• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi dan Preferensi Kualitas Estetika Lanskap Kampus Fakultas Pertanian Universitas Udayana - Jimbaran Bali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Persepsi dan Preferensi Kualitas Estetika Lanskap Kampus Fakultas Pertanian Universitas Udayana - Jimbaran Bali"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Persepsi dan Preferensi Kualitas Estetika Lanskap Kampus

Fakultas Pertanian Universitas Udayana - Jimbaran Bali

RIZKY ADITYA RIFAI I NENGAH ARTHA*)

IDA AYU MAYUN

Prodi Arsitektur Pertamanan, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. PB Sudirman Denpasar 80362 Bali

*) E-mail: nengah_artha@unud.ac.id ABSTRACT

Perception and Preference of the Campus Landscape Aesthetic Quality Faculty of Agriculture Udayana University - Jimbaran Bali

Generally the Faculty of Agriculture Udayana University Jimbaran Bali landscape has not been organized properly, except around the administration building. Unorganized landscape can be seen from visual quality or the aesthetic. This research aims to know students’ perceptions and preferences about the college landscape aesthetic, especially between organized and unorganized landscape areas. This research used Semantic Differentials measurement methods. The result shows that students’ perceptions of the campus landscape aesthetic based on form and color-scoring criteria are monoton, informal, linear, bright, cold, and secondary color.

Keywords: aesthetic, campus landscape, perceptions, preferences, Semantic

Differentials

1. Pendahuluan

Kampus Fakultas Pertanian Universitas Udayana berlokasi di dua tempat yaitu di Jl. PB Sudirman, Denpasar dan di Jl. Raya Kampus Bukit Jimbaran Kabupaten Badung. Kampus Fakultas Pertanian Universitas Udayana Jimbaran memiliki luas areal kurang lebih dua hektar (20.000 m2). Lanskap kampus merupakan salah satu faktor penunjang dalam kegiatan belajar mengajar, meneliti, sosialisasi, dan kegiatan-kegiatan akademis lainnya. Lanskap kampus yang ideal haruslah berfungsi secara fungsional dan dapat mengakomodasi semua kegiatan civitas akademika didalamnya. Secara keseluruhan keadaan lanskap di kampus ini dirasa masih sangat kurang terpelihara, areal yang dirasa cukup terpelihara hanya meliputi pada bagian depan kampus atau di sekitar gedung dekanat. Selebihnya adalah areal yang dirasa sangat kurang terpelihara, terutama dari segi kualitas visual atau estetikanya. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi dan preferensi civitas akademik terhadap estetika lanskap Kampus Fakultas Pertanian Universitas Udayana Jimbaran, khususnya antara areal yang lanskap yang terpelihara dan tidak terpelihara.

(2)

2. Bahan dan Metode

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga September 2013 di kampus Fakultas Pertanian Universitas Udayana Jimbaran Bali. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuisioner, melibatkan 30 responden yang merupakan mahasiswa Agroekoteknologi semester dua. Sedangkan alat yang digunakan yaitu kamera digital, notebook/laptop, piranti lunak SPSS Statistics, dan LCD Projector Penelitian dilakukan dengan metode Semantic Differentials, melalui tiga tahapan yaitu tahap survei meliputi (a)identifikasi zona, penentuan vantage point, pemotretan dan evaluasi kualitas image, (b) tahap penilaian dan (c) tahap pengolahan data dan analisis.

Foto Lanskap 1 (L1) Foto Lanskap 2 (L2) Foto Lanskap 3 (L3) Foto Lanskap 4 (L4)

Foto Lanskap 5 (L5) Foto Lanskap 6 (L6) Foto Lanskap 7 (L7) Foto Lanskap 8 (L8)

Foto Lanskap 9 (L9) Foto Lanskap 10 (L10)

Gambar 1. Foto Lanskap Terpilih 3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Bentuk

Dalam desain bentuk haruslah mengikuti fungsi. Bentuk dapat memberi arti atau makna tersendiri, bentuk juga dapat memberikan suatu kesan dan pergerakan, apakah formal, aktif, atau dinamis. Didasari oleh hal tersebut, dalam penelitian ini terdapat tiga kriteria penilaian yang mewakili, yaitu Kriteria 1 (Variatif - Monoton), Kriteria 2 (Informal - Formal), dan Kriteria 3 (Linier - Lingkaran).

