• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transitivity System Inlancarberbahasa Indonesia 2 Textbook For Elementary School Grade Four

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Transitivity System Inlancarberbahasa Indonesia 2 Textbook For Elementary School Grade Four"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

xiii APPENDIX

The transcription of stories in nine chapters of Lancar Berbahasa Indonesia 2 textbook for Elementary School Grade Four

Pelajaran 1

Kelas Baru

Pagi-pagi Inu berangkat ke sekolah. Dia menghampiri Ani, teman sekelasnya.

material process material process

Rumahnya tidak jauh dari rumah Inu. Di depan rumah Ani, Inu memanggilnya.

relational process verbal process

“Ani, ayo berangkat

material process !”

“Ya, sebentar,” teriak

verbal process

Ani dari rumahnya.

Tak lama kemudian, Ani berlari keluar dari rumahnya. Dia menyandang

material process material process

tas di bahu

sebelah kiri.

“Gembira sekali hatimu, Ani !” kata

mental process verbal process

Inu menyapanya.

“Ini kan hari pertama kita masuk sekolah, Nu. Kita baru saja berlibur

material process material process

sebulan lebih.

Sekarang kita akan kembali

material process

bersama teman-teman kita.”

“Betul , An, kita juga bertemu dengan Bu Ida,” kata

material process verbal process Inu.

“Tapi, apakah dia masih mengajar

material process kita, Nu ?”

“Aku tidak tahu, An. Sayang sekali, ya An, kalau Bu Ida tidak mengajar

mental process material process

(2)

xiv guru yang baik sekali,” kata Inu memuji

relational process verbal process Bu Ida.

“Iya, Nu, kita paling senang

mental process

dengan Bu Ida.”

“Betul, An, tapi apa iya kamu mau kembali ke kelas tiga biar kamu diajar

material process material process

Bu Ida

lagi,” kata

verbal process

Inu menggoda temannya.

“Yah ... bukan begitu, Nu. Kalau dia mengajar

material process

kita, kan enak kita bersama dia terus,”

kata

verbal process

Ani membela diri.

Mereka asyik berbicara

verbal process

tentang Bu Ida, guru kelas tiga yang lalu. Tiba-tiba

mereka telah sampai di depan rumah Ita. Mereka berdua membelok

material process material process

ke rumah ita.

Ternyata, Ita telah siap di depan rumahnya. Inu pun mengajak

material process material process

Ita.

Sampai di sekolah, mereka melihat teman-temannya sudah datang

material process mental process material process . Wajah-

wajah mereka tampak gembira

mental process .

Bel berbunyi. Anak-anak masuk kelas. Bu Nurhayati masuk dan berdiri

material process material process material process di

depan kelas. Bu Guru memanggil

verbal process

dua anak ke depan kelas.

“Anak-anak, kalian punya teman baru. Ini Peter dan ini Bonar,” kata

(3)

xv Guru. Setelah diperkenalkan, kedua anak itu duduk

material process material process

kembali di tempatnya.

“Anak-anak, sekarang ruang ini menjadi

material process

tempat belajar kamu semua.

Anggaplah tempat ini milikmu. Kamu jaga dan kamu rawat

relational process material process

supaya bersih, rapi, dan

indah,” kata

verbal process Bu Guru.

Ani mengacungkan tangan dan bertanya

material process verbal process

, “Usul Bu, ruang ini kan

peninggalan kakak yang sekarang duduk di kelas lima. Bagaimana kalau ruang ini

kita sesuaikan

material process

dengan keinginan kita?”

“iya Bu, supaya kami lebih senang belajar di ruang ini,” kata

mental process verbal process Inu.

Bu Nurhayati menegaskan, “Baik sekali usul

verbal process verbal process

kalian. Memang, sebaiknya

ruang ini disesuaikan dengan keinginan penghuninya. Untuk itu, marilah kita

material process material process

atur

ruang ini supaya cocok dengan keinginan kamu semua. Tetapi, sebelum

material process mengatur

ruang ini, kamu bicarakan

verbal process

(4)

xvi Panji Laras

Dahulu kala di pulau Jawa ada

existential process

satu kerajaan besar. Rajanya

belum punya permaisuri. Pada suatu hari sang Raja pergi berburu. Dia diiringi

relational process material process material process

lima

orang pengawal sakti. Sebelum matahari terbit, rombongan raja itu sudah

material process material process

berangkat

ke hutan.

Rupanya hari itu kurang menguntungkan. Sampai tengah hari belum

relational process existential process

seekor

binatang pun tertangkap. Sang Raja masuk

material process material process

ke hutan lain. Di hutan ini pun sang Raja

belum beruntung. Sampai matahari condong ke barat belum ada

relational process existential process

buruan yang didapat.

Tiba-tiba pandangan sang Raja menatap

mental process

lama ke depan. Jauh di sana, di atas

bukit berdiri sebuah pedepokan. Pedepokan yang dikelilingi

material process material process

pohon, bunga, dan

sawah. Pedepokan itu dihuni

material process

oleh seorang pendeta, putrinya, dan beberapa muridnya.

Ke sanalah sang Raja dan pengawalnya bergerak

material process .

Singkat cerita, sang raja memperistri

material process

putri pendeta itu. Sang Raja

memerintahkan pengawalnya dan berpesan agar sang Patih

material process verbal process material process

mewakilinya mengatur

kerajaan.

Tiga bulan telah berlalu, sang Raja memutuskan akankembali

material process

(5)

xvii kerajaannya. Dia khawatir terjadi apa-apa di kerajaannya. Sang Putri tak dapat ikut

mental process material process

.

Dia khawatir

mental process

pada kesehatan ayahandanya yang sudah tua.

“Aku akan sering menengokmu, Dinda,” kata sang Raja berpamitan

mental process verbal process verbal process .

