BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas teori-teori dasar sistem pakar, metode forward chaining, teorema
Bayes dan kontrasepsi yang mendukung pembahasan pada bab selanjutnya.
2.1 Kecerdasan Buatan
Kecerdasan buatan adalah suatu ilmu yang mempelajari cara membuat komputer
melakukan sesuatu seperti yang dilakukan oleh manusia (Minsky, 1989). Kecerdasan
buatan adalah ilmu tentang sistem yang melakukan sesuatu hal kepada setiap
pengamat sehingga menjadikannya cerdas (Ben, 2004). Menurut Rich dan Knight
(1991), kecerdasan buatan adalah sebuah studi tentang bagaimana membuat komputer
melakukan hal-hal yang pada saat ini dapat dilakukan lebih baik oleh manusia
(Kusrini, 2006).
Tujuan utama kecerdasan buatan adalah membuat komputer untuk lebih
berguna dan mengerti prinsip-prinsip yang memungkinkan untuk menjadi cerdas.
Prinsip-prinsip tersebut termasuk penggunaan struktur data di dalam representasi ilmu
pengetahuan, algoritma-algoritma yang diperlukan dalam penerapan ilmu
pengetahuan, bahasa beserta teknik-teknik pemrograman yang digunakan dalam
implementasinya. Selain itu, tujuan dari kecerdasan buatan adalah untuk
mengembangkan kerja sistem komputer yang benar-benar mampu melakukan
tugas-tugas yang memerlukan kecerdasan tinggi (Kristanto, 2004).
2.2 Sistem Pakar
Sistem pakar adalah sistem yang menggunakan pengetahuan manusia yang
dimasukkan ke dalam komputer untuk memecahkan masalah-masalah yang biasanya
diselesaikan oleh pakar (Turban dan Aronson ,2001). Menurut Giarratano dan Riley
pengetahuan-pengetahuan khusus yang dimiliki oleh seorang ahli untuk
menyelesaikan suatu masalah tertentu. Sistem pakar merupakan program kecerdasan
buatan yang menggabungkan basis pengetahuan (knowledge base) dengan sistem
inferensi (Kristanto, 2004).
Ciri-ciri sistem pakar adalah sebagai berikut (Kusrini, 2006):
1. Terbatas pada bidang spesifik,
2. Dapat memberikan penalaran untuk data-data yang tidak lengkap atau tidak
pasti,
3. Dapat mengemukakan rangkaian alasan yang diberikan dengan cara dapat
dipahami,
4. Berdasarkan pada rule atau kaidah tertentu,
5. Dirancang untuk dapat dikembangkan secara bertahap,
6. Output bersifat nasihat atau anjuran,
7. Output tergantung dari dialog dengan user, dan
8. Knowledge base dan inference engine terpisah.
2.2.1 Perbandingan Sistem Pakar dengan Sistem Konvensional
Kecerdasan buatan berbeda dengan program konvensional. Pemrograman
konvensional berbasis pada algoritma yang mendefinisikan setiap langkah dalam
penyelesaian masalah. Lain halnya dengan pemrograman dalam kecerdasan buatan
yang berbasis pada representasi simbol dan manipulasi. Berikut adalah perbandingan
sistem kovensional dan sistem pakar ditunjukkan di tabel 2.1 pada halaman
Tabel 2.1. Perbandingan Sistem Konvensional dan Sistem Pakar (Kusrini, 2006).
Sistem Konvensional Sistem Pakar
Informasi dan pemrosesan umumnya digabung dalam satu program sequential
Knowledge base terpisah dari mekanisme pemrosesan (inference)
Program tidak pernah salah (kecuali pemrogramnya yang salah)
Program bisa saja melakukan kesalahan
Tidak menjelaskan mengapa input
dibutuhkan atau bagaimana hasil diperoleh
Penjelasan (explanation) merupakan bagian dari sistem pakar
Data harus lengkap Data tidak harus lengkap
Perubahan pada program merepotkan Perubahan pada rules dapat dilakukan dengan mudah
Sistem bekerja jika sudah lengkap Sistem dapat bekerja hanya dengan rules
yang sedikit
Eksekusi secara algoritmik (step-by-step) Eksekusi dilakukan secara heuristic dan
logic
Manipulasi efektif pada database yang besar
Manipulasi efektif pada knowledge base
yang besar
Efisiensi adalah tujuan utama Efektivitas adalah tujuan utama
Data kuantitatif Data kualitatif
Representasi data dalam numeric Representasi pengetahuan dalam simbol Menangkap, menambah dan
mendistribusikan data numeric dan informasi
Menangkap, menambah dan
mendistribusikan pertimbangan (judgement) dan pengetahuan.
