• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indikator indikator Ekonomi Makro dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Indikator indikator Ekonomi Makro dan"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

Alexander Arif Christian S, S.Ak

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Fakultas Bisnis

Jurusan Akuntansi

Latar Belakang

Indikator – indikator Perekonomian

Makro dan Pencapaian Indonesia

(2)

Indonesia hingga saat ini masih dikategorikan sebagai negara berkembang. Dalam lima tahun terakhir yang dimulai sejak tahun 2011 perkembangan ekonomi Indonesia menunjukan arah yang posisif rata – rata pertumbuhan ekonomi mencapai ±5% per tahun walaupun semenjak kebijakan The Fed (Bank Central Amerika Serikat) untuk memotong stimulusnya menyebabkan nilai tukar rupiah melemah dan hal tersebut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 2014 (menjadi dibawah 7% per tahun). Kondisi perekonomian sebuah negara diukur berdasarkan indikator – indikator tertentu secara umum indikator yang digunakan yakni ekonomi makro yaitu pengukuran terhadap rata - rata suku bunga bank di negara tersebut, Produk Domestik Bruto (PDB), indeks harga konsumen, indikator ketenagakerjaan, penjualan eceran, neraca pembayaran, kebijakan fiskal dan moneter pemerintah.

(3)

dalam mengenai perekonomian makro dan indikator – indikatornya, mengapa indikator – indikator perekonomian makro dijadikan tolak ukur perekonomian suatu Negara serta memberikan data tahun 2015 mengenai indikator indikator tersebut.

Rumusan Masalah

1. Mengapa perekonomian suatu negara diukur menggunakan indikator – indikator perekonomian makro ?

2. Bagaimanakah pencapaian dan kondisi perekonomian Indonesia jika diukur dari indikator – indikator tersebut tahun 2015 dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara serta negara maju di tahun 2015 ?

Tujuan Pembuatan Makalah

1. Mengetahui alasan perekonomian suatu negara diukur menggunakan indikator – indikator perekonomian makro.

2. Memahami indikator – indikator perekonomian makro.

3. Mengetahui pencapaian dan kondisi perekonomian Indonesia jika diukur dari indikator – indikator tersebut dengan negara lain di Asia Tenggara serta negara maju di tahun 2015.

(4)

Ekonomi Makro

Ekonomi makro adalah ekonomi yang menganalisa semua masalah dalam satu system ekonomi. Analisa ini lebih bersifat umum, ekonomi ini sangat mempengaruhi masyarakat, perusahaan dan pasar.

Pembahasan tentang ekonomi makro adalah:

1. Faktor yang menentukan kegiatan sistem ekonomi 2. Pertumbuhan ekonomi yang rendah

3. Inflasi dan penggangguran tinggi

Dalam masalah di Negara pembahasan yang sangat serius adalah pertumbuhan ekonomi, deficit anggaran Negara, tingginya angka kemiskinan, penggangguran dan insflasi, rendahnya nilai kurs rupiah serta krisis energy, juga ketimpangan neraca perdagangan dan neraca pembayaran. Pemerintah harus lebih fokus terhadap masalah ini yang berpengaruh terhadap perkembangan Negara.

Ini adalah permasalahan ekonomi nasional: Rendahnya pertumbuhan ekonomi Kemiskinan dan pengangguran Inflasi dan rendahnya kurs rupiah Defisit APBN

Krisis energi

Indikator yang mewakili ekonomi makro: 1. Pengumuman suku bunga

2. Produk Domestik Bruto (PDB) 3. Indeks Harga Konsumen 4. Indikator Ketenagakerjaan 5. Penjualan Eceraan

6. Neraca Pembayaran

7. Kebijakan Fiskal dan Moneter Pemerintah

Indikator Makro Ekonomi. Indikator Makro ekonomi adalah statistik yang menunjukkan status ekonomi sebuah negara tergantung pada area tertentu dari ekonomi (industri, pasar tenaga kerja, perdagangan, dll).

(5)

1. Pengumuman Suku Bunga

Suku bunga memainkan peran paling penting dalam menggerakkan harga mata uang di pasar valuta asing. Sebagai lembaga yang menetapkan suku bunga, bank sentral merupakan aktor yang paling berpengaruh. Suku bunga mendikte arus investasi. Karena mata uang adalah representasi dari ekonomi suatu negara, perbedaan suku bunga memengaruhi nilai mata uang relatif dalam hubungannya dengan satu sama lain.

2. Produk Domestik Bruto (PDB)

PDB adalah ukuran terluas dari ekonomi suatu negara, dan hal ini mewakili total nilai pasar dari semua barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara selama tahun tertentu.

3. Indeks Harga Konsumen (IHK) mungkin merupakan indikator inflasi yang paling penting. Indeks ini mewakili perubahan tingkat harga eceran untuk keranjang konsumen dasar. Inflasi terikat secara langsung dengan daya beli mata uang dalam negeri dan memengaruhi posisinya di pasar internasional.

4. Indikator Ketenagakerjaan

Indikator ketenagakerjaan mencerminkan kesehatan ekonomi atau siklus bisnis secara keseluruhan. Dalam rangka untuk memahami bagaimana ekonomi berfungsi, penting untuk mengetahui berapa banyak pekerjaan yang diciptakan atau dihancurkan, berapa persen tenaga kerja yang aktif bekerja, dan berapa banyak orang-orang baru yang mengklaim sebagai pengangguran.

5. Penjualan Eceran

Indikator penjualan eceran (ritel) dirilis secara bulanan dan penting bagi pedagang valuta asing karena menunjukkan kekuatan keseluruhan belanja konsumen dan keberhasilan toko eceran. 6. Neraca Pembayaran

Neraca Pembayaran (Balance of Payments) mewakili rasio antara jumlah pembayaran yang diterima dari luar negeri dan jumlah pembayaran ke luar negeri. Dengan kata lain, hal ini menunjukkan total operasi perdagangan luar negeri, neraca perdagangan, dan keseimbangan antara ekspor dan impor, pembayaran transfer.

7. Kebijakan Fiskal dan Moneter Pemerintah

Stabilisasi ekonomi (misalnya, kesempatan kerja penuh, pengendalian inflasi, dan keseimbangan pembayaran yang adil) merupakan salah satu tujuan yang berusaha untuk dicapai pemerintah melalui manipulasi kebijakan fiskal dan moneter.

Angka Ekonomi Makro Indonesia

Bagian ini memberi gambaran terperinci indikator-indikator tertentu ekonomi makro Indonesia yang merupakan sarana penting untuk mengevaluasi keadaan ekonomi Indonesia sekarang. Terlebih lagi, analisis statistik-statistik tersebut bisa membantu memprediksi kinerja ekonomi di masa depan.

Update Terakhir: 5 Februari 2016

(6)

• Produk Domestik Bruto

(persentase perubahan tahunan) 4.6 6.4 6.2 6.0 5.6 5.0 4.8

• Indeks Harga Konsumen

(persentase perubahan tahunan) 4.8 5.1 5.4 4.3 8.4 8.4 3.4

• Hutang Pemerintah

(persentase dari PDB) 28.6 27.4 26.6 27.3 28.7 24.7 27.0

• Nilai Tukar

(IDR/USD) 10,389 9,074 8,773 9,419 11,563 11,800 13,400¹

• Neraca Transaksi Berjalan

(persent dari PDB) 0.7 0.2 -2.8 -3.3 -3.1 -2.1

• Penduduk

(dalam juta) 241 244 247 250 253 255

• Kemiskinan

(persentase dari populasi) 14.2 13.3 12.5 11.7 11.5 11.0 11.1

• Pengangguran

(persentase dari tenaga kerja) 7.9 7.1 6.6 6.1 6.3 5.9 6.2

• Cadangan Devisa

(dalam miliar USD) 66.1 96.2 110.1 112.8 99.4 111.9 105.9

¹ menunjukkan prognosis

Sumber: Bank Dunia, Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia dan IMF

Ekonomi Mikro dan Makro

Pengertian Ilmu Ekonomi

Menurut Samuelson dan Nordhauns

Ilmu Ekonomi adalah suatu studi mengenai bagaimana orang-orang dan masyarakat membuat pilihan dengan atau tanpa uang dengan menggunakan sumber daya yang terbatas dalam berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa, kemudian mendistribusikannya untuk keperluan konsumsi untuk masa kini dan masa datang.

Pembagian Ilmu Ekonomi Berdasarkan Ruang Lingkupnya  Ekonomi Mikro

Suatu bidang dalam ilmu ekonomi yang menganalisis bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian.

(7)

Suatu bidang dalam ilmu ekonomi yang menganalisis keseluruhan dalam permasalahan kegiatan perekonomian. Pembahasan mengenai ekonomi makro lebih luas dan kompleks menyeluruh bagi kondisi dan situasi perekonomian sebuah negara. Maka hal ini lah yang menjadikan dasar mengapa perekonomian suatu negara diukur berdasarkan indikator – indikator perekonomian makro.

c) Faktor-faktor yang menentukan pendapatan setiap faktor produksi.

