xiii APPENDIX
The transcription of stories in nine chapters of Lancar Berbahasa Indonesia 2 textbook for Elementary School Grade Four
Pelajaran 1
Kelas Baru
Pagi-pagi Inu berangkat ke sekolah. Dia menghampiri Ani, teman sekelasnya.
material process material process
Rumahnya tidak jauh dari rumah Inu. Di depan rumah Ani, Inu memanggilnya.
relational process verbal process
“Ani, ayo berangkat
material process !”
“Ya, sebentar,” teriak
verbal process
Ani dari rumahnya.
Tak lama kemudian, Ani berlari keluar dari rumahnya. Dia menyandang
material process material process
tas di bahu
sebelah kiri.
“Gembira sekali hatimu, Ani !” kata
mental process verbal process
Inu menyapanya.
“Ini kan hari pertama kita masuk sekolah, Nu. Kita baru saja berlibur
material process material process
sebulan lebih.
Sekarang kita akan kembali
material process
bersama teman-teman kita.”
“Betul , An, kita juga bertemu dengan Bu Ida,” kata
material process verbal process Inu.
“Tapi, apakah dia masih mengajar
material process kita, Nu ?”
“Aku tidak tahu, An. Sayang sekali, ya An, kalau Bu Ida tidak mengajar
mental process material process
xiv guru yang baik sekali,” kata Inu memuji
relational process verbal process Bu Ida.
“Iya, Nu, kita paling senang
mental process
dengan Bu Ida.”
“Betul, An, tapi apa iya kamu mau kembali ke kelas tiga biar kamu diajar
material process material process
Bu Ida
lagi,” kata
verbal process
Inu menggoda temannya.
“Yah ... bukan begitu, Nu. Kalau dia mengajar
material process
kita, kan enak kita bersama dia terus,”
kata
verbal process
Ani membela diri.
Mereka asyik berbicara
verbal process
tentang Bu Ida, guru kelas tiga yang lalu. Tiba-tiba
mereka telah sampai di depan rumah Ita. Mereka berdua membelok
material process material process
ke rumah ita.
Ternyata, Ita telah siap di depan rumahnya. Inu pun mengajak
material process material process
Ita.
Sampai di sekolah, mereka melihat teman-temannya sudah datang
material process mental process material process . Wajah-
wajah mereka tampak gembira
mental process .
Bel berbunyi. Anak-anak masuk kelas. Bu Nurhayati masuk dan berdiri
material process material process material process di
depan kelas. Bu Guru memanggil
verbal process
dua anak ke depan kelas.
“Anak-anak, kalian punya teman baru. Ini Peter dan ini Bonar,” kata
xv Guru. Setelah diperkenalkan, kedua anak itu duduk
material process material process
kembali di tempatnya.
“Anak-anak, sekarang ruang ini menjadi
material process
tempat belajar kamu semua.
Anggaplah tempat ini milikmu. Kamu jaga dan kamu rawat
relational process material process
supaya bersih, rapi, dan
indah,” kata
verbal process Bu Guru.
Ani mengacungkan tangan dan bertanya
material process verbal process
, “Usul Bu, ruang ini kan
peninggalan kakak yang sekarang duduk di kelas lima. Bagaimana kalau ruang ini
kita sesuaikan
material process
dengan keinginan kita?”
“iya Bu, supaya kami lebih senang belajar di ruang ini,” kata
mental process verbal process Inu.
Bu Nurhayati menegaskan, “Baik sekali usul
verbal process verbal process
kalian. Memang, sebaiknya
ruang ini disesuaikan dengan keinginan penghuninya. Untuk itu, marilah kita
material process material process
atur
ruang ini supaya cocok dengan keinginan kamu semua. Tetapi, sebelum
material process mengatur
ruang ini, kamu bicarakan
verbal process
xvi Panji Laras
Dahulu kala di pulau Jawa ada
existential process
satu kerajaan besar. Rajanya
belum punya permaisuri. Pada suatu hari sang Raja pergi berburu. Dia diiringi
relational process material process material process
lima
orang pengawal sakti. Sebelum matahari terbit, rombongan raja itu sudah
material process material process
berangkat
ke hutan.
Rupanya hari itu kurang menguntungkan. Sampai tengah hari belum
relational process existential process
seekor
binatang pun tertangkap. Sang Raja masuk
material process material process
ke hutan lain. Di hutan ini pun sang Raja
belum beruntung. Sampai matahari condong ke barat belum ada
relational process existential process
buruan yang didapat.
Tiba-tiba pandangan sang Raja menatap
mental process
lama ke depan. Jauh di sana, di atas
bukit berdiri sebuah pedepokan. Pedepokan yang dikelilingi
material process material process
pohon, bunga, dan
sawah. Pedepokan itu dihuni
material process
oleh seorang pendeta, putrinya, dan beberapa muridnya.
Ke sanalah sang Raja dan pengawalnya bergerak
material process .
Singkat cerita, sang raja memperistri
material process
putri pendeta itu. Sang Raja
memerintahkan pengawalnya dan berpesan agar sang Patih
material process verbal process material process
mewakilinya mengatur
kerajaan.
Tiga bulan telah berlalu, sang Raja memutuskan akankembali
material process
xvii kerajaannya. Dia khawatir terjadi apa-apa di kerajaannya. Sang Putri tak dapat ikut
mental process material process
.
Dia khawatir
mental process
pada kesehatan ayahandanya yang sudah tua.
“Aku akan sering menengokmu, Dinda,” kata sang Raja berpamitan
mental process verbal process verbal process .