“Aku dan putramu di kandungan ini selalu menunggu

material process

kedatangan Paduka,”

jawab

verbal process sang Putri.

Dengan berat hati, sang Putri melepas

material process Baginda.

Tibalah saatnya sang Putri melahirkan

material process

. Ia melahirkan bayi laki-laki. Bayi itu

diberi nama Panji Laras oleh kakeknya. Kelahiran cucunya itu menjadikan

material process material process

semangat

hidup dan kesehatan sang Pendeta baik kembali. Seluruh perhatian sang Pendeta dan

sang Putri hanya untuk mendidik Panji. Sampai-sampai keduanya lupa

material process mental process

kalau sang

Raja belum pernah menengoknya

mental process

.

Pada suatu hari, ketika matahari baru sepenggalah tingginya, datang

relational process material process seekor

Raja Elang.

“Ak...ak...ak...!” Suara Elang itu mengejutkan. Elang itu terbang

material process material process mengelilingi

(6)

xviii Tiba-tiba Elang itu menukik

material process

turun di halaman pedepokan. Ada sesuatu yang

dilepaskan

material process

dari cengkeraman kedua kakinya.

“Peliharalah ! Ini kelak yang akan menolongmu Panji...,” kata

material process material process verbal process Elang. Elang

itu kemudian terbang membubung tinggi dan menghilang

material process material process

.

Setelah hilang kagetnya, Panji Laras lari

material process material process

mendapatkan sesuatu yang

ditinggalkan

material process

Elang tadi.

“Oh ...anak ayam!” seru

verbal process Panji.

Sejak itu Panji memelihara

material process

anak ayam itu dengan penuh kasih. Panji sendiri

terus tekun belajar di bawah bimbingan kakeknya. Segala macam ilmu dia pelajari

material process material process

.

Misalnya, silat, baca, tulis, dan ilmu bercocok tanam.

Panji berusia sepuluh tahun, dia telah menjadi

relational process relational process

remaja cilik yang sakti, pandai,

dan sopan. Anak ayamnya pun telah tumbuh menjadi

relational process

seekor jago yang sakti dan

ajaib. Ajaib karena dapat berbicara

material process .

Pada suatu hari, Panji memohon izin

verbal process

kepada ibu dan kakeknya untuk pergi ke

istana raja. Dia ingin mengadu

material process

(7)

xix Puluhan jago telah ditaklukkan

material process

jago Panji. Banyak uang emas taruhan telah

dikumpulkan Panji. Yang membuat orang heran, semua uang itu

material process material process material process

dibagi-bagikan

kepada fakir miskin.

Kesaktian jago Panji itu terdengar oleh sang Raja. Sang Raja

mental process material process

ingin mengadu

jagonya yang paling baik.

“Apa taruhanmu, anak muda?” tanya

verbal process Baginda.

“Leherku, Paduka!” jawab

verbal process

Panji sambil menyembah.

“Leherku boleh Paduka potong bila jagoku kalah,” tambah

material process verbal process Panji.

“Oh ... kau terlalu sombong, anak muda!”

“Maafkan hamba, Paduka! Hamba tak ingin

mental process mental process

menyombongkan diri.”

“Baiklah anak muda ... Kalau jagoku kalah, ambillah

material process

semua uang emasku!”

Pertarungan jago Panji dengan jago sang Raja pun dimulai

material process . Banyak sekali

orang melihat pertarungan itu. Sering orang menahan napas

mental process behavioural process

karena tegang. Kedua

jago itu saling mendesak. Akhirnya, pertarungan itu mencapai

material process material process

puncaknya.

“Buk ... des!” kedua jago itu saling patuk dan bertubrukan

material process

(8)

xx Jago sang Raja menggelepar. Jago Panji menang, lalu berkokok

Material process material process verbal process .

“Kuk kur ru kuk ...!

Aku jago Panji Laras!

Panji Laras tinggal

material process di hutan!

Bersama ibu dan kakeknya!”

“Kuk kur ru kuk ...!

Panji Laras mencari

material process ayahnya!

Kata orang dia tinggal

verbal process material process di istana!

Kuk kur ru kuk ...!

Semua orang terkejutmendengar kokok jago Panji. Raja pun terheran-heran

mental process mental process

.

Diam-diam Panji meninggalkan tempat persabungan itu. Dia

material process material process

tidak mengambil

semua uang emas yang dimenangkannya. Panji hanya mengambil

material process

uang sekuatnya.

Di perjalanan sebagian uang itu dibagikan

material process

kepada fakir miskin. Selebihnya

akan diberikan

material process

kepada ibunya.

Tanpa diketahui Panji, sang Raja mengikutinya. Ketika tiba

mental process material process

di pedepokan,

sang Raja melihat ibu Panji, terkejutlah

mental process mental process

sang Raja. Itulah keluarganya yang telah

lama ditinggalkannya

(9)

xxi “Maafkanlah Adinda, maafkanlah Panji ... akulah

mental process mental process relational process

ayahandamu. Aku telah

lama meninggalkanmu

material process ...”

Terlihat

mental process

Raja, istri, dan putranya itu berpelukan. Dari jauh kakek Panji

tersenyum

behavioural process

melihat kebahagiaan yang dialami cucu, anak, dan menantunya itu.

Pelajaran 3

Bermain di Rumah Teman

Ani, Ita, dan Peter pergi ke rumah Inu. Mereka sudah berjanji

material process verbal process

, sore ini

akan belajar di rumah Inu. Di rumah Inu ada

material process existential process

perpustakaan kecil, banyak buku dan

majalah.

“Selamat sore, Pak”, Ani dan Peter serempak memberi salam

verbal process

kepada ayah

Inu di serambi depan.