2.2.2. Perbedaan Sistem Pakar dengan Sistem Pendukung Keputusan
Sistem pendukung keputusan adalah sistem berbasis komputer yang membantu para
pengambil keputusan mengatasi berbagai masalah melalui interaksi langsung dengan
sejumlah database dan perangkat lunak analitik (Wibisono, 2003).
Ada beberapa perbedaan antara sistem pakar dengan sistem pendukung
keputusan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2 pada halaman selanjutnya.
Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pakar
Sistem berbasis komputer yang dirancang untuk mempertinggi efektifitas pengambilan keputusan dari masalah semi terstruktur.
Aplikasi komputer yang ditujukan untuk membantu pengambilan keputusan atau pemecahan persoalan dalam bidang yang spesifik.
Merefleksikan keyakinan manajer dalam caranya memecahkan masalah.
Memberikan peluang bagi manajer untuk mendapatkan kemampuan dalam membuat keputusan melebihi kemampuan yang dimilikinya.
Tidak memiliki kemampuan memberikan alasan.
Memiliki kemampuan menjelaskan.
Manusia dan atau sistem sebagai pembuat keputusan. (bersifat aktif, sistem mampu berfikir out of the box, namun sebatas sebagai sistem pendukung keputusan saja dan tidak meniadakan keputusan dari seorang pengambil keputusan/manajer).
Output berupa informasi (bersifat pasif, sistem hanya mampu berfikir sesuai dengan pengetahuan dari pakar, yang digunakan untuk menggantikan keberadaan seorang pakar).
2.2.3. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pakar
Sistem pakar jelas berbeda dibandingkan dengan sistem konvensional, sehingga
dengan begitu sistem pakar sendiri memiliki kelebihan dan kelemahan pula. Berikut
adalah kelebihan sistem pakar yaitu:
1. Pekerjaan para ahli (pakar) dapat dikerjakan oleh orang awam,
2. Proses yang berulang dapat dilakukan secara otomatis,
3. Keahlian para ahli (pakar) dapat diambil dan dilestarikan,
4. Sistem pakar akan menyimpan pengetahuan dan keahlian para ahli (pakar),
5. Produktivitas dan output dapat ditingkatkan,
7. Mampu beroperasi dalam lingkungan berbahaya,
8. Memiliki kemampuan untuk mengakses pengetahuan,
9. Memiliki realibilitas,
10.Meningkatkan kapabilitas sistem komputer,
11.Memiliki kemampuan untuk bekerja dengan informasi yang tidak lengkap
dan mengandung ketidakpastian,
12.Sebagai media pelengkap dalam pelatihan,
13.Meningkatkan kapabilitas dalam penyelesaian masalah, dan
14.Menghemat waktu dalam pengambilan keputusan.
Selain memiliki beberapa kelebihan, sistem pakar juga memiliki kelemahan
yaitu :
1. Dalam proses pembuatan dan pemeliharaan sistem, dibutuhkan biaya yang
cukup mahal,
2. Sistem pakar sulit dikembangkan karena erat kaitannya dengan
ketersediaan pakar dalam bidangnya, dan
3. Sistem pakar tidak 100% bernilai benar.
2.2.4. Arsitektur Sistem Pakar
Menurut Turban, sistem pakar terdiri dari dua bagian pokok, yaitu : lingkungan
pengembangan (development environment) dan lingkungan konsultasi (consultation
environment) (Arhami, 2004). Pakar menggunakan lingkungan pengembangan untuk
memasukan pegetahuannya, dan pengguna yang bukan pakar menggunakan
lingkungan konsultasi untuk memperoleh pengetahuan pakar. Arsitektur sistem pakar
Antar Muka
Aksi yang Direkomendasikan
Fasilitas Penjelasan
Mesin Interfensi
Workplace
Basis Pengetahuan : fakta dan aturan
Knowledge Engineer
Pakar
Perbaikan Pengetahuan Pemakai
Lingkungan
Konsultasi Lingkungan Pengembangan
Fakta tentang kejadian tertentu
Gambar 2.1. Arsitektur Sistem Pakar (Arhami,2004)
1. Antarmuka Pengguna (User Interface)
Antar muka (user interface) merupakan media yang dibutuhkan oleh pengguna agar
dapat berkomunikasi dengan sistem. Antarmuka menerima informasi dari pengguna
dan mengubahnya ke dalam bentuk yang dapat diterima oleh sistem. Selain itu,
antarmuka menerima dari sistem dan menyajikannya ke dalam bentuk yang dapat
dimengerti oleh pengguna.
