• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Sejarah dan Status Kawasan

Taman Wisata Alam (TWA) Rimbo Panti merupakan satu dari empat TWA yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat. Kawasan TWA Rimbo Panti awalnya merupakan satu kesatuan dari Cagar Alam Rimbo Panti (register 75) yang ditunjuk berdasarkan surat keputusan (Gubernur Besluit Hindia Belanda) No.34 Staatblat 420 tanggal 8 Juni 1932, dengan luas 3.120 ha. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.284/Kpts/Um/6/1979 tanggal 1 Juni 1979, sebagian areal cagar alam ini seluas 570 ha dijadikan kawasan TWA. Penetapan kawasan TWA tersebut dilatarbelakangi oleh keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi, dengan keunikan vegetasi hutan dataran rendah serta memiliki potensi wisata alam yang cukup tinggi, terutama sumber air panasnya.

Dilihat dari luas total kawasan TWA Rimbo Panti, saat ini Rimbo Panti merupakan TWA terluas yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Luasan kawasan ini memberikan peluang pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan kawasan lainnya. Berbagai aktifitas wisata basa dikembangkan lebih luas dan beraneka ragam.

5.2. Perencanaan Kawasan

Perencanaan berfungsi sebagai pedoman dan arahan rinci implementasi pengelolaan yang akan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan timbulnya kendala dan permasalahan serta sebagai suatu tolak ukur keberhasilan kegiatan dan sebagai alat evaluasi dalam sebuah pengelolaan kawasan konservasi. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan kawasan diperlukan adanya suatu bentuk pengelolaan (managemen input) yang komprehensif yang menyangkut perencanaan (planing), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan mekanisme monitoring (controling) serta evaluasinya yang disesuaikan dengan rencana pengembangan wilayah, khususnya Kabupaten Pasaman agar

(2)

terdapat kesatuan gerak dan langkah dalam implementasi pengelolaan kawasan TWA Rimbo Panti.

5.2.1 Dokumen Perencanaan

Pada tahun 2000, BKSDA Sumatera Barat telah menyusun rencana pengelolaan Rimbo Panti yaitu Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (2001-2026) dan Rencana Pengelolaan Jangka Menengah (2001-2006). Rencana Pengelolaan Jangka Panjang bertujuan untuk memberikan arahan bagi kegiatan pengelolaan, baik pengelola kawasan maupun institusi atau organisasi yang berkepentingan, dalam upaya mengamankan, melestarikan, dan memanfaatkan kawasan TWA Rimbo Panti. Adapun sasarannya adalah terselenggaranya pengelolaan kawasan Taman Wisata Alam sesuai dengan tujuan awal penetapannya, sehingga kawasan ini dapat berfungsi sebagai penyangga sistem kehidupan, wahana pengawetan keanekaragaman hayati, dan praktek-praktek pemanfaatan sumber daya alam yang bernuansa kelestarian lingkungan.

Penyusunan rencana pengelolaan jangka menengah ini mengacu pada Rencana Pengelolaan Jangka Panjang. Rencana ini berisi upaya pokok dan rencana kegiatan dalam kurun waktu lima tahun. Dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Menengah selain mengacu pada Rencana Pengelolaan Jangka Panjang juga mempertimbangkan data dan informasi di lapangan yang terkini dan akurat, sehingga rencana satu atau lima tahun kedepan merupakan solusi terhadap permasalahan yang terdapat di lapangan.

Selain dijabarkan dalam Rencana Pengelolaan Lima Tahun dan Rencana Pengelolaan Tahunan Rencana Pengelolaan Taman Wisata Alam ini juga akan dijabarkan dalam bentuk Rencana Teknis. Yang memuat uraian kegiatan secara lebih sfesifik seperti, rencana pembagunan sarana dan prasarana, rencana penangkaran satwa, rencana pembinaan habitat dan atau populasi, dan sebagainya. Selain perencanaan yang termuat dalam RPTWA Rimbo Panti, Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kab. Pasaman sebagai pihak ketiga dalam pengelolaan TWA Rimbo Panti juga mempunyai dokumen perencanaan yaitu berupa Master Plan Pengelolaan TWA Rimbo Panti. Master plan ini dibuat untuk menjadi pedoman pengelolaan TWA Rimbo Panti oleh Pemda Kab. Pasaman.

(3)

Adapun tujuan jangka panjang master plan ini antara lain adalah : terciptanya kesemarakan budaya masyarakat yang mewarnai pranata sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kelestarian budaya daerah yang tidak terpengaruh oleh perkembangan globalisasi. Saling memahami dan menghargai budaya antara masyarakat setempat dengan masyarakat lainnya. Sumatera Barat sebagai daerah tujuan wisata utama yang aman, nyaman, menarik, mudah dikunjungi, dan memiliki daya saing global bagi wisatawan ba ik wisatawan local maupun mancanegara. Pariwisata sebagai wahana pelestarian alam dan pengembangan seni dan budaya tradisional. Pariwisata dapat menjadi lokomotif pengembangan ekonomi rakyat yang dapat mendorong perekonomian daerah.

Dalam rangka pengelolaan taman wisata alam pihak pengelola dapat mengikutsertakan pihak ketiga dalam hal ini pihak pengusaha, dalam bentuk pengusahaan pariwisata alam. Bagian taman wisata alam yang dapat diusahakan oleh pihak ketiga melalui mekanisme pemberian Izin Pengelolaan Taman Wisata Alam adalah blok pemanfaatan taman wisata alam. Pihak ketiga dalam hal ini dapat berupa perorangan, koperasi, BUMN, BUMD, dan perusahaan swasta.

Kegiatan pengusahaan pariwisata alam dapat dilakukan dalam beberapa bentuk pengusahaan yang bersifat memberikan dan meningkatkan pelayanan terhadap pengunjung seperti, rumah makan, penginapan/wisma, toko souvenir dan kegiatan lain terbatas pada blok pemanfaatan. Di TWA Rimbo Panti, BKSDA Sumatera Barat menjalin suatu hubungan kerjasama dengan Pemda Kab. Pasaman untuk mengelola kawasan ini. Bentuk kerjasamanya tertuang dalam suatu “Perjanjian Kerjasama” tentang pembangunan dan peningkatan sarana prasarana wisata alam di TWA Rimbo Panti Kab. Pasaman Provinsi Sumatera Barat. Perjanjian kerjasama bertujuan untuk optimalisasi pemanfaatan potensi wisata alam dan jasa lingkungan dalam pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, terpeliharanya keanekaragaman sumber genetik dan tipe-tipe ekosistem sehingga mampu menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan manusia yang menggunakan sumberdaya alam hayati bagi kesejahteraan serta terkendalinya cara-cara pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya sehingga terjamin kelestariannya. Kerjasama ini dirintis sejak tahun 2004 dengan masa berlaku selama 5 tahun

(4)

tetapi sampai saat ini (tahun 2010) belum ada pembaharuan perjanjian kerjasama sehingga kegiatan pengelolan berupa kerjasama BKSDA dengan Pemda di TWA Rimbo Panti masih mengacu kepada perjanjian kerjasama yang tela h habis ini.

5.2.2. Perencanaan Sumber Daya Manusia

Kebutuhan organisasi KSDA yang lebih handal tentunya harus diikuti dengan penataan SDM yang juga memadai. Penataan tersebut dapat berupa realokasi personil, baik dari pusat dan atau antar wilayah, penambahan personil baru, dan peningkatan pendidikan serta keterampilannya yang kaitannya dengan aktivitas pemberdayaan masyarakat.

Kegiatan perlindungan dan pengawetan, disamping berupaya mempertahankan kawasan konservasi juga mencari alternatif pemanfaatannya seperti pemanfaatan wisata alam. Oleh karena itu, manajemen Taman Wisata Alam Rimbo Panti dan Cagar Alam Rimbo Panti akan dikembangkan ke arah yang lebih profesional melalui beberapa langkah, antara lain:

1. Memberdayakan tenaga fungsional Polisi Kehutanan agar memiliki kemampuan bukan hanya sebagai tenaga pengamanan fisik melainkan juga sebagai fasilitator yang mampu menyampaikan pesan-pesan dan berbagai upaya konservasi kepada masyarakat melalui pendekatan sosial dan adat istiadat;

2. Memantapkan konsepsi tenaga fungsional Teknisi Kehutanan, Penyuluh Kehutanan, dan Polisi Kehutanan dalam konteks pola karir dan sistem kepegawaiannya;

3. Mengupayakan pola rekruiting pegawai yang dapat mengakomodasi berbagai disiplin ilmu, seperti anthropology, ekonomi, dan ekologi tidak terbatas pada disiplin ilmu kehutanan.