Permasalahan Ekonomi Mikro

a. Masalah Harga dasar (floor price) dan harga tertinggi (ceiling price). b. Meningkatnya permintaan beras

10. Neraca perdagangan dan neraca pembayaran

(8)

Pendapatan Perkapita (Per Capita Income) adalah besaran pendapatan rata-rata dari penduduk suatu negara yang mencerminkan besaran Pendapatan Domestik Bruto (biasa disebut PDB) per kapita.

Pendapatan Per kapita suatu negara bisa menjadi patokan untuk melihat tingkat kemakmuran dan kemajuan pembangunan dari sebuah negara. Dimana semakin besar pendapatan perkapita berarti makin makmur negara tersebut.

Rumus :

Pendapatan per kapita tahun x = Pendapatan National Bruto tahun X Jumlah penduduk pada tahun X

Pendapatan per Kapita Seluruh Negara di Dunia Tahun

2015 Kurs Rp. 13.120

Rank Country US$ Per Tahun Per Bulan

1 Luxembourg 101,994 IDR 1,338,161,280 IDR 111,513,440

2 Switzerland 80,675 IDR 1,058,456,000 IDR 88,204,667

3 Qatar 76,576 IDR 1,004,677,120 IDR 83,723,093

4 Norway 74,822 IDR 981,664,640 IDR 81,805,387

5 United States 55,805 IDR 732,161,600 IDR 61,013,467

6 Singapore 52,888 IDR 693,890,560 IDR 57,824,213

7 Denmark 52,114 IDR 683,735,680 IDR 56,977,973

8 Ireland 51,351 IDR 673,725,120 IDR 56,143,760

9 Australia 50,962 IDR 668,621,440 IDR 55,718,453

10 Iceland 50,855 IDR 667,217,600 IDR 55,601,467

24 Japan 32,486 IDR 426,216,320 IDR 35,518,027

61 Malaysia 9,557 IDR 125,387,840 IDR 10,448,987

72 China 7,990 IDR 104,828,800 IDR 8,735,733

88 Thailand 5,742 IDR 75,335,040 IDR 6,277,920

115 Indonesia 3,362 IDR 44,109,440 IDR 3,675,787

123 Philippines 2,858 IDR 37,496,960 IDR 3,124,747

(9)

131 Vietnam 2,088 IDR 27,394,560 IDR 2,282,880

132 Papua New Guinea 2,085 IDR 27,355,200 IDR 2,279,600

139 Laos 1,779 IDR 23,340,480 IDR 1,945,040

140 India 1,617 IDR 21,215,040 IDR 1,767,920

149 Myanmar 1,292 IDR 16,951,040 IDR 1,412,587

150 Bangladesh 1,287 IDR 16,885,440 IDR 1,407,120

Artinya pendapatan per kapita penduduk Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand namun beraa di atas Filipina, Vietnam, Laos, India, Myanmar,Bangladesh.

Produk Domestik Bruto

Pengertian Produk Domestik Bruto atau PDB adalah hasil output produksi dalam suatu perekonomian dengan tidak memperhitungkan pemilik faktor produksi dan hanya menghitung total produksi dalam suatu perekonomian saja.

Rumusnya adalah

PDB = C + G + I + ( X - M )

atau

Produk Domestik Bruto = Pengeluaran Rumah Tangga + Pengeluaran Pemerintah + Pengeluaran investasi + ( Ekspor - Impor )

Data – data tahun 2015 komponen rumus perhitungan PDB 2015

Pengeluaran Rumah Tangga

Sektor pengeluaran rumah tangga masih menjadi pendorong terbesar pertumbuhan ekonomi 2015 dengan persentase 55,92%, disusul komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 33,19% dan komponen ekspor barang dan jasa 21,09%. “PMTB meningkat sebagai dampak pembangunan infastruktur yang dijalankan pemerintah,” ungkapnya di Jakarta, Jumat (5/2/2016).

(10)

Pengeluaran Pemerintah

I. MIGAS 36.977.261.378 32.633.031.285 30.331.863.792 24.253.173.022 15,05% 1. Minyak

Mentah 12.293.410.847 10.204.709.564 9.528.227.064 8.316.679.551 5,16% 2. Hasil

Minyak 4.163.368.221 4.299.127.072 3.623.353.404 2.361.713.411 1,47% 3. Gas 20.520.482.310 18.129.194.649 17.180.283.324 3.234.002.422 2,01% 4. Gas

Alam 0 0 0 10.340.777.638 6,42%

II. NON

MIGAS 153.043.004.652 149.918.763.416 145.960.796.463 136.922.728.667 84,95% 1. Pertanian 5.569.216.244 5.712.976.032 5.770.578.795 5.629.855.373 3,49% 2. Industri 116.125.137.766 113.029.939.287 117.329.856.169 106.662.885.581 66,18% 3.

Pertambangan 0 0 0 19.405.276.123 12,04%

4. Tambang 31.329.944.921 31.159.534.218 22.850.041.499 5.192.401.348 3,22% 5. Lainnya 18.705.721 16.313.879 10.320.000 32.310.242 0,02%

TOTAL 190.020.266.030 182.551.794.701 176.292.660.255 161.175.901.689 100,00%

I. MIGAS 42.564.185.201 45.266.350.700 43.459.900.495 30.715.769.358 20,59% 1. Minyak

Mentah 10.803.249.662 13.585.809.560 13.072.429.222 10.015.952.321 6,71% 2. Hasil

Minyak 28.679.368.375 28.567.587.907 27.362.504.534 18.201.278.884 12,20% 3. Gas 3.081.567.164 3.112.953.233 3.024.966.739 485.586.363 0,33% 4. Gas

Alam 0 0 0 2.012.951.790 1,35%

(11)

MIGAS

1. Pertanian 8.256.129.240 8.657.501.046 9.346.942.583 7.685.056.757 5,15% 2. Industri 139.734.142.520 131.400.677.062 123.826.398.210 108.906.172.419 73,00% 3.

Pertambangan 0 0 0 1.469.109.269 0,98%

4. Tambang 1.120.562.055 1.277.521.075 1.515.022.225 388.639.246 0,26% 5. Lainnya 14.452.511 26.619.997 30.553.092 22.068.446 0,01%

TOTAL 191.689.471.527 186.628.669.880 178.178.816.605 149.186.815.495 100,00%

Gross domestic product 2015 Ranking Economy (millions of US dollars)

1 United States 17,946,996

Berdasarkan jumlah produk domestik bruto Indonesia pada tahun 2015 maka Indonesia termasuk dalam G-20 yakni Negara – negara yang memiliki produk domestik bruto tertinggi di dunia dan besarnya PDB Indonesia mengalahkan Thailand yang berada di urutan ke - 27, Malaysia yang berada di urutan ke - 35 dan Singapura di urutan ke -38.

Pengertian Suku Bunga dan Teori Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

(12)

Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip Konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). (Kasmir, 2002: 121)

Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya, yaitu:

Bunga Simpanan yaitu bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Contoh: jasa.

Bunga Pinjaman yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah pinjaman kepada bank. Contoh: bunga kredit.

Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga bunga pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga pinjaman tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga berpengaruh naik dan demikian sebaliknya.

Teori Tingkat Suku Bunga

a) Teori Klasik

Teori bunga aliran klasik dinamakan “The Pure Theory of Interest”. Menurut teori ini, tinggi rendahnya tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan modal. Jadi modal telah dianggap sebagai harga dari kesempatan penggunaan modal. Sama seperti harga barang-barang dan jasa , tinggi rendahnya ditentukan oleh permintaan dan penawaran, demikian pula tinggi rendahnya bunga modal ditentukan oleh permintaan dan penawaran modal.

(13)

Investasi merupakan fungsi tingkat suku bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin kecil keinginan masyarakat untuk mengadakan investasi. Karena keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut akan lebih dari tingkat bunga (biaya penggunaan pinjaman tersebut). Bilamana terjadi kondisi tingkat bunga dalam keseimbangan, artinya tidak ada dorongan untuk menabung akan sama dengan dorongan pengusaha untuk melakukan investasi.

Tingkat keseimbangan bunga berada pada io dimana pada tingkat bunga ini tingkat tabungan yang terjadi sama dengan tingkat investasi. Bilaman tingkat bunga bergerak naik (berpindah dari io ke i1), maka jumlah investasi (keinginan investor guna melakukan investasi) berkurang. Kondisi yang terjadi pada tingkat bunga i1 dananya (mereka akan bersaing menawarkan sehingga tingkat bunga pada i1) akan bergerak turun atau kembali pada tingkat bunga io.

