KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat Allah SWT, Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pusat Kesehatan Haji Tahun 2017 dapat
diselesaikan dengan baik. Apresiasi dan ucapan terima kasih
saya haturkan kepada Tim Penyusun dan para Kontributor
yang telah menyusun laporan ini secara sistematis, sehingga
dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh berbagai
pihak.
Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban
atas implementasi Tugas Pokok dan Fungsi Pusat Kesehatan Haji. Saya
bersyukur, atas kerjasama semua pihak sehingga indikator kinerja Pusat
Kesehatan Haji yang ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan dapat dicapai sesuai dengan waktu dan target pencapaian.
Sebagai Kepala Pusat Kesehatan Haji, saya berharap laporan kinerja ini
dapat memberikan data dan informasi yang bermanfaat dalam peningkatan
kualitas kinerja kami di masa mendatang dan memberikan kontribusi positif
terhadap pencapaian kinerja Kementerian Kesehatan secara komprehensif.
Kritik dan saran membangun dengan senang hati akan kami terima dalam rangka
perbaikan kinerja pada periode berikutnya. Terima kasih. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh.
Jakarta, 23 Januari 2018
Kepala Pusat Kesehatan Haji,
ttd
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 1 DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ……….... 4
B. Organisasi, Peran dan Fungsi Pusat Kesehatan Haji dalam Pembangunan Kesehatan ……….. 4
BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan ……… 9
B. Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Kesehatan Haji ………… 11
C. Tujuan ……….... 12
D. Strategi Penyelenggaraan Kesehatan Haji ……….. 13
E. Penetapan Kinerja Pusat Kesehatan Haji ………. 13
1. Pelayanan Kesehatan Haji ………. 13
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 2017 A. Akuntabilitas Kinerja Pusat Kesehatan Haji ………. 24
B. Capaian Kinerja Pusat Kesehatan Haji Tahun 2017 ……... 25
1. Pelayanan Kesehatan Haji ………. 25
C. Analisis Capaian Kinerja ……….. 45
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 2 DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pegawai Pusat Kesehatan Haji berdasarkan tingkat pendidikan ... 5
Gambar 2. Struktur Organisasi Pusat Kesehatan Haji ... 6
Gambar 3. Visi dan Misi Presiden RI sebagai Landasan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015–2019 ... 9
Gambar 4. Program Kesehatan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan ... 11
Gambar 5. Penyelenggaraan Kesehatan Haji ... 13
Gambar 6. Capaian hasil pemeriksaan tahap II kesehatan jemaah haji berdasarkan tempat pemeriksaan ... 24
Gambar 7. Jemaah Haji berdasarkan kriteria Istithaah Kesehatan ... 31
Gambar 9. Aplikasi Haji Sehat ... 35
Gambar 10. Kartu Kesehatan Jemaah Haji Indonesia Elektronik... 35
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 3 DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kegiatan Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji... 14
Tabel 2. Distribusi & Kebutuhan Tenaga TKHI dan PPIH Tahun 2017 ... 20
Tabel 3. Daftar Tenaga Pendukung Kesehatan (TPK) 2017 ... 23
Tabel 4. Distribusi Pembekalan Operasional Petugas Pembina Kesehatan Haji di Kabupaten/Kota ... 27
Tabel 5. Distribusi & Pengerahan TKHI dan PPIH ... 41
Tabel 6. Jadwal Pelatihan TKHI Berdasarkan Embarkasi ... 44
Tabel 7. Distribusi Tenaga Pendukung Kesehatan ... 45
Tabel 8. Target Indikator Kinerja Pusat Kesehatan Haji dan Realisasi ... 46
Tabel 8. Penyelenggaraan Pertemuan Pelayanan Kesehatan Haji Berbasis Data Siskohatkes ... 53
Tabel 9. Pencapaian Rekrutmen PKHI TA. 2017 ... 55
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah dimana dalam rangka pertanggungjawaban
APBN/APBD, setiap entitas pelaporan wajib menyusun dan menyajikan Laporan
Keuangan (LK) dan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj).
Kementerian Kesehatan selaku pengguna anggaran menyusun LK sebagai
pertanggungjawaban APBN kepada Presiden melalui Menteri Keuangan dan LKj
kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang
disampaikan paling lambat dua bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah mengarahkan bahwa pelaksanaan pemerintahan harus
berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab. Pelaksanaan lebih
lanjut didasarkan atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Repulik Indonesia Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman
Evaluasi Atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) Pusat Kesehatan Haji Tahun 2017,
merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggung-jawaban kinerja kepada
Menteri Kesehatan dan seluruh pemangku kepentingan, baik yang terkait
langsung maupun tidak langsung sekaligus menyampaikan proses pencapaian
hasil, permasalahan utama, upaya pemecahan masalah dan strategi
keberhasilan selama kurun waktu 2017 yang dapat dijadikan lesson learn pada
perencanaan strategis tahun kedepan.
Selain itu laporan ini merupakan wujud dari pertanggungjawaban atas kinerja
pencapaian tujuan/sasaran strategis yang tertuang pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
B. Organisasi, Peran dan Fungsi Pusat Kesehatan Haji dalam
Pembangunan Kesehatan
Berdasarkan Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 5 pelaksanaan tugas Kementerian Kesehatan di bidang kesehatan haji yang
berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Kesehatan melalui
Sekretaris Jenderal.
Pusat Kesehatan Haji mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
kebijakan teknis, pelaksanaan dan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di
bidang pelayanan kesehatan haji sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam penyelenggaraan operasional perkantoran, personil Pusat Kesehatan
Haji berjumlah 52 orang aparatur sipil negara dan didukung oleh 4 orang tenaga
honorer.
Tingkat pendidikan pegawai dengan jenjang S3 sejumlah 2 orang, S2
sejumlah 27 orang, S1 sejumlah 17 Orang, dan Diploma sejumlah 6. Berikut
(gambar 1) grafik berdasar tingkat pendidikan:
Gambar 1. Pegawai Pusat Kesehatan Haji berdasarkan tingkat pendidikan
Dalam melaksanakan tugasnya, Pusat Kesehatan Haji menyelenggarakan
fungsi:
• Penyusunan kebijakan teknis di bidang pembimbingan dan pengendalian faktor risiko, pendayagunaan sumber daya, dan fasilitasi pelayanan
kesehatan haji;
11.54%
32.69% 51.92%
3.85%
Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
DIII S1 S2 S3
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 6 • Pelaksanaan di bidang pembimbingan dan pengendalian faktor risiko,
pendayagunaan sumber daya, dan fasilitasi pelayanan kesehatan haji; • Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pembimbingan dan
pengendalian faktor risiko, pendayagunaan sumber daya, dan fasilitasi
pelayanan kesehatan haji; dan • Pelaksanaan administrasi Pusat.
Susunan organisasi Pusat Kesehatan Haji terdiri atas:
a. Bagian Tata Usaha;
b. Bidang Pembimbingan dan Pengendalian Faktor Risiko Kesehatan Haji;
c. Bidang Pendayagunaan Sumber Daya dan Fasilitasi Pelayanan
Kesehatan Haji; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
Organisasi Pusat Kesehatan Haji disajikan pada gambar 2 berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 7 1. Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan administrasi Pusat dan
menyelenggarakan fungsi:
• Penyusunan rencana, program, dan anggaran; • Pengelolaan informasi kesehatan haji;
• Pengelolaan urusan keuangan dan barang milik negara; • Penataan organisasi dan tata laksana;
• Pengelolaan urusan kepegawaian, kearsipan, tata persuratan, rumah tangga, dan perlengkapan; dan
• Pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Bagian Tata Usaha terdiri atas:
a. Subbagian Program dan Informasi Kesehatan Haji; mempunyai tugas
melakukan penyusunan rencana, program, dan anggaran dan
pemantauan, evaluasi dan pelaporan serta pengelolaan informasi
kesehatan haji.
b. Subbagian Keuangan dan Barang Milik Negara; mempunyai tugas
melakukan pengelolaan urusan keuangan dan barang milik negara. dan
c. Subbagian Kepegawaian dan Umum; mempunyai tugas melakukan
urusan kepegawaian, kearsipan, tata persuratan, rumah tangga, dan
perlengkapan.
2. Bidang Pembimbingan dan Pengendalian Faktor Risiko Kesehatan Haji
Bidang Pembimbingan dan Pengendalian Faktor Risiko Kesehatan Haji
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan
di bidang pembimbingan dan pengendalian faktor risiko kesehatan haji.