5.2.3. Perencanaan Pengelolaan Sarana dan Prasarana

Dalam jangka waktu 25 tahun ke depan, secara simultan dan fleksibel seiring dengan pengelolaan Cagar Alam Rimbo Panti kawasan ini direncanakan akan dilaksanakan perbaikan dan pembangunan sarana prasarana yang memadai

(5)

yang penyebarannya seperti tergambar dalam Peta Rencana Pengelolaan Taman Wisata Alam Rimbo Panti. Adapun rincian jenis sarana dan prasarana berikut keterangan lokasinya adalah sebagai berikut:

1. Perbaikan kantor resort dan penambahan fasiltas pendukung seperti air bersih, listrik, dan peralatan kantor sehingga dari keadaan semi permanen menjadi permanen;

2. Pembangunan pondok kerja dibangun pada 2 lokasi yaitu pada bagian utara pada daerah yang berbatasan dengan Desa Murni dan bagian selatan yang berbatasan dengan Desa Petok;

3. Pembangunan stasiun pengamatan satwa dan pengintai kebakaran dibangun pada dua lokasi yaitu di wilayah barat pada ketinggian ketinggian 300 m dpl dan pada wilayah timur-selatan (lokasi rawa);

4. Pembuatan pagar pengaman dengan trotoar dibagian dalam sepanjang kiri kanan jalan raya Bukittinggi – Medan yang melawati kawasan, dengan tujuan untuk mencegah satwa yang melintasi jalan, mencegah akses yang terlalu besar ke dalam kawasan, sedangkan trotoar dapat dimanfaatkan sebagai jalan induk jalan trail wisata;

5. Pembuatan hydrant untuk mengantisipasi kebakaran diusulkan untuk dibangun di 2 lokasi yaitu sumber air panas dan perbatasan dengan cagar alam dari arah Lubuk Sikaping;

6. Pembuatan drainase pengendali banjir untuk mengantisipasi tergenangnya air di daerah rawa pada saat musim hujan. Saluran drainase ini dibuat dari polongan dan diusahakan tidak sampai mengeringkan daerah rawa yang ada, sehingga mengakibatkan terganggunya ekosiste m yang ada. Di samping itu pengelolaan saluran irigasi perlu dilakukan karena pada tempat tertentu seperti Desa Petok, sering mengalami banjir pada musim hujan. Selain itu perlu juga dilakukan pengendalian saluran irigasi yang melewati kawasan Taman Wisa ta Alam Rimbo Panti;

7. Pengadaan Radio Komunikasi/ HT sangat diperlukan dalam rangka melakukan komunikasi antara pengelola lapangan taman wisata dengan Unit

(6)

KSDA Sumatera Barat dan instansi lainnya. Komunikasi ini sangat diperlukan dalam rangka saling tukar menukar informasi;

8. Pengadaan alat survey sederhana, berupa kompas, teropong, altimeter, dan GPS. Alat tersebut sangat diperlukan oleh petugas lapangan supaya bisa memberikan laporan tentang situasi dan kondisi pengelolaan taman wisata agar alam;

9. Untuk pengamanan satwa perlu dipasang papan pengumuman dan rambu-rambu jalan di daerah lintasan satwa yang menginformasikan tentang satwa yang dominan di lokasi tersebut, misalnya “Disini Banyak Beruk” dan lain-lain.

5.2.4. Perencanaan Perlindungan dan Pengamanan Kawasan

Upaya meminimalisir bentuk gangguan dan ancaman terhadap kawasan juga diperlukan sebagai antisipasi munculnya bentuk-bentuk gangguan baru. Dalam periode pengelolaan kawasan 20 tahun mendatang, akan dilakukan upaya perlindungan dan pengamanan kawasan sebagai berikut :

1. Sosialisasi peraturan perundang-undangan, Peraturan Pemerintah dan ketetapan perlindungan hutan.

2. Hal ini dilakukan dengan cara mengadakan penyuluhan kepada masyarakat di sekitar Taman Wisata Alam dan Cagar Alam dan pengunjung. Disamping mengadakan penyuluhan, sosialisasi juga perlu dilakukan secara persuasif dengan cara pendekatan dalam bentuk penyadaran akan pentingnya cagar alam kepada masyarakat, sedangkan pendekatan persuasif dengan pengunjung dilakukan dengan memberikan arahan seb elum pengunjung memasuki kawasan. Selain itu dapat juga dilakukan melalui bentuk-bentuk buku, brosur, leaflet, plang pengumuman, himbauan dan sebagainya;

3. Sosialisasi keberadaan serta manfaat Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Rimbo Panti.

4. Titik berat kegiatan sosialisasi ini adalah pada pemasyarakatan jalur dan tanda (pal) batas kawasan, baik kepada masyarakat maupun instansi pemerintah dan swasta yang berada di wilayah, terutama instansi- instansi yang tugas pokok

(7)

dan fungsinya berkaitan dengan lahan. Contohnya Dinas Pekerjaan Umum, Badan Pertanahan Nasional (BPN), Bappeda Tingkat II, Dinas Pertanian, dan instansi- instansi lainnya;

5. Pencegahan perburuan, penangkapan satwa, dan pengambilan kayu yang dilakukan oleh masyarakat sekitar, melalui kegiatan patroli pengamanan kawasan;

6. Mensosialisasikan keberadaan kawasan melalui program-program pemberdayaan masyarakat dalam bentuk:

a) Bersama-sama masyarakat memasang papan-papan informasi dan atau pengumuman yang berisi gambar-gambar dan pesan-pesan untuk tidak mengkreasi gangguan terhadap Cagar Alam maupun Taman Wisata Alam Rimbo Panti seperti menebang pohon, berburu satwa, membuat perapian, dan membangun pondok-pondok atau pemukiman dalam kawasan;

b) Bersama-sama masyarakat melaksanakan kegiatan penanaman jalur hijau batas kawasan dengan jenis tanaman multi- fungsi (MPTS), pembuatan embung-embung air sebagai sumber air bagi kehidupan satwa-satwa dalam kawasan dan sebagai cadangan air apabila terjadi kebakaran hutan, dan pembuatan sekat-sekat bakar di lokasi yang rawan kebakaran;

c) Pembinaan daerah (desa-desa) penyangga kawasan Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Rimbo Panti, dengan berbagai bentuk kegiatan seperti penanaman tanaman MPTS, penangkaran jenis-jenis burung bernilai komersil, penangkaran kupu-kupu dan jenis satwa lainnya yang dapat menjadi sumber protein masyarakat, serta pengembangan kerajinan tangan.

7. Pengendalian jenis-jenis eksotik, baik flora maupun fauna, dan tanaman yang diduga telah menjadi tanaman pengganggu bagi jenis-jenis tertentu, terutama di sekitar ladang- ladang penduduk;

8. Pengembangan pola kemitraan dengan masyarakat setempat, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan instansi pemerintah atau swasta dalam upaya pengamanan kawasan dari berbagai bentuk ancaman;

9. Saat ini, ketersediaan perangkat lunak berupa ketentuan peraturan perundang-undangan relatif cukup memadai. Namun pengalaman di lapangan

(8)

menunjukkan bahwa jumlah pelanggaran yang menyangkut bidang hutan dan kehutanan semakin bertambah dan tidak banyak kasus-kasus tersebut yang terselesaikan sampai tuntas. Disamping sumberdaya manusia yang menjadi kendala, kemauan pelaksana dalam menegakkan pelaksanaan hukum yang ada masih belum memadai. Oleh karena itu, khususnya dalam penanganan Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Rimbo Panti sebagai salah satu titik rawan munculnya berbagai konflik, maka penegakan hukum (law enforcement) akan lebih ditingkatkan;

10. Pencegahan terjadinya kebakaran hutan dengan membuat sekat bakar, dengan menanami daerah tersebut dengan tanaman yang tahan terhadap kebakaran, terutama pada lokasi yang berdekatan dengan lahan milik masyarakat yaitu di utara dan selatan kawasan;

11. Perlindungan jenis tumbuhan terhadap hama dan pengendalian hama pertanian di sekitar cagar alam untuk mencegah musnahnya habitat yang ada di dalam kawasan. Disamping itu, juga perlu diupayakan penanggulangan serangan hama babi terhadap tanaman pertanian yang ada di sekitar kawasan, yang berasal dari lokasi cagar alam dan taman wisata alam;

12. Pencegahan laju erosi tanah yang dilakukan di lokasi Taman Wisata Alam pada sepanjang kiri kanan jalur dari saluran irigasi Panti – Rao.

5.2.5. Perencanaan Penataan Kawasan

Taman Wisata Alam Rimbo Panti memiliki batas keliling sepanjang 11 km, sepanjang 7,6 km berbatasan dengan kawasan Cagar Alam Rimbo Panti dan sisanya sepanjang 3,4 km berbatasan dengan areal penggunaan lain. Penataan batas cagar alam ini telah terealisir 100% dan telah direkonstruksi pada tahun 1999. Dalam jangka waktu 25 tahun ke depan, kegiatan pemantapan kawasan ini, akan terus dilaksanakan baik fisik maupun administratif, k hususnya penyelesaian status hukum dari “penunjukan” menjadi “penetapan”.

Pelaksanaan pemeliharaan dan rekontruksi batas kawasan Taman Wisata Alam Rimbo Panti khususnya yang berbatasan dengan lahan penduduk di Kecamatan Panti, akan diupayakan secermat mungkin dengan memanfaatkan pendekatan yang partisipatif sehingga, apabila tanda batas fisik (pal batas) telah

(9)

terpancang, pal batas tersebut mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dan diakui, baik oleh masyarakat maupun lembaga- lembaga pemerintah setempat.

Pemeliharaan batas termasuk rekonstruksi batas akan dilakukan secara simultan dan disesuaikan dengan skala prioritas yang didasarkan pada intensitas kerawanan gangguan kawasan.

Menurut RPTWA Rimbo Panti dalam periode 25 tahun ke depan, kawasan ini akan ditata ke dalam 2 blok pengelolaan, yaitu blok perlindungan dan blok pemanfaatan. Blok perlindungan akan diarahkan pada bagian-bagian kawasan yang kondisinya masih relatif utuh dan asli sedang blok pemanfaatan diarahkan pada bagian kawasan yang dapat mengakomodasi kegiatan-kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan potensi kawasan, seperti penelitian, pendidikan, pengambilan plasma nutfah, dan kegiatan wisata alam.

Untuk akurasi delinasi batas blok-blok ini, terlebih dahulu atau secara simultan dengan kegiatan pengelolaan lainnya, akan dilakukan kajian dan penelitian yang berkaitan dengan keutuhan dan potensi kawasan, baik potensi fisik (lansekap), flora, maupun faunanya sedemikian rupa agar pembagian blok-blok ini dapat mengakomodasi sebanyak mungkin kepentingan pengelola kawasan dan masyarakat.