“Oh kalian, selamat sore. Ayo masuk

material process

, Inu ada di belakang.”

“Permisi, Pak,” kata Ani dan Ita masuk

verbal process material process

ke dalam. Peter di serambi depan

duduk

material process

di sebelah ayah Inu.

“Mau pergi, kalian? Tanya

(10)

xxii “Tidak, Pak, kami akan belajar. Ada

material process existential process tugas bahasa Indonesia

dari Bu Guru.”

“Oh, begitu, bagus sekali kalian belajar bersama. Di sini ada

material process existential process buku-buku.

Boleh kalian gunakan

material process .”

Tiba-tiba Ita muncul dari belakang. Ani pun menyusul dan Inu mengikuti

material process material process material process belakang Ani.

di

“Jadi, kami boleh ikut membacanya, Pak?” tanya

material process verbal process Ani.

“Oh tentu, Bapak lebih senang. Buku dibeli

mental process material process

untuk dibaca kan, bukan untuk

dipajang di ruang tamu,” kata

material process verbal process Ayah Inu.

“Ini Pak, kami medapatkan tugas mengumpulkan

material process

kalimat. Isi kalimat itu

ada dua berita. Dan, berita itu terjadi

existential process material process

secara beruntun.”

“Iya, Pak, misalnya Adik Inu bangun pukul 05.00 pagi, lalu salat

material process material process

shubuh,”

kata Ita menyela

verbal process

Ani.

“Kalau begitu,” kata ayah Inu, “sebaiknya kalian mencari

verbal process material process

kalimat-kalimat

seperti itu di dalam buku-buku cerita atau didalam majalah anak. Lalu,

(11)

xxiii kalimat-kalimat yang kalian inginkan

mental process itu.”

“Kami tidak tahu manfaat tugas ini, Pak,” kata

mental process verbal process Ani.

“Dengan membaca dan mencatat kalimat dari bacaan, kalian akan

material process material process

mendapat

keuntungan ganda,” jelas

verbal process ayah Inu.

“Pertama, kalian akan bertambah

material process

pengetahuan dari isi bacaan. Kedua, kalian

dapat menemukan sendiri apa yang kalian ingin-kan. Ketiga, kalian akan belajar

material process material process

dari

sumber tertulis. Keempat, kalian akan mengenali

material process

cara orang berpikir dalam membuat

kalimat. Terutama, kalian akan tahu

mental process

bagaimana orang menyusun dua berita dalam

satu kalimat.”

“Wah, kita punya pengalaman baru,” kata

relational process verbal process

Peter memuji pikiran ayah Inu.

“Nah, itu untungnya kita belajar di sini,” kata

material process verbal process Ita.

Mereka asyik mencari bacaan. Ada yang menemukan

material process material process

buku cerita. Ada yang

membaca

material process

majalah anak.

“Nah, ini saya dapat satu,” kata

material process verbal process

(12)

xxiv duduk, lalu anak-anak mengelilingi

material process material process kakek.”

“Ya, saya kira

mental process

betul itu Ani. Ini juga Ani.”

Sang Putri datang, kemudian memanggil material process verbal process

para pembantunya.”

“Ya, itu kalimat yang diminta Bu Guru,” kata

verbal process verbal process

Inu meyakinkan kedua

temannya. “Jangan lupa kalian catat

mental process material process

judul buku atau judul karangan yang kalian

baca itu, kata

material process verbal process

Ayah itu penting.”

Mereka mencatat kalimat-kalimat yang ditemukan

material process material process

, juga judul buku atau

majalah yang memuat

relational process

kaliamat-kalimat itu.

Pelajaran 5

Pergi ke Bank

Pada suatu hari Inu ikut ayahnya pergi ke bank. Di bank itu banyak

material process material process existential process orang. Di

loket tabungan ada yang mengambil uang. Ada juga yang menyimpan

material process material process

uang. Di loket

yang lain juga antre.Ada juga beberapa petugas bank duduk

material process material process

di luar loket-loket

antrean. Mereka melayani orang-orang yang bertanya tentang cara-cara

material process verbal process material process

menabung

atau hal-hal lain. Ayah Inu berada

existential process

(13)

xxv Inu menunggu ayahnya di ruang tunggu. Dia memperhatikan

material process mental process

kesibukan

orang-orang di tempat itu. Waktu Inu melihat

mental process

satu kursi kosong di depan petugas

yang melayani pertanyaan, dia segera berdiri

material process material process

. Inu mendekati kursi itu. Petugas pun

mengerti, lalu dia mempersilakan Inu duduk

mental process material process material process .

“Adik sedang menunggu ayah, ya?” tanya

material process verbal process petugas itu.

“Ya, Bu,” jawab

verbal process Inu

“Siapa nama Adik?”

“Nama saya Inu, Bu”

“Kelas berapa,” tanya

verbal process

petugas bank itu lebih jauh.

“Kelas IV SD .... Siapa saja yang boleh menabung , Bu?” tanya

material process verbal process Inu ingin

tahu.

“Siapa saja boleh asalkan memenuhi

material process syarat.”

“Apa syaratnya, Bu?” tanya

verbal process Inu.

“Syarat itu tergantung

relational process

pada jenis tabungan. Anak-anak sekolah juga boleh,

Bu?”

“Ya, ini brosur yang berisi

relational process

(14)

xxvi pelajar dan pramuka. Silakan adik bawa pulang dan pelajari

material process material process

baik-baik. Kalau ada

yang akan ditanyakan, adik datang

verbal process material process saja kesini.”

“Bolehkan saya mengajak teman-teman sekolah, Bu?” Inu ingin

material process material process

mengajak

teman-temannya.

“Oh, boleh. Datanglah dengan teman-temanmu. Tapi, jangan lupa

material process mental process

brosur ini

Adik bawa

material process .”

