• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Konstruksi Realitas Simbolik Pemberitaan Aborsi Di Republika Online

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Konstruksi Realitas Simbolik Pemberitaan Aborsi Di Republika Online"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

KONSTRUKSI REALITAS SIMBOLIK PEMBERITAAN ABORSI DI REPUBLIKA ONLINE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

i

Oleh: IRADATUL AINI NIM 106051101926

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2010

(2)

ABSTRAK Iradatul Aini

Konstruksi Realitas Simbolik Pemberitaan Aborsi di Republika Online

Media merupakan subjek yang mengkonstruksi realitas. Ada objek yang ditonjolkan dan ditutupi. Peristiwa-peristiwa yang rumit dan kompleks disederhanakan supaya mampu membentuk pengertian dan gagasan tertentu. Hal tersebut juga berlaku bagi media online seperti Republika Online. Berita yang disampaikan terkait dengan kontruksi atas suatu realitas yang dipahamnya. Ia berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik dan juga menghadirkan citra atas representasi dari pemberitaan yang diterbitkan.

Muncul pertanyaan: Bagaimana kontruksi makna pemberitaan “Aborsi” di

RepublikaOnline? Apa motif pemberitaan “Aborsi” yang diberitakan oleh Republika Online?

Konstruksi makna seluruh isi media tidak lain adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality) dalam bentuk wacana yang bermakna. Pekerja media adalah mengkontruksikan realitas. Berbagai peristiwa tersebut diinternalisasi dengan cara dilihat dan diobservasi wartawan. Terjadilah proses dialektika antara apa yang ada dalam pikiran wartawan dengan apa yang dilihatnya. Akhirnya, terjadilah teks berita.

Teori yang barangkali tepat untuk dijadikan sebagai ”pisau analisis” adalah Metode Analisis Wacana (Discourse Analysis) model Teun A Van Dijk. Data-data dalam penelitian ini disesuaikan dengan model yang digunakan Van Dijk, yaitu meneliti dari analisis teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.

Peneliti menggunakan pendekatan media kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum yang diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian, kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut

Secara struktur makro, tema berita Republika Online dikemas dengan tema penolakan terhadap praktek aborsi. Secara superstruktur Republika Online menulis berita dengan skema menampilkan pendapat dan pandangan orang yang menolak aborsi dan yang memperbolehkan aborsi dengan alasan-alasannya yang disampaikan oleh tokoh-tokoh penting yang sudah teruji keilmuannya. Secara struktur mikro, Republika menampilkan gaya bahasa dalam setiap berita.

Kognisi sosial wartawan yang menulis ini sebagai muslim tidak terlepas dari bias keberpihakan terhadap Islam. Konteks sosial berita ini Republika Online ingin memberitahukan masalah ini kepada masyarakat muslim bahwa ada berbagai macam pandangan yang berbeda tentang hukum aborsi dalam Islam yassng dikemas oleh

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbila’lamin, puji syukur yang tiada terkira kepada pemilik jiwa raga ini, penguasa jagat raya Allah SWT yang Mahapengasih. Berkat limpahan kasih dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan dengan baik skripsi yang berjudul “Konstruksi Realitas Simbolik Pemberitaan Aborsi di Republika Online” salawat serta salam semoga selalu disampaikan untuk teladan kita Nabi Muhamad SAW, keluarga, sahabat serta umatnya di bumi.

Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan dari berbagai pihak yang senantiasa membuka hati untuk membimbing, mengarahkan, membantu, memotivasi, menghibur, dan memberikan semangat yang tak pernah putus. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibuku tercinta, Sittiya. Hembus nafas, aliran darah, dan detak jantungku, orang paling hebat dalam hidupku.

2. Qamaruddin SF, terima kasih mendalamku untukmu.

3. Bapak Dr. Jamhari, MA. pembimbing yang sangat brilian. Pertemuan yang singkat dengan beliau tak pernah menjadi hambatan dalam mengerjakan skripsi, karena arahan beliau sangat jelas dan cerdas.

4. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat. 5. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan, MA. 6. Ketua Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Dra. Rubiyanah, MA.

7. Sekretaris Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Rulli Nasrullah, M.Si

8. Penasehat Akademik, Gun Gun Heriyanto, M.Si. yang langsung menandatangani Proposal Penelitian.

(4)

9. Bunda tersayangku, Bunda Musdah Mulia, guru, pembimbing, orang tua yang sangat saya banggakan dan hormati. Terima kasih bunda Mulia, semangatmu selalu mengalir dalam sanubariku. Apa yang Bunda tanamkan padaku semoga terus terkembangkan.

10.Dosen yang sangat saya hormati dan kesayangan; Tantan Hermansyah. Terima kasih tak terhingga untuk Bapak yang telah memberikan support dan arahan tentang skripsi dan mengajari bagaimana memaknai hidup. Saya selalu semangat untuk bangun pagi dan siap menjalani hidup yang lebih baik.

11.Mas Irfan, Pemred Republika Online yang sangat saya hormati, terima kasih mas atas bantuannya selama ini. Semoga kebaikan Mas Irfan selalu berkah.

12.Teman-teman terkasih dan tercinta; Mujahidah dan Mujahid Club: Milastri Muzakkar, dia adalah sahabat, saudara, soulmate terbaikku, sehati dan sejiwa dalam melakukan sesuatu. Kita bertekad untuk selalu menjadi perempuan-perempuan mandiri dalam hidup ini dan dalam kondisi apa pun. Lini Zurlia: adik lucu yang selalu semangat untuk terus melangkah bersama. Kehadirannya menyenangkan dan keabsenannya mengangenkan. Ulum Zulvaton: sosok baik dan pribadi yang bersahaja. Terima kasih banyak Mas atas kebaikannya dan semoga selalu berkah buat kita semua. Ismail Fahmi; meski baru kenal dan ketemu sekali tapi kesannya mengagumkan. Baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung. .

(5)

Rosadi, Dede Nugraha, Ekawati (Budor), Mimi Fahmiyah, Novita Zuhriyah, Yiqi Arstania, Lisa Mayaselli, Tia Agnes Astuti, Topan Effendi, Bagus Santosa ‘Wage’, Muhamad Iqbal Ichsan ‘Jose’, Zainudin, Dirga Maulana, Rahmadita Aryani, Maysyarah, Rizki Akmalsyah ‘Abi’, putri, M. Lutfi Rahman ‘Meler’, Dzkri Nurlaili (Eki), Edi Mahmud (Bang Ed), Nurharisni Hayati, Ratri Devi Arimbi, Saugi Riyandi, Rahmat Subekti, Sri Dewi Rahmadiyanti, De Sayang Ina Salmah Febriyani (yang memanngilku mbakyu), nyai chaca, aida, rere, nina.

14.Uus si mungil kecil yang belakangan ini menemani tidurku. Terima kasih yang uzy kecil.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan perumusan masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KAJIAN KONSEPTUAL A. Konstruksi Realitas ... 13

B. Konstruksi Media Terhadap Realitas ... 15

C. Konstruksi Realitas Simbolik... 23

BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat Republika Online ... 26

B. Visi dan Misi Republika Online... 27

C. Karakteristik Republika Online... 27

D. Mengenal Aborsi ……… 28

E. Permasalah Aborsi ... 29

F. Aborsi dalam Hukum Islam ... 30

G. Aborsi dalam Undang-undang Indonesia ... 32

(7)

BAB IV (TEMUAN ANALISA DATA LAPANGAN)

A. Analisis Teks Pemberitaan Republika Online Tentang Aborsi dari bulan Mei sampai Oktober ... 38 B. Analisis Pemberitaan Aborsi Di Republika Online Dilihat Dari Kogni Sosial ... 44

C. Analisis Pemberitaan Tentang Aborsi di Republika Online

Dilihat Dari Konteks Sosial ... 58

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN... 60 B. SARAN... 61 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Media adalah subjek yang mengkonstruksi realitas. Ada objek yang ditonjolkan dan ditutupi. Peristiwa-peristiwa yang rumit dan kompleks disederhanakan supaya mampu membentuk pengertian dan gagasan tertentu. Selain itu, media tidak hanya menyampaikan suatu berita, tetapi juga penilaian dan gambaran umum tentang banyak hal. Ia berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik dan juga menghadirkan citra atas representasi dari pemberitaan yang diterbitkan.

