• Tidak ada hasil yang ditemukan

bertanya lanjut pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 9 Merangin Kabupaten Merangin.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "bertanya lanjut pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 9 Merangin Kabupaten Merangin."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENDAHULUAN

Guru merupakan salah satu komponen utama dalam proses belajar-mengajar dan ikut berperan dalam usaha pembentukan Sumber Daya Manusia yang potensial di bidang pembangunan. Guru harus memperhatikan keterampilan dalam mengajar (Sadiman, 2001: 123).

Guru atau pendidik adalah manusia yang memiliki fungsi utama dalam dirinya untuk membudayakan secara konkret potensi yang ada, demi kepentingan bersama. Pendidik dapat dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran, jika metode pembelajaran yang diterapkan mampu mengembangkan semangat dan kemampuan belajar lebih lanjut. Caranya dapat dilakukan dengan dialog, diskusi, dan “mencari kebenaran bersama”; misalnya membahas topik-topik yang nyata, logis, masuk akal, dan menantang untuk dipecahkan.

Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, terutama Pasal 1, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sementara itu, tenaga pendidik adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Adanya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, guru atau dosen sudah diakui sebagai tenaga profesional setara dengan profesi lain. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Mengingat begitu pentingnya peranan guru dalam proses peningkatan mutu pendidikan, pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas guru. Hal ini ditegaskan dalam Permendiknas Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Berdasarkan Permendiknas tersebut dijelaskan bahwa seorang guru harus memiliki empat kompetensi utama yaitu: kompetensi pedagogik, professional, kepribadian dan sosial.

Berkaitan dengan strategi pembelajaran, guru selain harus menguasai materi yang akan diajarkan dan juga harus mengetahui dan

menerapkan sejumlah keterampilan dasar dalam mengajar, sehingga proses belajar mengajar akan berjalan secara maksimal. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai guru adalah keterampilan bertanya (Djamarah, 2000).

Keterampilan bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi, bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berfikir. Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa, diantaranya: meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan. Keterampilan bertanya sangat penting dikuasai oleh guru karena hampir semua kegiatan-kegiatan belajar guru mengajukan pertanyaan dan kualitas guru menentukan jawaban dari murid.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di SMA Negeri 9 Merangin Kabupaten Merangin tanggal 15 April 2015, dari 2 (dua) orang guru yang mengajar Sejarah di kelas X guru belum menggunakan seluruh komponen keterampilan bertanya dasar dan bertanya lanjut pada saat proses pembelajaran berlangsung, sedangkan dalama proses pembelajaran sangat diperlukan kegiatan bertanya agar guru mengetahui pengetahuan dari siswa tentang topik yang dibahas. Guru sejarah kelas X, Supajrin Nadori menyatakan belum menggunakan seluruh komponen keterampilan bertanya karena kesulitan mengklasifikasi pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa. Sementara guru sejara kelas XI, Ade Putra menyatakan bahwa ketika melakukan keterampilan bertanya, jarang siswa yang mampu menjawab pertanyaan yang diajukan, padahal dalam pelaksanaan keterampilan bertanya, guru mengambil pertanyaan dari topik yang sedang dibahas.

Dalam kenyataan, guru belum mampu memberikan pertanyaan yang akan memberi umpan balik positif bagi siswa. Dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru dalam proses pembelajaran diharapkan siswa tertarik untuk mengikuti proses belajar mengajar dan tidak hanya itu murid juga tertantang pada suatu pembahasan yang dilaksanakan. Oleh karena itu guru haruslah terampil dalam bertanya dan menguasai seluruh komponen keterampilan bertanya, baik

(3)

keterampilan bertanya dasar maupun keterampilan bertanya lanjut.

Dari permasalahan di atas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu: 1) Apa kendala-kendala guru dalam pelaksanaan keterampilan bertanya dasar pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 9 Merangin Kabupaten Merangin? Dan 2) Apa kendala-kendala guru dalam pelaksanaan keterampilan bertanya lanjut pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 9 Merangin Kabupaten Merangin.