“Terima kasih, Bu.”

Ketika Inu berdiri dari kursinya , ayahnya telah berada

material process existential process

di belakangnya.

“Selamat siang dan terima kasih, Bu” kata

verbal process

ayah Inu kepada petugas itu.

Pelajaran 7

Mencari Mata Air

Inu berlibur di tempat pamannya. Paman Inu tinggal

material process material process

di desa kira-kira

tujuh kilometer dari kota kecamatan. Inu, Ipan, ayah, dan ibu Inu naik

material process kendaraan

sampai di pasar, lalu naik delman. Mereka turun

material process material process

dari delman di pinggir sungai.

Rupanya jalan yang dapat dilalui

material process

(15)

xxvii menyeberangi sungai itu, lalu berjalan

material process material process

kaki melewati ladang kering kira-kira dua

kilometer. Barulah mereka masuk

material process

desa paman Inu.

Paman dan bibi Inu ramah menyambut

material process

kedatangan Inu dan orang tua serta

adiknya. Bibinya repot sekali menyiapkan sesuatu. Ibu Inu membuka

material process material process

oleh-oleh untuk

bibi dan paman, juga untuk dua paman Inu.

Inu dan Ipan serta Fatimah dan Fajar, anak pamannya, berjalan-jalan

material process di

sekitar rumah paman Inu. Rupanya daerah ini

relational process

kering. Pohon-pohon juga banyak yang

kering. Ada sungai, tapi juga kering. Kata orang, sungai itu ada

relational process verbal process relational process airnya hanya waktu

musim hujan. Di ladang pun hanya ada

relational process

rumput kering, tak tampak warna hijau,

menurut cerita paman Inu, sudah lama tidak ada hujan. Di daerah ini

verbal process material process

sering terjadi

musim kemarau panjang. Para petani mencari

material process

makanan ternak ke daerah lain di

pinggir gunung.

Inu dan Ipan serta kedua anak pamannya berjalan-jalan

material process

di ladang yang

kering. Mereka melihat kehidupan masyarakat petani. Ada yang pergi

mental process material process

ke lereng

gunung mencari kayu bakar. Ada juga yang membawa

material process

(16)

xxviii kecamatan. Mereka menjual

material process

kayu bakar untuk membeli bahan-bahan makanan atau

keperluan lain. Semua orang terlihat bekerja. Tidak ada yang berpangku tangan

mental process material process

.

Mereka bekerja keras

material process

, membanting tulang.

Di ladang ada orang-orang menggali

material process

tanah kering untuk membuat lubang.

Satu lubang luasnya satu meter persegi dan dalamnya setengah meter. Kata

verbal process salah

seorang petani, lubang itu sengaja dibuat

material process

waktu musim kemarau. Maksudnya supaya

lubang itu tertutup

material process

oleh rumput-rumput kering atau kotoran-kotoran ternak. Semua

itu akan menjadi pupuk. Waktu musim hujan tiba, lubang-lubang itu ditutup

relational process material process

dengan

tanah. Ladang itu lalu ditanami

material process singkong.

Malam hari Inu merenung, dia kasihan

mental process mental process

kepada paman dan bibinya juga adik

sepupunya. Mereka harus bekerja keras

material process

. Itu barangkali sebabnya ayah selalu

membawa bahan-bahan makanan kalau ke rumah paman. Inu teringat

material process mental process

pada seorang

wanita yang menerima

material process

hadiah Kalpataru.

Wanita itu telah menyelamatkan

material process

(17)

xxix kekeringan. Wanita itu menggali

material process

parit dari lereng bukit hingga ke desa tempat

tinggalnya untuk mengalirkan air dari mata air yang ditemukan

material process material process

di bukit itu. Inu pun

berpikir

mental process

, adakah mata air di bukit sebelah barat desa paman ini.

Pelajaran 9

Membeli Majalah Setiap Minggu pagi Inu biasanya berlatih

material process

silat. Pagi itu sejak subuh

hujan lebat. Inu sudah mandi dan sarapan. Dia juga telah berpakaian

material process material process

silat. Hari sudah

pukul 07.00, tetapi Inu belum dapat berangkat. Hujan belum reda

material process material process

. Inu menunggu di

ruang tamu sambil membaca-baca

material process

majalah lama. Di ruang “Arena Kecil” dalam

majalah anak Matahari, Inu membaca

material process

sebuah tulisan pendek yang menarik.

Inilah kutipan tulisan yang dibaca

material process Inu.

“Membeli Majalah Matahari” ("Buying Sun Magazine") Ketika di rumah teman, aku membaca

material process

majalah Matahari.

Aku senang majalah itu. Pernah aku meminta

mental process verbal process

(18)

xxx Kata Ibu, “Harganya mahal. Ibu belum punya

verbal process relational process relational process uang.”

Betul juga! Uang seribu dua ratus bagi keluargaku cukup sulit mencarinya

material process .

Lalu, kucoba untuk menabung sedikit demi sedikit. Setelah uangku cukup

material process relational process

, aku

membeli

material process

majalah Matahari di agen majalah.

Baru kali ini aku membeli majalah dengan uangku sendiri. Aku

material process mental process

bahagia

sekali dapat membeli sendiri, meski aku harus menahan

material process

haus dan lapar karena harus

mengurangi jajan.

Tidak Boleh Boros Sekitar pukul 10.00 Inu sudah tiba

material process

di rumah. Dia lelah, haus, dan

lapar. Latihan silat tadi telah menguras tenaganya. Dia langsung pergi

material process material process

ke dapur

mengambil air putih. Segelas air putih cepat diteguknya

material process material process

.Ibunya yang sedang

memasak

material process

di dapur tersenyum melihat tingkahnya.

