• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2015"

Copied!
227
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KESEHATAN

KABUPATEN JEPARA

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan limpahan-Nya buku Profil Kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015 telah dapat diterbitkan sebagai salah satu keluaran dari upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi kesehatan dan gambaran hasil berbagai program yang telah dilaksanakan di Kabupaten Jepara. Profil ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian Visi Kabupaten Jepara Sehat yang merupakan salah satu modal dasar bagi tercapainya Visi Indonesia Sehat. Profil Kesehatan tahun 2015 ini diterbitkan berdasarkan petunjuk teknis penyusunan profil kesehatan dari Provinsi Jawa Tengah dan kami menyadari bahwa belum semua isinya sesuai dengan yang diharapkan.

Data yang digunakan dalam proses penyusunan buku profil kesehatan tahun 2015 ini bersumber dari berbagai sektor kesehatan maupun diluar sektor kesehatan. Data sebagian besar berasal dari data kesehatan yang ada dalam Puskesmas di Kabupaten Jepara. Agar data yang diperoleh valid, maka data yang berasal dari puskesmas di uji silang dengan data dari pemegang program dan sumber yang lain. Data di tingkat Kabupaten Jepara melibatkan pula lintas sektor diantaranya Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta maupun Sarana Kesehatan swasta lainnya.

Harapan kami kedepan profil kesehatan Kabupaten Jepara menjadi lebih baik lagi dan lebih bermanfaat. Selanjutnya diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan data atau informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan.

Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Jepara kami sampaikan terima kasih.

JABATAN PARAF

SEKRETARIS DAERAH ASISTEN...

KEPALA DINAS KESEHATAN SEKRETARIS

KASUBAG ...

DINAS KESEHATAN

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara

dr. DWI SUSILOWATI, M.Kes NIP. 19610525 198912 2 001

(3)

iii

DAFTAR ISI

Halaman Halaman judul... Kata pengantar... Daftar isi... Daftar tabel... BAB I . PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Sistematika Penyajian... BAB II. GAMBARAN UMUM KABUPATEN JEPARA... A. Kondisi Wilayah... 1. Keadaan Geografis dan Administrasi Kabupaten Jepara... 2. Kondisi Topografi... B. Kependudukan... 1. Pertumbuhan Penduduk... 2. Kepadatan Penduduk... 3. Rasio Jenis Kelamin Penduduk... 4. Komposisi Penduduk menurut golongan umur... 5. Angka Beban Tanggungan... C. Keadaan Pendidikan... BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN...

A. Angka Kematian... 1. Angka Kematian Neonatal (AKN)... 2. Angka Kematian Bayi (AKB)... 3. Angka Kematian Balita (AKABA)... 4. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)... B. Angka Kesakitan...

1. Tuberkulosis (TB)... 2. Persentase Balita dengan pneumonia... 3. Prevalensi HIV/AIDS... 4. Jumlah Kasus Sifilis... 5. Persentase Balita dengan Diare Ditangani... 6. Persentase Penderita Kusta... 7. Angka AFP (Accute Flaccid Paraliysis)... 8. Jumlah Kasus dan Angka Penyakit yang Dapat Dicegah

Dengan Imunisasi (PD3I)... a. Tetanus Neonatarum... i ii iii vii 1 1 2 4 4 4 4 7 7 7 7 8 9 9 10 10 11 11 12 14 16 16 19 21 26 27 28 31 33 34

(4)

iv

b. Campak... 9. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD)... 10. Angka Kesakitan Malaria... 11. Penyakit Filariasis yang ditangani... 12. Penyakit Tidak Menular... 13. Persentase hipertensi/tekanan darah tinggi... 14. Persentase Obesitas... 15. Persentase IV A positif dan benjolan pada Perempuan 30-50

tahun...

BAB IV. SITUASI UPAYA KESEHATAN... A. Pelayanan Kesehatan ...

1. Pelayanan Kesehatan Ibu... a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1... b. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4... c. Cakupan Persalinan yang Ditolong oleh Nakes... d. Cakupan Pelayanan Ibu Nifas... e. Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil dan Wanita Usia

Subur (WUS)...

f. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani... 2. Pelayanan Kesehatan Anak...

a. Cakupan Kunjungan Neonatus... b. Cakupan Kunjungan Bayi... c. Cakupan Komplikasi Neonatus yang ditangani... d. Persentase Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

ditangani... e. Cakupan Pelayanan kesehatan anak Balita... f. Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD atau setingkat... 3. Pelayanan Gizi... ...

a. Cakupan Bayi dan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A... b. Cakupan Ibu Nifas Mendapatkan Kapsul Vitamin A... . c. Cakupan Ibu Hamil Mendapatkan 90 Tablet Fe... d. Cakupan Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif... e. Persentase penimbangan Baduta dan Balita... f. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan... g. Persentase Desa dengan Garam Beriodium yang baik... 4. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)...

a. Persentase Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi... b. Persentase Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi... 5. Pelayanan Imunisasi... ...

a. Persentase Desa yang mencapai “Universal Child

Immunization” (UCI)... ... b. Cakupan Imunisasi Bayi...

35 36 40 44 45 47 48 48 49 49 49 49 49 50 51 53 54 55 55 56 57 58 59 61 65 62 63 65 66 67 68 69 70 70 72 73 74 75

(5)

v

6. Pelayanan Kesehatan Gigi... a. Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap ... b. Cakupan Murid SD/MI Mendapatkan Pemeriksaan dan

Perawatan Gigi dan Mulut... 7. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut... 8. Pelayanan Gawat Darurat dan Kejadian Luar Biasa...

a. Pelayanan Gawat Darurat Level I yang harus Diberikan Pelayanan Kesehatan di Kabupaten/Kota... b. Desa/Kelurahan Terkena Kejadian Luar Biasa yang

ditangani <24 Jam... c. Jumlah Penderita dan Kematian pada Kejadian Luar

Biasa... 9. Kegaiatan Penyuluhan Kesehatan... B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan...

1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan... 2. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan di Sarana Pelayanan

Kesehatan... 3. Jumlah Kunjungan Rawat Inap di Sarana Pelayanan

Kesehatan... 4. Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan

Kesehatan... 5. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit...

a. Pemakaian Tempat Tidur/ Bed Occupation Rate

(BOR)... b. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/ Average Length of

Stay (ALOS) ... c. Rata-rata Tempat Tidur Tidak Ditempati/ Turn of Interval

(TOI)... 6. Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit

a. Angka Kematian Umum Penderita yang Dirawat di RS/ Gross Death Rate (GDR)... b. Angka Kematian Penderita yang Dirawat <48 Jam/ Net

Death Rate (NDR)... C. Perilaku Hidup Masyarakat...

1. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan

Sehat... D. Keadaan Lingkungan...

1. Rumah Sehat... 2. Penduduk yang Memiliki Akses Air Minum yang

Layak... ... 3. Persentase Penyelenggara Air Minum Memenuhi Syarat

Kesehatan ... ... 4. Persentase Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi yang Layak

(Jamban Sehat)... 76 76 77 78 79 79 79 80 81 81 81 82 83 83 83 84 85 86 87 88 89 89 90 91 92 93 94

(6)

vi

5. Persentase Desa STBM... 6. Persentase Tempat-tempat Umum (TTU) Memenuhi Syarat... 7. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Memenuhi

Syarat, Dibina dan Diuji Petik... ... BAB. V. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN... ...

A. Sarana Kesehatan... 1. Jumlah Rumah Sakit Umum dan

Khusus... 2. Jumlah Puskemas dan Jaringannya...

3. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut

Kepemilikan/Pengelola... 4. Upaya Kesehatan bersumber Masyarakat...

a. Posyandu... b. Poliklinik Kesehatan Desa (PKD)... c. Desa Siaga Aktif... 5. Ketersediaaan Obat dan Vaksin... B. Tenaga Kesehatan...