“Aku dan putramu di kandungan ini selalu menunggu
material process
kedatangan Paduka,”
jawab
verbal process sang Putri.
Dengan berat hati, sang Putri melepas
material process Baginda.
Tibalah saatnya sang Putri melahirkan
material process
. Ia melahirkan bayi laki-laki. Bayi itu
diberi nama Panji Laras oleh kakeknya. Kelahiran cucunya itu menjadikan
material process material process
semangat
hidup dan kesehatan sang Pendeta baik kembali. Seluruh perhatian sang Pendeta dan
sang Putri hanya untuk mendidik Panji. Sampai-sampai keduanya lupa
material process mental process
kalau sang
Raja belum pernah menengoknya
mental process
.
Pada suatu hari, ketika matahari baru sepenggalah tingginya, datang
relational process material process seekor
Raja Elang.
“Ak...ak...ak...!” Suara Elang itu mengejutkan. Elang itu terbang
material process material process mengelilingi
xviii Tiba-tiba Elang itu menukik
material process
turun di halaman pedepokan. Ada sesuatu yang
dilepaskan
material process
dari cengkeraman kedua kakinya.
“Peliharalah ! Ini kelak yang akan menolongmu Panji...,” kata
material process material process verbal process Elang. Elang
itu kemudian terbang membubung tinggi dan menghilang
material process material process
.
Setelah hilang kagetnya, Panji Laras lari
material process material process
mendapatkan sesuatu yang
ditinggalkan
material process
Elang tadi.
“Oh ...anak ayam!” seru
verbal process Panji.
Sejak itu Panji memelihara
material process
anak ayam itu dengan penuh kasih. Panji sendiri
terus tekun belajar di bawah bimbingan kakeknya. Segala macam ilmu dia pelajari
material process material process
.
Misalnya, silat, baca, tulis, dan ilmu bercocok tanam.
Panji berusia sepuluh tahun, dia telah menjadi
relational process relational process
remaja cilik yang sakti, pandai,
dan sopan. Anak ayamnya pun telah tumbuh menjadi
relational process
seekor jago yang sakti dan
ajaib. Ajaib karena dapat berbicara
material process .
Pada suatu hari, Panji memohon izin
verbal process
kepada ibu dan kakeknya untuk pergi ke
istana raja. Dia ingin mengadu
material process
xix Puluhan jago telah ditaklukkan
material process
jago Panji. Banyak uang emas taruhan telah
dikumpulkan Panji. Yang membuat orang heran, semua uang itu
material process material process material process
dibagi-bagikan
kepada fakir miskin.
Kesaktian jago Panji itu terdengar oleh sang Raja. Sang Raja
mental process material process
ingin mengadu
jagonya yang paling baik.
“Apa taruhanmu, anak muda?” tanya
verbal process Baginda.
“Leherku, Paduka!” jawab
verbal process
Panji sambil menyembah.
“Leherku boleh Paduka potong bila jagoku kalah,” tambah
material process verbal process Panji.
“Oh ... kau terlalu sombong, anak muda!”
“Maafkan hamba, Paduka! Hamba tak ingin
mental process mental process
menyombongkan diri.”
“Baiklah anak muda ... Kalau jagoku kalah, ambillah
material process
semua uang emasku!”
Pertarungan jago Panji dengan jago sang Raja pun dimulai
material process . Banyak sekali
orang melihat pertarungan itu. Sering orang menahan napas
mental process behavioural process
karena tegang. Kedua
jago itu saling mendesak. Akhirnya, pertarungan itu mencapai
material process material process
puncaknya.
“Buk ... des!” kedua jago itu saling patuk dan bertubrukan
material process
xx Jago sang Raja menggelepar. Jago Panji menang, lalu berkokok
Material process material process verbal process .
“Kuk kur ru kuk ...!
Aku jago Panji Laras!
Panji Laras tinggal
material process di hutan!
Bersama ibu dan kakeknya!”
“Kuk kur ru kuk ...!
Panji Laras mencari
material process ayahnya!
Kata orang dia tinggal
verbal process material process di istana!
Kuk kur ru kuk ...!
Semua orang terkejutmendengar kokok jago Panji. Raja pun terheran-heran
mental process mental process
.
Diam-diam Panji meninggalkan tempat persabungan itu. Dia
material process material process
tidak mengambil
semua uang emas yang dimenangkannya. Panji hanya mengambil
material process
uang sekuatnya.
Di perjalanan sebagian uang itu dibagikan
material process
kepada fakir miskin. Selebihnya
akan diberikan
material process
kepada ibunya.
Tanpa diketahui Panji, sang Raja mengikutinya. Ketika tiba
mental process material process
di pedepokan,
sang Raja melihat ibu Panji, terkejutlah
mental process mental process
sang Raja. Itulah keluarganya yang telah
lama ditinggalkannya
xxi “Maafkanlah Adinda, maafkanlah Panji ... akulah
mental process mental process relational process
ayahandamu. Aku telah
lama meninggalkanmu
material process ...”
Terlihat
mental process
Raja, istri, dan putranya itu berpelukan. Dari jauh kakek Panji
tersenyum
behavioural process
melihat kebahagiaan yang dialami cucu, anak, dan menantunya itu.
Pelajaran 3
Bermain di Rumah Teman
Ani, Ita, dan Peter pergi ke rumah Inu. Mereka sudah berjanji
material process verbal process
, sore ini
akan belajar di rumah Inu. Di rumah Inu ada
material process existential process
perpustakaan kecil, banyak buku dan
majalah.
