• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah teori thedore ( 1 )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah teori thedore ( 1 )"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

TEORI THEODORE MILLION

Fasillitator

Novi yulianti M.Psi

Disusun oleh:

Kelompok 5

Alicia safanah

Fitriyani

Euis tita s

Siti Nurul Fajariah

Pebby Nur Herdiansyah

AKADEMI KEPERAWATAN RS.EFARINA

PURWAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kesempatan,kesehatan dan kemudahan dalam penyusunan makalah ‘Teori Psikologi menurut theodeore’.Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan yang baik bagi kami.

Makalah ini disajikan dalam bentuk penjelasan teori mengenai ‘Teori Psikologi menurut theodeore ‘kami menyadari bahwa dengan menyusun atau menulis makalah ini masih banyak kekurangannya, kritik dan saran kami harapkan dari teman-teman dan dosen kami yang bersifat membangun.

Semoga makalah ini bisa bermanfaaat bagi kita semua dan kita bisa lebih mengetahui tentang ‘Teori Psikologi menurut theodeore’ .

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Purwakarta,Desember 2015

(3)

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Psikologi adalah salah satu ilmu yang mempelajari tentang ilmu kejiwaan atau psikis agar dapat mengerti ilm-ilmu psikologi kita harus dapat mengerti beberapa teori dari peneliti psikologi yaitu seperti theodeore million yang

menjeleskan gangguan-gangguan yang terdapat dalam tubuh kita teori ini adalah dasar dari mempelajari ilmu mempelajari psikologi dalam keperawatan kita harus mengetahui psikis orang atau pasien tersebut maka dari itu harus dapat mempelajari ilmu psikologi atau gangguan-gangguan yang terjadi pada manusia.

Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui teori psikologi dari theodeore million?

Dan pengembangan ilmu psikologi menurut teori theodeore million?

Tujuan Umum

Agar mahasiswa/i mampu mengaplikasikan teori theodeore million

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini :

1. menjelaskan gangguan-gangguan dan cirri-ciri yang menyebabkan gangguan gangguan tersebut?

Metode Penulisan

Dalam menyusun makalah ini, kami menggunakan literature yaitu dengan metode studi kepustakaan dan media internet

Sistematika Penulisan

(4)

BAB II TEORI

1. Gangguan Kepribadian

Gangguan kepribadian adalah pola perilaku atau cara berhubungan dengan orang lain yang benar-benar kaku. Kekakuan tersebut menghalangi mereka untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan eksternal; sehingga pola tersebut pada akhirnya bersifat self-defeating. Trait-trait kepribadian yang terganggu menjadi jelas di masa remaja atau awal masa dewasa dan terus berlanjut di sepanjang kehidupan dewasa, semakin mendalam dan mengakar sehingga semakin sulit untuk diubah. Tanda-tanda peringatan akan adanya gangguan kepribadian dapat dideteksi pada masa kanak-kanak, bahkan pada perilaku bermasalah dari anak-anak prasekolah. Anak-anak dengan gangguan psikologis atau perilaku bermasalah di masa kAnak-anak-kAnak-anaknya, seperti gangguan tingkah laku, depresi, kecemasan, dan ketidakmatangan, lebih besar resikonya dibandingkan resiko rata-rata untuk mengembangkan gangguan kepribadian di kemudian hari (Berstein dkk.,1996; Kasen dkk., 2001). Gangguan kepribadian tampaknya menjadi lebih umum terjadi, survei komunitas menunjukan bukti akan adanya satu atau lebih gangguan kepribadian (Torgesen, Kringlen, & Cramer, 2001)

Terlepas dari konsekuensi perilaku mereka yang bersifat self-defeating, orang dengan gangguan kepribadian pada umumnya tidak merasa perlu untuk berubah.

Menurut Millon, ada tiga polarisasi yang mendasari terjadinya perilaku yaitu : - Mengejar kesenangan dan menghindari kesakitan

- Pasif (bersifat akomodasi) dan aktif memodifikasi lingkungan

- Berorientasi pada diri (self) dan berorientasi pada lingkungan (the other)

B. Gangguan Kepribadian yang Ditandai oleh Perilaku Dramatis, Emosional, atau Eratik Kelompok gangguan kepribadian ini mencakup antisosial, histirionik,narsistik, dan gangguan kepribadian ambang. Pola perilaku dari berbagai tipe ini adalah berlebih-lebihan, tidak dapat diramalkan, atau self-centered. Orang dengan gangguan ini memiliki kesulitan untuk membentuk dan membina hubungan.

1. Gangguan Antisosial

Etiologi : anak-anak yang diabaikan, dan bahkan sering menunjukan sikap permusuhan dengan orang tua mereka.

Tindakan yang diekspresikan : impulsif : tidak sabaran dan pemarah, kegiatannya bersifat spontan dan tergesa-gesa, terburu-buru, berpandangan dangkal, tidak hati-hati, tidak memiliki perencanaan atas aktivitasnya, dan perilakunya tanpa mempertimbangkan alternatif maupun konsekuensi yang lebih jauh atas tindakannya.

Perilaku interpersonal : tidak bertanggung jawab : s tidak dapat dipercaya, gagal dlm mengambil tanggung-jawab sebagai pribadi dalam setting perkawinan, sebagai orang tua, sebagai pekerja, atau hal yg berkaitan dengan finansial, aktif memperlihatkan suatu tindakan kekerasan dan pelanggaran hukum.

(5)

Mekanisme regulasi :acting out : subyek akan semakin meningkat ketegangan-ketegangannya, jika menangguhkan untuk mengekspresikan pemikiran-pemikiran dalam bentuk menyerang orang lain atau mengekspresikan kedengkian terhadap orang lain; secara sosial impuls-impuls buruk pada diri mereka tidak dapat diubah ke dalam bentuk sublimasi, tetapi lebih mudah untuk diekspresikan secara langsung, tanpa disertai rasa salah.

Self image : otonom : memandang diri sebagai orang yang terkekang oleh kebiasaan-kebiasaan sosial maupun kesetiaan untuk pengendalian pribadinya; mereka menilai citra diri dan kesenangannya kearah kebebasan, dan tidak merasa terbebani, atau terikat oleh seseorang, oleh tempat, atau tanggung jawab, kegiatan-kegiatan rutin lainnya.

Gambaran tentang objek :rebellious : menggambarkan kondisi internal yang bercampur baur antara pembalasan, perasaan dendam dan impuls-impuls kegelisahan; kondisi inilah yang telah mendorong mereka untuk membantah adat-istiadat atau kebudayaan yang tidak dapat dipungkirinya, serta mereka menunjukkan cenderung untuk merendahkan nilai-nilai sosial, dan menyangkal nilai-nilai sosial yang dihasilkan masyarakat.

Morphologic :unbounded : mengambarkan kondisi internal untuk melakukan pertahanan diri atas kekurangan-kekurangannya dengan sikap dan dorongan yang sangat kuat untuk melanggar aturan, disertai ambang toleransi frustrasi yang rendah, dan sedikit kemampuan sublimasi untuk mengekspresikan pengekangan diri.

Mood / temperamen :callous : ditunjukan dengan sifat-sifat tidak sensitif, tidak adanya empatik, berdarah dingin, tidak ramah, tidak adanya penyesalan, kasar dan tidak sopan, kejam, tidak peduli terhadap kesejahteraan orang lain.