1. Jumlah Rasio Tenaga Medis di Sarana Kesehatan... a. Dokter Spesialis... b. Dokter Umum... c. Dokter Gigi... 2. Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan di Sarana kesehatan....

a. Perawat... b. Bidan... c. Perawat Gigi... 3. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan .... 4. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat dan

Kesehatan Lingkungan di Sarana kesehatan... a. Kesehatan Masyarakat... b. Kesehatan Lingkungan... 5. Jumlah dan Rasio Tenaga Gizi di Sarana Kesehatan... 6. Jumlah dan rasio Tenaga Keterapian Fisk di Fasiltas Kesehatan. 7. Jumlah dan Rasio Tenaga Keteknisan Medis di Fasiltas

Kesehatan... 8. Jumlah Kesehatan Lainnya di Fasilitas Kesehatan... 9. Tenaga Non Kesehatan di Fasilitas Kesehatan... C. Pembiayaan Kesehatan... ...

1. Persentase Anggaran dalam APBD Kabupaten/Kota... BAB. V. KESIMPULAN... 95 95 96 97 93 97 98 98 99 99 102 103 103 104 105 105 106 106 108 108 109 109 109 110 110 111 111 112 111 112 112 113 113 113 115

(7)

vii

DAFTAR TABEL

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2015

TABEL. 1 Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, dan kepadatan penduduk menurut kecamatan Kabupaten Jepara tahun 2015.

TABEL 2 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, kelompok umur, Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 3 Penduduk berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf dan ijazah tertinggi yang diperoleh menurt jenis kelamin Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 4 Jumlah kelahiran menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 5 Jumlah kematian neonatal, bayi, dan balita menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 6 Jumlah kematian ibu menurut kelompok umur, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 7 Kasus baru TB BTA+, seluruh kasus TB, kasus pada TB pada anak, dan case notifikcation rate (CNR) per 100.000 penduduk menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara 2015

TABEL 8 Jumlah kasus dan Aangka penemuan kasus TB Paru BTA+ menurt jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 9 Angka kesembuhan dan pengobatan lengkap TB Paru BTA+ serta keberhasilan pengobatan menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 10 Penemuan kasus Pneumonia balita menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 11 Jumlah kasus HIV, AIDS, dan Syphilis menurut jenis kelamin Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 12 Persentase donor darah diskrining terhadap HIV menurut jenis kelamin Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 13 Kasus diare yang ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

(8)

viii TABEL 14 Jumlah kasus baru kusta menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas

Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 15 Kasus baru kusta 0-14 tahun dan cacat tingkat 2 menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 16 Jumlah kasus dan angka prevalensi penyakit kusta menurut tipe/jenis, jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 17 Persentase penderita kusta selesai berobat (Release from Treatment/RFT) menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara 2015 TABEL 18 Jumlah kasus AFP (Non Polio) menurut kecamatan dan puskesmas

Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 19 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 TABEL 20 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) menurut

jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 TABEL 21 Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) menurut jenis kelamin,

kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 22 Kesakitan dan kematian akibat malaria menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 23 Penderita filariasis ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 24 Cakupan pengukuran tekanan darah menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 25 Cakupan pemeriksaan obesitas menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 26 Cakupan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA dan kanker payudara dengan pemeriksaan klinis (CBE) menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 27 Jumlah penderita dan kematian pada KLB menurut jenis kejadian luar biasa (KLB) Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 28 Kejadian luar biasa (KLB) di desa/kelurahan yang ditangani <24 jam Kabupaten Jepara tahun 2015

(9)

ix TABEL 29 Cakupan kunjungan ibu hamil, persalinan ditolong tenaga kesehatan, dan

pelayanan kesehatan ibu nifas menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 30 Persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 31 Persentase cakupan imunisasi TT pada wanita usia subur menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 32 Jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe1 dan Fe3 menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 33 Jumlah dan persentase penanganan komplikasi kebidanan dan komplikasi neonatal menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 34 Proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 35 Jumlah peserta KB baru menurut jenis kontrasepsi, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 36 Jumlah peserta KB baru dan KB aktif menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 37 Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 38 Cakupan kunjungan neonatal menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 39 Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 40 Cakupan pelayanan kesehatan bayi menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 41 Cakupan desa/kelurahan UCI menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 42 Cakupan imunisasi Hepatitis B < 7 hari dan BCG pada bayi menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 43 Cakupan imunisasi DPT-HB/DPT-HB-Hib, Polio, Campak, dan imunisasi dasar lengkap pada bayi menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

(10)

x TABEL 44 Cakupan pemberian vitamin A pada bayi, anak balita, dan ibu nifas menurut

jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupetan Jepara tahun 2015 TABEL 45 Jumlah anak 0-23 bulan ditimbang menurut jenis kelamin, kecamatan, dan

puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 46 Cakupan pelayanan anak balita menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 47 Jumlah balita ditimbang menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 48 Cakupan kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 49 Cakupan pelayanan kesehatan (penjaringan) siswa SD dan setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 50 Pelayanan kesehatan gigi dan mulut menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 51 Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dan setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 TABEL 52 Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut menurut jenis kelamin,

kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara Tahun 2015 TABEL 53 Jumlah kegiatan promosi kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 54 Jumlah jaminan kesehatan menurut jenis kelamin Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 55 Jumlah kunjungan rawat jalan , rawat inap, dan kunjungan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 56 Angka kematian pasien di rumah sakit Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 57 Indikator kinerja pelayanan di rumah sakit Kabupaten Jepara tahun 2015 TABEL 58 Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat (Ber-PHBS)

menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 59 Persentase rumah sehat menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

(11)

xi TABEL 60 Penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas

(layak) menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015 TABEL 61 Persentase kualitas air minum di penyelenggara air minum yang memenuhi

syarat kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 62 Penduduk dengan akses terhadap sanitasi yang layak (jamban sehat) menurut jenis jamban, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 63 Desa yang melaksanakan sanitasi total berbasis masyarakat Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 64 Persentase tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 65 Tempat pengelolaan makan (TPM) menurut status higiene sanitasi Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 66 Tempat pengelolaan makanan dibina dan diuji petik Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 67 Persentase ketersediaan obat dan vaksin Kabupaten Jepara tahun 2015 TABEL 68 Jumlah sarana kesehatan menurut kepemilikan Kabupaten Jepara tahun

2015

TABEL 69 Persentase sarana kesehatan (rumah sakit) dengan kemampuan pelayanan gawat darurat (Gadar) level I Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 70 Jumlah posyandu menurut strata, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 71 Jumlah desa siaga menurut kecamatan Kabupaten Jepara tahun 2015 TABEL 72 Jumlah tenaga medis di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015 TABEL 73 Jumlah tenaga keperawatan di fasiltas kesehatan Kabupaten Jepara tahun

2015

TABEL 74 Jumlah tenaga kefarmasian di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 75 Jumlah tenaga kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015

(12)

xii TABEL 77 Jumlah tenaga teknisi medis di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun

2015

TABEL 78 Jumlah tenaga teknisi medis dan fisioterapis di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 79 Jumlah tenaga kesehatan lain di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 80 Jumlah tenaga non kesehatan di fasilitas kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 81 Anggaran kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 82 Persentase desa/kelurahan dengan garam beryodium yang baik Kabupaten Jepara tahun 2015

TABEL 83 Kasus penyakit tidak menular di puskesmas dan rumah sakit Kabupaten Jepara tahun 2015

(13)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam upaya untuk mencapai sasaran pembangunan kesehatan yang optimal ditetapkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017 dan dengan mempertimbangkan perkembangan, masalah kesehatan ke depan serta visi Kabupaten Jepara yakni : “Jepara yang Adil dalam Kemakmuran dan Makmur dalam Keadilan, dibawah Naungan Rahmah dan Hidayah Tuhan Yang Maha Esa”, maka ditetapkan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara.

Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara adalah : “Menjadi institusi penggerak dalam mewujudkan masyarakat Jepara Sehat yang mandiri dan berkeadilan”.

Visi tersebut ditetapkan dengan pertimbangan bahwa sehat merupakan modal utama dalam hidup, tanpa tubuh sehat kita tidak dapat melakukan kegiatan secara optimal. Sehat saja pun tidak cukup tanpa disertai dengan kualitas kesehatan yang baik. Pembangunan di Kabupaten Jepara tidak dapat optimal apabila penduduknya berada dalam kondisi tidak sehat ataupun sehat tapi kurang berkualitas. Oleh karena itu Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara sebagai institusi terdepan dalam menentukan kebijakan pembangunan kesehatan harus mampu mengembangkan kebijakan yang dapat menyelesaikan permasalahan kesehatan di Kabupaten Jepara dengan melibatkan unsur lain yang terkait.

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia) dan keluarga miskin.

(14)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 2 Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak dapat dilakukan sendiri oleh aparat pemerintah di sektor kesehatan, tetapi harus dilakukan secara bersama-sama melibatkan peran serta swasta dan masyarakat. Segala upaya kesehatan yang dilakukan baik oleh sektor kesehatan dan non kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan terutama yang berkaitan dengan pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan dan MDG’s serta upaya mengatasi masalah kesehatan guna mendapatkan data dan informasi perlu dicatat dan dikelola dengan baik dalam suatu sistem informasi kesehatan. Untuk itu peran data dan informasi kesehatan menjadi sangat penting dan dibutuhkan dalam manajemen kesehatan sebagai dasar pengambilan keputusan di semua tingkatan manajemen pelayanan kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang dikembangkan di Kabupaten Jepara diarahkan untuk penyediaan data dan informasi yang akurat, lengkap dan tepat waktu, sehingga diharapkan dapat memberikan data dan informasi yang dibutuhkan masyarakat yang dikemas dengan baik, sederhana dan informatif.

Penyediaan data dan informasi tersebut tertuang dalam Profil Kesehatan Kabupaten Jepara. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara merupakan gambaran secara menyeluruh keadaan kesehatan di Kabupaten Jepara. Profil Kesehatan Kabupaten ini berisi data/informasi yang menggambarkan derajat kesehatan, sumber daya kesehatan dan upaya kesehatan serta pencapaian indikator pembangunan kesehatan selama satu tahun. Profil kesehatan ini dapat digunakan sebagai alat tolok ukur kemajuan pembangunan kesehatan di Kabupaten Jepara sekaligus juga sebagai bahan evaluasi program-program kesehatan.

B. SISTEMATIKA PENYAJIAN

Sistematika penyajian Profil Kesehatan adalah sebagai berikut: Bab I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan sistematika dari penyajiannya.

(15)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 3 Bab II : GAMBARAN UMUM

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Jepara. Uraian tentang letak geografis, administrasi, dan informasi umum lainnya. Selain itu bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan meliputi kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, perilaku, dan lingkungan.

Bab III : SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Bab ini menguraikan indikator mengenai angka kematian dan angka kesakitan.

Bab IV : SITUASI UPAYA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan, akses dan mutu pelayanan kesehatan, perilaku hidup masyarakat serta keadaan lingkungan. Bab V : SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.

Bab VI : KESIMPULAN

Bab ini berisi tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2015. Selain keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

LAMPIRAN

Berisi tabel resume/angka pencapaian Kabupaten Jepara dan 83 tabel data kesehatan dan yang terkait kesehatan yang responsif gender.

(16)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 4

BAB II

GAMBARAN UMUM KABUPATEN JEPARA

A. KONDISI WILAYAH

1. Keadaan Geografis dan Administratif Kabupaten Jepara

Tabel 2.1

Pembagian Wilayah Administratif Tahun 2015

NO Kecamatan Luas (Km2) Banyaknya desa/

kelurahan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kedung Pecangaan Kalinyamatan Welahan Mayong Nalumsari Batealit Tahunan Jepara Mlonggo Pakis Aji Bangsri Kembang Keling Donorojo Karimunjawa 43,063 35,878 23,700 27,642 65,043 56,965 88,879 38,906 24,667 42,402 60,553 85,352 108,124 123,116 108,642 71,200 18 12 12 15 18 15 11 15 16 8 8 12 11 12 8 4 Jumlah 1.004,132 195

Kecamatan terluas adalah di Kecamatan Keling, dengan luas

123,116 km2 atau 12.16% dari luas total Kabupaten Jepara, sedangkan

Kecamatan Kalinyamatan mempunyai luas yang paling kecil 23,700 km2.

Luas total Kabupaten Jepara 1.004.132 km2.

2. Kondisi Topografi

Wilayah Kabupaten Jepara memiliki relief yang beraneka ragam, terdiri dari daerah dataran pantai yang tersebar di sepanjang pantai utara

(17)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 5 meliputi Kecamatan Kedung, Jepara, Mlonggo, Bangsri dan Keling, dataran rendah dan dataran tinggi di sekitar Gunung Muria dan Gunung Clering.

Kondisi topografi di tiap kecamatan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Pembagian Wilayah Administratif Tahun 2015

NO Kecamatan Ketinggian dari

permukaan laut (m) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kedung Pecangaan Kalinyamatan Welahan Mayong Nalumsari Batealit Tahunan Jepara Mlonggo Pakis Aji Bangsri Kembang Keling Donorojo Karimunjawa 0 - 2 2 - 17 2 - 29 2 - 7 13 - 438 13 - 736 68 - 378 0 - 50 0 - 46 0 - 300 25 - 1000 0 - 594 0 - 1000 0 - 1301 0 - 619 0 - 100

Bagian daratan utama Kabupaten Jepara terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi yang merupakan kawasan pada lereng Gunung Muria. Kondisi ini menyebabkan sistem hidrologinya mengalir beberapa sungai besar yang memiliki beberapa anak sungai. Dimana karakteristik kontur wilayah, menyebabkan sungai mengalir dari daerah hulu di bagian timur dan selatan ke daerah hilir bagian utara dan barat. Sungai-sungai besar tersebut antara lain Sungai Gelis, Keling, Jarakan, Jinggotan, Banjaran, Mlonggo, Gung, Wiso, Pecangaan, Bakalan, Mayong dan Tunggul. Berdasarkan karakteristik topografi wilayah, aliran sungai relatif dari daerah hulu di bagian timur (Gunung Muria) ke arah barat (barat daya, barat dan barat laut) yaitu daerah hilir (Laut Jawa).

(18)
(19)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 7 B. KEPENDUDUKAN

1. Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk tahun 2015 sebanyak 1.188.311 jiwa, sedangkan tahun 2014 sebanyak 1.170.797 jiwa. Data yang didapat merupakan proyeksi dari jumlah penduduk pada tahun sebelumnya.

Jumlah rumah tangga tahun 2015 sebesar 299537 rumah tangga. Jumlah Rumah tangga (KK) terbesar berada di Kecamatan Tahunan sebesar 27.662KK dan terendah di Karimunjawa sebesar 2.621 KK. Sedangkan jumlah penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Tahunan sebesar 114.782 jiwa dan yang terendah di Kecamatan Karimunjawa sebesar 9.193 jiwa (tabel 1). Rata-rata jumlah jiwa dibanding dengan jumlah rumah tangga adalah 4.

2. Kepadatan Penduduk

Dengan luas wilayah sekitar 1.004,132 kilometer persegi yang dihuni oleh 1.188.311 orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Jepara adalah sebanyak 1183 orang per kilometer persegi. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah kecamatan Jepara, yaitu sebanyak 3577 orang per kilometer persegi, sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Karimunjawa sebanya 129 orang per kilometer persegi.

