• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN DESAIN KEMASAN PUPUK ORGANIK CAIR MENGGUNAKAN METODE KANO DAN QFD TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN DESAIN KEMASAN PUPUK ORGANIK CAIR MENGGUNAKAN METODE KANO DAN QFD TUGAS AKHIR"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN DESAIN KEMASAN PUPUK ORGANIK CAIR MENGGUNAKAN METODE KANO DAN QFD

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi persyaratan untuk mencapai derajat sarjana S-1

Oleh:

ANANG YANUAR SETIA BUDI

E12.2011.00500

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SEMARANG

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Syukur Kehadirat Allah SWT, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas limpahan karunia nikmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir yang berjudul “PENGEMBANGAN DESAIN KEMASAN PUPUK ORGANIK CAIR

MENGGUNAKAN METODE KANO DAN QFD”. Oleh karena itu penulis

menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Dr. Ir Edi Noersasongko, M.Kom, selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

2. Dr. Yuliman Purwanto, M.Eng. selaku Dekan Fakultas Teknik.

3. Dr. Rudi Tjahyono, M.M. selaku Ketua Program Studi Teknik Industri. 4. Jazuli, S.T, M.Eng. sekalu pembimbing I yang telah membantu penulisan

dan membimbing dalam menjabarkan metode secara detail.

5. Ratih Setyaningrum, MT. selaku pembimbing II yang dengan sabar memberikan bimbingan pada penulis terkait dengan penelitian penulis 6. Dosen-dosen pengampu di Program Studi Teknik Industri Universitas Dian

Nuswantoro Semarang yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya masing-masing, sehingga penulis dapat mengimplementasikan ilmu yang telah disampaikan.

7. Terimakasih untuk Pengelola Bio-Digester dan Masyarakat Desa Jlegong, Temanggung.

(5)
(6)

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

Halaman pengesahan ... ii

Lembar Pernyataan Keaslian Tugas Akhir ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi... vi

Daftar Gambar ... viiii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Lampiran ... xiii

Intisari ... xiv Abstract ... xv BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 4 1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

1.6 Keaslian Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Pupuk Organik ... 9

2.1.1 Produksi pupuk Organik Cair ... 9

2.2 Peranan Kemasan ... 10

2.2.1 Definisi Kemasan ... 10

2.2.2 Fungsi Kemasan ... 11

2.2.3 Faktor-Faktor Desain Kemasan ... 13

2.2.4 Aspek-Aspek Daya Tarik Kemasan ... 16

2.3 Plastik Sebagai Bahan Kemasan ... 17

2.3.1 Golongan Tipe Kemasan Plastik ... 18

(7)

vii

2.4.1 Pengertian Kualitas ... 23

2.4.2 Dimensi Kualitas ... 25

2.5 Kepuasan Konsumen ... 26

2.5.1 Perilaku Konsumen ... 26

2.5.2 Pengukuran Kepuasan Konsumen ... 26

2.5.3 Pengembangan Produk ... 28

2.6 Karakteristik Responden ... 29

2.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 30

2.8 KANO ... 31

2.9 Pengaplikasian Hasil Kano pada QFD ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

3.1 Observasi Awal ... 42

3.2 Kajian Pustaka ... 42

3.3 Pengumpulan Data 1 ... 42

3.3.1 Data Yang Dikumpulkan ... 42

3.3.2 Prosedur Pengumpulan Data ... 43

3.4 Pengujian Data Kuesioner Kano ... 44

3.5 Pengolahan Data Kuesioner Kano ... 45

3.6 Analisa Hasil Kano ... 45

3.7 Pengumpulan Data 2 ... 46

3.8 Pengujian Data QFD ... 46

3.9 Pengolahan Data QFD dan HOQ ... 47

3.10 Analisa Hasil QFD ... 47

3.11 Pembuatan Desain Kemasan ... 48

3.12 Kesimpulan dan Saran... 48

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Observasi Awal ... 49

(8)

viii

4.3 Hasil Evaluasi Kano ... 52

4.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 52

4.3.2 Evaluasi Kano ... 52

4.4 Hasil Perhitungan Metode Quality Function Deployment (QFD) ... 58

4.4.1 Identifikasi Masalah ... 58

4.4.2 Pengumpulan Data ... 59

4.4.3 Pengujian Data ... 61

4.4.4 Hasil rekap Tingkat Kepentingan dan Kepuasan ... 61

4.4.5 Penyusunan QFD Matrix ... 64

4.5 Penentuan Desain ... 85

4.5.1 Anthropometri ... 85

4.5.2 Uji Kecukupan Data Anthropometri ... 86

4.5.3 Uji Keseragaman Data Anthropometri ... 87

4.5.4 Perhitungan Persentil ... 88

4.5.5 Pemilihan Bahan ... 89

4.5.6 Perumusan Desain ... 89

4.5.7 Konten Dalam Label ... 98

4.6 Benchmarking ... 102

4.7 Analisis Investasi Kemasan Baru ... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

5.1 Kesimpulan ... 108

5.2 Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 110

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Segitiga Daur Ulang ... 19

Gambar 2.2 Botol Kemasan Pupuk ... 22

Gambar 2.3 Rumus Bivariate Person ... 30

Gambar 2.4 Rumus Cronbach Alpha ... 31

Gambar 2.5 Diagram Kano ... 32

Gambar 2.6 House Of Quality ... 38

Gambar 3.1 Flow Chart Tahapan Penelitian ... 41

Gambar 4.1 Diagram Kano ... 57

Gambar 4.2 House of Quality ... 83

Gambar 4.3 Grafik Keseragaman Data Anthropometri ... 88

Gambar 4.4 Usulan Desain Pertama ... 90

Gambar 4.5 Perbedaan Ketebalan Antar sisi... 91

Gambar 4.6 Sistematika Tutup dan Segel ... 92

Gambar 4.7 Usulan Desain Kedua ... 92

Gambar 4.8 Model Penutup Desain Kedua ... 93

Gambar 4.9 Penampakan Ketebalan ... 93

Gambar 4.10 Dimensi Usulan Desain Pertama 1 Liter ... 94

Gambar 4.11 Dimensi Usulan Desain Kedua 1 Liter ... 95

Gambar 4.12 Dimensi Usulan Desain Pertama 4 Liter ... 96

Gambar 4.13 Dimensi Usulan Desain Kedua 4 Liter ... 97

(10)

x

Gambar 4.15 Gambar Latar Belakang ... 99 Gambar 4.16 Konten Informasi... 102

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu ... 6

Tabel 2.1 Persyaratan Teknis Pupuk Organik Cair ... 10

Tabel 2.2 Tabel Evaluasi Model Kano ... 34

Tabel 2.3 Tabulasi Kuesioner ... 35

Tabel 4.1 Pengelompokkan Usia Responden ... 50

Tabel 4.2 Atribut dan Pernyataan Penyusun Kueioner ... 51

Tabel 4.3 Tabel Evaluasi Kano ... 52

Tabel 4.4 Tabulation of Survey Kebutuhan... 53

Tabel 4.5 Satisfaction and Dissatisfaction Index ... 56

Tabel 4.6 Pengelompokkan Berdasarkan Usia (QFD) ... 60

Tabel 4.7 Rekapan Data Tingkat Kepentingan ... 62

Tabel 4.8 Rekapan Data Tingkat kepuasan ... 63

Tabel 4.9 Nilai Tingkat Kepentingan ... 64

Tabel 4.10 Nilai Tingkat kepuasan ... 66

Tabel 4.11 Penentuan Nilai Goal (Target) ... 67

Tabel 4.12 K value ... 68

Tabel 4.13 Adjustment Factor ... 69

Tabel 4.14 Penentuan Nilai Improvement Ratio ... 70

Tabel 4.15 Penentuan Nilai Adjusted Improvement Ratio ... 71

Tabel 4.16 Penentuan Nilai Adjusted Importance... 72

(12)

xii

Tabel 4.18 Penentuan Nilai Absolute Importance... 77

Tabel 4.19 Korelasi Teknis ... 82

Tabel 4.20 Data Anthropometri ... 85

Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Persentil LTT... 88

Tabel 4.22 Psikologi Warna Usulan Pertama ... 100

Tabel 4.23 Psikologi Warna Usulan Kedua ... 101

Tabel 4.24 Hasil Perbandingan Skala Kepuasan... 103

Tabel 4.25 Nilai Investasi Alat... 104

Tabel 4.26 Nilai Depresiasi ... 104

Tabel 4.27 Nilai Bahan Baku Produksi ... 105

Tabel 4.28 Nilai Pinjaman... 105

Tabel 4.29 Nilai Omzet ... 106

Tabel 4.30 Nilai Omzet Per 1 Tahun ... 106

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Terbuka ... 113

Lampiran 2. Kuesioner Kano ... 117

Lampiran 3. Kuesioner QFD ... 121

Lampiran 4. Hasil Render Desain Usulan Pertama ... 128

Lampiran 5. Label Kemasan 4 Liter Usulan Pertama ... 129

Lampiran 6. Label Kemasan 1 Liter Usulan Pertama ... 130

Lampiran 7. Dimensi Kemasan Usulan Pertama 4 Liter... 131

Lampiran 8. Dimensi Kemasan Usulan Pertama 1 Liter... 132

Lampiran 9. Hasil Render Desain Usulan Kedua ... 133

Lampiran 10. Label Kemasan 1 Liter Usulan Kedua ... 134

Lampiran 11. Label Kemasan 4 Liter Usulan Kedua ... 135

Lampiran 12. Dimensi Kemasan Usulan Kedua 1 Liter ... 136

Lampiran 13. Dimensi Kemasan Usulan Kedua 4 Liter ... 137

Lampiran 14. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Kano... 138

(14)