Dari rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1) Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam pelaksanaan keterampilan bertanya dasar pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 9 Merangin Kabupaten Merangin dan 2) Kendala-kendala guru dalam pelaksanaan keterampilan bertanya lanjut pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 9 Merangin Kabupaten Merangin. METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi evaluatif, peneliti berusaha menganalisis kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam pelaksanaan keterampilan bertanya dasar pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 9 Merangin Kabupaten Merangin

di SMA Negeri 9 Merangin Kabupaten Merangin, yang beralamat di Jangkat Kabupaten Merangin. Penelitian dilakukan pada tanggal 3 Agustus- 28 Agustus 2015, tepatnya pada semester ganjil tahun pelajaran 2015- 2016

Informan penelitian adalah guru yang mengajar mata pelajaran sejarah yang mengajar mata pelajaran sejarah berjumlah 2 orang, kepala sekolah dan wakil kurikulum SMA Negeri 9 Merangin

Analisa data menggunakan model interaktif (Interactive Model of Analysis), yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan, dilakukan dengan bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data (data collecting) sebagai suatu siklus

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

a. Kendala guru dalam pelaksanaan keterampilan bertanya dasar

1) Kendala guru dalam memberi acuan Sebuah pertanyaan dapat dijawab jika yang ditanya mengetahui informasi yang berkaitan dengan pertanyaan tersebut. Oleh karena itu sebelum bertanya, guru perlu memberikan acuan berupa informasi yang perlu diketahui siswa. Acuan yang harus

dimiliki siswa adalah buku. Hasil pengamatan yang dilakukan di kelas X.1, terlihat kendala guru dalam melakukan keterampilan memberi acuan pertanyaan yang diberikan, karena tidak seluruh siswa memiliki buku paket. Siswa yang memiliki paket di kelas X.1 adalah Mera Irawati, Reni, Siska Ayundari, Eva Krisdanti, Yurnawati dan Odi Suryawan. Hal yang sama juga ditemukan di kelas XI IPS 1, terlihat siswa yang memiliki buku ketika mengikuti pelajaran sejarah hanya 5 orang yaitu Sannah, Resti Wulandari, Reni Hadianti, Dewi dan Marwan. Hasil pengamatan diperkuat oleh ungkapan Supajrin Nadori Guru Sejarah kelas X sebagai berikut:

“Kendala ketika melakukan keterampilan bertanya dengan memberi acuan adalah sumber acuan yang terbatas dimiliki oleh siswa sehingga siswa kebingungan ketika menjawab pertanyaan. Seharusnya siswa memiliki buku 1 per orang sehingga siswa memiliki acuan ketika harus menjawab pertanyaan guru”.

Hasil observasi penulis di lapangan, bahwa dalam bertanya, guru tidak memperlihatkan sumber pertanyaan yang digunakan. Hal serupa juga dinyatakan oleh Ade Putra, Guru Sejarah kelas XI sebagai berikut:

“Ketika bapak menunjukkan acuan dari pertanyaan yang diajukan, siswa tidak memilikinya, padahal acuan yang diberikan adalah buku paket atau buku mata pelajaran sejarah. Seharusnya setiap siswa memiliki buku sehingga tidak kebingungan menjawab pertanyaan yang diajukan”.

Hasil observasi penulis di lapangan, terlihat bahwa banyak siswa yang tidak memiliki buku ketika belajar sejarah, siswa hanya mendengar penjelasan dari guru.

Observasi serta penjelasan guru di atas, kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan keterampilan bertanya dengan memberi acuan umumnya terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh siswa, terutama buku. Kurangnya kepemilikan buku siswa dan tidak adanya disediakan sarana dan prasarana di sekolah menyebabkan kendala ini sulit untuk diatasi. Seharusnya guru dapat melaksanakan keterampilan bertanya dasar, tetapi guru harus menyediakan terlebih dahulu materi yang akan ditanyakan.