Dalam melaksanakan tugas, Bidang Pembimbingan dan Pengendalaian
Faktor Risiko Kesehatan Haji menyelenggarakan fungsi:
• Penyiapan penyusunan kebijakan teknis di bidang penyuluhan dan pembimbingan, dan pengendalian faktor risiko kesehatan haji; dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 8 Bidang Pembimbingan dan Pengendalaian Faktor Risiko Kesehatan Haji terdiri
atas:
a. Subbidang Penyuluhan dan Pembimbingan Kesehatan; mempunyai tugas
melakukan penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan di
bidang Penyuluhan dan Pembimbingan Kesehatan Haji. dan
b. Subbidang Pengendalian Faktor Risiko; mempunyai tugas melakukan
penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan di bidang
pengendalian faktor risiko kesehatan haji dan pemantauan faktor risiko
kesehatan umrah.
3. Bidang Pendayagunaan Sumber daya dan Fasilitasi Pelayanan Kesehatan
Haji
Bidang Pendayagunaan Sumber daya dan Fasilitasi Pelayanan Kesehatan
Haji mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan
pelaksanaan di bidang pendayagunaan sumber daya dan fasilitasi pelayanan
kesehatan haji.
Bidang Pendayagunaan Sumber daya dan Fasilitasi Pelayanan Kesehatan
Haji menyelenggarakan fungsi:
• Penyiapan penyusunan kebijakan teknis di bidang pendayagunaan
sumber daya dan fasilitasi pelayanan kesehatan haji; dan
• Penyiapan pelaksanaan di bidang pendayagunaan sumber daya dan fasilitasi pelayanan kesehatan haji.
Bidang Pendayagunaan Sumber daya dan Fasilitasi Pelayanan Kesehatan Haji
terdiri atas :
a. Subbidang Pendayagunaan Sumber Daya Kesehatan Haji; mempunyai
tugas melakukan penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan
pelaksanaan di bidang pendayagunaan sumber daya kesehatan haji. dan
b. Subbidang Fasilitasi Pelayanan Kesehatan Haji. mempunyai tugas
melakukan penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan di
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 9
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019 ditetapkan
visi dan misi, yang sama dengan visi dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong” sebagaimana tergambar pada gambar 3 berikut:
Gambar 3. Visi dan Misi Presiden RI sebagai Landasan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015–2019
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa setiap kementerian
perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang mengacu pada Rencana
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 10 ditetapkannya RPJMN 2015-2019 maka Kementerian Kesehatan menyusun
Renstra Tahun 2015-2019.
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program
Indonesia Sehat dengan sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah:
(1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak;
(2) meningkatnya pengendalian penyakit;
(3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan;
(4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu
Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan;
(5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin;
(6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu:
(1) paradigma sehat, yaitu pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi
pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif
preventif dan pemberdayaan masyarakat;
(2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan
akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan
mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care
dan intervensi berbasis risiko kesehatan;
(3) jaminan kesehatan nasional jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan
strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya.
Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 misi pembangunan yaitu:
1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan
wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan
sumber daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai
negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 11 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan
sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat
dan berbasiskan kepentingan nasional, serta
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Dalam rencana strategis Kementerian Kesehatan terdapat 12 program
Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat dan
meningkatkan responsiveness dan perlindungan masyarakat terhadap risiko
sosial dan finansial bidang kesehatan seperti gambar 4 berikut:
Gambar 4. Program Kesehatan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Keduabelas program tersebut dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan
bersama dengan Pemerintah Daerah, masyarakat dan Lintas Program terkait.
Sasaran kegiatan peningkatan kesehatan Jemaah haji
B. Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Kesehatan Haji
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) adalah ukuran keberhasilan unit kerja Pusat
Kesehatan Haji dalam mencapai tujuan dan merupakan ikhtiar hasil berbagai
Program dan Kegiatan sebagai penjabaran tugas dan fungsi Pusat Kesehatan
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 12 kinerja yang berada pada perspektif manfaat bagi Jemaah haji yang
menunjukkan peran utama Pusat Kesehatan Haji dalam tanggungjawabnya
meningkatkan pelayanan kesehatan haji.
Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Kesehatan Haji adalah Presentase jemaah
haji yang mendapatkan pembinaan istithaah (kemampuan) kesehatan haji
dengan definisi operasional Jumlah jemaah haji yg telah mendapat penilaian
istithaah kesehatan haji paling lambat 1 (satu) bulan sebelum hari pertama
jemaah tiba di embarkasi /quota tahun berjalan x 100%, berdasarkan data
siskohatkes. Target tahun 2017 IKK Pusat Kesehatan Haji adalah 70%, dengan
sasaran meningkatnya pembinaan kesehatan jemaah haji mencapai istithaah.
(Renstra Kemenkes 2015-2019).
C. Tujuan
Dalam penyelenggaraan kesehatan haji seperti yang tercantum dalam
Permenkes Nomor 62 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji
terdapat 5 tujuan penyelenggaraan haji, yang meliputi:
(1) mencapai kondisi isthithaah kesehatan Jemaah haji;
(2) mengendalikan faktor risiko;
(3) menjaga kondisi Jemaah haji dalam keadaan sehat selama di Indonesia, di
perjalanan dan di tanah suci;
(4) mencegah transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa oleh Jemaah
haji dari dan ke luar Indonesia;
(5) peran serta masyarakat dengan melibatkan keluarga.
Penyelenggaraan kesehatan haji dilaksanakan dalam bentuk pembinaan,
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 13
Gambar 5. Penyelenggaraan Kesehatan Haji
D. Strategi Penyelenggaraan Kesehatan Haji
Pada tahun 2017 Pusat Kesehatan Haji melaksanakan strategi
penyelenggaraan kesehatan haji yaitu :
a. Penguatan penyelenggaraan kesehatan terhadap Jemaah haji,
b. Penguatan kapasitas kepada Petugas kesehatan haji dan
c. Implementasi kebijakan istithaah kesehatan haji.
E. Penetapan Kinerja Pusat Kesehatan Haji
1. Pelayanan Kesehatan Haji
a. Pembimbingan Kesehatan Jemaah Haji
Pembinaan kesehatan haji yang tepat guna diperoleh dari
serangkaian kegiatan terkait dengan pembinaan kesehatan jemaah
haji pada tahun anggaran 2017. Serangkaian kegiatan tersebut telah
ditetapkan melalui RKA-KL Pusat Kesehatan Haji Kementerian
Kesehatan tahun 2017.
Setiap kegiatan untuk mencapai pembinaan kesehatan haji yang
tepat guna memiliki tujuan, sasaran dan output masing-masing yang
ditetapkan dalam kerangka acuan kerja atau Terms of Reference
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 14 anggaran 2017 antara lain Jemaah haji dengan masa tunggu 2 tahun
sebelum keberangkatan, petugas pengelola kesehatan haji Dinas
Kesehatan provinsi, kabupaten/kota, kantor kesehatan pelabuhan,
petugas pemeriksa kesehatan jemaah haji, asosiasi pemerhati haji,
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH).
Penetapan kegiatan beserta sasaran, tujuan dan ouputnya secara
rinci dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
1) Pembekalan pembinaan Kesehatan Haji bagi petugas
kabupaten/kota.
2) Petunjuk teknis penyuluhan dan pembimbingan kesehatan haji.
3) Penyusunan Permenkes Penyelenggaraan Kesehatan Umrah.
4) Advokasi dan kemitraan dengan asosiasi dan atau praktisi haji
umrah (KBIH/PIHK/AKHI/PERDOKHI).
5) Evaluasi nasional penyelenggaraan kesehatan haji.
Tabel 1. Kegiatan Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Rencana Kerja Sasaran Tujuan Output
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 15
Rencana Kerja Sasaran Tujuan Output
terkoordinasi
b. Pengendalian Faktor Risiko Kesehatan Haji.
Kegiatan Pengendalian Faktor Kesehatan Haji terdiri dari :
1) Sosialisasi Haji Sehat.
Sosialisasi haji sehat yang dilakukan pada Jemaah haji yang akan
berangkat minimal 2 tahun masa tunggu dengan tujuan untuk
menyiapkan kondisi kesehatan Jemaah haji agar mencapai
istithaah dari sisi kesehatannya.
2) Gelang risti.
Penandaan jemaah haji risiko tinggi dengan memberikan gelang
yang terdiri dari warna hijau untuk jemaah haji yang berusia ≥60
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 16 dengan penyakit) dan warna merah untuk jemaah haji yang berusia ≥60 tahun dengan penyakit.
3) Seminar Kesehatan Haji.
