• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Profil Perusahaan PT Heinz ABC Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Profil Perusahaan PT Heinz ABC Indonesia"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Perusahaan

1.1.1 Sejarah Profil Perusahaan PT Heinz ABC Indonesia

Pada tahun 1975 perushaan ini didirikan oleh Bapak Chu Sok Sam yang diberi nama CV. Central Food Industrial Corporation. Perusahaan ini terjun pada dunia FMCG (Fast Moving Consumer Goods) yang menjadi produsen kecap. Perusahaan ini pertama kali didirikan di Jl. Daan Mogot km 12, Cengkareng, Jakarta Barat dengan menjual kecap sebagai produk pertamanya. Di tahun 1978 perusahaan ini berstatus perusahaan swasta yang di pimpin oleh direktur Kogan Mandala. Seiring berjalannya waktu perusahaan ini menambah inovasi produk yang dijual seperti sambal ditahun 1979, saos tomat tahun 1980, dan jus buah yang di kemas dalam bentuk tetra pack di tahun 1982. Ketika tahun 1982 dengan perkembangan yang dicapai perusahaan begitu pesat, maka pimpinan dan para pemegang saham sepakat untuk merubah perusahaan ini menjadi PT Aneka Bina Cipta Central Food Industry.

Pada tahun tersebut, perusahaan ini dipimpin oleh direktur Nyonya Erlina dan berstatus swasta nasional. Tujuan perusahaan ini, ingin memasarkan produknya kepada konsumen tingkat menengah sampai konsumen tingkat atas dengan memberikan kualitas yang terbaik. Dalam menyalurkan produknya, perusahaan ini mengekspor produknya ke negara – negara didunia melalui kantor pemasaran seperti Malaysia, Taiwan, Hongkong, Brunei Darusalam, Jepang, Amerika Serikat, Rusia, Yunani dan lain sebagainya.

PT ABC Food Industry memutuskan untuk melakukan aliansi dengan H.J Heinz dari Amerika Serikat di tahun 1999, yang tujuannya untuk memperkuat pemasarannya di Asia. Dari aliansi yang dilakukan, kemudian perusahaan ini berganti dengan nama PT Heinz ABC Indonesia. Perusahaan ini merupakan perusahaan multi nasioal yang memproduksi makanan di Asia Tenggara dan terkenal akan kualitas produk yang dihasilkan. Di Asia Tenggara produknya terkenal dengan merek “ABC” pada kategori produk yaitu kecap kedelai dan sambal.

(2)

2

Gambar 1.1 Produk PT Heinz ABC Indonesia

Sumber : (www.checkinjakarta.id) ,2018

Perkembangan pesat yang telah dilalui perushaan ini, kini PT Heinz ABC Indonesia sudah mempunyai 3 pabrik yang berada di Jakarta, Karawang dan Pasuruan serta memiliki ribuan karyawan yang berdeikasi, profesional serta berkualitas. Hal ini digunakan untuk melayani kebutuhan dari konsumen yang ada di Indonesia, Asia Tenggara dan 30 negara – negara lainnya yang dipasarkan baik secara retail dan grosir. Dedikasi yang tinggi dari PT Heinz ABC Indonesia selama 140 tahun sudah secara turun temurun dalam menghasilkan produk dan merek berkualitas cita rasa, gizi yang tinggi serta menjadi unggulan untuk konsumennya. PT Heinz ABC Indonesia berkomitmen pada pelanggan dan perusahaan selalu berusaha untuk berinovasi dalam produk – produk yang dijual serta menambah jaringan pemasarannya.

Berikut merupakan daftar produk – produk yang dihasilkan oleh PT Heinz ABC Indonesia :

1. Kecap ABC

2. Special Sauce ABC 3. Sirup Squash ABC 4. Sirup Special Grade ABC 5. Cream Sirup

6. Saus Sambal ABC 7. Saus Tomat ABC

8. Mr. Jussie / Mr. Jussie Plus Susu

9. ABC Fruit Juice, Nutritionals, Coffe & Tea 10. Sardines ABC & Mackerel ABC

(3)

3 1.1.2 Visi dan Misi PT Heinz ABC Indonesia

Visi :

“Menjadi perusahaan makanan dan minuman terdepan yang unggul dalam inovasi, mutu, dan nilai.”

Misi :

“Membangun lingkungan kerja bermotivasi tinggi dimana karyawan berjuang dalam membentuk tim berkinerja tinggi. HAI (berlandaskan pada kepercayaan, perdebatan yang sehat, komitmen, pertanggung jawaban, dan pencapaian hasil kelompok yang dapat melampaui keinginan Stakeholder.”