(4)

2) Kendala guru dalam memusatkan perhatian siswa ketika melakukan pertanyaan

Hasil pengamatan yang dilakukan pada di kelas X.1 terlihat guru mengalami kendala dalam memusatkan perhatian siswa ketika melakukan pertanyaan pada pembelajaran sejarah. Guru tidak menentukan jumlah pertanyaan yang akan diberikan pada satu pertemuan dan tidak dapat menentukan pertanyaan luas dan pertanyaan sempit. Guru hanya memberikan pertanyaan luas saja sehingga jawaban yang diberikan siswa tidak menjurus pada satu topik yang diharapkan oleh guru, pertanyaan yang diajukan guru adalah tentang jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia. Hal yang sama juga ditemukan pada guru mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS 1, terlihat bahwa pertanyaan yang diajukan oleh guru diambil dari pertanyaan yang ada di buku paket.

Hasil pengamatan diperkuat oleh ungkapan Supajrin Nadori Guru Sejarah kelas X sebagai berikut:

“Kendala dalam memusatkan perhatian siswa ketika melakukan pertanyaan adalah membagi pertanyaan, maksudnya pertanyaan yang diajukan tersebut dapat dijawab secara rinci oleh siswa. Umumnya pertanyaan yang diajukan bersifat luas dan umum, sesuai dengan tingkat kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan”.

Hasil observasi penulis di lapangan, bahwa dalam proses pembelajaran guru hanya bertanya tentang satu topik yaitu tentang manusia pra aksara Indonesia.

Hal serupa juga dinyatakan oleh Ade Putra, Guru Sejarah kelas XI sebagai berikut:

“Untuk memberi pertanyaan yang dapat memusatkan perhatian siswa ketika melakukan pertanyaan agak sulit, karena materi yang harus diberikan dan dipelajari oleh siswa banyak sehingga bapak lebih sering menanyakan pertanyaan berdasarkan topik utama saja”.

Hasil observasi penulis di lapangan, terlihat bahwa guru bertanya tentang perkembangan agama Hindu saja. Seharusnya guru bertanya tentang perkembangan agama Hindu dan Budha sesuai dengan materi pelajaran.

Observasi serta penjelasan guru di atas, terlihat bahwa dalam proses belajar sejarah, guru kesulitan melaksanakan keterampilan bertanya dasar dalam memusatkan perhatian

siswa ketika melakukan pertanyaan. Kendala yang dihadapi guru adalah tidak dapat menentukan jumlah pertanyaan yang akan diberikan pada satu pertemuan dan tidak dapat menentukan pertanyaan luas dan pertanyaan sempit.

3) Kendala guru dalam melakukan pemidahan giiliran dalam bertanya

Hasil pengamatan yang dilakukan di kelas X.1 terlihat guru mengalami kendala dalam melakukan pemidahan giliran dalam bertanya. Hal ini terjadi karena siswa kesulitan merespon dalam proses belajar mengajar dan hanya sebagian kecil dari siswa yang mau menjawab pertanyaan yang diajukan, sehingga guru mengajukan pertanyaan kepada beberapa orang saja, diantaranya Odi Suryawan dan Siska Ayundari. Hal yang sama juga ditemukan pada guru mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS 1, terlihat guru memilih beberapa orang siswa ketika mengajukan pertanyaan, yaitu Ezi Mardianto, Sannah dan Anton.

Hasil pengamatan diperkuat oleh ungkapan Supajrin Nadori Guru Sejarah kelas X sebagai berikut:

“Kendala dalam melakukan pemidahan giliran dalam bertanya, karena banyak siswa yang kurang merespon pelajaran yang diberikan. Disamping itu, kalau diberikan pertanyaan, hanya sebagian kecil dari siswa yang mau menjawab pertanyaan yang diajukan”.

Observasi penulis di lapangan, terlihat bahwa guru bertanya pada 3 orang saja. Siswa lain terlihat takut untuk mendapat giliran pertanyaan dari guru.

Hal serupa juga dinyatakan oleh Ade Putra, Guru Sejarah kelas XI sebagai berikut:

“Apabila memberi pertanyaan kepada siswa, bapak tidak dapat memilih siswa sesuka hati karena kebanyakan siswa hanya diam ketika ditanya. Kelas XI IPS 1 yang aktif menjawab pertanyaan yang diajukan hanya 3 orang, sementara kelas XI IPS 2 hanya 5 orang. Hal ini menyulitkan ketika harus memberi pertanyaan secara bergilir dan teratur kepada setiap siswa”.