“Selamat sore, Pak”, Ani dan Peter serempak memberi salam
verbal process
kepada ayah
Inu di serambi depan.
“Oh kalian, selamat sore. Ayo masuk
material process
, Inu ada di belakang.”
“Permisi, Pak,” kata Ani dan Ita masuk
verbal process material process
ke dalam. Peter di serambi depan
duduk
material process
di sebelah ayah Inu.
“Mau pergi, kalian? Tanya
xxii “Tidak, Pak, kami akan belajar. Ada
material process existential process tugas bahasa Indonesia
dari Bu Guru.”
“Oh, begitu, bagus sekali kalian belajar bersama. Di sini ada
material process existential process buku-buku.
Boleh kalian gunakan
material process .”
Tiba-tiba Ita muncul dari belakang. Ani pun menyusul dan Inu mengikuti
material process material process material process belakang Ani.
di
“Jadi, kami boleh ikut membacanya, Pak?” tanya
material process verbal process Ani.
“Oh tentu, Bapak lebih senang. Buku dibeli
mental process material process
untuk dibaca kan, bukan untuk
dipajang di ruang tamu,” kata
material process verbal process Ayah Inu.
“Ini Pak, kami medapatkan tugas mengumpulkan
material process
kalimat. Isi kalimat itu
ada dua berita. Dan, berita itu terjadi
existential process material process
secara beruntun.”
“Iya, Pak, misalnya Adik Inu bangun pukul 05.00 pagi, lalu salat
material process material process
shubuh,”
kata Ita menyela
verbal process
Ani.
“Kalau begitu,” kata ayah Inu, “sebaiknya kalian mencari
verbal process material process
kalimat-kalimat
seperti itu di dalam buku-buku cerita atau didalam majalah anak. Lalu,
xxiii kalimat-kalimat yang kalian inginkan
mental process itu.”
“Kami tidak tahu manfaat tugas ini, Pak,” kata
mental process verbal process Ani.
“Dengan membaca dan mencatat kalimat dari bacaan, kalian akan
material process material process
mendapat
keuntungan ganda,” jelas
verbal process ayah Inu.
“Pertama, kalian akan bertambah
material process
pengetahuan dari isi bacaan. Kedua, kalian
dapat menemukan sendiri apa yang kalian ingin-kan. Ketiga, kalian akan belajar
material process material process
dari
sumber tertulis. Keempat, kalian akan mengenali
material process
cara orang berpikir dalam membuat
kalimat. Terutama, kalian akan tahu
mental process
bagaimana orang menyusun dua berita dalam
satu kalimat.”
“Wah, kita punya pengalaman baru,” kata
relational process verbal process
Peter memuji pikiran ayah Inu.
“Nah, itu untungnya kita belajar di sini,” kata
material process verbal process Ita.
Mereka asyik mencari bacaan. Ada yang menemukan
material process material process
buku cerita. Ada yang
membaca
material process
majalah anak.
“Nah, ini saya dapat satu,” kata
material process verbal process
xxiv duduk, lalu anak-anak mengelilingi
material process material process kakek.”
“Ya, saya kira
mental process
betul itu Ani. Ini juga Ani.”
“Sang Putri datang, kemudian memanggil material process verbal process
para pembantunya.”
“Ya, itu kalimat yang diminta Bu Guru,” kata
verbal process verbal process
Inu meyakinkan kedua
temannya. “Jangan lupa kalian catat
mental process material process
judul buku atau judul karangan yang kalian
baca itu, kata
material process verbal process
Ayah itu penting.”
Mereka mencatat kalimat-kalimat yang ditemukan
material process material process
, juga judul buku atau
majalah yang memuat
relational process
kaliamat-kalimat itu.
Pelajaran 5
Pergi ke Bank
Pada suatu hari Inu ikut ayahnya pergi ke bank. Di bank itu banyak
material process material process existential process orang. Di
loket tabungan ada yang mengambil uang. Ada juga yang menyimpan
material process material process
uang. Di loket
yang lain juga antre.Ada juga beberapa petugas bank duduk
material process material process
di luar loket-loket
antrean. Mereka melayani orang-orang yang bertanya tentang cara-cara
material process verbal process material process
menabung
atau hal-hal lain. Ayah Inu berada
existential process
xxv Inu menunggu ayahnya di ruang tunggu. Dia memperhatikan
material process mental process
kesibukan
orang-orang di tempat itu. Waktu Inu melihat
mental process
satu kursi kosong di depan petugas
yang melayani pertanyaan, dia segera berdiri
material process material process
. Inu mendekati kursi itu. Petugas pun
mengerti, lalu dia mempersilakan Inu duduk
mental process material process material process .
“Adik sedang menunggu ayah, ya?” tanya
material process verbal process petugas itu.
“Ya, Bu,” jawab
verbal process Inu
“Siapa nama Adik?”
“Nama saya Inu, Bu”
“Kelas berapa,” tanya
verbal process
petugas bank itu lebih jauh.
“Kelas IV SD .... Siapa saja yang boleh menabung , Bu?” tanya
material process verbal process Inu ingin
tahu.
“Siapa saja boleh asalkan memenuhi
material process syarat.”
“Apa syaratnya, Bu?” tanya
verbal process Inu.
“Syarat itu tergantung
relational process
pada jenis tabungan. Anak-anak sekolah juga boleh,
Bu?”
“Ya, ini brosur yang berisi
relational process
xxvi pelajar dan pramuka. Silakan adik bawa pulang dan pelajari
material process material process
baik-baik. Kalau ada
yang akan ditanyakan, adik datang
verbal process material process saja kesini.”
