BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Pembelajaran IPA
Beberapa para ahli menyatakan bahwa pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
sering disingkat dengan kata IPA atau yang saat ini sering kita dengar dengan istilah
sains.
IPA merupakan pelajaran wajib di sekolah dasar. Dengan belajar IPA siswa
dapat mempelajari diri-sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada
pemberian pemahaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan
kompetensi agar siswa mampu memahami alam sekitar secara alamiah. Dalam hal
ini IPA dapat melatih anak dapat berfikir kritis dan objektif (Samatowa, 2010: 4
dalam Untari 2012).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau
Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris “science” sendiri berasal dari kata
dalam bahasa Latin “scientia” yang berarti saya tahu (Trianto, 2010:136).
Pengertian IPA menurut Maslichah Asy’ari (2006:7) sains adalah pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara yang terkontrol. Penjelasan ini
mengandung maksud bahwa sains selain menjadi sebagai produk juga sebagai proses.
Sains sebagai produk yaitu pengetahuan manusia dan sebagai proses yaitu bagaimana
mendapatkan pengetahuan tersebut.
Menurut Hendro Darmodjo dan Kaligis (dalam Indah 2008) IPA dapat
dipandang sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala
alam, untuk itu diperlukan cara tertentu yang sifatnya analisis, cermat, lengkap, dan
menghubungkan gejala alam yang satu dengan yang lainnya. IPA dapat dipandang
sebagai suatu produk dari upaya manusia dalam memahami berbagai gejala alam.
Berdasarkan uraian/penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan
pembelajaran IPA dalam penelitian ini adalah suatu pembelajaran tentang alam.
Sehingga dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan siswa.
Menurut Permendiknas RI No 22 tahun 2006 tentang standar isi, menyatakan
bahwa ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut.
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.
3. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
Sejalan dengan ruang lingkup mata pelajaran IPA, tujuan mata pelajaran IPA
juga terdapat dalam Permendikanas Nomor 22 tahun 2006 . Mata Pelajaran IPA di
SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.
Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis
kompetensi (Depdiknas, 2003:2) adalah sebagai berikut :
1. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang maha Esa.
2. Mengembangkan ketrampilan, sikap, dan nilai ilmiah.
4. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan
pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Tujuan pembelajaran IPA diterapkan dalam Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD). Dalam Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006, standar isi
adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria
tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran,
dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. SK adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester; standar kompetensi terdiri
atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku
secara nasional; kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus
dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun
indikator kompetensi.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA di SD/MI merupakan standar
minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan
dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD
didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja
ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. SK dan KD untuk mata
pelajaran IPA siswa kelas 5 semester II secara rinci disajikan melalui tabel 2.1 di
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya
5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang
dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat 7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan
kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya
7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air
7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan
7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi (pertanian, perkotaan, dsb)
Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Pembelajar yang baik adalah pembelajaran yang di kemas berdasar prosedur
yang tepat dan sesuai. Sebelum kegiatan dilaksanakan langkah awal ialah membuat
perencanaan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Setiap guru pada
satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
Tabel 2.1
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP
disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau
lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang di sesuaikan
dengan penjadwalan di satuan pendidikan, (BSNP No 41, 2007).
1) Kegiatan Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran
yang di tunjukkan untuk membangkitkan motifasi dan memfokuskan perhatian
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (BSNP No 41,
2007).
2) Kegiatan Inti
Sesuai BSNP No 41 Tahun 2007 bahwa kegiatan inti merupakan proses
pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasai aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini di lakukan secara sistematis dan
sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
3) Kegiatan Akhir
Penutup merupakan kegiatan yang di lakukan untuk mengakhiri aktivitas
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan,
penilaian dan redleksi, umpan balik, dan tindak lanjut (BSNP No. 41, 2007)
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan
pembelajarannya adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan awal
a. Membuka pelajaran dengan salam
b. Melakuakn absensi siswa
2) Kegiatan inti
1. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a. Melibatkan siswa mencari informasi yang luas tentang topik/ tema materi
IPA yang sedang di pelajari.
b. Menyampaikan materi pembelajaran mata pelajaran IPA
c. Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
2. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
a. Memberi petunjuk siswa tentang kegiatan yang akan dilakukan dan memberi
kesempatan siswa untuk melakukan percobaan tentang sifat-sifat cahaya.
3. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
a. Membenarkan pemahaman siswa yang masih salah tentang materi yang telah
di pelajari.
b. Memberi penguatan tenyang materi yang telah di ajarkan.
c. Bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah di pelajari.
d. Bersama siswa membuat rangkuman materi yang telah di pelajari.
4. Kegiatan akhir
Dalam kegiatan akhir, guru :
a. Melakukan evaluasi akhir perteman
b. Melakukan refleksi
2.1.2. Model Pembelajaran Discovery
Model pembelajaran discovery adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai
proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam
bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri (Wardani, Naniek
Model pembelajaran discovery adalah proses mental di mana siswa
mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya
mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur,
membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan
sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan
memberikan instruksi (Roestiyah (2008: 20)
Menurut (Burner dalam Mulyatiningsih, 2012:235) mengemukakan
bahwa model pembelajaran discovery merupakan model pembelajaran kognitif yang
menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik
belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri.
Berdasarkan uraian/penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan model
pembelajaran discovery dalam penelitian ini adalah proses menemukan konsep
sendiri melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan
atau percobaan sendiri.
Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran discovery menurut Richard
Scuhman yang dikutip oleh Suryosubroto (2002: 199) adalah :
1. Identifikasi kebutuhan siswa.
2. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari.
3. Seleksi bahan dan problema serta tugas-tugas.
4. Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa.
5. Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan.
6. Mengecek pemahaman siswan terhadap masalah yang akan dipecahkan. 7. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan.
8. Membantu siswa dengan informasi dan data, jika diperlukan oleh siswa.
9. Memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses.
10. Merangsang terjadinya interaksi antarsiswa dengan siswa.
11. Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan.
Sedangkan langkah-langkah model pembelajaran discovery yang dilakukan
siswa menurut Hamalik (2001: 220) adalah :
1. Mengidentifikasi dan merumuskan topik. 2. Mengajukan suatu pertanyaan tentang fakta.
3. Memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah kedua.
4. Mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji setiap hipotesis dengan data yang terkumpul.
5. Merumuskan jawaban atas pertanyaan sesungguhnya dan menyatakan jawaban sebagai preposisi tentang fakta. Jawaban itu mungkin merupakan sintesis antara hipotesis yang diajukan dan hasil-hasil dari hipotesis yang diuji dengan informasi yang terkumpul.
Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan model pembelajaran
Discovery di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan
belajar mengajar secara umum sebagai berikut:
a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri
b. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244)
c. Data Collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.
d. Data Processing (Pengolahan Data)
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
f. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi
Model pembelajaran discovery atau model pembelajaran penemuan tidak cukup
dengan berupa perintah pada siswa untuk menemukan sesuatu, tetapi guru dalam
proses pembelajarannya juga harus menyedikan waktu untuk siswa melakukan
penelitian sendiri.
Pendapat diatasdapat disimpulkan langkah-langkah pembelajaran dengna
menggunakan model pembelajaran discovery adalah:
1. Merumuskan masalah
2. Membuat jawaban sementara (hipotesis)
3. Mengumpulkan data
4. Perumusan Kesimpulan
5. Mengkomunikasikan
2.1.3 Hasil Belajar
Menurut Purwanto (2011:44) Hasil belajar adalah perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Sedangkan
menurut Darmansyah (2006:13) hasil belajar adalah hasil penelitian terhadap
kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Ini berarti ada proses belajar
Salah satu tugas pokok guru adalah mengevaluasi taraf keberhasilan dan
pelaksanaan proses pembelajaran. Evaluasi bertujuan untuk melihat sejauh mana taraf
keberhasilan guru dan siswa dalam menyampaikan dan menerima materi. Hasil
belajar merupakan puncak dari proses pembelajaran yang digunakan untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam penguasaan materi.belajar adalah
apabila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Hal ini sependapat dengan Nana Sudjana (2006:22) yang menyatakan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif (intelektual),
afektif (sikap), dan kemampuan psikomotorik (bertindak). Guru dapat dikatakan
berhasil dalam menyampaikan materi apabila terjadi perubahan yang positif dalam
diri siswa. Sedangkan siswa dikatakan berhasil dalam proses belajarnya apabila hasil
belajar yang diperolehnya mencapai hasil yang maksimal. Nana Sudjana (2010:37)
menekankan keberhasilan mengajar dapat dilihat dari segi hasil yang dicapai siswa,
dengan proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal
pula.
Hasil belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh proses pembelajaran. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, menurut Nana Sudjana
(2010:39) hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama
yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau
faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang
dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terdapat hasil belajar
yang dicapai. Disamping itu terdapat juga faktor lain, seperti motivasi belajar, minat
dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik
dan psikis. Sedangkan faktor yang berada di luar diri siswa yaitu faktor lingkungan
belajar yang paling dominan dalam mempengaruhi hasil belajar adalah bagaimana
kualitas pengajarannya, yaitu bagaimana tinggi rendahnya atau efektif tidaknya
Berdasarkan uraian/penjelasan tersebut maka yang dimaksud hasil belajar
dalam penelitian ini adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang
telah dilakukan berulang-ulang. Pencapaian hasil belajar yang semakin membaik
akan mampu membentuk pribadi individu siswa. Penelitian ini hanya akan
menekankan pada peningkatan hasil belajar kognitif siswa yang dilihat dari hasil test
evaluasi akhir pelajaran.
Besarnya hasil belajar dapat diketahui melalui pengukuran. Pengukuran
terhadap hasil belajar dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau instrumen.
Menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk. (2012:49) teknik pengukuran dibedakan
menjadi 2 yaitu teknik tes dan non tes.
1. Teknik tes
Menurut Suryanto Adi, dkk (2009) secara sederhana tes adalah seperangkat
pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang
sifat (trait) atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut
mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.
Berikut ini adalah teknik tes yang dikemukakan oleh Endang Poerwanti
(2008:4) :
1. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan a. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun jawabannya.
b. Tes Lisan
Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang lain. c. Tes Unjuk Kerja
Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.
2. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya a. Tes Esei (Essay-type Test)
b. Tes Jawaban Pendek
Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka.
c. Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi diperlukan untuk menjawab tes yang telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test).
3. Tes berdasarkan waktu penyelenggaraan
a. Tes masuk, diselenggarakan sebelum dan menjelang suatu program pengajaran dimulai.
b. Tes formatif, dilakukan pada saat program pengajaran sedang berlangsung. c. Tes sumatif, diselenggarakan untuk mengetahui hasil pengajaran secara
keseluruhan (total).
d. Pre-tes dan post –test, hasil pra test digunakan untuk mengetahui tingkat
kemampuan peserta didik pada awal programpengajaran dan menentukan sejauh mana kemajuan seorang peserta didik. Kemajuan yang dicapai bisa dilihat dari perbandingan pra-tes dengan hasil tes yang diselenggarakan di akhir program pengajaran (post-test).
2. Non Tes
Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif dan
psikomotor, berbeda dengan tekik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes Endang Poerwanti (2008:3-19 – 3-31) yaitu:
a. Observasi
Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen.
b. Wawancara
Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian peserta didik.
c. Angket
Angket adalah suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap (Attitude Questionnaires).
d. Work Sample Analysis (Analisa Sampel Kerja)
e. Task Analysis (Analisis Tugas)
Task Analysis digunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.
f. Checklists dan Rating Scales
Checklists dan Rating Scales dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format yang dipergunakan. g. Portofolio
Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan belajar dan prestasi siswa.
h. Komposisi dan Presentasi
Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya. i. Proyek Individu dan Kelompok
Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk individu maupun kelompok.
Hasil belajar adalah besarnya skor yang diukur melalui tes dan non tes. Tes
dilakukan setelah pembelajaran dan non tes dilakukan pada saat pembelajaran.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang Standar
Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah
Kriteria Ketuntasan Belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM
pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi.
2.2.Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Cita, Tiarani (2013), yaitu tentang Penerapan
Model Discovery Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 5 Pada Mata
Pelajaran Matematika Pada SD Negeri Barunagri Kecamatan Lembang Kabupaten
Bandung Barat. Penelitian ini merupakan penelitian PTK. Penelitian ini
dilatarbelakangi rendahnya nilai hasil ujian tengah Semester II mata pelajaran
matematika, hal ini ditandai rendahnya KKM yaitu 34,44, sedangkan target yang
penelitian dengan menggunakan model pembelajaran discovery pada pembelajaran
matematika menunjukkan adanya peningkatan proses pembelajaran, terlihat siswa
aktif berdiskusi kelompok dalam menyelesaikan masalah, demikian pula perolehan
nilai siswa dalam pembelajaran matematika materi bangun ruang mengalami
peningkatan. Siklus pertama nilai rata-rata siswa 66,15 atau sebanyak 55,56% siswa
mencapai nilai KKM. Siklus kedua mengalami peningkatan dengan rata-rata 74,72
atau sebanyak 71,12% siswa mencapai nilai KKM. Peneliti juga melakukan siklus
ketiga, pada siklus ini juga mengalami peningkatan dengan rata-rata 77,22 atau
sebanyak 82,22% siswa mencapai nilai KKM. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran discovery dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Barunagri Kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung Barat. Kelebihan dari penelitian ini adalah meningkatkan hasil
belajar matematika, siswa mudah memahami materi yang disampaikan. Namun
kekurangan penelitian ini adalah tidak menjelaskan pelaksanaan kegiatan pada saat
pembelajaran. Untuk itu, penelitian ini akan menjelaskan pelaksanaan kegiatan yang
akan dilakukan pada saat pembelajaran.
Sejalan dengan penelitian ini, dilakukan juga oleh Agus Supriyadi, Peningkatan
Hasil Belajar Model Pembelajaran Discovery Pembelajaran IPA Kelas IV SDN 03
Sungai Ambawang Kubu Raya. Berdasarkan hasil obsevasi diketahui bahwa pada
siklus 1 sebagian besar kegiatan telah dilaksanakan oleh guru dalam
kegiatan-kegiatan pembelajarannya yaitu sebesar 65% setelah siklus II seluruh pelaksanaan
kegiatan pembelajaran telah dapat dilaksanakan oleh guru pada pembelajaran bentuk
daun dan fungsinya dengan model discovery learning dapat meningkat menjadi
100%. 2) bedasarkan data penelitian yang berasal dari hasil obsevasi diketahui bahwa
sebagian besar hasil belajar siswa dalam pembelajaran bentuk daun dan fungsinya
dengan model discovery learning pada siswa kelas IV pada siklus I hanya mampu
mencapai 65,55% dari aktivitas positif dan terjadi peningkatan setelah siklus II
menjadi sebesar 75,55%. 3) penerapan model discovery learning pada pembelajaran
Ambawang diketahui sudah sangat efektif dan tepat hal ini ditunjukan dai rata-rata
nilai evaluasi belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 78,72 dan terjadi peningkatan
setelah adanya perbaikan pembelajaran pada siklus II menjadi 97,76. Kelebihan
penelitian ini yaitu hasil belajar siswa meningkat 100%, memaparkan
langkah-langkah didalam pembelajaran. Namun dalam penelitian ini terdapat beberapa
kelemahan, yaitu walaupun hasil yang dicapai signifikan tetapi dalam penelitian ini
yang dinilai hanya tes tertulisnya saja. Untuk itu, penelitian ini akan menilai tes
tertulis dan sikap yang akan menjadi hasil belajar siswa.
Penelitian yang lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Asnahwati, H.
Zainuddin Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Cuaca Melalui Model
Pembelajaran Discovery pada Mata Pelajaran IPA Kelas III SD Bruder Melati
Pontianak. Penelitian yang digunakan adalah metode diskriptif kualitatif dengan
bentuk penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Terdapat peningkatan
pemahaman dan hasil belajar siswa pada materi cuaca dengan menggunakan model
pembelajaran discovery. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan nilai dari siklus 1
dengan rata-rata 6,0 dan pada pelaksanaan tindakan siklus 2 meningkat menjadi 8,17.
Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran discovery dapat diterapkan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Kelebihan dari penelitian
ini yaitu hasil belajar IPA meningkat. Namun di sisi lain, dalam penelitian ini
terdapat kelemahan, yakni variabel aktivitas belajar dan hasil belajar tidak dibahas
ketekaitannya secara mendalam, sehingga variabel ini nampak seperti berdiri
sendiri-sendiri. Di samping itu penilaian hasil belajar hanya diukur berdasakan tes saja.
Untuk itu, penelitian ini akan menguraikan tentang variabel yang akan digunakan.
2.3.Kerangka Berpikir
Kegiatan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru SD Negeri Plumbon
01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang adalah mengajar dengan metode ceramah
siswa mengantuk, dan bermain sendiri, siswa tidak mau berpikir kritis dalam
pelajaran IPA. Selama kegiatan pembelajaran, aktivitas yang dilaksanakan siswa
tidak pernah dilakukan pengukuran oleh guru. Guru hanya mengukur kemampuan
siswa pada aspek kognitif, yakni setelah siswa diberikan tes pada akhir pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh siswa melalui tes, masih dibawah KKM ≥ 70, karena siswa hanya dilakukan pengukuran pada aspek kognitifnya saja, sedangkan untuk
aspek afektif dan psikomotorik tidak pernah dilakukan pengukuran. Melihat
kenyataan seperti ini, perlu dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran, dengan
mendesain pembelajaran melalui model pembelajaran discovery. Dalam model
pembelajaran ini, pembelajaran dimulai dengan menyampaikan suatu permasalahan
untuk menggugah rasa kepenasaran siswa, kemudian siswa diajak untuk
mengidentifikasi masalah yang diharapkan dapat mengarah pada jawaban sementara,
karena hipotesis merupakan jawaban sementara maka perlu adanya pembuktian untuk
merumuskan benar tidaknya jawaban dengan cara melakukan pengamatan atau
percobaan, setelah semua data terkumpul siswa dibimbing untuk membuat
kesimpulan, dan yang terakhir masing-masing kelompok harus mengkomunikasikan
atau menyampaikan hasil yang telah diperoleh di depan forum diskusi. Melalui cara
belajar seperti ini, jika siswa diberi tes, tentu hasil belajarnya dapat mencapai optimal
(tuntas), selain itu siswa akan tumbuh kreativitas dan keterampilan dalam belajar.
Disamping itu, dapat menumbuhkan sikap dan antusias siswa dalam menerima
materi, karena siswa dilibatkan secara langsung, sehingga belajar siswa menjadi
bermakna. Oleh karena itu, dalam pembelajaran selanjutnya tentang KD 6.1
Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, didesain dengan menggunakan model
Langkah-langkah model pembelajaran discovery adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi
2. Melakukan percobaan
3. Merumuskan kesimpulan
4. Mempresentasikan
Konsekuensi dari model pembelajaran discovery adalah pengukuran dilakukan
secara utuh, yang meliputi pengukuran proses belajar dan pengukuran hasil belajar, dengan KKM ≥ 70. Pengukuran utuh terdiri dari pengukuran aspek afektif, psikomotorik, dan kognitif. Pengukuran aspek kognitif dilakukan melalui pengukuran
hasil belajar yeng berupa tes formatif, dan pengukuran aspek afektif dan aspek
psikomotorik dilakukan melalui pengukuran non tes yakni berupa pengukuran unjuk
kerja dengan menggunakan instrumen rubrik penilaian unjuk kerja.
Berdasarkan deskripsi di atas, maka secara rinci dapat disajikan melalui gambar
2.1 Hubungan Antara Model Pembelajaran Discovery dan Hasil Belajar IPA, di
Pembelajaran konvensional
Pengukuran Kognitif
Hasil belajar ≤ KKM 70
KD 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
Model Pembelajaran Discovery :
1. Mengidentifikasi 5 sifat cahaya
2. Melakukan percobaan
3. Merumuskan kesimpulan
4. Mempresentasikan
Tes
Sikap
Skor tes
Skor sikap
Hasil Belajar IPA ≥ KKM 70
Gambar 2.1
2.4Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, dapat diajukan hipotesis
sebagai berikut: peningkatan hasil belajar IPA di duga dapat diupayakan melalui
model pembelajaran discovery siswa kelas 5 SD Negeri Plumbon 01 Suruh semester