Seminar kesehatan haji dilakukan sebagai upaya untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat
khususnya calon cemaah haji dan juga petugas kesehatan tentang
kesehatan haji.
Seminar membahas isu-isu terkini mengenai kesehatan haji seperti
istithaah kesehatan haji, sengatan panas, Mers CoV dan
masalah-masalah lain yang mempengaruhi kesehatan jemaah haji.
Kegiatan seminar ini direncanakan dilakukan sebanyak 2 kali
dengan melibatkan stake holder, organisasi masyarakat dan
organisasi profesi dalam upaya meningkatkan kesehatan jemaah
haji.
4) Pemantauan Hygiene sanitasi asrama haji dan katering bagi
jemaah haji.
Pemantauan Hygiene sanitasi asrama haji dan katering bagi
jemaah haji 6 bulan dan satu minggu sebelum masa operasional
dan masa operasional haji yang dilakukan pada 13 asrama haji
embarkasi/debarkasi haji.
5) Monitoring Faktor Risiko Kesehatan Haji di embarkasi dan
debarkasi haji.
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang optimal kepada
jemaah haji dan pengendalian faktor risiko kesehatan baik penyakit
menular maupun tidak menular perlu dilakukan monitoring selama
masa operasional penyelenggaraan haji di embarkasi dan
debarkasi haji, baik embarkasi/debarkasi utama maupun antara.
Saat ini ada 13 embarkasi utama yaitu; Aceh, Medan, Batam,
Padang, Palembang, Jakarta, Bekasi, Semarang, Surabaya,
Banjarmasin, Balikpapan, Ujung Pandang dan Lombok, sedangkan
embarkasi antara ada di 5 lokasi yaitu, Jambi, Bengkulu, Lampung,
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 17 6) Aplikasi Haji Sehat.
Pusat Kesehatan Haji meluncurkan Aplikasi Haji Sehat untuk
memberikan layanan informasi kesehatan haji yang mudah dan
cepat kepada jemaah haji. Jemaah haji dapat menggunakan
handphone berbasis android untuk menggunakan aplikasi ini.
7) Kartu Kesehatan Haji Elektronik.
Pusat Kesehatan Haji mengembangkan kartu kesehatan haji
elektronik yang dipergunakan sebagai identitas jemaah haji dan
dapat menampilkan data kesehatan jemaah haji.
c. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Haji.
Pelayanan Kesehatan Haji Berbasis Data Siskohatkes
Pelayanan Kesehatan Haji sesuai Permenkes nomor 15 tahun
2016 terdiri dari 3 (tiga) tahap pemeriksaan. Hasil pemeriksaan
tersebut selanjutnya dientry kedalam siskohatkes. Cakupan hasil
pemeriksaan kesehatan tahap II yang dientry ke dalam siskohatkes
merupakan indikator kinerja Pusat Kesehatan Haji.
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan cakupan hasil
pemeriksaan dan pembinaan kesehatan yang dientry ke dalam
siskohatkes, dilakukan pertemuan di 34 provinsi. Pertemuan tersebut
dihadiri oleh pengelola program di Dinas Kesehatan Provinsi,
Kabupaten/Kota, Puskesmas, dan Kantor Kesehatan Pelabuhan
(KKP).
Output dari keputusan tersebut adalah terselenggaranya
pertemuan di 34 provinsi, untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan
dan kapasitas pengelola program kesehatan haji yang dapat
mendongkrak cakupan entry hasil pemeriksaan dalam siskohatkes.
d. Pendayagunaan Sumber Daya Kesehatan Haji.
Pelayanan kesehatan haji sangat tergantung dengan ketersediaan
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 18 bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat
kesehatan, serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang
dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan.
Sumber daya kesehatan sangat penting dalam mendukung
penyelenggaraan kesehatan haji di tanah air, selama perjalanan
ke/dari tanah suci, maupun di Arab Saudi.
1) Pertemuan Sumber Daya Pelayanan Kesehatan.
Kegiatan pertemuan sumber daya pelayanan kesehatan
menghasilkan usulan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan haji.
Untuk meningkatkan mutu dan kecukupan sediaan farmasi dan
logistik kesehatan haji diperlukan perencanaan kebutuhan obat dan
perbekalan kesehatan (perbekkes) haji, sehingga tersedia obat
esensial dan perbekalan kesehatan yang aman, bermanfaat, bermutu
dalam jumlah dan jenis yang cukup. Proses penyediaan obat dan
perbekkes bekerja sama dengan Direktorat Tata Kelola Obat Publik
dan Perbekkes melaksanakan proses pengadaan berdasarkan usulan
Pusat Kesehatan Haji.
Berkaitan dengan peningkatan pengelolaan obat dan perbekalan
kesehatan haji di Arab Saudi, maka dilakukan pertemuan integrasi dan
koordinasi sistem pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan haji.
Pertemuan bertujuan mendapatkan masukan dan usulan sistem
pelaporan obat dan perbekkes sesuai dengan situasi dan kondisi
pelayanan kesehatan haji di Arab Saudi.
2) Pertemuan Revisi Permenkes Rekutmen PKHI.
Untuk mendukung pelaksanaan rekrutmen petugas kesehatan haji
maka diperlukan revisi Permenkes 25 Tahun 2013 tentang Pedoman
Rekrutmen PKHI, karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 19
2. Penyediaan PKHI selama Operasional Haji
Petugas Kesehatan Haji Indonesia (PKHI) harus memenuhi
persyaratan kompetensi, pengalaman, integritas, dan dedikasi yang
dilakukan melalui seleksi secara professional. Oleh karena itu
pelaksanaan rekrutmen PKHI dilaksanakan berdasarkan asas keadilan,
transparan, profesionalitas dan akuntabilitas.
PKHI terdiri dari Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang
menyertai jemaah di kelompok terbang (kloter) dan Panitia Penyelenggara
Ibadah Haji (PPIH) bidang kesehatan yang melakukan pelayanan
kesehatan kepada jemaah haji di Arab Saudi. TKHI terdiri dari dokter dan
perawat, sedangkan PPIH Bidang Kesehatan terdiri dari Tim Promotif dan
Preventif (TPP) yang akan fokus pada proses pembinaan kesehatan, Tim
Gerak Cepat (TGC) yang fokus bertugas pada perlindungan terhadap
jemaah haji, dan Tim Kuratif Rehabilitatif (TKR), fokus bertugas pada
pelayanan kesehatan.
Jumlah dan komposisi PKHI haruslah tepat dan sesuai, guna
menunjang pelayanan kesehatan haji yang baik. Kebutuhan akan PKHI
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 20 Dokter Perawat
1 NANGGROE ACEH DARUSSALAM BTJ 11 22
2 SUMATERA UTARA MES 22 44
3 SUMATERA BARAT PDG 12 24
4 BENGKULU 4 8
5 SUMATERA SELATAN PLM 16 32
6 BANGKA BELITUNG 3 6
7 LAMPUNG JKG 19 38
8 DKI JAKARTA 20 40
9 BANTEN 24 48
10 JAWA TENGAH SOC 86 172
11 DAISTA YOGYAKARTA 9 18
12 KALIMANTAN SELATAN BDJ 12 24
13 KALIMANTAN TENGAH 5 10
14 KALIMANTAN TIMUR BPN 6 12
15 KALIMANTAN UTARA 1 2
26 NUSA TENGGARA BARAT LOP 10 20
27 JAWA BARAT JKS 96 192
28 RIAU BTH 11 22
29 KALIMANTAN BARAT 6 12
30 KEPULAUAN RIAU 3 6
31 JAMBI 7 14
32 JAWA TIMUR SUB 80 160
33 BALI 2 4
34 NUSA TENGGARA TIMUR 1 2
JUMLAH 507 1014
NO. PROVINSI EMBARKASI KUOTA
Tabel 2. Distribusi & Kebutuhan Tenaga TKHI dan PPIH Tahun 2017
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 21 9 Dokter Spesialis Jantung dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 22
Rekrutmen Tenaga Pendukung Kesehatan (TPK)
Salah satu tenaga pelayanan kesehatan yang diperlukan pada saat
operasional haji di Arab Saudi adalah TPK. Pengaturan pengadaan TPK dalam
penyelenggaraan kesehatan haji di Arab Saudi bertujuan untuk memperoleh TPK
yang berintegritas, profesional, jujur, dan bertanggungjawab sesuai dengan
tugas yang diberikan, guna menjamin kualitas penyelenggaraan pelayanan
kesehatan haji di Arab Saudi. TPK terdiri atas:
a. Tenaga penghubung rumah sakit;
b. Tenaga pendamping orang sakit;
c. Tenaga kebersihan;
d. Tenaga evakuasi;
e. Tenaga gerak cepat;
f. Tenaga pendukung penyuluh kesehatan;
g. Tenaga perbekalan kesehatan;
h. Tenaga pengemudi;
i. Tenaga administrasi; dan
j. TPK lainnya.