Berita pada hakikatnya adalah rekontruksi tertulis atas suatu realitas yang ada dalam masyarakat. Ia tidak mungkin sama dan sebangun dengan apa yang direkontruksi tentang realitas. Meski tugas media adalah menyampaikan kebenaran, namun ternyata hal itu tidaklah mudah. Karena ada berbagai kepentingan yang “berbicara” antara yang memiliki kepentingan dengan masyarakat umum sebagai konsumen berita.1

Oleh karena itu, menurut Althusser dan Gramsci, media massa tidaklah bebas dan independen, tetapi memiliki keterikatan dengan realitas sosial. Jelasnya ada beberapa kepentingan yang bermain dalam media massa.2 Namun yang terpenting

1

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Penerbit Remaja Rosdakarya Bandung, 2006, cet. Ke-4, hlm. 30

2

(9)

adalah kita harus mampu membedakan antara kuasa atas teks dengan kuasa atas struktur, di mana teks dikontruksi, dipresentasikan, dan dimaknai.3

Lebih lanjut, Smith dan Muis, mengungkapkan salah satu fungsi media massa yang amat penting adalah memelihara identifikasi anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan. Para reporter dan editor berkuasa penuh atas pemilihan kata yang hendak dipakainya. Ia dapat dan juga harus memilih kata di antara kata-kata yang hampir mirip namun berbeda rasanya.4

Oleh karena itu, wartawan dan media adalah entitas yang otonom. Dan berita yang dihasilkan haruslah menggambarkan realitas yang terjadi di lapangan. Sementara posisi wartawan dan media harus menghormati struktur sosial dan kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat.

Dengan demikian, seluruh isi media tidak lain adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality) dalam bentuk wacana yang bermakna. Pekerja medialah yang mengkontruksikan realitas. Ia dan media adalah hasil para pekerja media dalam mengkontrusikan berbagai realitas yang dipilihnya, di antaranya adalah realitas sosial. Misalnya, pemberitaan media, khususnya Republika Online yang memberitakan tentang aborsi (menggugurkan janin). Dalam salah satu beritanya yang berjudul “Aborsi Jangan Dilihat Dari Segi Moral” satu sisi terkesan moderat terhadap pelaku aborsi. Namun di sisi lain, Republika Online juga memberitakan tentangSemua Agama Tolak Aborsi”.

3 Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, Penerbit LKiS, Yogyakarta, 2001, cet. Ke-1, hlm ix.

4

Alex Sobur, Analisis teks media , suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis semiotic, dan analisis framing, Bandung, Penerbit Remaja Rosdakarya, 2006, cet. Ke-4, hlm 34.

(10)

Republika Online yang dilahirkan oleh kalangan komunitas muslim bagi publik di Indonesia yang juga bagian dari Koran Republika bertujuan sebagai upaya untuk mewakili aspirasi umat Islam di Indonesia dan bersifat idealis, yaitu mengedepankan politis-ideologis. Seperti yang dikemukanan oleh David T. Hill, Republika dibangun oleh ICMI, yang mengendentifikasikan “musuh bersama” yaitu kelompok minoritas yang menguasai konglomerasi media yang dengan sengaja menutupi kegiatan-kegiatan Islam secara profesional.5 Selain itu, salah satu program ICMI yang disebarkan ke seluruh Indonesia, antara lain, mencerdaskan kehidupan bangsa melalui program peningkatan 5K, yaitu: kualias iman, kualitas kerja, kualitas berkarya, dan kualitas berpikir.

Oleh karena itu, ketika Republika Online mulai memberitakan tentang

“Aborsi” perlu dipertanyakan sejauh mana kontruksi media tersebut dalam memaknai dan mendefinisikan aborsi. Disadari atau tidak, langsung atau tidak langsung yang turut tersebar dan terlestarikan di Republika Online adalah ideologi keagamaan. Ideologi keagamaannya tersebut memengaruhi setiap berita yang disajikan. Dari sudut pandang Islam, aborsi hukumnya haram, bahwa tindakan

imlash (aborsi) tersebut jelas termasuk kategori dosa besar karena dipandang sebagai tindak kriminal.

Persoalannya adalah media tidak bisa bersikap netral. Misalnya atribut-atribut tertentu dari media dapat mengondisikan pesan-pesan yang dikomunikasikan. Sebagaimana dikatakan oleh Marshall McLuhan, “the medium is the massage,” medium itu sendiri merupakan pesan. “Apa-apa yang dikatakan” ditentukan secara mendalam oleh medianya.

5

(11)

Di dalam suatu pemberitaan, pembaca kerap berharap agar media bertindak netral dan seimbang ketika memberitakan pihak-pihak yang terlibat dalam suatu konflik. Keberadaan bahasa tidak lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan sebuah realitas, melainkan bisa menentukan gambaran yang akan muncul di benak khalayak. Bahasa yang dipakai media ternyata mampu mememgaruhi cara melakukan, tata bahasa, susunan kalimat, perluasan dan modifikasi perbendaharaan kata, dan akhirnya mengubah atau mengembangkan percakapan bahasa, serta makna.

Oleh karena itu, skripsi ini berjudul “Konstruksi Realitas Simbolik Pemberitaan “Aborsi” di Republika Online.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

Agar tidak terlalu luas pengolahan datanya, maka penelitian ini dibatasi hanya pada pemberitaan tentang “Aborsi” di Republika Online sejak Mei sampai Oktober 2009.

Alasan peneliti memilih mulai Mei sampai Oktober, karena sejak Mei sampai Oktober pemberitaan Republika Online tentang aborsi beragam. Sehingga peneliti berpandangan hal itu bisa mewakili bagaimana kontruksi Republika Online dalam memberitakan aborsi.

(12)

Tabel 1.1 Pemberitaan Aborsi

Edisi Judul

Selasa, 12 Mei 2009 - Al-Azhar: “Korban Pemerkosaan boleh Aborsi”

Selasa, 30 Juni 2009 - MUI Prihatin Banyaknya Kasus Aborsi

- Ormas Islam Wanita Prihatinkan Angka Aborsi

Rabu, 14 Oktober 2009 - Semua Agama Tolak Aborsi

Rabu, 21 Oktober 2009 - Aborsi Jangan Hanya Dilihat dari Segi Moral

Dari pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:

a) Bagaimana kontruksi makna pemberitaan “Aborsi” di Republika Online?

b) Apa motif pemberitaan “Aborsi” yang diberitakan oleh Republika Online?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a) Untuk mengetahui kontruksi makna pemberitaan “Aborsi” di Republika Online.

b) Untuk mengetahui motif pemberitaan “Aborsi”di Republika Online.

2. Manfaat Penelitian 2.1. Manfaat Teoretis

(13)

2.3. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini adalah:

a) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para praktisi komunikasi, terlebih mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Konsentrasi Jurnalistik agar lebih mengetahui bagaimana kontruksi makna “Aborsi” di Republika Online.

b) Agar para mahasiswa memahami kontruksi makna “Aborsi” di Republika Online.

D. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam memaparkan hasil penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan media kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.6

Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman bersifat umum yang diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian, kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut.7

Deskriptif merupakan suatu teknik penelitian yang objektif sistematik dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui metode pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat nonkuantitatif, seperti penggunaan instrument wawancara

6

Lexi J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2000, h.3 cet ke-13

7

Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian Public Realation dan Komunikasi, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 215.

(14)

mendalam (in depth interview) dan pengamatan (observasi).8 Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis wacana.

Penelitian mengenai pemberitaan analisis wacana menekankan pada how the ideological significance of news is part dan parcel of the methods used to process

news (bagaimana signifikansi ideologis berita merupakan bagian dan menjadi paket metode yang digunakan untuk memproses media).9

Dalam analisis wacana ini terdapat beberapa model. Yakni model kelompok pengajar di Univesitas East Anglia (Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress dan Tony Trew), Model The Van Leeuwen, Model Sara Mills, Model Ten Van Dijk, dan Model Norman Fairlough.

Sedangkan model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Teun Van Dijk yang menekankan bahwa wacana dapat berfungsi sebagai suatu pernyataan (assertion), pertanyaan (question) tuduhan (accusation), dan ancaman (threat).

Wacana ini juga dapat digunakan untuk mendiskriminasikan atau mempersuasi orang lain untuk melakukan diskriminasi.10 Sebab model ini tidak terbatas pada analisis teks semata, melainkan juga meliputi struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi atau pikiran serta kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu.11 Misalnya, analisis wacana aborsi yang disampaikan dalam berita, baik dari metode

8

Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: Gintanyali, 2004), h. 2.

9

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hal 48, cet. Ke-4

10

Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian Publik Realation dan Komunikasi, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 71.

11

(15)

penulisannya, kesesuaian isi yang disajikan dengan informasi yang ingin disampaikan, dengan menggunakan metode analisis wacana model Teun A. Van Dijk.

Dalam model Teun A Van Dijk, elemen analisis wacana dibagi menjadi tiga tingkatan. Pertama, struktur makro. Pada tingkatan ini makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik atau tema yang diangkat oleh suatu teks dengan menganalisis tema atau topik yang dikedepankan dalam suatu berita (tematik).

Kedua, superstruktur. Yaitu, kerangka suatu teks yang terdiri dari bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan dengan menganalisis bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh.

Ketiga, struktur mikro. Yaitu makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipahami oleh suatu teks dengan menganalisis makna yang ingin ditekankan dalam teks berita dengan memberi detail pada suatu isi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detail pada sisi lain (semantic), menganalisis kalimat yang dipilih (sintaksis), menganalisis pilihan kata yang dipakai dalam teks berita (stilistik), menganalisis cara penekanan yang diguanakan dalam struktur bahasa (retoris)12.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini ialah Republika Online, sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini ialah berita tentang “Aborsi” sejak Mei sampai Oktober 2009.

