• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN POTENSI PESERTA DIDIK (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN POTENSI PESERTA DIDIK (1)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN POTENSI PESERTA DIDIK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakekatnya pendidikan tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Setiap individu akan tumbuh dan berkembang cepat atau lambat didalam lingkungan yang terus berubah. Lingkungan tersebut yang antara lain ditentukan oleh kemampuan pendidik dalam memahami tujuan yang hendak dicapai, potensi anak didik, keadaan anak didik dengan segala latar belakangnya, sarana pendidikan, ketepatan memilih bentuk komunikasi pendidikan dan keadaan lingkungan, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi edukatif atau tindakan yang bersifat mendidik dalam pergaulan pendidikan. Pernyataan diatas sesuai dengan prinsip pendidikan seperti tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara: “Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antar keluarga, masyarakat dan pemerintah”.

Tiap-tiap lingkungan pendidikan tersebut memberi pengaruh pada proses pendidikan yang diterimanya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kadar besarnya pengaruh dari masing-masing lingkungan tidak dapat diukur. Yang jelas ada pengaruh yang berarti dan mempunyai kesamaan dalam pencapaian tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa, negara dan agama. Jadi yang menjadi tujuan sebenarnya adalah anak didik. Untuk mengetahui gambaran tentang anak, tidak terlepas dari potensi-potensi belajar yang dimilikinya. Sebab tujuan pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup ialah untuk mengembangkan potensi kepribadian sesuai dengan kodrat dan hakekatnya, yaitu seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin. Dengan demikian secara potensial keseluruhan potensi anak didik diisi kebutuhannya supaya berkembang secara wajar.

B. Rumusan Masalah

Dalam menyusun makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Apakah yang dimaksud dengan potensi?

2. Apa sajakah jenis-jenis potensi belajar yang ada dalam diri siswa? 3. Bagaimanakah cara mengembangkan potensi siswa?

4. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi potensi pada diri siswa?

(2)

Dalam menyusun makalah ini terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis antara lain adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan berbagai jenis potensi yang ada dalam diri siswa. 2. Mampu mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa.

3. Menigkatkan mutu pendidikan dengan mengembangkan potensi siswa.

BAB II

PENGEMBANGAN POTENSI PESERTA DIDIK

A. Pengertian potensi

(3)

dimaksud dengan anak atau siswa yang berpembawaan adalah siswa yang memiliki potensi dengan kemampuan berkembang yang baik, sehingga dapat diharapkan adanya hasil yang memuaskan dalam pencapaian tujuan pendidikan.

Untuk melihat tentang beberapa pengertian potensi, penulis mengemukakan rumusan yang ditulis dalam majalah “ANDA” (1986 : 40) “Potensi adalah kemampuan terpendam yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan; suatu yang dapat menjadi aktual”. M. Ngalim Purwanto (1984 : 18) mengatakan potensi adalah “seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan yang terdapat pada suatu individu dan selama masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan)”.

Dari kedua pengertian diatas, potensi dapat dirumuskan sebagai keseluruhan kemampuan yang terpendam yang ada dalam diri siswa, yang memungkinkan dapat berkembang dan diwujudkan dalam bentuk kenyataan. Potensi-potensi belajar yang ada dalam diri seorang siswa tidak sama dengan potensi yang dimiliki orang lain. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Agus Soejono (1980 : 36) “Potensi seseorang tidak sama dengan potensi yang dimiliki orang lain. Seorang lebih tajam pikirannya, atau lebih halus perasaan, atau lebih kuat kemauan atau lebih tegap, kuat badannya daripada yang lain”. Dari uraian diatas, jelaslah bahwa potensi itu beraneka ragam, berbeda dan bervariasi. Potensi seseorang berlainan dengan orang lain dalam jenis dan tinggi rendahnya.