xiv

INTISARI

Konsumsi pupuk organik di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan ditandai dengan melonjaknya jumlah permintaan yang signifikan dari 12,3 juta ton hingga 12,9 ton pada tahun 2011 sampai 2013. Oleh karena besarnya permintaan, banyak produsen baru yang ikut bersaing. Salah satunya, masyarakat desa Jlegong yang ingin mengemas pupuk organik cair hasil olahannya dengan kemasan yang baik dan menarik agar dapat menyamai pupuk organik cair dipasaran. Untuk membuat desain kemasan yang diinginkan, dibutuhkan pengidentifikasian dan pengembangan faktor-faktor yang dapat menjadi daya tarik bagi konsumen dengan menggunakan metode Kano dan QFD. Dasar dari pengidentifikasian dan pengembangan yang dilakukan bersumber dari 9 faktor bagaimana suatu kemasan dikatakan baik dijabarkan menjadi 18 pernyataan dalam 9 atribut ke dalam kuesioner Kano. Dari hasil Kano didapatkan 15 pernyataan dengan pengeliminasian 3 pernyataan yang bersifat indifferent. Berlanjut pada perhitungan metode QFD dengan mengolah 15 pernyataan pada kuesioner tingkat kepuasan dan kepentingan. Dari olahan tersebut dispesifikasi desain yang pertama yaitu berdasarkan nilai Absolute Importance (AI) atau nilai hubungan antara spesifikasi teknis dengan besarnya nilai pengaruh dari atribut sebesar 214,1 dan Absolute Weight (AW) atau nilai hubungan antara spesifikasi teknis dengan tingkat kepentingan dari pernyataan terhadap kemasan sebesar 132,4 diwujudkan pengembangan desain kemasan menggunakan biji plastik HDPE dengan sifat bahan yang ramah lingkungan dan berharga murah. Pengembangan yang kedua berdasarkan nilai AI sebesar 188,4 dan AW sebesar 188,7 diwujudkan dengan desain penebalan pada sisi atas dan bawah,. Pengembangan yang ketiga berdasarkan nilai AI sebesar 159,7 dan AW sebesar 107,7 diwujudkan dengan desain penutup yang menggabungkan dua model penutup yaitu cork dan screw dan penambahan karet.

(15)

xv

ABSTRACK

Consumption of organic fertilizer in Indonesia each year has increased. This marked by a surge in the number of significant demand from 12.3 million tons to 12.9 tons in 2011 to 2013. Because the demand too large, many new manufacturers get compete. One of them, the villagers Jlegong want to pack her product liquid organic fertilizer with good a packaging and absolutely attractive to be able to compete with the other organic fertilizer. To create a packaging design, we have to do identification and develope of the appeal factors from packaging to consumers using Kano and QFD. The basic from the identification and development are 9 factor of how a package is said good. And then from nine factors, its translated into 18 statements inside of 9 attributes into Kano. Hano result, the statement get elimination from 18 statement into 15 statement. It can happen because 3 statements including on indifferent category. Continue from result of Kano method, 15 statement from Level of satisfaction and level of important kuesioner are processed on QFD method. From the result of QFD processed, the first specification based on the value of Absolute Importance (AI). Its means the value of the relationship between the technical specifications of the magnitude of the effect of the attribute values of 214.1 and Absolute Weight (AW), its means the value of the relationship between the technical specifications to the importance of the statement to amounted to 132.4 manifested packaging development packaging design using HDPE plastic resin with the properties of materials that are environmentally friendly and low cost. The second developments from the future desaign is based on the value of AI at 188.4 and 188.7 of AW realized by thickening design on the top and bottom. The third development is based on the value of AI at 159.7 and 107.7 of AW realized with a cover design that combines two models, namely cork and screw cover and the addition of rubber.

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Unsur hara merupakan salah satu faktor yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan pupuk sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan produksi sudah sangat membudaya dan para petani telah menganggap bahwa pupuk dan cara pemupukan sebagai salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan usaha taninya. Dampak dari penggunaan pupuk anorganik menghasilkan peningkatan produktivitas tanaman yang cukup tinggi (anonim, 2015).

Kebutuhan pupuk baik organik maupun anorganik di Indonesia terus mengalami peningkatan, seiring dengan meningkatnya permintaan dari sektor perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit, karet, kakao, kopi, tebu, kapas, tembakau, jagung, padi dan masih banyak yang lain. Menurut survey yang dilakukan CDMI, tahun 2011 lalu kebutuhan pupuk organik mencapai 12,3 juta ton, tahun 2012 meningkat mencapai 12,6 juta ton dan tahun 2013 di prediksi mencapai 12,9 juta ton, hal yang sama juga terjadi dengan kebutuhan pupuk anorganik, terbesar adalah pupuk urea dengan tingkat konsumsi rata-rata diatas 70%, sehingga pupuk urea sangat sensitif terhadap harga dan sering mengalami kelangkaan (Muslim, 2015).

(17)

Kelancaran dalam pemenuhan pupuk pada usaha pertanian yang dirasa masih kurang, menjadikan usaha ini semakin berdaya saing, tetapi kenyataannya permasalahan yang sering dihadapi petani adalah kelangkaan pasokan pupuk dan harga yang tidak terjangkau di tingkat petani. Kekurangan pupuk dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi tidak normal sehingga menurunkan hasil panen petani atau bahkan terjadi gagal panen. Gagal panen inilah yang selanjutnya menjadi ancaman terhadap ketahanan pangan dan lebih jauh lagi akan menurunkan tingkat pendapatan petani (Nugroho, 2013).

Penelitian ini mengambil studi kasus pada desa Jlegong, Temanggung dimana masyarakatnya mengolah limbah kotoran sapi yang melimpah menjadi pupuk organik cair sebagai upaya mengatasi mahalnya harga pupuk dipasaran. Hasil yang didapat sebanyak kurang lebih 150 liter per hari, menjadikan pupuk organik cair sebagai sumber mata pencaharian sampingan untuk mereka. Namun masyarakat desa tersebut mempunyai kelemahan dimana pupuk organik cair yang mereka jual belum mempunyai kemasan sehingga menyebabkan konsumen ragu terhadap kualitas dan kurangnya minat untuk membeli. Hal tersebut membenarkan pernyataan bahwa perkembangan teknologi telah merubah fungsi kemasan. Hermawan Kartajaya, seorang pakar di bidang pemasaran mengatakan bahwa teknologi telah membuat packaging berubah fungsi, dulu orang bilang “Kemasan melindungi apa yang dijual. Sekarang kemasan menjual apa yang dilindungi” (Hermawan, 263).

(18)

Sebanyak 36% konsumen menilai bahwa keadaan kemasan pupuk organik cair yang ada saat ini masih kurang layak jika dinilai dari faktor keamanan, ekonomi, cara pendistribusian, komunikasi, ergonomi, estetika, identitas, promosi, dan lingkungan. Dari 64% konsumen, menyatakan setuju kemasan sudah layak. Akan tetapi pernyataan tersebut masih disertai dengan saran yang sebaiknya dilakukan seperti meningkatkan nilai keekonomisan kemasan, menambah informasi yang lengkap dan mudah dimengerti, desain bentuk yang tidak terlalu berlebihan dan ergonomis, dan visual yang menjelaskan tentang produk. Dari harga yang terjangkau, fungsi yang terpenuhi, dan tampilan kemasan yang menarik akan sangat berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan.

Keinginan dan kebutuhan konsumen merupakan alasan yang kuat untuk keharusan menciptakan inovasi maupun pengembangan kemasan suatu produk. Faktor yang memacu perkembangan desain dan model kemasan adalah gaya hidup masyarakat yang berkembang cepat, tuntutan akan kemasan dari produk yang tidak mempengaruhi isi dari kemasan produk tersebut. Produsen atau siapapun yang menghasilkan suatu produk harus dapat memberikan produk yang bermutu, layak digunakan sesuai fungsi, dan tentunya kemasannya melindungi produk agar tidak menimbulkan efek yang kurang baik. Dengan menghasilkan produk yang bermutu maka kepercayaan masyarakat atau konsumen akan meningkat dan produsen yang bersangkutan akan berkembang pesat.