3. Tahapan Penelitian Data a. Teknik Pengumpulan Data

12

Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, Penerbit LKiS, Yogyakarta, 2001, hal 229, cet. Ke-1

(16)

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan maka peneliti menggunakan jenis penelitian discourses analysis (analisis wacana) yang merupakan salah satu alternatif dalam menganalisis media.

Melalui analisis wacana ini penulis tidak hanya ingin mengetahui isi teks tetapi juga bagaimana sebuah pesan disampaikan melalui kata, frase, kalimat, atau metafora macam apa yang disampaikan. Unsur penting dalam analisis wacana adalah kepaduan (coherence) dan kesatuan (unity) serta penafsiran peneliti.

Dalam hal ini, maka peneliti menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pembahasan di antaranya sebagai berikut:

a. Dokumentasi

Adapun pengumpulan data melalui dokumentasi ini peneliti mengumpulkan data-data atau teori-teori dari buku, majalah, internet, profil lembaga, informasi secara tertulis dari Republika Online.

b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu13. Dengan begitu, penulis bertujuan mewawancarai kepada pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini, yaitu kepada Irfan Junaidi Pimpinan Redaksi Republika Online dan penulis berita tersebut.

c. Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini terbagi dalam dua kategori yaitu

13

(17)

data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan sasaran utama dalam penelitian ini, sedangkan data sekunder digunakan untuk diaplikasikan guna mempertajam analisis data primer, yaitu sebagai pendukung dan penguat data dalam penelitian.

Data primer (Primary Source) dalam penelitian ini diperoleh melalui kata-kata dan gambar. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari buku-buku teori mengenai pokok bahasa penelitian, artikel-artikel berita di

Republika Online.

Data sekunder adalah data tambahan yang berasal dari dokumen tertulis. d. Teknik Pengolahan Data

Langkah selanjutnya ialah mengolah hasil temuan atau data, melalui meninjau kembali berkas-berkas yang telah terkumpul. Data tersebut diperoleh yaitu dari observasi, wawancara, serta dokumentasi; seperti arsip-arsip dari Republikan Online. Dan seluruh data nantinya dipaparkan dengan didukung oleh beberapa hasil temuan studi pustaka yang kemudian dianalisis.

e. Teknik Analisis Data

Jenis penelitian ini ialah analisis wacana kualitatif, di mana hasil temuan akan dipetakan dan kemudian ditinjau kembali untuk dianalisis dari hasil pengamatan lapangan dan penelusuran pustaka.

E. Sistematika Penulisan

Secara sistematis, penulisan skripsi ini dibagi menjadi menjadi lima bab, Setiap bab terdiri atas sub-sub bab yang memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Untuk lebih jelasnya, penulis uraikan sebagai berikut:

(18)

BAB I PENDAHULUAN: Bab ini mengulas latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta metodologi penelitian yang akan diuraikan poin per poin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA: Bab ini menjelaskan Konstruksi Realitas, Konstruksi Media terhadap Realitas.

BAB III GAMBARAN UMUM: Dalam bab tiga penelitian ini akan mengurai Sejarah dan perkembangan Republika Online, visi dan misi, serta konsep-konsep umum pada Republika Online yang ditemukan peneliti dalam sumber-sumber pendukung dan Mengenal Aborsi, Permasalahan Aborsi, Aborsi dalam Hukum Islam, Aborsi dalam UU Indonesia, Kondisi Aborsi di Indonesia.

BAB IV HASIL PENELITIAN: Bab empat dalam laporan penelitian ini berisi penjelasan hasil penelitian yang diperoleh peneliti dalam penelitiannya.

(19)

BAB II

KERANGKA TEORETIS A. Teori Konstruksi Realitas

a. Konstruksi Realitas

Menurut pengertian istilah, konstruksi adalah upaya penyusunan beberapa peristiwa, keadaan, atau benda secara sistematis menjadi sesuatu yang bermakna. Realitas adalah peristiwa, keadaan, benda. Jadi, konstruksi realitas adalah pengaturan kata-kata membentuk frase, klausa, atau kalimat yang bermakna untuk menjelaskan atau menggambarkan suatu kualitas atau keadaan aktual, benar, atau nyata.14

Selama ini, banyak orang menganggap realitas itu sebagai kebenaran objektif, apa adanya, dan fakta riil yang diatur oleh kaidah-kaidah tertentu yang bersifat universal. Itulah pandangan yang dominan yang disebut paradigma positivis. Namun, realitas tersebut sebenarnya dikonstruksi oleh masyarakat melalui interaksi satu sama lain. Ketika masyarakat melakukan dialog, tatap muka, dan bersentuhan secara berkesinambungan, tanpa disadari mereka telah menciptakan konstruksi realitas. Dalam kata-kata terkenal James W Carey, realitas bukanlah sesuatu yang terberi, seakan-akan ada, realitas sebaliknya diproduksi.15 Dengan kata lain, fakta berupa realitas itu bukanlah sesuatu yang terberi, melainkan ada dalam benak kita yang melihat fakta tersebut. Fakta merupakan hasil konstruksi atas realitas.

Oleh karena itu, realitas bersifat ganda. Setiap orang bisa memiliki konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Tergantung pengalaman,

14

Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa, Media: 2004

15

James W Carey, Communication Culture, dalam Eriyanto, Analisis Framing, Yogyakarta, LKIs: 2008, hal. 20

as 13

(20)

preferensi, pendidikan, dan lingkungan. Selain bersifat ganda, kebenaran suatu realitas juga relatif dan dinamis, berlaku sesuai konteks tertentu.16

Dalam pandangan Teun A. Van Dijk, setiap orang mempunyai kognisi sosial atau cara memandang atau melihat suatu realitas sosial tertentu. Kontruksi realitas sangat ditentukan oleh kognisi sosial tersebut. Kognisi sosial ini didasarkan pada anggapan umum yang tertanam dan yang akan digunakan untuk memandang peristiwa. Karena itu, menurutnya, diperlukan analisis kognisi dalam menelaah suatu konstruksi realitas. Analisis kognisi menyediakan gambaran yang kompleks tidak hanya pada teks tetapi juga pada representasi dan strategi yang digunakan dalam memproduksi suatu teks.

Pendekatan Van Dijk disebut sebagai kognisi sosial karena meskipun keyakinan, prasangka itu bersifat personal dalam diri seseorang tetapi ia diterima sebagai bagian dari anggota kelompok (socially shared). Semua persepsi dan tindakan, dan pada akhirnya diproduksi dan interpretasi wacana didasarkan pada representasi mental diri setiap manusia. Hal inilah yang disebut oleh Van Dijk sebagai model. Model menunjukkan pengetahuan, pandangan individu ketika melihat dan menilai suatu persoalan. Sebuah model adalah sesuatu yang subjektif dan unik, yang menampilkan pengetahuan dan pendapat ketika memandang persoalan.17

b. Konstruksi Media terhadap Realitas

16

Pandangan tersebut kemudian dijadikan sebagai paradigma konstruktivis yang

diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann dengan istilah konstruksi realitas pada tahun 1966 melalui bukunya The Social Construction of Reality.

17

(21)

Media adalah sarana bagaimana pesan disebarkandari komunikator ke penerima (khalayak). Namun, tanpa disadari, realitas yang disajikan media massa berbeda dari realitas yang sesungguhnya terjadi. Dengan teks berita yang dibaca, seseorang digiring untuk memahami realitas yang telah dibingkai oleh media massa. Pemahamannya terhadap realitas tergantung pada realitas pola media massa. Ia telah terperangkap oleh pola konstruksi media massa. Media massa ternyata tidak hanya menginformasikan sesuatu tetapi juga memaknakan sesuatu lewat berita-berita yang disuguhkan kepada khalayak (pembaca atau pendengar). Jadi, media bukan saja penyalur informasi tapi juga agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas.18

Misalnya, Aborsi. Praktik aborsi yang dilakukan oleh perempuan hamil dimaknai berbeda-beda oleh beberapa kelompok atau kalangan. Kelompok tertentu mengonstruksi aborsi sebagai tindakan kejahatan, pembunuhan, atau sebagai tindak pidana. Tetapi, pada saat yang bersamaan, kelompok lain mengkonstruksi aborsi sebagai tindakan kewajaran dan hak asasi manusia terhadap tubuhnya.

Kedua konstruksi yang berbeda tersebut dilengkapi dengan legitimasi tertentu, sumber kebenaran tertentu, bahwa yang mereka katakan dan mereka percayai itu adalah benar adanya, dan mempunyai dasar atau bukti yang kuat. Selain plural, realitas (sebagai produk konstruksi) juga bersifat dinamis. Aborsi (sebagai produk dari konstruksi sosial) selalu terjadi dalam dialektika sosial. Dalam level atau tingkat individu, dialektika berlangsung antara faktisitas objektif dan makna subjektif aborsi bagi perempuan. Dalam level atau tingkat sosial, pluralitas konstruksi terhadap aborsi mengalami proses dialektika juga. Sebagai produk dari

18

Dedy N. Hidayat, “Memantau Media, Memantau Arena Publik”, Pantau no. 6, 1999, hal. 20

(22)

konstruksi sosial, realitas tersebut merupakan realitas subjektif dan realitas objektif sekaligus.

