• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA DIATAS 6 BULAN DIPUSKESMAS SINGANDARU KOTA SERANG TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA DIATAS 6 BULAN DIPUSKESMAS SINGANDARU KOTA SERANG TAHUN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

30 GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI

PADA BAYI USIA DIATAS 6 BULAN DIPUSKESMAS SINGANDARU KOTA SERANG TAHUN 2018

Ernawati Umar, Dedeh Hamdiah

DIII Keperawatan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Koresponding :ernawatiumar08@gmail.com

Abstrak

Makanan pendamping ASI (MPASI) pada 6 bulan pertama diberikan haruslah tetap dengan konsitensi yang encer dan tetap mudah dicerna, makanan yang dibuat tetap dalam keadaan rasa yang seseungguhnya agar dengan perlahan balita mengetahui rasa asli dari makanan yang dikonsumsinya, adanya tambahan rasa yang diberikan pada makanan MPASI terkadang mempunyai reaksi yang tidak baik dan menimbulkan alergi, garam yang ditambahkan pada makanan pendamping ASI cenderung dengan reaksi yang sedikit atau jika diberikan dengan frekuensi yang tinggi dapat berakibat kerusakan pada ginjal, sedangkan jika gula diberikan pada makanan tersebut akan berdampak balita hanya ingin mengkonsumsi makanan yang manis dan dengan demikin gigi bayi akan mudah rusak hal tersebut tentu dipengaruhi oleh balita belum mampu untuk menyikat gigi setelah mengkonumsi makanan yang manis. Tujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada bayi usia diatas 6 bulan dipuskesmas Singandaru Kota Serang Tahun 2018.Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif, dan memecahkan masalah atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang (Notoatmodjo, 2008).Hasil penelitian yang diperoleh diketahui bahwa pada umumnya ibu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai makanan pendamping ASI pada balita usia 6 bulan ke atas dengan persentase sebesar 52,38%, hal tersebut menunjukan bahwa ibu telah berupaya dalam mengetahui makanan pendamping ASI baik dari waktu, bahan serta jenis makanan dalam pemberian makanan pendamping ASI tersebut, namun masih perlu dilakukan upaya agar ibu dapat memiliki pengetahun yang baik tentang makanan pendamping ASI, hal tersebut tentu di latar belakangi oleh peran ibu yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga anak dapat tumbuh secara optimal salah satunya adalah dengan pemberian makanan pendamping ASI secara tepat. Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI diPuskesmas Singandaru Kota serang yang pada umumnya memiliki tingkat pengetahuan cukup dengan persentase sebesar 52,38% hal tersebut dipengaruhi oleh pendidikan, usai serta paritas sedangkan variabel yang tidak berhungan dengan pengetahuan ibu dalam penelitian adalah dengan status pekerjaan ibu.

PENDAHULUAN

Peran orang tua dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan balita merupakan hal yang penting bagi kehidupan balita kearah yang lebih baik, pada study yang dilakukan oleh salah satu universitas di inggris di katakana bahwa anak dengan konsumsi ASI ekslusif lebih memiliki IQ yang tinggi jika dibandingan dengan balita yang tidak mengkonsumsi

ASI, sedangkan anak dengan diberikan MPASI yang tepat lebih memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang baik jika dibanding dengan balita yang tidak di beri MPASI, jika diperhatikan pentingnya nutrisi yang dikonumsi oleh balita merupakan hal yang penting dengan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Dibutuhkan pengetahuan yang cukup bagi orang tua terhadap jenis, pola serta waktu yang harus

(2)

31 dimiliki oleh orang tua demi pertumbuhan

dan perkembangan yang baik pada anak, dengan adanya pengetahuan yang baik tersebut diharapkan orang tua dapat mempunyai perilaku dan pola pikir yang baik untuk dapat memberikaan nutrisi yang tepat serta cukup yang diberikan pada anak pada masa pertumbuhan dan perkembangan tersebut.

ASI atau air susu ibu merupakan makan atau nutrisi yang penting bagi tubuh balita, kandungan colostrums yang terkandung pada air susu ibu dapat meningkatkan system kekebalan tubuh bagi tubuh balita, mencegah terjadinya ikterik yang diakibatkan oleh peningkatan bilirubin, dapat mencegah serangan penyakit yang diakibatkan oleh bakteri, dapat memaksimalkan perkembangan otak, di sisi lain ASI dapat memberikan nilai ekonomis pada ibu sehingga Ibu dapat menekan pengeluaran materi untuk nutrisi balita yang dimiliki, ASI di berikan secara ekslusif pada 6 bulan pertama kehidupannya.