(19)

Berdasarkan 2 pernyataan di atas bahwa “Produk bermutu mampu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen” dan “Sekarang kemasan menjual apa yang dilindungi”, maka strategi untuk meningkatkan daya beli produk pupuk organik cair hasil produksi Desa Jlegong, Temanggung dengan langkah awal yaitu melakukan pengembangan desain kemasan sesuai dengan minat dan daya tarik konsumen terhadap pupuk organik cair selama ini. Pengembangan desain kemasan pupuk organik cair akan penulis lakukan dalam penelitian berjudul “PENGEMBANGAN DESAIN KEMASAN

PUPUK ORGANIK CAIR MENGGUNAKAN METODE KANO DAN

QFD”.

1.2 Perumusan Masalah

Dengan latar belakang yang dituliskan di atas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah persepsi konsumen saat ini terhadap desain kemasan produk pupuk organik cair?

2. Apa sajakah atribut-atribut kemasan yang mempengaruhi konsumen dalam memilih produk pupuk organik cair?

3. Bagaimanakah desain kemasan produk pupuk organik cair yang inovatif dan sesuai dengan persepsi konsumen sehingga dapat meningkatkan daya saing produk pupuk organik cair dari desa Jlegong, Temanggung?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian yang akan dicapai adalah sebagai berikut:

(20)

pupuk organik cair.

2. Mengetahui atribut-atribut kemasan yang mempengaruhi konsumen dalam memilih produk pupuk organik cair.

3. Membuat desain kemasan pupuk organik cair yang inovatif dan seesuai dengan persepsi konsumen saat ini sehingga dapat meningkatkan daya saing produk pupuk organik cair dari desa Jlegong, Temanggung.

1.4 Manfaat Penelitian

Program ini diharapkan memberikan manfaat kepada berbagai pihak yang berkaitan dengan masalah ini antara lain:

1. Masyarakat Umum

Program ini diharapkan dapat memberi informasi, pengetahuan, dan kesadaran diri untuk lebih inovatif dan kreatif dalam mengembangkan desain kemasan produk berdasarkan costumer needs.

2. Peneliti

Bagi Mahasiswa, program ini dapat menjadi salah satu bentuk inspirasi aplikatif teknologi yang digunakan untuk membantu meningkatkan kualitas produk dari usaha kecil menengah.

3. Pemerintah

Program ini dapat dijadikan salah satu referensi landasan teori di dalam proses branding produk dari UKM maupun desa binaan pemerintah.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup pada produk pupuk cair prganik yang dihasilkan oleh masyarakat desa Jlegong, Temanggung. Adapun

(21)

penelitian ini dilakukan dengan batasan sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan berdasarkan persepsi konsumen terhadap produk pupuk organik cair yang sudah beredar di pasaran daerah Semarang. 2. Penelitian ditujukan untuk mendapatkan desain kemasan produk pupuk

organik cair yang baru, bukan pengembangan dari desain lama.

3. Penelitian dilakukan dengan mengambil data pada bulan Maret-Juni 2015 4. Visualisasi desain akhir berupa hasil render dari bantuan software desain.

1.6 Keaslian Penelitian

Pada Tabel 1.1 peneliti memaparkan penelitian terdahulu, sehingga dapat diketahui keaslian dan perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian lain.

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu

Penulis Judul Hasil Penelitian

Hana Catur Wahyuni, dkk - 2012

Aplikasi Metode Kano dan QFD dalam Desain Sepatu Wanita untuk Meningkatkan Daya Saing

Produk UKM

1. Konsumen telah puas dengan sepatu produk ukm tertutama yang berkaitan dengan 6 atribut 2. Atribut yang diinginkan konsumen pada produk sepatu UKM adalah kualitas yang lebih baik, kekuatan, harga, dan variasi desain dari sepatu.

Qurrata A’yunin, dkk - 2014

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Keripik Kentang Gizi Food

Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD)

1. Atribut Whats yang mempengaruhi kualitas keripik

2. Atribut respon teknis diperlukan untuk perbaikan.

Trisna, dkk

Strategi pengembangan produk susu kedelai

dengan penentuan karakteristik produk.

1. Knowledge management membantu

perusahaan dalam mengambil keputusan dalam pengembangan produk susu terhadap

karakteristik produk sangat penting terhadap peningkatan kepuasan pelanggan.

(22)

Lanjutan Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu

Penulis Judul Hasil Penelitian

Adila Md Hashim, Siti Zawiah Md Dawal,

2012

Integrasi Model Kano dan QFD untuk Pengembangan Desain

yang Ergonomi

1. Telah teridentifikasi dan diprioritaskan kemauan pengguna dan respon teknisnya dalam pengembangan dan modifikasi tempat

pembelajaran di sekolah berdasarkan penerapan ergonomi dalam desainnya

Kriswanto Widiawan - 2004

Pemetaan Preferensi Konsumen Supermarket

dengan metode kano berdasarkan dimensi

servqual

1. Harapan konsumen tentang fasilitas dan layanan supermarket menurut dimensi servqual yang dipetakan ke dalam kategori Kano

Dewi Aprilina, dkk

Analisis Atribut Produk yang Mempengaruhi

Kategori Kepuasan Konsumen dengan Metode Kano dan Root

Cause Analysis (Studi

Kasus di Citra Kendedes Cake and Bakery,

1. Atribut yang berpengaruh terhadap tingkat

kepuasan konsumen pada citra kendedes bakery berdasarkan metode Kano terbagi menjadi tiga kategori yaitu attractive , one dimensional , dan

indifferent

Tomi Erfando, 2011

Perancangan Desain Kemasan Transportasi

Buah Salak untuk Kebutuhan Ekspor dengan Metode Quality Function

Deployment

1. Rancangan desain kemasan untuk

pengiriman buah salak secara ekonomis dengan mengacu pada Voice of Customers

Dian Wijaya - 2009

Penentuan Karakteristik Produk Sebagai Bahan

Pertimbangan Dalam Perencanaan Pengembangan Produk

1. Karakteristik produk yang perlu dihadirkan pada produk adalah pencantuman gambar pada kemasan, tekstur tempe bertabur daun seledri, penambahan rasa dan bentuk keripik.

Sumber : Olah data, 2015

Tabel Keaslian di atas digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian diantaranya dalam menentukan atribut awal dalam desain, menentukan penentuan langkah perhitungan menggunakan metode Kano dan QFD dalam merangkum keinginan konsumen, dan menarik kesimpulan.

(23)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pupuk Organik

Unsur hara merupakan salah satu faktor yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan pupuk sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan produksi sudah sangat membudaya dan para petani telah menganggap bahwa pupuk dan cara pemupukan sebagai salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan usaha taninya. Dampak dari penggunaan pupuk anorganik menghasilkan peningkatan produktivitas tanaman yang cukup tinggi. Namun penggunaan pupuk anorganik dalam jangka yang relatif lama umumnya berakibat buruk pada kondisi tanah. Tanah menjadi cepat mengeras, kurang mampu menyimpan air dan cepat menjadi asam yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas tanaman.

Pupuk organik menjadi alternatif pengganti pupuk anorganik karena merupakan pupuk yang lengkap terkait dengan kandungan unsur makro dan mikro meskipun dalam jumlah sedikit. Penggunaan pupuk organik baik pupuk kandang maupun kompos selama ini diyakini dapat mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh pupuk anorganik. Pupuk organik ini diolah dari bahan baku berupa kotoran ternak, kompos, limbah alam, hormon tumbuhan dan bahan-bahan alami lainnya yang diproses secara alamiah selama 4 bulan.

(24)

2.1.1 Produksi Pupuk organik cair

Seperti halnya untuk pupuk organik padat, maka Kepmen No. 70/2011 juga memberikan standar persyaratan teknis untuk pupuk organik cair (Tabel 2.1). Jumlah karbon organik minimal dalam pupuk organik cair adalah 6%. Tidak ada ketentuan jumlah yang disyaratkan bagi nilai rasio C/N, bahan ikutan dan kadar air. Jumlah maksimal kandungan logam berat sama dengan yang dipersyaratkan terhadap pupuk organik padat. Demikian pula dengan persyaratan pada pH, kadar total NPK, unsur mikro dan mikroba patogen. Pembuatan pupuk organik cair menggunakan urine sapi 20 liter, membutuhkan bahan lain berupa gula merah 1 kg atau tetes tebu 1 liter. Selain itu disiapkan segala jenis empon-empon (lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, brotowali) masing-masing ½ kg. Juga disiapkan air rendaman kedelai 1 gelas atau urea 1 sendok makan. Mikroba atau bakteri bdekomposer yang digunakan adalah EM-4 sebanyak 50 cc yang dilarutkan secara merata dalam air 4 liter. Proses produksi diawali dengan penggilingan empon-empon ditumbuk yang kemudian direbus sampai mendidih. Setelah dingin rebusan empon-empon ini dicampur dengan semua bahan yang lain. Masukkan ke dalam jerigen dan ditutup rapat dan didiamkan selama 3 minggu. Setiap 1 hari sekali tutup dibuka untuk membuang gas yang dihasilkan.