Apabila tingkat bunga io bergerak turun pada tingkat bunga i2, para investor (pengusaha) akan bersaing guna memperoleh dana (tabungan) yang jumlahnya kecil dibandingkan keinginan untuk investasi. Tingkat bunga keseimbangan terjadi di pasar sama dengan interaksi antara penawaran dengan permintaan suatu barang. Sejalan dengan proses terjadinya harga pasar suatu barang, maka tingkat bungapun ditentukan antara keseimbangan penawaran tabungan dan permintaan tabungan. Jadi tingkat bungalah sebagai penggerak antara keseimbangan tabungan dan investasi.

Pendapat klasik tentang tingkat bunga ini didasarkan pada Hukum Say (pendapat Baptis Say) bahwa penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri. Dengan berttitik tolak dari Hukum Say ini maka setiap tabungan akan otomatis sama dengan investasi. Tingkat bunga yang mengalami penurunan dan kenaikan atau bergerak naik turun dari titik keseimbangan, maka pergerakan naik turunnya tingkat bunga hanya bersifat sementara. Bilamana telah tejadi tarik menarik penawaran dan permintaan atau bekerjanya mekanisme harga (aeperti pada pasar barang) tingkat bunga keseimbangan akan tercipta kembali.

b) Teori Keynes

Teori ini dikemukakan oleh Keynes dan dinamakan “Liqudity Preference Theory of Interest”. Menurut Keynes tingkat bunga ditentukan oleh preference dan suplly of money. Liquidity preference adalah keinginan memegang atau menahan uang didasarkan tiga alasan yaitu motif transaksi, berjaga-jaga dan motif spekulasi.

Ahli-ahli ekonomi sesudah klasik pada umumnya memberikan sokongan pada pandangan Keynes yang berkeyakinan bahwa tingakat bunga merupakan balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut mengorbankan liquidity preferencenya (permintaan uang).

(14)

mengalami penurunan) pemegang obligasi tersebut akan menderita kerugian (capital loss). Guna menghindari kerugian ini, tindakan yang dilakukan adalah menjual obligasi denga sendirinya akan mendapatkan uang kas, dan uang kas ini yang akan dipegang pada saat suku bunga naik. Hubungan inilah yang disebut motif spekulasi permintaan uang karena masyarakat akan melakukan spekulasi tentang obligasi dimasa yang akan datang.

Tanggapan Keynes yang kedua adalah berhubungan dengan ongkos (harga) memegang uang kas, karena makin tinggi tingkat bunga makin besar ongkos memegang uang kas. Hal ini akan menyebabkan keinginan memegang uang kas juga akan makin menurun. Bila tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang rendah, sehingga permintaan uang kas naik. Permintaan ini akan menentukan tingkat bunga. Tingkat bunga keseimbangan pada io terjadi bila jumlah kas yang ditawarkan (uang beredar) sama dengan yang diminta. Bila terjadi peningkatan suku bunga (di atas io) masyarakat akan menginginkan uang kas lebih sedikit dengan membeli obligasi (tingkat bunga turun) sampai kembali pada tingkat keseimbangan.

Bilamana tingkat bunga yang terjadi berada dibawah keseimbangan (io) masyarakat akan menginginkan uang kas lebih besar. Ini perlu agar menjual obligasi yang dipegang. Tindakan untuk menjual inilah yang mendesak harganya turun dan tingkat bunga akan bergerak naik.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga

Agar keuntungan yang diperoleh bank dapat maksimal, maka pihak manajemen bank harus pandai dalam menetukan besar kecilnya komponen suku bunga. Hal ini disebabkan apabila salah dalam menentukan besar kecilnya komponen suku bunga maka akan dapat merugikan bank itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan suku bunga yaitu:

1. Kebutuhan Dana

Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan yaitu, seberapa besar kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dan tersebut cepat terpenuhi adalah dengan meningkatakan suku bunga simpanan. Namun peningkatan suku bunga simpanan juga akan meningkatkan suku bunga pinjaman. Sebaliknya apabila dana yang ada dalam simpanan di bank banyak, sementara permohonan pinjaman sedikit maka bung simpanan akan turun.

2. Target Laba yang Diinginkan

Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan target laba merupakan salah satu komponen dalam menentukan besar kecilnya suku bunga pinjaman. Jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman juga besar dan demikian sebaliknya. Namun untuk menghadapi pesaing target laba dapat diturunkan seminimal mungkin.

3. Kualitas Jaminan

(15)

4. Kebijaksanaan Pemerintah

Dalam menentukan bunga simpanan maupun bunga pinjaman, bank tidak boleh mlebihi batasan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Artinya ada batasan maksimal dan ada batasan minimal.untuk suku bunga yang diizinkan. Tujuannya adalah agar bank dapat bersing sacara sehat.

5. Jangka Waktu

Baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman, faktor jangka waktu sangat menentukan. Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka semakin tinggi bunganya. Hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko macet dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka waktu pendek, maka bunganya relatif rendah. Akan tetapi untuk bunga simpanan berlaku sebaliknya, semakin panjang jangka waktu maka bunga simpanan semakin rendah dan sebaliknya.

6. Reputasi Perusahaan

Reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku bunga terutama untuk bunga pinjaman. Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tungkata suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet dimasa mendatang relatif kecil dan demikian sebaliknya perusahaan yang kurang bonafid factor resiko kredit macet cukup besar.

7. Produk yang Kompetitif

Produk yang kompetitif sangat menentukan besar kecilnya pinjaman. Kompetitif maksudnya adalah produk yang dibiayai sangat laku di pasaran. Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini disebabkan produk yang kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi sehingga pembayarannya diharapkan lancar.

8. Hubungan Baik

Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan factor kepercayaan kepada seseorang atau lembaga. Dalam prakteknya, bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah uatam (primer) dan nasabah biasa (sekunder).

9. Persaingan

Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana sementara maka tingkat persaingan dalam memperebutkan dana simpanan cukup ketat, maka bank harus bersaing ketat dengan bank lainnya.

Mekanisme Penetapan Suku Bunga Pinjaman Bank

(16)

Masing-masing bank memberikan tingkat suku bunga yang berbeda, ada suku bunga yang tinggi dan juga ada bank yang memberikan suku bunga rendah. Masing-masing bank memang diberikan kebebasan dalam penetapan suku bunga pinjaman asalkan tidak terlalu tinggi dan menyalahi aturan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Bunga adalah salah satu bagian penting dari perbankan untuk mendapatkkan keuntungan, bunga tersebut merupakan imbalan atau ajsa yang diberikan nasabah atas pinjaman yang diberikan oleh bank. Dalam perbankan dikenal beberapa suku bunga diantaranya adalah bunga sederhana dan bunga berbunga.

Bunga sederhana merupakan bunga hasil dari besarnya pokok utang, suku bunga per periode dan juga lamanya pinjaman dari bank tersebut. Sedangkan bunga berbunga yang diterapkan oleh beberaa bank sering juga dikenal dengan buang majemuk.

Bunga majemuk merupakan bunga yang berasal dari nilai pokok suatu pinjaman yang akan terus berubah pada akhir periodik bersamaan dengan penambahan nilai pokok beserta bunganya. Beberapa perusahan perbankan dan juga perusahan jasa keuangan saat ini menerapkan suku bunga yang sangat ringan pertahun.

Suku bunga yang sering diterapkan bank biasanya sebesar 11, 25% hingga 13,30 % Pa. Bank juga sering menetapkan suuku bunga tetap dan suku bunga mengambang.

Suku bunga pinjaman pada tahun 2014 pada beberapa indrusri perbankan ini memang mengalami peningkatan menjadi sekitar 8, 67%. Untuk suku bunga yang diberikan kepada nasabah dalam hal deposito, deposan akan mendapatkan bunga dengan kisaran 11% lebih-lebih pada kelompok bank BUKU 4 dan 3. Di Indonesia suku bunga yang diterapkan pada bank umumnya adalah sekitar 11,25% hingga 13,30% untuk bank umum atau kkonvensional.

(17)

Perbankan di Indonesia memang sering mendapatkan kucuran dana dari pemilik dana besar yang menekan perusahaan perbankan untuk memberikan bunga yang tinggi atas dana yang didepositokannya.

Sudah tidak asing lagi bila di Indonesia meman terjadi persaingan suku bunga, masing-masing bank memberikan suku bunga yang berbeda, hal ini juga termasuk trik untuk mendapatkan nasabah sebanyak-banyaknya. Nasabah cenderung akan memilih bank yang memberikan suku bunga rendah untuk pinjaman sedangkan nasabah akan memilih suku bunga tinggi untuk deposito yang mereka tanamkan di bank. Bahkan suku bunga saat ini juga dipengaruhi oleh lembaga keuangan yang memberikan layanan kredit lunak dan bunga rendah kepada masyarakat.

Pemerintah dalam hal penetapan suku bunga harus mendapatkan masukan dari bank-bank yang ada di Indonesia. Penetapan suku bunga maksimal DP dibuat dengan mempertimbangkan keuntungan biaya dalam penempatan dana nasabah pada tingkat suku bunga SUN, Jadi, pada tanggal 1 Oktober 2014 penetapan suku bunga perbankan akan diterapkan.