3. Rasio Jenis Kelamin Penduduk

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan per 100 penduduk.

Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Jepara berdasarkan data BPS Kabupaten Jepara adalah sebesar 99,45%, yang artinya setiap 100 penduduk perempuan ada sekitar 99 atau 100 penduduk laki-laki (tabel 2).

(20)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 8 4. Komposisi Penduduk Menurut Golongan Umur

Struktur penduduk Kabupaten Jepara menurut kelompok umur dapat dapat dibedakan berdasarkan umur 0-4 tahun, 5-14 tahun, 15-44 tahun, 45-64 tahun dan >=65 tahun.

Gambaran kompisisi secara rinci dapat dilihat di gambar berikut :

Gambar 2.3

Komposisi Penduduk menurut Golongan Umur di Kabupaten Jepara Tahun 2015

Berdasarkan gambar 2.3 jumlah penduduk terbesar adalah golongan umur 15-44 tahun dimana laki-laki berjumlah 286.505 dan perempuan berjumlah 286.296. Perbandingan jumlah penduduk menurut jenis kelamin tahun 2015, laki- laki sebesar 592.504 dan perempuan sebesar 595.807 (tabel 2).

5. Angka Beban Tanggungan

Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok umur, maka angka beban tanggungan (dependency ratio) penduduk Kabupaten Jepara didapat dari perbandingan antara penduduk usia yang tidak produktif (usia 0–14 dan usia 65 tahun keatas) dan usia produktif (usia 15–64 tahun) dikali 100. Tahun 2015 angka beban tanggungan 48,49 hal ini berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 48 atau 49 penduduk usia yang tidak produktif (tabel 2).

0 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000 0-4 5-14 15-44 45-64 >=65 laki-laki 56.353 104.702 286.505 113.513 31.431 perempuan 53.171 101.104 286.296 113.976 41.260

(21)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 9 C. KEADAAN PENDIDIKAN

Tingkat pendidikan merupakan salah satu cara menentukan intelegensi, penyerapan informasi, pengetahuan dan ketrampilan yang berkaitan dengan pembangunan kesehatan. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi, serta dapat ikut berperan serta aktif dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan keluarganya.

Gambar 2.4

Jumlah penduduk usia 10 tahun keatas yang melek huruf dan ijazah tertinggi yang diperoleh menurut jenis kelamin Kabupaten Jepara Tahun

2014 s/d 2015

Pada tahun 2015 persentase penduduk berumur > 10 tahun yang melek huruf sebesar 93,74% sedangkan tahun 2014 yaitu sebesar 93,76%. Angka melek huruf ini ditandai dengan kepemilikan ijazah. Ijazah tertinggi yang paling banyak dimiliki oleh penduduk Kabupaten Jepara adalah ijazah SD/MI sebesar 33,11%.

pendud uk umur > 10 tahun pendud uk umur > 10 tahun melek huruf tidak memilik i ijazah SD SD/ MI SMP/ MTs SMA/ MA SMK DIPLOM A I/II AK/DIPL OMA III UNIVER SITAS/D IPLOMA IV S2 / S3 2014 960.257 900.345 218.266 317.941 213.561 86.999 15.844 9.507 6.434 30.248 1.545 2015 974.612 913.601 221.529 322.694 216.754 88.296 16.081 9.649 6.541 30.693 1.364

(22)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 10

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

741/Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota yang terdiri dari 18 indikator. Indikator yang terdiri atas (1) Pelayanan Kesehatan Dasar dengan 14 indikator, (2) Pelayanan Kesehatan Rujukan dengan 2 indikator, (3) Penyelidikan Epidemiologi dan penaggulangan KLB dengan 1 indikator, (4) Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dengan 1 indikator.

Situasi derajat kesehatan dapat dinilai dengan beberapa indikator. Indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi angka kematian seperti Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka Kematian Ibu (AKI) serta angka kesakitan beberapa penyakit.

Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tidak hanya dari kesehatan saja seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya.

Adapun situasi indikator yang ada di Kabupaten Jepara sebagai berikut: A. ANGKA KEMATIAN

Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Angka Kematian merupakan salah satu alat untuk menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi atau tingkat permasalahan kesehatan, serta kondisi lingkungan fisik dan biologi secara tidak langsung. Disamping itu dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan dengan melihat perkembangan angka kematian dari tahun ke tahun. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu Angka Kematian Neonatal (AKN) per 1.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Anak Balita (AKABA) per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu (AKI) per

(23)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 11 100.000 kelahiran hidup. Besarnya tingkat kematian yang terjadi pada periode terakhir dapat dilihat dari uraian sebagai berikut :

1. Angka Kematian Neonatal

Angka Kematian Neonatal (AKN) merupakan jumlah kematian bayi umur < 28 hari (0 – 28 hari) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKN menggambarkan tingkat pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk ANC, pertolongan persalinan, dan postnatal ibu hamil. Semakin tinggi AKN, semakin rendah tingkat pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Gambar 3.1

Angka Kematian Neonatal di Kabupaten Jepara Tahun 2014 – 2015

AKN di Kabupaten Jepara dibandingkan tahun 2014 terjadi penurunan. Pada tahun 2015 ini sebesar 4,74 per 1.000 kelahiran hidup. AKN pada anak laki-laki lebih tinggi yaitu 5,50 per 1.000 sedangkan pada anak perempuan 3,95 per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Neonatal tertinggi terjadi di wilayah Puskesmas Batealit, Mlonggo dan Nalumsari (tabel 5).

2. Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka kematian bayi (AKB) merupakan banyaknya kematian bayi umur kurang dari 1 tahun (0–11 bulan) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi.

5,77 4,74 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 2014 2015 AKN

(24)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 12

Gambar 3.2

Angka Kematian Bayi di Kabupaten Jepara Tahun 2011 – 2015

Hasil dari rekapitulasi puskesmas, AKB tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dimana tahun ini AKB sebesar 6,35 dengan kematian bayi 134 dari 21.116 kelahiran hidup (tabel 4 dan 5).

AKB tahun 2015 ini telah memenuhi target MDGs ke-4 tahun 2015 sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup serta target RAD MDGs Propinsi Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 8,7.

3. Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah kematian balita (0–5 th) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA mempunyai manfaat untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan anak balita, mengetahui tingkat pelayanan KIA/posyandu, mengetahui tingkat keberhasilan program KIA/posyandu serta menilai kondisi dan sanitasi lingkungan.

9,69 10,02 9,13 7,01 6,35 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 2011 2012 2013 2014 2015 AKB target MDG's 2015 =23

(25)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 13 Jumlah kematian balita di Kabupaten Jepara ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 3.3

Jumlah Kematian Balita di Kabupaten jepara Tahun 2011 – 2015 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah kematian 235 230 203 162 156 Kelahiran hidup 21.772 21.564 20.912 20.978 21.116

Jumlah kematian balita tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (tabel 3.3) yaitu sebanyak 156 anak. Jumlah kematian diatas dapat dihitung AKABA yang tersaji dalam gambar dibawah.

Gambar 3.3

Angka Kematian Balita di Kabupaten Jepara Tahun 2011 – 2015

AKABA tahun 2015 sebesar 7,39 per 1.000 kelahiran hidup, terjadi penurunan dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya dan menjadi AKABA terendah sejak tahun 2011 (tabel 4 dan 5). Bila dibandingkan dengan target MDGs ke-4 tahun 2015 yaitu 32 per 1.000 kelahiran hidup

10,79 10,66 9,71 7,72 7,39 0 5 10 15 20 25 30 35 2011 2012 2013 2014 2015 AKABA target MDGs 2015=32

(26)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 14 dan RAD MDGs Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 sebesar 11,9 AKABA di Kabupaten Jepara telah memenuhi target.

4. Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka kematian ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi oleh ibu selama kehamilan sampai dengan paska melahirkan yang dipengaruhi oleh : status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetrik. Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula.

Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti seperti kecelakaan, terjatuh dll.

AKI di Kabupaten Jepara tidak dihitung karena faktor pembandingnya adalah 100.000 jumlah kelahiran hidup, sedangkan di Kabupaten Jepara jumlah kelahiran hidup kurang dari 100.0000 kelahiran hidup.

Data yang tersaji selama kurun waktu 2011 sampai dengan 2015 adalah sebagai berikut.

Tabel 3.4

Jumlah Kematian Ibu Dibandingkan dengan Jumlah Kelahiran Hidup di Kabupaten Jepara Tahun 2011 s/d 2015

2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah kematian 24 21 26 19 11

(27)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 15 \

G1G

Dari grafik diatas terlihat bahwa kematian pada saat nifas dalam 4 tahun sebelumnya sangat mendominasi dan pada tahun 2015 terjadi penurunan yang cukup signifikan hal ini dikarenakan adanya :

 Monitoring perawatan paska persalinan > 24 jam di semua fasilitas

kesehatan

 Feed back rujukan ke bidan desa (dari RS) terutama kasus risti

 Pengawalan lebih intensif oleh bidan desa (tupoksi)

 Peningkatan koordinasi dan komunikasi antara RS, puskesmas dan

bidan desa

Pada tahun 2015, terjadi kematian ibu sebanyak 11 orang dari 21.116 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 19 kasus terjadi penurunan yang cukup signikan 8 kasus. Dari 11 kematian ini, paling banyak adalah ibu berumur 20-34 tahun sebanyak 8 orang atau 72,72% (tabel 6). Penyebab kematian ibu tahun 2015 adalah : 3 kasus (27,27%) karena hipertensi dalam kehamilan seperti preeklamsi dan eklamsi, 3 kasus (27,27%) faktor lain, 2 kasus (18,18%) karena perdarahan dan 2 kasus (18,18%) karena infeksi dan 1 kasus (9,09) karena jantung. 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 TH 2011 TH 2012 TH.2013 TH. 2014 TH. 2015 4 4 9 8 5 2 4 1 4 0 18 13 16 7 6

(28)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 16 B. ANGKA KESAKITAN

1. Tuberkulosis (TB)

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs.

Pada awal tahun 1995 WHO telah merekomendasikan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) sebagai strategi dalam penanggulangan TB dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective), yang terdiri dari 5 komponen kunci 1) Komitmen politis; 2) Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya; 3) Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan; 4) Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu; 5) Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan. Kegagalan pengobatan TB sebagian besar karena pasien berobat secara tidak teratur, sehingga menimbulkan kasus-kasus Multy Drug Resistence(MDR) maupun Xaviare Drug Resistence (XDR).

a. Case Notification Rate (CNR) Kasus Baru BTA (+)

Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Angka Notifikasi Kasus TB/Case Notification Rate (CNR) yaitu angka yang menunjukkan jumlah pasien TB yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk pada satu periode di suatu wilayah. Penemuan kasus TB sekarang ini harus dilakukan secara aktif oleh petugas kesehatan tanpa meninggalkan penemuan secara pasif dimana penderita berobat ke pelayanan kesehatan. Karena bila tidak ditemukan kasusnya, akan menjadi sumber penularan yang laten (seumur hidup) dari penderita ke lingkungan sekitar para penderita tersebut.

(29)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 17 Untuk memastikan diagnosis TB harus dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis sebanyak 3 kali (SPS) yaitu:

 S (Sewaktu) yaitu dahak diambil di unit pelayanan kesehatan pada

waktu kunjungan pertama kali.

 P (Pagi) yaitu dahak diambil pagi hari berikutnya di rumah segera

setelah bangun tidur pagi, kemudian dibawa dan diperiksa di unit pelayanan kesehatan

 S (Sewaktu) adalah dahak diambil di unit pelayanan kesehatan pada

saat menyerahkan dahak pagi.

Dinyatakan TB BTA+ jika penemuan pasien TB melalui pemeriksaan dahak SPS dengan hasil pemeriksaan mikroskopis :

a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif b. Terdapat 1 spesimen dahak SPS dengan hasil BTA positif dan foto

toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis

c. Terdapat 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya dengan hasil BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT

Proporsi kasus baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis (BTA positif) diantara seluruh kasus TB paru yang tercatat di Kabupaten Jepara sebesar 44,54%. Hal ini menunjukkan bahwa penemuan kasus baru TB paru BTA positif di Kabupaten Jepara lebih kecil dibandingkan dengan penemuan kasus baru TB paru BTA negatif dengan rontgen positif. Ini juga menunjukkan bahwa masih banyak kasus TB paru yang belum terobati dengan baik sehingga berpotensi menularkan TB paru di masyarakat.

Angka penemuan kasus baru TB Paru terkonfirmasi bakteriologis (BTA positif) yang tercatat (Case Notification Rate/ CNR BTA positif) tahun 2015 di Kabupaten Jepara sebesar 47,97 per 100.000 penduduk (tabel 7).

(30)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 18 Angka ini masih jauh dari target SPM nasional maupun kabupaten tahun 2015 sebesar 100%. Untuk Tahun 2014 adalah sebesar 42,88%.

Sedangkan proporsi kasus baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis (BTA positif) di antara seluruh kasus terduga (suspek) TB yang diperiksa dahaknya di Kabupaten Jepara sebesar 13,72% (tabel 8). Hal ini menunjukkan bahwa penjaringan kasus terduga (suspek) TB di Kabupaten Jepara sudah baik, karena proporsi kasus baru TB paru BTA positif antara 10 – 15%.

b. Case Notification Rate (CNR) seluruh kasus TB

CNR untuk semua kasus TB tahun 2014 di Kabupaten Jepara sebesar 96,25 per 100.000 penduduk (tabel 7). Angka tahun 2015 tidak data yang bisa dianalisis.

c. Proporsi Kasus TB anak 0 – 14 tahun

Tidak ada laporan adanya kasus TB pada anak umur 0 – 14 tahun di Kabupaten Jepara

d. Angka Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru BTA positif

Penderita TB dinyatakan sembuh bila pasien yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan hasil apusan dahak ulang (follow up) dengan hasil negatif pada akhir pengobatan dan pada satu pemeriksaan sebelumnya. Indikator yang tertuang dalam kesembuhan ini disebut angka kesembuhan (Cure Rate/CR). Bila pasien yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap tetapi tidak ada hasil pemeriksaan apusan dahak ulang pada akhir pengobatan dan pada satu pemeriksaan sebelumnya, maka evaluasi pengobatan pasien dinyatakan sebagai pengobatan lengkap. Evaluasi jumlah pasien dinyatakan sembuh dan pasien pengobatan lengkap dibandingkan jumlah pasien BTA (+) yang diobati disebut dengan keberhasilan pengobatan (Succes Rate).

Angka kesembuhan TB (Cure Rate) di Kabupaten Jepara sebesar 63,91 %. Hal ini menunjukkan angka kesembuhan TB belum memenuhi target minimal sebesar 85%. Sedangkan angka keberhasilan pengobatan

(31)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 19 TB (succes rate) Kabupaten Jepara sebesar 65,79%. Angka ini juga masih jauh dari angka target yaitu 90%.

2. Persentase Balita dengan Pneumonia

Diketahui bahwa ISPA mempunyai kontribusi 28% sebagai penyebab kematian pada bayi < 1 tahun dan 23% pada anak balita (1 - < 5 th) dimana 80% - 90% dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan oleh pneumonia.