“Bolehkan saya mengajak teman-teman sekolah, Bu?” Inu ingin
material process material process
mengajak
teman-temannya.
“Oh, boleh. Datanglah dengan teman-temanmu. Tapi, jangan lupa
material process mental process
brosur ini
Adik bawa
material process .”
“Terima kasih, Bu.”
Ketika Inu berdiri dari kursinya , ayahnya telah berada
material process existential process
di belakangnya.
“Selamat siang dan terima kasih, Bu” kata
verbal process
ayah Inu kepada petugas itu.
Pelajaran 7
Mencari Mata Air
Inu berlibur di tempat pamannya. Paman Inu tinggal
material process material process
di desa kira-kira
tujuh kilometer dari kota kecamatan. Inu, Ipan, ayah, dan ibu Inu naik
material process kendaraan
sampai di pasar, lalu naik delman. Mereka turun
material process material process
dari delman di pinggir sungai.
Rupanya jalan yang dapat dilalui
material process
xxvii menyeberangi sungai itu, lalu berjalan
material process material process
kaki melewati ladang kering kira-kira dua
kilometer. Barulah mereka masuk
material process
desa paman Inu.
Paman dan bibi Inu ramah menyambut
material process
kedatangan Inu dan orang tua serta
adiknya. Bibinya repot sekali menyiapkan sesuatu. Ibu Inu membuka
material process material process
oleh-oleh untuk
bibi dan paman, juga untuk dua paman Inu.
Inu dan Ipan serta Fatimah dan Fajar, anak pamannya, berjalan-jalan
material process di
sekitar rumah paman Inu. Rupanya daerah ini
relational process
kering. Pohon-pohon juga banyak yang
kering. Ada sungai, tapi juga kering. Kata orang, sungai itu ada
relational process verbal process relational process airnya hanya waktu
musim hujan. Di ladang pun hanya ada
relational process
rumput kering, tak tampak warna hijau,
menurut cerita paman Inu, sudah lama tidak ada hujan. Di daerah ini
verbal process material process
sering terjadi
musim kemarau panjang. Para petani mencari
material process
makanan ternak ke daerah lain di
pinggir gunung.
Inu dan Ipan serta kedua anak pamannya berjalan-jalan
material process
di ladang yang
kering. Mereka melihat kehidupan masyarakat petani. Ada yang pergi
mental process material process
ke lereng
gunung mencari kayu bakar. Ada juga yang membawa
material process
xxviii kecamatan. Mereka menjual
material process
kayu bakar untuk membeli bahan-bahan makanan atau
keperluan lain. Semua orang terlihat bekerja. Tidak ada yang berpangku tangan
mental process material process
.
Mereka bekerja keras
material process
, membanting tulang.
Di ladang ada orang-orang menggali
material process
tanah kering untuk membuat lubang.
Satu lubang luasnya satu meter persegi dan dalamnya setengah meter. Kata
verbal process salah
seorang petani, lubang itu sengaja dibuat
material process
waktu musim kemarau. Maksudnya supaya
lubang itu tertutup
material process
oleh rumput-rumput kering atau kotoran-kotoran ternak. Semua
itu akan menjadi pupuk. Waktu musim hujan tiba, lubang-lubang itu ditutup
relational process material process
dengan
tanah. Ladang itu lalu ditanami
material process singkong.
Malam hari Inu merenung, dia kasihan
mental process mental process
kepada paman dan bibinya juga adik
sepupunya. Mereka harus bekerja keras
material process
. Itu barangkali sebabnya ayah selalu
membawa bahan-bahan makanan kalau ke rumah paman. Inu teringat
material process mental process
pada seorang
wanita yang menerima
material process
hadiah Kalpataru.
Wanita itu telah menyelamatkan
material process
xxix kekeringan. Wanita itu menggali
material process
parit dari lereng bukit hingga ke desa tempat
tinggalnya untuk mengalirkan air dari mata air yang ditemukan
material process material process
di bukit itu. Inu pun
berpikir
mental process
, adakah mata air di bukit sebelah barat desa paman ini.
Pelajaran 9
Membeli Majalah Setiap Minggu pagi Inu biasanya berlatih
material process
silat. Pagi itu sejak subuh
hujan lebat. Inu sudah mandi dan sarapan. Dia juga telah berpakaian
material process material process
silat. Hari sudah
pukul 07.00, tetapi Inu belum dapat berangkat. Hujan belum reda
material process material process
. Inu menunggu di
ruang tamu sambil membaca-baca
material process
majalah lama. Di ruang “Arena Kecil” dalam
majalah anak Matahari, Inu membaca
material process
sebuah tulisan pendek yang menarik.
Inilah kutipan tulisan yang dibaca
material process Inu.
“Membeli Majalah Matahari” ("Buying Sun Magazine") Ketika di rumah teman, aku membaca
material process
majalah Matahari.
Aku senang majalah itu. Pernah aku meminta
mental process verbal process
xxx Kata Ibu, “Harganya mahal. Ibu belum punya
verbal process relational process relational process uang.”
Betul juga! Uang seribu dua ratus bagi keluargaku cukup sulit mencarinya
material process .
Lalu, kucoba untuk menabung sedikit demi sedikit. Setelah uangku cukup
material process relational process
, aku
membeli
material process
majalah Matahari di agen majalah.