Hasil observasi penulis di lapangan, terlihat bahwa dalam bertanya, guru cenderung memberi pertanyaan kepada beberapa orang siswa saja. Guru tidak melemparkan pertanyaan kepada seluruh siswa di dalam kelas.

(5)

Observasi serta penjelasan guru dan wakil kepala sekolah di atas, terlihat bahwa dalam proses belajar sejarah, guru belum dapat melakukan pemindahan giliran dalam bertanya karena banyak siswa yang tidak merespon pertanyaan yang diajukan oleh guru. Pada proses pembelajaran, hanya sebagian kecil siswa yang mau menjawab pertanyaan guru dan siswa tersebut hanya itu ke itu saja.

4) Kendala guru dalam melakukan penyebaran Hasil pengamatan yang dilakukan di kelas X.1 terlihat guru mengalami kendala dalam melakukan penyebaran pertanyaan, karena pertanyaan yang disiapkan oleh guru jumlahnya sedikit. Hal yang sama juga ditemukan pada guru mata pelajaran sejarah kelas XI, guru kesulitan untuk melakukan penyebaran pertanyaan disebabkan kurangnya pengetahuan siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Hal ini terjadi karena siswa yang mau menjawab pertanyaan dari guru guru jumlahnya juga sedikit.

Hasil pengamatan diperkuat oleh ungkapan Supajrin Nadori Guru Sejarah kelas X sebagai berikut:

“Kendala dalam melakukan penyebaran pertanyaan ketika belajar sejarah adalah kurangnya kemauan siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Siswa di sekolah ini terbiasa menerima penjelasan dari guru, karena sumber belajar di sekolah ini terbatas yaitu buku. Terbatasnya buku membuat wawasan siswa kurang luas sehingga tidak mampu untuk menjawab pertanyaan guru”.

Hasil observasi penulis di lapangan, terlihat masih bertanya kepada siswa yang sama pada pembelajaran sejarah minggu kemaren. Guru belum berani bertanya kepada siswa lain karena takut siswa tersebut tidak mampu untuk menjawab pertanyaan.

Hal serupa juga dinyatakan oleh Ade Putra, Guru Sejarah kelas XI sebagai berikut:

“Kendala yang dihadapi ketika harus melakukan penyebaran pertanyaan adalah kemampuan siswa seluruh siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Untuk masing-masing pertemuan, biasanya siswa yang menjawab orangnya tidak berubah, sementara siswa lain hanya mau mendengarkan penjelasan dari guru”.

Hasil observasi penulis di lapangan, bahwa guru memilih siswa untuk diberi pertanyaan. Siswa yang bertanya cenderung siswa yang aktif dalam belajar atau diskusi.

Observasi serta penjelasan guru di atas, terlihat bahwa dalam proses belajar sejarah, guru telah melakukan keterampilan, tetapi tidak dapat diterapkan seluruh indikator yang ada, salah satunya adalah melakukan penyebaran pertanyaan kepada seluruh siswa dalam kelas. Siswa cenderung untuk menerima penjelasan yang diberikan guru dan kurang dalam menjawab pertanyaan dari guru, terutama jawaban lisan.

5) Kendala guru dalam pemberian tuntunan Hasil pengamatan yang dilakukan di kelas X.1 terlihat guru mengalami kendala dalam pemberian tuntunan pada siswa, karena jawaban siswa sering jauh dari jawaban yang sebenarnya. Apabila pertanyaan yang diberikan kurang tepat, biasanya guru memberi tanggapan dengan memberi tuntunan terhadap jawaban pertanyaan. Salah satu contoh pertanyaan yang diajukan guru di kelas X.1 adalah “Apa kegunaan sejarah secara instrik”, sementara jawaban dari siswa adalah kegunaan sejarah adalah untuk mengenang peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Hal yang sama juga ditemukan pada guru mata pelajaran di kelas XI IPS 1, guru belum memberi tuntunan ketika memberi pertanyaan. Pertanyaan tentang proses masuknya agama Hindu-Budha ke Indonesia tidak disertai dengan peta sebagai media yang dapat memperjelas jawaban siswa.