Perbankan di Indonesia dalam rangka menetapkan suku bunga maksimum harus melaksanakan penuruhan suku bunga kredit yang telah ditetapkan jika suku bunga tersebut tidak sesuai dengan keputusan pemerintah. Selain itu , bank juga harus melakukan perluasan kredit dengan hati-hati dan juga untuk mempertimbangkan dana yang dimiliki.

Pemberian suku bunga DPK yang ditetapkan oleh departemen pengawas perbankan baik perusahaan perbankan Indonesia adalah sebesar 7,75% saja untuk pinjaman hingga 2 milyar rupiah. Departemen pengawas perbankan pun jug a harus melakukan monitoring terhadap perbankan agar tingkat suku bunga yang ditetapkan bisa dijalankan dengan baik.

Penentuan suku bunga yang terlalu tinggi bagi perusahaan perbankan memang bukan cara yang tepat. Di satu sisi hal ini memang menguntungkan pihak bank, namun di sisi lain tentu saja nasabah yang akan dirugikan. Semakin banyaknya pertumbuhan perusahaan perbankan di Indonesia, hal ini juga menjadikan suku bunga yang ditetapkan berubah-ubah. Seperti persaingan suku bunga dan ini adalah fakta perusahaan perbankan di Indonesia.

Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate)

(18)

kepada publik. Suku bunga Bank Indonesia diimplementasikan melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang yang akan berpengaruh untuk mencapai sasaran kebijakan moneter. BI rate menjadi acuan langsung suku bunga SBI, suku bunga Pasar Uang Antar Bank dan juga mempengaruhi suku bunga perbankan oleh semua bank-bank di Indonesia. Semua produk perbankan yang mempunyai unsur bunga akan terpengaruh dengan kebijakan ini, baik itu suku bunga deposito maupun suku bunga kredit. Suku bunga kredit, dari mulai bunga kredit investasi, kredit konsumsi maupun KPR, hingga semua varian-varian dibawahnya.

Fungsi BI Rate

Ada tiga fungsi utama (setahu saya) dari penetapan BI rate, yaitu antara lain: mengendalikan inflasi, mengontrol nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan mengontrol kondisi neraca transaksi berjalan.

1. BI Rate sebagai instrument pengontrol inflasi

Hukum ekonomi mengatakan bahwa harga terbentuk atas penawaran dan permintaan (supply and demand). Ketika BI menerapkan kebijakan uang ketat (Tight Money Policy) dengan menaikkan suku bunga, diharapkan dapat menyerap uang yang beredar di masyarakat karena bunga deposito yang menarik. Karena jumlah uang yang beredar di masyarakat berkurang, demand atas consumer goods menjadi turun, otomatis harga menjadi turun.

(19)

2. BI Rate Sebagai Instrumen Pengendali Nilai Rupiah Terhadap Mata Uang Asing

Dengan menaikkan BI rate, diharapkan aliran modal asing untuk berinvestasi di Indonesia menjadi lebih meningkat. Karenanya permintaan terhadap rupiah menjadi meningkat otomatis nilai rupiah juga terapresiasi, karena nilai tukar mata uang juga ditentukan oleh supply and demand. Tapi hal ini hanya masuk akal kalau BI rate “hanya” berpengaruh terhadap suku bunga instrument investasi dalam bentuk rupiah.

3. BI Rate Sebagai Instrumen Pengendali Kondisi Neraca Transaksi Berjalan

Dengan penetapan tinggi rendahnya suku bunga bank oleh Bank Indonesia maka akan berpengaruh terhadap kebijakan yang diambil oleh para pengusaha dan direksi perusahaan dalam melakukan kegiatan impor. Hal ini disebabkan karena pembayaran yang akan dilakukan terhadap sebuah kegiatan impor tidaklah kecil selain harga barang maka pembeli harus menanggung ongkos angkut (freight), bea masuk, serta pajak dan pengeluaran (spending) dalam jumlah banyak akan berpengaruh terhadap keseimbangan neraca keuangan perusahaan yang bisa berakibat pada permohonan kredit pada lembaga keuangan.

BI Rate

BI Rate

(Based on decision of board meeting)

17 December 2015 7.50 % Press Release Link

Suku bunga bank di Indonesia termasuk tinggi jika dibandingkan dengan negara – negara lain sehingga berdampak perekonimian khususnya industri riil dimana umumnya membutuhkan tambahan dana yang biasanya diperoleh dari kredit dan bunga pinjamannya tinggi. Bunga usaha tinggi akan mempengaruhi biaya produksi (ekonomi biaya tinggi) sehingga harga jual produk jadi tinggi. Tingginya harga barang mengakibatkan terjadinya inflasi dan salah satu cara untuk mengatasi inflasi yaitu dengan menaikan suku bunga bank.

(20)

Indeks harga konsumen (bahasa Inggris: consumer price index) adalah nomor indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga (household). IHK sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi suatu negara dan juga sebagai pertimbangan untuk penyesuaian gaji, upah, uang pensiun, dan kontrak lainnya. Untuk memperkirakan nilai IHK pada masa depan, ekonom menggunakan indeks harga produsen, yaitu harga rata-rata bahan mentah yang dibutuhkan produsen untuk membuat produknya. Untuk mengukur tingkat harga secara makro, biasanya menggunakan pengukuran Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Indeks (CPI). Indeks Harga Konsumen (IHK) dapat diartikan sebagai indeks harga dari biaya sekumpulan barang konsumsi yang masing-masing diberi bobot menurut proporsi belanja masyarakat untuk komoditi yang bersangkutan. IHK mengukur harga sekumpulan barang tertentu (sepertti bahan makanan pokok, sandang, perumahan, dan aneka barang dan jasa) yang dibeli konsumen.

Indeks harga Konsumen (IHK) merupakan persentase yang digunakan untuk menganalisis tingkat/ laju inflasi. IHK juga merupakan indikator yang digunakan pemerintah untuk mengukur inflasi di Indonesia.

Di Indonesia badan yang bertugas untuk menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah Badan Pusat Statistik (BPS). Penghitungan IHK dimulai dengan mengumpulkan harga dari ribuan barang dan jasa. Jika PDB mengubah jumlah berbagai barang dan jasa menjadi sebuah angka tunggal yang mengukur nilai produksi, IHK mengubah berbagai harga barang dan jasa menjadi sebuah indeks tunggal yang mengukur sseluruh tingkat harga.

Badan Pusat Statistik menimbang jenis-jenis produk berbeda dengan menghitung harga sekelompok barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen tertentu. IHK adalah harga sekelompok barang dan jasa relatif terhadap harga sekelompok barang dan jasa yang sama pada tahun dasar.

IHK adalah indeks yang sering dipakai namun bukanlah satu-satunya indeks yang dipakai untuk mengukur laju inflasi. Masih ada indeks yang dapat digunakan yakni indeks Harga Produsen (IHP), yang mengukur harga sekelompok barang yang dibeli perusahaan (produsen bukannya konsumen). Adapun rumus untuk menghitung IHK adalah:

(21)

Contoh: Harga untuk jenis barang tertentu pada tahun 2005 Rp10.000,00 per unit, sedangkan harga pada tahun dasar Rp8.000,00 per unit maka indeks harga pada tahun 2005 dapat dihitung sebagai berikut.

IHK = (Rp 10.000 / Rp 8.000) x 100 = 125

Ini berarti pada tahun 2005 telah terjadi kenaikan IHK sebesar 25% dari harga dasar yaitu 125-100 (sebagai tahun dasar). Sedangkan untuk menghitung tingkat inflasi digunakan rumus sebagai berikut.

Inflasi = {(IHKn - IHKo)/IHKo}x 100%

Dimana, IHKn = Indeks Harga Konsumen periode ini IHKo = Indeks Harga Konsumen periode lalu

Contoh: Pada guntingan berita di atas Kepala BPS Choiril Maksum mengemukakan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada bulan Oktober 2005 mencatat inflasi 28,57. Terjadi kenaikan indeks dari 127,91 pada September 2005 menjadi 164,45% pada bulan Oktober 2005. Dikatakan pada berita tersebut terjadi inflasi sebesar 28,57% dari bulan September 2005 sampai Oktober 2005. Bagaimana kita menghitung angka 28,57%?

Inflasi = {(164,45% - 127,91%)/127,91%}x 100% = 28,57 %

(22)

Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan Indonesia,

2005, 2006, 2007, Jan-Mei 2008 ( 2002=100 ), Juni 2008 - Desember 2013 ( 2007 = 100 ), Januari 2014 - Juni 2016 (2012=100)

1. Penduduk sebagai Sumber Daya dalam Pembangunan Ekonomi.

Penduduk dengan segala potensi yang dimilikinya dikategorikan menjadi dua, yaitu penduduk usia kerja (15 hingga 65 tahun) dan penduduk di luar usia kerja.