2. Basis Pengetahuan
Basis pengetahuan mengandung pengetahuan untuk pemahaman, formulasi dan
penyelesaian masalah. Komponen sistem pakar ini disusun atas dua elemen dasar,
yaitu:
a. Fakta
b. Aturan
Aturan adalah informasi tentang cara bagaimana memperoleh fakta baru
dari fakta yang telah diketahui.
3. Akusisi Pengetahuan (Knowledge Acquisition)
Akusisi pengetahuan adalah akusisi, transfer dan transformasi keahlian dalam
menyelesaikan masalah dari sumber pengetahuan ke dalam program komputer. Dalam
tahap ini knowledge engineer berusaha menyerap pengetahuan untuk selanjutnya
di-transfer ke dalam basis pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dari pakar, dilengkapi
dengan buku, basis data, laporan penelitian dan pengalaman pengguna.
4. Mesin/Motor Inferensi (Inference Engine)
Inferensi merupakan proses untuk menghasilkan informasi dari fakta yang diketahui
atau diasumsikan. Inferensi adalah konklusi logis (logical conclusion) atau implikasi
berdasarkan informasi yang tersedia. Dalam sistem pakar proses inferensi dilakukan
dalam suatu modul yang disebut Inference Engine atau mesin inferensi (Kusrini,
2008).
Mesin/motor inferensi adalah komponen yang mengandung mekanisme pola
pikir dan penalaran yang digunakan oleh pakar dalam menyelesaikan suatu masalah.
Mesin inferensi adalah program komputer yang memberikan metodologi untuk
penalaran tentang informasi yang ada dalam basis pengetahuan dan dalam workplace
untuk memformulasikan kesimpulan.
5. Workplace/Blackboard
Workplace/blackboard merupakan area dari sekumpulan memori kerja (working
memory) yang digunakan untuk merekam kejadian yang sedang berlangsung termasuk
keputusan sementara.
6. Fasilitas Penjelasan
Fasilitas Penjelasan adalah komponen tambahan yang akan meningkatkan kemampuan
sistem pakar. Digunakan untuk melacak respon dan memberikan penjelasan tentang
7. Perbaikan Pengetahuan
Pakar memiliki kemampuan untuk menganalisis dan meningkatkan kinerjanya serta
kemampuan untuk belajar dari kinerjanya. Kemampuan tersebut adalah penting dalam
pembelajaran terkomputerisasi, sehingga program akan mampu menganalisis
penyebab kesuksesan dan kegagalan yang dialaminya dan juga mengevaluasi apakah
pengetahuan-pengetahuan yang ada masih cocok untuk digunakan di masa mendatang.
2.3 Forward Chaining
Proses perunutan yang dimulai dengan menampilkan kumpulan data atau fakta yang
meyakinkan menuju konklusi akhir. Disebut juga dengan penalaran forward (forward
chaining) atau pencarian yang dimotori data (data driven search). Menurut Giarattano
dan Riley (1994), metode inferensi runut maju cocok digunakan untuk menangani
masalah pengendalian (controlling) dan peramalan (prognosis) (Kusrini, 2008).
Forward chaining atau runutan maju adalah metode yang disajikan untuk masa
depan dimana data memandu penalaran dari bawah ke atas, bekerja ke depan untuk
menghasilkan solusi yang mengikuti fakta yang sudah ada sebelumnya dengan
penjelasan yang tidak difasilitasi.