B. Jenis-Jenis Potensi Belajar Yang Ada Dalam Diri Siswa 1. Potensi jasmaniah

Potensi jasmaniah yakni jasmani yang sehat dengan panca indra yang normal yang secara fisiologi berkerja sama dengan sistem syaraf dan kejiwaan. Potensi jasmaniah ini memerlukan gizi dan berbagai vitamin termasuk udara yang bersih dan lingkungan yang sehat sebagai pra kondisi hidupnya. Jika kebutuhan ini sebagian tidak tercukupi, maka tubuh orang yang bersankutan akan lemah, bahkan dapat sakit.

2. Potensi rohaniah

potensi rohaniah meliputi segi pikir, rasa, karsa, cipta, karya maupun budi nurani. Potensi-potensi rohaniah ini membutuhkan kesadaran cinta kasih, kesadaran akan keagamaan, dan nilai-nilai budaya supaya kepribadian kita sehat dan sejahtera. Di samping itu juga rohani kita harus tenang, sabar, optimis, mempercayai orang lain, bahkan mencintai sesama manusia, tidak iri hati, tidak menyimpan rasa benci atau dendam dan sebagainya.

(4)

a. Potensi jasmaniah; fisik, badan, dan panca indra yang sehat (normal). b. Potensi pikir (akal, rasio, intelegensi, intelektual).

c. Potensi rasa (perasaan, emosi) baik perasaan eti-moral maupun perasaan estetis.

d. Potensi karsa (kehendak, kemauan, keinginan, hasrat atau kecenderungan-kecenderungan nafsu, termasuk prakarsa).

e. Potensi cipta (daya cipta, kreativitas, fantasi, khayal dan imajinasi). f. Potensi karya (kemampuan menghasilkan kerja).

g. Potensi budi nurani (kesadaran budi, hati nurani, kata hati).

Ketujuh potensi diatas dapat dikelompokkan kepada potensi jasmaniah dan potensi rohaniah yang dapat dikembangkan dan diwujudkan manusia seutuhnya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Potensi Siswa

Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi potensi pada diri siswa, dua faktor tersebut yaitu: 1. Faktor dari dalam (keturunan)

Keturunan seorang anak dalam keluarganya akan mempengaruhi potensi yang dimiliki oleh anak tersebut. misalnya seorang anak yang keturunan bermain musik, maka tidak khayal jika anak tersebut berpotensi pula dalam bidang musik. Contoh keturunan lain yaitu keturunan ilmu pasti, keturunan bertubuh tinggi, keturunan olahragawan, dan lain sebagainnya.

2. Faktor dari luar (lingkungan)

Faktor-faktor dari luar yang amat besar sekali pengaruhnya terhadap potensi siswa adalah faktor rumah tangga. Rumah tangga tempat anak dibesarkan, pendidikan dalam keluarga, pertama sekali anak mendapat pengalaman dan pengetahuan dari rumah tangga, oleh karena itu orang tua disebut sebagai pendidik yang utama, karena mereka lebih dekat dengan anak, terutama ibu yang mengasuhnya dari dalam kandungan sampai tumbuh dewasa. Dengan demikian ibu memiliki kesempatan yang sangat besar untuk memberi pendidikan dan pengajaran pada anak dalam bentuk contoh, sikap dan petunjuk. Seperti kata pepatah “Bagaimana cetak begitu bentuknya” yang artinya adalah bagaimana anak itu dididik maka seperti itulah anak akan tumbuh dan berkembang.

D. Mengenali dan Mengembangkan Berbagai Potensi Peserta Didik

(5)

spiritual, keuletan, dan keuangan. Sembilan kecerdasan pertama dikemukakan pertama kali pada tahun 1983 oleh Howard Gardner, seorang psikolog Amerika Serikat dan diberi label multiple intelligences atau kecerdasan majemuk. Kecerdasan emosi dikemukakan oleh Daniel Goleman. Kecerdasan keuletan dimunculkan oleh Paul G. Stoltz dan kecerdasan keuangan digagas oleh Robert T. Kiyosaki.

Pemahaman tentang berbagai potensi peserta didik mutlak harus dimiliki oleh setiap pendidik. Hal itu sejalan dengan tujuh prinsip penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), yaitu :

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya,

2. Beragam dan terpadu,

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan,

5. Menyeluruh dan berkesinambungan, 6. Belajar sepanjang hayat, dan

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Agar kita dapat mengenali potensi peserta didik, cara yang paling mudah dan sederhana adalah dengan mengajukan pertanyaan, ”Apa yang paling senang kamu lakukan dan orang lain menilai hasilnya sangat bagus dan luar biasa?”. Sebagian peserta didik mungkin menjawab suka mengerjakan Matematika. Itu artinya dia memiliki kecerdasan logika. Sebagian siswa mungkin merasa senang apabila menulis atau belajar bahasa asing. Artinya, dia memiliki kecerdasan linguistik. Sebagian lagi mungkin senang bermain musik, dan sebagainya.

Ternyata, banyak sekali potensi yang dimiliki peserta didik. Tugas pendidik adalah bagaimana agar potensi-potensi tersebut dapat berkembang dengan maksimal, baik melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.

Pengembangan potensi siswa melalui kegiatan intrakurikuler dapat terwujud melalui proses belajar yang melibatkan peserta didik secara aktif (active learning). Dengan demikian, siswa terus mengasah kecerdasan logika saat merumuskan ide-ide atau pendapat, kecerdasan bahasa saat menyampaikan secara lisan ide atau pendapat tersebut, kecerdasan keuletan saat harus beradu argumen dengan teman, kecerdasan intrapersonal saat harus bersikap toleran kepada yang lain, dan seterusnya. Selain dalam kegiatan intrakurikuler, pengembangan potensi siswa dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini sejalan dengan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan oleh BSNP. Dalam panduan tersebut pengembangan potensi siswa disebut Kegiatan Pengembangan Diri. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik serta kegiatan keparamukaan, kepemimpinan, dan kelompok ilmiah remaja.

E. Mengembangkan Potensi peserta didik

(6)

Pengembangan pengetahuan terhadap anak dimulai sejak usia belajar, menurut Neisser (1976) ada tiga alasan mengapa harus dimulai pada masa dini.

Pertama; pengetahuan awal, memungkinkan pendidikan, orang tua dan guru memberikan pengetahuan padanya sesuai tingkat kemampuan kondisi anak, namun demikian perkembangan psikologis anak diperhatikan, Menurut J.Byl, Aristoteles, dan Kretshmer (dalam Sujanto, 1980;69) bahwa anak siap untuk belajar dan mendapat pengetahuan dimulai pada usia 7 tahun (disebut masa intelek). Pada usia ini sang-anak sudah siap diisi dan dibekali dengan pengetahuan.

Kedua; anak memiliki keyakinan, kepercayaan, yang semu, dalam arti kata ia butuh bimbingan rohani dan mental pada usia belajar orang tua dan guru mendapat kesempatan yang banyak memantapkan keyakinan dan kepercayaan anak untuk mengisi dan membekali dengan pengetahuan, manakala ia sudah dewasa, ia telah mendapat keyakinan, kepercayaan yang sangat sukar untuk diubah oleh seorang pendidik, baik orang tua maupun guru di sekolah.

Ketiga; anak memiliki banyak pengharapan terhadap sesuatu, pengharapan-pengharapan pada diri anak memungkingkan untuk dilakukan, diciptakan melalui pengetahuan yang diberikan kepadanya. Kita dapat memberi contoh, tauladan yang banyak kepada anak, yang pada akhirnya dia dapat menemui pengharapannya, namun pengharapan itu dibekali dengan motivasi ekstinsik disamping motivasi intrinsic yang telah ada pada diri sang anak.

2. Menyeimbangkan antara Intellegensi dan Emosi

Bukanlah menjadi jaminan bagi seseorang yang memikili intellegensi yang tinggi akan dapat berkembang tanpa memiliki kecakapan emosional yang tinggi. Akan tetapi bagi seseorang yang memiliki intellegensi yang tinggi belum tentu memiliki kecakapan emosional yang tinggi pula.Anak yang berbakat adalah anak yang memiliki intellegensi yang tinggi dan kecakapan emosional yang tinggi, mereka kelak menjadi orang yang mampu berbuat, berkarya, aktif, kreatif, dan mandiri.

Kemampuan otak seseorang membutuhkan latihan terus menerus, ia ibarat sebilah pisau dari besi yang bagus, bila tidak diasah di atas gerinda ia tidak akan tajam. Pengasahannya tidak dilakukan sekali saja akan tetapi berkali-kali dilakukan. Otak perlu selalu diasah dengan berfikir, seperti menganalisa, memecahkan masalah, berhitung, berdiskusi, bermain catur, mengisi teka teki silang, dan lain sebagainnya.

F. Peran guru dalam Pengembangan Potensi Siswa

(7)

mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab uuntuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa. Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada:

Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motifasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai. Membantu perkembangan aspek aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyusuaian diri, demikianlah dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa muntuk belajar aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan. (Slameto, 2002)

Begitu pentinya peranan guru dalam keberhasilan peserta didik maka hendaknya guru mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan yang ada dan meningkatkan kompetensinya sebab guru pada saat ini bukan saja sebagai pengajar tetapi juga sebagai pengelola proses belajar mengajar. Sebagai orang yang mengelola proses belajar mengajar tentunya harus mampu meningkatkan kemampuan dalam membuat perencanaan pelajaran, pelaksanaan dan pengelolaan pengajaran yang efektif, penilain hasil belajar yang objektif, sekaligus memberikan motivasi pada peserta didik dan juga membimbing peserta didik terutama ketika peserta didik sedang mengalami kesulitan belajar.Salah satu tugas yang dilaksanakan guru disekolah adalah memberikan pelayanan kepada siswa agar mereka menjadi peserta didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Guru mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik sosial, budaya maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar dan karenya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang disampaikan dengan kata lain guru harus menciptakan suatu konidisi belajar yang sebagik-baiknya bagi poeserta didik, inilah yang tergolong kategori peran guru sebagai pengajar.Disamping peran sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai pembimbing artinya memberikan bantuan kepada setiap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuan diri secara maksimal terhadap sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Oemar H (2002) yang mengatakan bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal terhadap sekolah, keluarga serta masyarakat.Sehubungan dengan perananya sebagai pembimbing, seorang guru harus :

1. Mengumpulkan data tentang siswa.

(8)

4. Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa, baik secara individu maupun secara kelompok, untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan anak.

5. Bekerjasama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainya untuk membantu memecahkan masalah siswa.

6. Membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik. 7. Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu.

8. Bekerjasama dengan petugas-petugas bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa.

9. Menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya. 10. Meneliti kemajuan siswa, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

11. Peran guru sebagai pengajar dan sebagai pembimbing memiliki keterkaitan yang sangat erat dan keduanya dilaksanakan secara berkesinambungan dan sekaligus berinterpenetrasi dan merupakan keterpaduan antara keduanya

G. Faktor-Faktor Yang Menghambat peran guru dalam pengembangan potensi siswa

Faktor-faktor yang mempengaruhi potensi, sehingga terdapat perbedaan intelegensi seseorang dengan yang lain ialah:

1. Pembawaan, Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan cirri yang dibawah sejak lahir. Batas kesangupan kita yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal, pertama ditentukan oleh pembawaan kita.Orang itu ada yang pintar ada pula yang bodoh. Sekalipun menerima latihan dan pelajaran yang sama, perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada.

2. Kematangan, tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun non fisik) dapat dikatakan telah matang jika telah mencapai kesangupan menjalangkan fungsinya masing-masing. Anak tidak dapat memecahkan soal-soal tertentu karena soal-soal-soal-soal itu masih terlampau sukar baginya.Organ-organ tubuhnya dan fungsi-fungsi jiwanya masih belum matang untuk mengenai soal itu dan kematangan erat hubungannya dengan umur.

