• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kupdf.net makalah hak tanah terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kupdf.net makalah hak tanah terhadap "

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tanah sebagai salah satu unsur utama dari ekosistem mempunyai peran ganda sebagai media produksi pangan dan sandang serta obat-obatan juga sebagai penyangga utama terciptanya lingkungan yang sehat serta berperan dalam menjaga keragaman biodiversity. Tanah yang merupakan tubuh alam yang dihasilkan dari berbagai proses dan faktor pembentuk yang berbeda dari satu tempat ke tempat lainya dan dengan demikian akan memerlukan mananjemen berbeda pula untuk tetap menjaga keberlanjutan fungsi-fungsi tanah tersebut (Lopulisa, 2004).

Tanah merupakan medium alam untuk pertumbuhan tanaman. Tanah menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk pertumbuhan. Selanjutnya unsur hara diserap oleh akar tanaman melalui daun dirubah menjadi persenyawaan organik seperti karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain yang amat berguna bagi kehidupan manusia dan hewan. Sering kali kita mendengar adanya gerakan air dalam tanah misalnya gerakan air dari tanah yang masuk ke dalam akar tanaman dan tekanan air dari bendungan adalah contoh dari air berenergi tinggi ke daerah air berenergi rendah. Dengan demikian, perlu diketahui tenaga yang menentukan keadaan fisik atau kandungan energi air agar dapat dipahami perilaku air dalam tanah dan tumbuhan.

(2)

air tanah maka kekuatan tanah akan semakin rendah dan sebaliknya jika semakin rendah kadar air tanah maka kekuatan tanah akan semakin tinggi. Selain itu, kekuatan tanah juga dipengaruhi oleh bulk density, struktur dan tekstur tanah.

Kekuatan tanah juga mempengaruhi sifat pengelolaan tanah dilapangan. Pengelolaan tanah akan mudah dilakukan jika kekuatan tanah rendah dan sebaliknya jika kekuatan tanah tinggi maka pengelolaan tanah akan sulit.

Test kekuatan tanah dapat dilakukan melalui pengukuran ketahanan penetrasi (penetration resistence), ketahanan geser (shear strength), ketahanan terhadap kondisi (compressive strength), ketahanan tarik (tensile strength), dan ketahanan ”retak” (rupture strength). Pemilihan jenis pengukuran mana yang akan dilakukan tergantung pada tujuan pengukuran dan ketersediaan alat. Walaupun semua pengukuran berguna, penetration resisten dan tensile strength adalah yang paling banyak digunakan untuk kepentingan pertanian. Kedua parameter kekuatan tanah ini misalnya dapat dikaitkan denga pertumbuhan akar atau pengompakan tanah (Gusli, 2008).

Laju pergerakan air melalui tanah sangat penting dilihat dari berbagai aspek kegiatan pertanian dan kehidupan di pedesaan atau perkotaan. Masuknya air ke dalam tanah, pergerakan air ke akar tanaman, aliran air ke saluran drainase atau sumur, dan evaporasi air dari permukaan tanah adalah beberapa contoh yang jelas dimana laju pergerakan air memegang peranan penting. Sifat tanah yang menentukan karakteristik aliran air adalah Konduktivitas hidrolik dan retensi air (Gusli, 2008).

(3)

kemampuan tanah menyimpan air dan kemudahan melepaskannya. Tiap jenis tanah dalam melalukan air berbeda-beda hal ini di sebabkan karena setiap tanah memiliki tekstur dan struktur yang berbeda-beda sehingga mengakibatkan kondisi aliran tidak jenuh pada suatu limpasan tanah yang bertekstur sedang atau lambat bukanya merangsang ke dalam profil bahkan sebenarnya menghambat aliran. Menurut ( Susanto, 2000 ) Air yang masuk kedalam tanah tidak dapat menjadi jenuh karena laju aliran terbatas melalui limpasan atas yang kurang permeabel pada kehantaran hidrolik jenuh lapisan bawah yang lebih besar.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui potensi, karakteristik, msalah, kelembagaan dan rekomendasi pengelolaan tanah. Kegunaan adalah sebagai bahan informasi mengenai potensi, karakteristik, msalah, kelembagaan dan pengelolaan tanah yang ada di indonesia.

(4)

A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Tanah

Banyak batasan (defenisis) yang dibuat orang tentang tanah. Defenisi yang dukemukan disini adalah merupakan kombinasi yang dibuat oleh Jooffe dan Marbut yang termasuk dua ahli ilmu tanah yang berkebangsaan dari Amerika Serikat. Tanah adalah Tubuh Alam (natural body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam (natural froces) terhadap bahan-bahan alam (natural material) di permukaan bumi.