Pneumonia balita adalah penyakit infeksi yang menyerang paru-paru, ditandai dengan batuk disertai napas cepat dan atau napas sesak pada usia balita (1 hr - < 5 tahun). Pneumonia sering terjadi pada balita dan merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 3-10 jam bila tidak segera mendapat pertolongan yang cepat dan tepat.

Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil rontgen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru. Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan jamur. Bakteri yang umum adalah Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp,virus misalnya virus influensa. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur, PCP biasanya menjadi tanda awal serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS.

Balita tertular pneumonia disebabkan karena beberapa hal antara lain:

tertular oleh penderita batuk, imunisasi tidak lengkap,

(32)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 20 secara berulang, tinggal di lingkungan yang tidak sehat dengan kepadatan penghuni yang berlebih.

Cakupan penemuan penderita Pneumonia Balita adalah penemuan dan tatalaksana penderita Pneumonia Balita yang mendapatkan antibiotik sesuai standar atau pneumonia berat dirujuk ke rumah sakit di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Gambar 3.5

Cakupan Penanganan Kasus Pneumonia di Kabupaten Jepara Tahun 2011 s/d 2015

Perkiraan jumlah kasus pneumonia balita adalah 10% dari jumlah balita yang ada. Di Kabupaten Jepara perkiraan kasus pneumonia di tahun 2015 adalah 11.883 kasus dengan kasus yang tertangani sebanyak 1.037 kasus sehingga cakupan penanganan kasus pneumonia hanya sebesar 8,73% (tabel 10). Cakupan ini jauh dibawah target SPM tahun 2015 yaitu 100%.

3. Prevalensi HIV/AIDS

HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. 81,5 76,5 57,9 13,4 8,73 2011 2012 2013 2014 2015 Cakupan Pneumonia target SPM 100 %

(33)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 21 Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit-penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Penyebab AIDS adalah infeksi HIV.

Penderita HIV positif adalah seseorang yang telah terinfeksi virus HIV, dapat menularkan penyakitnya walaupun nampak sehat dan tidak menunjukkan gejala penyakit apapun. Sedangkan pengertian penderita AIDS adalah seseorang yang menunjukkan tanda-tanda dari sekumpulan gejala penyakit yang memerlukan pengobatan, setelah sekian waktu terinfeksi HIV. Perjalanan waktu sejak seorang penderita tertular HIV hingga menderita AIDS dapat berlangsung lama, antara 3 sampai 10 tahun tergantung dengan daya tahan tubuh penderita.

Pada stadium awal orang yang terinfeksi virus HIV pada 12 minggu pertama akan mengalami masa ”periode jendela”, artinya bila dilakukan test HIV belum terbentuk antibodi sehingga hasilnya masih negatif, tetapi orang tersebut sudah dapat menularkan ke orang lain. Pada stadium berikutnya biasanya tanpa gejala, tetapi orang tersebut sangat potensial untuk menularkan HIV kepada orang lain.

Cara penularan HIV melalui 3 cairan yaitu: cairan darah (lewat tranfusi, pengguna suntikan bersama-sama, kegiatan medis dengan alat tusuk dan iris yang tercemar HIV), cairan sperma dan vagina (hubungan seks kedalam vagina atau anus), cairan air susu ibu (penularan dari ibu ke janin selama kehamilan, persalinan atau menyusui). Tidak pernah dilaporkan penularan melalui air

(34)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 22 mata, keringat, air liur/ludah, air kencing dan melaui perantara nyamuk. HIV tidak menular melalui jabat tangan, makan bersama, renang dan kontak sosial lainnya. Demikian juga kontak serumah dengan pemakaian piring, alat makan lainnya atau makan bersama-sama.

Sesuai kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV/AIDS, seluruh penderita HIV/AIDS harus mendapatkan pelayanan sesuai standar. Tatalaksana penderita HIV/AIDS meliputi Voluntary Counseling Testing (VCT) yaitu tes konseling secara sukarela, perawatan orang sakit dengan HIV/AIDS, pengobatan Anti Retroviral (ARV), pengobatan infeksi oportunistik, dan rujukan kasus spesifik.

Gambar 3.6

Distribusi Penderita HIV/AIDS menurut Kecamatan Di Kabupaten Jepara Tahun 2015

Jumlah kasus baru HIV/AIDS tahun 2015 sebanyak 103 orang, dengan rincian 66 kasus HIV dan 37 kasus AIDS. Terjadi kesamaan penemuan kasus baru dibanding tahun 2014 yaitu sebesar 103 kasus (tabel 11). Untuk Kasus AIDS baru, Kabupaten Jepara masuk dalam peringkat ke-3 dan kasus HIV baru peringkat ke-4 terbesar di Provinsi Jawa Tengah.

Adanya trend kenaikan kasus HIV/AIDS perlu mendapatkan perhatian yang serius. Tindakan yang telah dilakukan adalah dengan

(35)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 23 kegiatan skrining darah donor melalui PMI. Jumlah pendonor di Kabupaten Jepara tahun 2015 sebanyak 13.128 dan seluruhnya (100%) darah donor tersebut dilakukan skrining HIV. Dari seluruh darah donor yang diperiksa, sebanyak 7 orang (0,05%) positif HIV, terdiri dari 6 orang laki-laki dan 1 orang perempuan (tabel 12).

Selain skrining donor darah juga dilakukan pengambilan sampel di lokalisasi yang tersebar di Kabupaten Jepara serta pengawasan yang melekat terhadap warga Jepara yang bekerja di luar Kabupaten Jepara yang berisiko tinggi.

Tabel 3.7

Penderita HIV/AIDS Kabupaten Jepara Tahun 1997 – 2015

No Kecamatan

Jenis Kelamin

Kondisi Saat

Ditemukan Kondisi Saat Ini Total

L P HIV AIDS Meninggal Hidup Penderita

1 Jepara 37 23 33 27 19 41 60 2 Tahunan 13 15 5 22 7 21 28 3 Batealit 18 13 12 19 13 18 31 4 Kedung 21 29 16 34 12 38 50 5 Pecangaan 23 25 19 29 11 37 48 6 Kalinyamatan 4 12 3 13 3 13 16 7 Welahan 12 8 7 13 5 15 20 8 Mayong 10 5 4 11 4 11 15 9 Nalumsari 10 8 7 11 6 12 18 10 Mlonggo 24 30 17 37 19 35 54 11 Pakis Aji 20 18 13 25 10 28 38 12 Bangsri 24 45 25 44 26 46 69 13 Kembang 15 41 20 36 15 41 56 14 Keling 6 34 20 20 18 22 40 15 Donorojo 13 42 26 29 17 38 55 16 Karimunjawa 2 3 4 1 1 4 5 Jumlah 252 351 232 371 186 417 603

Menurut perhitungan estimasi di Jawa Tengah, Kabupaten Jepara tahun 2015 ditarget menemukan kasus HIV AIDS sebanyak 110 penderita, dan kumulatif sampai tahun 2015 sejumlah 549 penderita. Dengan demikian Kabupaten Jepara sudah melampaui target MDGs yang ditetapkan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Sebagian penderita ditemukan dalam kondisi AIDS, yang berarti terjadi keterlambatan dalam penemuan deteksi secara dini. Salah satu

(36)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 24 penunjangnya karena banyak dari warga Jepara yang bekerja di luar Jepara dan kembali dengan membawa AIDS dengan jumlah akumulasi total kasus dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2015 pada waktu ditemukan kasus AIDS sebesar 371 kasus dan HIV positif 232 kasus sehingga kasus HIV/AIDS berjumlah 603 tersebar di semua kecamatan dengan jumlah penderita meninggal 186 orang (30,84%). Dari penderita AIDS yang masih hidup, 171 penderita (41,07%) telah mendapatkan obat Anti Retro Viral (ARV) yang difasilitasi Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara. Dilihat dari jenis kelamin, penderita HIV/AIDS di Kabupaten Jepara didominasi oleh perempuan ( 52,2% ) dibanding laki-laki ( 41,79%).