“Lapar, Bu!” kata

verbal process Inu.

“Tunggulah sebentar di depan. Bukalah

material process material process

bajumu biar keringatmu kering. Ibu

masak

(19)

xxxi “Gado-gado?”

“Ya ...”

“Asyik ...!”

Tidak berapa lama, sepiring gado-gado siap

material process

di meja makan untuk Inu lebih

dahulu Ibunya mengerti

mental process

, Inu kelaparan sehabis latihan silat. Untuk ayah dan adik Inu,

belakangan.

Ketika mengambil sepiring gado-gado, Inu bertanya

material process verbal process

kepada ibunya.

“Bu, kenapa nggak beli

material process

saja di warung Bu Sam ? kan lebih cepat Bu daripada

bikin

material process sendiri ...”

“Sekali-sekalibeli , boleh Nu. Tapi, kalau terlalu sering kan

material process relational process

boros. Nah,

makanlah

material process dulu!”

Inu tak berbicara lagi. Perutnya sudah sangat lapar

verbal process relational process

. Dulu dia tidak suka

makan gado-gado. Segala macam sayur juga tak suka. Tapi setelah dijelaskan

material process mental process verbal process

oleh

Bu Guru di sekolah, dia mulai mencoba. Sayur sangat dibutuhkan

material process material process

oleh tubuh kita.

Sayur mengandung bermacam-macam vitamin. Vitamin sangat penting

relational process relational process

untuk

menjaga kesehatan kita. Sekarang Inu senang

mental process

(20)

xxxii dimasak

material process gado-gado.

Pelajaran 11

Sang Juara Sepulang sekolah, Inu membaca

material process

majalah anak-anak kegemarannya. Ia

tertarik membaca

material process

berita tentang Susi Susanti dan Alan Budikusuma.

Dalam majalah itu diceritakan bahwa Alan dan Susi berhasil merebut

verbal process material process

medali

emas di Olimpiade Barcelona, Spanyol, tahun 1992. Medali emas itu diperoleh

material process lewat

cabang olahraga bulutangkis. Alan menjadi

relational process

juara pertama tunggal putra. Susi

menjadi

relational process

juara pertama tunggal putri.

Medali emas adalah

relational process

impian setiap bangsa yang ikut dalam olimpiade.

Indonesia telah beberapa kali ikut dalam olimpiade. Namun,

material process material process

belum pernah berhasil

merebut medali emas. Prestasi terbaik Indonesia sebelumnya adalah

material process relational process

Olimpiade Seul,

Korea Selatan, tahun 1988. Kala itu Indonesia meraih

material process

medali perak lewat cabang

olahraga panahan. Baru dalam olimpiade di Barcelona, tahun 1992 Indonesia dapat

meraih

(21)

xxxiii Karena Alan dan Susi menjadi

relational process

orang Indonesia pertama yang berhasil

merebut

material process

medali emas, wajarlah sambutan orang luar biasa. Semua orang Indonesia

bangga dan berbahagia. Kebanggan itu misalnya terlihat

mental process mental process

dalam bentuk pemberian

hadiah. Para pengusaha kaya mengumpulkan

material process

uang hadiah. Alan dan Susi masing-

masing menerima

material process

hadiah uang satu milyar rupiah.

Alan dan Susi tentu tidak dapat meraih

material process

juara olimpiade itu sendiri. Mereka

dapat meraih

material process

juara itu karena bekerja sama dengan orang lain. Orang lain itu

misalnya pelatih, kawan berlatih, dan bahkan pengurus Persatuan Bulutangkis

Seluruh Indonesia atau PBSI. Oleh karena itu, hadiah uang yang diterima

material process Alan dan

Susi dibagi-bagi. Pelatih dan kawan berlatihnya mendapat

material process material process

bagian. Alan dan Susi

masing-masing mendapat

material process

hadiah empat ratus juta rupiah.

Memancing di Sungai Kapuas Pada liburan caturwulan satu yang lalu, Inu berlibur

material process

ke Pontianak. Pamannya

yang bekerja di PLN bertugas ke Jakarta. Ketika pamannya pulang

material process material process

ke Pontianak, Inu

ikut. Mereka berdua naik pesawat terbang. Ketika tiba

material process material process material process

(22)

xxxiv adik sepupu Inu sudah menunggu

material process .

Setelah saling bertanya kabar, mereka naik mobil. Bibi yang mengemudi

verbal process material process material process .

Mereka lewat

material process

Jalan Ahmad Yani. Belum jauh memasuki jalan itu, tiba-tiba Inu

berseru

verbal process ,

“Woow... jalannya

relational process

panjang dan lurus sekali!”

“Dan... indah sekali. Lihat

mental process

itu, Kak Inu! Rumpun-rumpun palem merah.

Ditanam dengan jarak yang teratur untuk pemisah jalur jalan,” sambung

material process verbal process

Emi, adik

sepupu Inu, membanggakan

mental process

keindahan kotanya.

Tidak berapa lama, mereka tiba di rumah. Inu mendapat

material process material process

kamar di samping

kamar Emi. Mereka berdua asyik saling bercerita

verbal process

. Maklum, keduanya lama tak

berjumpa

mental process .

Hari kedua berada di Pontianak, Inu diajak memancing

material process

oleh pamannya. Inu

memang gemar memancing. Mereka memancing

material process material process

di Sungai Kapuas, di dekat Tugu

Khatulistiwa.

Beberapa saat setelah mereka memancing, Inu bertanya

material process verbal process

(23)

xxxv “Paman, Paman sering memancing

material process disini?”

“Ya ... sering,” jawab

material process Paman.

“Paman sering dapat ikan?” sambung

verbal process Inu.