Penduduk usia kerja dikategorikan menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (lebih 10 tahun). Angkatan kerja adalah penduduk berumur lima belas tahun ke atas yang selama seminggu sebelum pencacahan bekerja atau mempunyai pekerjaan, sementara tidak bekerja, dan mereka tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan. Bekerja adalah kegiatan melakukan suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam dalam seminggu secara berturut-turut dan tidak terputus. Angkatan kerja yang bekerja dikategorikan bekerja penuh apabila dalam seminggu memiliki jam kerja selama 35 jam atau lebih.

2. Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja merupakan peluang bagi penduduk untuk melaksanakan fungsinya sebagai sumber ekonomi dalam proses produksi untuk mencapai kesejahteraan.

Kesempatan kerja adalah jumlah penduduk yang berpartisipasi dalam pembangunan dengan melakukan suatu pekerjaan dan menghasilkan pendapatan.

(23)

i kesempatan kerja permanen, artinya kesempatan kerja yang memungkinkan orang bekerja secara terus-menerus sampai mereka pensiun atau tidak mampu lagi untuk bekerja;

ii kesempatan kerja temporer, artinya kesempatan kerja yang hanya memungkinkan orang bekerja dalam waktu relatif singkat, kemudian menganggur untuk menunggu kesempatan kerja baru. iii Indikator Ketenagakerjaan

a. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah tingkat beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk yang produktif.

DR = PDUK

PUK

DR = Dependency Ratio

PDUK = Penduduk di Luar Usia Kerja PUK = Penduduk Usia Kerja

b. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dan jumlah seluruh penduduk usia kerja.

TPAK = AK

PUK

TPAK = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja AK = Angkatan Kerja

PUK = Penduduk Usia Kerja

c. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang sedang mencari pekerjaan dan jumlah angkatan kerja.

TPT = PT

AK

TPT = Tingkat Pengangguran Terbuka PT = Penganggur Terbuka

AK = Angkatan Kerja

3. Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja merupakan nilai tambah Produk Domestik Bruto (PDB) dibagi dengan jumlah penduduk yang bekerja untuk menghasilkan nilai tambah tersebut.

4. Pengangguran

Pengangguran ada dua macam, yaitu pengangguran terbuka dan pengganguran terselubung.  Penganggur terbuka (open unemployment) meliputi seluruh angkatan kerja yang mencari

pekerjaan, baik yang mencari pekerjaan pertama kali maupun yang pernah bekerja sebelumnya

 Penganggur terselubung (underemployment) adalah pekerja yang bekerja dengan jam kerja rendah (di bawah sepertiga jam kerja normal atau kurang dari 35 jam dalam seminggu), namun masih mau menerima pekerjaan. BPS mengkategorikan penganggur terselubung menjadi dua macam, yaitu pekerja yang memiliki jam kerja kurang dari 35 jam per minggu karena sukarela (kemauan sendiri) dan ada juga yang terpaksa.

5. Jenis Pengangguran

Pengangguran yang ada di suatu negara dapat dikelompokkan menurut faktor penyebab terjadinya, yaitu

a) Pengangguran Voluntair, yaitu pengangguran yang terjadi secara sukarela karena mencari pekerjaan dengan pendapatan yang lebih baik;

(24)

merupakan produk teknologi, hal ini mengakibatkan penggunaan tenaga kerja menjadi berkurang;

c) Pengangguran Deflatoir, yaitu pengangguran yang terjadi karena menurunnya kegiatan perekonomian suatu negara sehingga permintaan masyarakat ikut menurun, hal ini mengakibatkan perusahaan mengurangi kapasitas produksinya, atau bahkan menghentikan produksinya, akibatnya terjadi pengurangan pekerja;

d) Pengangguran Struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh adanya perubahan pada struktur ekonomi dari suatu negara, misalnya dari struktur ekonomi pertanian ke struktur ekonomi industri, hal ini menyebabkan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan tidak sesuai dengan tenaga kerja yang tersedia, akibatnya terjadi pengangguran.

Contoh

Akibat perekonomian beralih dari sektor pertanian ke sektor industri maka tenaga kerja yang tadinya bekerja pada sektor pertanian tidak dapat bekerja.

6. Penyebab Pengangguran

Penyebab terjadinya pengangguran di suatu negara, di antaranya adalah sebagai berikut. a) Tekanan demografis dengan jumlah dan komposisi angkatan kerja yang besar.

b) Pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih kecil daripada pertumbuhan angkatan kerja. c) Jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja.

d) Kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja.

e) Terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) yang disebabkan, antara lain perusahaan yang menutup atau mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif, peraturan yang menghambat investasi, hambatan dalam proses ekspor-impor, dan sebagainya.

f) Kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.

g) Berbagai regulasi dan perilaku birokrasi yang kurang kondusif bagi pengembangan usaha. h) Masih sulitnya arus masuk modal asing.

i) Iklim investasi yang belum kondusif.

j) Tekanan kenaikan upah di tengah dunia usaha yang masih lesu. k) Kemiskinan.

(25)

8. Dampak sosial lainnya yang ditimbulkan oleh pengangguran sehingga akan berpengaruh terhadap pelaksanaan pembangunan nasional, antara lain:

 Menjadi beban keluarga dan masyarakat  Penghargaan diri yang rendah

 Kebebasan yang terbatas

 Mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal.

Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), data ketenagakerjaan di Indonesia hingga tahun 2015 adalah sebagai berikut :

Angkatan kerja Indonesia pada Agustus 2015 sebanyak 122,4 juta orang, berkurang sebanyak 5,9 juta orang dibanding Februari 2015 dan bertambah sebanyak 510 ribu orang dibanding Agustus 2014.

Penduduk bekerja pada Agustus 2015 sebanyak 114,8 juta orang, berkurang 6,0 juta orang dibanding keadaan Februari 2015 dan bertambah 190 ribu orang dibanding keadaan Agustus 2014. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2015 sebesar 6,18 persen meningkat dibanding TPT Februari 2015 (5,81 persen) dan TPT Agustus 2014 (5,94 persen).

Selama setahun terakhir (Agustus 2014–Agustus 2015) kenaikan penyerapan tenaga kerja terjadi terutama di Sektor Konstruksi sebanyak 930 ribu orang (12,77 persen), Sektor Perdagangan sebanyak 850 ribu orang (3,42 persen), dan Sektor Keuangan sebanyak 240 ribu orang (7,92 persen).

Penduduk bekerja di atas 35 jam per minggu (pekerja penuh) pada Agustus 2015 sebanyak 80,5 juta orang (70,12 persen), sedangkan penduduk yang bekerja kurang dari 15 jam per minggu sebanyak 6,5 juta orang (5,63 persen).

Pada Agustus 2015, penduduk bekerja masih didominasi oleh mereka yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 44,27 persen, sementara penduduk bekerja dengan pendidikan Sarjana ke atas hanya sebesar 8,33 persen.

(https://www.bps.go.id/Brs/view/id/1196 )

Pasar Eceran (Retail)

(26)

Menurut Winardi (1986:148) untuk mengetahui pengecer, dapat diklasifikasi dengan macam-macam cara, yakni menurut:

1. Jenis operasi

Kita dapat membedakan empat macam jenis operasi sebagai berikut: a) Toko yang berdagang eceran (retail store)

b) Penjualan melalui pengiriman pos (mail order selling) c) Penjualan dari rumah ke rumah (house-to-house-selling) d) Penjualan dengan bantuan mesin otomatis (automatic vending) 2. Barang-barang yang dijual

3. Toko-toko yang berdagang secara eceran kadang-kadang juga diklasifikasi menurut barang-barang yang dijual mereka misalnya toko-toko yang berdagang:

a) bahan pangan

5. Toko-toko yang berdagang secara eceran dapat pula diklasifikasi menurut pihak yang memiliki serta menguasainya. Dipandang khusus dari sudut pihak yang memiliki, maka toko-toko yang berdagang secara eceran dapat dibagi sebagai berikut:

a) toko-toko yang dimiliki oleh individu-individu b) toko-toko yang dimiliki oleh CV, firma-firma c) toko-toko yang dimiliki oleh PT.

Pemasaran eceran saat ini menjadi sangat kompetitif dan inovatif. Hal ini bercirikan tumbuhnya beragam industri dalam menghadapi lingkungan yang sangat mudah berubah. Pemasaran eceran berhubungan dengan kegiatan yang dilibatkan dalam menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir. Maka penjualan eceran adalah penjualan dimana di dalamnya pembeli merupakan konsumen akhir, yang berlawanan dengan pembeli institusional atau perusahaan. Motif membeli untuk penjualan eceran adalah kepuasan pribadi atau keluarga yang berasal dari konsumsi akhir barang yang dibeli.