Media massa adalah sarana penyampaian pesan yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas, misalnya media elektronik (radio, televisi, dan film) ataupun media cetak (surat kabar, majalah, dsb.).19 Fungsi media massa dalam komunikasi politik dapat dikatakan sebagai transmitter (penyampai) pesan-pesan dari pihak di luar dirinya, sekaligus sebagai sender (pengirim) pesan politik yang dibuat (constructed) oleh para wartawannya ke audiens20.

Media massa dapat berperan dalam mengkonstruksi suatu peristiwa untuk membentuk realitas sosial. Pendekatan konstruksi sosial realitas telah menjadi gagasan penting dan popular dalam ilmu sosial. Menurut Keneth Gergen, konstruksi sosial memusatkan perhatiannya pada proses di mana individu menanggapi kejadian di sekitarnya berdasarkan pengalaman mereka.21

Oleh karena itu, berita dalam media massa tidak bisa disamakan dengan fotokopi dari realitas, ia harus dipandang sebagai hasil konstruksi dari realitas. Karena itu, peristiwa yang sama berpotensi dikonstruksi secara berbeda oleh beberapa media massa. Wartawan atau jurnalis bisa jadi mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda ketika melihat suatu peristiwa atau kejadian, yang terwujud dalam teks berita. Realitas bukan dioper begitu saja menjadi berita. Realitas adalah produk interaksi antara wartawan dan fakta.

19

Harimurti kridalasana, Leksikon Komunikasi, Jakarta, Pradnya Paramita, 1984, hal. 60

20

Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa, Jakarta, Granit, 2004, hal. 1

21

(23)

Dalam proses internalisasi, realitas diamati oleh wartawan, diserap dalam kesadarannya. Dalam proses eksternalisasi, wartawan menceburkan dirinya untuk memahami realitas. Konsepsi tentang fakta diekspresikan untuk melihat realitas. Dengan demikian, teks berita yang kita baca di surat kabar atau kita dengar di televisi atau radio adalah produk dari proses interaksi dan dialektika tersebut.

Berbagai peristiwa tersebut diinternalisasi dengan cara dilihat dan diobservasi wartawan. Terjadilah proses dialektika antara apa yang ada dalam pikiran wartawan dengan apa yang dilihatnya. Akhirnya, terjadilah teks berita. Oleh karena itu, berita merupakan hasil dari interaksi antara kedua proses tersebut.

Proses konstruksi realitas, pada prinsipnya adalah setiap upaya menceritakan (konseptualitas) sebuah peristiwa, keadaan atau benda tak terkecuali mengenai hal-hal yang berkaitan dengan aborsi adalah usaha mengkontruksi realitas. Dalam proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama.22 Bahasa merupakan instrument pokok untuk menceritakan realitas. Konstruksi realitas ini berawal dari persepsi terhadap suatu objek, yang kemudian hasil dari pemaknaannya melalui proses persepsi diinternalisasikan ke dalam suatu wacana. Objek kajian media massa dalam mengkontruksi realitas terdiri atas konstruksi realitas sosial.

Berdasarkan gambaran itu, berita adalah jendela dunia. Melalui berita, kita mengetahui apa yang terjadi di Indonesia, di Malaysia, di Thailand, bahkan di Irak dan di Lebanon. Melalui berita, kita mengetahui apa saja yang dilakukan elit politik di Jakarta, di Kuala Lumpur, di Bangkok, bahkan di New York dan di Tokyo. Akan tetapi, apa yang kita lihat, apa yang kita ketahui, dan apa yang kita rasakan

22

Peter Berger L dan Thomas Luckman, The Sosial Construktion of Reality, A Treatise in The Sosiology of Knowledge, New York, Anchor Books, 1967, hal. 34-46; dalam Ibnu Hamad,

Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa, Jakarta, Garnit, 2004, hal.12

(24)

mengenai dunia itu tergantung pada jendela yang kita pakai. Jendela itu berukuran besar atau kecil. Jendela yang besar akan membantu kita memandang dunia lebih luas; sebaliknya jendela yang kecil akan membatasi pandangan kita.23

Selain itu, apakah jendela itu berjeruji atau tidak. Apakah jendela itu bisa dibuka lebar atau hanya bisa dibuka setengah. Apakah lewat jendela itu kita bisa melihat secara bebas ke luar, ataukah hanya bisa mengintip di balik jeruji. Atau, apakah di depan jendela itu ada pohon yang menghalangi penglihatan kita atau tidak. Ternyata, posisi kita sangat tergantung pada jendela. Sedangkan Opini public yang dalam proses pembentukannya dipengaruhi oleh orang-orang yang berwenang dan mempunyai tujuan tertentu.24 Pembentukan opini public yang dalam media massa tidak pernah lepas dari pewacanaan yang digunakan oleh suatu media massa. Sistem media massa yang menjalankan operasi jurnalistik sehingga opini tersebut terbentuk secara tersirat dalam pewacanaan media sangat dipengaruhi oleh proses pembuatan atau pengkonstruksian realitas.

Seringkali, media banyak mewawancarai satu orang, pakar yang itu-itu saja, dan dengan pandangan yang negatif terus-menerus. Padahal tugas media massa adalah mengumpulkan fakta, menulis berita, menyunting serta menyiarkan berita kepada khalayak pembaca. Media massa dikatakan unggul jika media massa tersebut telah mencakup pada bagian dari fungsi berikut25:

23

Tuchman, Gaye, Making News: A Study in the Construction of Reality, New York, The Free Press, 1978, hal 1.

24

Betty RFS. Soemirat dan Eddy Yehudo, Opini Publik, Universitas Terbuka, 2007, cet-5, hal. 3-31

25

(25)

1. Media berfungsi sebagai issue intensifier. Media memunculkan isu atau konflik dan mempertajam dengan possisi sebagai intensifier (media dalam memblow up realitas menjadi isu sehingga dimensi isu menjadi transparan) 2. Media sebagai conflict diminisher. Maksudnya media dapat

menenggelamkan atau meniadakan suatu isu atau konflik, terutama bila menyangkut kepentingan media yang bersangkutan.

3. Media berfungsi sebagai penmgarah conflict resolution. Yang mana media menjadi mediator dengan menampilkan isu dari berbagai persfektif dengan mengarahkan pihak yang bertikai pada penyelesaian konflik.

4. Media massa berfungsi sebagai pembentuk opini public. Media merupakan bagian dari public oleh karena itu media massa berhak mengetahui kinerja pelayanan publik.

Terkait dengan media massa, paradigma Van Dijk, cukup menarik untuk disimak. Menurutnya, banyak informasi dalam suatu teks tidak dinyatakan secara eksplisit, tetapi implicit. Kata, klausa, dan ekspresi tekstual lainnya boleh jadi mengisyaratkan konsep atau proposisi yang dapat diduga berdasarkan pengetahuan yang menjadi latar belakangnya. Ciri wacana dan komunikasi ini memiliki dimensi ideologis yang penting. Analisis atas apa yang tidak dikatakan terkadang lebih jelas daripada studi atas apa yang sebenarnya dikatakan dalam teks.26

Oleh karena itu, berita surat kabar merupakan suatu cara untuk menciptakan realitas yang diinginkan mengenai peristiwa atau kelompok orang yang dilaporkan. Setelah melewati seleksi dan reproduksi, berita surat kabar sebenarnya merupakan laporan yang artifiasial.

26

Deddy Mulyana, pengantar dalam buku Eriyanto, Analisis Framing, Penerbit LKiS, Yogyakarta, hal xii, 2001

(26)

Sedangkan sarana komunikasi massanya, selama ini ada dua pandangan, yaitu pandangan positivisme dan pandangan konstruktivisme Bagaimana fungsi media massa, bagaimana isi dan sifat berita, bagaimana peristiwa disajikan, dan bagaimana tugas wartawan, dipahami secara berbeda oleh kedua pandangan tersebut.

Pandangan konstruksivisme memahami tugas dan fungsi media massa berbeda dengan pandangan positivisme. Dalam pandangan positivisme, media massa dipahami sebagai alat penyaluran pesan. Ia sebagai sarana bagaimana pesan disebarkan dari komunikator (wartawan, jurnalis) ke khalayak (pendengar, pembaca). Media massa benar-benar sebagai alat yang netral, mempunyai tugas utama penyalur pesan. Tidak ada maksud lain. Kalau media tersebut menyampaikan suatu peristiwa atau kejadian, memang itulah yang terjadi. Itulah realitas yang sebenarnya. Tidak ditambah dan tidak dikurangi.

Dalam pandangan konstruktivisme, media massa dipahami sebaliknya. Media massa bukan hanya saluran pesan, tetapi ia juga subjek yang mengonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Di sini, media massa dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas.27

Sebagai aktor sosial, wartawan bukan pemulung yang mengambil fakta begitu saja. Karena dalam kenyataannya, tidak ada realitas yang bersifat eksternal dan objektif yang berada di luar diri wartawan. Sebaliknya, realitas itu dibentuk dan diproduksi melewati proses konstruksi yang dilakukan wartawan. Lewat pemahaman dan pemaknaan subjektif wartawanlah, realitas itu muncul. Seperti dikatakan Lichtenberg, realitas hasil konstruksi itu selalu terbentuk melalui konsep dan

27

(27)

kategori yang kita buat (dalam hal ini wartawan). Artinya, kalau seorang wartawan menulis berita, ia sebetulnya membuat dan membentuk dunia, membentuk realitas. Ia tidak mungkin mengambil jarak dengan objek yang akan diliput.28 Karena ketika ia meliput suatu peristiwa dan menuliskannya, ia secara sengaja atau tidak menggunakan dimensi persepsualnya. Ketika ia membuat berita, ia sebetulnya telah menjalin transaksi dan hubungan dengan objek yang diliputnya. Dengan demikian, berita pada dasarnya adalah produk dari transaksi antara wartawan dan fakta yang ia liput, antara wartawan dan sumber berita. Secara jelas Ericsson mengatakan29: “News is product of transaction between journalists and their sources. The primary source of reality for news is not what is displayed or what happens in the real world. The reality of news is embedded in the nature and type of social and their sources, and in the politics of knowledge that emerges on each specific newsbeat.”

Konsekuensi logis dari agen konstruksi realitas adalah etika, pilihan moral, dan keberpihakan wartawan merupakan bagian yang integral dan inheren dalam produksi berita. Walaupun pandangan positivisme menghendaki agar hal itu dihindari oleh wartawan, dalam kenyataannya tidaklah mungkin dihilangkan. Wartawan bukanlah robot yang bekerja seperti mesin elektronik. Wartawan mempunyai pengetahuan, pengalaman, motivasi, keinginan, dan hal-hal lain yang berbau subjektif, yang tidak mungkin bisa dilepaskan ketika berhadapan dengan fakta sosial. Bahkan, lebih radikal lagi, ia mempunyai preferensi dalam proses kerjanya.

28

Hartley, John, Understanding News, London and New York, Routledge, 1990, hal 13

29

Tuchman, Gaye, Making News: A Study in the Construction of Reality, New York, The Free Press, 1978, hal 87.

(28)

Ia bukan dengan cara: melihat, menyimpulkan, dan menulis; tetapi lebih sering terjadi: menyimpulkan, lalu melihat fakta apa yang ingin ikumpulkan di lapangan.Terkait dengan ini,mengatakan30:

“For the most part we do not first see, and then define; we define first and then see. In the great blooming, buzzing onfusion of the outer world we pick out what our culture has already defined for us, and we tend to perceive that which we have picked out in the form stereotyped for us by our culture”.

Di situ jelaslah bahwa wartawan tidak bisa menghindarkan diri dari kemungkinan subjektivitas. Ia memilih fakta yang ingin ia pilih dan membuang fakta yang ingin ia buang. Melalui peranan dan isi media dapat melahirkan perspektif teoritik bahwa isi media dapat dianggap sebagai penggambaran suatu realitas sosial yang ada dan hgidup di masyarakat.31 Media mewakili realitas sosial yang terkait dengan berbagai macam kepentingan. Keterkaitan media ini berhubungan dengan kepentingan yang berada di dalam maupun di luar media massa itu sendiri. Kepentingan eksternal meliputi pemilik atau pengelola media yang berhubungan dengan pencarian keuntungan. Sedangkan kepentingan internal meliputin kepentingan masyarakat. Sehingga hal ini membuat media harus bergerak dinamis di antara kepentingan-kepentingan tersebut sebagai saluran dalam mengkonstruksi realitas.

30

Lippman, Walter, Stereotype, Public Opinion, and the Press, 1992. Dalam Elliot D. Cohen

Philosophical Issues in Journalism, New York, Oxford University Press, hal 162. 31

(29)

c. Konstruksi Realitas Simbolik

Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti yang dikatakan oleh Susanne K. Langer, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang.32 Manusia adalah satu-satunya hewan yang menggunakan lambang. Dan itulah yang membedakan manusia dengan yang lainnya.

Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara tanda dengan objek dapat pula direpresentasikan oleh ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan. Ikon adalah suatu tanda fisik (dua atau tiga dimensi) yang menyerupai apa yang direpresentasikannya. Representasi ini ditandai dengan kemiripan.

Sebagai satu-satu makhluk yang menggunakan lambang, manusia sering lebih mementingkan lambang daripada hakikat yang dilambangkannya. Menurut S.I. Hayakawa33, hewan memperebutkan makanan dan kepemimpinan, namun mereka— tidak seperti manusia—tidak memperebutkan lambang-lambang uang, saham, gelar, tanda pangkat pada pakaian, dan nomor mobil yang rendah. Sebagian orang bahkan menggadaikan “harga diri” mereka pada lambang-lambang tertentu seperti model rambut, model pakaian dan merk-merk tertentu.

Akan tetapi, makna yang diberikan kepada suatu lambang boleh jadi berubah dalam perjalanan waktu, meskipun perubahan makna itu berjalan lambat. Panggilan bung yang pada zaman revolusi lazim digunakan dan berkonotasi positif karena menunjukkan kesederajatan kini tidak popular lagi, dan membuat orang yang dipanggil adalah orang yang merasa statusnya lebih tinggi daripada yang memanggil. Kata heboh belakangan ini digunakan kawula muda tampaknya

32

S.I Hayakawa . “Symbols.” Dalam Wayne Austin Shrope. Experiences in communication. New York: Harcourt Brace Jovanovich, 1974, hlm 144.

33

Kompas 25 Maret, 1999 diunduh pada tanggal 12 April 2010

(30)

mengalami pergeseran makna, bukan saja berarti gaduh, ribut atau gempar, namun juga hebat atau keren.

Bahasa, sebagai alat komunikasi manusia pada hakikatnya tercipta berkat proses konstruksi sosial tadi. Manusia menciptakan bahasa dan bahasa pula yang menciptakan manusia. Keduanya melakukan proses yang dialektis. Dan begitu pula seterusnya.

(31)

BAB III

PROFIL DAN GAMBARAN UMUM A. Profil Republika Online

a. Sejarah Singkat Republika Online

Pada tanggal 17 Agustus 1995, beberapa hari menjelang Microsoft

meluncurkan Internet Explorer. Republika membuka situs website

(www.republika.co.id) di internet. Republika menjadi yang pertama mengoperasikan sistem cetak jarak jauh (SCJJ) pada 17 Mei 1997 di Solo. Pendekatan juga dilakukan kepada komunitas pembaca lokal. Republika menjadi salah satu koran pertama yang menerbitkan halaman khusus daerah. Selalu dekat dengan publik pembaca adalah komitmen Republika untuk maju.34

Republika Online adalah sempalan dari Koran Republika. Pada tahun 1995,

Koran Republika membuka situs web di internet, Republika Online. Menurut Irfan, pada awalnya isi Koran Republika diisi ke internet. Tapi kemudian pada masa perkembangannya Republika Online sudah banyak peminat, sehingga mulai tahun 2008 kontennya tidak hanya dari Koran Republika yang dipindahkan ke internet tetapi juga hasil liputan dari Republika Online.35

Republika adalah koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas Muslim bagi publik di Indonesia.36 Menurut Yeyen Rostiani “Republika adalah sebuah media untuk komunitas muslim, mayoritas pembaca Republika adalah

34Company Profile

PT. Republika Media Mandiri

35

Hasil wawancara dengan Irfan, Pemimpin Redaksi Republika Online, pada tanggal 25 Mei 2010.

36

http://www.republika.co.id diunduh pada 08 Maret 2010

xxxi

(32)

muslim tapi tidak seratus persen karena ada juga yang non muslim.”37 Republika terbit perdana pada tanggal 4 Januari 1993.

Penerbitan Republika menjadi berkah bagi umat. Sebelum masa itu, aspirasi umat tidak mendapat tempat dalam wacana nasional. Kehdiran media ini bukan hanya memberi saluran bagi aspirasi tersebut, namun juga menumbuhkan pluralisme informasi di masyarakat. Karena itu kalangan umat antusias memberi dukungan, antara lain dengan membeli saham sebanyak satu lembar saham perorang. PT Abdi Bangsa Tbk, sebagai penerbit Republika pun menjadi perusahaan media pertama yang menjadi perusahaan publik.

b. Visi dan Misi Republika Online

Menjadikan HU Republika sebagai koran umat yang terpercaya dan mengedepankan nilai-nilai universal yang sejuk, toleransi, damai, cerdas, profesional, namun mempunyai prinsip dalam keterlibatannya menjaga persatuan bangsa dan kepentingan umat Islam yang berdasarkan pemahaman rahmatan lil ‘alamin.