Secara umum tanah tersusun dari empat komponen utama, 25 % ruang pori-pori (pore space) terdiri atas udara , 25 % ruang pori-pori (pore space) terdiri atas air, 45 % Fase padat (bahan mineral), 5 % bahan Organik. Dalam kondisi alam, Perbandingan antara udara dan air selalu berubah-ubah tergantung pada iklim dan faktor lainnya (Hakim, 1986).

Tanah yang terbetuk dipermukaan bumi secara langsung atau tidak, berkembang dari bahan mineral dan batuan-batuan. Melalui proses pelapukan, baik secara fisik maupun kimia dibantu oleh pengaruh atmosfer, maka batu-batuan berdisintegrasi dan terdisintegrasi menghasilkan bahan induk lepas dan selanjutnya, dibawa pengaruh proses-proses pedogenetik berkembang menjadi tanah (hakim 1986), dan di ikuti oleh proses pencampuran bahan organik dan bahan mineral dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan dari bahan-bahan tanah dari bagian atas tanah ke bagian bawah dan berbagai proses lain yang dapat menghasilkan horizon-horizon tanah (Hardjowigeno, 2007).

(5)

pembentukan unsur tanah sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme 3) Bahan Induk; Susunan kimia dan mineral bahan induk sangat mempengaruhi intensitas pelapukan dan sifat tanah 4) Relief; Perbedaan tinggi atau bentuk wilayah atau bentang lahan, dan 5) Waktu; Banyaknya waktu untuk membentuk tanah berbeda-beda, tergantung struktur batuan. Pada Gunung Krakatau letusan tahun 1983, membentuk horizon A setebal 25 cm selama 100 tahun (1883-1983) pada kondisi tidak terjadi erosi. Jika bagian yang terjadi erosi Lapisan horizon A setebal 5 cm (Hardjowigeno, 2007).

2. Potensi dan Penggunaan Tanah Di Indonesia.

Luas daratan idonesia lebih kuarang 190,923 ribu hektare. Dari data tersebut berdasarakan data penggunaan tanah tahun 2002, 64% telah digunakan untuk berbagai kegiatan pembangunan tanah. Pemukiman industri, berikut seluruh fasilitas penunjangnya serta pertambangan non-konsesi menempati tanah dengan luasan lebih kurang 5,5 juta hektare atau sekitar 2,9 persen dari luas daratan. Luas keseluruhan luas tanah pertanian adalah sekitar 47,4 juta hektare yang terdiri dari sawah seluas 7,8 juta hektare dan pertaniaan tanaman kering seluas 39,6 juta hektare. Penggunaan tanah yang terluas adalah hutan yang meliputi areal seluas116 juta hektare atau 64 persen dari total luas daratan.

(6)

Ditinjau dari norma-norma tata ruang yang universal penggunaan tanah dikedua pulau tersebut sudah tidak memenuhi persyaratan. Untuk pulau Sumatra persentase tanah yang telah dimanfaatkan adalah 54 persen, dimana sebagian besar yaitu sekitar 50 persen digunakan untuk perkebunan. Persentase luas tanah yang dimanfaatkan pulau Kalimantan, papua serta Maluku relatif masih renadah yaitu berturut-turut sebesar 30 persen dan 19 persen.

(7)

Sumatra, pulau Kalimantan dan papua mengalami penyusutan luas terbesar yakni berturut-turut seluas 8,49 juta hektare, 3,71 juta hektare dan 109 juta hektare.

Lahan sawah yang dikonversi menjadi lahan pertanaian yang bukan sawah di 8 provensi seluas 30,2 ribu ha dan yang dikonversi menjadi lahan yang bukan pertanaian sebesar 4,5 ribu ha. Lahan sawah yang dikonversi menajdi lahan pertaniaan paling tinggi terjadi di Sumatra sebesar 11,9 ribu ha, dan lahan sawah yang dikonversi menjadi lahan bukan pertanian tertinggi terjadi terjadi di provinsi jawa timur sebesar 2,07 ribu ha. Sementara konversi dari lahan pertanian menjadi lahan sawah adalah seluas 7,42 ribu ha. Dan dari lahan non pertanian menjadi sawah seluas 2,21 ribu ha. Tingginya konversi lahan sawah juga berhubungan dengan lokasi (locational land rent) yang lebih tinggi dari nilai kualitasnya (ricardian rent), yaitu lahan sawah dengan kesuburan tinggi, didaerah yang dekat dengan kosentrasi penduduk akan kalah bersaing dengan keuntungan lokasinya (location land rent) (Arsyad, 2008).

