• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pada strata tertinggi. Mahasiswa memiliki peran penting sebagai agen perubahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pada strata tertinggi. Mahasiswa memiliki peran penting sebagai agen perubahan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mahasiswa berasal dari kata maha yang berarti besar atau tinggi dan siswa yang berarti pelajar atau dengan kata lain mahasiswa adalah pelajar yang berada pada strata tertinggi. Mahasiswa memiliki peran penting sebagai agen perubahan bagi tatanan kehidupan yang secara realistis dan logis diterima masyarakat (Sanjaya, 2010). Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan dan mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperolehnya selama menempuh proses pembelajaran di perguruan tinggi, sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

Mahasiswa pada tahap perkembangan digolongkan ke dalam fase dewasa awal atau berada pada rentang usia 18 – 25 tahun (Yusuf, 2012). Individu yang berada pada masa dewasa awal mengalami perubahan dari mencari pengetahuan menjadi menerapkan pengetahuan untuk mengejar karir. Perubahan tersebut sebagai fase pencapaian prestasi atau suatu fase di masa dewasa awal yang melibatkan penerapan intelektualitas pada situasi yang memiliki konsekuensi besar dalam mencapai tujuan jangka panjang, seperti pencapaian karir dan pengetahuan (Santrock, 2012). Penerapan intelektualitas pada seorang dewasa dapat dilakukan pada bidang vokasional atau bidang pendidikan. Adapun jenjang yang dapat ditempuh sebelum menapaki bidang pekerjaan dan untuk mendalami suatu bidang tertentu adalah dengan menempuh proses pendidikan di perguruan tinggi.

(2)

Sebelum meraih gelar sarjana, terlebih dahulu mahasiswa harus melalui proses pembelajaran di perguruan tinggi dan mengakhirinya dengan membuat tugas akhir berupa skripsi. Skripsi adalah tugas akhir berupa karya tulis yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa program S1 dalam menyusun karya ilmiah sebagai muara dari keseluruhan pengalaman belajarnya, didasarkan atas hasil penelitian lapangan, dan ditulis dengan tata cara penulisan karya ilmiah (Huda, 2011). Skripsi berisi kajian terhadap masalah-masalah keilmuan sesuai dengan bidang studi masing-masig yang berguna, baik bagi pengembangan ilmu maupun bagi pemecahan masalah-masalah nyata yang dihadapai. Melalui pembuatan skripsi, mahasiswa diharapkan mampu menuangkan gagasan dan mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperolehnya selama berkuliah, sehingga mampu memberikan manfaat konkret bagi masyarakat sesuai dengan bidangnya.

Pada dasarnya mahasiswa diberikan waktu untuk menyelesaikan skripsi dalam waktu satu semester atau enam bulan masa kuliah. Dan menurut PERMENDIKBUD No. 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, pasal 17 ayat 3 menyatakan bahwa masa studi mahasiswa untuk program sarjana (S1) adalah 4 sampai 5 tahun. Artinya mahasiswa diharapkan mampu menyelesaikan masa studinya maksimal 5 tahun (news.detik.com, 16/09/2014). Hanya saja kenyataannya banyak mahasiswa yang membutuhkan waktu lebih dari enam bulan untuk menyelesaikan studi dan tidak jarang berujung pada pengeluaran mahasiswa (drop out). Di Universitas Mercu Buana misalnya, berdasarkan data BAPA (Badan Administrasi Pembelajaran dan Akreditasi) diketahui bahwa jumlah mahasiswa yang belum menyelesaikan studi di tahun

(3)

akademik 2015/2016 sebanyak 338 mahasiswa dan sudah melampaui masa studi lebih dari delapan semester yang berpotensi akan dikeluarkan (drop out).

Adanya peraturan yang sudah ditetapkan mengenai sistem drop out, membuat orangtua merasa cemas kepada anaknya yang belum menyelesaikan studi lebih dari delapan semester. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti mengenai harapan orangtua yang disampaikan mahasiswa di Universitas Mercu Buana, ditemukan bahwa harapan orangtua kepada anak yang belum menyelesaikan studi, mencakup agar mahasiswa cepat lulus dan fokus pada akademik, tidak melakukan kegiatan non-akademik atau UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) serta tidak melakukan kegiatan di luar universitas, seperti magang atau kerja. Orangtua memberikan tuntutan dan harapan kepada anak untuk segera menyelesaikan studinya di waktu yang telah ditentukan.