Paman Inu mengerti

mental process

apa yang dirasakan Inu lewat pertanyaannya itu. Inu

mulai merasa

mental process

bosan karena sudah lama belum memperoleh ikan. Karena itu, dengan

sabar paman menjawab

verbal process .

“Biasanya ... jam begini, Paman sudah ... dapat

material process banyak ikan ....”

“Aneh ... sudah lama, kita belum dapat apa-apa ....”Terdengar

material process mental process

Inu memotong

kata-kata pamannya.

“Ha ... ha ... ha ... Inu, kita sudah dapat

material process apa-apa.”

Inu menoleh kepada pamannya. Keningnya berkerut tidak mengerti

mental process mental process

. Sorot

matanya mengandung

relational process

pertanyaan kepada pamannya.

“Kita dapat

material process

sesuatu yang lebih mahal daripada ikan.”

“Inu tidak mengerti

mental process

, Paman.”

“Begini, Inu. Kita sudah sekitar satu jam memancing

material process

(24)

xxxvi kita dapat. Tapi, kita masih bertahan

material process material process

disini. Apa kita bukan orang luar biasa, Inu?

Kita orang yang

relational process

sabar ... dan gigih ... Ini latihan kesabaran dan kegigihan ...”

“Ya ... tapi ...”

Belum selesai meneruskan kata-kata, tiba-tiba perhatian

material process mental process

Inu ke pancing yang

dipegangnya. Umpan pancingnya disambar

material process ikan.

“Inu, ulur senarnya. Tarikan ikan itu belum kuat. Umpannya

material process relational process material process belum ditelan

semuanya!”

“Ya, paman!”

“Nah, itu tarikannya sudah kuat. Umpan sudah ditelan.

relational process material process

Tarik dan gulung

senarmu! Pelan-pelan ...!”

“Ya, paman!”

“Sekarang, sentak

material process !”

Inu menyentakkan pancingnya. Terlihat seekor ikan besar bergelantungan

material process material process

di

ujungpancing itu. Ikan itu menggelepar, memberontak, ingin lepas

material process

.

Ikan itu sudah dekat. Tangan kanan Inu menggapai

relational process material process

ujung senar. Tiba-tiba,

“Plung! Pyarrr....” Ikan itu lepas dan jatuh ke air. Lari

(25)

xxxvii terkejut. Kecewa

mental process ....

Pelajaran 13

Berkemah

Hari Minggu, pukul 05.30 pagi Inu sudah tiba

material process

di sekolahnya. Gurunya

yang akan memimpin kemah sudah datang

material process

. Teman-teman sekelasnya sebagian besar

juga sudah datang. Pukul 06.00 mereka berangkat dengan bus kecil. Mereka

material process material process material process

menuju

ke Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur.

Setibanya di Cibubur, mereka sendiri mendirikan

material process

kemah. Kemudian, mereka

bersiap-siap menjerang air dan menanak nasi. Tiga buah batu sebesar kepala

material process material process material process

disusun

seperti bentuk huruf U. Kayu bakar dan sampah kering sudah terkumpul

material process . Bonar

berjongkok di depan tungku dan mulai menyalakan api

material process material process

. Yang lain berdiri

melihatnya. Beberapa kali Bonar gagal menyalakan korek api. Ifan turun tangan

mental process material process material process

.

“Coba, Nar! Siapa tahu aku bisa,” pinta

material process verbal process

Ifan.

Berulang kali Ifan mencoba menyalakan korek api. Tetapi dia juga gagal

material process material process

.

“Lihat korek apinya!” Tiba-tiba Ismail mengulurkan tangan

mental process material process

(26)

xxxviii “Pantas... korek apinya agak lembab. Semalam kamu ompoli

relational process material process

ya, Nar?”

sambung

verbal process Ismail.

“Enak saja... memangnya aku masih ngompol seperti kamu!” balas

material process verbal process Bonar.

“Ah, jangan bergurau terus. Nanti terlambat masak, kelaparan kita. Tunggu

verbal process material process material

!

Aku pinjam korek api ke regu lain,” kata Ifan sambil memutar

material process verbal process material process tubuh.

“Tunggu, tunggu Ifan! Jangan pinjam dulu! Sini korek apinya, aku

material process material process material

hangatkan

dulu!” pinta

verbal process Inu.

Terlihat Inu mengambil beberapa batang korek, lalu menjepitnya

material process material process

di ketiak

lengan kiri. Mata koreknya dia jepitkan

material process

di ketiak lengan kanan. Selanjutnya Inu

berlari-lari

material process

beberapa saat.

“Ah, kamu Nu! Mana mungkin api nyala dibegitukan” teriak

material process verbal process Bonar.

Sesaat kemudian, Inu mendekati tungku. Menumpuk

material process material process

sampah daun kering di

atas kayu. Dia nyalakan

material process

korek. Sekali coba, “casss!” Dia sulut sampah daun itu.

Menyala...! Kayu pun mulai terbakar

material process

(27)

xxxix Pelajaran 15

Suri Ikun yang Cerdik Di pedalaman Pulau Timor, hiduplah

existential process

seorang petani miskin. Petani itu

memiliki empat belas orang anak. Dia punya ladang. Tapi, dia sulit memberi

material process relational process material process

makan

yang cukup kepada semua anaknya itu. Kesulitan itu bertambah karena tanaman di

ladangnya selalu dirusak

material process

babi hutan. Singkong, ubi, nanas, dan sayur-sayuran yang

siap dipanen

material process

selalu didahului babi hutan.

“Hrrr .... Hai, sahabatku ... Raja cacing ... Apakah sekarang ladang dijaga

material ?”

tanya Raja Babi Hutan ketika akan memasuki

material process

ladang petani itu.

