• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan (UUSPN NO. 20 Tahun 2003 pasal 1 poin 20). Dalam proses pembelajaran di kelas, komponen utama adalah guru dan siswa. Agar proses pembelajaran bisa berjalan efektif maka seharusnya dilaksanakan dengan sebaik mungkin dan juga didukung dengan beberapa komponen yang diantaranya tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi pembelajaran (Djaramah dan Zain, 2010 : 41). Mulyasa (2002) dalam Hasbullah (2009: 127) mengemukakan, suatu pembelajaran bisa dikatakan berhasil dan berkualitas jika sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik mental maupun sosial dalam proses suatu pembelajaran.

Sejalan dengan pernyataan di atas, Hamalik (2008: 172) mengemukakan suatu pembelajaran tidak cukup dengan mendengar dan melihat tetapi harus dengan melakukan aktivitas yang lain, seperti membaca, bertanya, menjawab, berpendapat, mengerjakan tugas, menggambar, mengkomunikasikan, presentasi, diskusi, memecahkan masalah, menyimpulkan dan memanfaatkan peralatan. Oleh karena itu guru hendaknya dapat menyajikan proses pembelajaran yang efektif dan efisien, sesuai dengan kurikulum dan pola pikir siswa, selain itu guru harus mampu menerapkan sistem penilaian yang tepat dan otentik guna mengukur aspek-aspek yang dipaparkan Hamalik di atas, misalnya dalam pemecahan masalah. Menurut Arikunto (2008: 23) penilaian otentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dengan kata lain, penilaian otentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam kemungkinan pemecahan yang

(2)

2 dihdapi dalam situasi atau konteks dunia nyata. Penilaian otentik merupakan teknik penilaian proses pembelajaran yang diberikan kepada siswa sesuai dengan kemapuan siswa, termasuk dalam proses pembelajaran matematika.

Matematika salah satu pelajaran yang dikembangkan juga pada kurikulum 2013. Di dalam kurikulum 2013 peserta didik harus berfikir kreatif untuk menyelesaikan permasalahan yang diajukan. Pembelajaran diarahkan untuk

mampun merumuskan masalah, bukan hanya menyelesaikan masalah

(Kemendibud, 2013 : 203). Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Dengan menerapkan pendekatan ini dalam proses pembelajaran matematika diharapkan dapat mencetak peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Berdasarkan hasil observasi kepada guru matematika kelas X di SMA Negeri 7 Malang pada tanggal 14 Juni 2014, dapat diketahui dua hal yakni metode yang diterapkan guru dan aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung. SMA Negeri 7 Malang merupakan salah satu SMA yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 sebagai pedoman penyelenggaraan kegitan pembelajaran, namun guru belum menerapkan pendekatan ilmiah. Guru masih sering menerapkan metode ceramah di kelas yaitu menjelaskan materi di papan tulis dan siswa memperhatikan kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab. Selanjutnya siswa diberi tugas untuk dikerjakan secara mandiri dan tugas tersebut dibahas. Proses pembelajaran yang demikian membuat siswa kurang tertarik pada pembelajaran matematika. Hal ini terlihat banyaknya siswa yang izin keluar masuk saat proses pembelajaran, kurangnya keinginan siswa untuk bertanya, kurangnya siswa dalam menjawab dan menanggapi pertanyaan yang diberikan guru dan siswa kurang berinisiatif untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru. Selain itu siswa dan guru terlalu berpedoman dengan buku paket (panduan), sehingga mereka kurang kreatif untuk menemukan untuk menemukan cara yang berasal dari penalaranya sendiri yang

(3)

3 mungkin lebih mudah untuk menyelesaikan soal yang dihadapi.

Selain observasi di dalam kelas, juga dilakukan wawancara kepada salah satu guru matematika kelas X SMA Negeri 7 Malang dilakukan pada tanggal 16 Juni 2014, hasil wawancara meliputi metode yang pernah diterapkan guru saat pembelajaran dan hasil belajar siswa. Selain metode ceramah guru matematika disekolah ini juga sudah pernah menerapkan metode tutor sebaya untuk beberapa kali pertemuan yaitu guru membentuk kelompok dengan satu siswa sebagai tutor di masing-masing kelompok. Selanjutnya guru menjelaskan materi, lalu memberi tugas kelompok dan membahasnya. Aktivitas dan hasil belajar pun sedikit mengalami peningkatan dari mentode sebelumnya. Hanya ada beberapa siswa yang mengalami peningkatan.