Harapan orangtua mencakup akan keyakinan, atau penilaian bahwa harapan tersebut membuat seorang anak agar bisa mencapai prestasi di masa depan, seperti juga tercermin dalam perolehan nilai, mencapai nilai terbaik, atau menyelesaikan studi di waktu yang telah ditetapkan (Yamamoto & Holloway, 2010). Hal tersebut juga didukung oleh Christenson (2008) yang menyatakan bahwa harapan orangtua memiliki pengaruh besar terhadap prestasi akademik seorang anak. Orangtua berusaha mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin agar bisa memenuhi harapan dan sukses dalam hidupnya.

Tuntutan dan harapan tersebut bisa dijadikan motivator bagi sebagian mahasiswa untuk lebih berhasil dan bisa berprestasi dalam studi, atau malah menjadi beban bagi mahasiswa untuk memenuhi harapan orangtua yang merupakan sumber stres dan kecemasan yang berdampak pada rasa takut akan

(4)

gagal (Gusniarti, 2002). Nainggolan (2007) mendukung argumen tersebut, di mana jika mereka tidak dapat memenuhinya maka mereka akan membolos atau bahkan tidak konsentrasi dalam belajar, lalu berusaha memperoleh izin dari orangtua untuk berhenti sekolah sebelum waktunya atau menunda-nunda tugas yang seharusnya diselesaikan.

Menurut hasil penelitian Palmer (2005) di Center for Student Development University America, mahasiswa sering merasa tertekan karena tuntutan dan harapan dari orangtua atau orang-orang yang penting bagi mereka. Mahasiswa yang berada dalam situasi penuh tuntutan ini, sering merasa takut pada kritik dan kegagalan serta cemas terhadap kesuksesan di perguruan tinggi. Ketakutan akan semakin besar apabila sebelumnya bisa mencapai kesuksesan di sekolah yang secara otomatis akan meningkatkan harapan orangtua mengenai kesuksesan di perguruan tinggi (dalam Nainggolan, 2007).

Hal serupa sempat terjadi di Indonesia, fenomena ini dimuat dalam harian online Indopos (5/3/2014), yang memberitakan salah satu mahasiswa Universitas Nasional jurusan Teknik Informatika bunuh diri karena depresi dengan cara terjun bebas dari lantai 5 Mall ITC Depok, Jawa Barat. Kasat Reskrin Polresta Depok, Kompol Agus Widodo mengatakan, penyebab mahasiswa bunuh diri karena depresi akibat menjalani dunia perkuliahan lantaran ingin membahagiakan orangtuanya, bukan karena keinginan sendiri. Namun, karena mahasiswa tersebut tidak sanggup mewujudkan keinginan orangtuanya menyebabkan dia kebingungan dan mengalami rasa takut yang berlebihan serta penyesalan tersebut membuat dia bertindak nekat. Sementara, Pakar Sosiologi Pendidikan Universitas Indonesia yaitu Paulus Wirutomo, mengatakan bahwa

(5)

penyebab mahasiswa bunuh diri tersebut adalah akibat beban pendidikan yang diinginkan orangtua tidak bisa dipenuhi. Besarnya beban tersebut membuat korban depresi dan frustrasi pada level tingkat tinggi. Efek terhadap besarnya tekanan orangtua kepada anak agar mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang tidak diminati sangat fatal terjadi. Sebab, beban moral dipegang oleh anak dalam menyenangkan orangtua yang tidak bisa diwujudkan semakin bertambah. Hal tersebut memicu seseorang merasa frustrasi atau stres, sehingga membuat korbannya memilih cara ekstrim untuk menyelesaikan tekanan tersebut dengan cara bunuh diri.

Salah satu harian online juga mendukung hal tersebut, yang memberitakan salah satu mahasiswa tingkat akhir jurusan Teknik Kimia di Universitas Sumatera Utara (USU) memilih jalan ekstrim, yaitu bunuh diri. Perilaku ini terjadi karena stres diberikan tenggat waktu tiga bulan untuk menyelesaikan skripsinya, jika tidak, mahasiswa tersebut terancam dikeluarkan dari progam studi dan kampusnya (Drop Out) (reportasekampus.com, 20/10/2014).