Variatif yang di maksudkan dalam penelitian ini adalah banyaknya variasi bentuk terhadap komposisi lanskap, sebaliknya yang di maksud monoton adalah minimnya variasi bentuk terhadap komposisi lanskap. Sedangkan informal adalah suatu komposisi bentukan lanskap yang berkesan dinamis dan alami atau tidak teratur, sebaliknya yang di maksud formal adalah suatu bentukan lanskap yang berkesan statis dan simetris. Selanjutmya yang di maksud linier adalah suatu bentukan lanskap yang memiliki kesan pergerakan garis lurus, sebaliknya yang di maksud lingkaran adalah suatu bentukan lanskap dengan pola melengkung atau lingkaran.

(3)

Gambar 2. Grafik Penilaian Semantic Differentials (Bentuk)

3.1.1 Kriteria 1 (Variatif – Monoton)

Dapat disimpulkan pada Gambar 2 bahwa pada L5 memiliki kecenderungan

bentukan lanskap yang lebih bervariasi dibandingkan dengan gambar lainnya. Sedangkan L6 adalah lanskap yang memiliki bentukan paling monoton.

Hasil penilaian dari responden ini dipengaruhi oleh karakter visual dari L5 yang

memiliki beragam vegetasi didalamnya dengan susunan berstrata yang disusun secara melengkung atau berkelok, ragam kombinasi ini dapat memberi kesan yang dinamis. Didukung oleh pernyataan Gunawan (2005), penanaman pohon, semak, atau rumput yang teratur dan mempunyai konsep penataan yang jelas dapat meningkatkan kualitas estetika.

Tabel 1. Hasil Rataan Bobot Penilaian Semantic Differentials (Kriteria 1) Gambar Rataan L₁ L₂ L₃ L₄ L₅ L₆ L₇ L₈ L₉ L₁₀ L ₁ 2.6000 L ₂ 3.3333 ** L ₃ 2.9667 NS NS L ₄ 2.5000 NS ** NS L ₅ 2.3667 NS ** NS NS L ₆ 4.1667 ** ** ** ** ** L ₇ 4.1333 ** ** ** ** ** NS L ₈ 4.0000 ** ** ** ** ** NS NS L ₉ 3.6667 ** NS NS ** ** NS NS NS L ₁₀ 3.4000 ** NS NS ** ** ** ** ** NS Keterangan:

** : Rataan bobot penilaian kedua gambar menunjukkan nilai yang berbeda nyata dengan uji nilai tengah t-student pada taraf kepercayaan 95%.

NS : Rataan bobot penilaian kedua gambar menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dengan uji nilai tengah t-student pada taraf kepercayaan 95%.

(4)

Kesan monoton pada L6 didasari oleh minimnya stratifikasi tanaman dan

dominannya tegakan pohon. Didukung juga oleh pernyataan Maharta (2004), komposisi vegetasi berupa stratifikasi, rumpun, serta ukuran juga mempengaruhi kualitas estetika. Semakin tinggi stratifikasi tanaman semakin tinggi keindahan visual.

3.1.2 Kriteria 2 (Informal – Formal)

Dapat disimpulkan pada Gambar 2 kecenderungan bentukan lanskap yang formal terdapat pada L2, sedangkan L9 memiliki bentukan lanskap yang informal.

Hasil dari penilaian responden menunjukkan kecenderungan bentukan informal masih di dominasi kelompok taman tidak terpelihara, sedangkan pada kelompok taman terpelihara kecenderungan bentukan informal terdapat juga pada L3 dan L5.

Hal ini dikarenakan pada L2 memiliki pola bentukan persegi dan simetris pada

elemen keras yang terdapat didalamnya maupun penyusunan dari vegetasi itu sendiri. Pola persegi digambarkan sebagai bentuk yang statis dan bersifat kuat (Hakim dan Utomo, 2008).

Sedangkan pada L9, L3, dan L5 kesan informal yang ditangkap oleh responden

didasari oleh bentukan yang tidak teratur serta pola-pola melengkung dari lanskap tersebut, mencirikan bentukan alami yang erat kaitannya dengan kesan informal. Pola garis lengkung umumnya bersifat dinamis, riang, lembut, dan memberi pengaruh gembira (Hakim dan Utomo, 2008).