Saat menerapkan metode ini, guru mengalami kesulitan yaitu dalam mencitakan diskusi kelompok karena siswa terlihat enggan mengerjakan dan tidak mau bertanya pada tutor ataupun guru, tutor juga belum menunjukkan sikap mengajari temannya. Selain itu, suasana diskusi cenderung menjadi gaduh, bukan gaduh karena diskusi melaikan gaduh membicarakan yang lain. Ketika guru memberikan pertanyaan kepada siswa, siswa cenderung pasif untuk menjawab dan menanggapi pertanyaan yang diberikan guru. Menurut Mulyasa (2002) dalam Asnantia (2013: 3), tanya jawab didorong oleh kegiatan ingin tau para siswa, jika siswa tidak bertanya ataupun tidak bicara, itu artinya siswa tidak belajar dengan optimal. Siswa yang tidak belajar secara optimal akan berakibat pada hasil belajar yang cenderung rendah. Diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas X di SMA Negeri 7 Malang masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari data nilai ulangan matematika yaitu 75 % siswa masih di bawah batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang digunakan disekolah tersebut yakni 75. Selain itu tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa juga tergolong rendah. Sistem penilaian yang digunakan guru adalah hasil dari ulangan harian, tugas-tugas dan penilaian sikap. Namun hasil penilaian yang dilakukan guru sebagian besar tidak sesuai dengan rubrik penilaian yang sudah dibuat sebelumnya dengan kata lain nilai yang diberikan guru tidak murni atau nilai olahan.

(4)

4 guru belum menerapkan pendekatan ilmiah dalam pembelajran, aktivitas siswa yang belum optimal dan tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa yang rendah. Selain itu, metode yang digunakan guru dalam pembelajaran matematika juga kurang bervariasi. Sedangkan sekarang ini di dalam kurikulum 2013 sudah banyak metode, pendekatan, strategi dan sistem penilaian dalam pembelajaran yang sudah dikembangkan. Guru sebaiknya tetap membimbing peserta didik dalam proses pembelajaran, namun guru harus dituntut kreatif untuk berusaha menyusun dan menerapkan berbagai pendekatan, metode, strategi dan sistem penilaian dalam pembelajaran agar aktivitas pembelajaran bisa optimal dan hasil belajar siswa sesuai yang diinginkan. Misalnya dari perkembangan kurikulum 2013, juga terdapat beberapa metode dan pendekatan pembelajaran yang mendukung kegiatan belajar di kelas. Peserta didik diharapkan ikut berperan aktif dan dapat mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya saat proses pembelajaran di kelas.

Selain itu, permasalahan yang dihadapi guru di SMA Negeri 7 Malang adalah sistem penilaian. Sistem penilaian yang diterapkan sebenarnya sudah baik, namun guru masih kurang konsisten terhadap penilaian yang diterapkan, sering kali penilaian tidak sesuai dengan rubrik penilaian yang sudah dibuat sebelumnya. Guru sering mengkatrol nilai dengan kata lain nilai yang didapat peserta didik sudah tidak lagi murni. Hal tersebut mengakibatkan siswa berfikiran walapun nilai yang dihasilkan rendah, tetap saja nilai yang muncul di raport di atas KKM. Sehingga berdampak pada aktivitas siswa yang kurang optimal dan hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan yang diinginkan.

Salah satu alternatif yang memungkinkan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan memilih atau menerapkan suatu pembelajaran yang menuntun siswa agara lebih aktif dan kreatif dalam memecahkan masalah. Salah satu alternatif pembelajaran tersebut adalah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah juga dapat dikolaborasikan dengan sistem penilaian otentik. Dimana penilaian otentik memiliki relevansi terhadap pendekatan ilmiah di dalam suatu pembelajaran sesuai tuntutan Kurikulum 2013 saat ini, yang mampu menggambarkan tingkat kemampuan pemecahan masalah

(5)

5 peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain (Yasri, 2013: 2 ). Sistem penilaian yang sesuai dengan kemampuaan siswa dengan kata lain penilaian yang menggambarkan kondisi siswa yang sebenarnya sesuai dengan fakta atau kenyataan yang ada.

Pendekatan ilmiah adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” (Hosnan, 2014: 34).

Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titisan emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampikan dan pengetahuan peserta didik. Pada pendekatan ini materi pembelajaran dihubungkan dengan fenomena dan fakta yang ada, sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan baru dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran meliputi dari menggali informasi dari pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar dan kemudian menyimpulkan (Kemendikbud, 2013 : 187-188).

Hasil peneilitian dari Fauziah, dkk (2013) di SMK Negeri 1 Cimahi menyimpulkan bahwa tahap-tahap pendekatan ilmiah dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengamati, menanya, menalar, mencoba dan

mengkomunikasikan temuannya, sehingga berdampak positif terhadap

kemampuan soft skill-nya. Pembelajaran ini diawali dari guru memberikan teori dan contoh, memberikan permasalahan dan hubungan pemanfaatannya pada kehidupan sehari-hari, peserta didik melaksanakan diskusi, dengan tanya jawab guru mengerahkan peserta didik pada kesimpulan dan guru memberikan soal pada peserta didik.