Langkah awal pengadaan TPK ini dengan melakukan pengumuman
penerimaan TPK terlebih dahulu secara online melalui website Pusat
Kesehatan Haji. Selanjutnya calon pendaftar TPK melakukan registrasi
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 23 Haji, dengan alamat www.puskeshaji.kemkes.go.id/rekrutmen. Kemudian
mengisi formulir registrasi yang telah disediakan, membuat nomor akundan
mengupload berkas kelengkapan dokumen.
Seleksi administrasi online dilaksanakan oleh tim pengadaan TPK
dengan melakukan verifikasi dokumen sesuai dengan persyaratan,
nominasi calon peserta ujian tertulis, tes EBA, wawancara dan ujian praktek.
Hasil seleksi calon TPK diumumkan melalui website rekrutmen.
Penyelenggaraan pelatihan dilaksanakan oleh satuan kerja pada
Kementerian Kesehatan yang memiliki tugas dan fungsi di bidang pelatihan
berkoordinasi dengan unit/satuan kerja Kementerian Kesehatan yang
menyelenggarakan urusan di bidang kesehatan haji.
Tabel 3. Daftar Tenaga Pendukung Kesehatan (TPK) 2017
NO JENIS TUGAS JUMLAH
1. Pendamping Orang Sakit 35
2. Perawat 5
3. TGC 20
4. TPP 19
5. Pengemudi Ambulance 48
6. Pengemudi Operasional 14
7. Pengemudi TPP 4
8. Administrasi Perhajian 8
9. Tenaga Perbekalan Kesehatan 6
10.. Tenaga Kebersihan 14
11. Tenaga Rekam Medis 6
12. Tenaga Administrasi Perbekes 3
13. Tenaga Administrasi Bidang 3
14. Mekanik 1
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 24
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA 2017
A. Akuntabilitas Kinerja Pusat Kesehatan Haji
Presentase jemaah haji yang mendapatkan pembinaan istithaah
(kemampuan) kesehatan haji satu bulan sebelum masa operasional pada tahun
2017 sebesar 84,90%. Hal ini melebihi target indikator yaitu sebesar 70%.
Capaian hasil pemeriksaan tahap II jemaah haji perpropinsi sebagaimana
gambar 6 berikut:
Gambar 6. Capaian hasil pemeriksaan tahap II kesehatan jemaah haji berdasarkan tempat pemeriksaan
Pencapaian indikator kegiatan peningkatan kesehatan jemaah haji adalah
persentase jemaah haji yang telah mendapatkan penilaian istitaah kesehatan haji
dan dientry kedalam siskohatkes satu bulan sebelum operasional. Persentase
diperoleh dari total jumlah Jemaah haji regular yang diperiksa dan di-entry dalam
siskohatkes pada satu bulan sebelum operasional dengan denominator sebesar
204.000 orang (jumlah jemaah haji reguler). Capaian terbesar diperoleh provinsi
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 25 Dari hasil pemeriksaan kesehatan, status istithaah kesehatan jemaah haji
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji sebesar 70,60%.
2. Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji Dengan Pendampingan
sebesar 29,02%.
3. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji Untuk Sementara sebesar
0,30%.
4. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji sebesar 0,08%.
Dari seluruh jemaah haji yang diperiksa terdapat 128.666 (63,4%) jemaah risiko
tinggi.
B. Capaian Kinerja Pusat Kesehatan Haji tahun 2017
1. Pelayanan Kesehatan Haji
a. Pembimbingan Kesehatan Jemaah Haji.
Persiapan kesehatan Jemaah Haji sebelum berangkat ke tanah suci
dilakukan dengan pembimbingan dan pembinaan yang dilakukan secara
terpadu dengan melibatkan lintas sektor dan program.
Pembimbingan merupakan proses penyampaian informasi,
komunikasi, dan edukasi secara terencana, sistematis dan
berkesinambungan terhadap jemaah haji sehingga dapat meningkatkan
kondisi kesehatan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan; sedangkan
pembinaan merupakan serangkaian kegiatan deteksi dini penyakit,
pembimbingan kesehatan, penyuluhan kesehatan, konseling yang
terpadu, terencana, terstruktur, dan terukur baik di Indonesia maupun di
Arab Saudi.
i) Kebijakan pemeriksaan dan pembinaan kesehatan jemaah haji
Kegiatan pemeriksaan dan pembinaan kesehatan jemaah haji
harus didukung oleh kebijakan atau peraturan yang mendukung
pelaksanaannya. Kegiatan pemeriksaan dan pembinaan
terstandarisasi dari pusat hingga ke tingkat kabupaten/kota sehingga
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 26 Terdapat beberapa Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
yang telah ditetapkan dan diimplementasikan dalam program
kesehatan haji, antara lain:
a. Permenkes Nomor 15 Tahun 2016 tentang Istithaah Kesehatan
Jemaah Haji.
b. Permenkes Nomor 62 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Kesehatan Jemaah Haji.
c. Permenkes Nomor 21 Tahun 2017 tentang pengadaan Tenaga
Pendukung Kesehatan dalam operasional kesehatan haji di
Arab Saudi.
Selain kedua Permenkes diatas, juga telah disusun:
1. Juknis Pemeriksaan dan Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
sebagai penjelasan dari Permenkes Nomor 15 Tahun 2016.
2. Juknis Vaksin Meningitis Meningokokus.
3. Juknis Penatalaksanaan penyakit kardiovaskuler pada jemaah
haji.
4. Juknis Penatalaksanaan penyakit paru dan saluran pernafasan
pada jemaah haji.
5. Media advokasi dan promosi istithaah kesehatan jemaah haji.
6. Media rilis kesehatan haji tahun 2017.
ii) Pembinaan terhadap petugas
Pembinaan terhadap petugas dilaksanakan dengan kegiatan
pembekalan operasional pembinaan kesehatan haji kepada petugas
kesehatan kabupaten/kota dan puskesmas. Pesertanya terdiri dari
pengelola program kesehatan haji, pengelola program penyakit tidak
menular dan pengelola kesehatan olah raga di dinkes kabupaten/kota
serta KBIH yang tergabung di kabupaten/kota. Kegiatan ini sudah
dilaksanakan di 3 lokasi, yaitu wilayah barat (Provinsi Jawa Barat,
Banten dan DKI jakarta), wilayah tengah (Provinsi Jawa tengah dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 27 petugas yang mengikuti pertemuan sebanyak 119 orang. Berikut data
jumlah petugas yang mendapatkan pembekalan operasional
pembinaan kesehatan haji di 3 lokasi.
Tabel 4. Distribusi Pembekalan Operasional Petugas Pembina Kesehatan Haji di Kabupaten/Kota
No Provinsi Jumlah
1 Jawa Barat 27
2 Banten 8
3 DKI Jakarta 6
4 Jawa tengah 35
5 DI Yogyakarta 5
6 Jawa Timur 38
Total 119
iii) Pembinaan terhadap jemaah haji.
• Pembinaan di Indonesia
Pembinaan kesehatan Jemaah haji dilaksanakan berdasarkan
hasil pemeriksaan kesehatan. Pembinaan kesehatan dilaksanakan
kepada seluruh Jemaah haji, baik yang resiko tinggi (risti) maupun
non risti. Pembinaan yang dilakukan setelah pemeriksaan tahap
pertama adalah pembinaan masa tunggu.
Setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan tahap pertama,
dilanjutkan pemeriksaan kesehatan tahap kedua yang dilaksanakan
setelah diumumkan kuota keberangkatan pada tahun berjalan.
Rekomendasi pemeriksaan kesehatan tahap kedua menghasilkan
rekomendasi/penetapan kriteria istithaah. Jemaah haji yang tidak
memenuhi syarat istithaah kesehatan, diusulkan untuk ditunda atau
tidak perlu diberangkatkan. Pembinaan kesehatan setelah
pemeriksaan kesehatan tahap kedua ini adalah pembinaan
kesehatan masa keberangkatan. Pembinaan masa keberangkatan
adalah pembinaan yang dilakukan setelah jemaah haji melakukan
pemeriksaan kesehatan tahap kedua sampai keberangkatan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 28 jemaah haji yang telah memiliki kuota keberangkatan, artinya Jemaah
tersebut sudah dipastikan akan berangkat tahun berjalan, setelah
memperoleh konfirmasi keberangkatan dari Kementerian Agama.