3. Karakteristi, Masalah dan Penyebaran Tanah

Menurut USDA 1998 Ordo-ordo tanah beserta garis besar karakteristik dan penyebarannya adalah sebagai berikut:

(8)

perkebunan. Tingkat kesuburannya (secara kimiawi) tergolong baik. pH-nya rata-rata mendekati netral dan KB > 35%. Di seluruh dunia diperkirakan Alfisol penyebarannya meliputi 10% daratan.

2. Andisol : yaitu tanah yang pembentukannya melalui proses-proses pelapukan yang menghasilkan mineral-mineral dengan struktur kristal yang cukup rapih. Mineral-mineral ini mengakibatkan Andisol memiliki daya pegang terhadap unsur hara dan air yang tinggi. Tanah ini umumnya dijumpai di daerah-daerah yang dingin (pada ketinggian di atas 1000 m dpl) dengan tingkat curah hujan yang sedang sampai tinggi, terutama daerah-daerah yang ada hubungannya dengan material volkanik.

Andisol cenderung menjadi tanah yang cukup produktif, terutama setelah diberi masukan amelioran (seperti pupuk anorganik). Andisol seringkali dimanfaatkan orang untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan sayur-sayuran atau bunga-bungaan (seperti di daerah Lembang Kabupaten Bandung). Andisol diperkirakan meliputi sekitar 1% dari luas permukaan daratan dunia di luar daratan es.

(9)

4. Entisol : adalah tanah tanpa atau dengan sedikit perkembangan dimana-sifat-sifatnya sebagaian besar ditentukan oleh bahan induk. Terjadi di daerah dengan bahan induk dari pengendapan material baru atau di daerah-daerah tempat laju erosi atau pengendapan lebih cepat dibandingkan dengan laju pembentukan tanah; seperti daerah bukit pasir, daerah dengan kemiringan lahan yang curam, dan daerah dataran banjir. Pertanian yang dikembangkan di tanah ini umumnya adalah padi sawah secara monokultur atau digilir dengan sayuran/palawija. Entisol diperkirakan terdapat sekitar 16% dari permukaan daratan bumi, di luar daratan es.

5. Gelisol : adalah tanah yang terbentuk dalam lingkungan permafrost (lingkungan yang sangat dingin). Dinamakan Gelisol, karena terbentuknya dari material Gelic (campuran bahan mineral dan organik tanah yang tersegregasi es pada lapisan yang aktif). Belum banyak penelitian yang dilakukan terhadap jenis tanah ini, dan sehubungan dengan kondisinya yang berada pada iklim yang ekstrim, diperkirakan tidak ada Gelisol yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanaman. Diperkirakan penyebarannya meliputi sekitar 9% daratan permukaan bumi.

(10)

7. Inceptisol : adalah tanah-tanah yang menyebar mulai di lingkungan iklim semiarid (agak kering) sampai iklim lembap. Memiliki tingkat pelapukan dan perkembangan tanah yang tergolong sedang . Umumnya tanah ini bekembang dari formasi geologi tuff volkan, namun ada juga sebagian yang terbentuk dari batuan sedimen seperti batu pasir (sandstone), batu lanau (siltstone), atau batu liat (claystone). Merupakan tanah yang berkembang belum matang (immature) dimana proses pedogenesis baru dimulai. Penggunaan untuk pertanian beraneka ragam hutan, rekreasi, yang berbahaya adalah yang mengandung horizon sulfurik (cat clay).

Pemanfaatannya pun oleh manusia bervariasi sangat luas pula, mulai untuk bercocok tanam hortikultura tanaman pangan, sampai dikembangkan sebagai lahan-lahan perkebunan besar seperti sawit, kakao, kopi, dan lain sebagainya, bahkan pada daerah-daerah yang eksotis, dikembangkan pula untuk agrowisata. Inceptisol menyusun sekitar 17% dari tanah dunia di luar daratan es.

(11)

Walaupun dikatakan subur (dengan kondisi yang dijelaskan di atas), namun intensitas pengelolaan dan pemanfaatannya relatif masih rendah. Mollisol diperkirakan meliputi luasan sekitar 7% dari tanah dunia.