Sedangkan misi Republika adalah menciptakan dan menghidupkan system manajemen yang efesien dan efektif, serta mampu dipertanggungjawabkan secara professional.

c. Karakteristik Republika Online

Republika Online tergolong kategori mainstream news sites. Di mana konten beritanya disediakan oleh media induk. Walaupun Republika Online menganut system citizen journalism (di mana pembaca dapat berpartisipasi dalam kegiatan

37

(33)

pemberitaan), kesan tertutup dan minimalis tetap ada. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kepercayaan public atas pemberitaan yang dimuat dalam website ini. Untuk itu berita yang upload oleh pembaca disediakan space tersendiri, yaitu pada direktori “My Republika”.

B. Mengenal Aborsi a. Mengenal aborsi

Aborsi adalah penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu.38 Biasanya aborsi ini dilakukan karena sang ibu tidak terima dengan kehamilannya, baik karena alasan hamil di luar nikah atau karena ada penyakit di dalam rahimnya.

Selain itu, terjadinya aborsi karena keguguran janin, yaitu melakukan abortus dengan melakukan pengguguran (baik di sengaja karena tidak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).39 Namun secara umum istilah aborsi dapat diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja ataupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan keempat masa kehamilan).

Sedangkan menurut hukum pidana Islam, aborsi yang dikenal sebagai tindak pidana atas janin atau pengguguran kandungan terjadi apabila terdapat suatu perbuatan maksiat yang mengakibatkan terpisahnya janin dari ibunya.40 Aborsi sebagai suatu pengguguran kandungan yang dilakukan oleh wanita akhir-akhir ini

38

Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute for Social, Studies and Action, Maret 1991, yang dikutip oleh LBH APIK dengan judul “Aborsi dan Hak Atas Pelayanan Sosial” diunduh Rabu, 28 April 2010 jam 10:33.

39

Ade Maman Suherman, Pengantar Perbandingan Sistem Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 225

40

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm. 221

(34)

mempunyai sejumlah alasan yang berbeda-beda. Banyak alasan mengapa wanita melakukan aborsi, diantaranya disebabkan karena ekonomi, keluarga, MBA, kesehatan dan lain sebagainya.

Adapun dalam istilah fikih, aborsi adalah menggugurkan kandungan yang kurang kejadiannya atau kurang masanya. Hanya saja, ahli fikih membedakan antara jatuhnya kandungan secara tidak sengaja atau karena perbuatan seseorang. Dan perbuatan yang kedua adalah tindak pidana kejahatan. Dan para ahli fikih menyamakan aborsi (ijdadh) dengan kata menjatuhkan (isqath), melempar (ilqa’), membuang (tharah), dan melahirkan dalam keadaan mati (imlash).41

b. Permasalahan aborsi

Dalam konsep kebebasan, setiap orang memiliki hak asasi yang tertanam secara alamiah dalam fondasi hasrat manusia. Sejak dulu, manusia kerap kali berjuang demi kebebasannya dalam banyak hal; berpendapat, beribadah, berkumpul, bertindak, dan sebagainya.

Sejarah kebebasan terhadap tubuh memperlihatkan alur yang cukup panjang. Ketika kebebasan adalah barang langka yang berharga mahal, masyarakat berjuang keras untuk memperjuangkannya. Kini, saat kebebasan telah dilindungi konstitusi, masyarakat benar-benar memanfaatkannya, tetapi tak jarang hingga melewati garis batasan. Sebagai contoh, tindakan aborsi. Bagi sebagian orang aborsi dianggap sebagai salah satu alat peraga kebebasan terhadap tubuh.

Persoalan aborsi menjadi dilema bagi perempuan. Karena hanya perempuan yang memiliki system dan fungsi reproduksi yang memungkinkannya hamil, dan

41

Al Bahr Ar-Ra’iq, jilid VIII, hlm. 389, Badai’I Ash-Shana’I, jilid VII, hlm. 325, Balaghah As-Salik, jilid II, hlm. 397, Bidayah Al Mujtahid, jilid II, hlm. 311, Al Muhadzdzab, jilid II, hlm. 253,

(35)

juga hanya perempuan yang dapat mengalami kehamilan yang tidak dikehendakinya. Latar belakang kehamilan yang tidak dikehendakinya cukup beragam. Mulai dari ketidaktahuan perempuan perihal system reproduksinya sampai dengan kegagalan melindungi diri dari kehamilan yang tidak dikehendaki.

Sedangkan dilema aborsi dialami perempuan ketika perlu memilih dan memutuskan bagaimana menghadapi kehamilan yang tidak dikehendaki karena ia harus memutuskan secara langsung merupakan bagian dari dirinya. Dilema aborsi yang dihadapi perempuan bervariasi. Seringkali dipengaruhi oleh banyak factor, di antaranya; pribadi, keluarga nilai-nilai agama, dan budaya.

Aborsi adalah isu emosional dan kontroversial.42 Hal itu karena, secara naluri perempuan tidak mengingikan untuk melakukan aborsi, tetapi perlu untuk melakukannya. Hal itu dikarenakan ketika perempuan mengalami kehamilan yang tidak dikehendakinya, telah terjadi berbagai emosi, seperti rasa panik, malu, takut, dan bahkan tidak mau berdosa, semua itu bercampur aduk dalam dirinya.

c. Aborsi dalam Hukum Islam

Umat Islam percaya bahwa Al-Quran adalah Undang-Undang paling utama bagi kehidupan manusia. Allah berfirman: “Kami menurunkan Al-Quran kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu”. (QS 16:89) Jadi, jelaslah bahwa ayat-ayat yang terkandung di dalam Al-Quran mengajarkan semua umat tentang hukum yang mengendalikan perbuatan manusia.

Tidak ada satu pun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang

42

Pengantar Saparinah Sadli, dalam karangan Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan, Jakarta, Kompas, 2006, cet-1 hlm. XV

(36)

menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat yang menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama manusia adalah sangat mengerikan.

Aborsi yang merupakan suatu pembunuhan terhadap hak hidup seorang manusia, jelas merupakan suatu dosa besar. Merujuk pada ayat-ayat Al-Quran yaitu pada Surat Al Maidah ayat 32, setiap muslim meyakini bahwa siapapun membunuh manusia, hal ini merupakan membunuh semua umat manusia. Selanjutnya

Allah juga memperingatkan bahwa janganlah kamu membunuh anakmu karena takut akan kemiskinan atau tidak mampu membesarkannya secara layak. Dalam studi hukum Islam, terdapat perbedaan satu sama lain dari keempat mazhab hukum Islam yang ada dalam memandang persoalan aborsi, yaitu:43

1. Mazhab Hanafi merupakan paham yang paling fleksibel, di mana sebelum masa empat bulan kehamilan, aborsi bisa dilakukan apabila mengancam kehidupan si perempuan (pengandung)44.

2. Mazhab Maliki melarang aborsi setelah terjadinya pembuahan.45

3. Menurut mazhab Syafii, apabila setelah terjadi fertilisasi zygote tidak boleh diganggu, dan intervensi terhadapnya adalah sebagai kejahatan.46

4. Mazhab Hambali menetapkan bahwa dengan adanya pendarahan yang menyebabkan miskram menunjukkan bahwa aborsi adalah suatu dosa.47

43

Abul Fadl Mohsin Ebrahim, Aborsi Kontrasepsi dan Mengatasi Kemandulan, Bandung, Penerbit Mizan, cet-1, hlm. 156-158

44

Ibn Abidin, Hasyiyah Rad al-Mukhtar ‘ala al-Dur al-Mukhtar, Beirut, Daar al Fikr, jilid 2, hlm. 176

45

Dasuqi, Muhammad ibn ‘Arafah, op. cit., hlm. 266-267

46

Al-Ghazali, Al-Wajiz, Beirut, Daar al-Ma’rifah, jilid 2, hlm. 51

47

(37)

Dengan melihat perbandingan keempat mazhab diatas, secara garis besar bahwa perbuatan aborsi tanpa alasan yang jelas, dalam pandangan hukum Islam tidak diperbolehkan dan merupakan suatu dosa besar karena dianggap telah membunuh nyawa manusia yang tidak bersalah dan terhadap pelakunya dapat diminta pertanggungjawaban atas perbuatannya tersebut. Sedangkan menurut mazhab Hanafi, ketentuannya lebih fleksibel yang mana aborsi hanya dapat dilakukan apabila kehamilan tersebut benar-benar mengancam atau membahayakan nyawa si wanita hamil dan hal ini hanya dibenarkan untuk dilakukan terhadap kehamilan yang belum berumur empat bulan.

d. Aborsi dalam Undang-undang Indonesia

Meski pengguguran kandungan (aborsi) dilarang oleh hukum, tetapi kenyataannya terdapat 2,3 juta perempuan melakukan aborsi.48 Masalahnya tiap perempuan mempunyai alasan tersendiri untuk melakukan aborsi dan hukumpun terlihat tidak akomodatif terhadap alasan-alasan tersebut, misalnya dalam masalah kehamilan paksa akibat perkosaan atau bentuk kekerasan lain termasuk kegagalan KB. Larangan aborsi berakibat pada banyaknya terjadi aborsi tidak aman (unsafe abortion), yang mengakibatkan kematian.