“Aman ... sahabatku. Anak sulung petani itu sudah pulang

material process

dari tadi. Rupanya

anak yang tinggi besar itu takut pada gelap malam,” jawab

mental process verbal process

Raja Cacing.

Malam itu Raja Babi Hutan beserta para pengikutnya berpesta pora

material process . Mereka

makan

material process

sekenyang-kenyangnya.

Esok paginya petani itu marah sekali menyaksikan

mental process

kerusakan ladangnya. Dia

lebih marah lagi setelah tahu bahwa tadi malam anaknya diam-diam pulang

mental process material process

. Pulang

(28)

xl Petani itu akhirnya menyuruh

material process

anak-anaknya menjaga ladang berdua-dua.

Anak kedua dan ketiga, anak keempat dan kelima. Begitu seterusnya berpasangan.

Tapi, setiap pagi petani itu tetap menyaksikan

mental process

tanamannya rusak. Dia

marah dan sedih

mental process .

Tiba giliran Suri Ikun, si Bungsu berjaga. Dia berjaga sendirian,

material process relational tak punya

pasangan jaga lagi. Dia membawa

material process

sebilah parang yang sangat tajam.

“Aku mau tahu ... apakah babi hutan itu mampu menghadapi

mental process material process

parangku yang

tajam ini?” begitu kata

verbal process

Suri Ikun dalam hati.

Begitu malam tiba, Suri Ikun bersembunyi

material process

di dekat tempat yang biasa

dilewati babi hutan. Keanehan terjadi. Rombongan babi hutan itu tak lewat

material process material process material process

di jalan

biasanya. Tapi, tanaman yang letaknya jauh dari tempat Suri Ikun berjaga

material process rusak juga.

Suri Ikun minta izin

verbal process

kepada ayahnya agar ia dapat giliran jaga terus. Ayahnya

setuju dan saudara-saudaranya senang sekali. Mereka bebas

mental process relational process dari tugas jaga.

Malam kedua, Suri Ikun dapat membongkar

material process

suatu rahasia. Rupanya Raja

Babi Hutan itu bekerja

material process

(29)

xli membunuh Raja Cacing itu. Memotong-motongnya

material process material process

dengan parangnya yang tajam.

Suri Ikun tidak berhenti sampai di situ. Esok harinya dia membuat

material process material process

perangkap.

Dia gali lubang yang luas dan dalam di tempat yang biasa dilalui

material process material process

babi-babi hutan itu.

Lubang itu dia tutup dengan ranting-ranting kayu. Di atasnya dia lapisi

material process material process

rumput. Tak

lupa Suri Ikun menaruh singkong dan ubi di atasnya. Sekilas tak kelihatan

material process mental process

bahwa itu

jebakan. Apalagi pada malam hari yang

relational process gelap.

Suri Ikun melengkapi

material process

jebakannya. Bajunya yang sudah jelek dan bau

keringatnya itu dia lepaskan, dia robek-robek. Robekan kecil-kecil itu dia

material process material process material taruh

sekeliling ladangnya dengan jarak sekitar dua puluh langkah. Hanya depan lubang

jebakan tak ditaruh

material process

robekan baju itu.

Malam pun tiba. Suri Ikun pulang. Dia ingin tidur

material process material process

setelah kecapaian seharian

membuat

material process jebakan.

Raja Babi Hutan dan rombongannya datang

material process .

“Hati-hati ... Rupanya ladang ini dikelilingi

material process

(30)

xlii mengerahkan semua anaknya untuk berjaga ...” kata Raja Babi ketika mencium

material process mental process

bau

keringat manusia dimana-mana.

Raja Babi itu memerintahkan

material process

anak buahnya mencari tempat yang tak dijaga.

“Di sana ... tak dijaga

material process

sang Raja! Dan asyik ... banyak tumpukan singkong

dan ubi. Rupanya ... petani itu lupa membawa

material process

pulang ...” lapor seekor babi kepada

rajanya.

“Ayo serbu! Kita sudah kelaparan. Kita sudah terlalu lama menunggu

material process material process

!”

perintah

material process sang Raja.

Rombongan babi hutan itu pun menyerbu

material process

onggokkan singkong dan ubi di

atas jebakan.

Pelajaran 17

Pak Tua yang Selalu Ragu Di suatu daerah ada

existential process

sebuah sungai yang cukup besar. Di pinggir

sungai itu tinggal seorang tua. Pak Tua panggilannya. Dia sering datang

material process relational process material process di Kampung

Baru yang terletak di bagian hulu sungai dan Kampung Lama yang terletak di bagian

hilir sungai.

Pada suatu hari, Pak Tua mendapat

material process

(31)

xliii kampung itu. Waktu undangan itu sama. Harinya sama, jamnya pun

relational process relational process sama.

“Aku harus menghadiri kedua undangan itu. Biar dapat

material process material process

makanan dan hadiah

banyak,” kata

verbal process

Pak Tua dalam hati.

“Tapi, bagaimana aku dapat pergi

material process

kedua tempat pada waktu yang sama?

Tubuhku tak dapat dibelah

material process

dua ....”

Pak Tua tampak kebingungan untuk memutuskan

material process

kampung mana yang harus

didatangi lebih dahulu. Kedua orang yang berhajat itu akan memotong

material process material process

kambing.

Biasanya, sebagai orang tua, Pak Tua mendapat

material process

kepala kambing yang dipotong itu.

“Kalau aku pergi ke Kampung Baru, aku hanya dapat

material process material process

satu kepala kambing

karena hanya seekor kambing yang dipotong. Tapi, di sana aku juga

material process dapat menikmati

hidangan-hidangan yang lezat. Orang kampung Baru terkenal ahli masak.”