Kegiatan pembinaan kesehatan yang dapat dilakukan pada masa
keberangkatan adalah sebagai berikut:
1) Konseling.
Konseling dilaksanakan di puskesmas atau rumah sakit oleh
tenaga kesehatan berupa pemberian nasehat dan informasi terkait
penyakit yang diderita oleh jemaah haji. Salah satu tujuan
konseling adalah mengendalikan faktor risiko penyakit yang
terdapat pada jemaah haji sehingga jemaah haji menyadari
faktor-faktor risiko yang ada pada dirinya dan ikut berperan aktif menjaga
kesehatannya.
2) Latihan Kebugaran.
Latihan kebugaran dilaksanakan oleh puskesmas bekerjasama
dengan organisasi masyarakat. Bentuk latihan kebugaran antara
lain:
a. Jalan Sehat;
b. Senam Haji Sehat;
c. Senam Lansia;
d. Senam Jantung Sehat;
e. Senam Kesegaran Jasmani;
f. Aklimatisasi.
3) Pemanfaatan Posbindu.
Jemaah haji dapat mengikuti program Posbindu (Pos
Pembinaan Terpadu) yang dibentuk oleh masyarakat dan dibina
oleh Puskesmas. Posbindu akan memberikan pembinaan
kesehatan, cek tekanan darah, test gula darah, lingkar perut, berat
badan, tinggi badan dan Index Massa Tubuh. Jemaah haji akan
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 29 4) Kunjungan rumah.
Pembinaan istithaah kesehatan haji dilaksanakan melalui
kegiatan kunjungan rumah oleh petugas kesehatan secara berkala
melakukan pembinaan kepada Jemaah haji dan memberdayakan
keluarganya sehingga tercapai peningkatan status kesehatan
Jemaah haji. Kunjungan rumah dapat diintegrasikan dengan
program keluarga sehat dan program perawatan kesehatan
masyarakat.
5) Bimbingan Manasik kesehatan Haji.
Manasik haji diselenggarakan oleh Kementerian Agama.
Pemerintah daerah cq Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat
bekerjasama dalam pelaksanaan manasik kesehatan. Manasik
kesehatan haji berisi pesan kepada Jemaah haji agar berperilaku
hidup bersih dan sehat antara lain istirahat cukup, tidak merokok,
makan makanan bergizi, mengelola stress dan cuci tangan pakai
sabun serta memahami kondisi perjalanan, cuaca dan lingkungan
di Arab Saudi.
6) Pembinaan Terpadu Jemaah Haji.
Merupakan bentuk pembinaan yang terintegrasi antara
Kementerian Kesehatan dengan Kementerian Agama.
Kementerian kesehatan sendiripun merupakan integrasi dari
berbagai program yaitu program posbindu, latihan kebugaran, dan
kesehatan haji. Kegiatan sehari dilaksanakan di luar ruangan dan
di dalam ruangan. Kegiatan di luar ruangan dimulai di pagi hari yaitu
deteksi dini penyakit tidak menular yang dilanjutkan dengan
pengukuran kebugaran dan senam haji sehat. Acara kemudian
berpindah ke dalam ruangan yang diisi dengan materi terkait
ibadah dari Kementerian Agama dan materi penyuluhan kesehatan
dari Kementerian Kesehatan.
Pembinaan terpadu Jemaah haji merupakan kegiatan yang
menyatukan kegiatan Pemeriksaan Kesehatan (Tekanan Darah,
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 30 program posbindu. Pengukuran Kebugaran dengan menggunakan
metode Rockport, dan Senam Haji Sehat merupakan kegiatan
Kesehatan kerja dan olahraga. Penyuluhan Kesehatan Haji bagian
dari Promosi Kesehatan.
Kegiatan advokasi dan kemitraan dengan organisasi
masyarakat dan organisasi profesi.
Telah dilakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU)
antara Pusat Kesehatan Haji dengan:
a. Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI).
b. Perhimpunan Kardiologi Indonesia (PERKI).
Selain kerjasama dengan organisasi profesi, Pusat Kesehatan
Haji juga melakukan pembinaan kesehatan kepada jemaah haji.
Pembinaan kesehatan jemaah haji dilaksanakan dengan kegiatan
di luar ruangan dan di dalam ruangan. Kegiatan di luar ruangan
dengan melaksanakan pengukuran kebugaran bagi jemaah haji
yang sebelumnya dilaksanakan pemeriksaan tekanan darah, suhu,
nadi, gula darah dan kolesterol. Apabila ada hasil dari pemeriksaan
kesehatan jemaah haji yang tidak memungkinkan mengikuti
pengukuran kebugaran dengan metode Rockport, maka jemaah
haji tersebut dilakukan pengukuran kebugaran dengan metode six
minutes walking test.
Setelah melaksanakan pemeriksaan kesehatan dan
pengukuran kebugaran, maka jemaah haji masuk ke ruang
pertemuan untuk pembimbingan dan penyuluhan kesehatan di
dalam ruangan pertemuan. Penyuluhan kesehatan meliputi
perilaku hidup bersih dan sehat, aklimatisasi, cara memelihara
kesehatan sebelum, selama dan setelah melaksanakan ibadah
haji.
Pembinaan kesehatan Jemaah Haji di Indonesia sudah
dilaksanakan di 65 lokasi dengan jumlah jemaah haji sebanyak
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 31 jumlah jemaah haji masing–masing yang mendapatkan pembinaan
kesehatan haji.
Merupakan bentuk pembinaan yang terintegrasi antara
Kementerian Kesehatan dengan Kementerian Agama.
Kementerian kesehatan sendiripun merupakan integrasi dari
berbagai program yaitu program posbindu, latihan kebugaran, dan
pusat kesehatan haji. Tujuan dari pembinaan Kesehatan jemaah
haji untuk Mencapai Istithaah Kesehatan.
Adapun hasil dari pembinaan yang telah dilaksanakan dapat
terlihat dalam bentuk grafik pada gambar 7 dibawah ini, bahwa
kriteria yang memenuhi Syarat lebih banyak jika dibandingkan
dengan Kriteria Tidak Memenuhi Syarat Sementara.
Gambar 7. Jemaah Haji berdasarkan kriteria Istithaah Kesehatan
• Pembinaan Kesehatan di Arab Saudi
Pembinaan kesehatan di Arab Saudi adalah pembinaan
yang dilakukan sejak jemaah haji tiba di Arab Saudi, selama
melaksanakan ibadah haji sampai dengan keberangkatan kembali
ke Indonesia. Pembinaan kesehatan dilaksanakan oleh Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bidang Kesehatan bekerjasama
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 32 Pembinaan kesehatan haji selama di Arab Saudi
diselenggarakan di KKHI, Sektor, Pemondokan jemaah haji,
fasilitas lain yang memungkinkan perluasan jangkauan layanan,
dan di perjalanan.
Pembinaan kesehatan haji di Arab Saudi dilaksanakan oleh
TKHI, PPIH Arab Saudi Bidang Kesehatan, dan Tenaga
Pendukung Kesehatan.
b. Pengendalian Faktor Risiko Kesehatan Haji.
1. Sosialisasi Haji Sehat.
Sosialisasi Haji Sehat merupakan upaya Pemerintah dalam
mempersiapkan Jemaah Haji sekaligus melaksanakan
implementasi Istithaah Kesehatan Jemaah Haji sehingga Jemaah
Haji tetap sehat dan dapat melaksanakan ibadah haji sesuai
dengan Rukun Haji, Wajib Haji dan Syarat Haji.
Selama tahun anggaran 2017 telah dilaksanakan kegiatan
Sosialisasi Haji Sehat di 65 kabupaten/kota dengan jumlah jemaah
sebanyak 11.130 orang.
2. Gelang Risti.
Penandaan risiko tinggi kepada jemaah haji dengan
memberikan gelang yang terdiri gelang warna hijau, kuning dan
merah. Gelang warna hijau diberikan kepada jemaah haji yang
berumur lebih dari 60 tahun dan tidak memiliki risiko penyakit
tertentu, gelang warna kuning diberikan kepada jemaah haji yang
berumur kurang dari 60 tahun tetapi memiliki risiko penyakit
tertentu dan Gelang warna merah diberikan kepada jemaah haji
yang berumur lebih dari 60 tahun dan memiliki risiko penyakit
tertentu.