Baru kali ini aku membeli majalah dengan uangku sendiri. Aku
material process mental process
bahagia
sekali dapat membeli sendiri, meski aku harus menahan
material process
haus dan lapar karena harus
mengurangi jajan.
Tidak Boleh Boros Sekitar pukul 10.00 Inu sudah tiba
material process
di rumah. Dia lelah, haus, dan
lapar. Latihan silat tadi telah menguras tenaganya. Dia langsung pergi
material process material process
ke dapur
mengambil air putih. Segelas air putih cepat diteguknya
material process material process
.Ibunya yang sedang
memasak
material process
di dapur tersenyum melihat tingkahnya.
“Lapar, Bu!” kata
verbal process Inu.
“Tunggulah sebentar di depan. Bukalah
material process material process
bajumu biar keringatmu kering. Ibu
masak
xxxi “Gado-gado?”
“Ya ...”
“Asyik ...!”
Tidak berapa lama, sepiring gado-gado siap
material process
di meja makan untuk Inu lebih
dahulu Ibunya mengerti
mental process
, Inu kelaparan sehabis latihan silat. Untuk ayah dan adik Inu,
belakangan.
Ketika mengambil sepiring gado-gado, Inu bertanya
material process verbal process
kepada ibunya.
“Bu, kenapa nggak beli
material process
saja di warung Bu Sam ? kan lebih cepat Bu daripada
bikin
material process sendiri ...”
“Sekali-sekalibeli , boleh Nu. Tapi, kalau terlalu sering kan
material process relational process
boros. Nah,
makanlah
material process dulu!”
Inu tak berbicara lagi. Perutnya sudah sangat lapar
verbal process relational process
. Dulu dia tidak suka
makan gado-gado. Segala macam sayur juga tak suka. Tapi setelah dijelaskan
material process mental process verbal process
oleh
Bu Guru di sekolah, dia mulai mencoba. Sayur sangat dibutuhkan
material process material process
oleh tubuh kita.
Sayur mengandung bermacam-macam vitamin. Vitamin sangat penting
relational process relational process
untuk
menjaga kesehatan kita. Sekarang Inu senang
mental process
xxxii dimasak
material process gado-gado.
Pelajaran 11
Sang Juara Sepulang sekolah, Inu membaca
material process
majalah anak-anak kegemarannya. Ia
tertarik membaca
material process
berita tentang Susi Susanti dan Alan Budikusuma.
Dalam majalah itu diceritakan bahwa Alan dan Susi berhasil merebut
verbal process material process
medali
emas di Olimpiade Barcelona, Spanyol, tahun 1992. Medali emas itu diperoleh
material process lewat
cabang olahraga bulutangkis. Alan menjadi
relational process
juara pertama tunggal putra. Susi
menjadi
relational process
juara pertama tunggal putri.
Medali emas adalah
relational process
impian setiap bangsa yang ikut dalam olimpiade.
Indonesia telah beberapa kali ikut dalam olimpiade. Namun,
material process material process
belum pernah berhasil
merebut medali emas. Prestasi terbaik Indonesia sebelumnya adalah
material process relational process
Olimpiade Seul,
Korea Selatan, tahun 1988. Kala itu Indonesia meraih
material process
medali perak lewat cabang
olahraga panahan. Baru dalam olimpiade di Barcelona, tahun 1992 Indonesia dapat
meraih
xxxiii Karena Alan dan Susi menjadi
relational process
orang Indonesia pertama yang berhasil
merebut
material process
medali emas, wajarlah sambutan orang luar biasa. Semua orang Indonesia
bangga dan berbahagia. Kebanggan itu misalnya terlihat
mental process mental process
dalam bentuk pemberian
hadiah. Para pengusaha kaya mengumpulkan
material process
uang hadiah. Alan dan Susi masing-
masing menerima
material process
hadiah uang satu milyar rupiah.
Alan dan Susi tentu tidak dapat meraih
material process
juara olimpiade itu sendiri. Mereka
dapat meraih
material process
juara itu karena bekerja sama dengan orang lain. Orang lain itu
misalnya pelatih, kawan berlatih, dan bahkan pengurus Persatuan Bulutangkis
Seluruh Indonesia atau PBSI. Oleh karena itu, hadiah uang yang diterima
material process Alan dan
Susi dibagi-bagi. Pelatih dan kawan berlatihnya mendapat
material process material process
bagian. Alan dan Susi
masing-masing mendapat
material process
hadiah empat ratus juta rupiah.
Memancing di Sungai Kapuas Pada liburan caturwulan satu yang lalu, Inu berlibur
material process
ke Pontianak. Pamannya
yang bekerja di PLN bertugas ke Jakarta. Ketika pamannya pulang
material process material process
ke Pontianak, Inu
ikut. Mereka berdua naik pesawat terbang. Ketika tiba
material process material process material process
xxxiv adik sepupu Inu sudah menunggu
material process .
Setelah saling bertanya kabar, mereka naik mobil. Bibi yang mengemudi
verbal process material process material process .
Mereka lewat
material process
Jalan Ahmad Yani. Belum jauh memasuki jalan itu, tiba-tiba Inu
berseru
verbal process ,
“Woow... jalannya
relational process
panjang dan lurus sekali!”
“Dan... indah sekali. Lihat
mental process
itu, Kak Inu! Rumpun-rumpun palem merah.
Ditanam dengan jarak yang teratur untuk pemisah jalur jalan,” sambung
material process verbal process
Emi, adik
sepupu Inu, membanggakan
mental process
keindahan kotanya.
Tidak berapa lama, mereka tiba di rumah. Inu mendapat
material process material process
kamar di samping
kamar Emi. Mereka berdua asyik saling bercerita
verbal process
. Maklum, keduanya lama tak
berjumpa
mental process .
Hari kedua berada di Pontianak, Inu diajak memancing
material process
oleh pamannya. Inu
memang gemar memancing. Mereka memancing
material process material process
di Sungai Kapuas, di dekat Tugu
Khatulistiwa.
Beberapa saat setelah mereka memancing, Inu bertanya
material process verbal process
xxxv “Paman, Paman sering memancing
material process disini?”
“Ya ... sering,” jawab
material process Paman.
“Paman sering dapat ikan?” sambung
verbal process Inu.
Paman Inu mengerti
mental process
apa yang dirasakan Inu lewat pertanyaannya itu. Inu
mulai merasa
mental process
bosan karena sudah lama belum memperoleh ikan. Karena itu, dengan
sabar paman menjawab
verbal process .
“Biasanya ... jam begini, Paman sudah ... dapat
material process banyak ikan ....”
“Aneh ... sudah lama, kita belum dapat apa-apa ....”Terdengar
material process mental process
Inu memotong
kata-kata pamannya.
“Ha ... ha ... ha ... Inu, kita sudah dapat
material process apa-apa.”
Inu menoleh kepada pamannya. Keningnya berkerut tidak mengerti
mental process mental process
. Sorot
matanya mengandung
relational process
pertanyaan kepada pamannya.
“Kita dapat
material process
sesuatu yang lebih mahal daripada ikan.”
“Inu tidak mengerti
mental process
, Paman.”
“Begini, Inu. Kita sudah sekitar satu jam memancing
material process
xxxvi kita dapat. Tapi, kita masih bertahan
material process material process
disini. Apa kita bukan orang luar biasa, Inu?
Kita orang yang
relational process
sabar ... dan gigih ... Ini latihan kesabaran dan kegigihan ...”
“Ya ... tapi ...”
Belum selesai meneruskan kata-kata, tiba-tiba perhatian
material process mental process
Inu ke pancing yang
dipegangnya. Umpan pancingnya disambar
material process ikan.
“Inu, ulur senarnya. Tarikan ikan itu belum kuat. Umpannya
material process relational process material process belum ditelan
semuanya!”
“Ya, paman!”
“Nah, itu tarikannya sudah kuat. Umpan sudah ditelan.
relational process material process
Tarik dan gulung
senarmu! Pelan-pelan ...!”
“Ya, paman!”
“Sekarang, sentak
material process !”
Inu menyentakkan pancingnya. Terlihat seekor ikan besar bergelantungan
material process material process
di
ujungpancing itu. Ikan itu menggelepar, memberontak, ingin lepas
material process
.
Ikan itu sudah dekat. Tangan kanan Inu menggapai
relational process material process
ujung senar. Tiba-tiba,
“Plung! Pyarrr....” Ikan itu lepas dan jatuh ke air. Lari
xxxvii terkejut. Kecewa
mental process ....
Pelajaran 13
Berkemah
Hari Minggu, pukul 05.30 pagi Inu sudah tiba
material process
di sekolahnya. Gurunya
yang akan memimpin kemah sudah datang
material process
. Teman-teman sekelasnya sebagian besar
juga sudah datang. Pukul 06.00 mereka berangkat dengan bus kecil. Mereka
material process material process material process
menuju
ke Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur.
Setibanya di Cibubur, mereka sendiri mendirikan
material process
kemah. Kemudian, mereka
bersiap-siap menjerang air dan menanak nasi. Tiga buah batu sebesar kepala
material process material process material process
disusun
seperti bentuk huruf U. Kayu bakar dan sampah kering sudah terkumpul
material process . Bonar
berjongkok di depan tungku dan mulai menyalakan api
material process material process
. Yang lain berdiri
melihatnya. Beberapa kali Bonar gagal menyalakan korek api. Ifan turun tangan
mental process material process material process
.
“Coba, Nar! Siapa tahu aku bisa,” pinta
material process verbal process
Ifan.
Berulang kali Ifan mencoba menyalakan korek api. Tetapi dia juga gagal
material process material process
.
“Lihat korek apinya!” Tiba-tiba Ismail mengulurkan tangan
mental process material process
xxxviii “Pantas... korek apinya agak lembab. Semalam kamu ompoli
relational process material process
ya, Nar?”
sambung
verbal process Ismail.
“Enak saja... memangnya aku masih ngompol seperti kamu!” balas
material process verbal process Bonar.
“Ah, jangan bergurau terus. Nanti terlambat masak, kelaparan kita. Tunggu
verbal process material process material
!
Aku pinjam korek api ke regu lain,” kata Ifan sambil memutar
material process verbal process material process tubuh.
“Tunggu, tunggu Ifan! Jangan pinjam dulu! Sini korek apinya, aku
material process material process material
hangatkan
dulu!” pinta
verbal process Inu.
Terlihat Inu mengambil beberapa batang korek, lalu menjepitnya
material process material process
di ketiak
lengan kiri. Mata koreknya dia jepitkan
material process
di ketiak lengan kanan. Selanjutnya Inu
berlari-lari
material process
beberapa saat.
“Ah, kamu Nu! Mana mungkin api nyala dibegitukan” teriak
material process verbal process Bonar.
Sesaat kemudian, Inu mendekati tungku. Menumpuk
material process material process
sampah daun kering di
atas kayu. Dia nyalakan
material process
korek. Sekali coba, “casss!” Dia sulut sampah daun itu.
Menyala...! Kayu pun mulai terbakar
material process
xxxix Pelajaran 15
Suri Ikun yang Cerdik Di pedalaman Pulau Timor, hiduplah
existential process
seorang petani miskin. Petani itu
memiliki empat belas orang anak. Dia punya ladang. Tapi, dia sulit memberi
material process relational process material process
makan
yang cukup kepada semua anaknya itu. Kesulitan itu bertambah karena tanaman di
ladangnya selalu dirusak
material process
babi hutan. Singkong, ubi, nanas, dan sayur-sayuran yang
siap dipanen
material process
selalu didahului babi hutan.
“Hrrr .... Hai, sahabatku ... Raja cacing ... Apakah sekarang ladang dijaga
material ?”
tanya Raja Babi Hutan ketika akan memasuki
material process
ladang petani itu.
“Aman ... sahabatku. Anak sulung petani itu sudah pulang
material process
dari tadi. Rupanya
anak yang tinggi besar itu takut pada gelap malam,” jawab
mental process verbal process
Raja Cacing.
Malam itu Raja Babi Hutan beserta para pengikutnya berpesta pora
material process . Mereka
makan
material process
sekenyang-kenyangnya.
Esok paginya petani itu marah sekali menyaksikan
mental process
kerusakan ladangnya. Dia
lebih marah lagi setelah tahu bahwa tadi malam anaknya diam-diam pulang
mental process material process
. Pulang
xl Petani itu akhirnya menyuruh
material process
anak-anaknya menjaga ladang berdua-dua.
Anak kedua dan ketiga, anak keempat dan kelima. Begitu seterusnya berpasangan.
Tapi, setiap pagi petani itu tetap menyaksikan
mental process
tanamannya rusak. Dia
marah dan sedih
mental process .
Tiba giliran Suri Ikun, si Bungsu berjaga. Dia berjaga sendirian,
material process relational tak punya
pasangan jaga lagi. Dia membawa
material process
sebilah parang yang sangat tajam.
“Aku mau tahu ... apakah babi hutan itu mampu menghadapi
mental process material process
parangku yang
tajam ini?” begitu kata
verbal process
Suri Ikun dalam hati.
Begitu malam tiba, Suri Ikun bersembunyi
material process
di dekat tempat yang biasa
dilewati babi hutan. Keanehan terjadi. Rombongan babi hutan itu tak lewat
material process material process material process
di jalan
biasanya. Tapi, tanaman yang letaknya jauh dari tempat Suri Ikun berjaga
material process rusak juga.
Suri Ikun minta izin
verbal process
kepada ayahnya agar ia dapat giliran jaga terus. Ayahnya
setuju dan saudara-saudaranya senang sekali. Mereka bebas
mental process relational process dari tugas jaga.
Malam kedua, Suri Ikun dapat membongkar
material process
suatu rahasia. Rupanya Raja
Babi Hutan itu bekerja
material process
xli membunuh Raja Cacing itu. Memotong-motongnya
material process material process
dengan parangnya yang tajam.
Suri Ikun tidak berhenti sampai di situ. Esok harinya dia membuat
material process material process
perangkap.
Dia gali lubang yang luas dan dalam di tempat yang biasa dilalui
material process material process
babi-babi hutan itu.
Lubang itu dia tutup dengan ranting-ranting kayu. Di atasnya dia lapisi
material process material process
rumput. Tak
lupa Suri Ikun menaruh singkong dan ubi di atasnya. Sekilas tak kelihatan
material process mental process
bahwa itu
jebakan. Apalagi pada malam hari yang
relational process gelap.
Suri Ikun melengkapi
material process
jebakannya. Bajunya yang sudah jelek dan bau
keringatnya itu dia lepaskan, dia robek-robek. Robekan kecil-kecil itu dia
material process material process material taruh
sekeliling ladangnya dengan jarak sekitar dua puluh langkah. Hanya depan lubang
jebakan tak ditaruh
material process
robekan baju itu.
Malam pun tiba. Suri Ikun pulang. Dia ingin tidur
material process material process
setelah kecapaian seharian
membuat
material process jebakan.
Raja Babi Hutan dan rombongannya datang
material process .
“Hati-hati ... Rupanya ladang ini dikelilingi
material process
xlii mengerahkan semua anaknya untuk berjaga ...” kata Raja Babi ketika mencium
material process mental process
bau
keringat manusia dimana-mana.
Raja Babi itu memerintahkan
material process
anak buahnya mencari tempat yang tak dijaga.
“Di sana ... tak dijaga
material process
sang Raja! Dan asyik ... banyak tumpukan singkong
dan ubi. Rupanya ... petani itu lupa membawa
material process
pulang ...” lapor seekor babi kepada
rajanya.
“Ayo serbu! Kita sudah kelaparan. Kita sudah terlalu lama menunggu
material process material process
!”
perintah
material process sang Raja.
Rombongan babi hutan itu pun menyerbu
material process
onggokkan singkong dan ubi di
atas jebakan.
Pelajaran 17
Pak Tua yang Selalu Ragu Di suatu daerah ada
existential process
sebuah sungai yang cukup besar. Di pinggir
sungai itu tinggal seorang tua. Pak Tua panggilannya. Dia sering datang
material process relational process material process di Kampung
Baru yang terletak di bagian hulu sungai dan Kampung Lama yang terletak di bagian
hilir sungai.
Pada suatu hari, Pak Tua mendapat
material process
xliii kampung itu. Waktu undangan itu sama. Harinya sama, jamnya pun
relational process relational process sama.
“Aku harus menghadiri kedua undangan itu. Biar dapat
material process material process
makanan dan hadiah
banyak,” kata
verbal process
Pak Tua dalam hati.
“Tapi, bagaimana aku dapat pergi
material process
kedua tempat pada waktu yang sama?
Tubuhku tak dapat dibelah
material process
dua ....”
Pak Tua tampak kebingungan untuk memutuskan
material process
kampung mana yang harus
didatangi lebih dahulu. Kedua orang yang berhajat itu akan memotong
material process material process
kambing.
Biasanya, sebagai orang tua, Pak Tua mendapat
material process
kepala kambing yang dipotong itu.
“Kalau aku pergi ke Kampung Baru, aku hanya dapat
material process material process
satu kepala kambing
karena hanya seekor kambing yang dipotong. Tapi, di sana aku juga
material process dapat menikmati
hidangan-hidangan yang lezat. Orang kampung Baru terkenal ahli masak.”
Kalau pergi ke Kampung Lama, aku akan dapat
material process
dua kepala kambing yang
dipotong memang dua ekor. Tapi, di sana aku tak dapat menikmati
material process
hidangan yang
lezat. Orang Kampung Lama tak pandai memasak
material process .”
Langkah Pak Tua masih terlihat
mental process
xliv tiba wajahnya terlihat cerah. Bibirnya tersenyum
mental process behavioural process
kecil. Sesampainya di pinggir
sungai dia berhenti, lalu berkata
verbal process ,
“Ah ... bodoh amat aku. Mengapa sejak tadi tak kugunakan
relational process material process
kancing bajuku
untuk menentukan pilihanku?”
“Lama, Baru, Lama, Baru, Lama ... ke Kampung Lamalah aku pergi
material process !”)
Dengan wajah cerah, Pak Tua melompat ke dalam perahunya.
material process material process
Dipegangnya
dayung perahunya. Pak Tua siap berangkat. Tiba-tiba dia ingin menguji
material process material process
pilihannya.
“Baru, Lama, Baru, Lama, Baru .” Terlihat tangannya
material process bergerak memegang
kancing dari atas ke bawah bersama dengan hitungannya.
“Lho ... kok lain. Tadi pilihan jatuh
material process
ke Lama. Sekarang ke Baru?”
Ketika Pak Tua sedang bingung, beberapa tetangganya lewat
mental process material process
. Mereka
menyapa dan mengajak Pak Tua untuk segera berangkat. Pak Tua pun
verbal process material
mendayung
perahunya ke Kampung Baru. Membayangkan hidangan lezat yang
material process dapat dinikmati
disana, Pak Tua bertambah semangat mendayungnya. Keringatnya mulai bercucuran
material process material
.
Apalagi saat itu matahari semakin tinggi dan sinarnya mulai panas
relational process
xlv perjalanan, Pak Tua sudah kecapaian
material process .
“Ah ... lebih baik aku pergi
material process
ke Kampung Lama dulu. Kalau perahuku
mengikuti arah arus sungai, kan tidak melelahkan
material process material process
?’
Pak Tua memutar arah perahunya. Dengan penuh harapnya, dia
material process material
mendayung
perahunya menuju ke Kampung Lama.
Setelah cukup lama berperahu
material process
, sampailah Pak Tua di Kampung Lama. Ketika
dia sedang merapatkan perahunya ke tepi sungai, tiba-tiba terdengar
material process mental process
sapaan.
“Hai ... Pak Tua! Mengapa datang terlambat? Hajatan sudah usai
material process material process . Kepala
kambing sudah diserahkan kepada pembaca doa ....” sapa
material process verbal process
salah seorang tetangganya
sambil menuju ke perahunya untuk pulang.
“Tadi ... Pak Tua ditunggu-tunggu. Karena tak muncul-muncul
material process material process
, kepala
kambing diberikan kepada pembaca doa. Ayolah Pak Tua, pulang
material process material process
saja! Hidangan
juga sudah habis.” Tambah
material verbal process
tetangganya yang lain.
Pak Tua tak sepenuhnya mendengarkan
mental process
ajakan tetangganya itu. Pikirannya
sudah meloncat ke hajatan di Kampung Baru. Cepat dia memutar
material process material process
xlvi kerahkan semua sisa tenaganya untuk mendayung. Dia ingin mengejar
material process material process waktu agar
cepat sampai ke Kampung Baru sebelum hajatan di sana selesai.
Ketika tenaganya hampir habis, sampailah
material process
Pak Tua di pinggir Kampung
Baru. Ketika dia sedang merapatkan
material process
perahunya, datang serombongan orang akan
turun
material process ke perahu.
“Aduh ... Pak Tua datang terlambat. Hajatan telah usai
material process material process
. Makanan-makanan
lezat telah habis. Ayo pulang saja, Pak Tua! Sama-sama! Ajak
material process verbal process
salah seorang yang
baru pulang hajatan di Kampung Baru itu.
Lemaslah Pak Tua mendengar
mental process
ajakan itu. Tak seekor kepala kambing dia
dapat. Tak sepotong makanan pun dapat dia nikmati. Malang benar
material process relational process
nasib Pak Tua
hari itu. Kemalangan hari itu menambah kumpulan kemalangan yang dia
material process material
alami
sebelumnya. Pantaslah para tetangganya menjuluki
verbal process
dia Pak Tua yang Malang. Ada
pula yang menjuluki Pak Tua yang selalu ragu. Julukan itu ternyata benar adanya
verbal process relational process
.
Dia sering mengalami
material