1.1.3 Logo Perusahaan PT Heinz ABC Indonesia

Dibawah ini merupakan logo dari PT Heinz ABC Indonesia :

Gambar 1.2 Logo PT Heinz ABC Indonesia

Sumber : (logos.wikia.com), 2018

Pada logo PT Heinz ABC Indonesia terdapat 3 huruf besar “ABC” berwarna putih yang melambangkan nama perushaan PT Heinz ABC Indonesia. Bentuk lingkaran dan garis tengah diatas huruf “ABC” mengartikan bahwa PT Heinz ABC Indonesia menawarkan produk dibidang makanan yang memiliki kualitas dan mutu tinggi bagi onsumen. Bentuk 3 setengah lingkaran yang menyatu biasanya memiliki kesan bahwa perusahaan PT Heinz ABC Indoensia bergerak dinamis, memiliki kualitas, berulang, tidak putus dan yang lainnya, simbol ini digunakan untuk membangun brand image kepada konsumennya. Warna putih pada huruf ABC biasanya melambangkan kemurnian, kesempurnaan, kesterilan pada produknya. Terdapat warna merah pada logo tersebut yang biasanya mempunyai arti kekuatan, kepercayaan diri dan berenergi dalam menjadi merek produk unggulan di dunia.

(4)

4

Warna kuning yang berada di tepi dan diatas huruf “ABC” logo melambangkan keceriaan, keramahan dan kepintaran, maksudnya PT Heinz ABC Indonesia akan memberikan produk yang berkualitas dengan inovasi – inovasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

1.1.4 Struktur Organisasi PT Heinz ABC Indonesia

Gambar 1.3 Struktur Organisasi PT Heinz ABC Indonesia.

Sumber : (lib.ui.ac.id), 2018)

1.2 Latar Belakang Penelitian

Dalam dunia bisnis, pemasaran merupakan suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi, mendistribusikan barang – barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan (Djaslim, 2015). Strategi pemasaran ini dapat menentukan keberhasilan dari perusahaan dalam menjual produk ataupun jasanya. Pemasaran membuat persaingan antar perusahaan yang ketat dan mengharuskan pemasar memiliki kemampuan yang handal dalam menjual produk atau jasanya. Dalam persaingannya, perusahaan juga dituntut untuk dapat membuat sebuah inovasi dalam memasarkan produk dan jasanya agar konsumen loyal terhadap produk tersebut.

(5)

5

Seiring perkembangan teknologi saat ini, memiliki banyak pengaruh bagi gaya hidup dari masyarakat yang tidak ada batasnya. Pengaruhnya berdampak pada berubahnya kebutuhan dan pola konsumsi dari masyarakat. Adanya kesibukan kerja dan aktivitas yang padat lainnya membuat berkurangnya waktu untuk memasak lauk dan sayur sebagai makanan sehari – hari. Hal ini mendorong masyarakat menginginkan segala sesuatunya yang praktis dan cepat. Makanan cepat saji atau instan ini menjadi alternatif yang diambil karena harganya terjangkau, penyajiannya mudah, tahan lama, cepat, praktis, dan juga mempunyai rasa yang enak. (Sumber : www.kantarworldpanel.com, 2013).

Makanan cepat saji atau instan sendiri memiliki manfaat untuk dikonsumsi sehari – hari diantaranya :

1. Tinggi akan nutrisi 2. Menghemat pengeluaran 3. Baik untuk otak

4. Meningkatkan mood 5. Memiliki banyak pilihan 6. Memiliki perhitungan kalori 7. Menghemat waktu

(Sumber : manfaat.co.id, 2017)

Adapun macam – macam makanan cepat saji atau instan di Indonesia : 1. Mie Instan

Makanan yang lezat ini cukup murah untuk didapatkan. Rasanya yang lezat, mengenyangkan dan tidak merepotkan dalam proses pembuatannya membuat makanan ini tetap menjadi primadona di berbagai kalangan. Tidak heran berbagai bisnis membuka kuliner mie instan sangat maju dan tidak pernah habis di pasaran.

2. Nugget

Nugget merupakan makanan instan yang cukup banyak penggemarnya. Olahan daging, yang dilumuri tepung panir ini sangat mudah ditemui dan sepertinya semakin banyak penggemarnya.