Jumlah gelang penanda jemaah risti berwarna hijau
sebanyak 12.570 buah, warna kuning sebanyak 61.653 dan warna
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 33 didistribusikan ke 13 embarkasi haji dan diberikan kepada jemaah
haji risti pada saat berada di embarkasi menjelang keberangkatan
ke tanah suci.
3. Monitoring Faktor Risiko Kesehatan Haji di embarkasi dan
debarkasi haji.
Monitoring faktor risiko kesehatan haji bertujuan
mengidentifikasi dan mengendalikan serta mengeleminasi faktor
risiko yang terjadi di embarkasi dan debarkasi haji baik saat pra
operasional maupun pada saat operasional haji.
Selama masa pra-operasional dan operasional
penyelenggaraan kesehatan haji telah dilakukan monitoring
sebanyak 26 kali. Monitoring dilakukan ke 13 embarkasi utama,
yaitu embarkasi Banda Aceh, Batam, Medan, Padang, Palembang,
Jakarta pondok gede, Jakarta bekasi, Solo, Surabaya,
Banjarmasin, Balikpapan, Makasar, dan Lombok.
4. Pemantauan Hygiene sanitasi asrama haji.
Penyelenggaraan kesehatan lingkungan dilaksanakan
dengan berkoordinasi Kantor kesehatan Pelabuhan, Balai Teknis
Kesehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan kabupaten/kota, dinas
kesehatan provinsi, dan Kementerian Agama.
Kegiatan Inspeksi kesehatan lingkungan tahap pertama
adalah melakukan pemantauan hygiene sanitasi asrama haji pada
saat 6 bulan sebelum jemaah haji masuk asrama haji.
Sasaran kegiatan terdiri dari 13 embarkasi utama dan 5
embarkasi antara dengan total 18 embarkasi, adapun capaiannya
88,9% (16 embarkasi).
Kegiatan inspeksi kesehatan lingkungan tahap kedua dan
ketiga dilaksanakan pada saat satu minggu sebelum jemaah
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 34 haji dan selama jemaah haji berada di asrama haji saat
embarkasi/debarkasi.
5. Seminar Kesehatan Haji.
Sebagai upaya mengingkatkan pengetahuan dan
pemahaman petugas kesehatan dan jemaah haji, telah dilakukan
seminar kesehatan sebanyak 2 kali, yaitu seminar kesehatan lanjut
usia dan seminar menghadapi wabah kolera dengan melibatkan
WHO.
Seminar kesehatan lanjut usia dilaksanakan di Bandung
pada tanggal 13 Juli 2017 dengan mengundang jemaah haji usia
lanjut. Selain kegiatan seminar kesehatan juga dilakukan
pemeriksaan kesehatan dan senam lansia.
Seminar menghadapi wabah kolera dilaksanakan di Jakarta
pada tanggal 14 Agustus 2017 di Jakarta. Seminar ini dilaksanakan
sebagai bentuk antisipasi dan kesiapsiagaan pemerintah dalam
menghadapi wabah kolera yang terjadi di Yaman menjelang
operasional haji tahun 1438 H/ 2017 M.
6. Aplikasi Haji sehat.
Aplikasi haji sehat dimaksudkan untuk memberikan layanan
informasi kesehatan haji yang mudah dan cepat kepada jemaah
haji. Materi-materi penyuluhan kesehatan dapat diakses oleh
jemaah haji dalam aplikasi ini. Materi penyuluhan antara lain:
a. pencegahan penularan penyakit,
b. mencegah kelelahan dan sengatan panas,
c. tips antisipasi MersCov,
d. panduan sehat berhaji,
e. pembinaan dan pemeriksaan kesehatan haji.
Aplikasi ini dapat digunakan dengan memanfaatkan handphone
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 35 ini merupakan pengembangan teknologi informasi yang
dicanangkan agar publik dapat memperoleh informasi terkait
kesehatan haji.
Gambar 8. Aplikasi Haji Sehat
7. Kartu Kesehatan Jemaah Haji.
Sejak Tahun 2017, dikembangkan kartu kesehatan haji elektronik.
kartu tersebut berisi data kesehatan jemaah haji yang terkoneksi
dengan sistem komputerisasi haji terpadu bidang kesehatan
(SISKOHATKES). Terdapat efektifitas dan efisiensi dalam
penggunaan kartu kesehatan haji elektronik tersebut. Hal ini
dilakukan sebagai pengembangan teknologi informasi dalam
penyelenggaraan kesehatan haji.
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 36 c. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Haji
Pelayanan Kesehatan Haji Berbasis Data Siskohatkes
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Haji Berbasis Data Siskohatkes telah
dilaksanakan di 20 provinsi dengan rata-rata peserta per-provinsi sekitar
20 orang. Adapun Indikator Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Jemaah
Haji yang diinput kedalam Siskohatkes tercapai sebesar 84,9%, artinya
berhasil mencapai diatas target tahun 2017 sebesar 70%.
Kendala selama pelaksanaan adalah:
• Perubahan siskohatkes dari Gen 3 menjadi Siskohatkes SHAR’I untuk menyesuaikan dengan Permenkes nomor 15 tahun 2016. • Data estimasi keberangkatan Jemaah haji dari Kanwil Kemenag terlambat diterima oleh dinkes kabupaten/kota, sehingga
pemeriksaan kesehatan dan pembinaan Jemaah haji belum bisa
dilaksanakan.
• Sebagian besar pengelola program kesehatan haji di dinkes kabupaten/kota merupakan petugas yang baru (mengalami
rotasi pegawai) dan belum mendapat pelatihan input data dan
pengelolaan data Siskohatkes.
Adapun upaya antisipasi yang dilaksanakan untuk mengatasi kendala
tersebut adalah sebagai berikut:
• Melakukan penyegaran pelatihan siskohatkes SHAR’I kepada pengelola program kesehatan haji di dinkes kabupaten/kota. • Menyiapkan data jemaah haji yang akan diberangkatkan, dan
menjalin hubungan baik dengan Kantor Kemenag
kabupaten/kota, sehingga bila ada kendala mengenai data
jemaah dapat langsung dikoordinasikan.
• Untuk petugas Siskohatkes yang belum mendapat pelatihan Siskohatkes, maka dilakukan pelatihan bagi Petugas
Siskohatkes kabupaten/kota di 34 provinsi tahun 2016.
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 37 melaksanakan sosialisasi ataupun menganggarkan pelatihan
penggunaan aplikasi siskohatkes kepada petugas yang belum
mendapat pelatihan. Pusat Kesehatan Haji juga melakukan
bimbingan teknis kepada petugas siskohatkes di
kabupaten/kota.
d. Pendayagunaan Sumber Daya Kesehatan Haji
Pertemuan Sumber Daya Pelayanan Kesehatan
Untuk memenuhi kebutuhan perbekalan kesehatan dan alat habis
pakai, dilakukan pertemuan penyusunan usulan kebutuhan tersebut yang
dilaksanakan pada tanggal 30 – 31 Januari 2017 di Hotel Mercure Cikini
Jakarta dengan melibatkan Ditjen Faralkes, Pusat Kesehatan Haji, Dinas
Kesehatan Provinsi, Kab/Kota, KKP, Mantan PPIH dan TKHI. Hasil
pertemuan ini berupa usulan kebutuhan perbekes dan alat habis pakai.
Pertemuan integrasi dan koordinasi sistem pengelolaan obat haji
dan perbekkes dalam siskohatkes dilaksanakan di Hotel Ibis Arcadia
Jakarta tanggal 7 – 8 Desember 2017 dan di Hotel Mercure Jakarta pada
tanggal 14 – 15 Desember 2017. Pertemuan dihadiri oleh Inspektorat
Jenderal, Direktorat Pelayanan Kefarmasian, Direktorat Tata Kelola Obat
Publik dan Perbekkes, dan Pusat Kesehatan Haji.
Pertemuan penyusunan revisi Permenkes Rekrutmen PKHI
dilakasanakan 3 kali yaitu :
2. Pertemuan Penyusunan Revisi PMK Rekrutmen PKHI I
dilaksanakan pada tanggal 2 - 4 Oktober 2017 di Hotel Ibis Style, Bogor.
Peserta adalah Pusat Kesehatan Haji, Biro Hukum dan Organisasi, Biro
Kepegawaian, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dan Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Dari hasil pertemuan ini didapatkan draft
permenkes tentang pengadaan petugas kesehatan haji, dan draft petunjuk
teknis permenkes tentang pengadaan petugas kesehatan haji.
3. Pertemuan Penyusunan Revisi PMK Rekrutmen PKHI II
dilaksanakan pada tanggal 5 - 6 Desember 2017 di Hotel Ibis Jakarta.