Di Indonesia, belum ada batasan resmi mengenai aborsi. Sementara dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Sedangkan pada ayat 2 tidak disebutkan bentuk dari tindakan medis tertentu itu, hanya disebutkan syarat untuk melakukan tindakan medis tertentu. Dengan demikian pengertian aborsi yang didefinisikan sebagai

48

Kompas, 3 Maret 2000, diunduh tanggal 12 April 2010

(38)

tindakan tertentu untuk menyelamatkan ibu dan atau bayinya (pasal 15 UU Kesehatan) adalah pengertian yang sangat rancu dan membingungkan masyarakat dan kalangan medis.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) melarang keras dilakukannya aborsi dengan alasan apapun sebagaimana diatur dalam pasal 283, 299 serta pasal 346 - 349. Bahkan pasal 299 intinya mengancam hukuman pidana penjara maksimal empat tahun kepada seseorang yang memberi harapan kepada seorang perempuan bahwa kandungannya dapat digugurkan.

Aborsi dan UU Kesehatan. Namun, aturan KUHP yang keras tersebut telah dilunakkan dengan memberikan peluang dilakukannya aborsi. Sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 ayat 1 UU Kesehatan tersebut di atas. Namun pasal 15 UU Kesehatan juga tidak menjelaskan apa yang dimaksud tindakan medis tertentu dan kondisi bagaimana yang dikategorikan sebagai keadaan darurat.

Dalam penjelasannya bahkan dikatakan bahwa tindakan media dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu. Lalu apakah tindakan medis tertentu bisa selalu diartikan sebagai aborsi yang artinya menggugurkan janin, sementara dalam pasal tersebut aborsi digunakan sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin. Jelas disini bahwa UU Kesehatan telah memberikan pengertian yang membingungkan tentang aborsi.

(39)

seperti korban perkosaan, hamil diluar nikah, kegagalan alat kontrasepsi dan lain-lain. Ketakutan dari calon ibu dan pandangan negatif dari keluarga atau masyarakat akhirnya menuntut calon ibu untuk melakukan pengguguran kandungan secara diam-dia tanpa memperhatikan resikonya .

Dalam hukum positif di Indonesia, ketentuan yang mengatur masalah aborsi terdapat di dalam KUHP dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Ketentuan di dalam KUHP yang mengatur masalah tindak pidana aborsi terdapat di dalam Pasal 299, 346, 347, 348, dan 34949.

Pasal 299 KUHP :

“(1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah;

(2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga;

(3) Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalankan pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu”.

Pasal 346 KUHP: “Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun penjara”.

Pasal 347 KUHP: “(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana

49

Lampiran Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP dalam buku Reinterpretasi Hukum Islam Tentang Aborsi, Jakarta, Universitas Yarsi, 2006, cet. Ke-1, hlm 265-267

(40)

penjara paling lama dua belas bulan; (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun”.

Pasal 348 KUHP: (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan; (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun”.

Pasal 349 KUHP : “Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut Pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan itu dilakukan”. Di dalam KUHP sendiri, istilah “aborsi”lebih dikenal dengan sebutan “pengguguran dan pembunuhan kandungan” yang merupakan perbuatan aborsi yang bersifat kriminal (abortus provokatus criminalis).

1. pengguguran yang berarti digugurkannya atau dibatalkannya kandungan yang belum berbentuk manusia; atau

2. pembunuhan yang berarti dibunuhnya atau dimatikannya kandungan yang sudah berbentuk manusia

e. Kondisi Aborsi di Indonesia

(41)

kehamilan yang tidak direncanakan 1.000.000 janin dibunuh pertahun.Agustus 1998 penelitian Jawa Post 1.750.000 janin dibunuh pertahun. Februari 2000 menteri peranan wanita waktu itu, Chofifah di Madura mengatakan 2.000.000 janin dibunuh pertahun. April 2000, Makasar Post menulis 2.300.000 janin dibunuh pertahun. Mei 2000, Manado Post memperkirakan 2.600.000 janin dibunuh pertahun. Media Indonesia 2 Oktober 2002 melaporkan saat itu 3.000.000 janin dibunuh pertahun50.

Adapun dari penelitian yang dilakukan oleh WHO diperkirakan 20-60 persen aborsi di Indonesia adalah aborsi disengaja (induced abortion). Penelitian di 10 kota besar dan enam kabupaten di Indonesia memperkirakan sekitar 2 juta kasus aborsi, 50 persennya terjadi di perkotaan. Kasus aborsi di perkotaan dilakukan secara diam-diam oleh tanaga kesehatan (70%), sedangkan di pedesaan dilakukan oleh dukun (84%). Klien aborsi terbanyak berada pada kisaran usia 20-29 tahun.51 Perempuan tidak menginginkan kehamilan lantaran beberapa faktor. Ada yang karena hamil akibat perkosaan,janin dideteksi punya cacat genetik,alasan sosial ekonomi,gangguan kesehatan,KB gagal,dan lainnya.

Sementara itu, berdasarkan data Dinas Kesehatan, kasus aborsi di Indonesia pada tahun 1999 saja terdapat sekitar 2 kasus. Dari jumlah tersebut sebanyak 750 kasus dilakukan remaja putri yang belum menikah dan 1.250 kasus dilakukan oleh ibu rumah tangga atau perempuan yang sudah menikah. kasus tersebut muncul,

50

http://www. ppsdms.org,aborsi dalam persfektif moral dan kesehatan, diunduh pada Kamis, 23 September 2010.

51

http://www.antaranews.com. Kasus Aborsi di Indonesia 2,5 juta Setahun,diunduh Kamis, 23 September 2010.

(42)

antara lain dipengaruhi faktor lingkungan atau pergaulan yang sering menyeret para remaja melakukan free sex (sex bebas), tanpa menghiraukan norma budaya dan agama.52

(43)

BAB IV

TEMUAN ANALISA DATA LAPANGAN

A. Analisis Teks Pemberitaan Republika Online Tentang Aborsi dari bulan Mei sampai Oktober.

Pada Bab ini penulis akan memaparkan analisis wacana pemberitaan tentang aborsi di Republika Online yang disesuaikan dengan Model Teun A. Van Dijk. Analisis wacana dalam model ini meliputi segi teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.

Dari segi teks meliputi tema, segi skematik, segi semantik, segi sintaksis, segi stilistik dan segi retoris yang diuraikan sebagai berikut:

a. Analisis Berita 1 : Al-Azhar: “Korban Pemerkosaan Boleh Aborsi”, pada Selasa, 12 Mei 2009

1. Tematik

Secara harfiah tema berarti gambaran dari suatu teks, gagasan inti, ringkasan atau yang utama dari suatu teks.53 Tema pada berita ini adalah Ulama Al-Azhar mengatakan korban pemerkosaan boleh aborsi, menuai pro dan kontra.

2. Skematik

Skematik yaitu menggambarkan bentuk wacana umum yang disusun dengan sejumlah kategori seperti pendahuluan, isi, penutup, kesimpulan dan sebagainya sehingga membentuk kesatuan arti.

Judul berita ini adalah Al-Azhar: “Korban Pemerkosaan boleh Aborsi”, pada Selasa, 12 Mei 2009. Berita ini didahului dengan fatwa yang disampaikan Grand

53

Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, Penerbit LKiS, Yogyakarta, 2001, cet. Ke-1, hlm 229.

(44)

Syekh Al-Azhar Dr. Muhammad Sayyed Tantawi tentang bolehnya aborsi bagi wanita korban pemerkosaan. Fatwa tersebut disampaikannya dalam sebuah pertemuan ilmiyah diniyah untuk menjawab pertanyaan sekitar hukum aborsi bagi wanita korban perkosaan dan dinyatakan hamil, namun pernyataan tersebut menuai pro kontra.

Dalam pernyataannya Syekh Al-Azhar menjawab, "Aborsi diperbolehkan dengan syarat wanita tersebut mempunyai track record yang baik dan persetubuhan yang terjadi di luar keinginannya."

Di bagian tengah, disinggung tentang Dr. Musthofa Sak'ah, anggota Majma' al-Buhust al-Islamiyah Al-Azhar dan Syekh Mahmud Asyur, mantan wakil Syekh Al-Azhar yang mendukung pernyataan tersebut.

Dr. Musthofa Sak'ah, mengatakan, diperbolehkannya aborsi dari hasil persetubuhan yang tidak diinginkan oleh pihak wanita (pemerkosaan) bersifat dharurat. Dan kaidah Fiqih mengatakan bahwa dalam kondisi dharurat sesuatu yang dilarang menjadi diperbolehkan.