Sesuai pengamatan dan informasi yang diperoleh dari masyarakat setempat, bagian kawasan yang dapat dijadikan blok pemanfaatan untuk mengakomodasi kegiatan-kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan potensi kawasan, seperti penelitian, pengambilan plasma nutfah, kegiatan wisata alam, pendidikan, dan pembangunan sarana prasarana pengelolaan adalah:

1. Bagian taman wisata alam yang selama ini telah dimanfaatkan untuk kepentingan wisata;

2. Bagian taman wisata alam sekitar 1 km dari kiri dan kanan sepanjang jalan raya Bukittinggi – Medan.

Bagian kawasan yang diarahkan menjadi blok perlindungan adalah bagian-bagian kawasan yang saat ini kondisinya relatif utuh dan masih asli. Di dalam blok perlindungan direncanakan akan dilakukan kegiatan-kegiatan monitoring

(10)

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan, dan wisata terbatas, diantaranya :

1. Bagian taman wisata alam yang berbatasan dengan cagar alam pada bagian timur dan barat kawasan;

2. Daerah-daerah yang merupakan sempadan sumber mata air panas.

Berdasarkan Master Plan yang dibuat oleh Pemda Kab. Pasaman Taman Wisata Alam Rimbo Panti dibagi menjadi 6 zonasi (Masterplan TWA Rimbo Panti, tahun 2008). Ada 6 zonasi di dalam TWA Rimbo Panti, meliputi zona A, B, C, D, E dan F.

1. Zona A

Zona A berupa kawasan terbuka yang ditandai dengan terdapatnya 1 unit gazebo pengunjung. Lahan berupa tanah luas dengan sedikit rawa sebagiannya termasuk ke dalam kawasan cagar alam. Lahan ini sebagian juga dimanfaatkan untuk pembangunan fasilitas penunjang, sepeti mushola. Sedangkan kawasan hutannya dimanfaatkan untuk wisata menikmati pemandangan alam.

2. Zona B

Zona B sudah cukup tertata dengan baik. Zona ini ditandai dengan terdapatnya kolam pemandian air panas yang tela h aktif dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. Selain itu juga terdapat areal camping.

3. Zona C

Zona C berupa hutan rawa yang tidak dilakukan pengembangan. Kawasan yang termasuk ke dalam zona ini juga merupakan bagian dari cagar alam, sehingga harus dibiarkan alami sesuai dengan keadaannya saat ini. 4. Zona D

Zona D berupa kawasan terbuka yang ditandai dengan terdapatnya sumber air panas yang digunakan oleh pengunjung sebagai lokasi wisata, yaitu merebus makanan. Di zona ini juga terdapat lumpur hisap, sehingga cukup membahayakan. Perlu dipertimbangkan lebih lanjut mengenai pengembangan di zona D seperti pemberian batas atau papan larangan di lokasi beradanya

(11)

lumpur hisap sehingga pengunjung tahu lokasi yang berbahaya untuk dikunjungi.

5. Zona E

Zona E berupa kawasan yang sebagiannya sudah aktif diakses. Ditandai dengan terdapatnya kafe, warung, kantor Seksi KSDA, gedung herbarium, dan taman bermain anak. Sebagian kawasan yang tersisa dapat digunakan sebagai lokasi pembangunan infrastruktur penunjang wisata di TWA Rimbo Panti, seperti penginapan dan souvenir shop dengan melibatkan masyarakat setempat.

6. Zona F

Zona F secara total berupa kawasan hutan rawa dan termasuk ke dalam cagar alam. Pengembangan infrastruktur tidak dapat dilakukan di zona ini, sehingga keberadaan zona F akan tetap dipertahankan sebagai kawasan rawa.

5.2.6. Perencanaan Kegiatan Pengawasan

Pelaporan adalah salah satu bentuk prosedur administrasi yang didalamnya akan dimuat mengenai hasil pelaksanaan kegiatan pengelolaan Taman Wisata Alam Rimbo Panti yang harus disampaikan oleh petugas pengelola kawasan secara berkala. Laporan- laporan tersebut berisikan semua bentuk kegiatan mulai dari kegiatan pengelolaan, pengunjung, pengusahaan dan permasalahan, jenis-jenis laporan yang akan dibuat, yaitu :

1. Laporan Bulanan adalah laporan yang menjabarkan kegiatan pengelolaan dalam satu bulan dan disampaikan pada awal bulan berikutnya;

2. Laporan Triwulan adalah laporan yang berisikan kegiatan pengelolaan selama periode 3 bulan disampaikan pada awal periode triwulan be rikutnya;

3. Laporan Tahunan adalah rekapitulasi kegiatan selama 1 tahun, disampaikan pada akhir tahun besangkutan;

4. Laporan- laporan teknis adalah laporan pelaksanaan kegiatan yang sifafnya kegiatan teknis seperti laporan kegiatan penyuluhan, laporan pembangunan sarana dan prasarana dan sebagainya.

(12)

Dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan juga akan dilakukan kegiatan pemantaun terhadap aspek pengelolaan terutama terhadap keadaan potensi-potensi yang ada di dalam kawasan Taman Wisata Alam Rimbo Panti, baik tumbuha n, satwa ataupun obyek-obyek wisata. Sebagai tahap akhir akan dilakukan kegiatan evaluasi terhadap semua kegiatan pengelolaan dan potensi kawasan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan pengelolaan lebih lanjut, evaluasi ini akan dilakukan secara berkala dengan jangka waktu setiap 5 tahun.

5.2.7. Perencanaan Pengelolaan Pengunjung

Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam pengelolaan pengunjung di Taman Wisata Alam Rimbo Panti, dalam waktu 25 tahun kedepan, antara lain : 1. Penerapan sistem pelayanan satu pintu gerbang memasuki kawasan sehingga

kepentingan pengunjung dapat dideteksi dengan demikian mempermudah petugas pengelola dalam mengarahkan pengunjung ke obyek tujuannya; 2. Membatasi jumlah kunjungan disesuaikan dengan kemampuan daya dukung

kawasan, untuk mencegah kerusakan lebih besar terhadap kawasan yang disebabkan oleh kelebihan pengunjung;

3. Pengaturan jadwal kunjungan dan tempat yang boleh dan tidak boleh untuk dikunjungi pada waktu-waktu tertentu. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan kepuasan kepada pengunjung dengan tidak mengabaikan kepentingan lingkungan kawasan, misalnya pengunjung tidak diperbolehkan memasuki suatu wilayah habitat satwa tertentu pada saat musim kawin satwa tersebut sehingga kegiatan satwa tidak terganggu oleh kedatangan pengunjung;

4. Penyesuain harga tiket masuk kawasan sesuai dengan kepentingan pengunjung, sehingga secara tidak langsung pengunjung dapat dibatasi terutama untuk obyek-obyek tertentu yang sifatnya rentan terhadap gangguan manusia;

5. Membuat paket-paket wisata yang disesuaikan dengan beberapa kriteria antara lain tingkatan usia, jumlah rombongan, kepentingan kunjungan seperti kepentingan pendidikan, rekreasi, pengenalan jenis tumbuhan dan satwa, dan kriteria khusus.

(13)

5.3. Organisasi Pengelolaan

Tugas pengelolaan Taman Wisata Alam Rimbo Panti diemban oleh Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sumatera Barat yang merupakan salah satu UPT pusat Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Dirjen PHKA). BKSDA Sumatera Barat mengelola 21 kawasan konservasi di Provinsi Sumatera Barat. Tugas pokok dan fungsinya berorientasi pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.02/Menhut-II/2007 tentang organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumberdaya Alam.

Tugas pokok BKSDA Sumatera Barat adalah “Sebagai pengelola Suaka

Margasatwa, Cagar Alam, Taman Wisata Alam dan Taman Buru serta konservasi jenis di alam (insitu) dan di luar kawasan (eksitu)”. Sedangkan fungsi- fungsi

BKSDA Sumatera Barat adalah :

1. Penyusunan rencana, program, dan evaluasi pengelolaan kawasan konservasi yang dikelola dan konservasi tumbuhan dan satwaliar di dalam dan di luar kawasan hutan.

2. Pengelolaan kawasan konservasi serta konservasi insitu dan eksitu.

3. Perlindungan, pengamanan, dan karantina sumberdaya alam di dalam dan di luar kawasan.

4. Pengamanan, perlindungan dan penanggulangan kebakaran hutan.

5. Promosi dan informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem kawasan yang dikelola.

6. Kerjasama pengembangan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. 7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam Kelas I, yang disebut dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam;

2. Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam Kelas II, yang disebut dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam.

3. Balai Konservasi Sumber Daya Alam dipimpin oleh seorang Kepala Balai. Dalam pelaksanaan tugasnya, Kepala Balai dibantu oleh :

(14)

1. Sub Bagian Tata Usaha yang bertugas melakuka n urusan tata persuratan, ketatalaksanaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kearsipan, rumah tangga, perencanaan, kerjasama, data, pemantauan, dan evaluasi, pelaporan serta kehumasan.

2. Seksi Konservasi Wilayah (SKW) yang mempunyai tugas melakukan penyusunan sebagai berikut :

a. rencana dan anggaran, b. evaluasi dan pelaporan, c. bimbingan teknis,

d. pelayanan dan pemberdayaan masyarakat,

e. pengelolaan kawasan, perlindungan, pengawetan, pemanfaatan lestari, pengamanan dan pengendalian kebakaran hutan,

f. pemberantasan penebangan dan peredaran kayu, tumbuhan, dan satwa liar secara illegal

g. pengelolaan sarana prasarana, promosi, bina wisata alam dan bina cinta alam, dan penyuluhan konservasi sumberdaya ala m hayati dan ekosistemnya

h. kerjasama di bidang pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, dan taman buru, kerjasama di bidang konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar kawasan, serta kerjasama di bidang rehabilitasi satwa liar di wilayah kerjanya. 3. Balai KSDA Sumatera Barat dalam tugas operasionalnya terbagi dalam 3

seksi wilayah, yaitu :

a. Seksi Konservasi Wilayah I (Pasaman) di Pasaman. Wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Pasaman, Pasaman Barat, Agam, Lima Puluh Kota, Kota Payakumbuh dan Kota Bukit Tinggi.

b. Seksi Konservasi Wilayah II (Tanah Datar) di Batu Sangkar. Wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Tanah Datar, Padang Panjang, Padang Pariaman dan Kota Pariaman.

c. Seksi Konservasi Wilayah III (Sawah Lunto Sinjunjung) di Muaro Sijunjung. Wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Sijunjung, Sawah

(15)

Lunto, Solok, Kota Solok, Kabupaten Solok Selatan, Dharmasraya dan Pesisir Selatan.