Orang dengan gangguan kepribadian antisosial secara persisten melakukan pelanggaran terhadap hak-hak orang lain dan sering melanggar hukum. Mereka mengabaikan norma dan konvensi sosial,impulsif, serta gagal membina komitmen interpersonal dan pekerjaan. Meski demikian, mereka sering menunjukan karisma dalam penampilan luar mereka dan paling tidak memiliki intelegensi rata-rata (Cleckley, 1976). Mungkin ciri yang paling menonjol dari mereka adalah tingkat kecemasan yang rendah ketika berhadapan dengan situasi yang mengancan dan kurangnya rasa bersalah atau penyesalan atas kesalahan yang merela lakukan. Hukuman tampaknya hanya memiliki sedikit dampak, bila ada, pada perilaku mereka. Meski orang tua dan orang lain biasa menghukum mereka untuk kesalahan yang mereka lakukan, mereka tetap menjalani kehidupan yang tidak bertanggung jawab dan impulsif.

(6)

Pola perilaku yang menandai gangguan kepribadian antisosial dimulai dari masa kanak-kanak atau remaja dan berlanjut hingga dewasa. Namun demikian, perilaku antisosial dan kriminal yang terkait dengan gangguan ini cenderung menurun sesuai usia, dan mungkin akan menghilang pada saat orang tersebut mencapai umur 40 tahun. Namun, tidak demikian denga trait kepribadian yang mendasari gangguan antisosial-tait seperti egosentrisitas; manipulatif; kurangnya empati; kurangnya rasa bersalah atau penyesalan; dan kekejaman pada orang lain. Hal-hal tersebut relatif stabil meski terdapat penambahan usia (Harpur& Hare, 1994).

Faktor-faktor sosiokultural dan Gangguan kepribadian AntisosialGangguan keribadian antisosial terjadi pada semua ras dan kelompok etnik. Peneliti tidak menemukan bukti perbedaan etnik atau ras dalam hal tingkat prevalensi gangguan (Robind, Tipp, & Przybeck, 1991). Namun gangguan ini lebih umum terjadi dalam kelompk sosial ekonomi yang lebih rendah. Salah satu penjelasannya, adalah bahwa orang dengan gangguan kepribadian antisosial kemungkinan mengalami penurunan dalam hal pekerjaan, mungkin karena perilaku antisosial mereka membuat mereka sulit untuk memiliki pekerjaan yang tetap atau meningkatkan karier. Mungkin juga bahwa orang dari tingkat sosial ekonomi yang lebih rendah lebih cenderung untuk diasuh oleh orang tua yang memberi panutan perilaku antisosial. Bagaimanapun, bisa juga terjadi bahwa diagnosis ini teah diberikan secara keliru pada orang yang hidup dalam komunitas keras yang mungkin menunjukan perilaku antisosial sebagai sebuah strategi pertahanan hidup (APA,2000). Ciri-ciri umum dari orang dengan gangguan kepribadian antisosial, yaitu mencakup kegagalan untuk patuh pada norma sosial, tidak bertanggung jawab, tidak mau berusaha dan tidak memiliki rencana atau tujuan jangka panjang, perilaku yang impulsif, benar-benar tidak patuh pada hukum, melakukan kekerasan, tidak memiliki pekerjaan dalam waktu yang lama, meiliki masalah perkawinan, kurangnya rasa penyesalan atau empati, penyalahgunaan obat, riwayat alkoholisme, serta tidak menghargai kebenaran dan perasaan juga kebutuhan orang lain ( Patrick, Cuthbert, & Lang, 1994; Robins dkk., 1991). Perilaku tidak bertanggung jawab juga dapat dilihat dari riwayat pribadi yang ditandai oleh ketidakhadiran di tempat kerja berulang kali tanpa alasan, meninggalkan pekerjaan tanpa memiliki cadangan pekerjaan di tempat lain, atau tidak bekerja dalam jangka watu yang panjang meski tersedia kesempatan kerja. Perilaku tidak bertanggung jawab meluas hingga ke masalah keuangan, di mana terdapat kemungkinan kegagalan berulang untuk membayar hutang, untuk membiayai anak, atau untuk memenuhi tanggung jawab keuangan terhadap keluarga atau orang yang bertanggung padanya. Ciri diagnostik dari gangguan kepribadian antisosial, sebagaimana ditentukan dalam DSM, ditunjukan dalam tabel berikut :

Ciri-ciri Diagnostik dari Gangguan Kepribadian Antisosial a) Paling tidak berusia 18 tahun

b) Ada bukti gangguan perilaku sebelum usia 15 tahun, ditunjukan dengan pola perilaku seperti membolos, kabur, memulai perkelahian fisik, menggunakan senjata, memaksa seseorang untuk melakukan aktivitas seksual, kekejaman fisik pada orang atau binatang, merusak atau membakar bangunan secara sengaja, berbohong, mencuri, atau merampok. c) Sejak usia 15 tahun menunjukan kepedulian yang kurang dan pelanggaran terhadap

hak-hak orang lain, yang ditunjukan oleh beberapa perilaku sebagai berikut :

(7)

2) Agresif dan sangat mudah tersinggung saat berhubungan dengan orang lain, ditunjukan dengan terlibat dalam perkelahian fisik dan menyerang orang lain secara berulang, mungkin termasuk penganiayaan terhadap pasangan atau anak-anak.

3) Secara konsisten tidak bertanggung jawab, ditunjukan dengan kegagalan mempertahankan pekerjaan karena ketidakhadiran berulang kali, keterlambatan, mengabaikan kesempatan kerja atau memperpanjang periode pengangguran meski ada kesempatan kerja; dan/atau kegagalan mematuhi tanggung jawab keuangan seperti gagal membiayai anak-anak atau membayar hutang; dan/atau kurang dapat bertahan dalam hubungan monogami.

4) Gagal membuat perencanaan masa depan atau impulsivitas, seperti ditunjukan oleh perilaku berjalan-jalan tanpa pekerjaan atau tujuan yang jelas.

5) Tidak menghormati kebenaran, ditunjukan dengan berulang kali berbohong, memperdaya, atau menggunakan orang lain untuk mencapai tujuan pribadi atau kesenangan.

6) Tidak menghargai keselamatan diri sendiri atau keselamatan orang lain, ditunjukan dengan berkendara saat mabuk atau berulang kali mengebut.

7) Kurangnya penyesalan atas kesalahan yang dibuat, ditunjukan dengan ketidakpedulain akan kesulitan yang ditimbulkan pada orang lain, dan/atau membuat alasan untuk kesulitan tersebut.

2. Gangguan Kepribadian Histirionik

Etiologi : anak-anak yang sedikit memperoleh punishment dan sangat banyak memperoleh reward.

Tindakan-tindakan yang diekspresikan : afektif: menunjukkan reaksi yang sangat berlebihan, cenderung mencari stimulasi dan perhatian orang lain melalui tindakan impulsivitas; menunjukkan kemampuan berfikir rendah, reaksi-reaksi lebih bersifat teatrikal, dan menunjukkan kegemaran untuk memperoleh kegembiraan sesaat, maupun mencapai keuntungan dan kesenangan yang cepat.

Perilaku interpersonal : genit : aktif mencari pujian dengan memanipulasi orang lain untuk memperoleh keuntungan yang dibutuhkan, atau untuk memperoleh ketentramam hatinya; individu ini cenderung mencari perhatian dan persetujuan orang lain; dia sangat bergantung pada orang lain, dan cenderung mendramatisasi diri, serta menunjukan kegairahan yang tinggi.

Kognitif style : bertingkah laku tidak karuan (flighty): menghindari instrospeksi atas perilakunya, dan lebih tertarik pada kejadian luar yang sesaat, dan dengan perhatian yang cepat berlalu; serta rendahnya kemampuan untuk mengintegrasikan pengalaman-pengalamannya yang diperoleh, sebagai akibat tidak terfokusnya perhatian terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.