(6)

6 3. Sosis

Sosis merupakan salah satu olahan daging. Pengolahannya juga dapat dilakukan dengan sederhana. Dalam mengolahnya dapat menjadi berbagai macam makanan.

4. Ikan Kaleng

Ikan kaleng, biasanya disajikan dengan saos yang sudah tersedia dalam kaleng tersebut. Biasanya jenis ikan yang dijadikan ikan kaleng adalah sarden. 5. Chicken Spicy

Ada jenis olahan ayam yang siap untuk dikonsumsi yaitu biasanya dijual dan diolah dalam bentuk chicken wing.

(Sumber : http://www.sipayo.com, 2017)

Salah satu makanan cepat saji atau instan di Indonesia menururt shipayo.com adalah makanan ikan kaleng. Bahan dasar dari makanan tersebut tentunya adalah ikan. Ikan merupakan sumber protein yang sangat besar, dengan makan ikan dapat menjadikan tubuh lebih sehat dan dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan bahwa tingkat konsumsi ikan nasional memiliki kecenderungan yang selalu naik setiap tahunnya. (Sumber : www.republika.co.id, 2018). Hal ini dapat di lihat dari bagan berikut ini :

Gambar 1.4 Data Tingkat Konsumsi Ikan Di Indonesia

Sumber : www.republika.co.id, 2018 0 10 20 30 40 50 60

Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Konsumsi Ikan Di Indonesia

(7)

7

Berdasarkan gambar 1.4 dapat disimpulkan bahwa setiap tahunnya konsumsi ikan di Indonesia selalu naik. Kenaikan tersebut menjadi bukti bahwa masyarakat di Indonesia mulai sadar untuk mengkonsumsi ikan. Hal tersebut juga dapat diartikan bahwa masyarakat di Indonesia menyukai ikan untuk dapat dikonsumsi dalam kehidupan sehari – hari. (Sumber : www.republika.co.id, 2018).

Berikut lima wilayah yang tingkat konsumsi ikan di Indonesia yang berada di bawah tingkat konsumsi ikan nasional :

Gambar 1.5 Data Wilayah Tingkat Konsumsi Terendah Di Indonesia (Sumber : www.kumparan.com)

Berdasarkan gambar 1.5 dapat diketahui bahwa posisi pertama yang tingkat konsumsi ikannya rendah adalah provinsi Jawa Timur, kedua Jawa Tengah, ketiga Nusa Tenggara Timur, ke empat Jawa Barat dan ke lima Yogyakarta. Rendahnya konsumsi ikan di pulau Jawa disebabkan akses yang masih cukup sulit. (Sumber : www.kumparan.com)

Dari uraian yang sudah dijelaskan, Provinsi Jawa Barat termasuk dalam lima wilayah yang tingkat konsumsi ikannya dibawah konsumsi nasional kg per kapita per tahun. (Sumber : www.kumparan.com). Hal tersebut juga didukung dengan adanya laman berita yang terdapat pada jabar.tribunnews.com yang memberitakan bahwa konsumsi ikan di Jawa Barat masih rendah dan jauh dari angka konsumsi ikan secara

0 5 10 15 20 25 30 35

Jawab Barat Jawa Tengah Jawa Timur Yogyakarta Nusa Tenggara

Timur

Data Wilayah Tingkat Konsumsi Ikan Terendah di bawah

Rata - rata Konsumsi Nasional Per Kapita Pertahun

Data Wilayah Tingkat Konsumsi Ikan Terendah di bawah Rata - rata Konsumsi Nasional Per Kapita Pertahun

(8)

8

nasional. Tingkat konsumsi ikan di Jawa Barat masih 27, 7 kilogram per kapita per tahunnya. (Sumber : www.jabartribunnews.com)

Adapun kota di provinsi Jawa Barat yg memiliki tingkat konsumsi ikan terendah, salah satunya kota Bandung dengan nilai tingkat konsumsinya yaitu sebesar 27,7 kg perkapita per tahunnya. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman masyarakat Kota Bandung mengenai kelebihan yang dimiliki dalam mengkonsumsi ikan. Angka tersebut jauh dari angka konsumsi ikan secara nasional yaitu sebesar 43kg perkapita per tahunnya. (Sumber : humaskotabandung).