(25)

Tabel 1.1 Persyaratan Teknis Pupuk Organik Cair

Sumber: Sinar Tani, 2013

Adapula pupuk organik cair yang diproduksi menggunakan instalasi biogass. Pada instalasi ini, diolah limbah kotoran sapi menjadi 3 bentuk yaitu gas sebagai bahan bakar, pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Untuk gas setiap harinya dapat dihasilkan sejumlah 1,44m3/hari, sedangkan untuk pupuk padat sejumlah 12,8 kg/hari dan pupuk organik cair sebanyak 200,4 kg/hari.

2.2 Peranan Kemasan

2.2.1 Definisi Kemasan

Kemasan dapat didefinisikan sebagai seluruh kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus atau kemasan suatu produk. Kemasan meliputi tiga hal, yaitu merek, kemasan itu sendiri dan label. Ada tiga alasan utama untuk melakukan pembungkusan, yaitu:

1. Kemasan memenuhi syarat keamanan dan kemanfaatan. Kemasan melindungi produk dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen. Produk-produk yang dikemas biasanya lebih bersih, menarik dan

(26)

tahan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cuaca.

2. Kemasan dapat melaksanakan program pemasaran. Melalui kemasan identifikasi produk menjadi lebih efektif dan dengan sendirinya mencegah pertukaran oleh produk pesaing. Kemasan merupakan satu-satunya cara perusahaan membedakan produknya.

3. Kemasan merupakan suatu cara untuk meningkatkan laba perusahaan.Oleh karena itu perusahaan harus membuat kemasan semenarik mungkin. Dengan kemasan yang sangat menarik diharapkan dapat memikat dan menarik perhatian konsumen. Selain

itu, kemasan juga dapat mangurangi kemungkinan kerusakan barang dan kemudahan dalam pengiriman.

2.2.2 Fungsi Kemasan

Hermawan Kartajaya, seorang pakar di bidang pemasaran mengatakan bahwa teknologi telah membuat packaging berubah fungsi, dulu orang bilang “Packaging protects what it sells (Kemasan melindungi apa yang dijual).” Sekarang, “Packaging sells what it protects (Kemasan menjual apa yang dilindungi).” Dengan kata lain, kemasan bukan lagi sebagai pelindung atau wadah tetapi harus dapat menjual produk yang dikemasnya.

Perkembangan fungsional kemasan tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Sekarang ini kemasan sudah berfungsi sebagai media komunikasi. Misalnya pada kemasan susu atau makanan bayi seringkali dibubuhi nomor telepon toll-free atau bebas pulsa. Nomor ini bisa dihubungi oleh konsumen tidak hanya untuk complain, tetapi juga sebagai

(27)

pusat informasi untuk bertanya tentang segala hal yang berhubungan dengan produk tersebut.

Kemasan juga dapat berfungsi untuk mengkomunikasikan suatu citra tertentu. Contohnya, produk-produk makanan Jepang. Orang Jepang dikenal paling pintar membuat kemasan yang bagus. Permen Jepang seringkali lebih enak dilihat daripada rasanya. Mereka berani menggunakan bahan-bahan mahal untuk membungkus produk yang dijual. Walaupun tidak ada pesan apa-apa yang ditulis pada bungkus tersebut, tapi kemasannya mengkomunikasikan suatu citra yang baik.

Semua produk yang dijual di pasar swalayan harus benar-benar direncanakan kemasannya dengan baik. Karena produk dalam kategori yang sama akan diletakkan pada rak yang sama. Jika produsen ingin meluncurkan suatu produk baru, salah satu tugas yang penting adalah membuat kemasannya stands out, lain daripada yang lain dan unik. Kalau tidak terkesan berbeda dengan produk lain, maka produk baru itu akan “tenggelam”. Sebelum mencoba isinya, konsumen akan menangkap kesan yang dikomunikasikan oleh kemasan. Dengan demikian kemasan produk baru tersebut harus mampu “beradu” dengan kemasan produk lain. Dengan melihat fungsi kemasan yang sangat penting, maka konsep fungsional pengemasan harus mencakup seluruh proses pemasaran dari konsepsi produk sampai kepemakai akhir.

(28)

2.2.3 Faktor-Faktor Desain Kemasan

Kemasan yang baik dan akan digunakan semaksimal mungkin dalam pasar harus mempertimbangkan dan dapat menampilkan beberapa faktor, antara lain sebagai berikut.

1. Faktor pengamanan

Kemasan harus melindungi produk terhadap berbagai kemungkinan yang dapat menjadi penyebab timbulnya kerusakan barang, misalnya: cuaca, sinar matahari, jatuh, tumpukan, kuman, serangga dan lain-lain. Contohnya, kemasan biskuit yang dapat ditutup kembali agar kerenyahannya tahan lama.

2. Faktor ekonomi

Perhitungan biaya produksi yang efisien termasuk pemilihan bahan, sehingga biaya tidak melebihi proporsi manfaatnya. Contohnya, produk-produk refill atau isi ulang, produk-produk susu atau makanan bayi dalam karton, dan lain-lain.

3. Faktor pendistribusian

Kemasan harus mudah didistribusikan dari pabrik ke distributor atau pengecer sampai ke tangan konsumen. Di tingkat distributor, kemudahan penyimpanan dan pemajangan perlu dipertimbangkan. Bentuk dan ukuran kemasan harus direncanakan dan dirancang sedemikian rupa sehingga tidak sampai menyulitkan peletakan di rak atau tempat pemajangan.

(29)

4. Faktor komunikasi

Sebagai media komunikasi kemasan menerangkan dan mencerminkan produk, citra merek, dan juga bagian dari produksi dengan pertimbangan mudah dilihat, dipahami dan diingat. Misalnya, karena bentuk kemasan yang aneh sehingga produk tidak dapat “diberdirikan”, harus diletakkan pada posisi “tidur” sehingga ada tulisan yang tidak dapat terbaca dengan baik; maka fungsi kemasan sebagai media komunikasi sudah gagal.

5. Faktor ergonomi

Pertimbangan agar kemasan mudah dibawa atau dipegang, dibuka dan mudah diambil sangatlah penting. Pertimbangan ini selain mempengaruhi bentuk dari kemasan itu sendiri juga mempengaruhi kenyamanan pemakai produk atau konsumen. Contohnya,bentuk botol minyak goreng Tropical yang pada bagian tengahnya diberi cekungan dan tekstur agar mudah dipegang dan tidak licin bila tangan pemakainya terkena minyak.

6. Faktor estetika

Keindahan pada kemasan merupakan daya tarik visual yang mencakup pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek atau logo, ilustrasi, huruf, tata letak atau layout, dan maskot . Tujuannya adalah untuk mencapai mutu daya tarik visual secara optimal.

(30)

7. Faktor identitas

Secara keseluruhan kemasan harus berbeda dengan kemasan lain, memiliki identitas produk agar mudah dikenali dan dibedakan dengan produk-produk yang lain.

8. Faktor promosi

Kemasan mempunyai peranan penting dalam bidang promosi, dalam hal ini kemasan berfungsi sebagai silent sales person. Peningkatan kemasan dapat efektif untuk menarik perhatian konsumen-konsumen baru.

9. Faktor lingkungan

Kita hidup di dalam era industri dan masyarakat yang berpikiran kritis. Dalam situasi dan kondisi seperti ini, masalah lingkungan tidak dapat terlepas dari pantauan kita. Trend dalam masyarakat kita akhir-akhir ini adalah kekhawatiran mengenai polusi, salah satunya pembuangan sampah. Salah satunya yang pernah menjadi topik hangat adalah styrofoam. Pada tahun 1990 organisasi-organisasi lingkungan hidup berhasil menekan perusahaan Mc Donalds untuk mendaur ulang kemasan-kemasan mereka. Sekarang ini banyak perusahaan yang menggunakan kemasan-kemasan yang ramah lingkungan (environmentally friendly), dapat didaur ulang (recyclable ) atau dapat dipakai ulang (reusable).