Hasil pengamatan diperkuat oleh ungkapan Supajrin Nadori Guru Sejarah kelas X sebagai berikut:

“Ketika harus memberi tuntunan terhadap jawaban pertanyaan yang bapak ajukan, kadang mengalami kendala karena jawaban yang diberikan siswa masih terlalu jauh dari jawaban sebenarnya. Biasanya untuk mendapatkan jawaban yang lebih tepat, bapak memberikan pertanyaan tersebut pada beberapa orang siswa dan sesudah itu membandingkan jawaban seluruh siswa dan menerangkan jawaban yang paling mendekati”.

Hasil observasi, terlihat bahwa guru meluruskan jawaban yang diberikan oleh siswa. Hal serupa juga dinyatakan oleh Ade Putra, Guru Sejarah kelas XI sebagai berikut:

(6)

“Kendala dalam memberi tuntunan jawaban siswa karena siswa kadang asal menjawab pertanyaan yang diajukan, contohnya ketika bapak menanyakan tentang jalur masuknya agama Hindu-Budha ke Indonesia, jawaban siswa umumnya seragam yaitu dari Pulau Bali. Hal ini menyulitkan untuk memberi tuntunan yang benar kepada siswa dan kendala juga karena tidak adanya peta di sekolah ini”.

Hasil observasi penulis di lapangan, guru menuntun siswa sampai siswa tersebut menemukan jawaban yang sebenarnya dari pertanyaan yang diajukan. Guru mengalami kendala dalam pemberian tuntunan pada siswa terhadap jawaban pertanyaan yang diajukan. Jawaban siswa yang sering asal-asalan serta tidak tepat membuat guru susah untuk memberikan tuntunan karena jawaban yang diberikan oleh siswa tidak mengarah kepada jawaban pertanyaan yang diajukan. b. Kendala guru dalam Pelaksanaan

Keterampilan Bertanya Lanjut

1) Kendala guru dalam pengubahan tuntunan tingkat kognitif

Hasil pengamatan yang dilakukan di kelas X.1 terlihat guru mengalami kendala dalam melakukan keterampilan bertanya lanjut dengan pengubahan tuntunan tingkat kognitif, guru belum mengajukan pertanyaan berdasarkan tingkatan kognitif sehingga pertanyaan yang diajukan masih pertanyaan dasar. Hal yang sama juga ditemukan pada guru mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS 1, kendala yang dialami guru adalah menentukan tingkat kognitif pertanyaan.

Hasil observasi diperkuat oleh ungkapan Supajrin Nadori Guru Sejarah kelas X sebagai berikut:

“Kendala dalam pelaksanaan keterampilan bertanya lanjut dengan pengubahan tuntunan tingkat kognitif adalah sulit untuk menentukan tingkat kognitif suatu pertanyaan. Ketika bapak memberi pertanyaan, yang lebih diutamakan adalah pertanyaan jelas dan singkat ”.

Hasil observasi, terlihat bahwa pertanyaan yang diajkan oleh guru belum berdasarkan tingkat kognitif. Pertanyaan yang diberi kebanyakan pertanyaan singkat.

Hal serupa juga dinyatakan oleh Ade Putra, Guru Sejarah kelas XI sebagai berikut:

“Ketika harus melaksanakan keterampilan bertanya lanjut dengan

pengubahan tuntunan tingkat kognitif, kesulitan yang dihadapi adalah tingkat kognitif pertanyaan itu sendiri dan tidak bisa membedakan tingkat kognitif pertanyaan tersebut”.

Hasil observasi, terlihat bahwa guru belum mampu memberi pertanyaan yang membedakan tingkat kognitif.

Berdasarkan observasi serta penjelasan guru di atas, terlihat bahwa kendala yang dihadapi oleh guru mata pelajaran sejarah kelas X dan kelas XI dalam pelaksanaan keterampilan bertanya lanjut dengan pengubahan tuntunan tingkat kognitif adalah menentukan tingkat kognitif pertanyaan. Guru umumnya memberi pertanyaan berdasarkan tingkat kejelasan pertanyaan saja tanpa mempertimbangkan tingkat kognitif pertanyaan.