Mekanisme regulasi : disosiasi: mengatur tampilan dirinya dengan menciptakan suatu keberhasilan sosial yang atraktif, tetapi perubahannya berlangsung secara tiba-tiba: melalui pengalihan diri untuk menghindari dan mengintegrasikan pemikiran dan emosi yang tidak menyenangkan.

Self image :sociable: memandang diri mudah bergaul, menarik dan manis, menggambarkan citra diri sebagai teman yang menarik dan menyenangkan serta sibuk untuk membujuk orang lain dengan orientasi pada kehidupan sosial yang menyenangkan.

(8)

Gambaran tentang objek :swallow: menggambarkan kondisi internal yang sebagian besar tidak mendalam (superficial), serta afeks yang tidak menyatu dengan ingatan-ingatan, maupun konflik-konfliknya, serta lebih menuruti dorongan dan mekanisme yang tidak substansial.

Mood / temperamen :fickle: menunjukkan kehidupan yang dramatis dengan emosi yang dangkal; aktivitasnya berlebihan, tidak sabaran, mudah mencari perhatian dan mudah marah atau bosan.

Gangguan kepribadian histirionik melibatkan emosi yang berlebihan dan kebutuhan yang besar untuk menjadi pusat perhatian. Istilah ini berasal dari bahasa latinhistrio, yang berarti “aktor”. Orang dengan gangguan kepribadian histirionik cenderung dramatis dan emosional, namun emosi mereka tampak dangkal, dibesar-besarkan, dan muda berubah. Gangguan ini sebelumnya disebut juga sebagi kepribadian histerikal. Contoh kasus berikut mengilustrasikan perilaku dramatis yang berlebihan yang merupakan ciri khas dari seseorang dengan gangguan kepribadian histirionik:

Sebuah kasus Ganggaun kepribadian Histironik

Marcella adalah seorang perempuan berusia 36 tahun, menarik, tapi berdandan secara berlebihan. Ia mengenakan celana ketat dan sepatu tumit tinggi. Rambutnya diatat seperti sarang burung yang populer saat ia remaja. Kehisupan sosialnya tamak melambung dari satu hubungan ke hubungan yang lain, dari krisis ke krisis. Pada saat ini, Marcella mencari bantuan psikolog dikarenakan anaknya yang berusia 17 tahun, Nancy,baru saja masuk rumah sakit akibat menyayat pergelangan tangannya Nancy tinggal bersama Marcella dan pacar terkahir Marcella, Moris, dan terjadi perdebatan terus menerus di dalam apartement tersbeut. Marcella menceritakan perselisihan yang terjadi secara dramatis, mengayunkan tangannyam menggemerincingkan gelang-gelang di lengannya, dan kemudian mendekap dadanya. Sulit tinggal bersama Nancy di rumah karena Nancy memiliki selera tinggi, “selalu mencari perhatian,” dan menggoda Morris sebagai cara untuk “menunjukan keremajaannya.” Marcella meihat dirinya sebagai ibu yang penuh kasih dan menyangkal segala kemungkinan ia bersaing dengan anaknya.

Marcella datang untuk beberapa sesi, di mana pada dasarnya ia mengeluarkan perasaannya dan ia terdorong untuk membuat keputusan yang akan mengurangi tekanan yang terdapat anatara dirinya dan anak perempuannya. Di akhir setiap sesi ia berkata. “Saya merasa jauh lebih baik” dan sangat berterima kasih pada psikolognya. Saat menyudahi “terapi”, dia mengambil tangan psikolog dan menggenggam penuh karisma. “Terima kasih banyak, Dokter,” katanya dan keuarlah ia.

Penggantian histerikal menjadi histirionik dan perubahan yang terkait dengan akar kata hysteria (berarti “rahim”) menjadi histirio memungkinkan pada para profesional untuk menjaga jarak dari gagasan bahwa ganggyan ini secara kompleks berhubungan dengan menjadi perempuan. Gangguan ini di diagnosis lebih sering pada perempuan daripada laki-laki (Hartung & Widiger, 1998), meski sejumlah penelitian dengan menggunakan metode wawancara terstruktur menemukan tungkat kemunculan yang serupa antara laki-laki dan perempuan (APA,2000). Apakah kesenjangan gender dalam praktik klinis mencerminkan perbedan sesungguhnya pada jumlah pokok gangguan atau tidak, ataukah terdapat bias diagnostik atau adanya faktor lain yang tidak diketahui, tetapi menjadi pertanyaan (Corbitt & Widiger, 1995).

(9)

(Kellner,1992). Orang dengan gangguan konversi sebetulnya lebih cenderung untuk menunjukan ciri-ciri gangguan kepribadian dependen daripada gangguan kepribadian histirionik.

Orang dengan kepribadian histirionik bisa merasa kecewa dalam pengertian yang tidak umum karena kabar mengenai suatu kejadian yang menyedihkan dan membatalkan rencana untuk sore hari, membuat teman-temannya menjadi tidak nyaman. Mereka dapat menunjukan keriangan yang berlebihan saat bertemu dengan seseorang atau menjadi sangat marah saat seseorang tidak menyadari gaya rambut mereka yang baru. Mereka daoat pingsan saat melihat sedikit darah atau merona pada hal-hal yang tidak sopan. Mereka cenderung menuntut agar orang lain memenuhi kebutuhan mereka akan perhatian dan berperan sebagai korban saat orang lain mengecewakan mereka. Bila mereka merasa demam, mereka akan mendesak agar orang lain segera meninggalkan segala aktivitas dan segera membawa mereka ke dokter. Mereka cenderung self-centered dan tidak toleran terhada penundaan kesenangan; mereka ingin apa yang mereka inginkan saat mereka menginginkannya. Mereka cepat bosan dengan rutinitas dan haus akan hal-hal yang baru dan stimulasi. Mereka tertarik pada mode. Orang lain memandang mereka sebagai menyombongkan diri atau sedang berakting, meski mereka menunjukan pesona tertentu. Mereka memasuki ruangan dengan penuh gaya dan menceritakan pengalaman mereka dengan elegan. Meskipun demikian, bila ditekan untuk menceritakan hal yang detail, mereka gagal untuk menjelaskan kisah mereka secara spesifik. Mereka cenderung menggoda dan merayu namun terlalu terikat pada diri sendiri untuk dapat mengambangkan hubungan dekat atau memiliki perasaan yang mendalam terhadap orang lain. Sebagai hasilnya, hubungan mereka cenderung naik turun dan sangat tidak memuaskan. Mereka cenderung menggunakan penampilan fisik mereka sebagai cara untuk menarik perhatian. Pria dengan gangguan ini mungkin bertindak dan berbusana dengan gaya yang sangat “macho” untuk menarik perhatian; sedangkan yang perempuan akan memilih busana feminim, banyak hiasannya. Kilau menutupi tubuh.

Orang dengan kepribadian histirionik kemungkinan tertarik pada profesi seperti modeling atau akting, di mana mereka dapt mendominasi lampu sorot. Meski tamapk suskses di luar, sebenarnya mereka memiliki self-esteem yang kurang dan sedang berjuang untuk memberi kesan pada orang lain dengan tujuan meningkatkan self-worth mereka. Bila mereka mengalami kemunduran atau kehilangan perhatian publik, keraguan yang menyedihkan akan muncul dalam diri mereka.

3. Gangguan kepribadian Narsistik

Etiologi : orangtua yang memberikan penilaian yang berlebihan dan memperturutkan keinginan si anak.

Tindakan-tindakan yang diekspresikan : arogan : memiliki kecenderungan untuk mencemooh aturan-aturan sosial yang berlaku, menunjukkan ketidakpedulian serta acuh tak acuh terhadap integritas personal, serta sering mengabaikan kebenaran orang lain.