9. Oxisol :adalah tanah yang telah mengalami pelapukan tingkat lanjut di daerah-daerah subtropis dan tropis. Kandungan tanah ini didominasi oleh mineral-mineral dengan aktivitas rendah, seperti kwarsa, kaolin, dan besi oksida. Merupakan tanah mineral yang kaya akan seskuioksida, telah mengalami pelapukan lanjut. Terdapat didaerah khatulistiwa. Dicirikan dengan adanya horizon oksik pada kedalaman <1,5 m. Banyak digunakan untuk perladangan dan subsistem. Tanah ini memiliki kesuburan alami yang rendah. Reaksi jenis tanah ini adalah masam, kandungan Al yang tinggi, unsur hara rendah, sehingga diperlukan pengapuran dan pemupukan serta pengelolaan yang baik agar tanah dapat menjadi produktif dan tidak rusak. Oxisol meliputi sekitar 8% dari daratan dunia. Adapun di Indonesia, banyak dijumpai di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

(12)

11. Ultisol : adalah tanah-tanah yang terbentuk di daerah yang lembap. Mengingat beberapa kendala dari tanah Ultisol, baik ditinjau dari segi fisik, kimia, maupun biologinya. Merupakan tanah dengan horizon argilik atau kandik bersifat masam dengan KB <35%, kadar Al tinggi merupakan penghambat untuk pertanian, maka tanah ini sebaiknya tidak digunakan untuk pertanian tanaman pangan terlalu intensif, dalam arti jangan ditanami tanaman semusim sepanjang tahun, tetapi perlu diselingi dengan tanaman pupuk hijau, serta lebih ditingkatkan penggunaan dan penanaman berbagai jenis tanaman leguminosa.Ultisol diperkirakan meliputi sekitar 8% dari lahan-lahan di dunia.

12. Vertisol: adalah tanah yang memiliki sifat khusus, yakni mempunyai sifat vertik, karena mengandung banyak mineral liat yang mudah mengembang apabila basah atau lembap, tetapi kembali mengerut apabila kering. Akibatnya, tanah ini seringkali mengalami perubahan volume dengan berubahnya kelembapan. Oleh karena itu, tanah ini dicirikan mempunyai rekahan yang membuka dan menutup secara periodik. Sifat fisiknya yang konsisten keras, menjadikan tanah ini termasuk berat untuk diolah. Merupakan tanah yang berkembang akibat adanya musim kering dalam setiap tahun, didaerah paling kering tanah hanya basah 1-2 bulan, didaerah paling basah tanah hanya kering

beberapa minggu, ciri2 : (1) Mengembang mengerut (2) Memiliki

slickenside, (3) Tofografi gilgai. Tanah ini diperkirakan meliputi 2% dari daratan

(13)

Peta Penyebaran Jenis Tanah Di Dunia (Sumber : LITBANG)

Gambar 1. Dari dua belas ordo tanah yang telah diuraikan di atas, dua ordo di antaranya yaitu Aridisol dan Gelisol tidak terdapat di bumi Indonesia, karena memang kedua jenis tanah ini berkembangnya di daerah-daerah dengan kondisi iklim ekstrem. Sedangkan ordo tanah yang lainnya telah dijumpai keberadaannya di Indonesia.

(1) ANALISIS

1. Kepekaan Tanah Terhadap Erosi

(14)

tanah oleh desakan-desakan kekuatan air dan angin, baik yang berlangsung secara alamiah maupun yang berlangsung dengan tindakan-tindakan manusia.

Suripin (2004) menyatakan bahwa, proses erosi terjadi tiga tahap yaitu, tahap pelepasan partikel tunggal dari massa tanah, tahap pengangkutan oleh media yang erosif seperti aliran air dan angin. Pada kondisi dimana energi tidak lagi cukup mengangkut partikel, maka akan terjadi tahap ketiga yaitu pengendapan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya erosi air, yang terpenting adalah: curah hujan, sifat-sifat tanah, lereng, vegetasi dan manusia (Harjowigeno, 2007). Faktor-faktor tersebut dinyatakan dalam persamaan deskriptif (Arsyad, 2006), sebagai berikut :

E = f ( I, r, v, t, m )

Dimana : E = Erosi; I = Iklim; f = Topografi ; v = Vegetasi; t = Tanah, dan m = Manusia. Di antara kelima faktor tersebut, faktor manusia paling menentukan apakah tanah yang diusahakannya akan rusak atau tidak produktif atau menjadi baik dan produktif secara lestari.