2) Kendala guru dalam pengaturan urutan pertanyaan

Hasil pengamatan yang dilakukan di kelas X.1 terlihat guru mengalami kendala dalam dalam pelaksanaan keterampilan bertanya lanjut dengan pengaturan urutan pertanyaan, karena pertanyaan yang dijukan umumnya seling-seling tanpa memperhatikan urutan materi yang diajarkan. Hal yang sama juga ditemukan pada guru mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS 1, guru belum mengatur pertanyaan yang diberikan, terutama urutan pertanyaan sesuai dengan materi yang diajarkan.

Pernyataan tersebut senada dengan ungkapan Supajrin Nadori Guru Sejarah kelas X sebagai berikut:

“Kendala dalam pelaksanaan keterampilan bertanya lanjut dengan pengaturan urutan pertanyaan adalah mengatur urutan pertanyaan seuai dengan materi yang diajarkan. Kadang pertanyaan yang diajukan adalah materi yang terakhir diajarkan. Semua pertanyaan tersebut sebenarnya telah disiapkan, tetapi tidak seluruhnya digunakan”.

Hasil observasi, terlihat bahwa pertanyaan yang diberikan guru adalah pertanyaan berdasarkan materi yang terakhir.

Hal serupa juga dinyatakan oleh Ade Putra, Guru Sejarah kelas XI sebagai berikut:

“Sampai saat ini untuk melakukan keterampilan bertanya kepada siswa secara jelas dan singkat karena hal itu merupakan keterampilan dasar guru. Setiap masuk belajar, bapak selalu

(7)

bertanya, terutama sebelum pelajaran dimulai, tujuannya adalah untuk merangsang siswa untuk saling belajar”.

Hasil observasi penulis di lapangan, terlihat bahwa pertanyaan yang diajukan guru tidak teratur, kadang materi minggu lalu dan kadang materi yang akan dipelajari.

Berdasarkan observasi serta penjelasan guru di atas, terlihat bahwa dalam proses belajar sejarah, guru mengalami kendala dalam pelaksanaan keterampilan bertanya lanjut dengan pengaturan urutan pertanyaan. Penyampaian materi sebenarnya sesuai dengan urutan, tetapi pertanyaan yang disampaikan belum berurutan.

3) Kendala guru dalam pertanyaan pelacak Hasil pengamatan yang dilakukan di kelas X.1 terlihat guru dalam pelaksanaan keterampilan bertanya lanjut dengan pertanyaan pelacak, sebenarnya guru telah menggunakan pertanyaan pelacak, tetapi prosesnya belum sesuai dengan petunjuk penggunaan pertanyaan pelacak. Guru mata pelajaran sejarah kelas X menggunakan pertanyaan pelacak, tetapi tidak utuh. Ketika ada siswa yang menjawab pertanyaan, guru tidak menanyakan kepada seluruh anggota kelas mengerti terhadap jawaban dari siswa tersebut. Hal yang sama juga ditemukan pada guru mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS 1, guru tidak menggunakan pertanyaan pelacak ketika memberi pertanyaan kepada siswa.

Hal ini senada dengan ungkapan Supajrin Nadori Guru Sejarah kelas X sebagai berikut:

“Kendala dalam menggunakan pelacak adalah kurangnya tanggapan dari siswa lain ketika suatu pertanyaan telah dijawab salah seorang siswa. Siswa lain tidak mampu untuk menentukan apakah jawaban dari teman mereka betul atau salah. Setelah mengajukan pertanyaan, biasanya bapak menerangkan kembali tentang jawaban siswa, tetapi hanya sepintas mengingat banyaknya materi yang harus diterangkan”.

Hasil observasi terlihat bahwa siswa yang diberi pertanyaan bingung ketika harus menjawab. Jawaban siswa tidak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Ade Putra, Guru Sejarah kelas XI sebagai berikut:

“Menggunakan pertanyaan pelacak ketika melaksanakan keterampilan bertanya itu termasuk sulit, karena siswa disini kurang paham tentang materi. Hal

ini disebabkan terbatasnya pengetahuan siswa tentang materi yang diajarkan. Untuk itu, pertanyaan pelacak jarang digunakan pada proses belajar mengajar”.

Hasil observasi, terlihat jawaban dari siswa kurang tepat sehingga guru tidak dapat melanjutkan pertanyaan selanjutnya.

Observasi serta penjelasan guru di atas, terlihat bahwa dalam proses belajar Sejarah, guru mengalami kendala dalam pelaksanaan keterampilan bertanya lanjut dengan pertanyaan pelacak. Guru sebenarnya telah melaksanakan keterampilan bertanya lanjut dengan pertanyaan pelacak, tetapi tidak utuh.

4) Kendala guru dalam mendorong terjadinya interaksi

Hasil pengamatan yang dilakukan di kelas X.1 terlihat guru mengalami kendala dalam melaksanakan keterampilan bertanya lanjut dengan mendorong terjadinya interaksi, seperti guru langsung menunjuk satu orang siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dan tidak melempat pertanyaan tersebut ke siswa lain. Hal ini terjadi karena siswa yang mau terlibat dalam menjawab pertanyaan guru jumlahnya sedikit. Hal yang sama juga ditemukan pada guru mata pelajaran sejarah kelas XI, pengamatan di kelas XI IPS 1, guru memberikan 2 buah pertanyaan kepada siswa tetapi tidak ada jawaban siswa yang benar.

Hal ini senada dengan ungkapan Supajrin Nadori Guru Sejarah kelas X sebagai berikut:

“Kendala yang bapak alami dalam pelaksanaan keterampilan bertanya lanjut dengan mendorong terjadinya interaksi adalah terbatasnya siswa yang mau dan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan sehingga sering menunjuk satu orang siswa untuk menjawab pertanyaan”.

Hasil observasi, terlihat bahwa belum terjadi interaksi antar siswa. Siswa yang menjawab tidak mau membagi sumber dengan teman.

Hal serupa juga dinyatakan oleh Ade Putra sebagai berikut:

“Kendala yang dialami dalam pelaksanaan keterampilan bertanya lanjut dengan mendorong terjadinya interaksi adalah siswa jarang bahkan tidak pernah bertanya ketika belajar. Siswa di sini lebih condong menerima penjelasan dari

(8)

guru, dan ketika ditanya, hanya beberapa orang siswa saja yang mau menjawab pertanyaan yang diajukan. Seharusnya melalui pertanyaan yang diajukan seluruh anggota kelas dapat saling berinteraksi, yaitu mendiskusikan jawaban dari pertanyaan yang diajukan”. Hasil observasi, terlihat bahwa dalam siswa yang diberi pertanyaan cenderung menanyakan hal yang sama kepada siswa lain.

Observasi serta penjelasan guru di atas, terlihat bahwa dalam proses belajar sejarah, guru belum dapat melaksanakan keterampilan bertanya lanjut dengan mendorong terjadinya interaksi. Ketika memberi pertanyaan, hanya beberapa orang siswa yang mampu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.

2. Pembahasan

Kendala yang dihadapi guru dalam dalam pelaksanaan keterampilan bertanya dasar pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 9 Merangin Kabupaten Merangin adalah: 1) terbatasnya siswa yang memiliki buku paket sehingga guru sulit untuk memberi acuan pertanyaan yang diajukan, 2) guru tidak dapat menentukan jumlah pertanyaan yang akan diberikan pada satu pertemuan dan tidak dapat menentukan pertanyaan luas dan pertanyaan sempit, 3) sedikit siswa yang merespon pertanyaan yang diajukan oleh guru sehingga guru kesulitan untuk melakukan pemindahan giliran dalam menjawab pertanyaan, 4) kurangnya pengetahuan dan kemauan siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru, sehingga tidak dapat melakukan penyebaran pertanyaan dan 5) siswa menjawab pertanyaan yang diajuka guru dengan asal-asalan atau jawaban tidak tepat, sehingga guru kesulitan untuk meluruskan jawaban siswa.

Kendala yang dihadapi guru dalam dalam pelaksanaan keterampilan bertanya lanjut pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 9 Merangin Kabupaten Merangin adalah: 1) guru belum bisa menentukan tingkat kognitif pertanyaan yang diajukan pada siswa, 2) guru tidak melakukan pengurutan pertanyaan karena materi pelajaran terlalu banyak, 3) komponen pertanyaan terlalu banyak sehingga guru kesulitan menentukan komponen yang akan digunakan dalam mengajukan pertanyaan dan 4) pertanyaan yang diajukan tidak mendorong interaksi antar siswa, karena siswa belum memiliki pengetahuan yang dalam.