Penilaian otentik memiliki relevasi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, karena penilaian semacam

(6)

6 ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring dan lain-lain. Penilaian otentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih otentik (Hosnan, 2014: 390).

Sedangkan menurut (Yasri, 2013: 2 ) Penilaian otentik bertujuan untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata dimana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan. Penilaian otentik dalam implementasi kurikulum 2013 mengacu kepada penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal, pengetahuan melalui tes tulis, tes, lisan, dan penugasan, keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.

Penilaian otentik merupakan sistem penilaian peserta didik yang memang dirancang agar penilaian yang diberikan kepada peserta didik dijamin keasliannya, kejujurannya dan hasilnya dapat dipercaya (Sujiono, 2010) dalam Pratiwi (2011: 4). Menurut Masjid (2008) dalam Pratiwi (2011: 4) penilaian otentik merupakan proses pengumpulan informasi yang dilakukan oleh guru tentang perkembangan dan pencapainan dalam proses pembelajaran peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu menggungkapkan, membuktikan atau menunjukan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan, baik intelektual ataupun mental siswa. Muslich (2009: 47) menyebutkan, penilaian otentik merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perekembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan pengalaman belajar siswa perlu diketahui oleh guru setiap saat agar bisa memasikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaraan yang benar. Di dalam penilaian otentik ini

(7)

7 cukup membri cakupan terhadap aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor) secara seimbang.

Hasil penelitian Pratiwi (2011) menyimpulkan bahwa penelitian dengan menerapkan penilaian portofolio sebagai penilaian otentik adalah : dari hasil penilaian diperoleh siswa kelas VIII G SMP N 18 Malang yang memperoleh nilai 65 sesuai dengan KKM yang ditentukan dan dikategorikan tuntas yaitu 28 orang degan prosentase ketuntasan secara klasikal sebesar 77,78%. Dan prosentase aktivitas siswa ketika proses pembelajaran dapat dikategorikasn baik. Hal ini dikarenakan hasil presentase aktivitas belajar siswa berdasarkan lembar observasi mengalami peningkatan dari pertemuan 1, pertemuan 2, ke pertemuan 3 yakni dari 70,37%, 76,83% dan menjadi 81,48%. Rata-rata prosentase kebehasialan aktivitas siswa yaitu 76,23%.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti ini penting untuk menerapkan suatu pembelajaran dengan pendekatan ilmiah berbasis penilaian otentik pada pembelajaran matematika. Pembelajaran dengan pendekatan ilmiah berbasis penilaian otentik diartikan sebagai pemecahan masalah yang dihadapi peserta didik saat ini. Dikarenakan pendekatan ilmiah dan penilaian otektik memiliki relevansi dalam pembelajaran matematika yang mampu meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring dan lain-lain, yang menggambarkan kondisi siswa yang sebenarnya sesuai dengan fakta atau kenyataan yang ada.

Berdasarkan uraian di atas, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan judul peneilitian yaitu “Penerapan Pendekatan Ilmiah Berbasis Penilaian Otentik pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 7 MALANG”. 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka identifikasi masalah yang didapat adalah :

1. Guru masih mengunakan metode ceramah dalam pembelajaran. 2. Pembelajaran kebanyakan masih berpusat pada guru.

(8)

8 3. Guru pernah mengunakan metode pembelajaran yang lain, namun metode yang

digunakan guru masih belum optimal.

4. Siswa belum dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran sehingga aktifitas siswa saat proses pembelajaran masih kurang. Hal ini terlihat pada kurangnya keinginan untuk bertanya, menjawab dn menanggapi pertanyaan guru.

5. Tingkat kemampuan pemecahan masalah masih rendah dan ketuntasan belajar siswa masih dibawah KKM.

6. Guru kesulitan dalam mencitakan suasana yang menyenangkan di dalam kelompok.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah :

1. Bagaimana penerapan pendekatan ilmiah berbasis penilaian otentik pada pembelajaran matematika siswa kelas X di SMA Negeri 7 Malang?

2. Bagaimana tingkat aktivitas siswa pada penerapan pendekatan ilmiah berbasis penilaian otentik pada pembelajaran matematika siswa kelas X di SMA Negeri 7 Malang?

3. Bagaimana tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa pada penerapan pendekatan ilmiah berbasis penilaian otentik pada pembelajaran matematika siswa kelas X di SMA Negeri 7 Malang?

4. Bagaimana hasil belajar siswa pada penerapan pendekatan ilmiah berbasis penilaian otentik pada pembelajaran matematika siswa kelas X di SMA Negeri 7 Malang?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka, tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan :

1. Penerapan pendekatan ilmiah berbasis penilaian otentik pada pembelajaran matematika siswa kelas X di SMA Negeri 7 Malang.

2. Tingkat aktivitas siswa pada penerapan pendekatan ilmiah berbasis penilaian otentik pada pembelajaran matematika siswa kelas X di SMA Negeri 7 Malang.

(9)

9 3. Tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa setelah menggunakan penerapan pendekatan ilmiah berbasis penilaian otentik pada pembelajaran matematika siswa kelas X di SMA Negeri 7 Malang.

4. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah menggunakan penerapan pendekatan ilmiah berbasis penilaian otentik pada pembelajaran matematika. 1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan memberikan sumbangan pemikiran terhadap berbagai pihak.

1. Bagi siswa

Penerapan pendekatan ilmiah berbasis penilaian otentik diharapkan siswa dapat meningkatkan aktivitas belajar dan tingkat pemecahan masalah.

2. Bagi guru mata pelajaran

Penerapan pendekatan ilmiah berbasis penilaian otentik ini diaharapkan dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan siswa dan sebagai bahan pertimbangan dalam mengadakan penilaian.

3. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diberikan kepada pihak sekolah sebagai bahan referensi sekolah dan diharapkan dapat memberiakan sumbangan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran di SMA Negeri 7 Malang.

1.6 Batasan Masalah

Batasan masalah merupakan ruang lingkup peneliti dalam melakukan penelitian. Sehingga untuk memperjelas dan menghindari salah tafsir terhadap masalah dalam penelitian ini, maka batasan masalahnya sebagai berikut :

1. Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah materi relasi dan fungsi. 2. Penelitian ini dilakukan di kelas X IPA-1 SMA Negeri 7 Malang.

3. Aktivitas dalam penelitian ini adalah aktivitas pendekatan ilmiah meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring.

4. Penilaian otentik yang digunakan peneliti adalah penilaian kinerja dan penilaian tertulis.

(10)

10 1.7 Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam peneilitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai berikut :

1. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang di dalamnya terdapat proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik maupun antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2. Pendekatan ilmiah merupakan proses pembelajaran yang berpusat pada

peserta didik yang mendorong untuk berfikir kritis dan logis dengan materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu melalui tahap-tahap mengamati, menanya, menalar atau mengumpukan informasi, mencoba, dan membentuk jejaring atau mengkomunikasikan.

3. Penilaian otentik merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa untuk ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan yang merujuk pada situasi atau konteks dunia nyata.

4. Aktivitas belajar adalah interaksi yang dilakukan oleh peserta didik yang mendorong terciptanya pengetahuan, keterampilan dan pemahaman sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku peserta didik. Aktivitas belajar siswa adalah aktivitas pendekatan ilmiah meliputi mengamati, menanya, menelar, mencoba dan membentuk jejaring.

5. Masalah adalah suatu persoalan/pertanyaan membutuhkan

penyelesaian/jawaban yang tidak bisa diperoleh secara langsung, dengan kata lain suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui

6. Pemecahan masalah adalah suatu proses atau usaha yang melibatkan kemampuan kognitif, aktivitas mental dan intelektual dalam memecahkan masalah yang membutuhkan penalaran yang lebih luas untuk menghasilkan solusi sesuai dengan langkah-langkah pemecahan masalah. Langkah-langkah

(11)

11 yang perlu diperhatikan dalam kegiatan memecahkan masalah secara sistematis menurut Polya adalah memahami masalah, perencanaan pemecahan masalah, melaksanakan perencanaan pemecahan masalah, melihat kembali kelengkapan pemecahan masalah.

Referensi

Dokumen terkait

Dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas V SD Negeri Banaran 5 yang ditandai dengan kenaikan nilai kemampuan berpikir kreatif yang diupayakan

Jika setelah berakhirnya perjanjian kerja ke-2 ternyata PIHAK KEDUA tidak diajukan untuk pengangkatan sebagai karyawan tetap oleh PIHAK PERTAMA, maka perjanjian kerja kontrak

Primitive Root (prim_root.py).. from random

b. Pokja ULP dan/atau peserta dilarang menambah, mengurangi, mengganti, dan/atau mengubah isi Dokumen Penawaran; c. penawaran yang memenuhi syarat adalah penawaran yang

Diimani bahwa Gereja Kristus yang merupakan umat Allah itu adalah Gereja yang masih berjuang di dunia ini, Gereja yang berada dalam api pencucian, dan Gereja yang mulia

Pemberian pupuk kandang sapi untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kacang panjang menunjukkan perbedaan yang nyata hanya pada parameter umur berbunga, yaitu dengan

algoritma kompresi LZW akan membentuk dictionary selama proses kompresinya belangsung kemudian setelah selesai maka dictionary tersebut tidak ikut disimpan dalam file yang

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan