• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PAJAK BUMI DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PAJAK BUMI DAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DALAM

MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI INDONESIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Ekonomi Publik Dosen:

Yogi Pasca Pratama S.E., M.E. Disusun Oleh:

Sendy Yulionita Budhy Saputri NIM. F1117055

KELAS B

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN (TRANSFER) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

EKONOMI PUBLIK | 1 BAB I

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Dewasa ini istilah pembangunan nasional sudah dikenal di Indonesia. Jika dilihat dari sudut pandang struktur pendapatan negara, Indonesia memiliki banyak pemasukan dari berbagai sektor diantaranya adalah sektor Minyak dan Gas (MIGAS) serta Non Minyak dan Gas (NON MIGAS). Kedua sektor tersebut memiliki peran yang sangat penting dan merupakan komponen terbesar sebagai sumber utama penerimaan dalam negeri untuk menopang pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pemerataan pembangunan nasional. Pembangunan nasional di Indonesia pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah memerlukan dana, salah satunya bersumber dari pajak masyarakat sehingga diperlukan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat untuk memikul bersama beban pembangunan, maupun dalam pertanggungjawaban atas pelaksanaan pembangunan yang diwujudkan dengan keikutsertaan dan kegotong-royongan dalam pembangunan nasional demi terciptanya masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur.

Namun dalam realitasnya penerimaan dalam sektor migas sering mengalami kondisi harga yang fluktuatif, hal tersebut dibuktikan pada data statistik harga migas dipasar global tahun 2006 sebesar US$ 64,27/barel sedangkan pada tahun 2011 harga minyak bumi US$ 111,15/barel yang disebabkan oleh rentannya kondisi nilai tukar mata uang rupiah terhadap keadaan ekonomi baik dilingkup nasional maupun internasional. (http://www.kemendag.go.id, 2005).

(3)

EKONOMI PUBLIK | 2 adalah penerimaan dari sektor pajak yang nantinya diharapkan dapat berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah.

(4)

EKONOMI PUBLIK | 3 BAB II

RUMUSAN MASALAH

Dengan adanya penjelasan dari latar belakang diatas membuktikan bahwa peran pajak sangatlah penting untuk menunjang pembangunan nasional dan berpengaruh dalam penentuan tingkat pendapatan asli seluruh daerah di Indonesia, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan tingkat efektifitas dan efisiensi penerimaan pajak bumi bangunan di Indonesia?

(5)

EKONOMI PUBLIK | 4 BAB III

Kajian Literatur

3.1 Pajak

3.1.1 Pengertian Pajak

Menurut UU KUP Pasal 1 angka 1, yaitu Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang-orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

3.1.2 Fungsi Pajak

Pajak berfungsi sebagai budgeter, regulerend dan social yang dikemukakan oleh Prawisosetoto (1989), Munawir (1992), Guritno (1992;1994). Berikut penjelasan fungsi pajak menurut para ahli:

a. Budgetair (Fungsi Penerimaan)

Pajak memiliki fungsi budgeter yang berarti pajak bersifat kontraksi terhadap keadanan masyarakat dan memberikan kontribusi sebesar-besarnya untuk sumber dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapata dan Belanja Daerah (APBD) yang memiliki dampak multiplier bagi perekonomian negara.

b. Regulerend (Alat Pengatur/Pendorong)

Pajak berfungsi regulerend artinya pajak merupakan instrumen penting untuk mengatur, mendorong atau bahkan menghambat pertumbuhan pelaku dan bidang-bidang ekonomi tertentu. c. Social

(6)

EKONOMI PUBLIK | 5 3.2.3 Pengelompokan Pajak

Pajak dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) Menurut golongannya

a) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, contohnya Pajak Penghasilan

b) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada pengguna terakhir, conthnya Pajak Pertambahan Nilai

2) Menurut sifatnya

a) Pajak subjektif, yaitu yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak, contohnya Pajak Pengahsilan

b) Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya tanpa emperhatikan keadaan diri wajib pajak, contohnya Pajak Pertambahan Nilai

3) Menurut lembaga pemungutnya

a) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contohnya adalah pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.

(7)

EKONOMI PUBLIK | 6 Pajak terdiri atas:

1) Pajak daerah Tk I (Provinsi), contohnya Yaitu Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

2) Pajak daerah Tk II (Kotamadya/Kabupaten), contohnya Pajak Pembangunan I, Pajak Penerangan Jalan.

3.3 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Dasar hukum Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah UU No. 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994. Sedangkan asa Pajak Bumi dan Bangunan adalah sebagai berikut:

1. Memberikan kemudahan dan kesederhanaan 2. Adanya kepastian hukum

3. Mudah dimengerti dan adil 4. Menghindari pajak berganda

3.3.1 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

Pengertian menurut Undang-Undang, PBB adalah iuran yang dikenakan terhadap pemilik, pemegang kekuasaaan, penyewa dan yang memperoleh manfaat dari bumi dan atau bangunan. Pengertian Bumi adalah termasuk permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah dan atau perairan dan digunakan sebagai tempat tinggal atau tempat berusaha di wilayah Negara Indonesia.

(8)

EKONOMI PUBLIK | 7 3.3.2 Objek PBB

Pasal 2 Ayat (1) UU PBB, yang menjadi Objek PBB adalah bumi dan atau bangunan, permukaan bumi, tanah (perairan) dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Sedangkan bangunan yang juga dijadikan objek PBB adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah dan atau perairan. Dalam Pasal 1 angka (2) UU PBB, menguraikan lebih lanjut mengenai pengertian bangunan yang menjadi objek PBB adalah:

1) Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu komplek suatu bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut;

9) Tempat penampungan/kilang minyak, air, dan gas; 10) Pipa minyak.

Objek PBB yang tidak dikenakan PBB Pasal 3 UU PBB yaitu objek pajak yang:

1) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan, antara lain, Bidang ibadah, bidang kesehatan, bidang pendidikan, bidang sosial, bidang kebudayaan.

2) Digunakan untuk area pemakaman, peninggalan purbakala, atau sejenis dengan itu;

(9)

EKONOMI PUBLIK | 8 4) Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsultan berdasarkan

asas perlakuan timbal balik;

5) Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh menteri keuangan;

6) Objek pajak digunakan untuk penyelenggaraan pemerintah; 7) Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Kena Pajak (NJOPTKP) atau memperoleh manfaat atas bangunan. Subjek PBB meliputi:

1) Pemilik;

2) Pemegang kekuasaan; 3) Penyewa atau sebagainya.

3.3.4 Dasar Hukum PBB

1) UU No. 12 Tahun 1985 tentang PBB;

2) PP No. 46 Tahun 1985 Tentang presentase NJKP pada PBB; 3) Kep. Menkeu No. 1002/KMK.04/1985 tentang Tata Cara

Pendaftaran Objek Pajak PBB;

4) Kep. Menkeu No. 1003/KMK.04/1985 tentang penuntun klasifikasi dan besarnya NOJP sebagai dasar pengenaan PBB 5) Kep. Menkeu No. 1006/KMK.04/1985 tentang tata cara

penagihan PBB dan penunjukan pejabat yang berwenang mmengeluarkan Surat Paksa;

6) Kep. Menkeu No. 1007/KMK.04/1985 tentang pelimpahan Wewenang penagihan PBB kepada Gubernur Kepala Daerah TK I dan atau Bupati/Walikota Madya Kepada Daerah TK II.

7) Peraturan Pelaksana lainnya

(10)

EKONOMI PUBLIK | 9 perubahan, yang terakhir adalah UU No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Perubahan-perubahan yang terjadi tercermin dari Ketentuan-ketentuan yang mengatur sistem dan mekanisme pemungutan pajak. Sistem pemungutan pajak di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban, dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

b. Tanggung jawab dan kewajiban pelaksanaan pajak sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada Wajib Pajak sendiri.

c. Wajib pajak diberi kepercayaan untuk dapat melaksanakan kegotong-royongan nasional melalui sistem menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

3.4 Pengertian Efektivitas dan Efisiensi 3.4.1 Efektivitas (hasil guna)

(11)

EKONOMI PUBLIK | 10 Untuk menghitung efektivitas penerimaan Pajak Daerah bisa dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Kriteria Efektivitas:

 Nilai kurang dari 100% (x<100%) berarti tidak efektif

 Nilai sama dengan 100% (x=100%) berarti efektivitas berimbang

 Nilai lebih dari 100 (x>100% berarti efektif)

3.4.2 Efisiensi (daya guna)

Efisiensi mempunyai hubungan erat dengan konsep produktifitas. Menurut Mohammad Mahsun (2006: 187) menyatakan bahwa, “Pengukuran Efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dhasilkan terhadap input yang digunakan (cost output).” Sehingga untuk mengukur tingkat efisiensi pemberian pajak Daerah adalah dengan membandingkan biaya untuk mempperoleh Pajak Daerah hasil perolehan Pajak Daerah.