Menurut Davidson, Sweney, dan Stampfl dalam Stern, and Brown (1989:65) adapun macam-macam toko eceran yang sering kita temui di sekeliling kita, diantaranya:

1. Department Store 2. Toko Khusus 3. Toko berantai 4. Supermarket 5. Toko diskon

(27)

1. Department Store (toko serba ada), adalah organisasi eceran yang menjalankan aktivitasnya seperti:

a) Menjual beragam barang dagangan, yang meliputi pakaian dan aksesoris, peralatan rumah tangga, dan perabotan.

b) Dikelola oleh department c) Memiliki penjualan yang besar d) Menjual terutama kepada wanita

e) Paling sering berada di distrik perbelanjaan kota yang ramai, di pertokoan atau pusat perbelanjaan

f) Seringkali mendirikan operasi cabang

g) Biasanya menawarkan banyak pelayanan konsumen

2. Toko Khusus, di sini kegiatan yang dilakukan adalah memasarkan sekumpulan luas dari kelas-kelas barang yang terbatas. Istilah toko khusus paling umum dipakai untuk perusahaan berukuran kecil dan medium atau butik yang menangani jenis barang lunak dan barang keras. 3. Toko berantai, yang bercirikan:

a) Kepemilikan atau kontrol sentral b) Manajemen sentral

c) Kesamaan dalam barang dagangan, layout, dan desain toko.

4. Sistem toko berantai yang efektif mampu memperoleh efisiensi dengan membeli dalam jumlah besar, membagi pengeluaran iklan pada banyak toko, dan menggunakan staf manajerial mereka secara intensif.

5. Supermarket, pada umumnya adalah organisasi eceran dengan margin rendah dan penjualan yang tinggi yang beroperasi secara swalayan. Dalam industri makanan, supermarket dapat didefinisikan sebagai perusahaan eceran besar yang menawarkan barang relatif beragam dan lengkap. Konsep supermarket diterapkan pada beberapa jenis perdagangan selain retailing makanan, diantaranya adalah mebel, barang kebutuhan olah raga, mainan anak-anak, serta perangkat keras dan bahan bangunan.

6. Toko diskon adalah perusahaan eceran yang umumnya memiliki ciri sebagai berikut: a) Bermacam-macam barang dagangan, yang meliputi barang keras maupun lunak b) Harga sebagai daya tarik utama penjualan

c) Biaya operasi relaif rendah sebagai persentase dari volume penjualan

d) Bahan bangunan, perkakas, dan perabotan rumah tangga yang relatif tidak mahal. e) Penekanan pada operasi swalayan

f) Pelayanan konsumen yang terbatas

g) Penekanan pada penjualan barang dagangan yang cepat h) Toko dan tempat parkir yang besar.

(28)

Menurut Davidson, Sweney, dan Stampfl dalam Stern, and Brown (1989:69-93), program pasar eceran terdiri dari variabel-variabel bauran eceran, yaitu: Location, Merchandising, Magin and Inventory, Promotion, Services, Vendor Relations dengan uraian sebagai berikut :

1. Location (lokasi)

2. Merchandising (barang dagangan)

3. Margin and Inventory (laba dan persediaan barang) 4. Promotion (promosi)

5. Services (pelayanan)

6. Vendor Relations (hubungan dengan produsen)

Dengan uraian sebagai berikut : 1. Location (Lokasi)

Produk dapat diklasifikasikan berdasarkan pola pembelian konsumen, yaitu produk dianggap sebagai barang kesenangan, atau barang khusus. Adanya pola konsumen dalam keputusan lokasi toko di sini dapat mempengaruhi elemen lain perpaduan pemasaran eceran. Pergerakan populasi di dalam dan di luar lokasi geografis juga dapat mempengaruhi keputusan lokasi toko.

Toko eceran juga dapat diklasifikasikan menjadi toko barang kesenangan, toko barang belanjaan, dan toko barang khusus. Pengecer memilih dahulu target pasar dan kemudian mengembangkan strategi lokasional untuk meraih segmen-segmen tersebut. Toko-toko yang menjual barang kesenangan sangat mudah diakses dari daerah pemukiman, yang terletak di daerah ramai dan seringkali terpisah dari supermarket atau toko lain yang sejenis.

Besarnya usaha konsumen untuk berbelanja berbeda-beda antara segmen konsumen dengan kategori produk yg diinginkannya. Hal itu juga dapat berubah ketika terjadi perubahan gaya hidup pada segmen pasar. Perubahan-perubahan ini berarti bahwa keputusan lokasi menjadi lebih penting bagi kelangsungan toko-toko eceran. Setelah seorang pengecer memilih segmen pasar geografis tertentu yang ingin dia masuki dan pasar pedesaan atau metropolitan tertentu di dalam daerah itu yang ingin dia layani, dia harus menentukan daerah perdagangan yang relevan untuk jenis perusahaan retailing yang ingin dia bangun. Kemudian dia harus mengambil satu lahan tertentu di dalam daerah perdagangan tersebut untuk membangun toko.

2. Merchandising (Barang Dagangan)

Secara tradisional, toko eceran dideskripsikan sebagai toko umum, toko beraneka macam, atau toko khusus. Deskripsi ini mencerminkan banyaknya barang dagangan yang mereka tawarkan kepada konsumen. Akan tetapi, toko khusus menunjukkan kemajuan pesat dalam dua dekade terakhir. Saat ini seperti supermarket dan apotik dapat dikatakan sejajar kedudukannya dengan toko-toko barang khusus.

(29)

yang kuat hanya memungkinkan margin eceran yang kecil. Sedangkan scrambling melibatkan percampuran jenis-jenis produk yang lebih jauh lebih beragam dan tidak berhubungan. Scrambling adalah taktik laba besar dengan resiko yang lebih besar pula. Hal ini akan melibatkan pengecer dalam kegiatan promosi untuk mendukung jenis produk.

Scrambling dan creaming menggambarkan fakta bahwa banyak institusi retailing modern mendiversifikasikan jenis-jenis tradisional barang dagangan mereka. Maka, diskusi tentang strategi umum barang dagangan yang dapat diterapkan pada berbagai operasi eceran lebih berguna disini daripada diskusi tentang strategi khusus barang dagangan yang sesuai untuk serangkaian pengecer yang terbatas.

3. Margin and Inventory (Laba dan Persediaan Barang)

Institusi pengecer tradisional dan modern dapat bercirikan margin tinggi, penjualan rendah, dan banyak pelayanan pribadi di satu pihak serta margin rendah, penjualan tinggi, dan pelayanan minimum di lain pihak. Kedua jenis institusi tersebut terus ada, tetapi di abad 20 perhatian dipusatkan pada efisiensi dari pola operasi sebelumnya.

Secara garis besar, model margin rendah atau penjualan tinggi ditujukan untuk menurunkan biaya operasi dan berbagai penghematan biaya terhadap konsumen. Akan tetapi banyak dari penghematan diteruskan ke konsumen, dan harus melibatkan transfer biaya sehingga pengurangan dalam tingkat pelayanan saluran yang disediakan di toko seperti keanekaragaman produk, kemudahan lokasi, suasana toko, serta pelayanan finansial dan pengiriman merupakan ciri khas dari margin rendah atau penjualan tinggi. Pada intinya, filosofi operasi ini memanfaatkan kemauan segmen konsumen tertentu untuk menyerap fungsi pemasaran atau arus dalam situasi pembelian tertentu.

4. Promotion (Promosi)

Satu cara dimana pengecer mengkomunikasikan penawaran toko mereka kepada target pasar adalah melalui strategi promosi. Berbagai cara untuk mempromosikan toko telah tersedia. Hal ini meliputi iklan, penjualan secara pribadi, promosi penjualan, dan publisitas. Besar tekanan relatif dari masing-masing elemen promosi ini tergantung pada tujuan promosi pengecer, bisa jangka panjang maupun pendek. Teknik promosi penjualan adalah alat promosi, selain penjualan prinadi, iklan, dan publisitas, yang digunakan untuk menghasilkan permintaan. Diantara alat-alat promosi penjualan yang sering digunakan adalah acara penjualan khusus, tampilan toko, premi konsumen, permainan, dan demonstrasi produk.

5. Services (Pelayanan)

(30)

6. Vendor Relations (Hubungan dengan Produsen)

Hubungan dengan penjaja mengacu pada hubungan yang dipertahankan institusi eceran dengan penyalurnya. Pertumbuhan dalam sistem pemasaran vertikal mengharuskan para anggota saluran pemasaran umtuk bekerja sama lebih erat jika ingin kompetitif. Faktor-faktor ini juga mendorong para anggota saluran untuk meningkatkan kerjasama mereka, kerjasama ini memerlukan koordinasi elemen-elemen perpaduan pemasaran perusahaan.

Strategi Pemasaran Eceran (Retail)

West (1992:297) beranggapan bahwa masa yang akan datang para retailer di Indonesia akan lebih keras persaingannya, maka:

Untuk menghadapi para pesaing yang makin meluas dan semakin tinggi tekhnologi yang digunakan. Pengecer harus lebih menyadari harapan dari pelanggannya dan memenuhi tuntutan standar mereka. Peluang-peluang yang ada sebaiknya dimanfaatkan sebaik-baiknya, jangan sampai mengalami kegagalan dalam mengatasi suatu keadaan yang bersifat kompetitif. Sehingga begitu pengecer menjalankan peluangnya dengan baik, maka pelanggan akan terus mendatangi dimanapun toko itu berada.