Tabel 2. Hasil Rataan Bobot Penilaian Semantic Differentials (Kriteria 2) Gambar Rataan L ₁ L ₂ L ₃ L₄ L ₅ L ₆ L ₇ L ₈ L ₉ L ₁₀ L ₁ 3.4333 L ₂ 3.6667 NS L ₃ 2.8667 NS ** L ₄ 3.5000 NS NS NS L ₅ 2.4333 ** ** NS ** L ₆ 2.3333 ** ** NS ** NS L ₇ 1.7000 ** ** ** ** ** ** L ₈ 2.0000 ** ** ** ** NS NS NS L ₉ 1.6667 ** ** ** ** ** NS NS NS L ₁₀ 2.0333 ** ** ** ** NS NS NS NS NS Keterangan:

** : Rataan bobot penilaian kedua gambar menunjukkan nilai yang berbeda nyata dengan uji nilai tengah t-student pada taraf kepercayaan 95%.

NS : Rataan bobot penilaian kedua gambar menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dengan uji nilai tengah t-student pada taraf kepercayaan 95%.

3.1.3 Kriteria 3 (Linier – Lingkaran)

Dapat disimpulkan pada Gambar 2 kecenderungan bentukan lanskap lingkaran terdapat pada L5, sedangkan kecenderungan bentukan linier terdapat pada L6 dan L8.

Terdapat kecenderungan responden terhadap persepsi bentukan linier, hampir semua gambar cenderung menunjukkan ke arah kutub linier, kecuali pada L5 yang

(5)

pada lanskap L5 didasari oleh pola-pola melengkung dalam penyusunan vegetasi.

Pola lingkaran atau bola memberi kesan tuntas, labil, bergerak, dan dinamis (Hakim dan Utomo, 2008). Sementara kecenderungan bentukan linier yang terdapat pada L6

dan L8 dipengaruhi dominansi pohon-pohon yang tegak menjulang menimbulkan

kesan pergerakan vertikal yang tegas. Bila ruang luar didominasi oleh unsur-unsur garis vertikal maka suasana ruangnya akan terasa formal, kaku, serius, dan tidak santai (Hakim dan Utomo, 2008).

Tabel 3. Hasil Rataan Bobot Penilaian Semantic Differentials (Kriteria 3) Gambar Rataan L ₁ L ₂ L ₃ L ₄ L₅ L ₆ L ₇ L₈ L ₉ L ₁₀ L ₁ 2.0000 L ₂ 2.2333 NS L ₃ 2.8000 ** NS L ₄ 2.1667 NS NS NS L ₅ 3.4333 ** ** ** ** L ₆ 1.7667 NS ** ** NS ** L ₇ 1.9333 NS NS ** NS ** NS L ₈ 1.7667 NS NS ** ** ** NS NS L ₉ 2.5333 ** NS NS NS ** ** ** ** L ₁₀ 2.2000 NS NS ** NS ** ** NS ** NS Keterangan:

** : Rataan bobot penilaian kedua gambar menunjukkan nilai yang berbeda nyata dengan uji nilai tengah t-student pada taraf kepercayaan 95%.

NS : Rataan bobot penilaian kedua gambar menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dengan uji nilai tengah t-student pada taraf kepercayaan 95%.

3.2 Warna

Selain bentuk, warna juga termasuk salah satu komponen unsur-unsur desain. Warna kaitannya dalam suatu desain dapat memberikan suatu kesan dan juga mempunyai efek psikologis. Contohnya pemilihan suatu warna dalam desain dapat memberikan kesan ruang menjadi sempit atau luas, kesan hangat atau sejuk, dan berat atau ringannya suatu benda. Didasari hal tersebut, dalam penelitian ini terdapat kriteria penilaian yang mewakili psikologi warna, yaitu Kriteria 4 (Terang - Gelap) dan Kriteria 5 (Panas - Dingin), sedangkan Kriteria 6 (Primer - Sekunder) mewakili kelas warna.

Terang - gelap yang di maksud adalah value, yaitu mengenai gelap terangnya warna atau derajat kecerahan warna (contoh: tingkatan warna dari putih hingga hitam). Sedangkan panas yang di maksud dalam penelitian ini adalah warna-warna hangat atau bersifat hangat (contoh: warna merah dan warna kuning), sebaliknya yang di maksud dingin adalah warna-warna sejuk atau bersifat sejuk (contoh: warna biru dan warna hijau). Selanjutnya yang di maksud primer adalah warna utama atau warna dasar yang tidak dicampur dengan warna lainnya (contoh: warna merah, warna kuning, dan warna biru), sebaliknya sekunder adalah warna kedua atau warna hasil pencampuran dari warna-warna primer dengan perbandingan 1:1, contohnya warna ungu (pencampuran dari warna merah dan warna biru), warna oranye

(6)

(pencampuran dari warna merah dan warna kuning), warna hijau (pencampuran dari warna biru dan warna kuning).