Hurlock menyatakan bahwa sikap orangtua yang ditunjukkan kepada anaknya akan menimbulkan suatu persepsi di dalam dirinya. Demikian juga pada anak-anak yang sudah menempuh jalur pendidikan tinggi dan berstatus mahasiswa. Persepsi mahasiswa akan berbeda satu dengan yang lainnya. Karena persepsi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor ekternal yang berasal dari luar dirinya, diantaranya adalah orangtua (Hurlock, 1999). Persepsi mahasiswa terhadap harapan orangtua yang berlebihan membuat dirinya merasa orangtua mengharuskan keinginan dan kehendaknya agar cepat menyelesaikan

(6)

studinya, sehingga membuat mahasiswa menjadi cemas yang mengakibatkan hasil yang diperoleh menjadi tidak maksimal.

Mahasiswa dipenuhi pertentangan diri sendiri, antara keharusan memenuhi harapan orangtua tersebut dengan keterbatasan kemampuan akademisnya. Adanya harapan orangtua yang tinggi terhadap mahasiswa yang tidak realistis akan prestasi akademik, dapat mempengaruhi persepsi terhadap harapan orangtua yang akhirnya tidak dapat dicapai sesuai sasaran yang dikehendaki (Hurlock, 2000).

Harapan merupakan keseluruhan dari kemampuan yang dimiliki individu untuk mengasilkan jalur mencapai tujuan yang diinginkan, bersamaan dengan motivasi yang dimiliki untuk menggunakan jalur-jalur tersebut (Snyder, 2000). Mahasiswa yang tertekan oleh harapan-harapan orangtua menyebabkan munculnya rasa takut akan kegagalan lulus di waktu yang telah ditentukan. Rasa takut akan kegagalan yaitu adanya antisipasi terhadap konsekuensi negatif terhadap kegagalan dan tidak adanya harapan untuk sukses. Ketakutan akan kegagalan bisa muncul dari konsekuensi negatif yang mengancam diri karena kegagalan atau ketidakberhasilan (Conroy, 2002).

Petri (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003) lebih lanjut menyatakan bahwa individu dengan ketakutan akan kegagalan cenderung menghindari situasi yang kompetitif dan beresiko. Ketidakpastian akan hal yang akan datang merupakan faktor utama dalam situasi beresiko yang tidak bisa ditoleransi oleh individu. Menurut Conroy (2007), ketakutan akan kegagalan adalah kecenderungan disposisional motif yang berbasis penghindaran kegagalan, karena seseorang merasa malu terhadap kegagalan.

(7)

“a fear of failure is more clearly a foe, because it also renders them vulnerable to setback, takes them on a roller-coaster ride of emotional ups and downs, and renders the journey to success somewhat difficult and uncertain.”

(Martin & Marsh, 2003)

Yang berarti bahwa rasa takut akan kegagalan merupakan “musuh” yang khususnya bisa menyebabkan rentan terhadap rasa ingin mundur, atau menyerah dalam menghadapi tantangan, merasakan emosi yang tidak stabil, dan membuat perjalanan menuju kesuksesan terasa sulit dan tidak pasti (Martin & Marsh, 2003).

Beberapa penelitian menunjukkan indikasi yang sama antara lain penelitian di Semarang, yang menyatakan bahwa sebanyak 53% mahasiswa Psikologi Universitas Semarang mengalami ketakutan akan kegagalan dalam kriteria yang tinggi dan 47% dalam kriteria yang rendah. Semakin tinggi harapan orangtua yang dipersepsi oleh mahasiswa maka semakin tinggi pula tingkat ketakutan akan kegagalan (Hidayah, 2012).