4. Kelompok Jabatan Fungsional Konservasi terdiri dari : a. Polisi Kehutanan (Polhut)

b. Pengendali Ekosistem Hutan (PEH)

Bertepatan dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004tentang Otonomi Daerah, maka perbaikan dan peningkatan upaya konservasi tidak diserahkan kepada Pemerintah Daerah, sehingga dapat didekati melalui pemantapan kelembagaan pengelolaan Balai KSDA. Balai KSDA yang dibentuk dengan Kepmenhut No.144/1991 yang kemudian diperbaiki dengan Kepmenhut No.204/1998 perlu ditingkatkan lagi keberdayaannya, terutama organisasi di tingkat Seksi Wilayah yang akan langsung berdampingan dengan institusi Pemerintah Daerah versi Undang-Undang No.22 Tahun 1999 (RP TWA Rimbo Panti). Tanggung jawab utama dari Balai KSDA adalah perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan kawasan konservasi, dengan tambahan tanggung jawab berupa kegiatan konservasi di luar kawasan termasuk daerah penyangga. Kawasan Taman Wisata Alam Rimbo Panti termasuk ke dalam Seksi Konservasi Wilayah I (Pasaman) yang mempunyai kantor seksi di Kota Lubuk Sikaping dan kantor resort Panti di Kecamatan Panti.

5.4. Aktivitas Pengelolaan

Pengelolaan kawasan meliputi 7 hal, yaitu pengelolaan obyek, pengelolaan sarana prasarana wisata, pengelolaan SDM pengelola, perlindungan dan pengamanan kawasan, penataan kawasan (zonasi dan blok), pengelolaan finansial, dan kegiatan pengawasan (monitoring/evaluasi).

5.4.1. Pengelolaan Obyek

Taman Wisata Alam Rimbo Panti memiliki 3 obyek wisata yang utama , yaitu sumber air panas, tempat pemandian air panas dan gedung Herbarium. Kondisi obyek saat ini masih terabaikan dan belum dikelola sebagaimana mestinya.

(16)

1. Sumber air panas

Sumber air panas terdapat di sebelah kanan jalan dari Kecamatan Lubuk Sikaping. Obyek ini dikelilingi oleh kawasan hutan lindung dan cagar alam. Sumber air panas sering dijadikan sebagai tempat merebus makanan oleh pengunjung, dengan luasan sekitar 2.8 ha. Kondisi umum dari obyek sumber air panas ini dapat dilihat pada Gambar 2. Belum terdapat bentuk pengelolaan intensif terhadap obyek sumber air panas ini. Lokasi ini merupakan salah satu pusat aktivitas pengunjung. Tingginya aktivitas pengunjung menyebabkan banyaknya sampah sisa cangkang telur yang direbus pengunjung dan bungkusan mie instan. Sisa sampah pengunjung banyak bertebaran di sekitar objek mata air panas padahal di dekat sumber mata air panas sudah disediakan tempat sampah.

Sumber air panas yang ada di rimbo panti ini akibat dari raising magma dengan deforestasi primer, sekunder, dan tertier dengan patahan semangko yang ada di Panti (Sahana, 2007). Patahan semangko terbentuk dari pertemuan plate tektonik India Australia dan plate Eurasia sehingga berlaku hukum dextral convergen. Akibat adanya subduksi deformasi dextral comvergen itu membentuk sesar semangko yang membelah pulau Sumatera.

(17)

2. Kolam pemandian air panas

Kolam pemandian air panas TWA Rimbo Panti berjarak ± 50 m dari jalan raya utama. Tempat pemandian air panas TWA Rimbo Panti berupa kolam pemandian yang terpisah untuk laki- laki dan perempuan. Masing- masing bak kira-kira beukuran 3.5 x 3 meter. Pembangunan kolam pemandian air panas ini bekerja sama dengan Pemerintahan Daerah Kabupaten Pasaman. Gambar 3 menunjukkan kondisi umum tempat pemandian air panas di TWA Rimbo Panti.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 3 Kolam Pemandian Air Panas, (a) Papan Nama; (b) Gerbang Masuk Kawasan; (c) Lorong Menuju Kolam Pemandian; (d) Bak Pemandian Bentuk-bentuk pengelolaan obyek tempat pemandian air panas saat ini adalah :

1. Pembangunan bak penampungan permanen.Air kolam pemandian ini berasal dari 2 sumber, yaitu sumber air panas perut bumi TWA Rimbo Panti (± 50 m dari kolam pemandian) dan air dingin yang berasal dari pegunungan (± 1 km dari kolam pemandian).

(18)

3. Penyediaan ruang ganti pengunjung (4 kamar untuk pengunjung laki- laki, 4 kamar untuk pengunjung perempuan)

4. Pembatasan waktu kunjungan

Sahana (2007) menyebutkan bahwa air di kolam pemandian air panas ini mempunyai sifat fisika dan kimia antara lain suhu 72 °C, pH 8, O2 terlarut 1.0 ppm, CO2 bebas 0.88 ppm, airnya keruh dan tidak terdapat batu-batuan. Waktu kunjungan maksimal adalah jam 19.00 WIB dengan tujuan petugas kebersihan mempunyai waktu untuk membersihkan obyek. Kolam pemandian saat ini sudah dilengkapi dengan WC, tempat bilasan terakhir, dan ruangan ganti pakaian. Kegiatan penggantian air kolam dilakukan sekali sehari pada tiap malam. Ruang ganti pakaian berjumlah masing- masing 4 kamar pada pria dan wanita namun saat ruang ganti yang berfungsi baik dan bisa digunakan masing- masing untuk pria dan wanita hanya berjumlah 1 kamar saja, 3 kamar lainnya rusak. Ruangan untuk tempat bilasa terakhir kondisi bangunannya baik tetapi kurang terawat.

3. Gedung herbarium

Gedung herbarium terletak di sebelah kanan jalan dari Kecamatan Lubuk Sikaping. Kondisi fisik bangunan ini masih bagus tetapi tidak terawat dan belum dimanfaatkan dengan baik. Hal ini ditandai dengan kondisi dari gedung herbarium yang pintunya selalu ditutup dan herbarium yang ada di dalamnya banyak yang sudah rusak sehingga tidak bias lagi memberikan informasi yang diharapkan oleh pengunjung seperti yang terlihat pada Gambar 4.

Di dalam gedung herbarium terdapat berbagai contoh koleksi herbarium (awetan) tumbuh-tumbuhan yang berasal dari dalam kawasan lindung Rimbo Panti (Cagar Alam dan TWA). Bentuk pengelolaan obyek ini belum intensif, karena saat ini hanya diterapkan aturan pengunjung, seperti pengunjung diwajibkan mengisi buku tamu dan belum ada kete ntuan biaya masuk. Para pengunjung dipersilahkan membayar sesuai keinginan. Gedung herbarium dapat dijadikan obyek wisata pendidikan (education tourism) bagi pelajar dan mahasiswa.Tepat di samping gedung herbarium terdapat taman bermain anak. Taman ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas bermain bagi anak-anak, seperti seluncuran, ayunan, dan jalan lorong.

(19)

Gambar 4 Gedung Herbarium. 3.4.2. Pengelolaan Sarana Prasarana Wisata

Untuk pengembangan pariwisata fokus pengembangan tidak hanya pada titik objek wisata itu sendiri tetapi juga diperlukan sarana dan prasarana atau fasilitas yang ikut menunjang keberadaan objek wisata tersebut. Fasilitas yang dimaksud adalah fasilitas yang nantinya mendukung kegiatan wisata yang berlangsung di tempat wisata yang bersangkutan. Fasilitas- fasilitas pendukung wisata tersebut adalah hotel(penginapan), restoran(rumah makan), fasilitas ibadah, dan MCK. Sarana dan prasarana merupakan penunjang yang sangat penting di tempat wisata untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada wisatawan. Tersedianya fasilitas yang memadai dapat dipromosikan kepada wisatawan dan dapat dijual sehingga bisa memberikan penambahan kontribusi pada pendapatan daerah.

Sarana prasarana wisata yang terdapat di TWA Rimbo Panti relatif lengkap (Tabel 5; Gambar 5), akan tetapi sebagian besarnya belum tertata dengan baik.

Tabel 5 Sarana prasarana wisata di TWA Rimbo Panti No Jenis Sarana Prasarana

Wisata

Keterangan Kondisi Sarana Prasarana 1. Kolam pemandian air

panas

2 unit Ukuran 5x 3 m dengan kondisi kurang terawat 2. Gedung herbarium 1 unit Tidak terawat, koleksi

kurang dan tidak ada petugas pelayanan 3. Tempat bermain anak 1 unit Kurang terawat 4. Pintu gerbang masuk 2 unit Kondisinya bagus 5. Jalan trail wisata 1 unit, sepanjang 5 km jalan dengan pasir

(20)

No Jenis Sarana Prasarana Wisata

Keterangan Kondisi Sarana Prasarana 8 km dan batu, dan 3 km

jalan yang menyerupai tunggul kayu

6. Tempat penjualan tiket 3 unit Hanya 1 unit yang berfungsi

7. Pusat informasi 1 unit Berupa gedung

permanen kosong, tanpa fasilitas penunjang informasi (baru selesai dibangun tahun 2000)

8. Areal parkir 2 unit Luasanya cukup luas.

9. Sarana MCK 1 unit Hanya 1 unit yang

berfungsi, 1 unit lagi kondisinya rusak 10. Sarana ibadah (mushola) 1 unit Kondisi fisik bangunan

sederhana. Hanya dibuka pada waktu dan jam tertentu, jarang digunakan pengunjung. 11. Kios dagang 4 unit Kondisi fisik bangunan

baik dan telah berfungsi dengan baik

12. Shelter 5 unit Kondisi bagus.

13. Jalan masuk ke kolam pemandian air panas

1 unit Berupa jalan kerikil yang dihiasi taman dikiri dan kanan jalan. Kondisi jalan relative baik.