Kalau pergi ke Kampung Lama, aku akan dapat

material process

dua kepala kambing yang

dipotong memang dua ekor. Tapi, di sana aku tak dapat menikmati

material process

hidangan yang

lezat. Orang Kampung Lama tak pandai memasak

material process .”

Langkah Pak Tua masih terlihat

mental process

(32)

xliv tiba wajahnya terlihat cerah. Bibirnya tersenyum

mental process behavioural process

kecil. Sesampainya di pinggir

sungai dia berhenti, lalu berkata

verbal process ,

“Ah ... bodoh amat aku. Mengapa sejak tadi tak kugunakan

relational process material process

kancing bajuku

untuk menentukan pilihanku?”

“Lama, Baru, Lama, Baru, Lama ... ke Kampung Lamalah aku pergi

material process !”)

Dengan wajah cerah, Pak Tua melompat ke dalam perahunya.

material process material process

Dipegangnya

dayung perahunya. Pak Tua siap berangkat. Tiba-tiba dia ingin menguji

material process material process

pilihannya.

“Baru, Lama, Baru, Lama, Baru .” Terlihat tangannya

material process bergerak memegang

kancing dari atas ke bawah bersama dengan hitungannya.

“Lho ... kok lain. Tadi pilihan jatuh

material process

ke Lama. Sekarang ke Baru?”

Ketika Pak Tua sedang bingung, beberapa tetangganya lewat

mental process material process

. Mereka

menyapa dan mengajak Pak Tua untuk segera berangkat. Pak Tua pun

verbal process material

mendayung

perahunya ke Kampung Baru. Membayangkan hidangan lezat yang

material process dapat dinikmati

disana, Pak Tua bertambah semangat mendayungnya. Keringatnya mulai bercucuran

material process material

.

Apalagi saat itu matahari semakin tinggi dan sinarnya mulai panas

relational process

(33)

xlv perjalanan, Pak Tua sudah kecapaian

material process .

“Ah ... lebih baik aku pergi

material process

ke Kampung Lama dulu. Kalau perahuku

mengikuti arah arus sungai, kan tidak melelahkan

material process material process

?’

Pak Tua memutar arah perahunya. Dengan penuh harapnya, dia

material process material

mendayung

perahunya menuju ke Kampung Lama.

Setelah cukup lama berperahu

material process

, sampailah Pak Tua di Kampung Lama. Ketika

dia sedang merapatkan perahunya ke tepi sungai, tiba-tiba terdengar

material process mental process

sapaan.

“Hai ... Pak Tua! Mengapa datang terlambat? Hajatan sudah usai

material process material process . Kepala

kambing sudah diserahkan kepada pembaca doa ....” sapa

material process verbal process

salah seorang tetangganya

sambil menuju ke perahunya untuk pulang.

“Tadi ... Pak Tua ditunggu-tunggu. Karena tak muncul-muncul

material process material process

, kepala

kambing diberikan kepada pembaca doa. Ayolah Pak Tua, pulang

material process material process

saja! Hidangan

juga sudah habis.” Tambah

material verbal process

tetangganya yang lain.

Pak Tua tak sepenuhnya mendengarkan

mental process

ajakan tetangganya itu. Pikirannya

sudah meloncat ke hajatan di Kampung Baru. Cepat dia memutar

material process material process

(34)

xlvi kerahkan semua sisa tenaganya untuk mendayung. Dia ingin mengejar

material process material process waktu agar

cepat sampai ke Kampung Baru sebelum hajatan di sana selesai.

Ketika tenaganya hampir habis, sampailah

material process

Pak Tua di pinggir Kampung

Baru. Ketika dia sedang merapatkan

material process

perahunya, datang serombongan orang akan

turun

material process ke perahu.

“Aduh ... Pak Tua datang terlambat. Hajatan telah usai

material process material process

. Makanan-makanan

lezat telah habis. Ayo pulang saja, Pak Tua! Sama-sama! Ajak

material process verbal process

salah seorang yang

baru pulang hajatan di Kampung Baru itu.

Lemaslah Pak Tua mendengar

mental process

ajakan itu. Tak seekor kepala kambing dia

dapat. Tak sepotong makanan pun dapat dia nikmati. Malang benar

material process relational process

nasib Pak Tua

hari itu. Kemalangan hari itu menambah kumpulan kemalangan yang dia

material process material

alami

sebelumnya. Pantaslah para tetangganya menjuluki

verbal process

dia Pak Tua yang Malang. Ada

pula yang menjuluki Pak Tua yang selalu ragu. Julukan itu ternyata benar adanya

verbal process relational process

.

Dia sering mengalami

material

Referensi

Dokumen terkait

The objectives of this research are (first) to know General election growth as an implementation of democracy in Indonesia specially as an empirical description of

Dasar-Dasar Ilmu Hukum , Penerbit: Sinar Grafika, Jakarta.. Advokat Indonesia Mencari Legitimasi

Hal ini terjadi karena semakin besar bayi yang dilahirkan akan meningkatkan resiko terjadinya ruptur perineum di karenakan berat badan lahir bayi besar

Data tersebut meliputi tanggal superovulasi, kode dan jenis ternak donor, kode semen yang digunakan, merk dagang hormon superovulasi yang digunakan, jumlah Corpus

Pengamatan jumlah keturunan yang dihasilkan parasitoid selama hidupnya dilakukan dengan cara mengambil imago parasitoid yang baru keluar dari inang dan

acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu. yang dirujuk

Skripsi berjudul Aplikasi Produk Interaksi Antara Protein Koro Pedang (Canavalia ensiformis L) Dan Gum Xanthan Dengan Penambahan Dextrin Pada Es Krim telah diuji dan disahkan oleh

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah penambahan dextrin optimal pada produk interaksi dengan sifat fungsional yang baik, mengetahui jumlah optimal penggunaan