(15)

Gambar 2. Proses Terjadinya Erosi oleh Air

Secara fisik, tanah terdiri dari partikel-partikel mineral dan organik dengan berbagai ukuran, partikel-parrtikel tersusun dalam bentuk materi yang pori-porinya kurang lebih 50 %, sebagian terisi oleh air dan sebagian lagi terisi oleh udara. Secara esensial, semua penggunaan tanah dipengaruhi oleh sifat fisik

(16)

meliputi persentase kandungan pasir (0,1-2,0 mm), persentase pasir sangat halus (0,05-0,10 mm), persentase debu (0,002-0,05 mm), dan persentase tanah liat (<0,002), (Suripin, 2004).

2. Unsur organik, terdiri atas limbah tanaman dan hewan sebagai hasil proses dekomposisi. Unsur organik cenderung memperbaiki struktur dan bersifat meningkatkan permeabilitas tanah, kapasitas tampung air tanah, dan kesuburan tanah. Kumpulan organik diatas permukaan tanah dapat menghambat kecepatan air larian.

3. Struktur tanah, adalah susunan partikel-partikel tanah yang membentuk agregat tanah. Struktur tanah mempengaruhi kemampuan tanah dalam menyerap air tanah.

4. Permeabilitas tanah, menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur dan tekstur tanah serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menentukan permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi, dengan demikian, menurunkan laju air larian.

Faktor erodibilitas tanah menunjukan resistensi partikel tanah terhadap pengelupasan dan transportasi partikel-partikel tanah tersebut oleh adanya faktor kinetik air hujan, meskipun resistensi tersebut diatas akan tergantung pada topografi (Asdak, 2002).

(17)

Loss Equation (USLE). USLE memungkinkan perencana menduga laju rata-rata nilainya untuk setiap tempat dapat dinyatakan secara numerik.

Gambar 3. Skema Persamaan USLE (Arsyad, 2006) mengganggu atau mengadakan perlakuan terhadap sistem yang diteliti dimana

(18)

kegagalan seperti yang sering dialami pada eksperimentasi biasa tidak akan dialami (Suripin, 2004).

2.

Kelembagaan dan Kebijakan

Peraturan penataan ruang di Indonesia didasarkan pada Undang-Undang No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Sedangkan pengaturan keagrariaan didasarkan pada Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, dimana keduanya memiliki ruang lingkup pengaturan yang sama yaitu tanah, air dan ruang angkasa. Namun UUPA mengutamakan falsafat dan cita-cita bangsa untuk memanfaatkan tanah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dan lebih fokus kepada hubungan hukum antara perorangan dan badan hukum dengan tanah (Arsyad, 2008).

(19)

Aspek Sosial dan Kelembagaan Pengelolaan Tanah

Untuk mewujudkan agar pendayagunaan tanah dapat sesuai dengan amanah UUD 1945 pasal 33 dan UUPA No. 5 tahun 1960 yaitu memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, maka perencanaan pemanfaatan sumberdaya tanah harus dilakukan secara bijaksanan dengan mempertimbangkan faktor-faktor teknis, finasial, sosial dan pertimbangan lingkungan. Proses penyusunan pemanfaatan sumberdaya tanah harus dilakukan dengan melibatkan :

1. Masyarakat atau pihak-pihak pengguna dan pemerhati tanah sebelum tanah dikelola, artinya harus ada ijin dari badan pertanahan nasional (BTN) dan MKTI (Masyarakat Konservasi Tanah Indonesia).

2. Pemerintah pusat dan daerah.

3. Penyusunan program dan pelaksanaan konservasi tahah perlu dilakukan dengan model partisipasif, untuk membangun persepsi dan sikap kepedulian semua pihak yang terkait terhadap pelestarian tanah agar tetap berada pada produktivitas optimum.

3. Rekomendasi Pengelolaan

a. Manajemen Sumberdaya Lahan dalam Usaha Pertanian Berkelanjutan

(20)

akibat salah kelola lahan, konversi lahan pertanian produktif ke penggunaan non-pertanian, disparitas dan fragmentasi pemilikan lahan. Untuk menjamin keberlanjutan penyediaan bahan kebutuhan manusia tersebut dun mempengaruhi kualitas lingkungan serta melestarikan fungsi sumberdaya Iahan maka lahan pertanian harus dikelola menggunakan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan Pertanian berkelanjutan mempunyai cirri-ciri (1) mantap secara ekologis, (2) secara ekonomis berkelanjutan, (3) adil, (4) manusiawi, dan (5) luwes.