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 38 hasil pertemuan ini didapatkan draft revisi permenkes dan juknis
permenkes disatukan dan dijadikan sebagai lampiran permenkes.
Sementara dihasilkan draft permenkes tentang pengadaan tim kesehatan
haji indonesia dan panitia penyelenggara ibadah haji Arab Saudi bidang
kesehatan.
4. Pertemuan Penyusunan Revisi PMK Rekrutmen PKHI III
dilaksanakan tanggal 14 Desember 2017 di Hotel Mercure Cikini Jakarta.
Peserta adalah Pusat Kesehatan Haji, Biro Hukum dan Organisasi. Dari
hasil pertemuan ini didapatkan draft permenkes baru tentang pengadaan
tim kesehatan haji indonesia dan panitia penyelenggara ibadah haji Arab
Saudi bidang kesehatan. Draft ini masih perlu penyempurnaan dalam hal
alur dan penempatan PPIH. Karena terbatasnya waktu sehingga perlu
pembahasan lebih lanjut pada tahun berikutnya.
Penyusunan LAKIP dilaksanakan melalui pertemuan yang
dilaksanakan di Puri Avia Bogor pada tanggal 24 – 26 September 2017,
dengan mengundang Inspektorat Jenderal dan Biro Perencanaan sebagai
narasumber dan peserta dari seluruh pegawai Pusat Kesehatan Haji.
2. Penyediaan PKHI selama Operasional Haji
a. Sekretariat Rekrutmen PKHI
Rekrutmen PKHI
1) Penyelenggara rekrutmen PKHI ditetapkan melalui Surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/MENKES/560/2016 tanggal 2
November 2016 tentang Tim Rekrutmen Petugas Kesehatan Haji
Indonesia Tahun 1438H/2017M.
2) Pendaftaran Online Rekrutmen PKHI
Pendaftaran dilakukan secara online oleh pendaftar melalui alamat
website rekrutmen: puskeshaji.depkes.go.id/rekrutmen.
Pendaftaraan online dimulai dari pembuatan akun, yang sudah
dapat dilakukan oleh peminat sejak bulan Desember tahun 2013. Dan
sampai tanggal 25 September 2017 tercatat sudah sebanyak 63.976
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 39 Pendaftar yang melengkapi data dan mendaftar pada periode
tahun 1438H/2017M memiliki Nomor Formulir 1438xxxxxx tercatat
sebanyak 6.560 orang (4.554 TKHI dan 2.006 PPIH), pendaftaran
dimulai sejak tanggal 01 Februari 2016 sampai tanggal 11 Desember
2016.
Pendaftar yang telah mengambil NF1438xxxxxx melakukan tes
potensi secara online mulai dari tanggal 08 November 2016 sampai 11
Desember 2016.
Pendaftar yang mengikuti registrasi online secara tuntas sampai
memiliki nomor registrasi NR1438xxxxxx tercatat sebanyak 4.685
orang (3.165 TKHI dan 1.520 PPIH), pengambilan nomor registrasi
dibuka mulai tanggal 30 November 2016 sampai 11 Desember 2016.
3) Seleksi Berkas Rekrutmen PKHI
Proses seleksi berkas dilakukan secara serentak oleh Panitia
Penyelenggara Pusat dan Panitia Penyelenggara Provinsi,
dilaksanakan mulai tanggal 5 s/d 31 Januari 2017. Total berkas yang
diseleksi sebanyak 4.685 berkas (3.165 TKHI dan 1.520 PPIH), dan
sebanyak 3.630 berkas (2.482 TKHI dan 1.148 PPIH) dinyatakan lulus
proses seleksi.
4) Tes Psikometri
Pendaftar yang lulus seleksi berkas mengikuti tes psikometri di RS
pelaksana tes psikometri, dilaksanakan mulai tanggal 28 Februari s/d
20 Maret 2017 sebanyak 3.567 orang(2.442 TKHI dan 1.125 PPIH).
5) Nominasi dan Penetapan Peserta Latih
Pendaftar yang lulus tes psikometri dilakukan seleksi kembali
melalui proses nominasi peserta latih. Nominasi TKHI daerah
dilakukan oleh Panitia Penyelenggara Rekrutmen TKHI Provinsi;
sedangkan nominasi PPIH dan TKHI pusat dilakukan oleh Panitia
Penyelenggara Rekrutmen PKHI Pusat. Sebanyak 1.792 orang (1.524
TKHI dan 268 PPIH), peserta latih TKHI dan PPIH ini ditetapkan
melalui Surat Keputusan Kepala Pusat Kesehatan Haji No.
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 40 HK.02.07/3/1012/2017 tanggal 12 Mei 2017. Dalam Surat Keputusan
Pusat Kesehatan Haji tersebut peserta latih diharuskan untuk dapat
ikut serta dalam pembinaan jemaah haji di lingkungan domisili
masing-masing.
6) Penempatan dan Penetapan
Penempatan tenaga TKHI daerah dilakukan oleh Penyelenggara
Rekrutmen TKHI Provinsi, penempatan TKHI Pusat dan PPIH
dilakukan oleh Panitia Penyelenggara Rekrutmen PKHI Pusat mulai
tanggal 5 – 10 Juli 2017. PenempatanTKHI sesuai dengan kloter (total
507 kloter, terdiri dari 507 Dokter dan 1.013 Perawat) keberangkatan
jemaah haji di masing-masing embarkasi. Penempatan PPIH sesuai
dengan Daerah Kerja dan Jenis Tenaga Kesehatan.Sebanyak 1.521
TKHI (507 Dokter dan 1.013 Perawat) ditetapkan melalui Surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.HK.01.07/MENKES/355/2017
tanggal 21 Juli 2017. Sebanyak 268 PPIH ditetapkan melalui Surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.HK.01.07/III/186/2017 tanggal 14
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 41
Dokter Perawat
1 NANGGROE ACEH DARUSSALAM BTJ 11 22
2 SUMATERA UTARA MES 22 44
3 SUMATERA BARAT PDG 12 24
4 BENGKULU 4 8
5 SUMATERA SELATAN PLM 16 32
6 BANGKA BELITUNG 3 6
7 LAMPUNG JKG 19 38
8 DKI JAKARTA 20 40
9 BANTEN 24 48
10 JAWA TENGAH SOC 86 172
11 DAISTA YOGYAKARTA 9 18
12 KALIMANTAN SELATAN BDJ 12 24
13 KALIMANTAN TENGAH 5 10
14 KALIMANTAN TIMUR BPN 6 12
15 KALIMANTAN UTARA 1 2
26 NUSA TENGGARA BARAT LOP 10 20
27 JAWA BARAT JKS 96 192
28 RIAU BTH 11 22
29 KALIMANTAN BARAT 6 12
30 KEPULAUAN RIAU 3 6
31 JAMBI 7 14
32 JAWA TIMUR SUB 80 160
33 BALI 2 4
34 NUSA TENGGARA TIMUR 1 2
JUMLAH 507 1014
NO. PROVINSI EMBARKASI KUOTA
Tabel 5. Distribusi & Pengerahan TKHI dan PPIH
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 42 9 Dokter Spesialis Jantung dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 43 Tim Asistensi
NO. JENIS TENAGA KKH MAKKAH MADINAH TIM
MOBILE TOTAL
1 KETUA 1
2 SEKRETARIS 1
3 KOORDINATOR TGC 1
4 ASISTENSI TPP DAN TGC 1
5 KOORDINATOR TPP 1
6 ASISTENSI TPP 1
7 PENDAMPING 1
8 PENDAMPING 1
Subtotal 8
TOTAL 268
b. Pembekalan Terintegrasi PKHI
Guna merumuskan kesepakatan dan kesamaan persepsi fasilitator
dan penyelenggara dalam pelaksanaan Pembekalan Terintegrasi
Petugas Kesehatan Haji, dilaksanakan Pertemuan Koordinasi Persiapan
Pembekalan Petugas Kesehatan Haji Kloter (TOT dan TOC) pada tanggal
4 – 7 April 2017 di Hotel Sultan Jakarta yang melibatkan Pusat Kesehatan
Haji, 13 Kanwil Kementerian Agama Provinsi Embarkasi, 13 Dinas
Kesehatan Provinsi Embarkasi, 18 KKP Embarkasi, 14 Balai Pelatihan
Kesehatan di Provinsi Embarkasi dan Unit di Kementerian Kesehatan.