Trend konsumen masa depan adalah Pay Less, Expect More, Get More. Konsumen masa depan adalah konsumen yang memiliki ekpektasi yang lebih tinggi, meminta lebih banyak, menginginkan kualitas yang lebih tinggi dan konsisten, lebih banyak pilihan, toko yang lebih nyaman dan pelayanan yang lebih bernilai, namun dengan membayar lebih murah, waktu lebih cepat, dengan usaha dan resiko lebih rendah. Dapat diperkirakan, kompetisi selanjutnya, tidak hanya pada harga, namun menyangkut variabel lain yang berkaitan dengan value atas pengalaman berbelanja pelanggan. Di masa yang akan datang ketika transaksi virtual sudah menjadi hal yang umum, maka prasyarat sukses sebuah toko yang ditentukan oleh lokasi, lokasi dan lokasi, sudah bukan jamannya lagi. Bisa saja sebuah non-store retailing dapat mencapai sukses walaupun beroperasi dari sebuah kantor yang berlokasi di gang kecil di Jakarta. Dalam masa sekarang ini baru beberapa yang sudah dan akan terjadi di Indonesia dan memberikan dampak bagi industri retail, menurut West (1992:1990) diantaranya :

Heterogenitas, masalah standarisasi karena lingkungan dan personil yang berbeda akan memberikan hasil kerja yang berlainan.

Tak terpisahkan, karena banyaknya faktor tambahan yang terlibat dalam pemberian pelayanan, konsumen akan mengalami kesulitan memisahkan antara berbagai unsur yang terlibat.

(31)

Kepemilikan, pemakai jasa tidak dapat memilikinya.

Masalah utama yang dihadapi pengecer adalah tiadanya konsistensi dalam apa yang ditawarkan kepada konsumen. Toko-toko tidak hanya berbeda satu dengan yang lain, bahkan mutu pelayanan dalam suatu toko tertentu dapat berbeda dari hari ke hari. Dalam sepuluh atau duapuluh tahun ke depan format retail yang ada seperti saat ini, misalnya supermarket, department store, convenience store dan hypermarket, akan pudar pamornya dan digantikan oleh format baru yang lebih sulit dibedakan garis pemisahnya antara satu format dengan format lain, antara retailer dengan food service atau restaurant dan antara retailer dengan supplier (channels blur). Akan marak supplier (manufacturer) yang membangun jaringan retailer sendiri, namun demikian, ada kecenderungan siklus ini akan berjalan dalam periode yang lebih singkat.

Swastha dan Irawan (1998:90) menyebutkan adapun dasar-dasar yang dapat dipakai untuk segmentasi pasar ini adalah :

a) Segmentasi berdasarkan faktor demografi b) Segmentasi berdasarkan tingkat penghasilan c) Segmentasi berdasarkan pola konsumsi d) Segmentasi berdasarkan faktor fisikografis

Penjelasan secara ringkas adalah sebagai berikut. a. Segmentasi berdasarkan demografi

Unsur-unsur demografi mencakup jenis kelamin, usia, status marital, dan ukuran famili yang keseluruhannya merupakan variabel-variabel segmentasi yang paling mudah dipahami dan digunakan. Keluarga yang terdiri dari 6 orang anak pada umumnya akan lebih banyak membeli sepeda dibandingkan dengan keluarga yang memiliki seorang anak. Pada saat ini variabel demografi merupakan variabel yang paling umum digunakan di dalam melakukan segmentasi pasar.

b. Segmentasi berdasarkan tingkat penghasilan

Tingkatan penghasilan merefleksikan posisi seorang konsumen di dalam tingkatan kehidupan bermasyarakat. Dari tingkatan penghasilan akan tercermin model konsumsi dan daya beli seorang konsumen. Termasuk ke dalam variabel tingkatan penghasilan adalah pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan kelas sosial.

c. Segmentasi berdasarkan pola konsumsi

(32)

pola konsumsi mencakup; frekuansi penggunaan (sering sampai dengan tidak pernah), loyalitas terhadap merek, kepemilikan produk-produk lain.

d. Segmentasi berdasarkan faktor fisikografis

Fisikografi atau gaya hidup, menggambarkan kekayaan yang dimiliki oleh setiap kelompok konsumen. Gaya hidup akan direfleksikan di dalam kegiatan, keinginan atau hasrat, dan opini seseorang. Sedangkan fisikografi mempresentasikan segala sesuatu yang ada di balik pemikiran seorang konsumen. Oleh karena itu, fisikografi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari variabel demografi dengan mengidentifikasi pola-pola yang digunakan seorang konsumen untuk mencapai tujuan kehidupannya. Fisikografi mencakup unsur-unsur seperti gaya hidup, aktifitas, interest, opini dan nilai-nilai (values).

Selain faktor-faktor tersebut juga masih ada satu faktor lagi, yaitu Faktor Geografis, seperti : daerah sejuk, daerah panas (pantai) dan sebagainya.

SURVEI PENJUALAN ECERAN

Tanggal Judul Hits

18/07/2016 Mei 2016 170 09/06/2016 April 2016 561

11/05/2016 Mar-16 656

12/04/2016 Feb-16 735

11/03/2016 Jan-16 907

10/02/2016 Des-15 928

11/01/2016 November 2015 996

08/12/2015 Okt-15 1039

10/11/2015 September 2015 1084 08/10/2015 Agust-15 1307

Neraca Pembayaran

(33)

Neraca Pembayaran adalah catatan (dokumen) sistematis yang mengikhtisarkan seluruh transaksi ekonomi antara penduduk (resident) suatu negara, dengan penduduk negana lain selama masa tertentu (1 tahun). Dan untuk menyusun neraca pembayaran luar negeri atau neraca pembayaran internasional, perlu dibedakan antara transaksi debit dengan transaksi kredit.

Transaksi dalam neraca pembayaran dapat dibedakan dalam dua macam transaksi.

Transaksi debit, yaitu transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus uang (devisa) dari dalam negeri ke luar negeri. Transaksi ini disebut transaksi negatif (-), yaitu transaksi yang menyebabkan berkurangnya posisi cadangan devisa.

Transaksi kredit adalah transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus uang (devisa) dari luar negeri ke dalam negeri. Transaksi ini disebut juga transaksi positif (+), yaitu transaksi yang menyebabkan bertambahnya posisi cadangan devisa negara.

Komponen Neraca Pembayaran

Berdasarkan Neraca pembayaran di atas, diketahui bahwa neraca tersebut dibagi ke dalam beberapa transaksi ekonomi internasional. Secara garis besar transaksi ekonomi internasional (luar negeri) atau pos-pos dasar suatu negara dapat dibedakan sebagai berikut:

a) Transaksi dagang (Trade account)

b) Transaksi Pendapatan modal (income on investment) c) Transaksi-transaksi unilateral (Unilateral Transaction) d) Transaksi Penanaman Modal Langsung ( Direct Investment) e) Transaksi Utang-piutang jangka panjang (Long term Loan) f) Transaksi Utang-piutang jangka pendek (Short term capital) g) Transaksi Lalu Lintas Moneter (Monetary acomodating)

Pos-pos di debit dan di kredit dalam neraca pembayaran

Pos-pos yang tertuang di dalam neraca pembayaran antara lain transaksi: 1. Barang.

2. Jasa-jasa.

3. Bunga modal dan dividen. 4. Hadiah.

5. Investasi jangka panjang. 6. Investasi jangka pendek. 7. Perpindahan emas moneter.

(34)

Transaksi Debit Transaksi Kredit

5. Neraca Utang Piutang jangka panjang - - Pembelian obligasi dari LN

Dalam neraca pembayaran kemungkinan terjadi surplus dan kemungkinan terjadi defisit, yakni : 1. Defisit, apabila jumlah ekspor lebih kecil dari pada impor

2. Surplus, apabila jumlah ekspor lebih besar dari pada impor.

Defisit atau surplus yang terjadi pada suatu negara yang mempunyai neraca pembayaran dikarenakan oleh :

1. Stok Nasional, maksudnya Jika terjadi penurunan stok nasional berarti defisit, dan jika terjadi kenaikan stok nasional berarti surplus.

2. Pinjaman akomodatif, maksudnya Pinjaman yang masuk karena berkaitan dengan adanya kelebihan impor berarti merupakan bagian dan defisit. Sedangkan Pinjaman yang masuk atas kemauannya sendiri (pinjaman otonam) tidak mempengaruhi defisit.

3. Defisit total adalah besarnya penurunan stok nasional ditambah pinjaman akomodatif 4. Surplus total adalah besarnya kenaikan stok nasional ditambah pinjaman akomodatif.