Faktor-faktor ini merupakan satu kesatuan yang sangat vital dan saling mendukung dalam keberhasilan penjualan, terlebih di masa

(31)

sekarang dimana persaingan sangat ketat dan produk dituntut untuk dapat menjual sendiri. Penjualan maksimum tidak akan tercapai apabila secara keseluruhan penampilan produk tidak dibuat semenarik mungkin. Keberhasilan penjualan tergantung pada citra yang diciptakan oleh kemasan tersebut. Penampilan harus dibuat sedemikian rupa agar konsumen dapat memberikan reaksi spontan, baik secara sadar ataupun tidak. Setelah itu, diharapkan konsumen akan terpengaruh dan melakukan tindakan positif, yaitu melakukan pembelian di tempat penjualan.

2.2.4 Aspek-Aspek Daya Tarik Kemasan

Menurut penelitian, dari seluruh kegiatan penginderaan manusia, 80 % adalah penginderaan melalui penglihatan atau kasatmata (visual). Karena itulah, unsur-unsur grafis dari kemasan antara lain: warna, bentuk, merek, ilustrasi, huruf dan tata letak merupakan unsur visual yang mempunyai peran terbesar dalam proses penyampaian pesan secara kasatmata (visual communication). Agar berhasil, maka penampilan sebuah kemasan harus mempunyai daya tarik. Daya tarik pada kemasan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. Daya Tarik Visual (Estetika)

Daya tarik visual mengacu pada penampilan kemasan yang mencakup unsur-unsur grafis yang telah disebutkan sebelumnya. Semua unsur grafis tersebut dikombinasikan untuk menciptakan suatu kesan untuk memberikan daya tarik visual secara optimal.

(32)

2. Daya Tarik Praktis (Fungsional)

Daya tarik praktis merupakan efektivitas dan efisiensi suatu kemasan yang ditujukan kepada konsumen maupun distributor. Misalnya, untuk kemudahan penyimpanan atau pemajangan produk.

2.3 Plastik Sebagai Bahan Kemasan

Bahan pembuat plastik dari mminyak dan gas sebagai sumber alami, dalam perkembangannya digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan ekstruksi (Syarief, 1989). Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah ,monomer, yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersenut dikelompokkan bersama-sama dalam pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar (Syarief, et al., 1988).

Proses polimerisasi yang menghasilkan polimer berantai lurus mempunyai tingkat polimerisasi yang rendah dan kerangka dasar yang mengikat antar atom karbon dan ikatan antar rantai lebih besar daripada rantai hidrogen. Flinn dan Trojan (1975) Bahan yang dihasilkan dengan tingkat polimerisasi rendah bersifat kaku dan keras (Nurminah, 2002).

Bahan kemasan plastik yang dibuat dan disusun melalui proses yang disebabkan polimerisasi menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun sambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer.

(33)

Kemasan plastik memiliki beberapa keunggulan yaitu sifatnya kuat tapi ringan, inert, tidak karatan, dan bersifat termoplastis (heat seal) serta dapat diberi warna. Kelemahan zat ini adalah adanya zat-zat monomer dan moleku kecil lain yang terkandung dalam plastik yang dapat melakukan migrasi ke dalam bahan makanan yang dikemas. Berbagai jenis bahan kemasan lemas seperti polietilen, polipropilen, nilon poliester dan film vinil dapat digunakan secara tunggal untuk membungkus makanan atau dalam bentuk lapisan dengan bahan lain yang direkatkan bersama. Kombinasi ini disebut laminasi. Sifat-sifat yang dihasilkan oleh kemasan laminasi dari dua atau lebih film dapat memiliki sifat yang unik.

2.3.1 Golongan tipe kemasan plastik

Arti kode label kemasan plastik sudah seharusnya kita kenal. Dengan mengenal kode dan label pada kemasan plastik kita dapat menggunakan kemasan plastik dengan tepat dan meminimalisir dampak negatif plastik pada kesehatan maupun dampak pada lingkungan. Setiap kemasan plastik, seharusnya memiliki kode atau label yang tertera dengan jelas. Biasanya terletak di bagian bawah kemasan plastik. Kode atau label pada kemasan plastik berbentuk gambar segitiga daur ulang (3 R) dengan angka di tengahnya. Kode dan label selengkapnya sebagai berikut:

(34)

Gambar 2.1 Segitiga Daur Ulang

Sumber: Anonim, 2015

1. PETE atau PET (polyethylene terephthalate)

Kemasan plastik ini diberi label atau kode angka “1″ dalam segitiga. Kode ini biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih, transparan, tembus pandang seperti botol air minuman kemasan, minyak goreng, selai peanutbutter, kecap, dan sambal. Kemasan dengan kode ini direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan dipakai untuk menyimpan air hangat apalagi panas. Bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat apalagi panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) dalam jangka panjang.

2. HDPE (high density polyethylene)

Plastik dengan label angka “2″ dalam segitiga. Kode ini biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, tupperware, galon air minum, kursi lipat, dan lain-lain. HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya. Kemasan

(35)

berlabel HDPE direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian karena proses pelepasan senyawa antimoni trioksida akan terus meningkat seiring waktu.

3. V atau PVC (polyvinyl chloride)

Kemasan plastik berlabel angka “3″ dalam segitiga. Plastik berbahan PVC (polyvinyl chloride) merupakan plastik yang paling sulit didaur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC (polyvinyl chloride) berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan. 4. LDPE (low density polyethylene)

Plastik jenis ini mempunyai kode angka “4″ dalam segitiga. Kemasan plalstik berbahan LDPE (low density polyethylene) biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan kode ini dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang ini bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan.

(36)

5. PP (polypropylene)

Kemasan ini berlabel angka “5″ dalam segitiga. Kemasan berbahan PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama sebagai tempat makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum (termasuk botol minum untuk bayi). Karakteristik kemasn plastik dari bahan polypropylene adalah transparan yang tidak jernih atau berawan tapi tembus cahaya, serta tahan terhadap bahan kimia, panas dan minyak. 6. PS (polystyrene)

Kemasan ini berlabel angka 06 dalam segitiga dan biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China.

7. Other

Kemasan ini berlabel angka 7 dalam segitiga. Kemasan plastik ini biasanya terbuat dari SAN (styrene acrylonitrile), ABS (acrylonitrile butadiene styrene), PC (polycarbonate), dan Nylon. Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol

(37)

minum olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastik kemasan. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. Biasanya terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi, dan sikat gigi, sedangkan ABS biasanya digunakan sebagai bahan mainan lego dan pipa. PC (Polycarbonate) dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita (sippy cup), botol minum polikarbonat, dan kaleng kemasan makanan dan minuman, termasuk kaleng susu formula.

Untuk tipe plastik yang biasa digunakan untuk kemasan pupuk cair yang beredar di pasaran adalah botol HDPE dengan kode nomor 2. Kemasan yang ada dipasaran terdapat beragam ukuran, mulai dari 50 ml, 100ml, 250ml, 500ml, hingga 1000ml.

Gambar 2.2 Botol Kemasan Pupuk Cair

(38)

Botol HDPE ini banyak digunakan untuk kawasan pertanian dan perkebunan, yang berfungsi sebagai botol penyimpanan Chemical, Pupuk Organik, Insektisida, Pestisida dan Herbisida. Botol yang biasa digunakan mempunyai dua lapis penutup yaitu tutp botol luar dan dalam.

2.4 Konsep Kualitas

2.4.1 Pengertian Kualitas

Pengertian atau makna atas konsep kualitas telah diberikan oleh banyak pakar dengan berbagai sudut pandang yang berbeda, sehingga menghasilkan definisi definisi yang berbeda pula. Goesth dan Davis yang dikutip Tjiptono, mengemukakan bahwa kualitas diartikan “sebagai suatu kondisi dinamis dimana yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.”(Tjiptono, 2004:51). Kemudian Triguno juga mengungkapkan hal yang senada tentang kualitas, yang dimaksud dengan kualitas adalah, “Suatu standar yang harus dicapai oleh seseorang atau kelompok atau lembaga atau organisasi mengenai kualitas sumber daya manusia, kualitas cara kerja, proses dan hasil kerja atau produk yang berupa barang dan jasa” (Triguno, 1997:76). Pengertian kualitas tersebut menunjukan bahwa kualitas itu berkaitan erat dengan pencapaian standar yang diharapkan.

Berbeda dengan Lukman dan Nur, jika Lukman (2000) mengartikan kualitas adalah “sebagai janji pelayanan agar yang dilayani

(39)

itu merasa diuntungkan. Dan, Nur (2005) Mengatakan “Kualitas suatu produk berkaitan dengan bentuk, warna, dan dapat pula dikaitkan dengan seni. Karena kualitas selalu dikaitkan dengan selera konsumen dan kepuasan pelanggan. ”Kemudian Ibrahim melihat bahwa kualitas itu “sebagai suatu strategi dasar bisnis yang menghasilkan barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen internal dan eksternal, secara eksplisit maupun implisit” (Ibrahim, 1997:1).

Pengertian yang lebih rinci tentang kualitas diberikan oleh Tjiptono, setelah melakukan evaluasi dari definisi kualitas beberapa pakar, kemudian Tjiptono menarik 7 (tujuh) definisi yang sering dikemukakan terhadap konsep kualitas, definisi-definisi kualitas menurut Tjiptono tersebut, adalah sebagai berikut:

1. Kesesuaian dengan persyaratan atau tuntutan; 2. Kecocokan untuk pemakaian;

3. Perbaikan atau penyempurnaan berkelanjutan: 4. Bebas dari kerusakan atau cacat;

5. Pemenuhuan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan setiap saat; 6. Melakukan segala sesuatu secara benar semenjak awal; dan 7. Sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan (Tjiptono,1997:2). Dari pengertian tersebut tampak bahwa, disamping kualitas itu menunjuk pada pengertian pemenuhan standar atau persyaratan tertentu, kualitas juga mempunyai pengertian sebagai upaya untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan secara terus menerus dalam pemenuhan

(40)

kebutuhan pelanggan sehingga dapat memuaskan pelanggan.

2.4.2 Dimensi Kualitas

Berdasarkan perspektif kualitas, Garvin (Yamit, 2001) mengembangkan kualitas ke dalam delapan dimensi nyang dapat digunakan sebagai dasr perencanaan strategis terutama bagi perusahaan manufaktur. Kedelapan dimensi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Performance (kinerja), yaitu karakteristik pokok dari suatu produk 2. Features, yaitu karakteristik pelengkap atau tambahan.

3. Reliability (kehandalan), yaitu memungkinkan tingkat kegagalan pemakaian.

4. Conformance (kesesuaian), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

5. Durability (daya tahan), yaitu berapa lama produk itu terus digunakan.

6. Serviceability, yaitu meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, kemudahan dalam pemeliharaan dan penanganan keluhan yang memuaskan.

7. Estetika, yaitu menyangkut corak, rasa, dan daya tarik produk. 8. Perceived, yaitu menyangkut citra dan reputasi produk serta

(41)

2.5 Kepuasan Konsumen

2.5.1 Perilaku Konsumen

Pembuatan keputusan untuk membeli suatu produk oleh konsumen itu berbeda-beda. Assael dalam Kotler (1996) membedakan ke dalam empat tipe perilaku membeli konsumen, yaitu:

1. Perilaku membeli yang kompleks dimana para konsumen menjalani atau menempuh suatu proses membeli yang kompleks dan bila mereka semakin terlibat dalam kegiatan membeli dan menyadari perbedaanpenting diantara beberapa merek produk yang ada.

2. Perilaku membeli mengurangi keragu-raguan, kadang-kadang konsumen sangat terlibat dalam kegiatan membeli sesuatu tapi dia hanya melihat sedikit perbedaan dari merek.

3. Perilaku membeli berdasarkan kebiasaan yaitu perilaku konsumen yang tidak melalui sikap atau kepercayaan atau rangkaian perilaku biasa atau konsumen kurang terliabat dlama membeli dan tidak terdapat perbedaan nyata antar merek.

4. Perilaku membeli yang mencari keragaman yaiotu keterlibatan konsumen rendah tapi ditandai oleh perbedaan merek yang nyata.

2.5.2 Pengukuran Kepuasan konsumen

Pengertian kepuasan atau ketidakpuasan konsumen menurut Day (Pamungkas, 2006) adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian atau diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang

(42)

dirasakan setelah pemakaiannya, sedangkan menurut Kotler, dkk (Pamungkas, 2006) kepuasan konsumen adalah tingkat persaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan sebanding dengan harapannya.

Kotler (Pamungkas, 2006) mengidentifikasi 4 (empat) metode pengukuran kepuasan konsumen yaitu:

1. Sistem keluhan dan saran

Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan (customer oriented) perlu memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk menyampaikan saran, pendapat dan keluhan mereka. Media yang digunakan dapat berupa kotak saran, kartu komentar, dan lain-lain.

2. Survey kepuasan pelanggan

Umumnya penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan dengan penelitian survei, baik melalui polling, telepon maupun wawancara langsung dari pelanggan dan juga memberikan tanda positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap pelanggan. 3. Ghost shopping

Cara lain untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah menyuruh orang yang berpura-pura menjadi pembeli dan melaporkan titik-titik kuat maupun titik lemah yang mereka alami selama membeli produk perusahaan dan produk perusahaan pesaing. Pembeli bayangan ini dapat juga melaporkan

(43)

suatu masalah untuk mengetahui apakah wiraniaga perusahaan menanganinya dengan baik.

4. Lost customer analysis

Dilakukan dengan cara perusahaan menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau berganti pemasok agar dapat diketahui penyebabnya. Selain itu perlu juga diamati tingkat kehilangan pelanggan, hal ini dapat menunjukkan bahwa perusahaan gagal memuaskan pelanggan.

2.5.3 Pengembangan Produk

Pengembangan produk merupakan sebuah upaya untuk senantiasa menciptakan produk baru dengan memperbaiki atau memodifikasi produk lama agar dapat memenuhi tuntutan pasar dan selera pelanggan. Pengembangan produk dapat pula dikatakan sebagai aktifitas kreatif dan merupakan lompatan imajinatif dari keadaan sekarang menuju keadaan yang terus lebih baik.

Menurut Phillip Kotler (2000:374) Pengembangan produk merupakan usaha perusahaan untuk meningkatkan penjualan dengan mengembangkan produk baru atau memperbaiki produk untuk pasar yang dikuasai sekarang.

Untuk melakukan pengembangan produk haruslah melalui tahapan-tahapan yang dapat mengendalikan resiko seminimal mungkin, karena dibutuhkan dana yang relatif besar dalam melakukan pengembangan produk. Menurut Kotler (2002:382-403) tahap-tahap yang dilakukan

(44)

terdiri dari 8 tahap, yaitu:

1. Penciptaan gagasan (idea generation) 2. Penyaringan gagasan (screening of idea)

3. Pengembangan dan pengujian konsep (concept development and testing)

4. Strategi pemasaran (marketing strategy) 5. Analisis usaha (business analysis)

6. Pengembangan produk (product development) 7. Uji coba pemasaran (marketing test)

8. Komersialisasi (Commerciacitation)

2.6 Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang dipilih yaitu responden yang memiliki pengetahuan tentang desain, kemasan produk, dan produk pupuk organik cair yang telah beredar di pasaran. Perhitungan jumlah responden yang harus mengisi kuesioner agar data mencukupi dan valid menggunakan persamaan Linier Time function (Umar 2015) sebagai berikut:

N = 𝑇−𝑡0

𝑡𝑖

Keterangan :

T : Waktu yang tersedia untuk penelitian. t0 : Waktu pengambilan sampel.

ti : Jumlah waktu yang digunakan responden untuk mengisi kuesioner.

(45)

2.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen kuesioner dalam sebuah penelitian memerlukan pengujian validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas diperlukan untuk menyatakan sejauh mana data yang ditampung pada suatu kuesioner akan mengukur apa yang ingin diukur (Umar, 2003). Validitas berhubungan dengan kenyataan dan tujuan pengukuran. Pengukuraan dikatakan valid jika tujuannya nyata dan benar, tidak valid artinya memberikan hasil ukuran menyimpang dari tujuan. Suatu instrumen dinyatakan valid jika nilai r hitung > r tabel. Pengujian dilakukan dengan menggunakan software SPSS yang secara umum didasarkan pada korelasi Bivariate Pearson dan Correlated Item-Total Corelation. Cara kerja metode Bivariate Pearson adalah dengan mengkorelasikan nilai setiap pertanyaan dengan nilai total atau penjumlahan dari semua item, sedangkan Correlated Item-Total Corelation dilakukan dengan mengkorelasikan nilai masing-masing pertanyaan dengan nilai total (Jogiyanto, 2008). Rumus Bivariate Pearson adalah :

Gambar 2.3 Rumus Bivariate Pearson

Sumber: Jogiyanto,2008

Pengujian reliabilitas diperlukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran konsisten jika alat ukur yang digunakan berulangkali (Umar,

(46)

2003). Reliabilitas menunjukkan akurasi dan konsistensi dari pengukurnya. Konsisten artinya pengukuran yang dilakukan berulangkali terhadap suatu subjek yang sama didapatkan hasil yang tidak berbeda. Reliabilitas dapat diukur dengan Cronbach’s Alpha. Jika nilai Cronbach’s Alpha mendekati 1 maka reliabilitasnya semakin tinggi. Umumnya nilai reliabilitas adalah > 0,6. Rumus Cronbach’s Alpha adalah :

Gambar 2.4 Rumus Cronbach’s Alpha

Sumber: Jogiyanto, 2008

2.8 KANO

Dalam merencanakan suatu produk atau layanan, kita dapat membuat suatu daftar kebutuhan yang dapat membuat produk atau layanan tersebut sebisanya memuaskan calon pelanggan (customer). Menemui secara langsung pelanggan yang sudah ada atau mereka yang berpotensi untuk menjadi pelanggan, adalah cara yang baik untuk, memperoleh masukan tentang hal apa saja yang harus ada di dalam daftar keperluan dari pelanggan yang potensial tadi. Untuk mengetahuinya, kita harus melakukan penyelidikan terhadap setiap daftar kebutuhan yang dibuat sedetail mungkin untuk lebih memahami persyaratan apa yang benar-benar perlu ada dalam produk atau

(47)

layanan akhir. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis tersebut adalah metode kano yang ditemukan oleh Profesor Noriaki Kano dari Tokyo Rika University. Metode Kano membedakan antara tiga tipe dari persyaratan produk yang mempengaruhi kepuasan pelanggan terlihat pada gambar 2.5 di bawah ini.