Biasanya, jenis ikan yang di gunakan pada ikan kaleng merupakan ikan sarden. Ikan sarden merupakan jenis kelompok ikan kecil yang hidupnya di dekat permukaan air laut dan cenderung hidup dilingkungan perairan terbuka. Masyarakat sendiri banyak yang mengonsumsi ikan sarden ini dengan berbagai olahan. Salah satu jenis ikan sarden yang dibuat dalam kemasan kaleng menggunakan jenis ikan Lemuru. Nama ikan Lemuru sendiri kurang terkenal di Indonesia, karena ikan ini lebih sering dikenal dengan nama ikan sarden. (Sumber : www.semuaikan.com, 2018)

Gambar 1.6 Ikan Lemuru (Sumber : www.semuaikan.com, 2018)

Terdapat berbagai macam produk ikan sarden dalam kemasan kaleng yang menawarkan produknya di Indonesia yaitu ABC, Botan, Gaga, dan Maya. (Sumber : www.topbrand-award.com, 2018). Adanya produk ikan sarden kemasan kaleng yang serupa membuat meningkatnya persaingan antar perusahaan. Keunggulan bersaing yang dimiliki antar perusahaan ini mempunyai keterkaitan antara konsumen dan produk ataupun jasa yang di buat oleh perusahaan.

(9)

9

Adapun data mengenai ikan sarden kaleng di Indonesia sebagai berikut : Tabel 1.1

Data Top Brand Di Indonesia Tahun 2015 – 2017 Kategori Produk Ikan Sarden Kaleng Data Top Brand di Indonesia Tahun 2015 - 2018 Top Brand Tahun 2015 (%TBI) Top Brand Tahun 2016 (%TBI) Top Brand Tahun 2017 (%TBI) Top Brand Tahun 2018 (%TBI) ABC (35,4%) ABC (46,6%) ABC (38,4%) ABC (43,8%) Botan (29,4%) Botan (22,1%) Botan (32,0%) Botan (26,2%) Gaga (17,4%) Gaga (12,0%) Gaga (13,6%) Gaga (11,7%) Maya (13,4%) Maya (11,3%) Maya (10,4%) Maya (9,3%)

Pronas (2,6%) (Sumber : www.topbrand-award.com, 2018)

Berdasarkan pada tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa ikan sarden kaleng yang menjadi Top Brand di Indonesia selama 4 tahun berturut –t urut adalah ikan sarden ABC. Hal tersebut dapat diartikan bahwa, produk ikan sarden ABC dapat mempertahankan brandnya.

PT Heinz ABC Indonesia, dalam hal ini produk Ikan sarden ABC merupakan salah satu merek produk makanan ikan sarden kaleng yang telah dikenal oleh konsumennya yang berdiri pada tahun 1975. (Sumber : www.checkinjakarta.id). Produk ikan sarden ABC dari PT Heinz ABC Indonesia memiliki brand image atau citra merek yang sudah dikenal oleh masyarakat. Hal ini di perkuat dengan hasil Top

Brand Indonesia yang selalu menduduki peringkat pertama. (Sumber :

www.topbrand-award.com, 2018).

Namun terdapat suatu masalah yaitu pada tahun 2018, tribunjabar.co.id memuat berita yang menyebutkan bahwa produk dari ikan sarden mengandung parasit cacing. Kasus ini tidak hanya menimpa pada produk ikan sarden ABC, tetapi juga menimpa pada produk dari ikan sarden lainnya seperti produk ikan sarden Gaga. Hal ini juga didukung oleh pernyataan yang diumumkan oleh BPOM yang mencatat merek produk

(10)

10

ikan sarden yang mengandung parasit cacing. (Sumber : www.tribunjabar.co.id, 2018). Dalam laman berita tirto.id dijelaskan akibat yang ditimbulkan jika seseorang mengkonsumsi ikan saren yang mengandung cacing yaitu akan terjadi infeksi akibat larva yang menetas dari telur Anisakis yang masuk menembus usus. (Sumber : www.tirto.id).

Berita tentang parasit cacing pada produk ikan sarden membuat resah konsumennya, khususnya di Kota Bandung. Pada laman berita yang termuat di jabar.tribunnews.com, mengatakan bahwa keresahan yang dirasakan oleh masyarakat di Kota Bandung mengenai pemberitaan adanya parasit cacing pada produk ikan sarden yang diumumkan oleh BPOM salah satunya produk ikan sarden ABC. Mendengar pemberitaan tersebut, masyrakat Kota Bandung yang memiliki produk ikan sarden membuangnya karena keresahan untuk mengkonsumsinya. (Sumber : jabar.tribunnews.com)

Dari hal tersebut membuat keraguan konsumen terhadap image produk ikan sarden salah satunya yaitu produk ikan sarden ABC. Walaupun ditahun 2018 produk ikan sarden ABC tetap mempertahankan image nya menjadi Top Brand Indonesia pada urutan pertama, dalam kenyataan dilapangan brand image dari produk ikan sarden ABC mengalami penurunan yang disebabkan oleh keraguan konsumen setelah adanya fenomena tersebut.

Menurut Sangadji dan Sopiah (2013:327) mengatakan bahwa citra merek atau

brand image dapat berupa hal positif maupun negatif, tergantung pada persepsi

seseorang terhadap merek. Menurut Wijaya (2013 : 62-63) di jelaskan dimensi dari

brand image, yaitu: brand identity (identitas merek), brand personality (personalitas

merek), brand association (asosiasi merek), brand attitude and beavior (sikap dan perilaku merek), brand benefit and competence (manfaat dan keunggulan merek). Dari pendapat tersebut dapat dipahami, bahwa brand image merupakan suatu persepsi konsumen terhadap kepercayaan merek dengan berbagai asosiasi merek yang dapat melekat dibenak konsumen. Adanya brand image yang memiliki kesan positif pada konsumen, dapat mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian pada brand tersebut. Brand Image sendiri merupakan aset yang berharga bagi perusahaan, karena

brand image dapat menjadi cara agar produk dapat bersaing dipasar dengan produk

(11)

11

Menanggapi masalah yang terjadi terkait produk ikan sarden ABC, PT Heinz Indonesia melakukan penarikan pada produknya yang bertujuan untuk mengurangi resiko terkait adanya parasit cacing pada ikan sarden ABC yang telah terdistribusi. PT Heinz ABC Indonesia telah lama menyediakan produk bagi konsumen dengan kualitas yang tinggi dan menerapkan praktek terbaik dalam memproduksi produknya. Selain itu, PT Heinz ABC Indonesia juga menegasakan bahwa perusahaan menjunjung tinggi integritas dan menempatkan konsumen sebagai pritoritas perusahaan. (Sumber : www.kompas.com, 2018)

Selain itu juga dari perusahan CV Pasivic Harvest menanggapi temuan BPOM terkait produk ikan sarden Gaga yang mengandung cacing. CV Pasivic Harvest memilih menghentikan produksi ikan sarden yang berimbas kepada hampir ribuan buruhnya yaitu selama seminggu mereka tidak bekerja dan juga melakukan pemberhentian pembelian baku ikan sarden beku dari luar negri yang mengakibatkan perusahaan tersebut berhenti untuk produksi sementara menunggu keputusan dari pihak yang berwenang. (Sumber : detik.com)

Dari permasalahan yang sudah di uraikan, peneliti tertarik melakukan observasi dengan penyebaran pra kuisioner kepada konsumen produk ikan sarden ABC setelah adanya parasit cacing pada produk ikan sarden ABC dari PT Heinz ABC Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagai produk ikan sarden ABC yang selalu masuk dalam jajaran urutan pertama Top Brand Indoensia, tidak menutup kemungkinan masalah yang terjadi berimbas pada brand image produk ikan sarden ABC dari PT Heinz ABC Indonesia.

Berikut merupakan pra kuesioner mengenai brand image produk ikan sarden ABC dari PT Heinz ABC Indonesia :

Tabel 1.3

Hasil Observasi (N=30)

Brand Image Ikan Sarden ABC Dari PT Heinz ABC Indonesia

Dimensi Pernyataan Ya Tidak

Brand Identity

Produk ikan sarden ABC memiliki keunikan yang membuat logo dari perusahaan PT Heinz ABC Indonesia mudah dikenali.

(12)

12

Dimensi Pernyataan Ya Tidak

Brand Personality

Produk ikan sarden ABC memberikan kesan

yang dapat menarik perhatian anda. 61,3% 38,87%

Brand Association

Produk ikan sarden ABC mempunyai image baik dalam memberikan jaminan pada produknya.

48,7% 51,3%

Brand Attitude &

Behavior

Anda bersikap positif dalam meyukai produk

ikan sarden ABC yang berkualitas. 62,2% 37,8%

Brand Benefit & Competence

Anda merasa puas terhadap produk ikan

sarden ABC yang sesuai selera anda. 64,3% 35,7%

Sumber : Hasil Pra Kuisioner, 2019

Berdasarkan hasil kuisioner yang terdapat pada tabel 1.3 diatas, menunjukan adanya variabel Brand Image pada produk ikan sarden ABC dari PT Heinz ABC Indonesia yang mempunyai fenomena pada dimensinya. Hal ini menyangkut dengan fenomena yang terjadi pada produk ikan sarden ABC dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Pada dimensi brand identitiy, dalam pernyataan bahwa “Produk ikan sarden ABC memiliki keunikan yang membuat logo dari perusahaan PT Heinz ABC Indonesia mudah dikenali”. Dalam penyebaran kuesioner kepada 30 responden secara acak didapatkan hasil 67,76% yang menyatakan setuju pada pernyataan tersebut, ini menandakan bahwa logo yang tertera pada produk ikan sarden ABC dapat mudah dikenali dan memiliki keunikan dimata konsumennya.

2. Pada dimensi brand personality, pada pernyataan bahwa “Produk ikan sarden ABC memberikan kesan yang dapat menarik perhatian anda”. Pada penyebaran kuesioner secara acak kepada 30 responden didapatkan hasil sebesar 61,3% yang menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini dapat di ketahui bahwa konsumen masih mempunyai kesan dan tertarik pada produk ikan sarden ABC.

3. Dalam dimensi brand association, dimana pada pernyataan bahwa “Produk ikan sarden ABC mempunyai image yang baik dalam

(13)

13

memberikan jaminan pada produknya”. Dari 30 responden yang di sebar secara acak didapatkan hasil 51,3% yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini berkaitan dengan fenomena yang terjadi pada produk ikan sarden ABC yaitu adanya cacing yang terdapat pada produknya. Dengan adanya fenomena permasalahan tersebut, membuat image dari produk ikan sarden menurun.

4. Dimensi selanjutnya yaitu pada dimensi brand attitude & behavior yang terdapat pada pernyataan “Anda bersikap positif dalam menyukai produk ikan sarden ABC yang berkualitas”. Dari hasil kuesioner yang disebar secara acak dengan 30 responden, didapatkan 62,2% yang setuju dengan pernyataan tersebut. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa konsumen masih memiliki sikap positif terhadap produk ikan sarden ABC.

5. Pada dimensi brand benefit & competence dimana pada pernyataan bahwa “Anda merasa puas terhadap produk ikan sarden ABC yang sesuai dengan selera anda. Dari hasil yang telah disebar secara acak kepada 30 responden didapatkan bahwa 64,3 % menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa konsumen puas terhadap produk ikan sarden ABC.

Fenomena yang terjadi mengenai pemberitaan adanya parasit cacing dalam produk ikan sarden memberikan dampak kepada perusahaan yang memproduksi ikan sarden. Dalam laman berita tribunnews.com dipaparkan adanya dampak yang terjadi setelah beredarnya masalah parasit cacing produknya berimbas pada penurunan pendapatan perusahaan, importir, nelayan, pedagang retail bahkan sampai PHK masal buruh,. (Sumber : tribunnews.com).

Berdasarkan hal yang telah di paparkan sebelumnya, brand image dari PT Heinz ABC Indonesia setelah adanya kasus cacing mengalami penurunan. Dari masalah yang terjadi, setelah adanya kasus parasit cacing dalam produk ikan sarden tidak menutup kemungkinan akan berdampak pada PT Heinz ABC Indonesia dengan produknya ikan sarden. Dampak tersebut berupa pendapatan perusahaan yang diakibatkan dari penjualan produk ikan sarden ABC yang menurun. Seperti yang di lansir pada laman berita kompas.com, mengenai penarikan yang dilakukan oleh PT Heinz ABC Indonesia terhadap produknya yaitu ikan sarden ABC yang penjualannnya tersebar di

(14)

14

Indonesia, diindikasikan dapat menimbulkan kerugian pada perusahaannya. (Sumber : kompas.com)

Dalam hal tersebut membuat adanya indikasi yang terjadi dengan minat beli konsumen pada produk ikan sarden ABC yang menurun. Minat beli sendiri didefinisikan permintaan pasar yang meningkat mungkin saja berasal dari konsumen lama yang melakukan pembelian ulang. Menurut Hasan (2013 : 131) mengatakan bahwa minat beli ulang lebih disebabkan oleh adanya perilaku masa lalu (pengalaman konsumsi) yang secara langsung mempengaruhi minat dan perilaku mengkonsumsi ulang pada waktu yang akan datang. Minat beli ulang memiliki beberapa dimensi antara lain: minat transaksional, minat referensial, dan minat preferensial. Minat beli ulang dapat memberikan suatu motivasi bagi konsumen dengan timbulnya dibenak konsumen yang berasal dari merek itu sendiri dan brand image yang ada untuk memenuhi kebutuhannya.

Dari permasalahan yang sudah di uraikan, peneliti melakukan observasi dengan penyebaran pra kuisioner kepada konsumen, mengenai minat beli konsumen terhadap ikan sarden ABC setelah adanya kasus parasit cacing pada produk ikan sarden ABC dari PT Heinz ABC Indonesia sebagai berikut :

Tabel 1.4

Hasil Observasi (N=30)

Minat Beli Ulang Produk Ikan Sarden ABC dari PT Heinz ABC Indonesia.

Dimensi Pernyataan Ya Tidak

Minat Transaksional Anda berminat untuk membeli kembali produk ikan sarden ABC setelah adanya kasus parasit cacing dalam produknya.

46,4% 53,6%

Minat Referensial Anda mau merekomendasikan produk ikan sarden ABC kepada teman dan keluarga anda.

48,3% 51,7%

Minat Preferensial Anda menyukai produk ikan sarden ABC

(15)

15

Dimensi Pernyataan Ya Tidak

Minat Eksploratif Anda senang mencari informasi mengenai

produk ikan sarden ABC 64,4% 35,6%

Sumber : Hasil Pra Kuisioner, 2019

Dari hasil kuesioner pada tabel 1.4 menunjukan adanya fenomena pada variabel minat beli ulang yang terdapat pada dimensinya. Hal ini dilihat pada dimensi Minat Transaksional dengan nilai terendah sebesar 46,4% yang menyatakan setuju dan sisanya 53,6% yang menyatakan tidak setuju. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dapat disimpulkan bahwa minat beli ulang konsumen pada produk ikan sarden ABC sebagian besar berkurang atau menurun, dikarenakan adanya kasus parasit cacing pada produk ikan sarden ABC .

Berdasarkan hasil observasi yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa minat beli ulang muncul ketika konsumen merasa puas terhadap merek atau produk, seperti teori yang dikemukakan oleh Priansa (2017 : 170), berpendapat bahwa konsumen yang puas terhadap merek atau produk tertentu cenderung untuk membeli kembali pada saat yang sama muncul dikemudian hari. Kemudian menurut Hasan (2013 : 133), dalam perluasan merek apabila calon pembeli sudah memiliki cukup informasi mengenai merek utama dan persepsinya sudah terbentuk (positif) maka calon pembeli akan tertarik untuk membeli kembali produk yang ditawarkan. Hal tersebut juga didukung pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Abigail (2014), yang menunjukan bahwa brand image Tupperware memiliki pengaruh terhadap repurchase

intention (minat beli ulang) dengan kolerasi antar variabel yang sangat kuat. Minat beli

ulang sendiri menjadi salah satu kunci sukses dari suatu produk dipasar, dimana pelanggan yang memiliki respon positif terhadap suatu merek dan brand image perusahaan akan menimbulkan tumbuhnya minat beli ulang produk yang sama.

Berdasarkan dari hal yang telah diuraikan, dapat diketahui bahwa fenomena adanya parasit cacing didalam produk ikan sarden ABC berdampak pada brand image yang mengalami penurunan. Dari hal tersebut menimbulkan pengaruh minat beli ulang konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam mengenai seberapa besar “Pengaruh Brand Image Terhadap Minat Beli Ulang Produk Ikan Sarden PT Heinz ABC Indonesia

(16)

16

(Setelah Adanya Kasus Parasit Cacing Pada Produk Ikan Sarden ABC Tahun 2018”.

1.3 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang sudah dijelaskan, maka dapat diketahui rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana brand image dari PT Heinz ABC Indonesia di benak masyarakat Kota Bandung ?

2. Bagaimana minat beli ulang masyarakat Kota Bandung pada produk ikan sarden ABC dari PT Heinz ABC Indonesia ?

3. Seberapa besar pengaruh brand image terhadap minat beli ulang masyarakat Kota Bandung pada produk ikan sarden ABC dari PT Heinz ABC Indonesia ? 1.4 Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah yang telah dirumuskan, maka dapat disimpulkan tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui brand image dari PT Heinz ABC Indonesia di benak masyarakat Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui minat beli ulang masyarakat Kota Bandung pada produk ikan sarden ABC dari PT Heinz ABC Indonesia.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh brand image terhadap minat beli ulang masyarakat Kota Bandung pada produk ikan sarden ABC dari PT Heinz ABC Indonesia.

1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Kegunaan Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini digunakan untuk menambah wawasan bagi peneliti tentang pengaruh dari brand image terhadap minat beli ulang mahasiswa dan mahasiswi Telkom University pada produk ikan sarden PT Heinz ABC Indonesia.

b. Hasil dari penelitian ini dapat menambah pemahaman mengenai teori – teori yang terkait dengan hal pengaruh brand image terhadap minat beli

(17)

17

ulang mahasiswa dan mahasiswi Telkom University pada produk ikan sarden PT Heinz ABC Indonesia.

c. Untuk dapat memberikan pandangan tentang keseragaman dari teori dan realita yang ada.

d. Untuk dapat dijadikan sebagai bahan referensi pada penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kajian pengaruh brand image terhadap minat beli ulang.

1.5.2 Kegunaan Praktis

a. Untuk hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi PT Heinz ABC Indonesia mengenai pengaruh minat beli ulang konsumen terhadap produk yang dijual.

b. Untuk hasil penelitian ini bisa digunakan oleh PT Heinz ABC Indonesia sebagai bahan evaluasi dalam memperbaiki brand image perusahaan. c. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk PT Heinz ABC

Indonesia dalam menetapkan strategi perusahaan untuk masa yang akan datang.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam memberikan kemudahan pembahasan yang ada di skripsi, maka dijelaskan oleh penulis mengenai sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi penjelasan secara umum mengenai penelitian diantaranya meliputi : gambaran umum dari objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian serta waktu dan periode dalam pelaksanaan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi penjelasan mengenai teori – teori ataupun literatur yang digunakan sebagai bahan rujukan dalam tinjaun pustaka dan berkaitan dengan penelitian serta membahas mengenai hasil penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dalam rangkuman teori dan literatur hasilnya dapat digunakan

(18)

18

sebagai dasar dalam mengembangkan kerangka pemikirian, hipotesis penelitian, dan ruang lingkup penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui jenis penelitian yang dipakai, operasional variabel, skala pengukuran, populasi dan teknik sampling, jenis dan teknik pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, serta teknik dalam menganalisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari jenis pengumpulan data, karakteristik responden, hasil penelitian yang dilakukan serta pembahasan hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan terkait dengan jawaban pada pertanyaan yang dibuat peneliti serta berisi saran – saran untuk perusahaan, masyarakat dan peneliti selanjutnya dengan harapan dapat berguna dalam pengembangannya.

1.7 Waktu dan Periode Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis memulai waktu dan periode penelitian dimulai pada September 2018 sampai dengan Maret 2019.

Gambar

Gambar 1.1 Produk PT Heinz ABC Indonesia  Sumber : (www.checkinjakarta.id) ,2018
Gambar 1.3 Struktur Organisasi PT Heinz ABC Indonesia.
Gambar 1.4 Data Tingkat Konsumsi Ikan Di Indonesia  Sumber : www.republika.co.id, 2018 0102030405060
Gambar 1.5 Data Wilayah Tingkat Konsumsi Terendah Di Indonesia  (Sumber : www.kumparan.com)
+2

Referensi

Dokumen terkait

PT.Telkom Sijunjung (Persero) Tbk (Telkom) adalah badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak dibidang jasa layanan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan

Sehingga, peneliti ingin melakukan penelitian dan menarik sebuah judul “Pengaruh Choi Siwon Sebagai Brand Ambassador Terhadap Brand Image Produk Mie Sedaap Korean

Semenjak berdiri AdMedika merupakan penyedia layanan TPA terpilih di Indonesia dengan penguasaan pasar asuransi swasta terbesar, dan sejak bergabung dengan Telkom

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mencari tahu apakah terdapat hubungan antara electronic word of mouth terhadap minat berkunjung di

Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut tentang apakah E-WOM dari produk sepatu Nike dapat mempengaruhi Brand Image dan Purchase Intention konsumen terhadap

(https://Mojok.co diakses pada 09 Juli 2020). Berdasarkan artikel tersebut, Tokopedia mengangkat BTS sebagai brand ambassador mereka dengan tujuan untuk minat dari

Telkom merupakan salah satu perusahaan yang menyediakan berbagai fasilitas komunikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam sektor telekomunikasi menyediakan layanan yang

Salah satu media sosial yang digunakan Telkom STO Dago dalam mempromosikan produk IndiHome adalah Instagram, karena Instagram memiliki banyak sekali fitur bisnis andalan yang