5. Sedangkan dampak neraca pembayaran terhadap kegiatan ekonomi suatu negara antara lain : Perubahan terhadap Kurs Devisa.

Perubahan terhadap harga.

Perubahan terhadap tingkat pendapatan. Perubahan terhadap tingkat bunga

(35)

Hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan luar negeri. 4. Hubungan ekonomi

Hubungan ekonomi suatu negara dengan negara-negara tertentu.

Neraca perdagangan

Neraca perdagangan atau neraca ekspor-impor adalah perbedaan antara nilai ekspor dan impor suatu negara pada periode tertentu, diukur menggunakan mata uang yang berlaku. Neraca positif artinya terjadi surplus perdagangan jika nilai ekspor lebih tinggi dari impor, dan sebaliknya untuk neraca negatif. Neraca pedagangan seringkali dibagi berdasarkan sektor barang dan sektor jasa.

Kebijakan ekonomi di berbagai negara di Eropa pada abad pertengahan dikelompokkan dalam merkantilisme. Pemahaman awal mengenai ketidakseimbangan perdagangan muncul dari praktik dan penyelewengan pada merkantilisme ketika sumber daya alam dari koloni di benua Amerika diekspor untuk ditukar dengan barang jadi dari Inggris, yang lalu memicu Revolusi Amerika.

Neraca Perdagangan Vs Neraca Pembayaran

Neraca Perdagangan atau balance of trade adalah ikhtisar yang menunjukkan selisih antara niali transaksi ekspor dan impor suatu negara dalam jangka waktu tertentu. Neraca perdagangan suatu negara yang positif, menunjukkan negara itu mengalami ekspor yang nilai moneternya melebihi impor. Terjadi surplus perdagangan. Sementara itu, neraca perdagangan suatu negara yang negatif menunjukkan nilai moneter impornya melebihi nilai moneter ekspor. Terjadi defisit perdagangan. Neraca pembayaran adalah suatu ikhtisar yang menunjukkan aliran pembayaran yang dilakukan dari negara-negara lain ke dalam negeri dan dari dalam negeri ke negara lain dalam satu tahun tertentu. Neraca pembayaran bermasalah apabila neraca pembayaran mengalami defisit. Artinya, pembayaran ke luar negeri melebihi penerimaan dari luar negeri.

Namun demikian, yang dicatat di dalam neraca pembayaran hanyalah transaksi ekonomi. Transaksi yang menimbulkan hak untuk menerima pembayaran dari penduduk negara lain disebut transaksi kredit, sedangkan transaksi yang menimbulkan kewajiban untuk membayar penduduk negara lain disebut transaksi debit.

(36)

Orang yang telah menetap dalam enam bulan atau lebih baik warga negara Indonesia atau warga negara asing, dianggap sebagai penduduk Indonesia. Namun, para wisatawan asing dan para diplomat tidak dapat dianggap sebagai penduduk Indonesia.

Alasannya adalah, mereka hanya bertempat tinggal sementara. Transaksi yang dicatat di dalam neraca pembayaran dapat dibedakan menjadi transaksi sedang berjalan dan transaksi kapital.

Yang dimaksud dengan transaksi sedang berjalan (current account) adalah transaksi yang meliputi barang barang dan jasa. Adapun yang dimaksud dengan transaksi kapital (capital account) adalah transaksi yang menyangkut investasi modal dan emas.

Transaksi satu arah (bukan transaksi timbal balik) antara lain pemberian hadiah (gift), bantuan (aid), dan pemberian yang lain dapat digolongkan ke dalam transaksi sedang berjalan (transaksi tersendiri).

NERACA PERDAGANGAN INDONESIA TOTAL

Periode : 2011-2016

(Nilai : Juta US$)

NO Uraian 2015 TREND(%)2011-2015 Jan-Jun* CHANGE(%)2016/2015

2015 2016

I E X P O R T 150.366,30 -6,59 78.425,10 69.509,90 -11,37 - OIL &

GAS 18.574,40 -16,6 9.992,10 6.497,40 -34,97

- NON OIL

& GAS 131.791,90 -4,5 68.433,00 63.012,50 -7,92

II I M P O R T 142.695,60 -4,96 73.949,40 65.915,60 -10,86 - OIL &

GAS 24.613,20 -9,38 13.096,90 8.612,90 -34,24

- NON OIL

& GAS 118.082,40 -3,87 60.852,50 57.302,70 -5,83

III TOTAL 293.061,90 -5,82 152.374,50 135.425,50 -11,12 - OIL &

GAS 43.187,50 -12,77 23.089,00 15.110,30 -34,56

- NON OIL

& GAS 249.874,30 -4,22 129.285,50 120.315,20 -6,94

IV BALANCE 7.670,70 4.475,70 3.594,30 -19,69

- OIL &

GAS -6.038,80 -3.104,80 -2.115,50 -31,86

- NON OIL

(37)

Sumber: BPS, Processed by Trade Data and Information Center, Ministry of Trade

Keterangan:

*) Angka sementara

Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal Kebijakan moneter

Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.

(38)

Jenis-jenis Kebijakan Moneter

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

 Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)

Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money policy)

 Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)

Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :

Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.

Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)

Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.

Imbauan Moral (Moral Persuasion)

(39)

menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

Tujuan Kebijakan Moneter

Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.

Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.

Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah.

Kebijakan fiskal

(40)

Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi Pola persebaran sumber daya

Distribusi pendapatan

Pemerintah menjalankan kebijakan fiskal adalah dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian atau dengan perkataan lain, dengan kebijakan fiskal pemerintah berusaha mengarahkan jalannya perekonomian menuju keadaan yang diinginkannya. Dengan melalui kebijakan fiskal, antara lain pemerintah dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional, dapat mempengaruhi kesempatan kerja, dapat mempengaruhi tinggi rendahnya investasi nasional, dan dapat mempengaruhi distribusi penghasilan nasional.

Penutup

(41)
(42)

Daftar Pustaka

Ackley, Gardner.,1991. Teori Ekonomi Makro. Terjemahan Paul Sitohang. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Boediono. 1992. Ekonomi Makro. Edisi 4. BPFE : Yogyakarta.

Boediono. 1993. Ekonomi Makro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2. BPFE :Yogyakarta.

Boediono. 1994. Ekonomi Moneter. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2. BPFE : Yogyakarta.

Boediono. 1998. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2. BPFE : Yogyakarta.

Deliarnov. 1995. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Denburg, F Thomas. 1986. Makro Ekonomi. Konsep Teori dan Kebijaksanaan. Edisi 7. Erlangga : Jakarta.

Diulio, Eugene A. 1993. Teori Makro Ekonomi. Cetakan keempat. Jakarta : Erlangga

Mankiw, N. Gregory. 2000. Teori Makroekonomi Edisi Keempat. Terjemahan : Imam Nurmawan. Jakarta : Erlangga.

Mc Eachern, William A. 2000. Ekonomi Makro. Diterjemahkan oleh Sigit Triandaru. Salemba Empat : Thomson Learning Asia.

Nopirin., 1993. Ekonomi Moneter. Edisi 4. Cetakan Kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Samuelson, Paul A. Dan Nordhaus William D. 1996. Makro Ekonomi. Edisi ke- 17. Cetakan ketiga. Jakarta: Erlangga.

Sukirno, Sadono. 1997. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Edisi 2. Raja Grafindo Persada : Jakarta. www.bps.go.id

www.wikipedia.co.id

(43)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan analisis makro ekonomi meliputi masalah masalah utama yang dihadapi perekonomian Indonesia dan kebijakan apa yang digunakan pemerintah.. Ahli – ahli

Untuk menganalisis simulasi shock instrumen kebijakan moneter terhadap shock indikator ekonomi makro yang terdiri dari shock pengangguran. (UNEMP), shock neraca pembayaran

 Ilmu Ekonomi Makro adalah suatu studi tentang aktivitas ekonomi secara agregat..  Aktivitas Ekonomi Agregat adalah kinerja perekonomian

Pada Mata Kuliah Ekonomi Makro ini akan dibahas materi mengenai perekonomian tertutup dan terbuka, aliran ekonomi makro, komponen dan perhitungan pendapatan nasional, teori

Data-data indikator ekonomi makro milik Kota Bekasi yang sudah disajikan tersebut, untuk kemudian kita lakukan analisis olah data dengan menggunakan software

Selain itu, pengaruh kondisi perekonomian di Indonesia baik variabel ekonomi makro maupun variabel moneter yang perkembangannya dapat dikendalikan oleh bank sentral

Investor yang tertarik untuk berinvestasi di Pasar Modal Vietnam sebaiknya memperhatikan pergerakan dari indikator makro ekonomi seperti Nasdaq 100 Futures, Yield U.S Treasury Bond dan

Hasil penelitian menggunakan model VAR atas hubungan pajak restoran dan indikator ekonomi makro di Kabupaten Kepulauan Anambas menunjukkan bahwa terdapat hubungan kausal dua arah antara