3. Pembentukan, pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja seperti yang dilakukan disekolah-sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar)

4. Minat dan pembawaan yang khas, Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan – dorongan(motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motivasi) dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbulah minat terhadap sesuatu, apa yang mereka minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik

(9)

bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam pembentukan intelegensi. (Dalyono, 2007.) Sementara itu, Widada (1994) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa, dan potensi guru dapat menggunakan pendekatan sebagai berikut:

1. Self esteem approach; guru memperhatikan pengembangan self esteem (kesadaran akan harga diri) siswa.

2. Creative approach; guru mengembangkan problem solving, brain storming, inquiry, dan role playing.

3. Value clarification and moral development approach; guru mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan holistik dan humanistik untuk mengembangkan segenap potensi siswa menuju tercapainya self actualization, dalam situasi ini pengembangan intelektual siswa akan mengiringi pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa, termasuk dalam hal etik dan moral.

4. Multiple talent approach; guru mengupayakan pengembangan seluruh potensi siswa untuk membangun self concept yang menunjang kesehatan mental.

5. Inquiry approach; guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan proses mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah serta meningkatkan potensi intelektualnya.

6. Pictorial riddle approach; guru mengembangkan metode untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil guna membantu meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif.

7. Synetics approach; guru lebih memusatkan perhatian pada kompetensi siswa untuk mengembangkan berbagai bentuk metaphor untuk membuka inteligensinya dan mengembangkan kreativitasnya. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan yang tidak rasional, kemudian berkembang menuju penemuan dan pemecahan masalah secara rasional.

Sedangkan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, menurut E. Mulyasa (2003) perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Bahwa siswa akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik dan berguna bagi dirinya;

2. Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada siswa sehingga mereka mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai. Siswa juga dilibatkan dalam penyusunan tersebut;

3. Siswa harus selalu diberitahu tentang hasil belajarnya;

4. Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan;

(10)

6. Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual siswa, seperti : perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap sekolah atau subyek tertentu;

7. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya, rasa aman, menunjukkan bahwa guru peduli terhadap mereka, mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh kepuasan dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar kearah keberhasilan, sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Siswa memiliki 2 potensi belajar yaitu :

a. Potensi belajar jasmaniah yakni jasmani yang sehat dengan panca indra yang normal yang secara fisiologi berkerja sama dengan sistem syaraf dan kejiwaan.

b. Potensi belajar rohaniyah meliputi segi pikir, rasa, karsa, cipta, karya maupun budi pekerti. Potensi-potensi rohaniah ini membutuhkan kesadaran cinta kasih, kesadaran akan keagamaan, dan nilai-nilai budaya supaya kepribadian kita sehat dan sejahtera

(11)

b. Menyeimbangkan antara Intellegensi dan Emosi.

B. SARAN

Referensi

Dokumen terkait

Makalah ini membahas hasil evaluasi perbandingan pembentukan model VAR yang diaplikasikan untuk peramalan data deret waktu dan lokasi dengan studi kasus produksi teh di tiga

Hasil penelitian ini adalah pada kondisi optimum desain dimensi alat penukar kalor dari pengering tapioka shell dan tube dengan metode eksperimen full

Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya cipta atau ³FLSWDDQ´ &LSWDDQ WHUVHEXW GDSDW mencakup puisi, drama,serta karya tulis lainnya,film, karya-karya

Getting Ready for Reading : Early Phoneme Awareness and Phonics Teaching Impoves Reading and Spelling in Inner-City Second Language Learners... Phonological Awareness and

Pada industri kerajinan di Kasongan, pemimpin perusahaan dapat memilih diantara enam karakteristik dimensi budaya perusahaan tersebut dalam menjalankan perusahaan sesuai

[r]

Roster..

d) Prosedur penyaringan rumah tangga miskin tidak dilakukan secara seksama hal tersebut dikarenakan data masyarakat miskin diambil dari hasil survey Badan Pusat Statistik