• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fisika matematika bab5 bilanganfungsikom Fisika matematika bab5 bilanganfungsikom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Fisika matematika bab5 bilanganfungsikom Fisika matematika bab5 bilanganfungsikom"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

cakul

fi5080

by

khbasar;

sem1

2010-2011

Bab 5

Bilangan dan Fungsi Kompleks

Pada BAB ini dibahas mengenai konsep-konsep bilangan dan variabel kom-pleks serta penggunaannya dalam penyelesaian persoalan fisika.

5.1

Bagian Real dan Imajiner

Bilangan kompleks terdiri dari dua bagian yaitu bagian real dan bagian ima-jiner. Misalnya bilangan kompleks yang dinyatakan dengan 5+3imaka angka 5 merupakan bagian real sedangkan angka 3 disebut bagian imajiner dari bi-langan kompleks tersebut. Dalam penulisan bibi-langan kompleks i = √−1 atau i2 = 1. Perlu diperhatikan bahwa bagian imajiner suatu bilangan

kompleks bukanlah imajiner.

Bilangan kompleks dapat dinyatakan sebagai pasangan antara bagian real dan bagian imajinernya. Jadi misalnya 5 + 3idapat dituliskan sebagai (5,3).

5.2

Bidang Kompleks

Karena bilangan kompleks biasa dituliskan dalam bentuk pasangan bilang-an sebagaimbilang-ana pasbilang-angbilang-an titik dalam sistem koordinat xy, maka sebuah bilangan kompleks dapat juga digambarkan sebagai titik dalam bidang kom-pleks. Bidang kompleks sering disebut diagram Argand. Sumbu mendatar (sumbu x) menggambarkan bagian real sedangkan sumbu tegak (sumbu y) menggambarkan bagian imajiner sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 5.1. Ini mirip dengan representasi titik dalam sistem koordinat kartesian.

Sebagaimana diketahui bahwa suatu titik dalam bidang xy juga dapat dinyatakan dalam ungkapan polar, maka bilangan kompleks juga dapat di-repesentasikan dalam bentuk polar yaitu (r, θ). Hubungan antara x dan y

(2)

z = 5 + 3i (5,3)

z = −−−−8 −−−− 6i

(−−−−8,−−−−6)

Gambar 5.1: Bidang kompleks.

dengan r danθ adalah

x=rcosθ y=rsinθ

Jadi suatu bilangan kompleksz dapat dinyatakan dalam representasi

z=x+iy=r(cosθ+isinθ) =reiθ (5.1)

r dinamakan modulus atau nilai mutlak dariz danθ(dalam radian) disebut sudut dari z.

5.3

Aljabar Kompleks

Menjadikan bentuk

x

+

iy

Setiap bilangan kompleks dapat dinyatakan dalam bentukx+iy.

Contoh 1

(3)

cakul

5.3 Aljabar Kompleks 95

Contoh 2

Konjugat kompleks (

Complex conjugate

)

Konjugat dari suatu bilangan kompleks z = x+iy dinyatakan dengan ¯z =

x−iy. Konjugat dari suatu bilangan kompleks diperoleh dengan mengalikan bagian imajinernya dengan −1.

Contoh

Nilai mutlak (modulus) dari suatu bilangan kompleks z = x+ iy meng-gambarkan jarak titik yang direpresentasikan dengan (x, y) dengan pusat koordinat di bidang kompleks. Dengan demikian dinyatakan dalam bentuk

|z|=r =px2+y2=zz¯ (5.2)

Persamaan Kompleks

(4)

Contoh

Tentukan x dany jika (x+iy)2= 2i

(x+iy)2=x2+i2xy−y2= 2i

Dengan demikian diperoleh hubungan

x2−y2= 0 =⇒ y=±x

2xy = 2

Selanjutnya diperoleh

2x2= 2 atau 2x2 = 2

Karenaxharus real makax2tidak mungkin negatif, dengan demikian didapat

x2 = 1 dan y = x. Sehingga solusi persamaan tersebut adalah x = y = 1

ataux =y=−1.

5.4

Fungsi Eksponensial dan Trigonometri

Karena z=x+iy, maka dapat dituliskan bentuk berikut

ez=ex+iy=exeiy=ex(cos y+isin y) (5.3) Sedangkan telah ditunjukkan sebelumnya dalam persamaan 5.1 bahwa bi-langan kompleks dapat direpresentasikan dalam bentuk eksponensial (yang disebut sebagai rumus Euler) yaitu

eiθ= cosθ+isinθ (5.4) Dengan menggunakan rumus Euler tersebut dapat diperoleh bentuk

e−iθ

= cosθ−isinθ (5.5) Bila persamaan 5.4 dan persamaan 5.5 dijumlahkan maka akan diperoleh ungkapan untuk cosθ, sedangkan bila persamaan 5.4 dikurangi dengan per-samaan 5.5 maka akan dapat diperoleh ungkapan untuk sinθsebagai berikut

sinθ= e

e

2i

cosθ= e

+e

2

(5)

cakul

5.5 Fungsi Hiperbolik 97

5.5

Fungsi Hiperbolik

Dengan menggunakan rumusan Euler, maka dapat pula diperoleh ungkapan yang lebih umum untuk bilangan kompleksz, yaitu

sinz= e

Tinjau suatu bilangan kompleks yang murni imajinerz =iy, maka dapat dinyatakan

Persamaan 5.8 memberikan definisi tentang fungsi sinus hiperbolik (sinh) dan cosinus hiperbolik (cosh), yang secara umum dituliskan dalam bentuk

sinhz= e

Beberapa fungsi hiperbolik lainnya dapat diperoleh sebagaimana fungsi tri-gonometri biasa, yaitu

tanhz= sinhz

Dari persamaan 5.8 dapat juga dituliskan bahwa

siniy=isinhy

cosiy= coshy (5.11)

5.6

Logaritma

Misalkan suatu bilangan kompleksz danwdi mana hubungannya dinyatak-an dengdinyatak-an z = ew yang berarti w = lnz. Kemudian jika z = re, maka

diperoleh

(6)

Contoh 1

Tentukanlah ln(−1).

Dalam ungkapan koordinat polar sebagaimana yang telah dibahas sebelum-nya, z = −1 dapat dinyatakan dengan bentuk eksponensial dengan r = 1 danθ=π,−π,3π,−3π, . . .sehingga

ln(−1) = ln(1) +iθ= 0 +i(π±2nπ) =iπ,−iπ,3iπ, . . . Contoh 2

Tentukan ln(1 +i).

Dengan menggunakan ungkapan dalam koordinat polar dapat diperoleh bah-wa untuk z= 1 +iberarti r=√2 dan θ=π/4±2nπ. Dengan demikian

ln(1 +i) = ln(√2) +iπ

4 ±2nπ

5.7

Penggunaan Bilangan Kompleks dalam

Per-soalan Fisika

Berikut ini diberikan beberapa contoh penggunaan bilangan kompleks dalam persoalan fisika.

Kinematika

Sebagaimana sistem koordinat kartesian dua dimensi, bidang kompleks da-pat digunakan untuk mendeskripsikan gerak suatu benda. Jikazmenyatakan posisi suatu benda, maka jika posisinya berubah tiap saat maka dapat di-nyatakan bahwa z(t).

Misalkan posisi benda tiap saat dinyatakan dengan z= 5eiωt di mana ω

suatu konstanta. Tentukan laju, besar percepatan dan deskripsi gerak benda tersebut.

Laju gerak benda adalah

v = dz

dt = d dt5e

iωt= 5iωeiωt =iωz

Percepatan gerak benda adalah

a= dv

dt = d dt(5iωe

iωt) =

(7)

cakul

fi5080

by

khbasar;

sem1

2010-2011

5.7 Penggunaan Bilangan Kompleks dalam Persoalan Fisika 99

Gambar 5.2: Rangkaian seri RLC dengan sumber tegangan bolak-balik.

Terlihat dari percepatan gerak benda, bahwa percepatan gerak benda sama dengan suatu konstanta dikalikan dengan posisi benda dan hal ini menya-takan suatu gerak harmonik.

Rangkaian AC

Dalam rangkaian arus bolak-balik dengan komponenR(resistor),L (induk-tor) dan C (kapasitor), sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 5.2, mi-salnya arus total yang mengalir pada rangkaian dinyatakan dengan bentuk fungsi harmonik I =I0sinωt. JikaVR adalah beda tegangan pada kaki-kaki

resistor R dan I adalah kuat arus yang mengalir pada hambatan tersebut, maka berdasarkan hukum Ohm dapat dinyatakan

VR=IR (5.13)

sedangkan hubungan antara tegangan pada induktor L dengan kuat arus dinyatakan dengan

VL =L

dI

dt (5.14)

dan tegangan pada kapasitor dinyatakan dengan

dVC

dt = I

C =⇒ VC =

1

C

Z

(8)

Bentuk arus setiap saat tersebut bila dinyatakan dengan bilangan kompleks

Tegangan total jika ketiga komponen tersusun seri adalah

V =VR+VL+VC=RI+iωLI +

dinamakan sebagai impedansi (kompleks)

pada rangkaian RLC seri.

Hambatan efektif pada komponen induktor dinamakan reaktansi induktif

XL yaitu

XL =

VL

I =iωL (5.20)

sedangkan hambatan efektif pada komponen kapasitor dinamakan reaktansi kapasitifXC yaitu

XC =

Pada rangkaian RLC seri, impedansi (kompleks) dapat diperoleh dengan konsep yang sama dengan susunan seri tiga hambatan (resistor) yang masing-masing dinyatakan dengan R1 = R, R2 = XL = iωL dan R3 = XC =

−i/(ωC) sehingga hambatan total (yaitu impedansi total) diperoleh seba-gaimana telah diungkapkan di atas yaitu

Z =R1+R2+R3

Selanjutnya dapat diperoleh besar impedansi sebagaimana nilai absolut dari

(9)

cakul

5.7 Penggunaan Bilangan Kompleks dalam Persoalan Fisika101

Suatu kondisi di mana Z sepenuhnya real (berarti bagian imajinernya sama dengan nol) dinamakan kondisi resonansi.

Demikian pula halnya jika ketiga komponen (resistor, induktor dan kapa-sitor) disusun paralel, maka impedansi totalnya dapat diperoleh sebagaima-na sususebagaima-nan paralel tiga buah hambatan yaituR1 =R,R2 =XL =iωLdan

Pada rangkaian yang terdiri dari hambatan R yang tersusun seri dengan induktor L kemudian keduanya diparalel dengan kapasitor C, sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 5.3, tentukanlah impedansi rangkaian tersebut.

Impedansi total rangkaian tersebut adalah

(10)

Gambar 5.3: Gambar susunan komponen untuk contoh.

di manaZ1 =R+iωL danZ2=−

i

ωC. Dengan demikian

Ztotal=

5.8

Fungsi Kompleks

Fungsi dengan variabel kompleks dinyatakan misalnya dalam bentuk f(z) dengan z adalah bilangan kompleks. Secara umum fungsi dengan variabel kompleks mempunyai bagian real dan imajiner yang juga merupakan fungsi. Misalkan f(z) =z2, karena z=x+iy maka

(11)

cakul

fi5080

by

khbasar;

sem1

2010-2011

5.9 Fungsi Analitik 103

kompleks f(z) = u(x, y) +i v(x, y). Dengan demikian untuk fungsi kom-pleks di atas yang dinyatakan denganf(z) =z2, makau(x, y) =x2y2 dan

v(x, y) = 2xy.

Contoh

Tentukan bagian real dan bagian imajiner fungsi kompleks f(z) = z

z2+ 1

dengan z=x+iy.

f(z) = x+iy (x+iy)2+ 1 =

x+iy

(x2y2+ 1) +i2xy

=

x+iy

(x2y2+ 1) +i2xy

(x2y2+ 1)i2xy

(x2y2+ 1)i2xy

= x

3y3+x+ 2xy2

(x2y2+ 1)24x2y2 +i

−x2yy3+y

(x2y2+ 1)24x2y2

Dengan demikian bagian real dan imajinernya adalah

u(x, y) = x

3y3+x+ 2xy2

(x2y2+ 1)24x2y2

v(x, y) = −x

2yy3+y

(x2y2+ 1)24x2y2

5.9

Fungsi Analitik

Suatu fungsif(z) dikatakan analitik dalam suatu daerah pada bidang kom-pleks bila fungsi tersebut mempunyai turunan yang tunggal (unik) pada se-tiap titik dalam daerah tersebut. Jika f(z) analitik di titik z = a berarti bahwa f(z) mempunyai turunan pada setiap titik dalam lingkaran kecil di sekitarz=a. Fungsi yang tidak memenuhi batasan tersebut disebut sebagai fungsi non-analitik.

Beberapa definisi berkaitan dengan fungsi analitik:

• Titik regular (regular point) dari fungsif(z) adalah titik di mana f(z) bersifat analitik

• Titik singular (singular point atau singularity) dari fungsif(z) adalah titik di mana f(z) tak analitik

(12)

Teorema I

Jika suatu fungsi kompleksf(z) =u(x, y) +iv(x, y) merupakan suatu fungsi analitik dalam suatu daerah, maka dalam daerah itu berlaku

∂u ∂x =

∂v

∂y, dan ∂v ∂x =−

∂u

∂y (5.25)

Teorema ini disebut juga kondisi Cauchy-Riemann untuk menentukan apa-kah suatu fungsi merupakan fungsi analitik atau bukan.

Contoh 1

Misalkan f(z) =y+ix. Apakahf(z) merupakan fungsi analitik?

Dalam hal iniu=y danv =x, sehingga∂u/∂x= 0, ∂v/∂y= 0, ∂v/∂y = 1 dan ∂u/∂y = 1. Karena tidak memenuhi kondisi Cauchy-Riemann, maka fungsif(z) tersebut bukanlah fungsi analitik.

Contoh 2

Misalkan f(z) =x+iy. Apakahf(z) merupakan fungsi analitik?

Karena

∂u ∂x = 1 =

∂v

∂y dan

∂v

∂x = 0 =− ∂u ∂y

maka berartif(z) adalah fungsi analitik.

Teorema II

Jika u(x, y) dan v(x, y) dan turunan parsialnya terhadap x dan y kontinyu serta memenuhi syarat Cauchy-Riemann dalam daerah tersebut maka f(z) analitik pada semua titik dalam daerah tersebut.

Teorema III

Perhatikan gambar 5.4. Jika f(z) adalah fungsi analitik dalam daerah ter-tentu (R) maka f(z) mempunyai turunan orde berapapun pada titik-titik dalam daerah tersebut danf(z) dapat diekspansikan sebagai deret Taylor di sekitar titik z0 dalam daerah tersebut. Deret pangkat tersebut konvergen di

dalam daerah berbentuk lingkaran C yang berpusat di z0 hingga mencapai

titik singular terdekat (disebut sebagai daerah lingkaran konvergensi atau

(13)

cakul

fi5080

by

khbasar;

sem1

2010-2011

5.9 Fungsi Analitik 105

z0

titik singular

R

C

Gambar 5.4: Daerah untuk penjelasan Teorema III.

Contoh

Tentukanlah daerah lingkaran konvergensi (disk of convergence) dari fungsi kompleksf(z) = ln(1−z).

Fungsi f(z) = ln(1−z) dapat diekspansikan dalam bentuk deret pangkat di sekitar z= 0 (uraian Maclaurin), yaitu

ln(1−z) =−z−z

2

2 −

z3

3 −

z4

4 −. . .

Kemudian untuk memperoleh titik singular dari fungsi tersebut adalah titik di mana fungsif(z) tersebut tidak mempunyai turunan. Dalam hal ini titik singular yang dimaksud adalah z = 1. Dengan demikian daerah lingkaran konvergensi dari fungsi tersebut adalah lingkaran berpusat di pusat koordinat dengan jari-jari 1.

Teorema IV

Jika f(z) = u+iv merupakan fungsi analitik dalam suatu daerah, maka u

danv memenuhi persamaan Laplace (∇2u= 0 dan 2v = 0) dalam daerah

tersebut (artinya u dan v merupakan fungsi harmonik). Fungsi sembarang

u (atau v) yang memenuhi persamaan Laplace dalam suatu daerah adalah bagian real atau imajiner dari suatu fungsi analitik f(z).

Contoh

Suatu fungsiu(x, y) =x2y2adalah bagian real dari fungsi kompleksz.

(14)

Karena

∇2u= ∂

2u

∂x2 +

∂2u

∂y2 = 2−2 = 0

maka berarti u(x, y) memenuhi persamaan Laplace atau dalam kata lain

u(x, y) adalah fungsi harmonik.

Kemudian dengan menggunakan persamaan Cauchy-Riemann dapat dipero-leh

∂v ∂y =

∂u ∂x = 2x

Maka dengan mengintegralkan terhadap y dapat diperoleh bentuk fungsi

v(x, y), yaitu

v(x, y) =

Z

2x dy= 2xy+g(x)

dengang(x) adalah fungsi dalam xyang merupakan konstanta integrasi. Se-lanjutnya dengan menggunakan kembali syarat Cauchy-Riemann maka dapat diperoleh

∂v ∂x =

∂x(2xy+g(x)) = 2y+g ′

(x) =−∂u∂y = 2y

sehingga berartig′

(x) = 0 atau g= const.

Jadi diperoleh bentuk fungsi v(x, y) = 2xy+ const. Dengan demikian dipe-roleh bentuk fungsi kompleksz adalah

f(z) =u+iv=x2−y2+ 2ixy+ const =z2+ const

5.10

Integral Kontur

Selain keempat teorema yang berkaitan dengan pengertian dan batasan fung-si analitik, terdapat pula beberapa teorema lainnya yang berkaitan dengan penggunaan fungsi kompleks.

Teorema V: Teorema Cauchy

Misalkan C adalah suatu kurva tertutup sederhana dengan lengkungan yang halus kecuali beberapa titik tertentu yang jumlahnya terbatas, maka jika f(z) adalah fungsi analitik di dalam C dapat dinyatakan dengan

I

sekeliling C

f(z)dz = 0 (5.26)

(15)

cakul

fi5080

by

khbasar;

sem1

2010-2011

5.10 Integral Kontur 107

Teorema VI: Perumusan Integral Cauchy

Jikaf(z) adalah fungsi analitik pada dan di dalam suatu kurva sederhana C, maka nilaif(z) di suatu titikz=ayang berada di dalam kurva C adalah

f(a) = 1 2πi

I f(z)

z−adz (5.27)

Contoh 1

Hitunglah integral

I

C

sinz

2z−πdz,

dengan C adalah lingkaran pada bidang kompleks dengan |z|= 2 Integral tersebut dapat dituliskan menjadi

I

C

sinz

2z−πdz =

1 2

I

C

sinz z−π/2dz

Kurva C yang digunakan adalah berbentuk lingkaran berjari-jari 2 dalam bidang kompleks. Bentukf(z) adalahf(z) = sinz, dengana=π/2. Karena

f(z) = sinz berartif(z) bersifat analitik di dalam kurva C, sehingga dapat digunakan Teorema VI. Maka diperoleh

1 2

I

C

sinz

z−π/2dz=πisin(π/2) =πi

Contoh 2

Hitunglah integral

I

C

sinz

2z−πdz,

dengan C adalah lingkaran pada bidang kompleks dengan |z|= 1 Integral tersebut dapat dituliskan menjadi

I

C

sinz

2z−πdz =

1 2

I

C

(16)

Karena C adalah lingkaran berjari-jari 1 dan menggunakanf(z) = sinz/(z−

π/2), maka berartif(z) adalah fungsi analitik dalam kurva C, sehingga bila menggunakan Teorema V (Teorema Cauchy) dapat dinyatakan:

1

z−ln 2, titik singularnya adalah pada z = ln2. Karena titik singular tersebut berada di dalam daerah yang dibatasi oleh kurva C, maka dapat digunakan rumusan integral Cauchy

f(a) = 1

Dengan demikian diperoleh

I

C

e3z

z−ln 2dz = 2πie

3 ln 2= 16πi

Teorema VII: Teorema Laurent

Misalkan C1 dan C2 adalah dua buah lingkaran yang pusatnya pada titik

z0 dan f(z) adalah suatu fungsi analitik dalam daerah R di antara kedua

lingkaran tersebut maka f(z) dapat diuraikan menjadi bentuk deret yang konvergen dalam R, yaitu

f(z) =a0+a1(z−z0) +a2(z−z0)2+· · ·+

dengan koefisienan dan bn adalah

(17)

cakul

5.11 Teorema Residu dan Aplikasinya 109

dengan C adalah adalah sembarang kurva tertutup sederhana yang mengeli-lingi z0 dan terletak pada daerah R.

Beberapa pengertian yang terkait dengan teorema Laurent ini:

• Jika semua koefisien b sama dengan nol maka f(z) bersifat analitik padaz =z0 danz0 disebut sebagai titik regular.

• Jika bn= 0 tapi kemudian nilai b setelahbn sama dengan 0 maka f(z)

dikatakan mempunyai kutub orde n pada z = z0. Jika n = 1 maka

f(z) mempunyai kutub sederhana (simple pole).

• Jika terdapat takhingga banyaknya koefisienbyang tidak sama dengan nol makaf(z) dikatakan mempunyai essential singularity pada z=z0

• Koefisienb1 dari

1

Karena deret ini tidak mempunyai koefisien b (semua bn = 0) maka deret

tersebut analitik pada z = 0. Karena b1 = 0 maka berarti residu dari ez

padaz= 0 adalah sama dengan 0.

Misalkan sebuah deret e

z Bagian utama deret tersebut adalah 1

z3 +

sebut mempunyai kutub orde 3 sedangkan residu dari e

z

5.11

Teorema Residu dan Aplikasinya

Teorema residu sangat berguna untuk menghitung integral. Teorema residu dinyatakan dalam bentuk

I

C

f(z)dz = 2πi×(jumlah residu darif(z) di dalam C) (5.30)

(18)

Metode Penentuan Residu

Yang menjadi penting adalah bagaimana cara menemukan residu? Ada be-berapa cara penentuan residu suatu fungsi kompleks sebagaimana yang akan diuraikan berikut ini.

• Deret Laurent

Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, uraian deret Taylor da-ri suatu fungsi dapat digunakan untuk menentukan nilai residu fungsi tersebut di suatu titik z=z0.

Contoh

Suatu fungsi kompleksf(z) =ez/(z1). Tentukan residu darif(z) di

z= 1.

Bila fungsi ez diekspansikan dalam deret pangkat (z 1) maka

di-peroleh

ez

z−1 =

e ez−1 z−1 =

e z−1

1 + (z−1) + (z−1)

2

2! +. . .

= e

z−1+e+. . .

Karena residu pada z = 1 diperoleh dari koefisien 1

z−1 maka berarti

R(1) =e.

• Kutub tunggal (Simple Pole)

Jika fungsi kompleks f(z) mempunyai kutub sederhana pada z = z0

maka residu pada titik tersebut dapat diperoleh dengan mengalikan

f(z) dengan (z−z0) kemudian hitung nilainya pada z=z0.

Perumusannya secara umum dapat dituliskan sebagai berikut:

R(z0) = lim

z→z0

(z−z0)f(z) (5.31)

Contoh

HitunglahR(−12) danR(5) untuk fungsi kompleks yang dinyatakan

de-nganf(z) = z

(2z+ 1)(5−z).

Untuk menghitung residu di titik z =−1

2, maka fungsi f(z) tersebut

dikalikan dengan (z+ 12), diperoleh

z+1 2

f(z) =

z+1 2

z

(2z+ 1)(5−z) =

z

(19)

cakul

fi5080

by

khbasar;

sem1

2010-2011

5.11 Teorema Residu dan Aplikasinya 111

Kemudian hitung nilainya dengan mensubstitusiz=−1

2, diperoleh

R(−12) =

−1 2

2(5 +12) =− 1 22

Cara yang sama juga dilakukan untuk menghitung residu di titikz= 5

(z−5)f(z) = (z−5) z

(2z+ 1)(5−z) =−

z

2z+ 1

R(5) =− z 2z+ 1

z=5=−

5 11

• Kutub ganda (Multiple Poles)

Jika f(z) mempunyai kutub dengan orde n, maka dapat digunakan langkah sebagai berikut untuk memperoleh nilai residu pada z = z0:

kalikan f(z) dengan (z−z0)m, di manam adalah bilangan bulat yang

lebih besar atau sama dengan orde n, kemudian differensialkan hasil-nya m−1 kali, lalu dibagi dengan (m−1)! dan hitung hasil akhirnya dengan mensubstitusi z=z0.

Contoh

Tentukan residu dari f(z) = (zsinz)/(z−π)3 di titikz=π.

Gunakan m = 3 untuk mengeliminasi penyebut, artinya kalikan f(z) dengan (z−π)3 sehingga diperoleh

(z−π)3f(z) = (zπ)3 zsinz

(z−π)3 =zsinz

kemudian differensialkan 2 kali dan selanjutnya dibagi dengan 2! se-hingga diperoleh

R(π) = 1 2!

d2

dz2(zsinz)

z=π=

1

2[−zsinz+ 2 cosz]z=π =−1

Teorema Residu untuk menghitung integral

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa teorema residu dapat digu-nakan untuk menghitung integral tertentu. Berikut ini beberapa contohnya.

Contoh 1

Hitunglah integral

I =

Z 2π

0

(20)

Jika digunakan variabel baru yaituz=eiθ, makadz =ie atau = 1

2 . Sedangkan batas integral dalam variabel

θ yaitu dari θ = 0 hingga θ = 2π akan berubah menjadi lingkaran satuan dalam bidang kompleks dengan|z|= 1 dan arahnya berlawanan dengan arah jarum jam. Dengan demikian integral tersebut dapat dinyatakan sebagai in-tegral kontur.

Dengan variabel yang baru tersebut integral yang dimaksud dapat dituliskan kembali dalam bentuk

I =

dengan C adalah kurva yang berupa lingkaran berjejari 1 dan berpusat di titik pusat koordinat pada bidang kompleks. Terlihat bahwa integran (yaitu fungsi yang diintegralkan) berbentuk f(z) = 1

(2z+ 1)(z+ 2) yang berarti mempunyai kutub pada z =−1

2 dan pada z=−2. Karena kurva C adalah

berupa lingkaran berjejari 1, maka berarti dari kedua kutub tersebut hanya kutub z = −1

2 saja yang berada di dalam daerah yang dibatasi kurva C,

sedangkan kutub z=−2 berada di luar daerah yang dibatasi oleh kurva C. Residu dari f(z) pada z = −12 dapat dihitung menggunakan metode kutub

sederhana (simple pole) yaitu

R(−1

Selanjutnya dengan menggunakan teorema residu dapat diperoleh bahwa

(21)

cakul

5.11 Teorema Residu dan Aplikasinya 113

Untuk menghitung integral I tersebut, tinjau integral kontur berbentuk

I

C

dz

1 +z2

dengan C adalah kurva tertutup setengah lingkaran pada bidang kompleks (kuadran 1 dan kuadran 2) dengan jejari sembarang ρ > 1. Integran pada integral kontur tersebut berbentuk f(z) = 1

1 +z2 =

1

(z−i)(z+i). Berarti

f(z) mempunyai kutub padaz=idan pada z=−i. Di antara kedua kutub ini hanya kutub pada z = i saja yang berada dalam daerah yang dibatasi oleh kurca tertutup C (ingat bahwa C berbentuk setengah lingkaran pada kuadran 1 dan 2). Kemudian nilai residu f(z) pada z = i dapat diperoleh menggunakan metode kutub sederhana (simple pole) yaitu

R(i) = lim

Dengan demikian dari teorema residu diperoleh

I

C

dz

1 +z2 = 2πiR(i) =π

Integral kontur dengan lintasan berupa kurva C tersebut dapat dinyatakan sebagai integral garis (integral lintasan) dengan lintasan pertama berupa ga-ris lurus sepanjang sumbu datar (sumbux) dari −ρhingga +ρdan lintasan kedua berupa lintasan setengah lingkaran yang dinyatakan dengan persama-an z=ρeiθ dengan θdari 0 hingga π:

Telah dihitung sebelumnya bahwa integral kontur yang dimaksud hasilnya adalahπdan hasil ini tidak bergantung pada berapapun nilaiρyang digunak-an. Perhatikan bahwa asalkan kurva C yang digunakan dalam penghitungan integral kontur adalah setengah lingkaran pada kuadaran 1 dan 2, maka ber-dasarkan teorema residu nilai integralnya tetap sama. Artinya bila diambil

ρ→ ∞, maka dapat dituliskan kembali

(22)

Maka diperoleh hasil integral yang dimaksud yaitu

Tinjau suatu integral kontur yang berbentuk

I

C

eizdz

1 +z2

dengan C adalah kurva tertutup setengah lingkaran pada bidang kompleks (kuadran 1 dan kuadran 2) dengan jejari sembarang ρ > 1 sebagaimana padaContoh 2. Integran pada integral kontur tersebut mempunyai bentuk

f(z) = e

iz

1 +z2 yang berarti terdapat dua kutub padaz=idanz =−i. Nilai

residu di dalam kurva C adalah

R(i) = lim

Selanjutnya dengan teorema residu dapat dihitung integral kontur yang di-maksud yaitu

Sedangkan integral kontur tersebut dapat dituliskan dalam dua integral lin-tasan sesuai dengan kurva tertutup C yang digunakan (lihat kembaliContoh 2 di atas)

Dengan demikian diperoleh bahwa

(23)

cakul

fi5080

by

khbasar;

sem1

2010-2011

5.11 Teorema Residu dan Aplikasinya 115

Kemudian bila diambil bagian real dari kedua ruas tersebut maka dapat dinyatakan

Re

Z +∞

−∞ eix

1 +x2dx

= Rehπ

e

i

Z +∞

−∞

cosx

1 +x2dx=

π e

Selanjutnya karena fungsi cosx

1 +x2 adalah fungsi genap, maka integral dari

−∞hingga +∞ sama dengan dua kali integral dari 0 hingga +∞, sehingga diperoleh

Z +∞

0

cosx

1 +x2dx=

1 2

Z +∞

−∞

cosx

1 +x2dx=

π

(24)

Gambar

Gambar 5.1: Bidang kompleks.
Gambar 5.2: Rangkaian seri RLC dengan sumber tegangan bolak-balik.
Gambar 5.3: Gambar susunan komponen untuk contoh.

Referensi

Dokumen terkait

Setiap pengambilan contoh dilakukan dua kali ulangan untuk dijadikan dasar konversi hasil dari periode terang menjadi gelap sebagai satuan stok1. Variabel

Kedua , konsentrasi terhadap tujuan tulisan. Hal ini dilakukan agar tulisan tidak melenceng ke tujuan lain. Jika dalam sebuah tulisan terdiri dari dua tujuan, sebaiknya dibedakan

3 Saya mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang diberikan..

e) Berikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan berdasarkan berbagai macam data dan fakta yang ada. Selanjutnya minta setiap kelompok untuk memasukkan biji-biji

Ibu Asti Sari dan (Alm) Bapak Ane Ode selaku orang tua Penulis juga Pramitasary Ode selaku Kakak Penulis yang mana mereka telah memberika n do’a rest u,

Jarak tempuh tindak tutur merupakan rentangan sebuah tuturan dari titik ilokusi (di benak penutur) ke titik tujuan ilokusi (di.. Surya Edukasi : Analisis Tindak Tutur dalam Cerpen

Jika ditilik dari beberapa tabel diatas, memang pada dasarnya SQL Server 2005 Express Edition memiliki beberapa keterbatasan fitur, namun untuk mengenal SQL Server,

Buku ini adalah buku pertama dalam serial buku- Buku ini adalah buku pertama dalam serial buku- buku “Berkas Cahaya Kesadaran”. Seperti juga buku “Berkas Cahaya