Untuk menghitung efisiensi penerimaan Pajak Daerah menggunakan rumus berikut

Kriteria Efesiensi:

 Nilai kurang dari 100% (x<100%) berarti efisien

 Nilai sama dengan 100% (x=100%) berarti efisiensi berimbang

 Nilai lebih dari 100 (x>100% berarti tidak efisien) Efisiensi Pajak Daerah = � � � � � �� � �� � � −

� �� �� � �� � �� − % Efektivitas Pajak Daerah = � � � � ��� � �� � �� � � −

(12)

EKONOMI PUBLIK | 11 3.5 Pengertian Pajak Asli Daerah

Pajak daerah merupakan jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerahnya. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak daerah selanjutnya disebut sebagai kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah. Sumber penerimaan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain untuk menjamin keberlangsungan pembangunan daerah dapat diwujudkan dalam bentuk Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sumber-sumber pendapatan daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 adalah sebagai berikut:

1) Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari: a) Hasil pajak daerah;

b) Hasil retribusi daerah;

c) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; d) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

2) Dana Perimbangan.

(13)

EKONOMI PUBLIK | 12 Bab IV

Pembahasan

4.1 Tingkat Efektifitas dan Efesiensi Penerimaan Pajak Bumi Bangunan di Indonesia

Perkembangan tingkat efektifitas dan efisiensi pada realisasi penerimaan pajak sampai dengan 31 Desember 2015 mencapai Rp 1.061,3 triliun atau 82% dari target 2015 sebesar Rp 1.294,3 triliun. Kinerja capaian penerimaan pajak tahun 2015 lebih rendah dari tahun 2014 yang mampu mencapai angka 91,86%. Namun realisasi ini masih menunjukkan pertumbuhan yang positif sebesar 12,64% (total pajak non PPh Migas) atau 7,73% (total pajak termasuk PPh Migas). Adapun kinerja restitusi tahun 2015 menunjukkan peningkatan meskipun tidak setinggi pertumbuhan restitusi tahun 2014. Sampai dengan 31 Desember realisasi restitusi tercata sebesar Rp. 95,03 triliun atau tumbuh 13,11% dibandingkan restitusi tahun 2014 sebesar Rp 84 triliun.

Sejak triwulan II 2014 pertumbuhan realisasi pajak berasa di bawah pertumbuhan alami, namun pada triwulan IV 2015 pertumbuhan realisasi pajak mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 31,63%. Kinerja penerimaan pada triwulan IV ini tidak terlepas dari capaian extraordinary effort yang telah dilakukan DJP bersama para stakeholders

(14)
(15)

EKONOMI PUBLIK | 14 4.2 Pengaruh Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Tingkat Pendapatan Asli

Daerah

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) digunakan untuk membangun daerah dalam suatu Negara. PBB harus didasarkan pada perekonomian yang riil dan berkesinambungan agar pembangunan yang di cita-citakan cepat tercapai. Peran PBB sangat vital dan dapat mengembalikan uang tersebut ke daerah untuk pembangunan dan pemberdayaan daerah itu sendiri.

PBB merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD adalah hak dari pemerintah daerah yang diakui sebagai nilai kekayaan bersih dalam periode tahun yang bersangkutan. PAD bertujuan untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah di setiap wilayah Indonesia. PAD merupakan salah satu komponen sumber penerimaan di seluruh daerah, tanpa adanya PAD dapat mengakibatkan suatu daerah kurang berkembang dan tertinggal. Dengan adanya PBB maka setiap adanya pembangunan disuatu daerah mayarakat wajib membayarkan pajak, baik masyarakat dalam negeri maupun luar negeri (persyaratan/kriteria dibahas dalam bab III). Sehingga dengan adanya pembayaran PBB maka akan menambah PAD dan pembangunan infrastruktur diberbagai sektor pada setiap daerah.

Melihat bertapa pentingnya PBB dalam membangun daerah yang sangat potensial, maka diperlukan sistem perpajakan yang bersih dan strategis dalam pemungutan di lapangan, karena sering sekali para wajib pajak tidak taat membayar pajak. Hal tersebut di akibatkan para wajib pajak sering menjumpai koruptor di lembaga tersebut.

(16)

EKONOMI PUBLIK | 15 Bab V

Kesimpulan Kesimpulan

Tingkat Efektifitas dan Efesiensi Penerimaan Pajak Bumi Bangunan (PBB) di Indonesia pada periode 2014-2015 mengalami penurunan pertumbuhan yang cukup besar yang dicatatkan yakni 14,5% atau sebesar Rp 662,67 miliar dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 sebesar Rp 1.208,83 miliar. Salah satu penyebab penurunan pertumbuhan PBB adalah terealisasinya pemindahbukuan dari rekening Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ke rekening penerimaan pajak. Selain itu, diberlakukannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 267/PMK.011 tahun 2014 tentang Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan untuk Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi pada Tahap Eksplorasi juga turut berkontribusi pada penurunan pertumbuhan PBB.

PBB untuk membangun daerah dalam suatu Negara harus didasarkan pada perekonomian yang riil dan berkesinambungan agar pembangunan yang di cita-citakan cepat tercapai. Peran pajak bumi dan bangunan sangat vital dan dapat mengembalikan uang tersebut ke daerah untuk pembangunan dan pemberdayaan daerah itu sendiri. PBB merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD adalah hak dari pemerintah daerah yang diakui sebagai nilai kekayaan bersih dalam periode tahun yang bersangkutan.

Saran

(17)

Daftar Pustaka

Adelina, R. (2013). Analisis Efektifitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi

dan Bangunan (PBB) terhadap Pendapatan Daerah di Kabupaten

Gresik. Jurnal Akuntansi Unesa, 1(2).

Arditia, R. (2013). Analisis kontribusi dan efektivitas pajak daerah Sebagai

sumber pendapatan asli daerah kota surabaya. Jurnal Akuntansi

Universitas Negeri, 1(3).

Arsjad Nurdjaman, Kusumanto Bambang dan Prawirosetoto Yuwono, 1992, Keuangan Negara, Intermedia, Jakarta.

DEVY, S. O. (2014). Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pajak Daerah Serta

Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Jawa

Tengah. Skripsi, Fakultas Ekonomi & Bisnis.

Guritno Mangkoesoebroto, 1999, Ekonomi Publik, Yogyakarta, BPFE

http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/charts/international-price-chart

Dipublikasikan pada tahun 2005

http://www.pajak.go.id/content/realisasi-penerimaan-pajak-31-agustus-2015

Dipublikasi pada Rabu, 16 September 2015-14.55

Irham, A. T. E., Bachri, S., & Halim, M. (2016). PENGARUH PAJAK BUMI DAN

BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA

PALOPO. Jurnal Equilibrium, 1(1).

Jatmiko, A. N. (2006). Pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi

denda, pelayanan fiskus dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan

wajib pajak (studi empiris terhadap wajib pajak orang pribadi di kota

Semarang) (Doctoral dissertation, Program Pasca Sarjana Universitas

Diponegoro).

Jatmiko, A. N. (2006). Pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi

denda, pelayanan fiskus dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan

(18)

Semarang) (Doctoral dissertation, Program Pasca Sarjana Universitas

Diponegoro).

Julastiana, Y., & Suartana, I. W. (2012). Analisis Efisiensi dan Efektivitas

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Klungkung. Download:

http://www. google. com. Diakses tanggal, 17.

Kakunsi, I. E. (2013). ANALISIS PELAPORAN DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI

DAN BANGUNAN PADA DINAS PPKAD KABUPATEN KEPULAUAN

SANGIHE. JURNAL RISET EKONOMI, MANAJEMEN, BISNIS DAN

AKUNTANSI, 1(4).

Laporan Kinerja Kementerian Keuangan Tahun 2015

Mahsun, Mohamad, 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Penerbit BPFE,Yogyakarta.

Munawir. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : Edisi Empat, Liberty. Nadhia, S. (2013). Efektivitas Prosedur Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB) dari Pajak Pusat ke Pajak Daerah Pada Dinas Pendapatan Daerah

Kota Palembang

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 267/PMK.011/2014 Tahun 2014 Tentang Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan Untuk

Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi Pada Tahap Eksplorasi

Saputro, R. (2014). Efektivitas Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

Perdesaan dan Perkotaan (Pbb P2) terhadap Peningkatan Penerimaan

Pendapatan Asli Daerah (PAD)(Studi pada Dinas Pendapatan dan

Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya). Jurnal Mahasiswa

Perpajakan, 2(1).

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari hasil penelitian adalah produk yang dihasilkan dalam pengembangan video iklan 3D adalah video iklan 3D Institut Teknologi Del yang menitikberatkan

Dini Hikmayani Nasution (Recruiter PT.OPPO Smartphone Medan) menjelaskan bahwa : “Kami memilih promotor smartphone yang bukan hanya pintar ngomong saja, melainkan

Untuk mengetahui penerapan metode planted question untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pelajaran Fiqih di. MTs N 2 Kudus tahun

Bentuk memanjang mempunyai satu inti di tengah dan satu flagela panjang yang keluar dari bagian anterior tubuh tempat terletaknya kinetoplas, belum mempunyai membran

Pada saat pengendara tersebut memarkirkan mobilnya maka secara otomatis mobil tersebut pun akan terdeteksi oleh sebuah sensor yang berada di slot tersebut karena pada dasarnya

Tetapi, bila koordinat dari suatu vektor disajikan sebagai baris atau kolom dalam suatu matriks, maka secara esensi penyajian bergantung pada urutan vektor-vektor basis. Begitu

Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan

c) Membuat karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang epidemiologi/kesehatan yang tidak dipublikasikan dalam bentuk buku dan atau makalah..