Gambar 2.5 Diagram Kano

Sumber: Noriaki Kano, 1984

Dalam metode Kano, kategori dari suatu produk dapat dibedakan menjadi: 1. Bersifat Must-Be (Harus Ada)

Pelanggan tidak puas apabila kinerja dari atribut yang bersangkutan rendah. Tetapi kepuasan pelanggan tidak akan meningkat jauh diatas netral meskipun kinerja dari atribut tersebut tinggi.

2. Bersifat One-Dimensional (Satu Dimensi)

Tingkat kepuasan pelanggan berhubungan linier dengan kinerja atribut, sehingga kinerja atribut yang tinggi akan mengakibatkan tingginya kepuasan pelanggan pula.

(48)

3. Bersifat Attractive (Menarik)

Tingkat kepuasan pelanggan akan meningkat sangat tinggi dengan meningkatnya kinerja atribut. Akan tetapi penurunan kinerja atribut tidak akan menyebabkan penurunan tingkat kepuasan.

4. Reverse

Apabila tingkat kepuasan pelanggan berbanding terbalik dengan hasil kinerja atribut, Questionable Result apabila tingkat kepuasan pelanggan tidak dapat didefinisikan (terdapat kontradiksi pada jawaban pelanggan) atau Indifferent apabila tingkat kepuasan pelanggan tidak berpengaruh dari hasil kinerja atribut.

Kategori pelanggan tersebut akan berubah sesuai dengan perkembangan waktu. Dengan memperhatikan Model Kano, menuntut perusahaan menciptakan produk/jasa inovatif yang dapat menarik perhatian pelanggan diatas Must-be dan One dimensional. Strategi yang dapat diadopsi perusahaan adalah memproduksi produk/ jasa yang mempunyai attractive quality.

Strategi ini mengharuskan perusahaan memperhatikan bagaimana menciptakan attractive quality dalam proses pengembangan produk/jasa baru. Langkah-langkah pengembangan produk dengan menggunakan model Kano adalah :

1) Identifikasi ide/permintaan pelanggan atau menganalisa yang akan diukur. 2) Membuat Kuesioner Kano Dalam pembuatan Kuesioner yang

(49)

tersebut adalah setiap satu pertanyaan memiliki dua bagian yaitu functional dan disfunctional.

a. I like it that way (suka) b. It must be that way (harus) c. I am neutral (netral)

d. I can live with it that way (boleh) e. I dislike it that way (tidak suka)

Pertanyaan yang telah diuji terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Kelima variabel dalam Kano tersebut termasuk skala Likert, karena memiliki gradiasi dari sangat positif sampai sangat negatif.

Tabel 2.2 Tabel evaluasi Model Kano

Sumber: Trisna,dkk , 2015

Untuk setiap variabel tidak diberi skor dalam pengolahan datanya tetapi mengikuti langkah-langkah yang sesuai dengan Model Kano yaitu dengan menggunakan tabel evaluasi Kano pada Tabel 2.2.

3) Memproses hasil jawaban Kuisioner dengan menggunakan Tabulation of Surveys seperti terlihat pada Tabel 2.3, untuk memproses hasil jawaban tabel evaluasi kano pada Tabel 2.2.

(50)

4) Menganalisa hasil proses yaitu dengan memposisikan setiap atribut pertanyaan. Dari Tabel 1 dapat disimpulkan apakah kebutuhan pelanggan ini termasuk: A=Attractive (Menarik), M = Must-be (Harus Ada), O= Dimensional (Satu Dimensi), R= Reverse (Kebalikan), Q= Questionable (Diragukan) atau I = Indifferent (Biasa Saja). Dari semua responden yang ada dihitung hasil pengisian kuesioner tersebut untuk setiap pertanyaan. Kesimpulan diambil dari mayoritas jawaban yang dipilih.

Tabel 2.3 Tabulasi Kuesioner

Sumber : Trisna, dkk, 2015 5) Pengolahan Data

Perhitungan kuesioner dilakukan berdasarkan tabel evaluasi Kano. Masing masing pertanyaan yang diajukan kepada setiap responden ditentukan apakah termasuk kategori A, M, O, R, Q, atau I.

Setelah masing-masing jawaban pertanyaan dikonversi ke dalam bentuk AMORQI, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penghitungan jumlah masing-masing komponen A, M, O, R, Q, dan I untuk setiap pertanyaan. Dari 𝐼𝐵𝑇 = 𝐴+𝑂

𝐴+𝑂+𝑀+𝐼 , hasil yang telah kita peroleh ini, dapat pula kita

hitung koefisien kepuasan konsumen yaitu: A. Tingkat Kepuasan

(51)

dekat dengan nilai1 maka semakin mempengaruhi kepuasan konsumen, sebaliknya jika nilai mendekati ke 0 maka dikatakan tidak begitu mempengaruhi kepuasan konsumen.Tingkat kepusaan ditentukan dengan menghitung nilai if better than (IBT)

B. Tingkat kekecewaan

Jika nilai semakin mendekati angka 1 maka pengaruh terhadap kekecewaan konsumen semakin kuat, sebaliknya 𝐼𝑊𝑇 = 𝑀+𝑂

(𝐴+𝑂+𝑀+𝐼),

Tanda minus yang disimpan di depan koefisien tingkat kekecewaan konsumen adalah untuk menegaskan pengaruh negatif dari kepuasan konsumen pada kualitas produk yang tidak dipenuhi

2.9 Pengaplikasian Hasil KANO Pada QFD (Quality Function Deployment)

Wijaya (2011) menjelaskan bahwa Quality Function Deployment (QFD) merupakan pendekatan sistematik yang menentukan tuntutan permintaan pelanggan kemudian menerjemahkannya secara akurat kedalam desain teknis, manufaktur, dan perencanaan produksi yang tepat untuk memungkinkan organisasi melampaui harapan pelanggan. QFD pertama kali ditemukan oleh Prof.Yoji Akao pada tahun 1960, dan digunakan untuk mendukung dan melaksanakan filosofi TQM. Dalam QFD seluruh operasi perusahaan didorong oleh suara pelanggan, oleh karena itu tujuan produk atau jasa didasarkan pada tuntutan pelanggan tidak diinterpretasikan secara salah.

Tuntutan kepuasan pelanggan melalui suara yang diberikan pada model Kano berupa atribut penilaian dari setiap pengembangan yang ditawarkan. Dari pengembangan yang ditawarkan digolongkan menjadi 3 kategori dimana

(52)

ketiga kategori tersebut berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Ketiga kategori tersebut ialah Must be, One Dimensional, dan Attractive. Dalam Aktivitas pada QFD, dilakukan pemrioritasan kategori pengembangan yang akan dilakukan pada produk nantinya. Dari HOQ (House of Quality), yang merupakan bagian dari QFD nantinya akan mencocokkan karakteristik terpenting dari setiap spesifikasi yang ditawarkan oleh pendesain.

Aktivitas pada metode QFD adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan terhadap atribut produk atau jasa melalui penelitian terhadap pelanggan.

2. Menentukan kualitas yang dikehendaki melalui kebutuhan pelanggan sebelum masuk House of Quality.

3. Memberikan skala pada nilai Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kepuasan 4. Menentukan nilai K value, dimana nilai tersebut merupakan perwujudan

dari hasil metode Kano.

5. Menentukan nilai adjustment factor, dimana nilai ini merupakan nilai kepuasan dan kekecewaan pelanggan.

6. Menentukan nilai improvement ratio, dimana nilai ini yang menjadi ukuran derajat kepuasan pelanggan.

7. Menentukan nilai adjusted improvement ratio, dimana nilai ini yang memberikan hasil yang dapat dipertimbangkan dalam hasil akhir.