Dan juga penelitian yang terjadi di Malang, yang menyatakan bahwa tingkat persepsi mahasiswa terhadap harapan orangtua di Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang sebanyak 8% memiliki persepsi yang rendah tentang harapan orang tua, kemudian sebanyak 86% memiliki persepsi sedang tentang harapan orang tua dan 6% memiliki persepsi yang tinggi, yang berarti mahasiswa psikologi mempersepsikan bahwa orangtua menaruh cukup harapan terhadap kesuksesan mereka. Selanjutnya dari hasil penelitian juga

(8)

menunjukkan, bahwa tingkat ketakutan akan kegagalan mahasiswa fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang adalah tergolong sedang yaitu 88%, sedangkan 6% memiliki kekuatan rendah dan 6% memiliki ketakutan yang tinggi terhadap kegagalan. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan antara harapan orangtua yang dipersepsi oleh mahasiswa dengan ketakutan akan kegagalan.

Maka dari itu, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan ketakutan akan kegagalan dengan harapan orang tua pada mahasiswa di Universitas Mercu Buana Jakarta.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini:

1. Apakah ada hubungan antara harapan orangtua dengan ketakutan akan kegagalan pada mahasiswa dengan status rentan DO di Universitas Mercu Buana?

2. Bagaimana arah hubungan antara harapan orangtua dengan ketakutan akan kegagalan pada mahasiswa dengan status rentan DO di Universitas Mercu Buana?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui ada hubungan antara harapan orangtua dengan ketakutan akan kegagalan pada mahasiswa dengan status rentan DO di Universitas Mercu Buana.

(9)

2. Mengetahui arah hubungan antara harapan orangtua dengan ketakutan akan kegagalan pada mahasiswa dengan status rentan DO di Universitas Mercu Buana.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan memperkaya khasanah ilmu di dalam lingkup psikologi pendidikan, yaitu mengenai persepsi mahasiswa terhadap harapan orangtua dan ketakutan akan kegagalan dalam menyelesaikan studi tepat waktu.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi mahasiswa

Informasi mengenai persepsi mahasiswa terhadap harapan orangtua dengan prestasi belajar diharapkan dapat membantu mahasiswa memahami dirinya sendiri dan menerapkan strategi belajar yang tepat untuk mencapai kesuksesan dalam studi.

b. Bagi progam studi di fakultas dan universitas

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan masukkan sebagai bahan pertimbangan kepada progam studi, melakukan sosialisasi mengenai penanganan mahasiswa yang akan dikeluarkan (Drop Out) dengan konsultasi di Pusat Konsultasi Psikologi (PKP), serta dukungan dan semangat kepada mahasiswa untuk lebih fokus dalam proses pengerjaan skripsi. Dan dapat memberikan modul-modul

(10)

atau meminjamkan buku bagi mahasiswa tingkat akhir, sehingga mempermudah dalam pengerjaan skripsi.

c. Bagi pengembangan profesi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi mahasiswa yang akan melanjutkan pendidikan ke tingkat profesi di bidang khusus penanganan mahasiswa bermasalah.

d. Bagi orangtua

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada orangtua sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan dukungan sesuai dengan kemampuan anak dalam belajar

e. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat memperluas wawasan peneliti tentang konsep-konsep penelitian dan mengembangkan kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat diperkuliahan.

Referensi

Dokumen terkait

Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dalam. lembar ini yang juga membantu memberikan semangat

Beban kerja mengajar didistribusikan dua kali setahun di dalam pertemuan staf pengajar sebelum dimulai semester baru. Tidak ada mekanisme yang jelas

Bahwa sehubungan dengan butir a dan b tersebut di atas perlu diterbitkan Surat Keputusan Dekan SAPPK ITB tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Ketua Kelompok

Dimana Sig F < 0.05 sehingga Hipotesis dalam penelitian ini diterima, maka terdapat pengaruh yang negatif antara self-efficacy terhadap stres mahasiswa yang menyusun

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan korosi pada baja tulangan struktur beton adalah dengan menggunakan proteksi katodik, serta melakukan pencegahan

Untuk melakukan instalasi sistem operasi Windows Server 2003 pada komputer server, maka terlebih dahulu harus diketahui apakah hardware dari komputer sesuai

Bila suatu reaksi tidak berlangsung pada suhu tertentu, berarti tumbukan yang terjadi belum efektif, dengan menaikkan suhu maka energi kinetik partikel-partikel

Figur Rano Karno yang kapasitasnya sebagai incumbent, Wahidin Halim yang dianggap memiliki pengalaman birokrasi dan politik yang sangat matang, Andika Hazrumy