• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanaman penting dataran rendah. doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tanaman penting dataran rendah. doc"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Pengenalan Tanaman Penting Dataran Rendah LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh : KEL. 5 / GOL. B

1. Andik Setyawan (141510501058) 2. Moh. Abu Amar (141510501087) 3. Chrisman Susanto (141510501188) 4. Miftahul Ulum (141510501164) 5. Firdha Rafiandani (141510501022) 6. Devi Viddhianty (141510501053)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI LABORATURIUM FISIOLOGI TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

(2)

BAB1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara di asia tenggara yang terletak pada garis khatulistiwa dan berada di antara dua benua yaitu benua asia dan australia dan indonesia sendiri memiliki dua samudra yaitu samudra pasifik dan samudra hindia. Indonesia memiliki luas daratan yang cukup luas yaitu 1.922.570 km2, daratan di Indonesia di bagi menjadi dua golongan yaitu dataran rendah dan dataran tinggi. dengan kondisi geografis yang demikian maka terdapat berbagai keragaman organisme yang hidup di indonesia, salah satunya adalah tanaman.

Tanaman merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting dalam suatu kehidupan. Tanaman dapat memberikan suatu sumber penghasilan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Mayoritas penduduk Indonesia memanfaatkan tanaman untuk di jadikan usaha di bidang pertanian. Tanaman yang tumbuh di wilayah dataran tropis ini memiliki beberapa karakteristik dan habitat atau tempat tumbuh yang berbeda. ada tanaman yang dapat tumbuh dan berproduksi di dataran tinggi (pegunungan) dan ada yang tumbuh di dataran rendah (dekat pantai).

Dataran rendah adalah suatu wilayah yang datar serta memiliki ketinggian dibawah 600 m di atas permukaan laut. Biasanya dataran rendah banyak dimanfaatkan untuk dijadikan tempat seperti pemukiman, industri dan pertanian. Suatu tempat yang daerah atau tempatnya termasuk kedalam dataran rendah biasanya daerah tersebut dekat dengan laut. Tanaman yang di budidayakan pada pertanian dataran rendah ini seperti sayur sayuran, padi, tebu, jagung, kopi, karet, kelapa, dan lain lain. Faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman penting di dataran rendah dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu aspek topografi, keadaan iklim mikro, suhu, instensitas cahaya, kondisi solum tanah, dan banyak lain nya. Tanaman di dataran tinggi akan bisa hidup di daerah yang topografi nya lebih rendah kecuali ada nya rekayasa lingkungan.

(3)

dataran rendah yaitu kemarau dan penghujan di mana terjadi setiap tahun nya. Oleh karena itu Suhu dan iklim sangat menentukan hasil dari tanaman penting di daratran rendah. dataran rendah pada umum nya lebih rendah dari sekitar nya biasa nya dataran rendah berada di pinggir pantai, di tengah kota, dan lain nya. Dataran rendah terbentuk karena hasil dari pengendapan erosi yang diangkut oleh aliran sungai.

Jenis tanah dan intensitas cahaya juga sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan tanaman. Baik pada dataran tinggi atau dataran rendah jenis tanah dan Intensitas cahaya sangat berpengaruh terhadap jenis tanaman yang ada di di dataran rendah. Intensitas cahaya sangat di butuhakan tumbuhan untuk melakukan proses pertumbuhan dan fotosimtesis. Dengan mengetahui karakteristik pada dataran rendah dan karakteristik dari berbagai jenis tanaman akan dapat menempatkan berbagai jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi dataran rendah yang merupakan daerah panas dengan suhu yang tinggi, sehingga tanaman akan dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.

1.2 Tujuan

(4)

BAB.2 TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan. Di antarannya iklim yang meliputi suhu udara, radiasi sinar matahari, angin, dan kelembaban. Faktor berikutnya adalah tanah dan kandungan unsur hara yang ada pada tanah. Dan yang terahir adalah Faktor biotik. Cahaya matahari merupakan sumber energi bagi tanaman dan merupakan salah satu unsur iklim yang memegang peranan penting dalam menentukan pertumbuhan dan perkembang-an tanaman. (Ferry, 2009).