Bayi atau balita merupakan individu yang masih memiliki system pencernaan yang belum sempurna, hanya dengan makanan yang mudah dicerna dengan konsistensii cair yang dapat diproses dengan baik oleh system pencernaannya, secara normal adanya makanan yang masuk kedalam tubuh seseorang maka suatu keharusaan adanya material yang dikeluarkan dalam bentuk ampas (feses) setelah makanan tersebut diproses dalam system pencernaan tersebut, selain itu bentuk makanan bayi dapat ditingkatkan konsistensinya dengan menyesuaikan usia dengan bentuk makanan yang dikonsumsi, pada fase usia 0 sampai dengan 6 bulan usia bayi makanan yang diberikan atau dianjurkan adalah ASI tanpa makanan pendamping, sedangkan setelah melalui usia tersebut balita dianjurkan untuk diberikan makanan pendamping ASI, hal tersebut bertujuan memberikan efek kenyang dalam jangka waktu yang lebih lama, selain itu adalah memberikan keseimbangan nutrisi

terhadap peningkatan aktifitas yang dimilki oleh balita, pada fase tersebut kebutuhan makanan dan fase pertumbuhan dan perkembangan balita berjalan secara bersamaan, maka dengan demikian makanan pendamping yang diberikan dianjurkan untuk tetap dalam bentuk konsistensi lembek sehingga mudah dikunyah namun tetap dapat dicerna dengan mudah. Selain itu makanan yang diberikan sebaiknya tidak menggangu aktifitas balita seperti aktifitas bermain kerana aktifitas tersebut juga memberikan pengaruh yang baik bagi system motorik balita, dan dengan demikain balita tetap bisa makan walau dengan situasi bermain. Makanan pendamping ASI (MPASI) pada 6 bulan pertama diberikan haruslah tetap dengan konstensi yang encer dan tetap mudah dicerna, makanan yang dibuat tetap dalam keadaan rasa yang seseungguhnya agar dengan perlahan balita mengetahui rasa asli dari makanan yang dikonsumsinya, adanya tambahan rasa yang diberikan pada makanan MPASI terkadang mempunyai reaksi yang tidak baik dan menimbulkan alergi, garam yang ditambahkan pada makanan pendamping ASI cenderung dengan reaksi yang sedikit atau jika diberikan dengan frekuensi yang tinggi dapat berakibat kerusakan pada ginjal, sedangkan jika gula diberikan pada makanan tersebut akan berdampak balita hanya ingin mengkonsumsi makanan yang manis dan dengan demikin gigi bayi akan mudah rusak hal tersebut tentu dipengaruhi oleh balita belum mampu untuk menyikat gigi setelah mengkonumsi makanan yang manis.

Komposisi makanan yang diberikan tetap memperhatikan kandungan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, tujaun berikan makanan pendamping ASI pada balita usia diatas 6 bulan adalah mencukupi asupan nutrisi mineral dan vitamin untuk pertumbuhan dan perkembangan secara maksimal, sedangkan manfaat pada pemberikan makanan pendamping ASI adalah

(3)

32 mencukupi kebutuhan nutrisi pada ASI

yang semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia dan aktifitas balita, mengembangkan kemampuan balita untuk dapat mengenal dan mengkonsumsi makanan lainnya mengingat ASI berikan selama 24 bulan dan dengan semakin bertambahnya usia balita maka kebutuhan nutrisi balita adalah bukan lagi ASI, mengembangkan dan melatih kemampuan bayi agar dapat mengkonsumsi makananan dengan konsistensi yang berbeda, dan melatih adapatasi tubuh serta sitem penceraan agar dapat mencerna makan makanan dengan kadar energy tinggi. Makanan pendamping ASI diberikan bertahap, pada awal pemberian MPASI adalah melatih kemampuan lidah bayi untuk dapat mendrorong makanan masuk kedalam system pencernaan, selain itu baalita memerlukan suatu adaptasi pada prosese menelan, reaksi pertama yang nampak pada balita adalah mengeluarkan makanan dari mulutnya jika tidak menyukai makanan yang diberikan, namun disitulah peran orang tua untuk memberikan nutrisi yang seimbang bagi pertumbuhan dan perkembangan balita kearah yang lebih baik, jenis makanan dari jenis buah-buahan yang pertama diberikan pada balita adalah pepeya, pisang, apel, pear dan alpukat, kandungan vitamin dan air yang terkandung dalam buah dapat membantu pertumbuhan balita, konsistensi papaya dan pisang yang lunak akan dengan mudak di cerna oleh tubuh, kemudian sayuran pertama yang diberikan pada bayi pada awal MPASI diberikan adalah kacang polong, brokoli, ubi merah, wortel dan kembang kol, dalam memberikan makanan dari jenis sayuran tetap sajikan dengan konsistesni yang cair dengan cara di blender sehingga bayi dapat mengkonsumsi makanan dengan baik, hal yang perlu diperhatikan pada MPASI adalah porsi,konsistensi dan frekuensi selain itu tetap perhatikan adanya reaksi alergi pada setiap makanan yang diberikan.

Study kasus yang di lakukan melalui media elektronik, bahwa Negara barat seperti Amerika merupakan salah satu Negara yang menjual Air Susu Ibu (ASI), hal tersebut diberlakukan terhadap perilaku masyarakat barat yang cenderung tidak memberikan air susu atau ASI pada bayi baru lahir atau pada usia kurang drai 6 bulan, hampir 58-62% ibu di amerika tidak memberikan ASI secara ekslusif, maka dengan demikain dapat dipersepsikan bahwa balita di bawah usia 6 bulan sudah diberi makanan pendamping, namun makanan pendamping tersebut tetap dalam komposisi yang sesuai dengan system pencernaan pada usia bayi, jenis makanan yang sering di berikan adalah terbuat dari gandung yang cenderung tidak memberikan efek allergy pada balita usia bayi.

Indonesia saat ini masih mencanangkan program pemberian ASI selama 2 tahun pada bayi dengan diantaranya 6 bulan ASI ekslusif dan 18 bulan diantanya adalah ASI dengan makanan pendamping (MPASI), dari adanya program tersebut memberikan gambaran bahwa adanya perilaku masyrakat indonesia yang memberikan makanan pendamping ASI sebelum waktunya, sehingga pemberian ASI eklusif tidak tercapai dan pemberian makanan pendamping ASI tidak sesuai target, dari data yang diperoleh dari ruang MTBS puskesmas singandaru Kota Serang Tahun 2017, terhitung dari bulan januari sampai dengan November, jumlah balita usia 6 bulan keatas adalah sebanyak 42 balita. Sedangkan balita dengan usia 6 bulan ke atas yang diberikan makanan pendamping ASI adalah sebanyak 31 balita

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sampel yang digunakan sebanyak 42 ibu dengan balita.Tempat penelitian di Puskesmas Singandaru, sedangkan waktu penelitaian adalah pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret

(4)

33 2018.Pengetahuan ibu dikategorikan

berdasarkan karakteristik ibu yang terdiri dari Pendidikan,Usia, Paritas serta Pekerjaan Ibu, sedangkan alat ukur pada penelitian ini adalah kuesioner yang diberikan secara langsung pada ibu sehingga data yang diperoleh adalah data primer, sampel atau media yang diteliti pada penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita sebanyak 42 orang ibu.

HASIL

Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI.

Tabel 1.Distribusi Proporsi Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Pada Balita Usia 6 bulan keatas di Puskesmas Singandaru

Kota Serang Tahun 2018

No Pengetahuan Masyarakat F % 1 Baik 9 21,42% 2 Cukup 22 52,38% 3 Kurang 11 26,19% Jumlah 42 100%

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada balita usia 6 bulan keatas pada umumnya memiliki pengetahuan cukup dengan persentase sebesar 52,38%, sedangkan ibu dengan pengetahuan kurang sebesar 26,19%, dan sebesar 21,42% adalah ibu dengan pengetahuan baik.

Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Berdasarkan Pendidikan Ibu.