Pertanian berekelanjutan akan terwujud hanya apabila lahan digunakan untuk usaha pertanian yang tepat dengan cara penggunaan lahan berkelanjutan. Penggunaan lahan berkelanjutan mempunyai ciri-ciri (1) penggunaan sumberdaya lahan berorientasj jangka panjang, (2) dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan potensi untuk masa depan, (3) pendapatan masyarakat yang semakin meningkat, (4) kualitas lahan dipertahankan, atau bahkan dapat ditingkatkan, (5) dapat meningkatkan produktivitas dan kemampuan lahan, dan (6) mampu mempertahanican Iingkungan dan ancaman kerusakan secara fisik.

b. Konservasi Sumberdaya Lahan dalam Pemanfaatan Tanah

(21)

dan dapat mengancarn kehidupan manusia dengan terjadinya banjir dan pencemaran sumberdaya lahan.

Metode konservasi tanah meliputi penggunaan tumbuh-tumbuhan atau tanaman dan sisa-sisa tumbuhan /tanaman yang disebut metode vegetatif, dan manipulasi permukaan tanah dan pembangunan bangunan pencegah erosi yang disebut metode mekanik.

Metode vegetatif untuk konservasi tanah meliputi (1) penanaman dengan tumbuhan yang menututupi tanah terus-menerus, seperti penanaman tumbuhan hutan (pengutanan), penanaman rumput permanen, penananman tanaman tahunan dengan tanaman penutup tanah yang baik, (2) pergiliran tanaman, (3) penanaman dalam strip, (4) agroforestry (wanatani), (5) penggunaan sisa tanaman sebagai pupuk hijau dan mulsa, dan (6) penanaman saluran-saluran air dengan rumput, (7) penggunaan berbagai preparat kimia sintetik yang disebut soil conditioner, dan (8) penggunaan geotekstil.

(22)

Lahan kelas kemampuan I ( KKL I ) adalah lahan terbaik, sesuai untuk segala jenis pertanian dan semua keperluan manusia. KKL I terlatak pada lereng yang datar (lereng 0-3%), tanahnya dalam, drainase baik, dan tidak ada penghambat pertumbuhan tanaman, dan tidak ada penghamabat pekerjaan pengelolaan tanah. KKL I tidak memerlukan tindakan koservasi khusus, namun diperlukan upaya pemeliharaan kesuburan tanah seperti pemupukan dan penamambahan bahan organik kedalam tanah secara teratur.

LKK II adalah tanah yang landai sampai berombak (3-8%) dan/atau telah mengalami erosi ringan (<25% lapisan atas telah hilang), kedalaman sedang (>50 cm-90 cm). LKK II sesuai untuk segala keperluan manusia, termasuk untuk tanaman semusim, tanaman tahunan, padang rumput, hutan produksi dan sebagainya. Oleh karena itu, jika digunakan untuk pertanian tanaman semusim, agar tidak rusak, LKK II memerlukan tindakan koservasi tanah yang ringan seperti pergiliran tanaman, penggunaan mulsa, dan guludan bersaluran.

LKK III adalah tanah yang terletak pada lereng dangan kemiringan agak agak miring atau bergelombang (8-<15%), dan/atau kedalaman tanah dangkal (25-50 cm), peka erosi atau telah mengalami erosi yang agak berat. LKK III masih sesuai untuk pertanian tanaman semusim, tanaman tahunan, padang rumput, hutan produksi, atau hutan lindung/suakan alam. Jika digunakan untuk pertanian tanamam semusim, agar tidak mengalami kerusakan dan kehilangan fungsi hidrologinya, LKK III memerlukan tindakan koservasi yang cukup berat serperti pembuatan guludan bersaluran, teras berdasar lebar, atau kombinasi dari beberapa metode vegetatif.

(23)

hilang), dan atau kedalaman tanah yang dangkal (<50-25 cm). LKK IV dapat digunakan untuk tanaman semusim, tanaman pohon dengan tanaman penutup tanah yang baik, hutan produksi, padang pengembalaan (rumput), atau hutan lindung suaka alam. Jika digunakan untuk tanaman semusim, untuk menghidari kerusakan tanah dan kehilangan fungsi tanah, diperlukan metode konservasi yang lebih berat dari LKK III, seperti pembuatan teras bangku, rorak dan kombinasi berbagai metode vegetatif.

LKK V adalah tanah yang memiliki hamabatan penggunaan bukan oleh ancaman erosi akan tetapi oleh hambatan lain yang tidak praktis untuk dihilangkan sehingga membatasi pilihan penggunanya untuk pertanian. Tanah LKK V tidak sesuai untuk tanaman semusim, namun dapat digunakan untuk padang pengembalaan (rumput) intensif, hutan produksi, hutan lindung atau suaka marga satwa. LKK V adalah tanah yang terletak pada lereng datar, akan tetapi selalu tergenang air atau ancaman banjir, atau berbatu-batu, atau iklim yang kurang sesuai.

(24)

LKK VII adalah tanah yang terletak pada lereng curam (>45-65%) dan/atau telah mengalami erosi sangat berat (erosi parit). LKK VII tidak sesuai untuk tanaman semusim. Namun dapat digunakan untuk padang pengembalaan (rumput) terbatas, hutan produksi dengan upaya pencegahan erosi, dan terbaik adalah untuk hutan lindung /suaka alam.

LKK VIII adalah tanah yang terletak pada lereng snagat curam (>65%) dan/atau berbatu-batu, atau padang pasir. LKK VIII tidak sesuai untuk usaha produksi pertanian apapun, sebaiknya LKK VIII dibiarkan pada keadaan alami, dan diperuntukan sebagai hutan lindung atau suaka alam atau areal rekreasi. Contoh LKK VIII adalah : (1) lahan berlereng > 65%, (2) lahan terdiri atas batu-batu massif atau batu-batu lepas, dan (3) pasir pantai atau padang pasir.

c. Pemanfaatan Lahan dalam Perspektif Penataan Ruang

Perspektif tata ruang sangat menentukan orientasi tata kelola penggunaan lahan. Dan perspektif tata ruang, isu-isu pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan dayadukung lingkungan, konversi pemanfatan lahan yang tidak terkendali, dan pengaturan pemanfatan lahan yang tidak efisien, ini merupakan isu utama dalarn pemanfaatan lahan. Akibat dan isu-isu tersebut yang kita rasakan saat ini adalah semakin berkurangnya ketersediaan sumber air baku, baik air permukaan maupun air bawah tanah (terutama di perkotaan), tumbuhnya kawasan kumuh di perkotaan, terjadinya banjir pada musirn hujan dan kekeringan pada musim kemarau, terjadinya kemacetan lalu lintas di perkotaan yang telah sampai pada taraf menurunkan produktivitas masyarakat dan rnenghambat arus barang dan jasa.

(25)

penyelenggaraan penataan ruang, termasuk dalam pengaturan pemanfaatan lahan agar sesuai dengan rencana tata ruang. Beberapa langkah penting yang sudah dan tengah dilakukan antara lain adalah (a) revisi Undang-Undang Nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang yang dirasakan tidak tegas dalam memberikan arahan bagi penyelenggara, dengan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, (b) penyiapan norma, standar, pedoman dan manual bidang penataan ruang, (c) pengawasan penyelenggaraan penataan ruang, dan (d) penegakan hukum (law enforcement).

d. Aspek Keagrariaan dalam Pengelolaan Tanah

Sebagai sumberdaya agraris, maka pengertian tanah dalam arti luas meliputi tanah sebagai lahan, air (perairan) dan ruang angkasa sepanjang terkait secara langsung dengan penggunaan tanah. Dalarn konteks ini tanah merupakan suatu kesatuan multidimensional yang meliputi dimensi fisik, kirnia, biologi, sosial, ekonomi, politik dan magis-religius. Setiap dimensi tanah secara sendiri-sendiri ataupun secara bersama-sama mempunyai potensi memberikan kesejahteraan bagi umat manusia. Kerumitan dimensi tanah menyebabkan harga pasar tanah tidak mampu mencerminkan “nilai tanah yang sesungguhnya” bagi masyarakat yang rasional dan bermartabat. Lebih lanjut fenomena ini menyebabkan pasar gagal mendistribusikan tanah secara efisien dan adil.

(26)

Sebenarnya Undang-undang Agraria Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria yang menjadi dasar pengelolaan agraria di Indonesia penuh dengan nilai-nilai kerakyatan dan dasar-dasar kebijakan yang mengutamakan kepentingan rakyat terutama golongan ekonomi lemah akan tetapi di dalam pelaksanaannya mengalami hambatan-hambatan sehingga menimbulkan berbagai masalah agraria yang pelik.

e. Urgensi Pengembangan Lahan Pertanian Pangan Abadi

Lahan merupakan faktor produksi yang utama namun unik karena tidak dapat digantikan dalam usaha pertanian. Ketersediaan lahan potensial untuk perluasan areal tanaman pangan padi sawah dan perspektif fisik dan struktural sudah sangat terbatas bahkan sudah tidak lagi tersedia. Kebijakan pengembangan areal lahan tanaman pangan, hanya dapat dimanfaatkan dan lahan terlantar. Namun pemanfaatan lahan terlantar yang adapun lebih banyak yang tersedia untuk dikembangkan menjadi lahan tanaman pangan kering dan lahan perkebunan.

(27)

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :

1.

Tanah adalah Tubuh Alam (natural body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam (natural froces) terhadap bahan-bahan alam (natural material) di permukaan bumi

2. Luas daratan idonesia lebih kuarang 190,923 ribu hektare. Dari data tersebut berdasarakan data penggunaan tanah tahun 2002, 64% telah digunakan untuk berbagai kegiatan pembangunan tanah.

3. Karakteristik setiap ordo tanah (12 ordo) berbeda yang dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk tanah seperti iklim, organisme (bahan organik), bahan induk, relief/tofografi, dan waktu.

4. Masalah pengelolaan tanah yaitu erosi, kemasaman tanah (firit), konversi lahan dan hak kepemilikan tanah.

5.

Aspek sosial, kelembagaan dan kebijakan sangat penting dalam pengelolaan tanah agar tetap lestari.

6.

Rekomendasi pengelolaan tanah yaitu: Manajemen Sumberdaya Lahan dalam Usaha Pertanian Berkelanjutan, Konservasi Sumberdaya Lahan dalam Pemanfaatan tanah, Pemanfaatan Lahan dalam Perspektif Penataan Ruang, Aspek Keagrariaan dalam Pengelolaan Tanah dan Urgensi Pengembangan Lahan Pertanian Pangan Abadi.

B. SARAN

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S., 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Institut Pertanian Bogor, Indonesia.

Arsyad, S dan Ernan Rustiadi., 2008. Penyelamatan Tanah, Air, dan Lingkungan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta

Asdak, C., 2002.

Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

, Gadjamada

University Press, Yogyakarta

Gusli S, 2008. Penuntun Praktikum Fisika Tanah. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian dan Kehutanan, Universitas Hasanuddin Makassar

Hakim N., M. Y. Nyakta, A.M. Lubis, S.G Nugroho, M.R Saul, M.A Diha, G.B Hong, H. Bailley. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung

Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta

Lopulisa, Christianto., 2004. Tanah-Tanah Utama Dinia. LEPHAS. Makassar Pairunan, A.K, Nanere, J.L, Arifin, Samosir, S.R, R. Tangkaisari, J.R. Lalopua, B.

Ibrahim, Hariadji Asmadi, 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur, Ujung Pandang

Soil Survey Staff., 1998. Keys to Taxonomy, eigth edition. NRCS-USDA. Washington. DC.

(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)

Gambar

Gambar 1. Dari dua belas ordo tanah yang telah diuraikan di atas, dua ordo di antaranya yaitu Aridisol dan Gelisol tidak terdapat di bumi Indonesia, karena memang kedua jenis tanah ini berkembangnya di daerah-daerah dengan kondisi iklim ekstrem
Gambar 2.  Proses Terjadinya Erosi oleh Air
Gambar 3. Skema Persamaan USLE (Arsyad, 2006)

Referensi

Dokumen terkait

Hardware input ini merupakan perangkat yang dapat digunakan untuk memasukkan data ke dalam komputer, data yang telah masuk itu diolah dalam suatu proses. Ada banyak jenis

Untuk memaksimalkan dan memfokuskan perhatian terhadap penanggulangan masalah keragaman yang mempengaruhi kualitas, maka ruang lingkup masalah akan dibatasi terhadap hal-hal

tindak korupsi adalah untuk memberikan efek jera kepada para masyarakat untuk tidak melakukan tindak pidana korupsi karena tindak pidana korupsi sudah termasuk tindak pidana

a) Sebaiknya melakukan seleksi figur lekat utama anak. Hal ini dilakukan untuk menghindari perbedaan efek perlakuan ibu terhadap anak. b) Menambah intensitas pemberian

Lembaga Kejaksaan/Prosekutor Jepang  berwenang melakukan penyidikan kriminal baik atas dasar penyelidikan kepolisian maupun hasil identifikasi kejaksaan sendiri. Jika

UNSUR-UNSUR TEKNIK VOCAL : 1. Artikulasi, adalah cara pengucapan kata demi kata yang baik dan jelas. 2. Pernafasan adalah usaha untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya, kemudian

Identifikasi masalah dilakukan dengan menganalisa data primer dan data sekunder untuk mengetahui berbagai masalah dan kendala peternak yang berkaitan dengan

3.2 Menentukan kegiatan tentang kegemaran, wisata, makanan khas, cita-cita pada teks transaksional lisan dan tulis dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan