Berbagi Ilmu
Bismillah...Alangkah indahnya jika kita sebagai
manusia saling tolong-menolong. Oleh karena itu
selagi kamu masih hidup,maka tolong menolonglah
sesamamu.... Berbagi Ilmu itu termasuk saling
tolong menolong kan ^_^
JUMAT, 15 NOVEMBER 2013
Makalah Shalat
Makalah Fiqh
SHALAT
Disusun
Oleh
FARRAH MEUTIA
Jurusan : TARBIYAH
Prodi : PBI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
NEGERI
(STAIN)
ZAWIYAH COT KALA LANGSA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sering kali kita sebagai orang islam tidak mengetahui kewajiban kita sebagai mahluk
yang paling sempurna yaitu shalat, atau terkadang tau tentang kewajiban tapi tidak mengerti
terhadap apa yang dilakukaan.
Dalam istilah lain, sholat adalah satu macam atau bentuk ibadah yang di wujudkan
dengan melakukan perbuatan-perbuatan tertentu di sertai ucapan-ucapan tertentu dan dengan
syarat-syarat tertentu pula. Istilah sholat ini tidak jauh berbeda dari arti yang digunakan oleh
bahasa di atas, karena di dalamnya mengandung do’a-do’a, baik yang berupa permohonan,
rahmat, ampunan dan lain sebagainya.
Adalah suatu kenyataan bahwa tak seorangpun yang sempurna, apalagi maha sempurna,
melainkan seseorang itu serba terbatas, sehingga dalam menempuh perjalanan hidupnya yang
sangat komplek itu, ia tidak akan luput dari kesulitan dan problema. Oleh karena itu kita perlu
mengetahui apa itu sholat, dan syarat rukunya
Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah 17
rakaat. Shalat tersebut merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim
mukallaf baik sedang sehat maupun sakit. Selain shalat wajib ada juga shalat-shalat sunah.
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Shalat
Menurut bahasa shalat artinya adalah berdoa, sedangkan menurut istilah shalat adalah
suatu perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai
dengan persyaratkan yang ada.
Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut
syarat-syarat yang telah ditentukan. Adapun secara hakikinya ialah” berhadapan hati (jiwa) kepada
Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan didalam jiwa rasa
kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya”atau” mendahirkan hajat dan keperluan kita
kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-duanya.[1]
B. Syarat-Syarat Shalat dan Rukun Shalat
Shalat di nilai sah dan semprna apabila shalat tersebut di laksanakan dengan memenuhi
syarat-syarat dan rukun-rukun dan hal-hal yang disunnahkan serta terlepas dari hal-hal yang
membatalkanya.
1. Syarat-syarat Shalat
Syarat-syarat Shalat adalah sesuatu hal yang harus di penuhi sebelum kita melaksanakan
shalat. Syarat Shalat di bagi menjadi 2 yaitu:
o Syarat wajib Shalat adalah syarat yang wajib di penuhi dan tidak bisa di nego-nego lagi. Seperti
Islam, berakal dan tamziz atau baligh. suci dari haid dan nifas serta telah mendengar ajakan
dakwah islam.
o Syarat sah shalat itu ada 8 yaitu:
- Suci dari dua hadas
- Suci dari najis yang berada pada pakaian, tubuh, dan tempat shalat.
- Aurat laki-laki yaitu baina surroh wa rukbah( antara pusar sampai lutut), sedangkan aurot
perempuan adalah jami’i badaniha illa wajha wa kaffaien (semua anggota tubuh kecuali wajah
dan kedua telapak tangan).
- Menghadap kiblat
- Mengerti kefarduan Shalat
- Tidak meyakini salah satu fardu dari beberapa fardu shalat sebagaisuatu sunnah.
- Menjauhi hal-hal yang membatalkan Shalat.[2]
2.Rukun Shalat
Shalat mempunyai rukun-rukun yang harus dilakukan sesuai dengan aturan dan
ketentuannya, sehingga apabila tertinggal salah satu darinya, maka hakikat shalat tersebut tidak
mungkin tercapai dan shalat itu pun dianggap tidak sah menurut syara`.
1. Niat.
Hal ini berdasarkan kepada firman Allah SWT:
َنْيِدللللللللللا ُهلللللللللَل َنْي
لللللللللصِلْخُم هلللللللللللااوُدُبْعُيِلَ للِااوُرِمْوُااَمَو
ِ
ِةَمِيَقلا ُنْيِد َكِلَذَوَةوَكَزلااوُتْؤُيَوَةوَلَصلااوُمْيِقُيَوَءآَفَنُخ
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (al-Bayyinah: 98).
2. Takbiratul Ihram.
Hal ini berdasarkan hadist dari Ali RA berikut ini:
،روللهطلا ةةللصلا حاللتفم :لاللق ملللسو هلليلع هللللا ىلص يبنلا نأ يلع نع
)مرادلا هاور( ميلستلا اهليلحتو ل،ريبكتلا اهميرحتو
Artinya: Dari Ali RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, kunci shalat bersuci, pembukaannya membaca takbir dan penutupannya adalah membaca salam. (H.R. Ad-Darimi).
Takbiratul ihram ini hanya dapat dilakukan dengan membaca lafadz Allahu Akbar.
Hukum berdiri ketika mengerjakan shalat fardhu adalah wajib. Hal ini berdasarkan
sabda Rasulullah SAW:
Artinya: Dari Imran bin Husain RA berkata, aku menderita penyakit ambien, lalu aku bertanya kepada Nabi SAW mengenai cara mengerjakan shalat yang harus aku lakukan, Nabi SAW bersabda, “Shalatlah dalam keadaan berdiri, jika engkau tidak mampu, maka laksanakan dalam keadaan duduk, jika engkau tidak mampu melakukannya, maka kerjakanlah dalam keadaan berbaring”. (H.R. Bukhari).
4. Membaca al-Fatihah.
Ada beberapa hadits shahih yang menyatakan kewajiban membaca surat al-Fatihah pada
setiap rakaat, baik pada saat mengerjakan shalat fardhu maupun shalat sunnah. Diantaranya:
)ملسم هاور( باتكلا ةحتافب أرقي مل نمل اةص ملسو هيلع ل ىلص يبنلا هب غلبي تماصلا نب ادابع نع
Artinya: Dari Ubadah bin Shamit RA, Nabi SAW bersabda, “Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca surah Fatihatul-Kitab”. (H.R. Muslim).
Dalam Mazhab Syafi`i, basmallah merupakan satu ayat dari pada surah al-Fatihah,
maka membaca bismillah hukumnya adalah wajib.
5. Ruku’.
Kefardhuanya telah diakui secara ijma`, berdasarkan firman Allah SWT:
َن ْوُحِلْفُت ْمُكَلَعَل َرْي َخلااوُلَعْفاو ْمُكَب َراوُدُب ْعا َواوُدُج ْسا َواوُعَك ْرَااوُنَمأ َنْيِذَلااَهُيَأَي Artinya: Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah tuhanmu dan berbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. (al-Hajj: 77).
Ruku’ dikatakan sempurna, jika dilakukan dengan cara membungkukkan tubuh, dimana
kedua tangan dapat mencapai dan memegang kedua lutut.
6. Sujud dua kali setiap raka'at
Anggota-anggota sujud adalah kening, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut dan
kedua telapak kaki.
7. Duduk antara dua sujud
8. Membaca tasyahud akhir
10. Shalawat kepada Nabi SAW setelah tasyahud akhir.
11. Duduk diwaktu membaca shalawat.
12. Memberi salam
13. Tertib.[3]
C. Macam-macam Pelaksanaan Shalat
a. Macam-macam shalat
Dilihat hukum melaksanakanya, pada garis besarnya shalat di bagi menjadi dua, yaitu
shalat fardu dan shalat sunnah. Selanjutnya shalat fardu juga di bagi menjadi dua, yaitu fardu ain
dan fardu kifayah. Demikian pula shalat sunah, juga di bagi menjadi dua, yaitu sunnah muakkad
dan ghoiru muakkad.