Pelaksanaan pembekalan terintegrasi TKHI dilaksanakan di
Asrama Haji 13 Embarkasi oleh Panitia Pembekalan TKHI Bidang
Kesehatan dengan Kanwil Kemenag Provinsi. Pembekalan dilaksanakan
selama 10 hari. Jadwal dan jumlah peserta dapat dilihat pada tabel 6
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 44
Tabel 6. Jadwal Pelatihan TKHI Berdasarkan Embarkasi
Pembekalan terintegrasi PPIH dilaksanakan di Asrama Haji
Pondok Gede pada tanggal 13 – 22 Juni 2017 oleh Panitia Pembekalan
PPIH Bidang Kesehatan dengan Kementerian Agama. Pembekalan
dilaksanakan selama 10 hari dengan jumlah peserta latih sebanyak 268
orang.
Tahun 2017, PPIH dikelompokkan dalam tiga tim yaitu Tim Promotif
Preventif (TPP), Tim Kuratif Rehabilitatif (TKR) dan Tim Gerak Cepat
(TGC). Masing-masing tim diberikan materi pelatihan sebagai bekal dalam
penugasannya sebagai tim tersebut.
c. Penugasan PKHI ke Arab Saudi
Pemberangkatan dan penugasan TKHI sesuai dengan
pemberangkatan kloter penempatan di embarkasi masing-masing.
Pemberangkatan dan Penugasan PPIH dibagi dalam beberapa
pemberangkatan sesuai dengan daerah Kerja. Total TKHI yang
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 45 Rekrutmen Tenaga Pendukung Kesehatan (TPK)
TPK yang direkrut pada tahun 2017 sejumlah 186 orang dengan
distribusi tenaga pendukung kesehatan sebagaimana terlihat pada tabel
berikut.
Tabel 7. Distribusi Tenaga Pendukung Kesehatan
NO JENIS TUGAS JUMLAH
1. Pendamping Orang Sakit 35
2. Perawat 5
3. TGC 20
4. TPP 19
5. Pengemudi Ambulance 48
6. Pengemudi Operasional 14
7. Pengemudi TPP 4
8. Administrasi Perhajian 8
9. Tenaga Perbekalan Kesehatan 6
10.. Tenaga Kebersihan 14
11. Tenaga Rekam Medis 6
12. Tenaga Administrasi Perbekes 3
13. Tenaga Administrasi Bidang 3
14. Mekanik 1
TOTAL 186
C. Analisis Capaian Kinerja
Analisis Keberhasilan Kinerja
Sesuai dengan Renstra Kemenkes, target kinerja satuan kerja Pusat
Kesehatan Haji adalah Jumlah jemaah haji yang telah mendapat penilaian
istithaah kesehatan haji paling lambat 1 (satu) bulan sebelum hari pertama
jemaah tiba di embarkasi dibagi quota jemaah haji tahun berjalan dikali 100%
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 46 jemaah haji Indonesia 221.000 orang, sebanyak 204.000 merupakan jemaah haji
regular dan 17.000 yang merupakan haji khusus (PIHK).
Pada tahun 2017, target kinerja Pusat Kesehatan Haji adalah sebanyak
142.800 (70% x 204.000) jemaah haji reguler telah melakukan pemeriksaan
kesehatan haji tahap II dan mendapatkan penilaian istithaah sebelum tanggal 27
juni 2017 (1 bulan sebelum sebelum hari pertama jemaah tiba di embarkasi).
Adapun target Indikator kinerja Pusat Kesehatan Haji dari tahun 2015 s.d
2017 serta capaian hasil pemeriksaan kesehatan haji tahap II dan penilaian
istithaah di masing-masing provinsi tahun 2017dapat dilihat pada grafik dan tabel
berikut:
Tabel 8. Target Indikator Kinerja Pusat Kesehatan Haji dan Realisasi
No Tahun
Anggaran
Target
Indikator Realisasi
1 2015 60% 60%
2 2016 65% 65,68%
3 2017 70% 84,90%
4 2018 75% ?
5 2019 80% ?
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 47
CAKUPAN ENTRY PEMERIKSAAN TAHAP II
PER TANGGAL 27 JUNI 2017 (INDIKATOR NASIONAL PER TANGGAL 27 JUNI ADALAH 70%)
NO PROVINSI JEMAAH ENTRY PEMERIKSAAN TAHAP II
KUOTA JEMAAH
(SK KEMENAG) CAKUPAN ENTRY
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 48 Pencapaian indikator kegiatan peningkatan kesehatan jemaah haji adalah
persentase jemaah haji yang telah mendapatkan penilaian istitaah kesehatan haji
dan dientry kedalam siskohatkes satu bulan sebelum operasional. Persentase
diperoleh dari total jumlah Jemaah haji regular sebesar 204.000 orang. Pada
grafik dan tabel diatas terlihat capaian terbesar diperoleh provinsi Yogyakarta
yang mencapai lebih dari 100%. Capaian provinsi Yogyakarta dan Riau dapat
lebih dari 100% karena ada dua kemungkinan:
1. Ada jemaah haji dari provinsi diluar Yogyakarta yang melakukan
pemeriksaan di provinsi Yogyakarta. Sehingga hasil pemeriksaannya
menjadi cakupan provinsi Yogyakarta.
2. Jemaah haji cadangan pun melakukan pemeriksaan kesehatan haji tahap
II, sehingga total jemaah yang melakukan pemeriksaan melebihi kuota
jemaah haji di provinsi Yogyakarta.
Dari grafik dan tabel cakupan diatas dapat disimpulkan bahwa pada tahun
2017 Pusat Kesehatan Haji telah mencapai indikator yang tertuang dalam
Renstra yaitu sebesar 84.9%, capaian tersebut melebihi target yang telah
ditetapkan sebesar 70%.
a. Faktor pendukung.
1) Adanya Peningkatan koordinasi, jejaring kerja serta kemitraan antar
instansi pemerintah dan pemangku kepentingan baik di pusat, propinsi
maupun kabupaten/kota. Termasuk dalam melakukan sosialisasi haji
sehat dengan melibatkan legislatif, lintas program dan lintas sektor.
2) Adanya kesadaran jemaah haji untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
dan mengikuti pembinaan kesehatan haji.
3) Kerja keras tim pemeriksa kesehatan jemaah haji di puskesmas serta
pengelola program kesehatan haji di kabupaten/kota dan provinsi.
4) Terdapatnya tools untuk pencatatan dan pelaporan (Siskohatkes).
5) Adanya kebijakan tentang pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji
(PMK No. 15 Tahun 2016 dan No. 62 Tahun 2016, Juknis PMK No. 15
Tahun 2016, Surat Edaran Menteri Agama dan Surat Edaran Menteri
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LKj) – Pusat Kesehatan Haji 49 b. Impact dari keberhasilan.
1) Meningkatnya kualitas layanan kesehatan haji dengan pembinaan
kesehatan sejak dini.
2) Terdapatnya status kesehatan jemaah haji, sehingga ada kesadaran
jemaah haji untuk menjaga/memperbaiki status kesehatan dengan
mengikuti pembinaan kesehatan haji.
3) Jemaah dapat mempersiapkan jasmaninya agar selalu sehat dan kuat
sehingga dapat melaksanakan perjalanan dan mudah melakukan proses
ibadah haji.
c. Tantangan utama penyelenggaraan kesehatan haji tahun 2017.
1) Jumlah jemaah haji menjadi 221.000 orang sementara lebih dari 2/3 nya
dengan status kesehatan resiko tinggi dan sepertiganya berusia diatas 60
tahun.
2) Pergeseran jumlah jemaah perkloter yang semula berkisar 380 orang
menjadi sebagiannya diangkut dengan pesawat lebih besar yaitu
mencapai 450 jemaah perkloter.
1. Pelayanan Kesehatan Haji
a. Pembimbingan Kesehatan Jemaah Haji.
Berdasarkan capaian kegiatan-kegiatan pembinaan kesehatan
haji, terlihat adanya perbedaan antara penetapan rencana kegiatan
dengan hasil yang dicapai. Perbedaan tersebut terlihat pada jumlah
peserta dan jumlah lokasi kegiatan.
Dengan ditetapkannya Permenkes Nomor 15 Tahun 2016 Tentang
Istithaah Kesehatan Jemaah Haji, tetap perlu dilakukan peningkatan
upaya pembinaan kesehatan Jemaah haji walaupun untuk tahun 2017
sudah melampaui target yang tercantum dalam Renstra Kementerian
Kesehatan Tahun 2015 – 2019 (Target: 70 % dengan Capaian: 84,90%).
Untuk daerah/wilayah dengan cakupan pemeriksaan kesehatan