Kesesuaian kondisi lingkungan atau kondisi ekologi menjadi pertimbangan penting dalam menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan (Humphries Anasiru et al., 2013). Ketinggian tempat atau letak geografis tanah berhubungan erat dengan keadaan iklim setempat yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ketingggian tempat akan berpengaruh terhadap suhu, kelembapan tanah, kondisi udara, curah hujan, dan penyinaran matahari. Semakin tinggi tempat suhu udaranya akan meurun sementara intensitas cahaya matahari, kelemebapan udara, dan curah hujan akan makin tinggi sejaan dengan pningkatan ketinggian tempat dari permukaan laut. (Samadi, 1997).

Bawang merah merupakan tanaman dataran tinggi yang bisa di budidayakan di dataran rendah, varietas medan dan maja yang banyak di tanam di dataran tinggi Samosir, Sumatera Utara. memiliki fleksibilitas untuk tumbuh di dataran tinggi dan datara rendah. Varietas ini dapat di panen setelah 70 hari dengan produksi rata-rata 7 ton/ha umbi kering. Bobot susut varietas ini tergolong tinggi, yakni 25% dari bobot panen basah. Satu rumpun terdiri dari 6-12 anakan. Mudah berbunga, warna umbi merah, berbentuk bulat dengan ujung runcing. (Kusuma, 2013).

(5)

mengembagkan tanaman sayuran tidak hanya di daerah dataran tinggi (pegunungan) saja, melainkan juga didaerah dataran rendah dengan memanfaatkan lahan sawah. jadi jawa barat bukan hanya sebagai lumbung padi nasional tetapi juag sebagai sentra sayuran untuk Daerah lain. (Darwis, 2013).

Tanaman stroberi merupakan tanaman yang tumbuh pada dataran tinggi dapat di budidayakan di dataran rendah. Petani desa Cepu berhasil membudidayakan stroberi di dataran rendah dengan ketinggian 30 mdpl dengan menggunakan naungan (green House) untuk menurunkan suhu dan mendapatkan kondisi iklim yang sesuai untuk pertumbuhan stroberi. Budidaya stroberi di dataran rendah masih jarang di lakuakan karena terkendala kondisi iklim yang tidak sesuai dengan pertumbuhan stroberi.(Kusumawati, 2012).

Beberapa tanaman dapat tumbuh dan berproduksi di semua tempat baik dataran tinggi atau dataran rendah, karena mampu beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan. Seperti Ubi jalar yang dapat tumbuh pada dataran rendah maupun tinggi. Namun hasil ubi jalar di dataran rendah dengan ketinggian di bawah 500 mdpl lebih tinggi dari pada dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 900 mdpl. Suhu udara yang dingin di dataran tinggi menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar kurang optimal. (Rauf, 2009).

Gandum akan tumbuh baik di dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 1000 m di atas permukaan air laut. Keterbatasan lahan yang ada di Indonesia untuk menanam gandum adalah karena penggunaan lahan di dataran tinggi untuk banyak untuk di tanami komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. untuk itu perlu di perlukan gandum yang toleran untuk daerah dataran rendah dengan ketinggaian kurang dari 400 mdpl. Kendala yang utama dalam pengemnagan tanaman gandum pada daerah rendah adalah suhu yang tinggi. (Wahyu, 2013).

(6)

gunakan untuk menanam padi kembali. Perputaran tanaman yang di tanamam dengan beberapa jenis tanaman akan dapat mengembalikan unsur hara yang sebelumnya hilang (Tabrizi, 2011).