Tabel 2.Distribusi Proporsi Pengetahuan Ibu Berdasarkan Pendidikan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Pada Balita Usia 6 bulan keatas di Puskesmas Singandaru

Kota Serang Tahun 2016

No Pendidikan Ibu Pengetahuan Jumlah

Baik Cukup Kurang Frekuensi

(F) P (%) F P F P F P 1 Pendidikan Rendah 2 9,52% 10 47,61% 9 42,85% 21 100% 2 Pendidikan Tinggi 7 33,33% 12 57,14% 2 9,52% 21 100% Jumlah 42 100%

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu dengan pendidikan rendah memiliki pengetahuan kurang sebanyak 9 responden (42,85%), sedangkan sebanyak ibu dengan pendidikan tinggi memiliki

pengetahuan rendah sebanyak 2 responden (9,52%). Kemudian ibu dengan pendidikn rendah memiliki pengetahuan cukup sebanyak 10 responden (47,61%), sedangkan ibu dengan pendidikan tinggi memiliki pengetahuan cukup sebanyak 12

(5)

34 responden (57,14%). Dan ibu dengan

pendidikan rendah memiliki pengetahuan baik sebanyak 2 responden (9,52%) dan

pada ibu dengan pendidikan tinggi memiliki pengetahuan baik sebanyak 7 responden (33,33%).

Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Berdasarkan Usia Ibu. Tabel 3. Distribusi Proporsi Pengetahuan Ibu Berdasarkan Usia Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Pada Balita Usia 6 bulan keatas di Puskesmas Singandaru Kota Serang Tahun 2018

No Usia ibu Pengetahuan Jumlah

Baik Cukup Kurang Frekuensi

(F) P (%) F P F P F P 1 <20 Tahun 1 10% 4 40% 5 50% 10 100% 2 21-35 Tahun 6 27,27% 11 50% 5 22,72% 22 100% 3 >36 Tahun 2 20% 6 60% 2 20% 10 100% Jumlah 42 100%

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa ibu dengan usia <20 tahun memiliki pengetahuan kurang sebanyak 5 responden (50%), sedangkan pada ibu dengan usia 21-35 tahun memiliki pengetahuan kurang sebanyak 5 responden (22,72%), dan ibu dengan usia >36 tahun memiliki pengetahuan kurang sebanyak 2 responden

(20%). Kemudian pada ibu dengan usia 21-35 tahun tahun memiliki pengetahuan kurang sebanyak 11 responden (50%), dan ibu dengan usia >36 tahun yang memiliki pengatahuan cukup sebanyak 6 responden (60%) kemudian ibu dengan usia <20 tahun sebanyak 4 responden (40%).

Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Berdasarkan Paritas Ibu.

Tabel 4. Distribusi Proporsi Pengetahuan Ibu Berdasarkan Paritas Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Pada Balita Usia 6 bulan keatas di Puskesmas Singandaru Kota Serang Tahun 2018

No Paritas Pengetahuan Jumlah

Baik Cukup Kurang Frekuensi

(F) P (%) F P F P F P 1 1 anak 3 18,75% 8 50% 5 31,25% 16 38,09% 2 2 anak 5 25% 11 55% 4 20% 20 47,61% 3 >2 anak 1 16,67% 3 50% 2 33,33% 6 14,28% Jumlah 42 100%

Berdasarkan tabel 4 dapat dlihat bahwa sebagian besar ibu dengan paritas 1 orang anak memiliki pengetahuan rendah sebnyak 5 responden (31,35%) sedangkan pada ibu dengan paritas >2 orang anak

sebanyak 2 responden (33,33%), dan pada ibu dengan pasritas 2 orang anak sebanyak 4 responden (20%). Sedangkan pada ibu pengetahuan cukup pada ibu dengan paritas 2 orang anak sebanyak 11

(6)

35 responden (55%), dan pada ibu dengan

paritas 1 orang anak sebanyak 8 responden

(50%) kemudian pada paritas >2 orang anak sebanyak 3 responden (50%).

Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Berdasarkan Pekerjaan Ibu.

Tabel 5. Distribusi Proporsi Pengetahuan Ibu Berdasarkan Pekerjaan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Pada Balita Usia 6 bulan keatas di Puskesmas Singandaru

Kota Serang Tahun 2018

No Pekerjaan ibu Pengetahuan Jumlah

Baik Cukup Kurang Frekuensi

(F) P (%) F P F P F P 1 Bekerja 5 26,31% 10 52,63% 4 21,05% 19 45,23% 2 Tidak Bekerja 4 17,36% 12 52,17% 7 30,43% 23 54,76% Jumlah 42 100%

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa ibu dengan status pekerjaan Bekerja yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 4 responden (21,05%), sedangkan jika dibandingkan pada ibu dengan status pekerjaan Tidak Bekerja sebanyak 7 responden (30,43%) memiliki pengetahuan rendah, sedangkan pada pengetahuan cukup ibu dengan status pekerjaan Bekerja sebanyak 10 reponden (52,63%), dan sebanyak 12 responden (52,17%) adalah ibu dengan status pekerjaan Tidak Bekerja, PEMBAHASAN

Pembahasan Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Pada Balita Usia 6 Bulan ke Atas Berdasarkan Pendidikan .

Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan oleh seorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita cita tertentu. Pendidikan berarti secara formal adalah proses penyampaian bahan oleh pendidik kepada peserta didik guna mencapai perubahan perilaku. Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terutama dalam meningkatkan

pengetahuan seseorang tentang sesuatu atau pun sebagian pengalaman hidupnya, Notoatmdjo ( 2009 ). Pengetahuan merupakan suatu yang mempunyai hubungan yang sangat erat dengan tingkat pendidikan yang di miliki, tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh individu maka dengan demikian akan menggambarkan tingkat pendidikan yang dimiliki, contohnya adalah ibu dengan tingkat pendidikan yang tinggi tentu akan memberikan makanan pada anak sesuai dengan usianya, baik dalam segi jenis makanan, kompoisi makanan serta waktu pemberian yang tepat.

Pada penelitian yang dilakukan melalui jurnal fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Brawijaya pada tahun 2005 mengenai makanan pendamping ASI, diketahui bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengeruh terhadap pemberian makanan pendamping ASI baik dari menu, waktu pemberian dan bahan serta alat yang digunakan pada saat tahap awal pemberian makanan Pendamping ASI. Ditemukan bahwa ibu dengan tingkatan pendidikan mulai dari Sekolah Menengah Atas (SMA) lebih mempunyai pemahaman yang baik

(7)

36 terhadap pemberian makanan pendamping

ASI, walaupuan individu cenderung tidak memiliki pengetahuan yang kompleks mengenai makanan pendamping ASI namun kemampuan mengenalisa ibu dengan pendidikan yang cukup dapat lebih banyak memberikan distribusi pengetahuan lebih dominan terhadap ibu dengan tingkat pendidikan lebih rendah. Pada penelitian yang telah dilakukan di peroleh persentase ibu dengan pendidikan rendah memiliki pengetahuan kurang yang cukup menonjol yakni sebesar 42,85%, sedangkan jika dibandingkan dengan ibu yang mempunyai pendidikan tinggi distribusi ibu dengan pengetahuan kurang hanya sebesar 9,25%. Pada penelitian yang dilakukan diketahui bahwa ibu dengan pendidikan rendah mendominasi pengetahun yang kurang mengenai makanan pendamping ASI memberikan bukti bahwa pengaruh pendidikan terhadap suatu pengetahuan memang memiliki peran yang penting dalam hal ini pengetahuan tentang makanan pendamping ASI.

Penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa adnya hubungan atau pengaruh terhadap pengetahuan yang diberikan oleh pendidikan, dari hasil penelitian ditunjukan bahwa ibu dengan pendidikan rendah lebih besar memiliki persnetase pengetahuan yang kurang mengenai makanan pendamping ASI, sedangkan ibu dengan pendidikan tinggi tentu memiliki sedikit distribusi ibu dengan berpengetahuan kurang. Adanya hubungan antara hasil penelitian dengan teori dengan demikian diketahuinya bahwa pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI di Puskesmas Singandaru Kota Serang dapat dipengaruhi oleh pendidikan. Hal tersebut ditunjukan bahwa ibu dengan pendidikan rendah diikuti oleh persentase pengetahuan yang kurang dengan persentase yang sangat menonjol yakni sebesar 42,85%.

Pembahasan Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Pada Balita Usia 6 Bulan ke Atas Berdasarkan Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Menurut Prawirohardjo (2009), paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara. Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008).Sedangkan menurut Manuaba (2008), paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm.

Informasi termasuk kedalam unsur komunikasi, sedangkan komunikasi adalah proses pertukaran pemikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling percaya demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan yang lainnya (Azwar, 2007), menurut azwar dalam komunikasi ada enam unsure, diantarnya adalah sumber, pesan, media, sasaran, umpan balik, impact.

Pola asuh yang dimiliki oleh ibu dengan mempunyai anak dengan ibu yang mempunyai lebih dari 2 orang anak tentu akan mempunyai pola asuh yang berbeda, terutama dalam pemberian MPASI, hal tersebut tentu dapat dipengaruhi oleh pengalaman yang belum dan sudah mempunyai anak.Perubahan dapat ditentukan pada pengetahuan, sikap atau perilaku salah satu media yang baik untuk menyampaikan informasi adalah media massa, karena media massa mempunyai banyak keuntungan antara lain sasarannya luas, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, selain itu intensitas dan kecepatan menyampaikan informasi, serta jangkauannya lebih luas dan pengaruh sosial yang ditimbulkan cukup besar sehingga dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga, sedangkan kerugiannya adalah umpan baliknya sulit diperoleh sehingga tidak dapat langsung diketahui

(8)

37 keberhasilannya dari komunikasi yang

dilakuka

Pada penelitian yang dilakukan selarasnya ibu yang memiliki 3 orang anak tentu lebih mempunyai banyak pengalaman sehingga dengan demikian pengetahuan dalam makanan pendamping ASI lebih banyak jika dibandingkan dengan ibu yang memiliki 1 atau 2 orang anak, namun dari persentase yang di peroleh justru ibu yang memiliki lebih dari 2 orang anak lebih banyak memiliki pengetahuan yang kurang mengenai makanan pendamping ASI dengan persenetase sebesar 33,33%, hal tersebut tentu menunjukan bahwa hasil penelitian tidak sesuai dengan teori atau berbanding terbalik, hal tesebut justru jika dibandingkan dengan ibu dengan jumlah anak 1 da 2 orang anak lebih sedikit memberikan distribusi pengetahuan kurang dalam hal pengetahuan makanan pendamping ASI.

Maka dengan demikian diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada bayi 6 bulan keatas tidak dipengaruhi oleh paritas. Hal tersbebut ditunjukan dengan hasil penelitian bahwa ibu yang memiliki lebih dari 2 orang anak memberikan distribusi pengetahuan kurang mengenai makanan pendamping ASI dengan persentase sebesar 33,33%.

Pembahasan Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Pada Balita Usia 6 Bulan ke Atas Berdasarkan Usia Ibu.

Usia atau umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun ( Elizabeth, 2011 ). Menurut Sulaiman (2010) umur yang dianggap optimal untuk mengambil keputusan adalah umur diatas 20 tahun karena umur kurang dari 20 tahun cenderung dapat mendorong terjadinya kebimbangan dalam mengambil keputusan atau memilih dan kurangnya pengalaman

Pengetahuan pada umunya diperoleh dari kegiatan belajar dan mengajar yang dilakukan dilambaga formal, tingkatan usia yang dimilki tentu akan dapat menggambarkan tingkat pendidikan serta pengetahuan yang dimiliki, pola asuh yang dilihat dari segi tata cara yang dimiliki oleh usia 20 tahun tentu akan berbeda dengan usia 30 tahun, hal tresebut dipengaruhi oleh pengalaman yang dimiliki seiring dengan bertambahnya usia, hal tersbeut di sinyalir mempunyai hubungan dengan pola pemberian MPASI pada anak yang dimiliki sesuai dengan tingkatan usia ibu. Menurut Hungu 2011 bahwa semakin bertambahnya usia individu maka tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh individu akan semakin bertambah, hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang cenderung meningkat seiiring dengan bertambahnya usia serta pengaruh pengalaman hidup. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa adanya hubungan antara usia dan pengetahuan mengenai makanan pendamping ASI, hal tersebut di tunjukan dengan persentase ibu dengan usia <20 tahun lebih banyak terdapat memiliki pengetahuan yang kurang mengenai makanan pendamping ASI yakni sebesar 50%. Dan kemudian pada ibu dengan usia>36 tahun lebih sedikit memiliki pengetahuan yang kurang mengenai makanan pendamping ASI yakni sebesar 20%. Hal tersebut tentu dipengaruuhi oleh faktor pengalaman hidup seiring dengan bertambahnya usia, dan dengan demikian pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI semakin bertambah.

Maka dengan demikian dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada balita usia 6 bulan ke atas dipengaruhi oleh usia. Hal tersbeut dilatarbelakangi oleh distribusi pengetauan kurang lebih besar di dominasi oleh ibu dengan usia<20 tahun dengan persentase sebesar 50%.

(9)

38 Pembahasan Pengetahuan Ibu Tentang

Makanan Pendamping ASI Pada Balita Usia 6 Bulan ke Atas Berdasarkan Pekerjaan.

Pekerjaan dapat didefinisikan sebgai kegiatan yang dilakukan dan di perbuat.pekerjaan merupakan kegiatan yang menyita waktu, karna pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi merupakan mencari nafkah yang membosankan dan dilakukan berulang tapi banyak tantangan (Einrich, 2011).Pada umumnya pekerjaan bukan hanya sekedar melakukan sesuatu yang sasarannya hanya menghasilkan penghasilan atau uang, melakukan sesuatu yang tidak menghasilkan sesuatu pun pada umumnya dapat dikatakan sebagai pekerjaan, maka dari itu disinyalir pekerjaan diasumsikan sebagai salah satu hal yang dapat mempengaruhi suatu pengetahuan sesorang.Hal tersebut dipengaruhi oleh terjadinya interaksi antar pekerja, maka dengan peristiwa tersebut di sinyalir tertadinya pertukaran iniformasi terutama dalam hal pemberian MPASI.Pekerjaan menurut Soelistiowati 2012 memiliki merupakan masyarakat buatan yang mempunyai suatu tujuan yang sama yakni menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai, dalam komunitas tersebut terjadi adanya interaksi, komunikasi serta empati sesame pekerja yang tidak disadari adanya pertukaran informasi sesama pekerja sehinga cenderung dari aktifitas tersbeut dapat memberikan pengetahuan salah satunya mungkin adalah pengetahuan tentang makanan pendaming ASI.

Pada penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa ibu dengan status pekerjaan bekerja lebih sedikit memberikan distribusi pengetahuan kurang tentang makanan pendamping ASI yakini sebesar 21,05%, maka dengan demikian hasil penelitian mempunyai hubungan atau korelasi yang menyatakan bahwa pekerjaan mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan atau dalam hak ini mengenai pengetahuan tentang makanan pendamping

ASI. Maka dengan demikian dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI di Puskesmas Singandari kota Serang dipengaruhi oleh status pekerjaan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh ibu dengan status pekerjaan bekerjan memliki distribusi yang pengetahuan kurang mengenai makanan pendamping ASI lebih sedikit dengan persentase sebesar 21,05%.

Pembahasan Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Pada Balita Usia6 Bulan ke Atas.

Menurut Saadah (2007) dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, hal ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes, 2006). MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga.Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah.Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI (Depkes RI, 2006). MP-ASI merupakan peralihan asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan ketrampilan motorik oral. Ketrampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang (Depkes,2007).

Hasil penelitian yang diperoleh diketahui bahwa pada umumnya ibu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai makanan pendamping ASI pada balita usia

(10)

39 6 bulan ke atas dengan persentase sebesar

52,38%, hal tersebut menunjukan bahwa ibu telah berupaya dalam mengetahui makanan pendamping ASI baik dari waktu, bahan serta jenis makanan dalam pemberian makanan pendamping ASI tersebut, namun masih perlu dilakukan upaya agar ibu dapat memiliki pengetahun yang baik tentang makanan pendamping ASI, hal tersebut tentu di latar belakangi oleh peran ibu yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga anak dapat tumbuh secara optimal salah satunya adalah dengan pemberian makanan pendamping ASI secara tepat.Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI diPuskesmas Singandaru Kota serang yang pada umumnya memiliki tingkat pengetahuan cukup dengan persentase sebesar 52,38% hal tersebut dipengaruhi oleh adanya hubungan dengan pendidikan, usai serta paritas sedangkan variabel yang tidak berhungan dengan pengetahuan ibu dalam penelitian adalah dengan status pekerjaan. KESIMPULAN

Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI di Puskesmas Singandu Kota Serang dapat dipengaruhi oleh pendidikan, dengan hasil persentase ibu dengan pendidikan rendah memiliki pengetahuan kurang mengenai makanan pendaming ASI sebesar 42,85%. Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI di Puskesmas Siangandaru dapat tidak dipengaruhi oleh paritas, hal tersebut di tunjukan dengan hasul penelitian ibu yang memiliki paritas >2 orang anak mendominasi pengetahuan rendah dengan persentase sebesar 33,33%. Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI di Puskesmas Singandaru Kota Serang dapat dipengaruhi oleh usia, hal tesebut dilatarbelakangi oleh disturisbusi ibu dengan usia <20 tahun memiliki distribusi yang mendominasi pengetahuan yang rendah dengan

persentase sebesar 50%. Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI di Puskesmas Singandari kota Serang tidak dipengaruhi oleh status pekerjaan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh ibu dengan status pekerjaan bekerjaan lebih sedikit memiliki distribusi pengetahuan kurang dengan persentase sebesar 21,05%. Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada balita usia 6 bulan keatas pada umumnya memiliki pengetahuan cukup dengan persentase sebesar 52,38%,

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Zulkifli, et al. dan Mansoer Arif, 2009, Tumbuh Kembang Anak Jilid 2, Buku Kedokteran EGC, Jakarta Einrich,Mansjoer, Arif,Crofton, John,

2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Fakultas Bahasa Indonesia Universitas Indonesia, Jakarta

Elizabeth, 2008, Fungsi Sistem Tubuh Manusia, Widya Medika, Jakarta. http///Google.com///ProgramMPASI2014. Handoko,2007, Sistem Pencernaan

Anak,Rineka Cipta, Surabaya

Mansoer Arif, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, 2008, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Maryunani, 2010.Keperawatan Status Gizi Anak, Rineka Cipta , Jakarta

Notoatmodjo, 2009, Pendidikan,

Pekerjaan, Usia Dan Jenis

Kelamin, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, 2009, Metodologi

Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Saadah, 2010, Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), Universitas

Airlangga, Jakarta.

Syaifudin, 2009, Keperawatan Anak Usia Invant dan Todller, Widya Medika, Jakarta.

(11)

Gambar

Tabel 2.Distribusi Proporsi Pengetahuan Ibu Berdasarkan Pendidikan Ibu Tentang  Makanan Pendamping ASI Pada Balita Usia 6 bulan keatas di Puskesmas Singandaru
Tabel  4.  Distribusi  Proporsi  Pengetahuan  Ibu  Berdasarkan  Paritas  Ibu  Tentang  Makanan Pendamping ASI Pada Balita Usia 6 bulan keatas di  Puskesmas Singandaru  Kota Serang Tahun 2018
Tabel 5. Distribusi Proporsi Pengetahuan Ibu Berdasarkan Pekerjaan Ibu Tentang  Makanan Pendamping ASI Pada Balita Usia 6 bulan keatas di Puskesmas Singandaru

Referensi

Dokumen terkait

Perceraian menurut bahasa dalam istilah Hukum Islam diartikan “at-talak” yang bermakna meninggalkan atau memisahkan. 8 Talak berasal dari Bahasa Arab, yang akar kata dari

Sedangkan hasil analisis masalah ketiga menunjukkan dimensi kualitas jasa yang paling dianggap penting oleh konsumen Flamboyan Internet adalah dimensi keandalan (reliability)... vii

Disain model pembelajaran proyek berbasis lingkungan perkembangan, hendaknya disusun secara komprehensif yang memuat berbagai komponen seperti topik proyek yang

Berdasarkan uraian teori yang telah dipaparkan maka peneliti dapat merumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian adalah dengan penerapan Strategi Questions Students

Dari gejala-gejala di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit tersebut adalah ... Gambar anatomi saraf pusat. Yang ditunjuk pada huruf X berfungsi untuk ... Pusat koordinasi

Citra diri wanita tokoh K’tut Tantri dalam aspek psikis terdeskripsi sebagai wanita yang merindukan kedamaian, percaya diri karena memiliki prinsip dan semangat yang

Riwayat persalinan yang lalu: anak pertama lahir tahun 2002, di puskesmas, cukup bulan, persalinan normal, oleh bidan, jenis kelamin laki-laki, BB: 3300 gram, PB :50 cm, nifas baik,

Memberikan dukungan kepada ibu untuk tidak cemas berlebihan karena dapat memberikan dampak buruk pada kondisi ibu dan menganjurkan ibu untuk mengikuti saran yang diberikan