Gambar 3.8

Distribusi Penderita HIV/AIDS menurut Umur Di Kabupaten Jepara Tahun 1997 s/d 2015

Distribusi menurut umur sebagian terbesar pada golongan usia produktif 26-40 tahun (57,8%). 0-5 th 5,8% 6-15 th 1,6% 16-25 th 17,2% 26-40 th 57,8% 41-60 th 17,40% > 60 th 0,2%

(37)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 25 Berdasarkan proporsi penderita HIV/AIDS menurut faktor risiko:

Gambar 3.9

Proporsi Penderita HIV/AIDS menurut Faktor Risiko Di Kabupaten Jepara Tahun 1997 s/d 2015

Proporsi menurut faktor risiko tertular HIV, sebagian besar ditularkan melalui hubungan heterosex sebanyak 532 kasus, homosex 22 kasus, perintal 44 kasus, dan penularan melaui jarum suntik (Injection Drug User) sebesar 5 kasus.

Dilihat dari proprosi menurut jenis pekerjaan:

Gambar 3.10

Proporsi Penderita HIV/AIDS menurut Pekerjaan Di Kabupaten Jepara Tahun 1997 s/d 2015

Heterosex 88,4% Homosex 4% Perinatal 7% IDU 1,6% IRT 31,3% PSK 15,9% Buruh 11,3% Swasta 27,4% Lain-Lain 3,3% Nelayan 0,8% Narapidana 0,2% Sopir 2,5% Anak 7,3%

(38)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 26 Proporsi terbesar penderita HIV/AIDS menurut pekerjaan tahun 2015 terbesar diderita oleh Ibu Rumah Tangga yaitu sebesar 31,3% (189 kasus). Selanjutnya dari kalangan swasta sebesar 27,4% (165 kasus), Pekerja Seks Komersil/PSK 15,9% (96 kasus), buruh 11,3% (68 kasus), anak-anak 7,3% (44 kasus), lain-lain 3,3% (20 kasus), sopir 2,5% (15 kasus), dan nelayan 1,0% (5 kasus) dan narapidana 0,2% (1 kasus). 4. Jumlah Kasus Sifilis

Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri spiroset Treponema pallidum sub-spesies pallidum. Rute utama penularannya melalui kontak seksual; infeksi ini juga dapat ditularkan dari ibu ke janin selama kehamilan atau saat kelahiran, yang menyebabkan terjadinya sifilis kongenital. Sifilis diyakini telah menginfeksi 12 juta orang di seluruh dunia pada tahun 1999, dengan lebih dari 90% kasus terjadi di negara berkembang. Pada tahun 2015 di Kabupaten Jepara terdapat 9 kasus terdiri dari 6 laki-laki dan 3 perempuan. Kelompok umur terkena terbanyak adalah umur 25 – 49 tahun sebanyak 8 kasus atau 88,89% (tabel 11).

5. Persentase Balita dengan Diare Ditangani

Diare diartikan dengan berak-berak yang lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) dan berbentuk encer. Gejala yang timbul adalah frekuensi berak lebih dari biasanya, tinja lembek atau cair, mulas, sakit perut, terdapat lendir dengan atau tanpa darah (disentri), berak cair seperti air cucian beras (kholera). Akibat dari diare akan mengakibatkan kekurangan cairan dalam tubuh dan garam-garaman, semakin lama diare semakin cepat seseorang kekurangan cairan tubuh (dehidrasi).

Persentase cakupan diare yang ditangani dihitung dengan rumus jumlah diare yang ditangani dibagi dengan jumlah perkiraan penderita diare dikali dengan 100%. Sedangkan perkiraan penderita diare dihitung dari 10% dikali hasil Survei Morbiditas Diare Nasional (SMDN) (214/1000).

(39)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 27 Dehidrasi terbagi dalam 3 tingkatan yaitu:

a. Tanpa dehidrasi

b. Dehidrasi ringan sampai sedang:

 Terlihat sangat haus

 Tampak lemas dan mudah marah

 Anak gelisah atau rewel

 Kelopak mata cekung

 Bila dicubit kulit kembali lambat

c. Dehidarasi berat:

 Kesadaran menurun

 Tidak dapat minum

 Kelopak mata sangat cekung

 Bila dicubit kulit kembali sangat lambat

 Syok, dengan penurunan kesadaran, urin output berkurang/sangat

sedikit, telapak tangan dan kaki lembab, nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah/tidak terdeteksi dan pucat.

Gambar 3.11

Cakupan Diare yang Ditangani Di Kabupaten Jepara Tahun 2011 – 2015

Perkiraan jumlah diare pada balita tahun 2015 sebesar 25.430 kasus dengan jumlah penderita yang dilayani sebesar 16.302 kasus sehingga

30,17

68,50 70,60

64,20 64,10

2011 2012 2013 2014 2015

(40)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 28 cakupan diare yang ditangani sebesar 64,1%. Jika dibandingkan dengan tahun 2014, maka cakupan penanganan diare tahun 2015 mengalami penurunan. Angka kesakitan diare per 1000 penduduk sebesar 214 (tabel 13).

6. Persentase Penderita Kusta

Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah sangat kompleks, bukan hanya dari segi medis namun meluas hingga masalah sosial, ekonomi, budaya dan ketahanan nasional.

Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae), terutama menyerang kulit dan syaraf tepi. Penyakit kusta bukan disebabkan kutukan, guna-guna, dosa, makan, atau keturunan. Penyakit kusta dapat disembuhkan tanpa cacat dan tidak akan menular bila berobat secara dini dan teratur. Pada awalnya penderita tidak merasa terganggu, hanya terdapat kelainan kulit berupa bercak putih seperti panu ataupun bercak kemerahan. Bercak tersebut mempunyai sifat kurang rasa atau hilang rasa, tidak gatal dan tidak sakit.

Hingga saat ini cara-cara penularan penyakit kusta belum dapat diketahui secara pasti. Pintu keluar kuman kusta dari tubuh penderita melalui selaput lendir hidung. Oleh karena itu penularan penyakit kusta diduga melalui :

a. Sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2 s/d 7 x 24 jam.

b. Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang.

Terdapat 2 tipe kusta yaitu:

a. Kusta kering (PB = Paucibacillar), dengan pengobatan selama 6 bulan dengan Rifampicin dan DDS.

(41)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 29 Tanda-tandanya:

 Bercak putih seperti panu yang mati rasa, artinya bila bercak putih

tersebut disentuh dengan kapas, maka kulit tidak merasakan sentuhan tersebut.

 Permukaan bercak kering dan kasar

 Permukaan bercak tidak berkeringat

 Batas (pinggir) bercak terlihat jelas dan sering ada bintil-bintil kecil.

Kusta tipe kering ini kurang/tidak menular, namun apabila tidak segera diobati akan menyebabkan cacat. Umumnya, orang mengira bercak putih seperti tanda-tanda di atas adalah panu biasa, sehingga pemeriksaan pun tidak segera dilakukan sebelum akhirnya orang tersebut telah mengalami Kusta pada level lebih lanjut. Sehingga, pemeriksaan dan pengobatan semenjak dini ke Puskesmas atau pun Rumah Sakit terdekat pun sangat dianjurkan. Pengobatan kusta tipe PB ini cenderung lebih sebentar daripada tipe basah.

b. Kusta Basah (MB= Multibacillar), dengan pengobatan 12 bulan yaitu Rifampicin, Lamprene, dan DDS.

Tanda-tandanya:

 Bercak putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau merata

diseluruh kulit badan.

 Terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak.

 Pada permukaan bercak, sering tidak ada rasa bila disentuh dengan

kapas.