1. Shalat fardu
Shalat fardu adalah shalat yang hukumnya wajib, dan apabila di kerjakan mendapatkan
pahala, kalau di tinggal mendaptkan dosa. Contohnya: shalat lima wakktu, shalat jenazah dan
shalat nadzar. Shalat fardu ada 2 yaitu:
Fardu Ain adalah shalat yang wajib di lakukan setiap manusia. shalat ini di laksanakan sehari
semalam dalam lima waktu (isya’, subuh, dhuhur, asar, magrib) dan juga shalat Jum’at.
Fardu kifayah adalah shalat yang di wajibkan pada sekelompok muslim, dan apabila salah satu
dari mereka sudah ada yang mengerjakan maka gugurlah kewajiban dari kelompok tersebut.
Contoh: shalat jenazah.
Shalat fardu karena nadzar adalah shalat yang di wajibkan kepada orang-orang yang berjanji
kepada Allah SWT sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah atas segala nikmat yang telah
di terimanya. Contoh : Ahmad akan melasanakan ujian, dia bilang kepada dirinya dan
teman-temanya, “ nanti ketika saya sukses mengerjakan ujian dan lulus saya akan melakukan shalat 50 rokaat “ ketika pengumuman dia lulus maka Ahmad wajib melaksanakan Shalat nadzar.
2. Shalat Sunnah
Shalat Sunnah adalah shalat yang apabila di kerjakan mendapatkan pahala dan apabila
nawafil, manduh, dan mandzubat, yaitu shalat yang di anjurkan untuk di kerjakan. Shalat sunnah
juga di bagi 2 yaitu:
Sunnah Muakkad adalah shalat sunah yang sealalu dikerjakan atau jarang sekali tidak
dikerjakan oleh Rosulluloh SAW dan pelaksanaannya sangat dianjurkan dan di tekankan separti
solat witir, solat hari raya dan lain-lain
Sunnah ghaeru muakkadah adalah solat sunah yang tidak selalu dikerjakan oleh Rosulluloh
SAW,dan juga tidak di tekan kan untuk di kerjakan.holat
Semua shalat, termasuk shalat sunat dilakukan adalah untuk mencari keridhoan atau
pahala dari Alloh swt. Namun shalat sunat jika dilihat dari ada atau tidak adanya sebab-sebab
dilakukannya, dapat dibedakan manjadi dua macam, yaitu: shalat sunat yang bersebab dan shalat
sunat yang tidak bersebab.
Shalat sunat yang bersebab, yaitu shalat sunat yang dilakukan karena ada sebab-sebab
tertentu, seperti shalat istisqa’ (meminta hujan) dilakukan karena terjadi kemarau panjang, shalat
kusuf (gerhana) dilakukan karena terjadi gerhana matahari atau bulan, dan lain sebagainya.
Shalat sunat yang tek bersebab, yaitu shalat sunat yang dilakukan tidak karena ada
sebab-sebab tertentu. Sebagai contoh : shalat witir, shalat dhuha dan lain sebagainya.[4]
a. Pelaksanaan shalat
Shalat tidak boleh dilaksanak di sembarang waktu. Allah SWT. Dan Rasulullah SAW.
telah menentukan waktu-waktu pelaksanaan shalat yang benar menurut syariat islam. Allah
SWT. berfirman dalam Al-Qur’an surat An- Nisa ayat 103 sebagai berikut:
#
sŒÎ*sù
ÞOçFøŠŸÒs%
no4qn=¢Á9$#
)#rã
à2øŒ$$sù
shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.
Ayat tersebut menetapkan bahwa shalat dilaksanakan sesuai dengan waktu-waktu yang
telah ditetapkan. Shalat yang lima waktu, memiliki lima waktu yang tertentu. Dalam Al-Qur’an
surat Hud ayat 114 menegaskan sebagai berikut:
ÉOÏ%r&ur
no4qn=¢Á9$#
Ç’nût
sÛ
Í‘$pk¨]9$#
$Zÿs9ã—
urz`ÏiB
È@øŠ©9$#
4
¨bÎ(
ÏM»uZ|¡ptø:$#
tû÷ùÏdõ‹ãƒÏN$t«ÍhŠ¡¡9$#
4
y7Ï9ºsŒ
3“t
ø.ÏŒ
šúïÌ
Ï.º©
%#Ï9
ÇÊÊÍÈ
“Dan Dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian
permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”.
Agar lebih terperinci, berikut dijelaskan mengenai waktu-waktu shalat tersebut:
1. Zuhur, shalat zuhur waktunya mulai matahari condong ke arah barat dan berakhir sampai
baying-bayang suatu benda sama panjang atau lebih sedikit dari benda tersebut. Hal in idapat
dilihat kepada seseorang atau sebuah tiang yang berdiri, bilamana bayang-bayangnya masih
persis di tengah atau belum sampai, menandakan waktu zuhur belum masuk.
1. Asar, shalat asar waktunya mulai dari baying-bayang suatu benda lebih panjang dari bendanya
hingga terbenam matahari. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa shalat ashar di waktu
menguningnya cahaya matahari sebelum terbenam hukumnya makruh.
2. Magrib, shalat magrib waktunya mulai terbenam matahari dan berakhir sampai hilangnya cahaya
awan merah.
3. Isya, shalat isya waktunya mulai hilangnya cahaya awan merah dan berakhir hingga terbit fajar
shadiq.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Shalat merupakan kewajiban setiap muslim,karena hal ini di syariatkan oleh Allah
SWT. Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai prakteknya, hal ini tidak menjadi masalah
karena di dalam al-qur'an sendiri tidak ada ayat yang menjelaskan secara terperinci mengenai
praktek shalat. Tugas dari seorang muslim hanyalah melaksnakan shalat dari mulai baligh
sampai napas terakhir, semua perbedaan mengenai praktek shalat semua pendapat bisa dikatan
benar karena masing-masing memilki dasar dan pendafaatnya masing-masing dan tentunnya
berdasarkan ijtihad yang panjang.
Setiap perintah Allah yang di berikan kepada kaum muslimin tentunya memiliki paidah
untuk kaum muslimin sendiri, seperti halnya umat islam di perintahkan untuk melaksanakan
shalat, salah satu paidahnya yakni supaya umat islam selalu mengingat tuhannya dan bisa
meminta karunianya dan manfaat yang lainnya yakni bisa mendapkan ampunan dari Allah SWT.
Demikian paparan yang dapat kami persembahkan menganai “sholat” dengan waktu
yang cukup singkat ini, semoga bermanfaat bagi kita semua baik di dunia maupun akherat kelak,
kami memohon maaf apbila dalam pemaparan yang kami sampaikan ini terdapat banyak
kesalahan dalam makalah ini, kami juga mengharapkan kritik dan sarann yang sifatnya
membangun untuk makalah-makalah kami selanjutnya.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca terutama pada dosen mata kuiah ini, agar dapat pembuatan makalah selanjutnya
menjadi lebih baik. Atas kritik dan saranya, penulis ucapkan terima kasih.
Hamid ,Abdul. Beni HMd Saebani, Fiqh Ibadah, (Bandung: Pustaka Setia, 2009)
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Penerjemah: Nor Hasanuddin, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006) Rasyid Sulaiman, Fiqh Islam, (PT. Sirnar Baru Algensido 1954)
Dradjat ,Zakiah Prof.Dr. Ilmu Fiqh,Yogyakarta:PT Dana Bhakti Wakaf,1995
Abdul aziz,bin Zainudin,, Fathul mu’in bi sarkhil qurotal ain,Indonesia ; Daroyail Kitabah
[1]Abdul Hamid, M.Ag, Drs. Beni HMd Saebani, M.Si. Fiqh Ibadah, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal.
191
[2] Prof DR. Zakiah Dradjat, Ilmu Fiqh, (Yogyakarta;PT. Dana Bhakti Wakaf,1995) jild 1 hal. 78
[3]
Ibid, Sulaiman .... Hal. 75
[4]
Syekh Zainudin Abdul Aziz,
Fathul mu’in bi sarkhil qurotal ain,
(Indonesia ; Daroyail Kitabah ) hal. 3.
[5]