14. Rumah pengelola 1 unit Tidak ditempati. 15. Gazebo (tempat istirahat

pengunjung)

2 unit Kondisinya baik.

16. Areal perkemahan 1 unit Ada.

17. Tempat sampah 3 unit Jumlahnya belum

(21)

(a) (b)

(c)

(d)

(e) (f)

Gambar 5 Beberapa sarana prasarana wisata di TWA Rimbo Panti : (a) Ja lan trail wisata; (b) Sarana MCK; (c) Gedung Herbarium ; (d) Lahan parkir ; (e) Fasilitas taman bermain; dan (f) Gerbang masuk TWA.

Kawasan TWA Rimbo Panti sudah memiliki tempat parkir yang berada di pinggir Jalan Lintas Sumatera Bukittinggi-Medan. Pada hari- hari biasa kendaraan wisatawan bisa menggunakan areal parker yang sudah tersedia ini, khusus untuk

(22)

ke tempat pemandian air panas kendaraan pengunjung bisa dibawa masuk ke dalam komplek kolam pemandian. Pada hari- hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru jumlah kendaraan yang akan parkir sudah tidak seimbang dengan luas kawasan parkir yang tersedia sehingga pengunjung terpaksa memarkir kendaraannya di pinggir jalan yang menyebabkan kemacetan yang luar biasa. Menurut perencanaan yang ada di dalam RPTWA, ke depannya akan dibuat dan disediakan lahan parkir pada setiap lokasi kegiatan seperti di lokasi penginapan, pemandian air panas, dan di depan kios berdagang.

Di TWA Rimbo Panti saat ini sudah tampak terlihat tersedianya beberapa tempat sampah tetapi masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh pengunjung sehingga masih banyak sampah yang berada bukan pada tempatnya. Hal seperti ini perlu penekanan khusus kepada pengunjung untuk membuang sampah pada tempatnya karena berkaitan erat dengan stabilitas lingkungan.

5.4.3. Pengelolaan SDM Pengelola

Taman Wisata Alam Rimbo Panti memiliki 6 orang personel pengelola yang terdiri dari 2 orang petugas BKSDA Sumatera Barat dan 4 orang petugas Dinas Perhubungan dan Pariwisata (Dishubpar) Kabupaten Pasaman. Pengelolaan TWA Rimbo Panti dilaksanakan oleh semua tenaga kerja karena meskipun memiliki jabatan serta tanggung jawab dan wewenang masing- masing, jumlah anggota yang sedikit sedangkan kegiatan pengelolaan yang harus dilakukan sebenarnya cukup banyak mengakibatkan loyalitas karyawan terhadap pekerjaan menjadi agak berkurang. Namun bisa dikatakan hal tersebut menggambarkan belum terstrukturnya pembagian kerja di tubuh pengelola TWA baik itu dari pihak BKSDA maupun PEMDA Kabupaten Pasaman. Salah satu faktor penentu keberhasilan pengembangan wisata yang baik yang berada di lingkungan pemerintahan atau yang bergerak langsung sebagai stakeholders salah satunya adalah SDM (Sumber Daya Manusia). SDM di TWA Rimbo Panti ini masih tergolong rendah khususnya SDM yang mendukung kegiatan pariwisata.

Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia staffnya, BKSDA Sumatera Barat mengirim staff yang ada di TWA Rimbo Panti untuk mengikuti

(23)

seminar dan atau pelatihan yang erat kaitannya dengan kegiatan pariwisata dengan tujuan lebih meningkatkan ilmu dan pengetahuan pengelola dalam semua kegiatan pengelolaan yang ada di TWA Rimbo Panti.

Untuk memenuhi kebutuhan sebuah organisasi BKSDA yang lebih handal tentunya harus diikuti dengan penataan SDM yang juga memadai. Penataan SDM tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara dan usaha berupa realokasi personil, baik dari pusat dan atau antar wilayah, penambahan personil baru, dan peningkatan pendidikan serta keterampilannya yang kaitannya dengan aktivitas pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan. Kegiatan-kegiatan seperti ini sudah dilakukan baik pihak BKSDA Sumatera Barat maupun Pemda Pasaman.

TWA Rimbo Panti selain dikunjungi oleh wisatawan dalam negri juga sering disinggahi oleh wisatawan mancanegara. Untuk melayani tamu dari negara asing tersebut tentunya membutuhkan sumberdaya manusia yang bisa dan lancar berbahasa Inggris supaya wisatawan asing tidak kebingungan mencari dan mengetahui informasi tentang TWA Rimbo Panti. Untuk itu diperlukan pembinaan dan peningkatan SDM pengelola dengan cara mengikutsertakan les atau kursus bahasa Inggris.

5.4.4. Perlindungan dan Pengamanan Kawasan

Perlindungan dan pengamanan kawasan dalam konteks konservasi sumberdaya alam merupakan dua jenis kegiatan yang satu sama lain saling berkaitan, namun terdapat nuansa perbedaan dalam implementasinya. Kegiatan perlindungan dipersepsikan sebagai upaya menjaga keutuhan kawasan dan potensinya, misalnya dari bahaya kebakaran, hama, dan penyakit, penggembalaan liar, berkembangnya spesies eksotik, dan polusi genetik (genetic pollution).

Pengamanan kawasan diartikan sebagai upaya menjaga keutuhan kawasan dari gangguan manusia, misalnya pada pencurian kayu, perburuan liar, perladangan berpindah, pemukiman, dan kerusakan sebagai dampak adanya kegiatan wisata alam. Upaya pengamanan kawasan yang dilakukan TWA Rimbo Panti berbentuk tindakan preventif yaitu melalui penjagaan (sistem piket), pemantauan, dan patroli (patroli rutin, patroli mendadak, patroli gabungan), penyuluhan dan pembuatan papan peringatan. Namun upaya perlindungan dan

(24)

pengamanan yang dilakukan sekarang dianggap kurang efektif karena keterbatasan sumberdaya manusia yang ada di TWA Rimbo Panti.

5.4.4.1. Bentuk gangguan keamanan kawasan

Kawasan Taman Wisata Alam Rimbo Panti termasuk ke dalam salah satu objek wisata yang ada di Kabupaten Pasaman. Lokasi ini biasanya menjadi tempat wisata keluarga ataupun wisata pendidikan. Pada saat hari libur nasional dan Hari Raya Idul Fitri di tiap tahunnya biasanya TWA Rimbo Panti dikunjungi rib uan pangunjung. Banyaknya jumlah pengunjung yang masuk ke kawasan dikhawatirkan sudah tidak sesuai dengan daya dukung kawasan sehingga memungkinkan terjadinya kerusakan tumbuhan yang ada di dalam TWA. Beberapa bentuk gangguan keamanan yang terjadi terhadap kawasan rimbo panti antara lain adalah :

1. Pengambilan kayu bakar

Pengambilan kayu bakar merupakan gangguan hutan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan, pengambilan kayu dulunya terjadi hampi tiap hari tetapi saat ini intensitasnya sudah berkurang. Kayu yang diambil nantinya digunakan sebagai kayu bakar rumah tangga. Modus operasi dalam kegiatan pengambilan kayu bakar ini adalah dengan menggergaji sebagian batang pohon yang masih hidup, tetapi tidak sampai tumbang. Setelah ditunggu beberapa hari pohon tersebut akan layu, mati, dan tumbang. Sahana (2007) menyebutkan bahwa kayu yang diambil dari dalam kawasan tidak hanya kayu mati tetapi juga pohon yang masih hidup. Terdapat tiga kategori dalam pengambilan kayu ini, yaitu pertama kayu tersebut digunakan untuk keperluan rumah tangga, kedua untuk dijual dengan menjajakan dari rumah ke rumah, dan yang ketiga dijual kepada pelanggan tetap seperti rumah makan.

2. Penebangan liar

Penebangan liar terjadi di sebagian kawasan TWA Rimbo Panti. Penebangan hutan merupakan gangguan yang harus diwaspadai karena akan mengancam kelestarian hutan TWA Rimbo Panti. Umumnya penebangan liar terjadi karena adanya penadah atau pasar yang menampung kayu haram tersebut.

(25)

Pelaku penebangan liar pernah ditangkap POLHUT dan pernah dipenjarakan tetapi proses hukumnya tidak selesai sehingga diproses cuma sampai tingkat kepolisian sektor. Bisa dikatakan law enforcement di rimbo panti masih lemah.

Gambar 6 Sisa Kayu Penebangan Liar.

Kegiatan-kegiatan pelanggaran yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan menurut PP No. 68 Tahun 1998 adalah berburu, menebang pohon, mengangkut kayu dan satwa atau bagian-bagiannya di dalam dan keluar kawasan, serta memusnahkan sumberdaya alam di dalam kawasan, melakukan ke giatan usaha yang dapat menimbulkan pencemaran kawasan, dan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan rencana pengelolaan dan atau rencana pengusahaan yang telah mendapatkan persetujuan dari pejabat yang berwenang. Pelanggaran yang dijumpai terjadi di kawasan berupa penebangan liar dan perburuan namun kedua kegiatan ini intensitasnya kecil. Pengubahan bentang alam yang paling mencolok tidak ditemukan.

Pelanggaran yang ditemukan biasanya dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan dengan motivasi pemenuhan kebutuhan hidup. Pelaku pelanggaran lain adalah pengunjung, bentuk pelanggaran biasanya adalah vandalisme atau membuang sampah tidak pada tempatnya. Alasan terjadinya pelanggaran oleh pengunjung biasanya adalah rendahnya kesadaran untuk turut menjaga kawasan dan ketidaktahuan akan peraturan dalam kawasan.

3. Pembuangan sampah sembarangan

Kegiatan membuang sampah sembarangan ke dalam kawasan TWA terjadi di Rimbo Panti. Kegiatan ini biasanya berlangsung pada hari Kamis yaitu hari

(26)

pasar bagi masyarakat Kecamatan Panti. Adanya beberapa orang yang tidak bertanggung jawab yang menjadikan kawasan TWA sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah hasil dari sampah pasar tersebut.

Pencegahan dari permasalahan ini telah dilakukan oleh p ihak BKSDA, Dinas Kehutanan Kabupaten Pasaman, dan dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pasaman yaitu dengan memasang papan larangan di sekitar lokasi pembuangan sampah. Namun papan larangan ini seperti tidak dihiraukan sehingga kegiatan pembuangan sampah ke dalam kawasan masih berlangsung sampai saat ini. Timbunan sampah pasar bisa dilihat pada Gambar 7.

Selain pembuangan sampah pasar p encemaran yang terjadi di TWA Rimbo Panti juga berasal dari kegiatan wisata. Pengunjung yang kurang mengerti akan pentingnya turut menjaga kebersihan menjadi penyumbang pencemaran lingkungan yaitu membuang sampah sembarangan.

Gambar 7 Sampah yang dibuang warga dan papan larangan.

Bentuk pelanggaran yang ditemukan biasanya dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan dengan motivasi pemenuhan kebutuhan hidup. Pelaku pelanggaran lain adalah pengunjung, bentuk pelanggaran biasanya adalah vandalisme atau masuk ke dalam kawasan CA Rimbo Panti yang seharusnya tidak boleh ada kegiatan wisata di dalam kawasan CA. Alasan terjadinya pelanggaran oleh pengunjung biasanya adalah rendahnya kesadaran untuk turut menjaga kawasan dan ketidaktahuan akan peraturan dalam kawasan konservasi terutama tentang perbedaan CA dan TWA. Yang mereka tahu adalah kawasan rimbo panti adalah salah satu daerah wisata favorit yang ada di Kab. Pasaman.

(27)

5.4.4.2. Upaya pencegahan terjadinya gangguan keamanan kawasan

Untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap keamanan kawasan maka pengelola TWA Rimbo Panti melakukan kegiatan patrol pengamanan kawasan. Patroli adalah salah satu fungsi mendasar dan terpenting dari satuan pengelolaan suatu kawasan yang dilindungi (MacKinnon et.al, 1990). Patroli dapat dilakukan dengan berjalan kaki, mengendarai motor, mobil, ataupun dengan alat transportasi lainnya. Patroli dapat dilakukan seorang diri dan juga bisa dalam bentuk sebuah

team patroli (Mac.Kinnon et.al, 1990). Jumlah orang dalam setiap patroli,

frekuensi patroli, dan intensitas patroli bagi suatu kawasan, semuanya bervariasi menurut situasi dan kondisi setempat. Selain upaya diatas TWA Rimbo Panti juga melakukan pendekatan sosial dengan masyarakat sekitar kawasan melalui kegiatan penyuluhan yang dilakukan ke organisasi pemuda ataupun melalui wali nagari yang ada di sekitar kawasan TWA Rimbo Panti.

Patroli yang dilaksanakan di TWA Rimbo Panti terdiri dari patrol rutin yang dilaksanakan sekali dalam sebulan dan patroli gabungan dilaksanakan 2-3 kali dalam setahun. Patroli rutin diikuti oleh petugas dari Kantor seksi BKSDA dan petugas dari DISHUBPAR. Kegiatan yang dilakukan pada saat patroli antara lain adalah monitoring keamanan kawasan TWA disertai pencatatan satwa yang dijumpai pada jalur patrol. Patroli gabungan diikuti oleh petugas dari kantor BKSDA Sumatera Barat, petugas seksi BKSDA wilayah I, dan petugas dari DISHUBPAR Kab. Pasaman. Selain patroli rutin dan patroli gabungan juga ada kegiatan patroli mendadak jika ada kegiatan-kegiatan yang mengganggu keamanan kawasan TWA.

Selain patroli, untuk kegiatan pengamanan kawasan, BKSDA Sumatera Barat dalam hal ini Seksi Konservasi Wilayah Pasaman menjalin kerjasama dengan 4 orang tokoh masyarakat (PAM SWAKARSA) yang cukup berpengaruh untuk dijadikan mitra dalam pengamanan kawasan. Tokoh-tokoh ini yang nantinya berfungsi sebagai jembatan penghubung informasi antara pihak pengelola dengan masyarakat. Seandainya ada kegiatan warga yang sudah bertentangan dengan apa yang seharusnya maka PAM SWAKARSA yang menjadi pihak pertama yang melakukan teguran.

(28)

5.4.5. Penataan Kawasan

5.4.5.a. Tata Batas Kawasan

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan belum terlihat adanya batas yang jelas antara kawasan CA dengan TWA. Batas yang ada baru antara CA dengan kawasan di luar CA. Contoh pal batas yang ada di CA Rimbo Panti bisa dilihat di Gambar 8.

Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan rekontruksi batas kawasan CA Rimbo Panti khususnya yang berbatasan dengan lahan penduduk di Kecamatan Panti secermat dan seteliti mungkin dilakukan dengan cara pendekatan yang partisipatif. Oleh karena itu, apabila tanda batas fisik (pal batas) telah terpancang, pal batas tersebut mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dan diakui, baik oleh masyarakat maupun lembaga- lembaga pemerintah setempat. Pemeliharaan batas termasuk rekonstruksi batas akan dilakukan secara simultan dan disesuaikan dengan skala prioritas yang didasarkan pada intensitas kerawanan gangguan kawasan.

Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan, terdapat beberapa pal batas yang sudah tertutup oleh tumbuhan atau daun-daunan. Hal ini dikhawatirkan bisa menjadi alasan penyerobotan lahan oleh masyarakat sekitar de ngan alasan tidak terlihatnya pal batas kawasan, sehingga perlu adanya sosialisasi ulang kepada masyarakat melalui wali nagari atau pemuka adat tentang batas kawasan yang sebenarnya.

.

(29)

5.4.5.b. Penataan Zonasi dan Blok Kawasan

Kawasan TWA Rimbo Panti merupakan TWA terluas yang terdapat di Sumatera Barat. Kawasannya yang luas tersebut berpeluang untuk dikembangkan menjadi lebih baik dibandingkan dengan kawasan konservasi lainnya yang ada di Sumatera Barat, karena mampu dikembangkannya berbagai variasi aktivitas wisata. Untuk memaksimalkan fungsinya sebagai TWA, maka dilakukan penentuan zonasi dan blok kawasan.

Pemerintah Daerah Kab. Pasaman melakukan zonasi kawasan TWA sesuai masterplansedangkan BKSDA Sumatera Barat melakukan penataan kawasan dengan melakukan penataan blok. Dokumen Penataan Blok TWA Rimbo Panti memberikan informasi bahwa kawasan TWA Rimbo Panti ditata ke dalam 2 blok pengelolaan, yaitu blok perlindungan dan blok pemanfaatan. Blok perlindungan akan diarahkan pada bagian-bagian kawasan yang kondisinya masih relatif utuh dan asli. Sedangkan blok pemanfaatan diarahkan pada bagian kawasan yang dapat mengakomodasi kegiatan-kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan potensi kawasan, seperti penelitian, pendidikan, pengambilan plasma nutfah, dan kegiatan wisata alam.

Akurasi delinasi batas blok-blok dilakukan melalui kegiatan kajian dan penelitian yang berkaitan dengan keutuhan dan potensi kawasan, baik potensi fisik (lansekap), flora, maupun faunanya. Hal ini bertujuan agar pembagian blok-blok ini dapat mengakomodasi sebanyak mungkin kepentingan pengelola kawasan dan masyarakat (RP TWA Rimbo Panti).

Didalam pedoman zonasi kawasan TWA yang ada di masterplan PEMDA ternyata ada bagian kawasan TWA yang sebenarnya merupakan kawasan CA. Kejadian tumpang tindih kawasan ini berpengaruh terhadap pengelolaan kawasan karena antara CA dan TWA mempunyai perbedaaan fungsi dalam hal pengelolaan kawasan konservasi. Untuk mengatasi hal tersebut dan untuk menduk ung disetujuinya master plan rencana pengelolaan Rimbo Panti PEMDA Kab. Pasaman dan BKSDA Sumatera Barat pada tahun 2008 melakukan kegiatan Penataan Blok TWA Rimbo Panti.

Penataan blok kawasan menjadi beberapa blok pengelolaan merupakan kegiatan pengalokasian daerah kawasan hutan sesuai dengan kondisi dan nilai

(30)

pentingnya sehingga aktifitas pengusahaan wisata yang nantinya akan dilakukan tidak terlalu berdampak negatif terhadap kelestarian dan keutuhan kawasan TWA Rimbo Panti. Dengan adanya kegiatan blok diharapkan kemungkinan kerusakan terhadap kawasan dapat diisolir di daerah-daerah tertentu dan dengan harapan bisa dilakukan penanganan secepat mungkin. Penataan blok yang dilakukan diharapkan dapat berperan dalam mendukung dan menjamin kelestarian kawasan dan keanekaragaman hayati yang ada di TWA Rimbo Panti sehingga potensi TWA Rimbo Panti sebagai tempat rekreasi dan daerah pariwisata alami tidak rusak dan hilang di masa mendatang.

5.4.7. Pengelolaan Pengunjung

Bentuk pelayanan pengunjung yang umum dilaksanaka n di TWA Rimbo Panti adalah wisata tanpa pemandu. Pelayanan wisata tanpa pemandu ini didukung oleh sudah tersedianya trail wisata. Model tanpa pemandu ini digunakan karena lebih efektif dan untuk mengatasi keterbatasan tenaga kerja. Pengunjung yang memerlukan pemandu dapat mendatangi pusat informasi dan akan mendapatkan pelayanan khusus.

Kebersihan kawasan merupakan salah satu hal penting yang dilupakan pengunjung. Walaupun pengelola sudah menyediakan adanya tempat sampah tetapi masih banyak terlihat sampah hasil kegiatan wisata. Pada akhir pekan dan libur lebaran dimana biasanya terjadi lonjakan pengunjung, di TWA Rimbo Panti biasanya ada petugas dari POLRES Panti dan atau dari SATPOL PP Pasaman yang ditugaskan berjaga-jaga untuk memberi keamanan dan kenya manan bagi pengunjung.

Saat ini PEMDA Kabupaten Pasaman sudah menyusun Masterplan pengelolaan dengan tenaga ahli dari lemba ga pendidikan tinggi dan akan dilaksanakan oleh pengelola kawasan (BKSDA dan PEMDA). Penyusunan

masterplan pengelolaan ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman

pembangunan dan pengembangan wisata di TWA Rimbo Panti sesuai dengan kaidah konservasi. Masterplan ini bertujuan untuk memberikan acuan pengaturan tata ruang pemanfaatan komplek ekowisata rimbo panti, acuan desain pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana ekowisata rimbo panti,

(31)

dan acuan pengembangan program ekowisata rimbo panti. Masterplan ini akan memberikan peluang perbaikan sistem pengelolaan wisata rimbo panti baik menyangkut sarana prasarana, pelayanan wisata, pro gram dan paket wisata serta pengaturan lain yang akan lebih mengedepankan kelestarian dan keseimbangan ekosistem kawasan.

5.4.7.a Karakteristik Pengunjung

Pengunjung merupakan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pengelolaan wisata. Suatu pengelolaan wisata yang baik tentunya akan mampu memberikan pelayanan yang memuaskan pengunjung. Karena alasan inilah penting untuk mengetahui karakteristik pengunjung guna menentukan sistem pemasaran, mengetahui strategi pengelolaan yang harus dilaksanakan dan mengantisipasi dampak kegiatan wisata yang paling mungkin mengancam. Karakeristik pengunjung di TWA Rimbo Panti berdasarkan hasil kuisioner yang dibagikan, dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Tabulasi karakteristik pengunjung TWA Rimbo Panti

Karakteristik Pengunjung Jumlah

(responden) Prosentase (%) 1. Umur (tahun) a. 1-20 b. 21-40 c. >41 11 15 4 37 50 13 2. Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 13 17 43 57 4. Pendidikan Terakhir a. SD b. SMP c. SMA d. PT 2 5 15 8 7 17 50 26 5. Profesi / Pekerjaan a. Pelajar b. Mahasiswa 2 9 7 30

(32)

Karakteristik Pengunjung Jumlah (responden) Prosentase (%) c. PNS / Swasta d. Lainnya 16 3 53 10 Sumber : Hasil kuisioner

Karakteristik pengunjung TWA Rimbo Panti dibagi dalam lima kategori. Karakteristik berdasarkan umur, menunjukkan bahwa kate gori umur 19-50 tahun sebagai persentase pengunjung yang paling banyak di TWA Rimbo Panti. Perbandingan persentase pengunjung pada tiap kelas umur dapat dilihat pada Gambar 9. Selanjutnya, jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, maka pengunjung dengan jenis kelamin perempuan mempunyai persentase lebih tinggi disbanding pengunjung laki- laki, seperti yang terlihat pada Gambar 10.

2% 35% 50 % 13% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

1-12 ta hun 13-18 ta hun 19-50 tahun 50 >50 ta hun Ju m la h Ka tegori Umur

(33)

43 % 57 % 0 10 20 30 40 50 60 La ki-la ki Perempua n J u m la h Jenis Kelamin

Gambar 10 Diagram Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan tingkat pendidikan yang terbagi pada empat tingkatan, yaitu SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi, terlihat bahwa tingkat pendidikan SMA merupakan persentase pengunjung terbesar di TWA Rimbo Panti. Perbandingan keempat tingkatan pendidikan tersebut disajikan pada Gambar 11. Hal yang berbeda ditunjukkan pada karakteristik pengunjung berdasarkan profesi. Gambar 12 menunjukkan perbandingan persentase pengunjung dengan 5 jenis profesi, dengan persentase paling tinggi pada profesi PNS. Jika dilihat lebih lanjut, persentase ini tidak jauh berbeda dengan persentase pada profesi mahasiswa.

(34)

Gambar 12 Diagram Karakteristik Penunjung Berdasarkan Profesi 5.4.7.b. Tujuan dan Pola Kunjungan

Tujuan dan pola kunjungan di TWA Rimbo Panti berdasarkan hasil kuisioner yang dibagikan, dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Tabulasi tujuan dan pola kunjungan

No Tujuan dan Pola Kunjungan Jumlah

(responden)

Prosentase (%) 1. Tujuan utama kunjungan

a. Sekedar singgah untuk beristirahat b. Berjalan-jalan menikmati

pemandangan c. Kegiatan penelitian

d. Kunjungan sekolah / perguruan tinggi e. Lainnya 5 20 2 3 0 17 67 6 10 0 2. Kegiatan yang dilakukan di TWA

Rimbo Panti a. Wisata keluarga

b. Menikmati pemandangan alam c. Melihat dan mengamati satwa d. Melihat dan mengamati tumbuhan e. Lainnya 3 25 0 0 2 10 84 0 0 6

3. Daya tarik utama TWA Rimbo Panti a. Sumber air panas

b. Satwa

c. Hutan dan tumbuhan

d. Pemandangan alam SA. Merapi e. Lainnya 18 3 2 7 0 61 10 6 23 0

(35)

No Tujuan dan Pola Kunjungan Jumlah (responden) Prosentase (%) 4. Rekan kunjungan a. Sendiri b. Teman c. Keluarga d. Lainnya 5 14 8 3 17 47 26 10 5. Lama kunjungan a. 1 hari b. 2 hari

c. Kurang dari 1 hari

16 4 10 54 13 33

Sumber : Hasil kuisioner

Perbandingan persentase tujuan utama kunjungan di TWA Rimbo Panti dapat dilijat pada Gambar 13. Berdasarkan gambar tersebut, terlihat bahwa persentase paling tinggi ditunjukkan pada tujuan kunjungan untuk berjalan-jalan menikmati keindahan alam. Jika dilihat berdasarkan kegiatan yang disukai di TWA Rimbo Panti, persentase paling tinggi ditunjukkan pada kegiatan menikmati pemandangan, seperti yang terlihat pada Gambar 14.

(36)

Gambar 14 Diagram Kegiatan yang disukai di TWA Rimbo Panti

Berdasarkan hasil pengolahan data kusioner dapat diketahui bahwa objek yang menjadi daya tarik utama bagi pengunjung adalah sumber mata air panas, seperti yang terlihat pada Gambar 15. Kebanyakan pengunjung ke TWA Rimbo Panti yaitu pergi bersama teman dan biasanya kunjungan dilakukan kurang dari 1 hari (tidak bermalam), seperti yang tergambar pada Gambar 16 dan Gambar 17. Selain menikmati pemandangan alam, pengunjung TWA Rimbo Panti juga menilai bahwa di Rimbo Panti banyak jenis tumbuhan yang dianggap menarik karena ciri fisik tumbuhan yang batangnya besar, berdaun lebat, serta mempunyai kayu yang kuat, yang ditunjukkan pada Gambar 18.

(37)

Gambar 16 Diagram Rekan Kunjungan di TWA Rimbo Panti

0%

100%

Berma la m Tida k berma la m

Gambar 17 Diagram Lama Kunjungan di TWA Rimbo Panti

Gambar 18 Diagram alasan utama kenapa jenis tumbuhan dianggap objek menarik di TWA Rimbo Panti

(38)

5.4.7.c. Penilaian Pengunjung

Pengunjung TWA Rimbo Panti sebanyak 43 % meminta adanya perbaikan jalan di TWA Rimbo Panti, baik jalan menuju kawasan maupun ja lan yang melewati kawasan Rimbo Panti. Pengunjung menilai fasilitas di TWA Rimbo Panti secara umur cukup memuaskan dan mengharapkan adanya fasilitas yang lengkap di TWA Rimbo Panti diiringi dengan adanya bentuk pelayanan yang intensif. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Tabulasi penilaian pengunjung

No Penilaian Pengunjung Jumlah

(responden)

Prosentase (%) 1. Sarana dan Prasarana yang perlu ditambah

di TWA Rimbo Panti a. Perbaikan Jalan

b. Pengadaan sarana ibadah c. Pengadaan sarana transportasi d. Pengadaan souvenir shop e. Pengadaan penginapan f. Lainnya ( tempat sampah )

13 5 0 6 3 3 43 17 0 20 10 10 2. Penilaian fasilitas a. Sangat memuaskan b. Cukup memuaskan c. Kurang memuaskan 0 16 14 0 53 47 3. Bentuk fasilitas yang diinginkan

a. Fasilitas lengkap pelayanan intensif b. Fasilitas sederhana pelayanan intensif c.Tanpa fasilitas, dibiarkan begitu saja.

19 8 3 64 26 10 Sumber : Hasil k uisioner

5.4.7.d Harapan dan Saran Pengunjung

Harapan pengunjung yang paling utama adalah dilaksanakannya kegiatan pembersiahan sampah pengunjung secara rutin terutama di objek-objek menarik, seperti sumber air panas dan di sepanjang jalan di dalam kawasan. Beberapa harapan pengunjung lainnya terkait pengelolaan TW A Rimbo Panti adalah sebagai berikut :

(39)

1) Peningkatan kualitas sarana dan prasarana yang sudah ada, terutama yang menunjang kegiatan pendidikan seperti rumah herbarium.

2) Peningkatan jumlah sarana kebersihan seperti penambahan jumlah tempat pembuangan sampah di titik-titik yang ramai dikunjungi pengunjung.

5.5 Analisis Pengelolaan Kawasan

Pengelolaan Taman Wisata Alam Rimbo Panti diharapkan akan lebih terarah dan terdokumentasi dengan baik sehingga kawasan ini dapat berfungsi sesuai tujuan penetapannya. Untuk mencapai tujuan tersebut disusunlah perencanaan yang tertuang dalam sebuah Buku Rencana Pengelolaan Taman Wisata Alam Rimbo Panti yang disusun oleh BKSDA Sumatera Barat. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan di lapangan sesuai atau tidak sesuai dengan rencana pengelolaan dapat dilihat di Tabel 9 sebagai berikut :

Tabel 9 Perbandingan rencana pengelolaan dengan fakta di lapangan.

No Ko mponen Pengelolaan Rencana Pengelolaan Fakta di lapangan A A.1 A.1 B B.1 Penataan Kawasan Tata Batas Kawasan

Penataan Blok

Pe mbangunan Sarana dan Prasarana

Fasilitas Pengelolaan

Pe meliharaan batas akan dila kukan secara simultan dan disesuaikan dengan skala prioritas berdasarkan intensitas gangguankerawanan kawasan. Dala m periode 25 tahun ke depan, kawasan ini a kan ditata ke dala m 2 blo k pengelolaan, yaitu blok perlindungan dan blok pemanfaatan

Perbaikan kantor resort dan penambahan fasiltas pendukung seperti air bersih, listrik, dan peralatan kantor sehingga dari keadaan semi permanen men jadi permanen.

Masih ada pal batas yang kurang terawat, tumbang, dan ada yang sudah tertutupi sema k belu kar.

Sudah dilakukan pada tahun 2008

Fasilitas pengelolaan Taman Wisata Alam Rimbo Panti yang telah ada saat ini hanya kantor resort dengan kondisinya sudah mulai rusak, dan belum dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas

pendukung seperti air bersih, listrik, pera latan kantor dan sebagainya Fasilitas yang ada sekarang masih sangat terbatas dan fasilitas

(40)

No Ko mponen Pengelolaan Rencana Pengelolaan Fakta di lapangan B.2 B.3 C C.1 C.2 C.3 Fasilitas Rekreasi Fasilitas Pelayanan Pe mbinaan Ka wasan Inventarisasi dan Monitoring

Pe mbinaan Hab itat

Penegakan Huku m dan Pengamanan

Dala m kurun wa ktu 5 tahun kedepan akan dibangun fasilitas-fasilitas lain dan perbaikan fasilitas yang ada, sehingga pengelolaan wisata dalam rangka pemanfaatan fungsi kawasan taman wisata alam a kan lebih optima l seperti:

- Pe meliharaan jalan - Pe mbangunan shelter - Merenovasi ka mar mandi

air panas

- Pe mbangunan pesangrahan - Pe mbukaan camping

ground

Dala m 25 tahun kedepan direncanakan untuk perbaikan-perbaikan, dan me lengkapi fasilitas pelayanan dan pembangunan fasilitas -fasilitas lain, seperti pembangunan wisma pengunjung lengkap dengan fasilitas pendukung seperti tempat tidur, listrik dan air bersih.

Dituju kan kepada setiap potensi kawasan taman wisata ala m secara keseluruhan, baik potensi biotik maupun abiotik untuk me mpe roleh data lengkap dan akurat guna menentukan kebijaksanaan lebih lanjut, selain itu kegiatan ini dila kukan untuk mengantisipasi dampak kunjungan wisata terhadap keutuhan ekosistem ka wasan, yang secara langsung maupun tidak langsung me mpengaruhi pemanfaatan kawasan taman wisata ala m.

- Pe mbinaan habitat primata - Pe mbinaan habitat

kupu-kupu

- Pe mbinaan dan

perlindungan habitat kijang - Pengelolaan invasi langkap Pengamanan kawasan diartikan sebagai upaya menjaga keutuhan kawasan dari gangguan manusia, misalnya pada pencurian kayu,

yang ada belum dimanfaatkan secara ma ksima l dan t idak tertata dengan baik sehingga me mpunyai kesan berantakan dan semerawut

Fasilitas yang ada masih terbatas dan belum dimanfaatkan secara optima l. Fasilitas yang sudah ada antara lain :

- Pusat Informasi - Herbariu m - Mushalla - WC u mu m - Kios dagang - Lokasi parke r - Pos jaga.

Kalau dila kukan secara periodik akan d iperoleh data series yang dapat dika ji dan dianalisa lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana dampak keberadaan sarana dan prasarana tersebut terhadap kelestarian unsur ekosistem kawasan tetapi kegiatan ini belu m semuanya dilaku kan.

Be lu m dila ksanakan Be lu m dila ksanakan Be lu m dila ksanakan Be lu m dila ksanakan Penegakan hukum masih rendah sehingga pelanggar belum takut dengan ancaman

(41)

No Ko mponen Pengelolaan Rencana Pengelolaan Fakta di lapangan D E E.1 E.2 F G H Pengelolaan Pengunjung Perencanaan Kawasan Penyusunan Rencana Karya dan Rencana Teknis

Penyusunan Site Plan dan Desain Fisik

Pe mbinaan Pengusahaan

Peran Serta Masyarakat

Organisasi dan Tata Kerja

perburuan liar, perladangan berpindah, pemukiman, dan kerusakan sebagai dampak adanya kegiatan wisata ala m. Kepentingan kunjungan harus

dapat dideteksi lebih a wal oleh petugas pengelola, dengan demikian pengunjung dapat diarahkan sesuai dengan kepentingan,misalnya

pengunjung dengan kepentingan rekreasi biasa diarahkan untuk me masuki daerah-daerah tertentu yang dapat dimasuki oleh umu m.

Rencana Pengelolaan Taman Wisata Alam ada lah rencana yang bersifat global jangka panjang dengan jangka wa ktu 25 tahun.

Pada 5 tahun pertama akan disusun site plan dan desain fisik sarana dan prasarana yang akan dibangun di TWA Rimbo Panti, yang merupakan sebuah bentuk rencana yang dititik beratkan kepada pembangunan sarana dan prasarana.

Mengikutsertakan pihak ketiga dala m hal in i pihak pengusaha, dala m bentuk pengusahaan pariwisata ala m.

Dia rahkan untuk dapat menc iptakan kesempatan kerja dan peluang berusaha, turut me macu pe mbangunan daerah, dan mendukung pemberdayaan masyarakat setempat yang diselaraskan dengan kepentingan masyarakat.

Unit KSDA sebagai pengemban tugas pengelolaan Ta man Wisata Ala m Rimbo Panti beserta kawasan suaka ala m, dan kawasan konservasi lain di Propinsi Su matera Barat me mpunyai ke ma mpuan yang terbatas.

hukuman pelanggaran.

Be lu m dike lola dengan optima l. Be lu m adanya pembatasan jumlah pengunjung, pengaturan jadwa l kunjungan, dan belum adanya paket-paket wisata yang bisa dipilih dan din ikmati pengunjung.

Sudah dibuat dan pelaksanaannya sedang dija lankan.

Akan segera

dila ksanakan.

Beke rjasama dengan Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kab.Pasaman. Persepsi masyarakat sekitar kawasan TWA Rimbo Panti mengenai kawasan tersebut masih sangat minim teruta ma pengetahuan dari segi konservasi. Masyarakat hanya tahu kawasan tersebut adalah kawasan yang dilindungi oleh pemerintah dan mere ka

tidak boleh

me manfaatkannya. Unit KSDA di tingkat seksi bekerja berdampingan dengan Pe merintah Daerah karena seiring dengan berlakunya UU No.32 Tahun 2004 tentang OTODA.

Gambar

Gambar 2 Sumber air panas Rimbo Panti
Gambar  3  Kolam  Pemandian  Air  Panas,  (a)  Papan  Nama;  (b)  Gerbang  Masuk  Kawasan; (c) Lorong Menuju Kolam Pemandian; (d) Bak Pemandian  Bentuk-bentuk pengelolaan obyek tempat pemandian air panas saat ini adalah :
Gambar 4 Gedung Herbarium.
Gambar 5 Beberapa sarana prasarana wisata di TWA Rimbo Panti : (a) Ja lan trail  wisata;  (b)  Sarana  MCK;  (c)  Gedung  Herbarium  ;  (d)  Lahan  parkir  ;  (e) Fasilitas taman bermain; dan (f) Gerbang masuk TWA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kawasan budidaya dibagi menjadi 10 areal yaitu: perkebunan, kawasan perkotaan, kawasan perdesaan, perikanan, lahan basah, lahan kering, peternakan,

Pemanfaatan kawasan konservasi di Kepulauan Anambas dapat dilihat pada Kecamatan Palmatak, di Pulau Pahat (Desa Mubur) saat ini dijadikan wilayah konservasi oleh masyarakat

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah memiliki pengaruh yang positif dan signifikan secara tidak langsung

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan pemerintah dan masyarakat di kawasan transmigrasi Batumarta diketahui bahwa faktor yang mendorong perubahan penggunaan lahan ke

Pengunjung Masyarakat Pengelola (BKSDA Sumbar) Obyek Potensial untuk Pengembangan Ekowisata di Suaka Alam Merapi (Jalur Koto Baru) 1) Pesangrahan Bung Hatta 2)

Hasil Wawancara dengan Bapak Sugiyanto, selaku Kepala Panti Asuhan Muhammadiyah Samsah Singocandi Kudus, Pada Hari Selasa, 17 Mei 2016, Jam 10.30 WIB.. membentuk akal menjadi

Hasil yang diperoleh dari wawancara yang di lakukan pada 4 narasumber tentang bangunan bersejarah yang berada di kawasan krembangan adalah bangunan kawasan krembangan

Hasil pengamatan terhadap obyek penelitian sesuai variabel penelitian Hasil pengamatan terhadap pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani yang mendapatkan makanan dengan