8. Menentukan nilai Adjustment Importance, dimana nilai ini dapat memberikan penjelasan yang jelas mengenai prioritas harapan yang paling diinginkan oleh konsumen

(53)

9. Mengidentifikasi nilai hubungan antara kebutuhan pelanggan dengan karakteristik pada Matriks Hubungan.

10. Mengidentifikasi hubungan antara sesama karakterisik teknis pada respon teknis.

11. Menghitung nilai Absolute Weight, nilai ini merupakan nilai yang memberikan informasi tentang karakteristik produk yang akan didesain. 12. Menghitung nilai Absolute Importance, nilai ini merupakan nilai yang

memberikan penjelasan tentang bagaimana produk baru nanti harus dikembangkan, berdasarkan hasil metode Kano.

Dalam proses QFD digunakan alat House of Quality yang menyerupai sebuah rumah yang memuat kebutuhan pelanggan dan dibagi-bagi seperti pada gambar berikut:

Gambar 2.6 House of Quality

(54)

Dalam Matriks QFD dan HOQ di atas spesifkasi desain ditentukan berdasarkan tiga nilai acuan, dimana yang pertama adalah nilai dari Adjustment Importance, Absolute Importance, dan hubungan antar spesifikasi teknis pada puncak berbentuk rumah. Pada kolom hubungan permintaan konsumen dengan spesifikasi desain, hubungan keduanya dilambangkan dengan simbol sebagai berikut :

= hubungan kuat = 9, = hubungan sedang = 3, ▲= hubungan lemah = 1 Pada kolom spesifikasi teknis, untuk menilai hubungan antara masing-masing spesifikasi teknis. Simbol yang digunakan untuk menggambarkan hubungannya adalah :

= hubungan kuat

(55)

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan berdasarkan masalah yang didapat dari hasil wawancara dengan pengelola. Masalah terjadi berawal dari melimpahnya hasil produksi pupuk cair yang tidak diimbangi dengan besarnya tingkat penjualan. Hasil produksi pupuk organik cair di desa Jlegong, Temanggung yang berbahan dasar kotoran sapi ini merupakan hasil output dari bio-digester. Bio-digester merupakan instalasi pengolahan limbah kotoran sapi dengan output utama merupakan gas metana yang digunakan untuk bahan bakar kompor gas. Selain gas metana, output tambahan lainnya yaitu pupuk organik cair dan pupuk padat. Pupuk organik cair yang dihasilkan setiap hari kurang lebih 150 liter, sedangkan pupuk padat sebanyak 9 kg.

Metodologi penelitian disini merupakan urutan langkah-langkah pengerjaan secara sistematis yang berguna membantu dalam menyelesaikan rumusan masalah dalam penelitian. Bab ini menguraikan langkah-langkah pendekatan seperti yang digambarkan pada gambar 3.1. Adapun jawaban yang nanti diperoleh diharapkan mampu dan bisa memenuhi tujuan penelitian sehingga dapat memberikan solusi terbaik terhadap masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya.

(56)

START

ANALISA HASIL QFD DAN HOQ

KESIMPULAN DAN SARAN

PENGUJIAN DATA KUESIONER QFD Uji Realibilitas dan Validitas (SPSS)

FINISH

PEMBUATAN DESAIN KEMASAN dan ANALISIS BENCHMARKING PERBANDINGAN DESAIN BARU

DENGAN DESAIN LAMA PENGUJIAN DATA KUESIONER KANO

Uji Realibilitas dan Validitas (SPSS)

OLAH DATA KUESIONER KANO Mengklasifikasikan atribut ke dalam

Model Diagram Kano PENGUMPULAN DATA 1

1. Kondisi kemasan pupuk cair organik yang dijual dipasaran(kuesioner) 2. Harapan pengembangan desain kemasan pupuk cair organik(kuesioner) 3. Penyebaran Kuesioner Kano mengenai desain kemasan Pupuk Cair Organik

Sumber: Wawancara, Pengamatan, dan Penyebaran Kuesioner OBSERVASI AWAL

Penentuan Tujuan Penelitian

KAJIAN PUSTAKA

1. Desain dan Atribut Kemasan yang baik 2. Cara membuat kuesioner

3. Pupuk cair organik 4. Bahan Kemasan 5. Dimensi Kualitas

ANALISA HASIL KANO Menentukan atribut yang mempunyai pengaruh terhadap kepuasan konsumen

PENGUMPULAN DATA 2

Penyebaran kuesioner tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen

OLAH DATA KUESIONER QFD DAN HOQ Pemrioritasan atribut yang diinginkan konsumen dalam

desain PERHITUNGAN K VALUE

K value memberikan pengaruh terhadap kepuasan melalui pemrioritasan atribut dalam QFD

Gambar 3.1 Flowchart Tahapan penelitian

(57)

3.1 Observasi Awal

Observasi awal dilakukan dengan merumuskan keinginan dari masyarakat di desa Jlegong, Temanggung tentang tujuan pembuatan kemasan untuk meningkatkan penjualan dan daya saing pupuk organik cair yang mereka produksi. Langkah ini dilakukan melalui wawancara langsung untuk menggali informasi mengenai harapan ke depan hingga spesifikasi teknis dari produk.

3.2 Kajian Pustaka

Kajian pustaka dilakukan untuk mendasari penelitian ini di dalam menentukan langkah-langkah dalam menggali informasi tentang desain kemasan yang dikembangkan. Adapun secara garis besar kajian yang dilakukan tentang desain dan atribut kemasan yang baik, cara membuat kuesioner dengan benar, penjelasan tentang pupuk organik cair, bahan kemasan, dan dimensi kualitas. Kajian pustaka dilakukan melalui jurnal, tugas akhir, website pertanian, dan studi penelitian sebelumnya.

3.3 Pengumpulan data 1

3.3.1 Data yang dikumpulkan

Data yang dibutuhkan pada tahap pengumpulan data 1 ini adalah: 1. Kondisi kemasan pupuk organik cair yang dijual dipasaran

2. Harapan konsumen terhadap pengembangan desain kemasan pupuk organik cair yang telah beredar di pasaran.

3. Penyebaran kuesioner Kano mengenai pengembangan desain kemasan pupuk organik cair.

(58)

3.3.2 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini melalui 3 (tiga) cara, yaitu:

1. Wawancara dengan konsumen baik itu penjual maupun pembeli. 2. Penyebaran kuesioner dengan karakteristik responden yang dipilih

yaitu responden yang mengerti tentang desain, kemasan produk, dan pupuk organik cair

3. Pengamatan langsung di lapangan.

4. Perhitungan jumlah responden yang dibutuhkan menggunakan metode Linier Time Function. (Umar, 2015)

N = 𝑇−𝑡0

𝑡𝑖 = 80−64

0,25 = 64 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛

Keterangan :

T : Waktu yang tersedia untuk penelitian. (Waktu yang tersedia sebanyak 2 minggu dengan hari efektif sebanyak 5 hari dengan waktu efektif sebanyak 8 jam) T = 8 jam/hari x 10 hari = 80 jam t0 : Waktu pengambilan sampel. ( Pengambilan sampel dilakukan selama 4 hari/minggu, dengan waktu efektif selama 8 jam/hari) t0 = 8 jam/hari x 8 hari = 64 jam

ti : Jumlah waktu yang digunakan responden untuk mengisi kuesioner. (Rata-rata setiap responden membutuhkan waktu sebanyak 15 menit untuk menyelesaikan pengisian) ti = 15 menit / 60 menit = 0,25 jam

Gambar

Gambar 4.15 Gambar Latar Belakang .................................................................
Tabel 1.1 Persyaratan Teknis Pupuk Organik Cair
Gambar 2.2 Botol Kemasan Pupuk Cair  Sumber: Gito, 2015
Gambar 2.5 Diagram Kano  Sumber: Noriaki Kano, 1984
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pupuk merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi tanaman. Pada penelitian ini pupuk cair organik dari limbah cair produksi tahu telah ditingkatkan kadar

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Hafizah(2012) mendapatkan hasil bahwa dengan pemberian pupuk organik cair mampu meningkatkan pertumbuhan dan mempercepat

Data pengamatan bobot kering biji per sampel kedelai dapat dilihat pada Lampiran 56 sampai 57 yang menunjukan bahwa perlakuan pupuk kandang sapi dan pupuk organik cair

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair dan dapat diperkaya

Penggunaan dosis pupuk organik cair 150 ml + pupuk anorganik 50% memberikan nilai tertinggi untuk tinggi tanaman, jumlah polong dan berat 100 biji, sedangkan untuk penambahan

Pemberian pupuk organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap serapan kadar hara, berat kering biomassa tanaman jagung, tetapi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman,besar

Sampah organik dari limbah rumah tangga dapat diolah menjadi pupuk padat maupun cair, sedangkan sampah anorganik seperti, botol, plastik dll dapat di reuse ataupun di recycle

Pupuk organik yang berbentuk cair pada umumnya disebut POC (pupuk orgaik cair). Pupuk organik cair sendiri dapat dibuat dengan dua cara yaitu dengan sistem aerasi atau non