3. Implikasi

Siswa yang tidak memiliki buku sumber ketika mengikuti proses belajar mengajar dapat menambah pengetahuan melalui informasi yang bisa didapatkan dari buku. Untuk itu, siswa perlu memiliki buku sumber yang lebih banyak agar mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan lancar.

Masih kurangnya kemampuan guru mengadakan keterampilan bertanya dapat diatasi dengan meningkatkan kualitas guru yang bersangkutan., misalnya guru mengikuti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sehingga dapat menambah kemampuan dalam keterampilan bertanya. Dengan demikian guru bisa memiliki keterampilan bertanya sehingga pelaksanaan keterampilan bertaya dapat dilaksanakan denga baik.

KESIMPULAN

1. Kendala yang dihadapi guru dalam dalam pelaksanaan keterampilan bertanya dasar adalah: a) terbatasnya siswa yang memiliki buku paket, b) guru tidak dapat menentukan jumlah pertanyaan yang akan diberikan dan tidak dapat menentukan pertanyaan luas dan pertanyaan sempit, c) sedikit siswa yang merespon pertanyaan yang diajukan oleh guru, d) kurangnya pengetahuan dan kemauan siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru, dan e) siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru dengan asal-asalan atau jawaban tidak tepat.

2. Kendala yang dihadapi guru dalam dalam pelaksanaan keterampilan bertanya lanjut adalah: a) guru belum bisa menentukan tingkat kognitif pertanyaan yang diajukan pada siswa, b) guru tidak melakukan pengurutan pertanyaan karena materi pelajaran terlalu banyak, c) komponen pertanyaan terlalu banyak dan d) pertanyaan yang diajukan tidak mendorong interaksi antar siswa.

Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat disarankan sebgai berikut:

1. Diharapkan pihak sekolah memperhatikan kelengkapan sarana dan prasarana untuk mendukung proses belajar mengajar. 2. Seharusnya guru tidak hanya mengetahui

secara teori saja manfaat keterampilan bertanya dasar dan lanjut dalam proses pembelajaran tetapi dalam kegiatan belajar mengajar juga dipraktekkan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. 3. Siswa untuk dapat melengkapi sarana

(9)

yang bertujuan untuk lebih memahami materi pelajaran.

4. Peneliti selanjutnya, untuk dapat meneliti tentang keterampilan guru serta kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan keterampilan mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Bukhari, Alma, dkk. 2009. Guru Professional. Bandung : Alfabeta

E. Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Professional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian

Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16

tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Sadiman, Arif. 2001. Interaksi dan Motivasi

Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Syaiful Bahri Djamarah. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : PT Rineka Cipta

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Bandung: Citra Umbara

Referensi

Dokumen terkait

Semoga bahan ajar dan CD yang telah kami buat ini dapat membantu proses pemahaman anda dalam matematika khususnya pada materi bangun ruang sisi lengkung. Nantikan juga

• Kajian pustaka dan artikel Communication Skill, Collaborative, Creative thinking, Critical thinking, Problem solving, Culture Value, Spiritual, Peer Evaluation

Enkripsi adalah proses dimana informasi/data yang hendak dikirim diubah menjadi bentuk yang hampir tidak dikenali sebagai informasi awalnya dengan menggunakan algoritma

Berdasarkan pada Tabel l, i terlihat bahwa dari 15 kecamatan yang berada pada Kabupaten Banyuasin, Kecamatan Muara Telang merupakan kecamatan yang memiliki

Pada kondisi tertentu pertumbuhan tanaman ini menjadi sangat pesat karena adanya limbah dari pupuk tanaman yang ter- bawa aliran air ke sungai sehingga dapat menyebabkan …!.

Eskuzko prentsaketa egiten den bitartean, gaztari forma ere eman behar zaio. Hori dela eta, aurretik aipatutako gaztanontziak erabiltzen ziren. Tek- nika hau mundu guztian

Sekolah Dasar di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebesar, Prevalensi kecacingan positif pada murid Sekolah Dasar di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebesar 22