Perilaku interpersonal :ekloitatif : merasa diri hebat (bergelar), kurang empatik dan mengharapkan penghargaan tanpa menerima tanggung jawab secara timbal balik, tak tahu malu untuk mengakui dan menggunakan orang lain untuk meningkatkan diri dan memperturutkan keinginan-keinginannya.

Kognitif style :expansive : terpaku dengan fantasi-fantasi yang tidak matang atas kesuksesannya, maupun keindahan atau kecantikannya, dan melihat realitas obyektif dengan mendasarkan ilusi diri.

(10)

serta untuk menempatkan dan memusatkan perhatian pada dirinya sebagai individu yang terbaik, meskipun dalam kenyataannya kurang atau mengalami kegagalan.

Self image :admirable : menampilkan kepercayaan diri tinggi, kegiatan-kegiatannya lebih dimaknakan untuk melindungi diri dengan menampilkan prestasi; menunjukkan perasaan harga diri tinggi, meskipun dilihat keberadaanya oleh orang lain sebagai sesuatu yang egoistik, dan kurang memperhatikan terhadap orang lain, serta lebih menunjukkan sikap arogansinya.

Gambaran tentang objek :contrived (menghayal) : menggambarkan kondisi internal dalam bentuk idea-idea dan ingatan yang dalam kondisi yang tidak lazim atau lebih menggambarkan ilusi-ilusi tentang kemegahan, serta adanya perpaduan antara dorongan-dorongan dan konflik-konflik, serta kemegahan-kemegahan, jika tidak terstimulasi oleh persepsi dan sikap-sikapnya yang cepat berubah sebagaimana kebutuhan-kebutuhan yang dimunculkannya.

Morphologic :spurious : strategi coping dan pertahanan diri sangat tipis atau transparan, perpaduan dinamika dan regulasi impuls sangat kecil, penyaluran kebutuhan dengan pertahanan diri minimal, dengan menghilangkan konflik-konflik internal serta dengan segera diselamatkan oleh kebanggaan diri yang dipertegas disertai usaha yang lemah.

Mood/temperamen :insouciant : secara umum dicerminkan oleh sikapnya yang kurang tertantang, dingin tanpa impresi atau optimistik tanpa didukung oleh semangat dan usahanya, kecuali ketika kepercayaan akan narcistiknya tergoyahkan, atau di saat marah, merasa malu atau mengalami kehampaan.

Narkissos adalah seorang pemuda tampan yang menurut mitologi Yunani, jatuh cinta pada bayangannya sendiri. Karena self-love-nya yang berlebihan, dalam salah satu versi dari mitologi, ia diubah oleh para dewa menjadi bunga yang kini kita kenal sebagainarcissus.

Orang dengan gangguan kepribadian narsisitik memiliki rasa bangga atu keyakinan yang berlebihan terhadap diri mereka sendiri dan kebutuhan yang ekstrem akan pemujaan. Merek membesar-besarkan prestasi mereka sendiri dan berharap orang lain menghujani mereka dengan pujian. Mereka berharap orang lain melihat kualitas khusus mereka, bahkan saat prestasi biasa aja, dan mereka menikmati bersantai di bawah sinar pemujaan. Mereka bersifat self-absorbed dan kurang memiliki empati pada orang lain. Meski mereka berbagi ciri tertentu dengan keribadian histirionik, seperti tuntutan untuk menjadi pusat perhatian, mereka memiliki pandangan yang jauh lebih membanggakan tentang diri mereka sendiri dan kurang melodramatik dibanding orang yang mengalami gangguan kepribadian histirionik. Label gangguan kepribadian ambang (BPD) terkadang dikenakan kepada mereka, namun orang dengan gangguan kepribadian narsistik umumnya dapat mengorganisasi pikiran dan tindakan mereka dengan lebih baik. Mereka cenderung lebih berhasil dalam karier mereka dan lebih bisa meraih posisi dengan status tinggi dan kekuasaan. Hubungan mereka juga cenderung lebih stabil dibanding dengan orang yang BPD.

(11)

Ciri-ciri Interest yang Normal dibandingkan dengan Narsisisme yang Self-defeating

Self Interest yang Normal Narsisme yang Self-Defeating Mengahragai pujian, namun tidak

membutuhkannya untuk menjaga self-esteem.

Lapar akan pemujaan; memerlukan pujian agar dapat merasa baik akan diri sendiri untuk sementara.

Kadang-kadang terluka oleh kritik Merasa marah atau hancur oleh kritik dan merasakan kesedihan yang mendalam. lain untuk menjaga perasaan nyaman dan bahagia.

Berespons terhadap ketidaksetujuan atau kritik dengan hilangnya self-esteem.

Mempertahankan keseimbangan emosional meski kurangnya perlakuan khusus. perasaan orang lain; mengeksploitasikan orang lain sampai mereka puas.

Pada titik tertentu, self-interest mendorong keberhasilan dan kebahagiaan. Pada kasus yang lebih ekstrem, seperti pada narsisisme, hal itu dapat merusak hubungan dan karir.

(12)

berhasil dalam pekerjaan mereka. Namun mereka iri dengan orang lain yang lebih berhasil. Ambisi yang serakah membuat mereka mendedikasikan diri untuk bekerja tanpa lelah. Mereka terdorong untuk berhasil, bukan untuk mendapatkan uang melainkan untuk mendapatkan pemujaan yang menyertai kesuksesan.

Hubungan interpersonal selalu berantakan karena adanya tuntutan yang dipaksakan oleh orang dengan kepribadian narisistik kepada orang lain dan karena kurangnya empati serta kepedulian mereka terhadap orang lain. Mereka mencari pertemanan dengan para pemuja mereka dan sering tampak penuh karisma dan ramah serta dapat menarik perhatian orang. Namun minat mereka pada orang lain hanya bersifat satu sisi: Mereka mencari orang yang mau melayani minat mereka dan memelihara rasaself-importance mereka (Goleman, 1988b). Mereka memiliki perasaan berhak yang membuat mereka merasa bisa mengekploitasi orang lain. Mereka memperlakukan pasangan seks mereka sebagi alat untuk kenikmatan mereka sendiri atau mendukung self-esteem mereka, sebagaimana kasus Bill berikut ini :

Sebuah Kasus Gangguan Kepribadian narsisitik

Banyak orang setuju bahwa Bill, bankir berusia 35 tahun, memiliki karisma tertentu. Dia cerdas, pandai bicara, dan menarik. Dia memiliki rasa humor yang bisa menarik perhatian orang kepadanya dalam pertemuan-pertemuan sosial. Dia selalu memposisikan dirinya di tengah ruangan, dimana dia bisa menjadi pusat perhatian. Topik percakapannya selalu berfokus pada “kesepakatan transaksi-transaksi:-nya, orang “kaya dan terkenal” yang pernah ditemuinya, serta strateginya daklam mengalahkan lawan. Proyek berikutnya selalu lebih besar dan lebih menantang dibanding yang terakhir. Bill senang akan adanya audiensi. Wajahnya akan terangkat saat orang lain memujinya atau memuja keberhasilan bisnisnya, yang selalu dibesar-besarkan melebihi kondisi sebenarnya. Namun saat percakapan berpindah ke orang lain, dia akan kehilangan minat dan meminta izin untuk mencari minum atau menelpon mesin penjawab teleponnya. Bila nnenjadi tuan rumah pesta, dia memakda tamunya untuk tinggal lebih lama dan merasa tersinggung bila mereka harus pergi lebih awal; tidak menunjukan sensitivitas, atau kesadaran, akan kebutuan teman-temannya. Beberapa teman yang ia pertahankan selama bertahun-tahun dapat menerima Bill apa adanya. Mereka menyadari bahwa Bill perlu memuaskan egonya atau dia akan menjadi dingin dan menjauh.

Bill juga memiliki serangkaian hubungan romantis dengan sejumlah perempuan yang bersedia untuk berperan sebagai pemujanya dan melakukan pengorbanan yang ia minta-untuk waktu tertentu. Namun mereka pasti lelah dengan hubungan satu pihak atau frustasi dengan ketudakmampuan Bill dalam membuat komitmen atau merasakan sesuatu yang mendalam terhadap mereka. Karena kurangnya empati yang dimiliki, Bill tidak dapat memahami perasaan orang lain dan kebutuhan mereka. Tuntutannya akan perhatian yang terus menerus dari pemujanya bukan berasal dari keegoisannya, namun dari kebutuhan untuk menyingkirkan perasaan tidak adekuat dan self-esteem yang rendah. Menyedihkan, pikir teman-temannya, bahwa Bill perlu begitu banyak perhatian dan pemujaan dari orang lain dan bahwa sebanyak apa pun prestasi yang ia raih tidak pernah cukup untuk menenangkan keraguan dalam dirinya.

(13)

Etiologi :parental inconsistency ; dalam bentuk berubah-ubah dari hostility danrejection pada satu saat dan pada saat lainnya afeksi dan cinta kasih.

Tindakan-tindakan yang diekspresikan : keras kepala : menentang harapan dan keinginan orang lain, banyak menunda aktivitasnya, tidak efisien dan tidak menentu, perilakunya sering menjengkelkan, menunjukkan kepuasan yang tidak bermoral, aspirasi dan kesenangan dengan memanipulasi orang lain.

Perilaku interpersonal : bertentangan : mengalami banyak konflik dan sering berubah-ubah peran di dalam relasi sosialnya, kadang-kadang terlihat dependent dan kadangkala dengan tegas menampilkan diri sebagai individu independent. kurang toleransinya terhadap orang lain, mudah mengekspresikan sikap negatif atau sikap bertentangan dengan orang lain.

Kognitif style : negativistik: menunjukkan sikap sinis , skeptis, dan kejadian-kejadian positif tidak dapat dipercaya, tidak diyakini, dan memandang masa depan dengan penuh keragu-raguan, serta memandang kehidupan orang lain dengan penuh kebencian, serta kecenderungan untuk mengekspresikan penghinaan dan sindiran yang pedas untuk memperoleh keuntungan yang baik bagi dirinya.

Mekanisme regulasi :displacement : mengekspresikan kemarahan dan permasalahan emosi terhadap orang lain secara tidak langsung atau melalui cara menghasut, yang secara signifikan kemarahan menjadi lebih lemah kadarnya; atau mengganti kemarahan dengan berperilaku pelupa atau menunjukkan kemalasan.

Self image :discontented : melihat diri sebagai orang yang tidak dipahami, tidak dihargai, dan direndahkan oleh orang lain, menunjukkan kebencian, dan ketidakpuasan, serta kekecewaan terhadap kehidupannya.

Gambaran tentang objek : oposisi : menggambarkan kondisi internal dengan kecenderungan-kecenderungan yang saling bertentangan secara kompleks; kondisi ini telah mendorong tindakan-tindakan yang tidak wajar sebagai kekuatan dari impuls-impuls ketidaksetujuan yang terpolakan dengan meniadakan pencapaian dan kesenangannya dengan memanipulasi orang lain.

Morphologic :divergent : pola dari elemen-elemen internal untuk kepentingan coping dan manuver pertahanan diri yang secara langsung mengarah pada tujuan yang bertentangan, sebagai akibat dari banyaknyakonflik yang tidak dapat diselesaikan secara terpadu untuk memenuhi dorongan atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak dapat diabaikan atau tidak dapat diputarbalikan.

Mood / temperamen :irritable; ditandai oleh: seringnya membandel, keras kepala, dan mudah marah, diikuti oleh sifat yang mendongkol, moody: cerewet, tidak sabaran, mudah kecewa oleh orang lain.

(14)

silih berganti antara melakukan pemujaan yang ekstrem (saat kebutuhan mereka terpenuhi) dengan memendam kebencian (saat mereka merasa diabaikan). Mereka cenderung memandang orang lain sebagai semua-tentangnya- baik atau semua-tentangnya-buruk dan berubah-ubah dengan cepat dari satu ekstrem ke ekstrem yang lain. Sebagai hasilnya, mereka akan terbang dari satu pasangan ke pasangan lain dalam suatu seri hubungan yang singkat dan menggebu-gebu. Orang yang mereka puja akan diperlakukan dengan kebencian saat hubungan berakhir atau saat mereka merasa orang tersebut gagal dalam memenuhi kebutuhan mereka (Gunderson& Singer, 1986).

C. Gangguan Kepribadian yang Ditandai oleh Perilaku Aneh atau Eksentrik

1. Gangguan kepribadian Skizoid

Etiologi : iklim relasi dalam keluarga bersifat formal, dingin, tidak menunjukkan kedekatan diantara masing-masing anggota keluarga, tidak ada saling hubungan diantara sesama anggota keluarga.

Tindakan-tindakan yang diekspresikan : lesu, lelah, lemah, kurang vitalitas, plegmatis, lamban, tampak terjadi penurunan pada kemampuan aktivitasnya, ekspresi motorik berlangsung secara spontan.

Perilaku interpersonal : menjauh dari orang lain : terlihat bersikap acuh tak acuh terhadap orang lain, dan bahkan cenderung utk menjauhkan diri dari orang lain; jarang menampilkan respons atau perasaannya terhadap orang lain; minat terhadap orang lain sangat minim; rendah diri, hanya sedikit memiliki relasi dengan orang lain, termasuk dengan keluarga maupun di lingkungan kerja relasi sangat dangkal.

Kognitif style : miskin secara kognitif : terjadinya penurunan kemampuan di bidang kognisi; dalam arti memiliki kemampuan rendah yang untuk dpt memahami berbagai peristiwa yang samar-samar (ambigue). Proses berfikir tidak jelas, disertai tingkat intelektual rendah. Komunikasi mudah tergelincir dan kehilangan keruntutan berpikir termasuk terhadap persoalan yang mudah. Bahkan sering berputar-putar pada penjelasan yang tidak logis.

Mekanisme regulasi : intelektualisasi : relasi interpersonal dan pengalaman afektif sangat sederhana, ambigue, dan bersifat impersonal atau pemaknaan lebih mekanis; perhatiannya lebih terarah pada peristiwa sosial atau emosional yang bersifat formal dan obyektif.

Self image :complacement : kesadaran diri dan kemampuan introspeksi minimal, secara emosional tidak mampu untuk mengekspresikan emosi maupun pribadinya pada kehidupan sosial sehari-harinya.

Gambaran tentang objek :undifferented ; memiliki sedikit kemampuan artikulasi, tidak memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan kemampuan pengamatan dan ingatan secara dinamik di dalam mengatasi dorongan maupun konflik-konflik sebagaimana halnya pada individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik.

Morphologic :meager : menggambarkan kondisi internal yang lemah, dengan dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan diri lemah, disertai kemampuan untuk mengatasi konflik-konflik internal lemah, demikian pula lemah di dalam mengatasi tuntutan eksternal, dengan kemampuan koordinasi dan usaha yang terbatas.

