlaksana dengan lebih baik.
Dalam hal pengembangan perangkat lunak untuk
memenuhi kebutuhan industri, PSEUGM telah
mengembangkan sistem informasi,
advanced
seismic processing
untuk eksplorasi minyak bumi
dan pengembangan
remastering dataseismic
di
beberapa BUMN. Untuk aplikasi industri, PSEUGM
telah melakukan OTS (
Operator Training Simulator
)
dan telah diaplikasikan pada salah satu industri
kimia nasional bersekala besar. Instalasi
atau
software
hasil rancang bangun peneliti dan staf
PSE UGM memiliki keunggulan teknologi dan
dsb dan Nasional (Pertamina). Beberapa instalasi
energi air (mikrohidro) rancangan PSE UGM telah
terpasang dan beroperasi dengan baik di beberapa
daerah (Nusa Tenggara,dsb),
Software
OTS telah
digunakan sebagai
software
simulasi pabrik oleh
salah satu pabrik kimia terkemuka di Indonesia
Produkproduk unggulan PSE UGM sampai saat ini
antara lain:
1.
Instalasi Energi Air/Mikrohidro
2.
Instalasi Energi Bayu
3.
Instalasi Energi Surya
4.
Instalasi Energi Listrik
5.
OTS (
Operator Training
Simulator
)
software
untuk industri kimia
6.
Instalasi Bioetanol
7.
Instalasi Biodiesel
8.
Instalasi Biogas
10.
Petromax Premium
11.
Tungku Pengering Tembakau
12.
Kompor Bioetanol
Kenaikan Harga BBM Bersubsidi, Pro Dan Kontra
Kenaikan harga BBM bersubsidi mau tidak mau akhirnya datang juga. Berbagai reaksi dari masyarakat timbul dengan gencar baik yang pro maupun yang kontra. Yang pro tentunya pemerintah yang juga didukung Kadin, sebenarnya tidak menginginkan terjadinya kenaikan harga BBM bersubsidi, namun kondisi dan kenyataan yang terjadi memaksa pemerintah untuk mengambil kebijakan yang non-populis. Di sisi lain, yang kontra terhadap kenaikan BBM mulai dari anggota DPR, DPRD, kalangan mahasiswa dari berbagai universitas, petani, nelayan, angkutan umum dan masih banyak lagi mereka semua menolak kenaikan harga BBM. Diantara yang pro dan kontra terhadap kebijakan kenaikan harga BBM tersebut terdapat kelompok yang abstain. Mereka ini tidak ikut demo, pasrah, harga BBM tidak naik syukur, kalau BBM naik monggo kerso. Mereka juga sebenarnya berharap harga BBM tetap, karena dengan kenaikan BBM akan
mengakibatkan tambahan pengeluaran mereka sehari-hari, tetapi tetap menerima.
Sudah jelas pemerintah dengan perangkatnya beserta jajarannya akan mendukung kenaikan harga BBM bersubsidi karena gaji mereka dibayar dari APBN dan mereka pula yang menerbitkan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi untuk menyelamatkan APBN. Selama APBN aman, gaji mereka tetap aman. Namun bukan alasan itu yang menjadi dasar kebijakan kenaikan harga BBM. Kebijakan itu dikeluarkan setelah melalui kajian dan berbagai pertimbangan yang masak serta dengan memperhitungkan dampak positif dan negatifnya yang memang pada akhirnya kenaikan harga BBM lah yang
dianggap paling tepat untuk dilakukan. Tujuannya bukan hanya untuk menyelamatkan APBN, tapi juga untuk menyelamatkan penyelenggaraan kegiatan negara lainnya seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, sosial, ekonomi dan lainnya. Bahkan Kadin ikut
diperoleh pendapat bahwa harga BBM wajar naik karena harga minyak mentah yang merupakan bahan pokoknya juga meningkat. Pendapat lain mengatakan harga BBM perlu naik agar masyarakat berhemat dan efisien dalam menggunakan BBM. Sementara seorang PNS mengatakan bahwa ia setuju harga BBM naik, karena mengurangi subsidi untuk BBM yang akan terbuang percuma, lebih baik dana subsidi digunakan untuk kesehatan atau pendidikan. Pendapat yang lebih ekstreem berpendapat bahwa sebaiknya subsidi sebaiknya dihapus, dananya dialihkan untuk BLT dan harga BBM disesuaikan dengan harga pasar.
Dari kalangan yang kontra atau tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM, diantaranya adalah sebagian anggota DPR. Ada yang mengatakan bahwa kebijakan kenaikan harga BBM kurang tepat untuk saat ini, karena akan menambah beban rakyat yang sedang menghadapi berbagai tekanan ekonomi seperti kenaikan harga pangan. Beberapa alasan yang dikemukakan dari kalangan ibu rumah tangga, petani, mahasiswa, elite politik, LSM maupun kalangan masyarakat lainnya yang tidak setuju terhadap adanya kenaikan harga BBM bersubsidi antara lain :
akan mengakibatkan efek berantai terhadap harga kebutuhan pokok rakyat,
pemerintah terlalu terburu-buru menerbitkan kebijakan,
pemerintah malas dan hanya mencari jalan pintas,
akan mengakibatkan semakin meluasnya masalah kemiskinan,
dapat memicu konflik sosial dalam masyarakat,
memperparah masalah pengangguran,
akan memicu kenaikan harga barang lainnya, biaya transportasi dan inflasi
Kelompok masyarakat yang netral atau abstain terhadap kenaikan harga BBM punya alasan tersendiri. Mereka lebih banyak diam menunggu perkembangan dan tampaknya lebih mencari aman. Kelompok ini sebagian besar berasal dari warga kelas menengah dan warga keturunan serta sebagian masyarakat terpelajar baik kelas atas, menengah maupun bawah yang nrimo apapun kebijakan yang diambil pemerintah selama hak mereka tidak berkurang. Seorang PNS mengatakan bahwa kalau harga BBM naik kasihan para tukang ojek harus menambah biaya, namun kalau tidak naik APBN kita payah, jadi terserah pemerintah saja, katanya. Beberapa alasan lain yang dapat diperoleh dari kelompok yang abstain ini antara lain :
ibarat buah simalakama,
percuma ikut demo penolakan kenaikan BBM, toh akhirnya naik juga,
serahkan kepada pemerintah, pemerintah yg lebih mengetahui situasinya,
lebih senang kalau harga BBM tidak naik, tapi kalau pemerintah maunya naik mau bilang apa
elektronik serta internet. Padahal, yang setuju juga banyak, tapi beritanya tidak segencar berita aksi penolakan kenaikan harga BBM. Apalagi yang abstain, hampir tidak ada beritanya sama sekali. Hal ini wajar, karena mungkin di balik penyebaran berita aksi penolakan kenaikan harga BBM tersebut terdapat tujuan politis tertentu.