Sedangkan Syekh Mahmud Asyur, mengatakan bahwa diperbolehkannya aborsi bagi wanita korban pemerkosaan sebelum usia kehamilan memasuki 120 hari adalah hukum yang telah disepakati ulama Majma' al-Buhuts al-Islamiyah dalam fatwa-fatwa yang telah dikeluarkan dalam beberapa bulan lalu.

Dan berita ini ditutup dengan pernyataan Dr. Abdul fatah Idries, Kepala Bidang Fiqih Muqarin Kuliah Syariah AL-Azhar, yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Ia mengatakan bahwa aborsi bagi wanita korban pemerkosaan tidak diperbolehkan baik setelah maupun sebelum 120 hari.

(45)

Semantik yaitu makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks yang digambarkan dalam bentuk kategori latar, detail, dan maksud.

Latar berita ini berawal dari pertanyaan seorang peserta yang menanyakan tentang boleh tidaknya aborsi bagi korban pemerkosaan kepada Syekh Al-Azhar Dr. Muhammad Sayyed Tantawi. Syekh tersebut menjawab bahwa korban pemerkosaan boleh aborsi. Yakni dengan menyatakan “Aborsi diperbolehkan dengan syarat wanita tersebut mempunyai track record yang baik dan persetubuhan yang terjadi di luar keinginannya."

Namun jawaban Syekh Al-Azhar tersebut menuai pro kontra. Dalam pemberitaannya Republika Online, mengutip pernyataan yang pro dan kontra, seperti Dr. Musthofa Sak'ah, anggota Majma' al-Buhust al-Islamiyah Al-Azhar, mendukung fatwa Syekh Al-Azhar memperbolehkan aborsi dari hasil persetubuhan yang tidak diinginkan oleh pihak wanita (pemerkosaan) karena bersifat dharurat. Juga pernyataan dari Syekh Mahmud Asyur, mantan wakil Syekh Al-Azhar yang memperbolehkannya aborsi bagi wanita korban pemerkosaan sebelum usia kehamilan memasuki 120 hari.

Sedangkan yang kontra dan tidak setuju, seperti Dr. Muhamad Dasuqi, Profesor Syariat Islamiyah, Kulyat Dar Ulum Universitas Kairo, hitungan 120 hari yang dianggap sebagai permulaan kehidupan. Dan Dr. Abdul fatah Idries, Kepala Bidang Fiqih Muqarin Kuliah Syariah AL-Azhar, menyatakan bahwa aborsi bagi wanita korban pemerkosaan tidak diperbolehkan baik stelah amaupun sebelum 120 hari.

4. Koherensi

(46)

Yakni pengemasan suatu teks dengan menentukan koherensi dan kata ganti yang digunakan dalam kalimat. Koherensi atau hubungan antar kata atau kalimat yang digunakan pada bagian ini adalah proposisi “diperbolehkannya aborsi” dan

“pemerkosaan” adalah dua kalimat yang dipandang sebagai hubungan kausal, hubungan keadaan, waktu, dan sebagainya. Kedua kalimat tersebut dihubungkan oleh keadaan, yang ditandai dengan kata penghubung “akibat”.

5. Leksikon

Yakni pemilihan kata yang dipakai oleh penulis dalam teks berita, untuk menyatakan maksud dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Pemilihan leksikal yang digunakan penulis pada berita ini dengan memasukkan kata menuai pro dan kontra, terdapat pada kalimat: … Fatwa yang disampaikan Grand Syekh Al-Azhar Dr. Muhammad Sayyed Tantawi tentang bolehnya aborsi bagi wanita

korban pemerkosaan telah menuai pro dan kontra.

Kata track record, terdapat pada kalimat: “Aborsi diperbolehkan dengan syarat wanita tersebut mempunyai track record yang baik dan persetubuhan yang

terjadi di luar keinginannya."

Kata kondisi dharurat dalam kalimat: ''dalam kondisi dharurat sesuatu yang dilarang menjadi diperbolehkan”.

Tabel 1: “Al-Azhar: Korban Pemerkosaan Boleh Aborsi” Struktur

Wacana

Elemen Keterangan

(47)

Superstruktur Skematik - Awal Berita ini didahului dengan dengan fatwa yang disampaikan Grand Syekh Al-Azhar Dr. Muhammad Sayyed Tantawi tentang bolehnya aborsi bagi wanita korban pemerkosaan telah menuai pro dan kontra. (paragraf 1)

- Di bagian tengah, disinggung Dr. Musthofa Sak'ah, anggota Majma' al-Buhust al-Islamiyah Al-Azhar dan Syekh Mahmud Asyur, mantan wakil Syekh Al-Azhar, mendukung pernyataan tersebut. (paragraf 3 dan 5)

- Akhir Berita ini ditutup dengan pernyataan Dr. Abdul fatah Idries, Kepala Bidang Fiqih Muqarin Kuliah Syariah AL-Azhar, yang juga tidak setuju dengan diperbolehkannya aborsi bagi korban pemerkosaan. (paragraf 8)

Struktur Mikro Latar - Berawal dari pertanyaan

(48)

seorang peserta yang menanyakan tentang boleh tidaknya aborsi bagi korban pemerkosaan kepada Syekh Al-Azhar Dr. Muhammad Sayyed Tantawi.

Detail - Di bagian tengah berita,

menceritakan tentang dukungan Musthofa Sak'ah, anggota Majma' al-Buhust al-Islamiyah Al-Azhar dan Syekh Mahmud Asyur, mantan wakil Syekh Al-Azhar, terhadap fatwah tersebut.

Maksud - Aborsi boleh dilakukan oleh korban pemerkosaan.

Kata penghubung

- Menggunakan bentuk kata hubung “akibat”. Terdapat pada paragraf 4.

Leksikon - menuai pro dan kontra

(paragraf 1), track record (paragaraf 2), kondisi dharurat (paragraf 3),

a. Analisis berita 2: “MUI Prihatin Banyaknya Kasus Aborsi” Selasa, 30 Juni 2009

(49)

Pada bagian ini tentang sikap MUI yang prihatin terhadap banyaknya aborsi di kalangan masyarakat karena di sebabkan oleh dampak globalisasi.

2. Skematik

Judul berita ini adalah “MUI Prihatin Banyaknya Kasus Aborsi” Bagian ini didahului dengan pernyataan dari Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amidhan, yang mengaku sangat prihatin dengan tingginya angka aborsi di kalangan masyarakat Indonesia.

Berita ini berisi pernyataan dan pandangan dari Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amidhan, tentang dampak pergaulan bebas dan globalisasi yang menyebabkan ternyadinya kehamilan di luar nikah dan perilaku aborsi.

Inti berita ini diletakkan di paragraf kedua, terdapat pada kalimat: “Amidhan menilai itu merupakan dampak dari toleransi pergaulan bebas, akibat globalisasi.

"Tidak sedikit aborsi diakibatkan karena 'kecelakaan' dan pemerkosaan yang

bersumber dari pornografi atau film porno."

Penutup bagian ini menjelaskan, keimanan yang tinggi dapat mengurangi bahkan mencegah terjadinya hubungan di luar nikah dan aborsi.

Kesimpulan dari berita ini adalah Amidhan, meminta pemerintah untuk memperketat penayangan yang menantang di televise dan mengeluarkan PP. Selain itu, orang tua juga harus meningkatkan perhatian terhadap anaknya.

3. Semantik

Latar berita ini berawal dari semakin tingginya angka aborsi dari tahun ke tahun, sehingga MUI, yang diwakili oleh Amidhan merasa prihatin terhadap fenomena ini. Amidhan menjelaskan hal tersebut di karenakan dampak toleransi pergaulan bebas, akibat globalisasi.

Gambar

Tabel 1.1 Pemberitaan Aborsi
Tabel 1: “Al-Azhar: Korban Pemerkosaan Boleh Aborsi”
Tabel 2: “MUI Prihatin Banyaknya Kasus Aborsi”
Tabel 3: “Ormas Islam Wanita Prihatinkan Angka Aborsi”
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan metode isolasi plasmid yang mempunyai konsentrasi dan kemurnian tinggi, metode isolasi yang mudah, aman (tidak

bukan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan universal precaution, tingkat pengetahuan dan sikap petugas kesehatan memiliki hubungan yang signifikan dengan penerapan universal

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang diuraikan di atas, maka cakupan penelitian ini adalah analisis konvensi struktur penceritaan dan dan analisis

Merek dalam Islam adalah nama atau identitas yang baik dari suatu perusahaan dan membangun merek itu adalah hal yang penting tetapi harus dengan jalan yang

Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seluruh jumlah pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan jumlah dana pihak

Statistik Inferensi adalah suatu pernyataan mengenai suatu populasi yang didasarkan pada informasi dari sampel random yang diambil dari populasi itu (tidak

- Perbedaan antara ujung bawah kelas dengan ujung atas kelas sebelumnya adalah satu jika data dicatat hingga satuan, sepersepuluh jika data dicatat hingga satu desimal,

Penelitian ini bertujuan untuk mengadopsi Model DeLone dan McLean untuk menguji hubungan kualitas sistem, kualitas informasi dan konsekuensi (dampak individu dan