(15)

Isolasi sosial adalah ciri utama dari ganggaun kepribadian skizoid. Sering kali digambarkan sebagai penyendiri atau eksentrik, orang dengan gangguan kepribadian skizoid kehilangan minat pada hubungan sosial. Emosi dari orang dengan kepribadian skizoid tamak dangkal atau tumpul, namun pada derajat yang lebih rendah dibandingkan skizofrenia. Orang dengan gangguan ini tampak jarang, bila oernah, mengalami kemarahan, kebahagiaan, atau kesedihan yang kuat. Mereka tampak jauh dan menjaga jarak. Wajah mereka cenderung tidak menampilkan eksoresi emosional, dan mereka jarang bertukar senyum sosial ata salam yang disertai anggukan dengan orang lain. Mereka tampak tidak terpengaruh terhadap kritik atau pujian dan tampak terbungkus dalam ide-ide abstrak daripada dalam pikiran mengenai manusia. Meski mereka lebih senang menjaga jarak dari orang lain, mereka membina kontak yang lebih baik dengan realitas daripada orang yang menderita skizofrenia. Prevalensi dari gangguan ini dalam populasi umum tidaklah diketahui.

Pola kepribadian skizoid umumnya dapat dikenali saat awal masa dewasa. Pria dengan gangguan ini jarang berkencan atau menikah. Perempuan dengan gangguan ini cenderung menerima ajakan romantis secara pasif dan menikah, namun mereka jarang berinsiatif untuk membina hubungan atau mengembangkan ikatan yang kuat dengan pasangan mereka.

Akhtar (1987) menyatakan bahwa kemungkinan terdapat kesenjangan antara penampilan luar dan kehidupanterdalam dari orang-orang dengan kepribadian skizoid. Meski mereka terlihat memiliki sedikit minat terhadap seks, misalnya, mereka mungkin memiliki keinginan voyeuristik dan menjadi tertarik pada pornografi. Akhtar juga menyatakan bahwa perilaku menjauh dan menjaga jarak sosial dari orang-orang dengan kepribadian skizoid mungkin hanya di permukaan saja. Mereka juga memiliki sensivitas yang kuat, rasa ingin tahu yang mendalam tentang orang lain, dan harapan akan cinta yang tidak dapat mereka ekspresikan. Dalam sejumlah kasus, sensitivitas diekspresikan dengan perasaan yang mendalam terhadap binatang daripada terhadap sesama.

D.Gangguan Kepribadian yan Ditandai oleh Perilaku Cemas atau Ketakutan

Kelompok gangguan keperibadian ini mencaku tipe menghindar, dependen (Submissive) dan obsesif-kompulsif. Meskipun ciri dari masing-masing gangguan ini berbeda, gangguan ini sama-sama memiliki komponen berupa rasa takut atau kecemasan.

1. Gangguan Kepribadian Menghindar

Etiologi : datang dari lingkungan keluarga yang menolak dan sering mencela.

Tindakan-tindakan yang diekspresikan : memandang lingkungan dengan penuh kehati-hatian, karena lingkungan sosial dipandang secara potensial akan mendatangkan ancaman, terutama karena adanya kekhawatiran dirinya akan dicemoohkan, oleh karena itu ia akan bereaksi secara berlebihan terhadap kejadian-kejadian yang sesungguhnya tidak membahayakan.

Perilaku interpersonal : subyek memiliki riwayat kecemasan yang berlebihan disertai ketidakpercayaan yang tinggi terhadap orang lain; namun disisi lain mengharapkan adanya penerimaan diri dari lingkungan, akan tetapi individu yang bersangkutan senantiasa akan menjaga jarak dan privasinya dengan orang lain; tindakan tersebut sebagai bentuk antisipasi dan kekhawatiran untuk memperoleh penghinaan dari orang lain.

(16)

Mekanisme regulasi : fantasi : bergantung secara berlebihan pada imajinasi untuk mencapai kepuasan maupun untuk penyelesaian konflik-konflik yang dialaminya: dalam arti dia berusaha untuk memperoleh rasa aman dan pengendalian impuls-impuls agresi ke dalam angan-angan.

Self image :alienated ; terlihat sebagai seseorang yang terisolasi dan merasa ditolak oleh orang lain; terjadi penurunan kemampuan penilaian diri, serta mengalami perasaan kesendirian dan kekosongan, dan terjadinya depersonalisasi.

Gambaran tentang objek :veatious : menggambarkan kondisi internal yang mengalami ingatan-ingatan yang bertentangan, disertai terbatasnya kesempatan untuk memperoleh kepuasan, serta sedikitnya kemampuan mekanisme untuk mengalihkan kebutuhan-kebutuhannya, serta lebih dibutakan oleh impuls-impulsnya, daripada kemampuan untuk penyelesaian konflik atau menghindari dari tekanan eksternal.

Morphologic :fragile : terjadi kompleksitas atas emosi-emosi yang membahayakan yang berlangsung secara berulang-ulang, dengan modalitas dan kemampuan pemecahan masalah yang terbatas; dalam arti pada saat menghadapi masalah biasanya dilakukan dalam bentuk menghindar, menjauhi, atau melalui fantasi. Oleh karena itu ketika dihadapkan pada situasi yang mendatangkan stres yang tidak terantisipasikan, subyek hanya memiliki sedikit energi untuk mengatasinya, sehingga subyek akan dengan mudah subyek mengalami regresi ke arah decompensasi.

Mood/temperamen :anguished : subyek menunjukkan diri sebagai orang yang mengalami kebingungan atas ketegangan-ketegangan yang terpendam, antara kesedihan dan kemarahan, serta keinginan untuk memperoleh afeksi, serta ketakutan akan kekasaran dan kekerasan dari orang lain.

Orang dengan gangguan kepribadian menghindar dangat ketakutan akan penolakan dan kritik sehingga mereka umumnya tidak ingin memasuki hubungan tanpa adanya kepastian akan penerimaan. Sebagai hasilnya mereka hanya memiliki sedikit teman dekat di luar keluarga inti. Mereka juga cenderung menghindari pekerjaan kelompok atau aktivitas rekreasi karena takut akan penolakan. Mereka lebih suka makan sendiri di meja mereka. Mereka mengindari piknik atau pesta perusahaan, kecuali bila mereka merasa sangat yakin akan diterima. Gangguan kepribadian menghindar, yang muncul dalam proporsi sama pada laki-laki dan perempuanm diyakini menimpa antara 0,5% hingga 1% dari populasi umum (APA,2000).

Tidak seperti orang dengan karakteristik skizoid, yang juga memiliki ciri menarik diri secara sosial, individu dengan gangguan kepribadian menghindar memiliki minat dan perasaan akan kehangatan pada orang lain. Meskipun demikian, ketakutan akan penolakan menghalangi mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka akan afeksi dan penerimaan. Dalam situasi sosial, mereka cenderung merapat pada dinding dan menghindari percakapan dengan orang lain. Mereka takut dipermalukan di depan umum, berfikiran bahwa orang lain akan melihat mereka merona, menangis, atau bertindak gugup. Mereka cenderung terikat dengan rutinitas mereka dan melebih-lebihkan resiko atau uaha dalam mencoba hal-hal baru. Mereka menolak datang ke pesta yang harus menempuh perjalanan selama satu jam dengan alasan bahwa pulang ke rumah larut malam akan sangat melelahkan.

Perhatikan contoh kasus dibawah ini;

Sebuah kasus Gangguan Kepribadian Menghindar

(17)

yang pertama kali menarik hati Stacy. Stacy, seorang sekretari berusia 22 tahun, bekerja bersebelahan dengan Harold dan bertanya apakah suatu saat ia ingin keluar bersama setelah kerja. Pada awalnya Harold menolak, mengemukakan sejumlah alasan, namun saat Stacy mengajaknya kembali seminggu kemudian, Harod setuju, berfikir bahwa Stacy pasti sungguh-sungguh menyukai dirinya bila Stacy bersedia mengejarnya. Hubunan terbina secara cepat, dan segera mereka berkencan hampir setiap malam. Meskipun demikian, hubungan tersebut tampak tegang. Harold menginterpretasikan setiap keraguan ringan dalam nada suara Stacy sebagai kurangnya minat. Ia berulang kali mempertanyakan kepastian bahwa Stacy peduli padanya, dan ia mengevaluasi setiap kata dan gerak sebagai bukti dari perasaan Stacy. Bila Stacy mengatakan bahwa ia tidak bisa bertemu dengannya karena lelah atau sakit, ia berasumsi bahwa Stacy menolaknya an ia mencari kepastian lebih jauh lagi. Setelah beberapa bulanm Stacy memutuskan bahwa ia tidak dapat lagi menerima perlakuan Harold, dan hubungan berakhir. Harold, beranggapan bahwa Stacy tidak pernah benar-benar peduli padanya.