Gambar 3. Grafik Penilaian Semantic Differentials (Warna)

3.2.1 Kriteria 4 (Terang – Gelap)

Dapat dilihat pada Gambar 3 rataan bobot hasil penilaian tertinggi terdapat pada L8, sedangkan rataan bobot terendah terdapat pada L9. Kesimpulannya lanskap pada

L8 memiliki kecenderungan warna yang paling gelap, sedangkan sebaliknya pada L9

memiliki kecenderungan warna yang sangat terang dibandingkan dengan yang lainnya.

Tabel 4. Hasil Rataan Bobot Penilaian Semantic Differentials (Kriteria 4) Gambar Rataan L ₁ L ₂ L ₃ L ₄ L ₅ L ₆ L ₇ L₈ L₉ L ₁₀ L ₁ 2.2667 L ₂ 3.6333 ** L ₃ 2.5000 NS ** L ₄ 1.7667 NS ** ** L ₅ 2.3667 NS ** NS ** L ₆ 2.9333 ** ** NS ** NS L ₇ 3.6333 ** NS ** ** ** NS L ₈ 4.2333 ** ** ** ** ** ** NS L ₉ 1.7333 ** ** ** NS ** ** ** ** L ₁₀ 2.7000 NS ** NS ** NS NS ** ** ** Keterangan:

** : Rataan bobot penilaian kedua gambar menunjukkan nilai yang berbeda nyata dengan uji nilai tengah t-student pada taraf kepercayaan 95%.

NS : Rataan bobot penilaian kedua gambar menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dengan uji nilai tengah t-student pada taraf kepercayaan 95%.

Dari keseluruhan responden kecenderungan memiliki persepsi terhadap warna terang, warna gelap hanya terdapat pada L2, L7, dan L8. Kesan terang yang ditangkap

(7)

responden pada lanskap L9 dipengaruhi oleh dominansi semak didalamnya dengan

intensitas kecerahan yang dimiliki daunnya dapat menimbulkan kesan terang. Berdasarkan penelitian Lestari (2010), warna pada bunga dan daun merupakan unsur yang menarik bagi responden dibandingkan warna batang atau bagian lain, karena secara visual terlihat dominan.

Sedangkan pada L2, L7, dan L8, kesan gelap dipengaruhi oleh adanya pohon

yang mempunyai tajuk yang lebar dan dengan jarak penanaman yang cenderung rapat menimbulkan semakin minimnya derajat kecerahan pada lanskap ini karena minimnya cakupan cahaya matahari yang masuk dan turut mempengaruhi value di sekitarnya. Kerindangan/bayangan yang ditimbulkan oleh pohon akibat sinar cahaya merupakan unsur lain yang mampu menarik perhatian dan berkaitan erat dengan ukuran dan bentuk tajuk, bayangan pohon dapat memberikan kenyamanan dan suasana yang berbeda (Lestari, 2010).

3.2.2 Kriteria 5 (Panas – Dingin)

Dapat dilihat pada Gambar 3 rataan bobot hasil penilaian tertinggi terdapat pada L8, sedangkan yang terendah terdapat pada L3. Kesimpulannya L8 memiliki

kecenderungan sebagai persepsi warna dingin, sebaliknya pada L3 memiliki

kecenderungan warna panas. Keseluruhan responden memiliki kecenderungan memiliki persepsi terhadap warna dingin yang kemungkinan dikarenakan seluruh gambar yang ditampilkan memiliki dominasi warna hijau di setiap gambarnya, rataan bobot nilai di bawah 3 yang menunjukkan persepsi warna panas hanya terdapat pada L1, L3, dan L4.

Berdasarkan dari hasil persepsi responden diatas yang menunjukkan bahwa pada L1 memiliki persepsi warna panas, ini dikarenakan adanya sentuhan aksen warna

merah yang teraplikasikan pada tanaman hanjuang (Cordyline sp.). Sama halnya dengan L3 dan L4 hasil persepsi dari responden juga menunjukkkan persepsi warna

panas untuk kedua gambar ini, sentuhan aksen warna merah dan kuning juga terdapat diantara dominasi warna hijau yang teraplikasi pada tanaman hanjuang (Cordyline

sp.), agave (Furcraea foetida), maupun puring (Codiaeum variegatum). Warna

merah merupakan warna yang menonjol diantara warna-warna lain, dengan persepsi yang ditimbulkan adalah aktif, bergairah, percaya diri, dan menunjukkan suasana yang ramai (Ilhami, 2011)

Berbeda halnya pada L1, L3, dan L4. Pada L2 dan L5 hasil persepsi responden

justru menunjukkan kondisi yang tidak konsisten. Deretan puring dengan komposisi warna kuning-merah yang terdapat pada L2 justru dipandang sebaliknya oleh

responden yang ditunjukkan oleh kecenderungan responden terhadap persepsi warna dingin. Sama halnya dengan L2 kondisi serupa juga terjadi pada L5, terdapat juga

sentuhan aksen warna merah-kuning didalamnya yang mengindikasikan kedalam kelompok warna panas tetapi justru hasil persepsi responden menunjukkan kecenderungan terhadap warna dingin untuk gambar ini. Hal ini membuktikan bahwa ketika responden dihadapkan dengan beberapa lanskap yang memiliki karakter yang hampir sama dengan sentuhan aksen warna merah dan kuning, persepsi responden

(8)

cenderung berbeda dengan persepsi awal. Persepsi awal manusia tidak selalu diterapkan dalam setiap saat dimana manusia diharuskan untuk menentukan sebuah pilihan (Ilhami, 2011). Didukung oleh pernyataan Porteus (1977), suatu persepsi dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi, budaya dan religi seseorang. Perbedaan faktor-faktor tersebut akan menyebabkan persepsi yang berbeda.

Sementara kecenderungan terhadap persepsi untuk warna dingin pada kelompok taman tidak tertata (L6, L7, L8, L9, L10) karena warna hijau adalah warna yang paling

dominan terlihat disini. Warna hijau memiliki kesan dingin, sejuk, dan tenang (Ilhami, 2011).

Tabel 5. Hasil Rataan Bobot Penilaian Semantic Differentials (Kriteria 5) Gambar Rataan L ₁ L ₂ L ₃ L ₄ L ₅ L ₆ L ₇ L ₈ L ₉ L ₁₀ L ₁ 2.9667 L ₂ 3.2667 NS L ₃ 2.7333 NS NS L ₄ 2.9333 NS NS NS L ₅ 3.3000 NS NS NS NS L ₆ 3.3667 NS NS NS NS NS L ₇ 3.4667 NS NS ** NS NS NS L ₈ 4.0333 ** ** ** ** ** ** ** L ₉ 3.3000 NS NS NS NS NS NS NS ** L ₁₀ 3.4000 NS NS NS NS NS NS NS NS NS Keterangan:

** : Rataan bobot penilaian kedua gambar menunjukkan nilai yang berbeda nyata dengan uji nilai tengah t-student pada taraf kepercayaan 95%.

NS : Rataan bobot penilaian kedua gambar menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dengan uji nilai tengah t-student pada taraf kepercayaan 95%.

3.2.3 Kriteria 6 (Primer – Sekunder)

Dapat dilihat pada Gambar 3 rataan bobot hasil penilaian tertinggi terdapat pada L8, sedangkan yang terendah terdapat pada L2. Kesimpulannya L8 memiliki

kecenderungan warna sekunder, sebaliknya pada L2 memiliki kecenderungan

terhadap warna primer.

Kecenderungan terhadap persepsi warna primer hanya terdapat pada L2, L4, dan

L5. Hal ini dikarenakan terdapat sentuhan warna merah dan warna kuning berpadu

kontras dengan dominasi warna hijau yang dapat mengalihkan pandangan mata untuk cenderung melihat lebih dulu ke arah warna merah dan warna kuning karena warna ini mempunyai sifat yang merangsang atau mendorong. Warna kuning dan oranye memiliki kesan yang terlalu mencolok dan membuat silau (Ilhami, 2011)

Terdapat ketidak konsistenan responden juga pada kriteria ini. Pada L1 yang

terdapat sentuhan warna merah justru tidak dipandang memiliki persepsi yang sama seperti L2, L4, dan L5 tetapi malah menunjukkan persepsi sebaliknya yaitu persepsi

warna sekunder. Sedangkan pada L3 terdapat juga sentuhan warna merah dan warna

(9)

persepsi ke arah netral atau tidak menunjukkan kearah persepsi warna primer maupun persepsi warna sekunder. Lanskap tidak hanya dipengaruhi oleh warna namun dipengaruhi juga oleh elemen lain yang menunjang keindahan dari suatu lanskap, manusia akan membuat pertimbangan baru ketika dia memilih sesuatu ketika memilih sesuatu dalam waktu yang cepat, mereka dapat merubah pilihannya, misalnya karena alasan tidak menarik atau monoton (Ilhami, 2011).

Selebihnya L6, L7, L8, L9, dan L10 keseluruhan responden memiliki

kecenderungan persepsi terhadap warna sekunder, hal ini dikarenakan pada kelompok taman tidak tertata ini memang memiliki dominansi warna hijau. Warna hijau berasosiasi dengan alam, karena kesan warna hijau pada saat manusia memandangnya mengingatkan pada alam dan kesan dari alam tersebut (Hindarto, 2006).

Tabel 6. Hasil Rataan Bobot Penilaian Semantic Differentials (Kriteria 6) Gambar Rataan L ₁ L ₂ L ₃ L ₄ L ₅ L ₆ L ₇ L ₈ L ₉ L ₁₀ L ₁ 3.4000 L ₂ 2.9000 NS L ₃ 3.0667 NS NS L ₄ 2.9667 NS NS NS L ₅ 2.9333 ** NS NS NS L ₆ 3.1667 NS NS NS NS NS L ₇ 3.3667 NS NS NS NS NS NS L ₈ 3.7667 NS ** ** ** ** ** NS L ₉ 3.6000 NS NS NS ** ** NS NS NS L ₁₀ 3.3667 NS NS NS NS NS NS NS NS NS Keterangan:

** : Rataan bobot penilaian kedua gambar menunjukkan nilai yang berbeda nyata dengan uji nilai tengah t-student pada taraf kepercayaan 95%.

NS : Rataan bobot penilaian kedua gambar menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dengan uji nilai tengah t-student pada taraf kepercayaan 95%.

3.3 Preferensi

Dalam kuisioner bagian kedua yaitu pada lembar penilaian preferensi responden diminta untuk memilih foto yang disukai maupun tidak disukai dari total 10 foto yang ditampilkan.

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa foto yang paling disukai responden adalah L1

(90%), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan L4 (86,67%). Sedangkan L9 adalah

foto lanskap yang paling tidak disukai oleh seluruh responden (L9=100%), sebanyak

96,67% responden juga memilih L7 sebagai foto lanskap yang tidak disukai.

Persentase preferensi responden yang tinggi terhadap L1 yang berkarakter

variatif, formal linier, terang, panas, dan sekunderdisebabkan oleh bentukannya yang formal berkesan rapi dengan komposisi vegetasinya yang berstrata mulai dari penutup tanah sampai pohon serta variasi warnanya yang tidak hanya terdiri dari unsur warna hijau saja, berbanding terbalik dengan L9 yang karakternya monoton,

(10)

informal, linier, terang, dingin, dan sekunder, berkesan tidak teratur dan dengan komposisi vegetasi yang hanya terdiri dari semak dan pohon serta dari segi warna yang terlihat monoton dengan unsur warna hijau saja. Seperti dikemukakan Ilhami (2011), ketika warna diaplikasikan dalam lanskap, lanskap yang terkesan monoton dan tidak variatif seperti warna hijau, justru cenderung tidak disukai dan memiliki kualitas keindahan terendah.

Tabel 7. Persentase Preferensi Responden Terhadap Gambar yang Disukai

Foto Suka (%) Tidak Suka (%)

L₁ 90.00 10.00 L₂ 46.67 53.33 L₃ 56.67 43.33 L₄ 86.67 13.33 L₅ 53.33 46.67 L₆ 13.33 86.67 L₇ 3.33 96.67 L₈ 6.67 93.33 L₉ 0.00 100.00 L10 40.00 60.00

Secara umum preferensi responden cenderung lebih suka pada kelompok taman tertata (L1, L3, L4, L5), terkecuali pada L2 preferensi responden cenderung mengarah

tidak suka. Hal sebaliknya preferensi responden cenderung tidak menyukai taman tidak tertata (L6, L7, L8, L9, L10). Grafik persentase preferensi responden bias dilihat

pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Persentase Preferensi Responden

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 L₁ L₂ L₃ L₄ L₅ L₆ L₇ L₈ L₉ L₁₀ Re sp on de n ( %) Suka Tidak Suka

(11)

4. Simpulan

1. Persepsi civitas akademik terhadap estetika lanskap kampus Fakultas Pertanian Universitas Udayana Jimbaran Bali berdasarkan kriteria penilaian bentuk adalah monoton, informal, dan linier. Berdasarkan kriteria penilaian warna adalah terang, dingin, dan sekunder.

2. Preferensi civitas akademik terhadap estetika lanskap kampus Fakultas Pertanian Universitas Udayana Jimbaran Bali berdasarkan foto lanskap yang paling disukai adalah berkarakter variatif, formal linier, terang, panas, dan sekunder,

dengan persentase preferensi sebesar 90%. Sedangkan berdasarkan foto lanskap yang paling tidak disukai civitas akademik adalah berkarakter monoton, informal, linier, terang, dingin, dan sekunder, dengan persentase tidak suka

sebesar 100%.

Daftar Pustaka

Gunawan, A. 2005. Evaluasi Kualitas Estetika Lanskap Kota Bogor. Jurnal Lanskap Indonesia Volume 1 Nomor 1.

Hakim, R. dan H. Utomo. 2008. Komponen dan Perancangan Arsitektur Lansekap. Bumi Aksara. Jakarta

Hindarto, M. Probo. 2006. Warna Untuk Desain Interior. Media Pressindo. Yogyakarta.

Ilhami, W. T. 2011. Persepsi dan Preferensi Warna Dalam Lanskap. Jurnal Lanskap Indonesia Volume 3 Nomor 2

Lestari, G. 2010. Pengaruh Bentuk Kanopi Pohon Terhadap Kualitas Estetika Lanskap Jalan. Jurnal Lanskap Indonesia Volume 2 Nomor 1.

Maharta, E. W. 2004. Pengaruh Elemen Komposisi Tanaman Terhadap Kualitas Estetika Taman Rumah dengan Menggunakan Simulasi Komputer [skripsi]. Bogor: Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Porteous, J.D. 1977. Environment and Behaviour. Planning and Everyday Urban Life. Addison Wesley Publ. Co. Reading. UK 446 p

Gambar

Gambar 1. Foto Lanskap Terpilih
Gambar 2. Grafik Penilaian Semantic Differentials (Bentuk)  3.1.1 Kriteria 1 (Variatif – Monoton)
Tabel 2. Hasil Rataan Bobot Penilaian Semantic Differentials (Kriteria 2)  Gambar  Rataan  L ₁  L ₂  L ₃  L₄  L ₅  L ₆  L ₇  L ₈  L ₉  L ₁₀  L  ₁  3.4333                                L ₂  3.6667  NS                             L  ₃  2.8667  NS  **
Tabel 3. Hasil Rataan Bobot Penilaian Semantic Differentials (Kriteria 3)  Gambar  Rataan  L  ₁  L ₂  L ₃  L ₄  L₅  L ₆  L ₇  L₈  L ₉  L ₁₀  L ₁  2.0000                                L  ₂  2.2333  NS                             L ₃  2.8000  **  NS
+5

Referensi

Dokumen terkait

Alternatif alat semprot yang dapat menekan laju pertumbuhan gulma di perkebunan kelapa sawit yaitu knapsack motor sprayer dengan menggunakan tenaga mesin untuk

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu

Permasalahan yang mungkin ditimbulkan dari kondisi ini adalah: Belum diketahui hubungan antara penggunaan antibiotika pada terapi empiris dari segi intensitas penggunaan

Seksi Sumber Daya Industri dan Sarana Prasarana Industri mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan penyebaran industri ke seluruh

[r]

Dari penjelasan perhitungan antara jumlah siswa dan jumlah guru, jumlah siswa dan jumlah ruang belajar diatas dapat disimpulakan bahwa dari jumlah siswa dan jumlah guru itu tidak

Pieksämäen Vesi, Savonlinnan Vesi ja JJR (Juva-Joroinen-Rantasalmi). Pohjavesialueella on Punkaharjun kunnan varavedenottamo. Kulennoisharju on luokiteltu vesipuitedirektiivin

Pedoman ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan kelembagaan dan penyelenggaraan penyuluhan di Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K)