 Pada permulaan tanda dari tipe kusta basah sering terdapat pada

cuping telinga dan muka.

Kusta tipe basah ini dapat menular, maka bagi yang menderita penyakit kusta tipe basah ini harus berobat secara teratur sampai selesai seperti yang telah ditetapkan oleh dokter. Namun, umumnya kendala yang dihadapi adalah pasien tidak mentaati resep dokter, sehingga selain

(42)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 30 mereka tidak menjadi lebih baik, mereka pun akan resisten terhadap obat yang telah diberikan.

Untuk Kusta MB ini menular lewat kontak secara langsung dan lama. Penularan terjadi apabila seseorang kontak dengan pasien sangat dekat dan dalam jangka panjang. Sehingga bagi pasien kusta MB harus segera melakukan pengobatan, dan melakukan penyembuhan secara teratur. Pembagian menurut bebannya dibedakan dalam 2 kategori:

a. High Burden atau Beban Kusta Tinggi, dimana angka penemuan kasus baru/New Case Detection Rate (NCDR) lebih dari 10/100.000 penduduk) b. Low Burden atau Beban Kusta Rendah, dimana angka penemuan kasus

baru/New Case Detection Rate (NCDR) kurang dari 10/100.000 penduduk)

Gambar 3.12

Angka Penemuan Kasus Baru Kusta Di Kabupaten Jepara Tahun 2013 – 2015

Di Kabupaten Jepara terdapat RS Rehata yang memberikan pelayanan khusus kepada penderita kusta. Angka penemuan kasus baru tahun 2015 sebesar 9,59 sehinga Kabupaten Jepara dikategorikan Beban Kusta Rendah. Sedangkan untuk penemuan kasus baru kusta usia 0 – 14 tahun sebesar 7,02% (tabel 15), pada tahun 2014 kusta baru usia 0 – 14 tahun sebesar 0%. Untuk cacat tingkat 2 mengalami penurunan dari tahun 2014 sebesar 11,49% di tahun 2015 ditemukan 6,14%.

7,62

9,31 9,59

2013 2014 2015

(43)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 31 Jumlah penderita kusta yang selesai berobat (RFT Rate) di Kabupaten Jepara tahun 2015 untuk kusta PB 94,12% dan kusta MB 55,46% (tabel 17). 7. Angka AFP (Acute Flaccid Paralysis)

Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan.

Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit polio, maka pemerintah telah melaksanakan Program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian imunisasi polio rutin, pemberian imunisasi masal pada anak balita melalui PIN (Pekan Imunisasi Nasional) dan surveilans AFP. Surveilans AFP adalah pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan sifatnya flaccid (layuh) seperti sifat kelumpuhan pada poliomyelitis. Prosedur pembuktian penderita AFP terserang virus polio liar atau tidak adalah sebagai berikut:

 Melakukan pelacakan terhadap anak usia <15 tahun yang mengalami

kelumpuhan mendadak (<14 hari) dan menentukan diagnosa awal.

 Mengambil spesimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari sejak

kelumpuhan, sebanyak dua kali selang waktu pengambilan I dan II >24 jam.

 Mengirim kedua spesimen tinja ke laboratorium dengan pengemasan

khusus (untuk Jawa Tengah dikirim ke laboratorium Bio Farma Bandung)

 Hasil pemeriksaan spesimen tinja akan menjadi bukti virologi adanya virus

polio liar didalamnya.

 Diagnosa akhir pada 60 hari sejak kelumpuhan. Pemeriksaan klinis ini

dilakukan oleh dokter spesialis anak atau syaraf untuk menentukan apakah masih ada kelumpuhan atau tidak.

Hasil pemeriksaan virologis dan klinis akan menjadi bukti yang sah dan meyakinkan apakah semua kasus AFP yang terjaring, termasuk kasus polio

(44)

Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015 32 atau tidak sehingga dapat diketahui apakah masih ada polio liar di masyarakat.

Gambar 3.13

Penemuan Kasus AFP di Kabupaten Jepara Tahun 2011 - 2015

Secara statistik jumlah penderita kelumpuhan AFP diperkirakan 2 diantara 100.000 anak usia < 15 tahun. Jumlah anak usia < 15 tahun 2015 sebanyak 315.330 anak, maka estimasi jumlah penderita kelumpuhan AFP adalah 6 kasus. Untuk Tahun 2015 ditemukan 5 kasus sehingga masih dibawah estimasi (tabel 18).

8. Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Yang Dapat Di cegah Dengan Imunisasi (PD3I).

Imunisasi bertujuan memberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu yang dapat dicegah dengan imunisasi (TBC, Hepatitis B, Diptheri, Pertusis/Batuk rejan, Tetanus, Polio, Campak).

Sasaran yang perlu diberikan imunisasi adalah: 1) Bayi (0–11 bulan)

Bayi mendapatkan Lima Imunisasi Dasar lengkap (LIL) secara rutin yaitu BCG 1 kali, DPT 3 kali, Hepatitis B 3 kali, Polio 4 kali dan Campak 1 kali. 2) Balita

Mendapatkan imunisasi lanjutan dan booster dari imunisasi dasar yaitu Polio, MMR, HIB, Varicella, Hepatitis A, Typhoid/Paratyphoid dll.

2011 2012 2013 2014 2015 AFP 8 7 7 4 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Gambar

TABEL 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 KEDUNG Kedung I 522 4 526 582 0 582 1.104 4 1.108 2 Kedung II 191 2 193 162 5 167 353 7 360 3 PECANGAAN Pecangaan 708 2 710 783 6 789 1.491 8 1.499 4 WELAHAN Welahan I 591 3 594 502 0 502 1.093 3 1.096 5 Welahan II 259
TABEL  11 L P L+P PROPORSI  KELOMPOK  UMUR L P L+P PROPORSI  KELOMPOK UMUR L P L+P L P L+P PROPORSI  KELOMPOK UMUR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 1 ≤ 4 TAHUN 3 5 8 12,12 1 0 1 2,70 0 0 0 0 0 0 0,00 2 5 - 14 TAHUN 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00 0 0 0 0 0
TABEL  14 L P L+P L P L+P L P L+P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 KEDUNG Kedung I                       1                       1                       3                       3                       6                       3                       4
TABEL  15 JUMLAH % JUMLAH % 1 2 3 4 5 6 7 8 1 KEDUNG Kedung I                        7                         - 0,00                         - 0 2 Kedung II                        2                         - 0,00                         - 0 3 PECANGAAN Pe
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada umur 28 hari, kuat tekan rata-rata tertinggi pada beton S2 (90,265 MPa), beton dengan bahan tambahan additive superplasticizer sebesar 1%. Beton S3 dengan

Nilai X 1 = -1.269.10 -8 menunjukkan adanya kenaikan variabel realisasi pembiayaan sebelum pembatasan jaminan yang dapat mengakibatkan kenaikan tingkat profitabilitas

Dari pembahasan tentang bimbingan konseling di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah usaha pertolongan yang melengkapi pendidikan, berorientasi pada

Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun

Jika kamu mengerti bahwa berbagai nubuatan yang diberikan kepada dunia dari Surga, berpuncak disini, untuk meningkatkan imanmu dan memastikan bahwa kamu tetap setia kepada

Dokumen Rencana Operasional Prodi Sarjana Terapan Terapi Wicara dana Bahasa Jurusan Terapi Wicara Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta Tahun 2021 merupakan penjabaran

sangat dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan, ke dalam wilayah Indonesia secara khusus ke dalam wilayah Indonesia secara khusus. Tanpa mengurangi jaminan atas keamanan, khasiat dan

Keterampilan dalam penulisan karya ilmiah merupakan salah tuntutan yang harus dimiliki oleh setiap guru. Hal ini sangat berkaitan dengan salah satu persyaratan bahwa