Ada tumpang tindih yang cukup besar antara gangguan kepribadian menghindar dengan fobia sosial, terutama dengan subtipe fobia sosial yang parah yang mencakup pola menyeluruh dari fobia sosial (ketakutan yang tidak rasional dan berlebihan pada hampir semua situasi sosial) (Turner, Beidel, & Townsley, 1992; Widiger, 1992). Meskipun bukti penelitian menunjukan bahwa banyak kasus fobia sosial menyeluruh terjadi tanpa adanya gangguan kepribadian menghindar (Holt, Heimberg, & Hope, 1992), relayif sedikit kasus dari kepribadian menghindar yang muncul tanpa kehadiran fobia sosial menyeluruh ( Widiger,1992). Jadi gangguan kepribadian menghindar dapat mencerminkan bentuk yang lebih parah dari fobia sosial (Hoffman dkk., 1995). Namun, panel ilmiah masih mempertanyakan apakah gangguan kepribadian menghindar sebaiknya dianggap sebagai bentuk yang parah dari fobia sosial menyeluruh atau kategori diagnostik yang berbeda sebagaimana kini digolongkan.

2. Gangguan Kepribadian Dependen (Submissive)

Etiologi : datang dari lingkungan keluarga yang sangat melindungi.

Tindakan-tindakan yang diekspresikan: merasa tidak kompeten: menampilkan suatu sikap yang sangat patuh dan pasif, kurang keberanian untuk penegasan diri, serta menunjukkan cenderung untuk menghindar dari tugas dan tanggung jawab sebagai individu dewasa.

Perilaku interpersonal :submissive (patuh) : kebutuhan untuk menjadi bawahan dari orang yang kuat, cenderung akan mempertahankan figur otoritas sebagai tempat berlindung. oleh karena itu dia bersikap sangat patuh, dan selalu mengalah terhadap otoritas, dan dia selalu mencari ketentraman dengan mengorbankan dirinya.

Kognitif style :naive : mudah dipengaruhi, tidak memiliki kecurigaan terhadap orang lain, mudah ditipu; subyek tidak menampakkan kesedihan yang mengarah pada kesulitan dalam relasi interpersonalnya. subyek menunjukkan kelemahan di dalam menghadapi permasalahan-permasalahan obyektif, sehingga permasalahan-permasalahan kecil yang dihadapinya sering secara berangsur-angsur menjadi semakin sulit.

Mekanisme regulasi :introjection: menunjukkan ketergantungan pada orang lain ; dalam arti untuk memperkuat keyakinan diri, serta meningkatkan eksistensinya dengan cara membuang jauh-jauh persepsinya kearah individu independent, serta menghindari untuk membuka konflik dan pertentangan dengan orang lain, di dalam relasi sosialnya.

(18)

Gambaran tentang objek :immature : gambaran internalnya ditandai dengan gagasan-gagasan sederhana, serta ingatan-ingatan yang tidak lengkap, serta dorongan-dorongan yang kurang sempurna, disertai impuls-impuls kekanak-kanakannya. Di samping itu, individu tersebut menunjukkan sedikit kompetensi untuk mengatasi dan menyelesaikan stres-stres yang dihadapinya.

Morphologic :inchoate: untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, serta tugas-tugasnya sebagai seorang dewasa, dia akan menggantungkan tanggung jawabnya terhadap orang lain; kemampuan mekanisme internal maupun kemampuan mengatur kendali serta beragam proses adaptasinya tidak berkembang dengan baik; demikian pula subyek tidak menunjukkan kemampuan untuk membeda-bedakan permasalahan yang dihadapi, serta fungsi dari sistem untuk menjadi pribadi independet tidak berkembang.

Mood/temperamen :pacific: tidak pemarah, tidak adanya sikap kompetitif; serta menunjukkan cenderung untuk menghindari ketegangan sosial maupun konflik-konflik interpersonal.

Gangguan kepribadian dependen menggambarkan orang yang memiliki kebutuhan yang berlebihan untuk diasuh oleh orang lain. Hal ini membuat mereka menjadi sangat patuh da melekat dalam hubungan mereja serta sangat takut akan perpisahan. Orang dengan gangguan ini merasa sangat sulit melakukan segala sesuatu sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Merek mencari saran dalam membuat keputusan yang paling kecil sekalipun. Anak-anak atau remaja dengan masalah ini mencari orang tua mereka untuk memilihkan pakaian, makanan, sekolah atau kampus, bahkan teman-teman mereka. Orang dewasa dengan gangguan ini membiarkan orang lain mengambil keputusan saoai membiarkan orang tua mereka menentukan dengan siapa mereka akan menikah, seperti dalam kasus Mathew:

Sebuah Kasus Gangguan Kepribadian Dependen (Submissive)

Matthew, akuntan lajang berusia 34 tahun yangtinggal dengan ibunya, mencari pertolongan saat berhubungan dengan kekasihnya berakhir. Ibunya keberatan akan pernikahan karena kekasihnya berbeda agama, dan-karena “darah lebih kental daripada air”- Matthew menyetujui keinginan ibunya lalu mengakhiri hubungan tersebut. Namn ia marah pada dirinya sendiri dan pada ibunya karena ia merasa ibunya terlalu posesif bahkan untuk memberinya izin menikah. Ia menggambarkan ibunya sebagai perempuan dominan yang “memiliki kontrol untuk membuat keputusan” dalam keluarga dan yang memutuskan segala hal menurut caranya. Matthew bingung antara marah dengan ibunya dan berfikir bahwa munkin ibunya tahu apa yang terbaik untuknya.

Posisi Matthew di kantor berada beberapa tingkat di bawah yang bisa diharapkan dari seseorang dengan bakat dan tingkat pendidikannya. Beberapa kali ia menolak promosi untuk menghindari tanggung jawab yang lebih besar yang menuntutnya untuk menyelia orang lain dan membuat keputusan mandiri. Ia membina hubungan dekat dengan dua orang teman sejak awal masa kanak-kanak dan selalu makan siang dengan slaah satu dari mereka setiap hari kerja. Suatu hari temannya memberi kabar bahwa ia sedang sakit, Matthew merasa kebingungan. Sepanjang hidupnya dihabiskan dengan tinggal di rumah, kecuali ketika harus kuliah selama satu tahun. Dan dia pulang ke rumah karena rindu rumah.

- Diadaptasi dari Spitzer dkk., 1994, hal 179-180

(19)

dependen menghindari posisi bertanggung jawab. Mereka menolak tantangan dan promosi serta bekerja di bawah potensi mereka. Mereka cenderung sangat sensitif terhadap kritikan serta terpaku pada rasa takut akan penolakan dan pencampakan. Mereka dapat merasa hancur karena berakhirnya suatu hubungan dekat atau karena adanya kemungkinan untuk menjalani hidup sendiri. Karena takut akan penolakan, mereka sering menomorduakan keinginan dan kebutuhan mereka demi orang lain. Mereka setuju akan pernyataan yang aneh tentang diri mereka sendiri dan melakukan hal-hal yang merendahkan diri untuk menyenangkan orang lain.