Saat ini areal pengusahaan tebu bergeser dari lahan sawah ke lahan kering. Budidaya tebu di lahan kering banyak mengalami kendala, terutama dari pasokan air dan ketersediaan hara tanah. (Purwono, 2011). Wilayah tropis seperti pulau lombok sulit untuk mengembangkan tanaman brokoli karena kebanyakan dari varietas tanaman ini hanya mampu berproduksi dengan baik di dataran tinggi. produksi brokoli d dataran rendah mempunyai kendala agroklimat , karena untuk dapat menginisiasi bunga brokoli memerlukan temperatur yang relatif rendah (vernalisasi) pada ahir generatifnya. Brokoli akan tetap tumbuh dan menghasilkan bunga di ketinggian kurang dari 125 mdpl pada temperatur harian 27’50 C, akan tetapi bunga yang di hasilkan kualitasnya rendah. (Damar jaya, 2009).

Kopi arabika baik tumbuh pada ketinggian 800 – 1200 mdpl, tetapi pada ketinggian tersebut sebagian besar di gunkan sebagai hutan lindung. Teknologi merakit keunggulan kopi robusta (habitat datara rendah) dan sifat arabika (habitat dataran tinggi) menjadi satu tanaman robbika. Dengan batang bawah dari kopi robusta yang tahan terhadap nematoda, cekaman air perkaran yang cukup dalam dan keunggulan kopi arabika yang baik dalam berproduksi di peroleh varietas kopi yang dapat di budidayakan di dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 400 mdpl. (Prasetyo, 2011)

(7)

BAB 3. METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu Dan Tempat

Pelaksanaan praktikum pengantar ilmu tanaman dengan acara pengenalan tanaman penting dataran rendah dilaksanakan pada hari Minggu, 26 Oktober 2014 pada pukul 07.00-selesai. Bertempat di UPT Agroteknopark, Universitas Jember.

3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan

1. Tanaman

3.2.2 Alat

1. Tabel pengamatan 2. Alat tulis

3. Penggaris 4. Meja dada

3.2 Cara Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Menetapkan obyek tanaman yang di amati

3. Menggambar bentuk tanaman yang di amati dan memberi keterangan bagian-bagiannya.

(8)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan

1. Varietas : 1. Hylocereus undatus (buah naga daging putih)

g. Spesies : 1. Hylocereus undatus (daging putih) 2. Hylocereus polyrhizus (daging merah) 3. Hylocereus costaricensis (daging super merah)

4. Selenicereus megalanthus (kulit kuning, daging putih, tanpa sisik)

3. Cara pembibitan : Setek batang di ambil dari batang yang hijau dan segar.

4. cara pengolahan tanah : Pengolahan minimal, menggunakan cangkul dan sekop.

5. Cara Penanaman : Konvensional, Membuat lubang dengan cangkul atau sekop 40x40 cm, satu minggu sebelum di tanamam lubang di beri kompos. Kemudian bibit tanaman (setek batang) di tanaman di lubang tersebut.

6. Sistem Penanaman : Polikultur (buah naga dengan kelengkeng) Monokultur (buah naga saja)

7. Cara Pemeliharaan

(9)

b. Pengairan : 1. Pada musim hujan tidak di lakukan penyiraman

2. Pada musim kemarau penyiraman dilakukan 1 minggu 1 kali.

c. Pengendalian penyakit : Tidak ada penyakit.

d. Pengendalian hama : hama semut yang memakan batang dan buah tanaman, pengendaliannya menggunkan insektisida.

e. Pengendalian gulma : Gulma berupa rumput-rumputan, pengendalian dilakukan secara mekanik 8. Ciri-Ciri Morfologi Ukuran

a. Akar : Akar serabut yang berkembang dalam tanah, pada batang atas sebagai akar gantung. b. Batang : Berwarna hijau, bersudut tiga, tidak berkayu,

berduri pendek, dapat tumbuh hingga 6 m jika tidak di pangkas.

c. Daun : Tidak berdaun

d. Bunga : Bunga buah naga berbentuk corong. panjang bunga dewasa (cm) : 20 - 36 Lebar Bunga dewasa (cm) : 12 - 23 e. Buah : Buah berbentuk bulat dan lonjong,

Panjang (cm) : 10 - 20 Lebar (cm) : 7 – 12

f. Biji : Biji berwarna hitam dengan bentuk bulat, pipih, dan sangat keras. Setiap buah mengandung lebih dari 1000 biji. 9. Pemanenan

a. Ciri-ciri Panen : Buah matang, ukuran optimal.

b. Umur panen : 2 bulan di hitung mulai tanaman berbunga. c. Cara Panen : Di potong segitiga pada bagian batang d. Penanaganan pasca

panen

(10)

 Pembersihan : Tidak ada

 Sortasi/grading : Tidak ada, buah langsung di jual tanpa di pisahkan antar yang besar dan yang kecil.  Pengemasan : Tidak ada, buah yang di beli langsung di

kirim atau di petik di ATP.  Pelabelan : Tidak ada

 Penyimpanan : Tidak ada, buah yang di panen langsung di jual atau dikirim ke pemesan.

 Pengolahan (menjadi produk lain)

: Tidak ada. Langsung dijual dalam bentuk buah.

 Pengolahan limbah

:

 Kehilangan panen : Tidak pernah terjadi. 10. Pemasaran

a. Domestik/ekspor : Domestik, buah di jual pada kalangan dosen, mahasiswa, dan masyarakat sekitar.

b. Tataniaga pemasaran : -c. Harga (Rp/kg atau

Rp/ton).

(11)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Taksonomi dan Morfologi

Buah naga termasuk dalam kelompok tanaman kaktus atau Famili Cactaceae. secara umum buah naga dikelompokkan ke dalam genus utama yaitu Stenocereus (Britton & Rose), Cereus (Mill), Selenicereus (A. Berger Riccob) and Hylocereus (Britton & Rose). Genus buah naga yang banyak dibudidayakan adalah Hylocereus, sedangkan untuk tiga genus lainnya dapat dikonsumsi namun belum banyak dikembangkan secara budidaya. Adapun klasifikasi buah naga secara lengkap menurut Britton dan Rose, (1963) adalah :

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta (tanaman vaskular) Super divisi : Spermathophyta (tumbuhan berbiji) Divisi : Magnoliophyta (tanaman berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (tanaman dikotil atau berkeping dua) Ordo : Caryophyllales

Famili : Cactaceae (kaktus) Subfamili : Cactoideae

Suku (tribe) : Hylocereae Genus : Hylocereus

Spesies : Hylocereus undatus (daging putih) Hylocereus polyrhizus (daging merah)

Hylocereus costaricensis (daging super merah)

Selenicereus megalanthus (kulit kuning, daging putih)

(12)

Walaupun akar dicabut dari tanah, tanaman masih dapat hidup dengan menyerap nutrisi dan air menggunakan akar udara.

Sulur merupakan istilah untuk batang pada kaktus. Sulur pada buah naga merupakan batang sukulen serta mengandung air yang menjadi cadangan pada saat kondisi lingkungan ekstrim. Sulur berwarna hijau, dimana terjadi proses fotosintesis tanaman. Sulur ini memiliki dari tiga sudut (triangular) yang bergelombang. Daun termodifikasi menjadi duri yang berada di sepanjang tepi, tepatnya di bagian lembah antar gelombang. Sulur terus tumbuh akan menghasilkan cabang sulur dan jumlahnya akan diatur agar buah naga dapat berproduksi secara optimum.

Morfologi sulur antara buah naga putih dan buah naga merah memiliki perbedaan. Sulur buah naga putih memiliki bentuk yang lebih bergelombang sedangkan sulur buah naga merah memiki tekstur yang lebih rata. keberadaan duri pada sulur buah naga merah lebih rapat dan lebih tajam dibandingkan dengan sulur buah naga putih. Warna sulur buah naga putih lebih hijau cerah dibandingkan sulur buah naga merah yang cenderung berwarna lebih hijau kusam. Bunga buah naga berbentuk corong memanjang dan memiliki ukuran sekitar 27-30 cm tergantung pada spesies masing-masing. Kelopak bunga bagian luar berwarna hijau, kelopak bunga bagian dalam berwarna kuning, dan mahkota bunga ketika mekar berwarna putih. Bunga buah naga memiliki tipe biseksual, dimana putik dan benang sari terdapat pada satu bunga. Benang sari berwarna kuning dengan jumlah banyak dan putik tunggal berwarna kuning pucat. Bunga buah naga memiliki beberapa karakteristik dalam penyerbukan. Perbedaan ketinggian antara benang sari dan putik menjadi permasalahan dalam penyerbukan bunga. Bunga mekar pada malam hari dan selesai mekar pada pagi dini hari, hanya memekar satu malam.

(13)

berwarna merah mencolok dan agak kusam. Bentuk buah naga putih sebagian besar lebih lonjong sedangkan buah naga merah lebih bulat. Sisik buah naga putih terdapat semburat hijau sedangkan sisik buah naga merah seluruhnya berwarna merah.

Agroteknopark Universitas Jember memiliki dua spesies buah naga yaitu Hylocereus undatus yang memiliki daging buah berwarna putih dan Hylocereus polyrhizus yang memiliki daging buah berwarna merah. Terdapat dua spesies buah naga lain yang belum banyak diketahui dan tidak terdapat di Agroteknopark Universitas Jember yaitu Hylocereus Costaricencis yang memiliki kulit berwarna merah dengan daging buah merah keunguan dan Selenicereus megalanthus (A. Berger Riccob) yang memiliki kulit berwarna kuning dengan daging buah putih. Buah naga kuning ini memiliki kelompok duri pada buah yang lepas saat buah matang. Buah naga kuning memiliki ukuran buah lebih kecil dibandingkan jenis lainnya. Biaya perawatannya tinggi sehingga belum menguntungkan secara ekonomi untuk dibudidayakan.

4.2 Syarat Tumbuh dan Budidaya Buah Naga

Famili Cactaceae memiliki daya adaptasi tinggi di lingkungan baru dan dapat hidup di lingkungan yang ekstrim. Tanaman buah naga merupakan tanaman tropis dan sangat mudah beradaptasi terhadap lingkungan tumbuh dan perubahan cuaca seperti sinar matahari, angin, dan curah hujan. Tanaman ini tahan terhadap cuaca yang panas tetapi tidak tahan terhadap keadaan salin dan tidak tahan terhadap kondisi air tergenang. Tanaman buah naga dapat tumbuh pada ketinggian 0-1000 m dpl. Ketinggian tempat untuk pembudidayaan buah naga merah dan putih yang baik yaitu dataran rendah seperti di Agroteknopark yang memiliki ketinggian medium yang berkisar 0-500 m dpl.

(14)

apabila kelembaban tinggi maka pertumbuhan cabang akan kurang subur serta mudah patah. Tanaman buah naga memerlukan jumlah penyinaran matahari yang tinggi. Tanaman ini tidak disarankan tumbuh di bawah naungan. Curah hujan yang mendukung pertumbuhan tanaman buah naga yaitu antara 600-1300 mm per tahun.

Tanaman buah naga tumbuh memanjat sehingga memerlukan penyangga berupa tiang atau sejenisnya. Sulur memanjat membentuk lingkaran di sekitar tiang penyangga. Penyangga tersebut dapat menyokong berat dari tanaman dan mudah dalam menjangkau bunga dan buah untuk dikerjakan pada produksi komersial. Penyangga yang di gunakan di Agroteknopark adalah tiang vertikal dengan Komposisi untuk membuat tiang beton ini yaitu semen: koral/split pasir dengan perbandingan 1:3:5 dan besi rangka berdiameter 8 mm.

Pengolahan lahan di lakuakan secara konvensional yaitu dengan membuat lubang menggunkan cangkul atau sekop, lubang berukuran 40x40 cm. Selanjutnya lubang di beri pupuk kompos satu minggu sebelum bibit di tanam. Cara pembibitan menggunkan bibit yang di stek dari batang yang sehat dan hijau yang berusia tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Bibit dari stek batang akan membuat tanaman tumbuh dengan cepat dan seragam. Apabila berasal dari biji, pertumbuhan buah naga sangat lambat yaitu memerlukan waktu hingga berbuah selama 7 tahun. Sulur tumbuh hingga ujung penyangga, maka akan menggantung dan tumbuh ke bawah mengikuti arah gravitasi bumi. Sulur tersebut kemudian akan berbunga 12-15 bulan setelah penanaman bibit.

(15)

Pengairan atau penyiraman di lakuakan 1 minggu 1 kali pada musim kemarau, pada musim penghujan tidak dilakuakan penyiraman karena turun hujan. Tanaman buah naga memiliki tipe fotosintesis Crassulacean Acid Metabolism (CAM). Jumlah air yang dibutuhkan akan tergantung pada tipe tanah. Tanaman ini berasal dari daerah yang memiliki daya presipitasi dan kelengasan yang tinggi. Rendahnya jumlah air harian akan lebih menguntungkan dari pada jumlah air yang lebih intensif dan banyak. Tanaman ini tidak tahan dengan genangan air sehingga tidak begitu banyaka membutuhkan air. Buah naga berbunga secara musiman dengan siklus 4 -7 kali per tahun. musim berbuah buah naga di Indonesia sekitar bulan November-April, sehingga dapat diperkirakan bahwa periode berbunga tanaman ini pada kisaran bulan tersebut. Indonesia memiliki potensi untuk tanaman buah naga dapat berbunga sepanjang tahun selama air, nutrisi dan suhu yang optimum karena fotoperiodisitas matahari yang tersedia sepanjang tahun. Bunga buah naga memiliki sifat nokturnal, yaitu bunga mekar pada malam hari.

hama dan penyakit pada tanaman buah naga belum menyebabkan kerugian berupa kehilangan hasil yang berarti. Selain itu menurut FAO (2012), tanaman buah naga belum banyak diketahui memiliki hama dan penyakit penting yang dapat merusak, hanya hama minor yang ditemukan. Hama yag di temukan pada buah naga di Agroteknopark adalah semut. Semut yang menjadi hama di pertanaman buah naga tergolong hama pada tanaman buah naga karena menyebabkan kerusakan pada masa pembungaan dan pembuahan. Semut terkadang ditemukan pada buah, bunga yang masih kuncup, dan sulur, tetapi tidak ada kerusakan parah yang ditemukan. Penegndalian hama tersebut menggunkan insektisida. Penyakit tidak di temukan pada buah naga di Agroteknopark.

(16)

pasca panen seperti pengeringan, pembersihan, sortasi, pelabelan dan pengolahan menjadi produk lain.

(17)

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Tanaman buah naga merupakan tanaman tropis. Tumbuh baik pada dataran rendah serta sangat mudah beradaptasi terhadap lingkungan tempat tumbuh dan perubahan cuaca seperti sinar matahari, angin, dan curah hujan. Tanaman ini tahan terhadap cuaca yang panas tetapi tidak tahan terhadap keadaan salin dan tidak tahan terhadap kondisi air tergenang. Jenis buah naga yang bayak di budidayakan adalah jenis Hylocereus undatus (buah naga daging putih) dan Hylocereus polyrhizus (daging merah).

2. Budi daya buah naga dimulai dari pengolahan lahan, selanjutnya penanaman bibit. Pemeliharaan meliputi pemupukan, pengairan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman berupa gulma, hama dan penyakit. Pemanenan dilakukan ketika buah sudah matang. setelah di panen buah naga langsung di pasarkan dalam kondisi segar tanpa ada pengolahan menjadi produk lain.

5.2 Saran

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Alnopri, Prasetyo, dan Bandi Hermawan. 2011. Idiotipe Kopi Arabika Tanaman Belum Menghasilkan pada Lingkungan Dataran Rendah dan Menengah. Agrovivor, 4(2): 62-69.

Anasiru, R. H., M. L. Rayes, B. Setiawan, dan Soemarno. 2013. An Agro-ecological Approach for Sustainable Farming in Langge Sub-watershed, Bolango Watershed, Gorontalo, Indonesia. Environment and Earth Science, 3 (5): 1-11.

Darwis, V., dan chairul Muslim. 2013. Keragaman dan Titik Impas Usaha Tani Aneka Sayuran pada Lahan Sawah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. SEPA, 9(2): 155-162.

Firmansyah, F., Tino M. A., dan Aos M. Akyas. 2009. Pengaruh Umur Pindah Tanam Bibit dan Populasi Tanaman terhdap Hasil dan Kualtas Sayuran Pakcoy (Brassica Campestris L., Chinensis Group). Agrikultura. 20(3): 216-224.

Kesumawati, E., Erita Hayati, dan M. Thamrin. 2012. Pengaruh Naungan dan Varietas terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Stroberi (Fragaria Sp.) di Dataran Rendah. Agrista, 16(1): 14-21.

Kusuma, Ahmad A., E. Harso Kardhinta, dan Mbue Kata B. 2013. Adaptasi Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) pada Dataran Rendah Dengan Pemberian Pupuk Kandang dan NPK. Agroekoteknologi 1(4): 908-918.

Martono, Djoko Setyo. 2012. Analisis Vegetasi dan Asosiasi antara Jenis-Jenis Pohon Utama Penyusun Hutan Tropis Dataran Rendah di Taman Nasional Gunung Rinjani Nusa Tenggara Barat. Agri-tek, 13(2): 18-27.

Nazaruddin. 2000. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rauf, Wahid A., dan martina sri lestari. 2009. Pemanfaatan Komoditas Pangan Lokalsebagai Sumber Pangan Alternatif di Papua. Litbang Pertanian, 28(2): 54-62.

Samadi, Budi. 1997. Usaha Tani Kentang. Yogyakarta: Kanisius.

(19)

Wahyu, Y., Aditya Permana S., dan Sri Gajatri Budiarti. 2013. Adaptabilitas Genotipe Gandum Introduksi di Dataran Rendah. Agrohorti, 1(1): 1-6.

Referensi

Dokumen terkait

Seperti pada pertemuan I, pada pertemuan 2 ini, dibuka dengan doa, senam otak, dan dilanjutkan reviu pertemuan sebelumnya. Fasilitator lalu memberi penjelasan agenda pertemuan

Data yang diinput berikut laporan yang dihasilkan oleh aplikasi Accurate selalu akurat dan tepat waktu, dan berperan sebagaimana kebutuhan bisnis perlukan. Seluruh penyimpanan

Data yang dikumpulkan terdiri atas data pengeluaran program pada tingkat pusat yaitu dari Kementerian dan Lembaga, data sub nasional yang diperoleh dari 8 provinsi yang meliputi

dalam memberikan penyuluhan kepada ibu hamil dan keluarganya mengenai perawatan masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, aktivitas fisik selama kehamilan,

K omisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) bekerja sama dengan Fokus Muda dan jaringan Populasi Kunci (OPSI, GWL dan PKNI) telah melaksanakan serangkaian pelatihan

Apakah anda mempunyai anggota keluarga yang bekerja di Kerambah Jaring Apung milik masyarakat laina. Ada, pekerjaan apakah yang anggota keluarga anda kerjakan = (jawaban boleh

Buku saku ini disusun secara ringkas agar pembaca dapat memahami dengan baik, buku saku merupakan pemanfaatan secara teoritis sebagai referensi yang memuat tentang: a)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Iryandi dan Vannywati (2011) yang diperoleh hasil bahwa profesionalisme dan etika profesi berpengaruh positif terhadap