2.4 Teorema Bayes
Teorema Bayes, diambil dari nama Rev. Thomas Bayes. Pada abad ke 18 Thomas
Bayes, seorang pendeta Presbyterian Inggris, mengajukan pertanyaan berikut ;
“Apakah Tuhan benar-benar ada?”. Karena ketertarikannya pada ilmu matematika, dia mencoba mengembangkan sebuah rumus untuk menentukan probabilitas Tuhan
benar-benar ada berdasarkan fakta-fakta yang terdapat di bumi. Kemudian Laplace
menyempurnakan hasil penemuan tersebut dan memberikannya nama “Teorema
P (H|E) =
dimana,
P (H|E) : probabilitas hipotesa H jika terdapat evidence E
P (E|H) : probabilitas munculnya evidence E jika diketahui hipotesa H
P (H) : probabilitas hipotesa H tanpa memandang evidence apapun
P (E) : probabilitas evidence E
Penerapan teorema Bayes untuk mengatasi ketidakpastian, jika muncul lebih
dari satu evidence dituliskan sebagai berikut :
P (H|E,e) = P (H|E)
dimana,
e : evidence lama
E : evidence baru
P (H|E,e) : probabilitas adanya hipotesa H, jika muncul evidence baru E dari
evidence lama e
P (e|E,H) : probabilitas kaitan antara e dan E jika hipotesa H benar
P (e|E) : probabilitas kaitan anatara e dan E tanpa memandang hipotesa apapun
P (H|E) : probabilitas hipotesa H jika terdapat evidence E
2.5 Kontrasepsi
Menurut Johan Suban Tukan (1993), keluarga berencana tidak hanya berarti
membatasi jumlah anak. Keluarga berencana berarti mengatur waktu kelahiran,
perbedaan usia antara anak–anak, mendidik anak dan peningkatan kebahagiaan
pasangan suami-istri. Terdapat beberapa metode keluarga berencana, antara lain :
a. Cara Radikal
Pengguguran sengaja (abortus provocatus), Menstrual Regulation (MR),
pemandulan tetap (sterilisasi), cara antinidatif seperti spiral dan morning after
b. Kontraseptive (mencegah kehamilan)
Pil anti hamil, kondom, diafragma, pesarium spremiside dan sanggama
terputus atau coitus interruptus. Kontrasepsi dianggap ideal harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
1. Dapat dipercaya,
2. Tidak menimbulkan efek yang menganggu kesehatan,
3. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan,
4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus,
5. Tidak memerlukan motivasi terus menerus,
6. Mudah pelaksanaannya,
7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat, dan
8. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan bersangkutan.
c. Cara Alamiah
Dengan cara mengukur suhu basal, mengamati lendir kesuburan dan perabaan
leher rahim. Cara alamiah berpedoman bahwa pria selalu subur namun wanita
subur hanya sekali dalam setiap daur hidupnya. Oleh karena itu, kalau tidak
mau mendapatkan anak, maka kebersamaan seksual jangan dilakukan saat
wanita sedang mengalami ovulasi.
Dalam pemilihan metode kontrasepsi tersebut, ada beberapa faktor dalam
pencocokannya terhadap klien, yaitu (Brahm U, 2007) :
a. Faktor Pribadi,
b. Faktor Kesehatan Umum,
c. Faktor Ekonomi dan Aksesibilitas, dan
d. Faktor Budaya.
Selain kecocokan, kontasepsi yang dipilih juga harus sesuai dengan kondisi
klien. Adapun ciri-ciri kontrasepsi yang sesuai, (Pinem, 2009):
a. Reversibilitas cukup tinggi karena peserta mungkin mengharapkan punya
anak lagi,
c. Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak
yang direncanakan, dan
d. Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah makanan terbaik
sampai anak usia 2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan dan
kematian anak.
2.5.1 Coitus Intteruptus
Coitus intteruptus juga dikenal dengan metode senggama terputus. Teknik ini dapat
mencegah kehamilan dengan alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi
sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina, maka tidak ada pertemuan antara
sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah (Melani, 2010).
2.5.2 Metode Ovulasi Billings (MOB)
Pasangan secara sukarela menghindari sanggama pada masa subur Ibu (ketika Ibu
tersebut dapat menjadi hamil), atau sanggama pada masa subur untuk mencapai
kehamilan. Metode Lendir Servics atau lebih dikenal sebagai Metode Ovulasi Billing
(MOB) adalah paling efektif. Cara yang kurang efektif misalnya Sistem Kalender atau
Pantang Berkala dan Metode Suhu Basal yang sudah tidak dianjurkan lagi
dikarenakan kegagalan yang cukup ringgi (>20%) dan waktu pantang yang lebih lama.
Untuk menggunakan MOB, seorang perempuan harus belajar mengenai Pola
Kesuburan dan Pola Dasar ke-Tidak-Suburan-nya. Untuk menghindari kekeliruan dan
untuk menjamin keberhasilan pada awal masa belajar, pasangan diminta secara penuh
tidak bersenggama pada satu siklus haid, untuk mengenali pola kesuburan dan pola
ketidaksuburan (Saifuddin et al, 2003).
2.5.3 Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan
diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang
dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom menghalangi terjadinya
karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam
saluran reproduksi perempuan. Kondom juga melindungi pemakainya dari penyakit
menular seksual dan dapat mencegah perubahan pra-kankertertentu pada sel-sel leher
rahim (Saifuddin et al, 2003).
2.5.4 Kontrasepsi Oral / Pil
Kontrasepsi oral/pil mencakup pil kombinasi dan sekuensial yang berisi estrogen dan
progesteron dan pil yang berisi progesteron saja dikenal dengan istilah mini pil. Pil ini
pada tahun 1930-an Dr. Kurzrok menunjukkan bahwa estrogen oral dapat meredakan
dismenorhea dan menghambat ovulasi (Melani, 2010).
2.5.5 Suntikan Kombinasi
Cara kerja suntikan kombinasi ini pada prinsipnya sama dengan cara kerja pil
kombinasi. Yang membedakan adalah lebih secara teknis karena isi dari kontrasepsi
suntik ini tidak mengandung etinilestradiol maka risiko terhadap hipertensi dan
vaskularisasi yang disebabkan oleh hormon ini praktis tidak terjadi. Maka kontrasepsi
suntikan ini lebih aman untuk perempuan dengan hipertensi. Demikian juga pada
perempuan yang mempunyai migrain (Melani, 2010)
2.5.6 Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) / Implan
Kontrasepsi implan adalah kapsul plastik yang mengandung hormon progesteron,
yang bekerja dengan cara mencegah ovulasi dan menghalangi masuknya sperma
melalui lendir serviks yang kental. Enam kapsul dimasukkan ke bawah kulit lengan
atas. Setelah diberi obat bius, dibuat sayatan dan dengan bantuan jarum dimasukkan
2.5.7 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah cara pencegahan kehamilan yang
sangat efektif, aman dan reversible bagi wanita tertentu, terutama yang tidak
terjangkit Pra-Menstruation (PMS) dan sudah pernah melahirkan. AKDR adalah
suatu alat plastik atau logam kecil yang dimasukkan ke uterus melalui kanalis
servikalis. Walaupun mekanisme kerja pasti tidak diketahui, dihipotesiskan bahwa
AKDR mengganggu motilitas sperma dan perjalanan ovum. Efektivitas AKDR
dipengaruhi oleh karakteristik alat, keterampilan penyedia layanan (dalam memasang
alat) dan karakteristik pemakai (misalnya usia dan paritas) (Wulansari & Hartanto,
2007).
2.5.8 Metode Operasi Pria (MOP) / Vasektomi
Vasektomi adalah metode kontrasepsi permanen bagi pria yang sudah memutuskan
tidak ingin mempunyai anak lagi. Klien harus mempertimbangkan secara matang
sebelum mengambil keputusan. Vasektomi adalah operasi yang aman, mudah dan
hanya memerlukan beberapa menit dirumah sakit atau klinik yang tersandar untuk
melakukan pembedahan ringan. Secara umum vasektomi tidak ada efek samping
jangka panjang (Melani, 2010).
2.5.9 Metode Operasi Wanita (MOW) / Tubektomi
Tubektomi dilakukan dengan menyumbat tuba falopii melalui bedah sehingga telur
dan sperma tidak dapat bertemu. Metode-metode yang dilakukan untuk tubektomi
berbeda-beda sesuai dengan pendekatan teknik bedah yang digunakan untuk mencapai
tuba. Penyedia pelayanan harus membuat keputusan mengenai pendekatan dan teknik
oklusi yang akan ditawarkan sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya yang dimilki