Meskipun gangguan kepribadian dependen ini lebih sering didiagnosis pada perempuan (APA,2000;Bornstein,1997), tidaklah jelas akan adanya perbedaan mendasar dalam prevalensi gangguan antara laki-laki dan perempuan (Corbitt & Widiger, 1995). Diagnosis sering kali dikenakan pada perempuan yang karena takut dicampakkan, menoleransi suami mereka yang terang-terangan berselingkuh, menganiaya mereka, atau menggunakan keuangan keluarga untuk berjudi. Perasaan tidak adekuat dan putus asa mendasar melumpuhkan mereka untuk mengambil langkah-langkah efektif. Dalam suatu lingkaran setan, kepasifan mereka mendorong penganiayaan lebih lanjut, membuat mereka semakin merasa tidak adekuat dan putus asa. Diagnosis yang diberikan kepada perempuan dengan pola ini dianggap kontroversi dan tampak tidak adil seolah “menyalahkan korban,” karena perempuan dalam masyarakat kita sering disosialisasikan untuk berperan dependen. Panel yang digelar oleh American Psychological Association mencatat bahwa perempuan juga menghadapi stress yang lebih besar daripada laki-laki dalam kehidupan kontemporer (Goleman, 1990b). Terlebih karena perempuan umumnya menghadapi tekanan sosial yang lebih besar untuk menghadapi menjadi pasif, lembut, atau penuh penghormatan daripada laki-laki, perilaku dependen pada perempuan dapat merefleksikan pengaruh budaya dan bukan gangguan kepribadian.

3. Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif

Etiologi: orangtua yang overcontrol dengan senantiasa menekankan pada hukuman.

Tindakan-tindakan yang diekspresikan: disiplin: kegiatannya teratur, mengulang-ulang aktivitasnya dengan pola yang teratur, menunjukkan kesetiaan yang berlebihan terhadap aturan, serta melakukan aktivitas dengan sempurna.

Perilaku interpersonal : penuh rasa hormat: menampilkan kesetiaan yang berlebihan, lebih menyukai sopan santun, relasinya formal dan menunjukkan pribadi yang baik.

Kognitif style :constricted: memandang dunia yang terbangun di dalam pemikiran-pemikirannya dengan istilah aturan-aturan, regulasi-regulasi, jadwal-jadwal, yang secara teratur dan bertingkat, tanpa imajitatif, dan keragu-raguan, terutama kekhawatiran dirusak oleh sesuatu yang tidak dikenalnya atau ideal-idea dan adat istiadat baru.

Mekanisme regulasi : reaksi formasi: mengulang-ulang pemikiran, serta secara sosial perilakunya dapat dihargai sebagai individu dengan disiplin tinggi, yang secara diametrik terjadinya pertentangan yang begitu mendalam antara kemarahan atas larangan dan kecemasan terhadap orang lain, dengan menampilkan sesuatu perilaku yang dinilai layak ditampilkan di lingkungan sekitarnya.

Self image : conscientious; melihat diri sebagai orang yang rajin, dapat dipercaya, teliti, efisien; takut berbuat kesalahan atau penilaian yang berlebihan pada diri yang ditampilkan dengan disiplin, kesempurnaan, kebijaksanaan, dan kesetiaan.

(20)

mengendalikan impuls-impuls yang dilarang, membuat ikatan yang lebih erat antara pribadi, disertai penyangkalan atas konflik-konfliknya di bawah kendali yang sangat kuat.

Morphologic : compartmentalized struktur psikis rigid, serta terorganisasikan ke dalam sistem yang dikonsolidasikan dengan sangat ketat, dalam sejumlah sekat-sekat yang konstalasi terpisah antara dorongan, ingatan, dan kognisi, dengan hanya sedikit membuka saluran yang dapat diijinkan diantara komponen-komponen tersebut.

Mood/temperamen :solemn: tidak relax, tegang, serta kehilangan kesenangan dan sering cemberut; perasaan kehangatan terhambat dan mengambil banyaknya emosi di bawah kendali yang sangat ketat.

Ciri yang menggambarkan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif meliputi derajat keteraturan yang berlebihan, kesempurnaan, kekakuan, kesulitan melakukan coping dengan ketidakpastian, kesulitan mengekpresikan perasaan, dan mendetail dalam kebiasaan kerja. Sekitar 1% dari sampel komunitas didagnosis dengan gangguan ini (APA,2000). Gangguan ini dua kali lebih umum ditemui pada laki-laki daripada perempuan. Tidak seperti gangguan kecemasan obsesif-kompulsif, orang dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif tidak haru mengalami obsesi atau kompulsi secara sekaligus. Jika mereka demikian, kedua diagnosis mungkin dirasa lebih tepat.

(21)

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Menurut theodeore million pola perilaku atau cara berhubungan dengan orang lain yang benar-benar kaku. Kekakuan tersebut menghalangi mereka untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan eksternal; sehingga pola tersebut pada akhirnya bersifat self-defeating. Trait-trait kepribadian yang terganggu menjadi jelas di masa remaja atau awal masa dewasa dan terus berlanjut di sepanjang kehidupan dewasa, semakin mendalam dan mengakar sehingga semakin sulit untuk diubah. Tanda-tanda peringatan akan adanya gangguan kepribadian dapat dideteksi pada masa kanak-kanak, bahkan pada perilaku bermasalah dari anak-anak prasekolah. Anak-anak dengan gangguan psikologis atau perilaku bermasalah di masa kAnak-anak-kAnak-anaknya, seperti gangguan tingkah laku, depresi, kecemasan, dan ketidakmatangan, lebih besar resikonya dibandingkan resiko rata-rata untuk mengembangkan gangguan kepribadian di kemudian hari. Di bagi menjadi beberapa seperti :

1. Gangguan kepribadian Skizoid 2. Gangguan Kepribadian Menghindar

3. Gangguan Kepribadian Dependen (Submissive) 4. Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif 5. Gangguan Kepribadian Ambang

(22)

DAFTAR PUSTAKA

 Nevid,Jeffrey S., & Rathus,Spencer,A., & Greene, B. (2005) Psikologi Abnrmal Edisi

Kelima Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga

http://mardenny.wordpress.com/2013/03/19/tipologi-millon/

http://zidandemak.blogspot.com/2012/11/gangguan-gangguan-kepribadian-narsistik.html

http://indonesiaindonesia.com/f/47044-gangguan-kepribadian-personality-disorder/

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan, dalam pandangan hukum Islam tentang perilaku pelecehan seksual ini belum diatur secara tegas, karena pembahasannya belum ada dalam Al-qur’an maupun hadist,

5.0 Pengolahan data panitia Kepala bidang penyedia PPK/KPA panitia kepegawaian 6.0 Pengadaan barang user pegawai jabatan Rencana_pengadaan Pengadaan_barang Serah_terima_hasil

The extraction technique using different solvent polarity (n- hexane, chloroform, ethyl acetate and buthanol, respectively) was applied for the isolation of the

2.11 Menyikat permukaan dalam gigi yang menghadap ke lidah dan langit - langit untuk lengkung gigi sebelah kanan dan kiri dengan cara Menggunakan ujung sikat dengan

menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan di wilayah Nusantara 4 x pertemuan (8 JP)  Buku paket SENI BUDAYA kelas X 

Rakyat semarang dan Gubernur Jawa Tengah menyambut dengan baik kedatangan Sekutu pada awalnya karena berharap dapat memberikan keuntungan bagi rakyat Semarang.. Bahkan,

Kandungan Natrium Trifosfat yang tinggi pada deterjen dan terbuang ke sungai menyebabkan peningkatannya kandungan fosfat yang terkandung di dalam sungai dan

Pengaruh Karakteristik Individu Dan Motivasi Ekstrinsik terhadap Kinerja Dokter dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PT Perkebunan