• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN AFEK POSITIF DENGAN KONTROL DIRI DALAM MENJALANKAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MEILLITUS TIPE II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN AFEK POSITIF DENGAN KONTROL DIRI DALAM MENJALANKAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MEILLITUS TIPE II"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN AFEK POSITIF DENGAN KONTROL DIRI

DALAM MENJALANKAN DIET PADA PENDERITA

DIABETES MEILLITUS

TIPE II

Oleh:

A. Destriana Nurcahyani Hj. Ratna Syifa’a Rachmahana

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI dan ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

(2)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN AFEK POSITIF DENGAN KONTROL DIRI

DALAM MENJALANKAN DIET PADA PENDERITA

DIABETES MEILLITUS

TIPE II

Oleh:

B. Destriana Nurcahyani Hj. Ratna Syifa’a Rachmahana

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI dan ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

(3)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN AFEK POSITIF DENGAN KONTROL DIRI DALAM MENJALANKAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS

TIPE II

Telah Disetujui Pada Tanggal

Dosen Pembimbing Utama

(4)

HUBUNGAN AFEK POSITIF DENGAN KONTROL DIRI DALAM MENJALANKAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II

Destriana Nurcahyani Hj. Ratna Syifa’a Rachmahana

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan positif antara afek positif dengan kontrol diri. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara afek positif dengan kontrol diri dalam menjankan diet pada penderita diabetes mellitus tipe II. Semakin tinggi afek positif maka semakin tinggi pula

kontrol diri. Sebaliknya semakin rendah kontrol diri maka semakin rendah afek positif. Subyek dalam penelitian ini adalah penderita diabetes meillitus tipe II, berusia di atas 40 tahun, dan melakukan rawat jalan. Teknik pengambilan subyek yang digunakan adalah metode accidental sampling. Adapun skala yang digunakan adalah skala afek positif yang mengacu pada aspek Watson (Seligman, 2005) yang berjumlah 20 aitem dan

Skala Kontrol Diri mengacu pada aspek dari Averill (Khairunnas,2006) yang berjumlah 22. Kedua skala dibuat oleh peneliti.

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 11,0 untuk menguji apakah terdapt hubungan antara afek positif dengan kontrol diri dalam menjalankan diet pada penderita diabetes meillitus tipe II.

Korelasi product moment dari pearson menunjukkan korelasi sebesar r = 0,588 dan p=0,00 yang artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara afek positif dengan kontrol diri pada penderita diabetes mellitus tipe II. Jadi hipotesis diterima.

(5)

Pengantar

Pola prevalensi diabetes telah mengalami pergeseran. Pada awal tahun 1990-an masyarakat memiliki keyakin1990-an bahwa diabetes h1990-anya menyer1990-ang mereka yang berusia lanjut dan merupakan “penyakit orang kaya”. Pada kenyataannya Sekarang ini, diabetes sudah tidak mengenal perbedaan kelas. Di Asia, penderita diabetes mellitus berkembang secara merata, baik di lingkungan orang kaya ataupun di daerah kumuh. Diabetes mellitus ini bisa menyerang siapa saja dan tidak pandang bulu karena anak usia 6 tahun pun bisa menderita diabetes. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 177 juta penduduk dunia mengidap diabetes. Jumlah ini akan meningkat hingga melebihi 300 juta pada tahun 2025. Dr Paul Zimmet, direktur dari International Diabetes Institute (IDI), meramalkan bahwa diabetes akan menjadi penyakit yang paling dasyat dalam sejarah manusia. Diabetes telah masuk dalam daftar “Penyakit Asia”. Tahun 2003 diperkirakan 89 juta penduduk Asia menderita diabetes. Tercatat 4 dari 5 negara di dunia dengan jumlah terbesar ada di Asia, yaitu: India (32,7 juta), RRC (22,6 juta), Pakistan (8,8 juta), dan Jepang (7,1 juta). Di Jepang, 80% dari kasus baru penderita diabetes golongan anak-anak adalah diabetes mellitus tipe II.

Diabetes menyebar lebih cepat di Asia dibandingkan jazirah mana pun di seluruh dunia. Tahun 2005, penderita di Asia akan mencapai 170 juta, dimana 100 juta akan berasal dari India dan RRC. (Vitahealth, 2004).

Menurut penelitian yang pernah dilakukan di daerah pedesaan maupun perkotaan, jumlah diabetes hampir sama prosentase. Jumlah penderita diabetes di Indonesia terus meningkat. Saat ini diperkirakan sekitar lima juta lebih penduduk di Indonesia, yang berarti satu dari 40 penduduk Indonesia menderita

(6)

diabetes. Diabetes merupakan penyakit yang menyebabkan kematian kedua setelah jantung. Secara menyeluruh memang tidak ada data yang pasti tentang jumlah penderita diabetes di Indonesia. Namun, dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan, sekitar 2,5 persen penduduk Indonesia menderita diabetesir. (Mangoenprasodjo, 2005)

Laporan terakhir WHO, di dunia kini terdapat sekitar 120 juta penderita Diabetes Mellitus dan diperkirakan akan naik menjadi 250 pada tahun 2025. Kenaikan ini disebabkan oleh usia harapan hidup meningkat, diet yang kurang sehat, kegemukaan, serta gaya hidup modern. WHO yang berafilisai dengan IDF, mengatakan penderita dibetes militus kebanyakan yang berusia di atas 40 atau 30 tahun.(Vitahealth, 2004)

Tjokroprawiro (2001) mengatakan bahwa data epidemiologi menunjukkan, bahwa jumlah penderita diabetes Mellitus di dunia dari 110,4 juta pada tahun 1994 akan melonjak 1,5 kali lipat (175,4 juta) pada tahun 2000, dan akan melonjak dua kali lipat (239,3 juta) pada tahun 2010. Di Indonesia, dari jumlah 2,5 juta pada tahun 1994 akan menjadi lima juta pada tahun 2001. Hal ini disebabkan oleh perkembangan pola makan yang salah arah.

Di Amerika penderita diabetes mellitus sekitar 13 juta orang atau sekitar 5,2% dari masyarakat Amerika. Di tahun berikutnya, sekitar 120 ribu penderita diabetes mellitus adalah anak-anak kemudian 160 ribu orang meninggal karena menderita diabetes mellitus dan komplikasinya (Taylor, 1995).

Sebelum melakukan penelitian dilakukan observasi terlebih dahulu dan ternyata penderita diabetes yang kurang bisa mengontrol dirinya untuk berdiet karena kebiasaan atau gaya hidup. Mereka merasa keadaan jasmani tidak

(7)

mengalami gangguan yang berarti karena masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan mereka memiliki pandangan bahwa diet tidaklah penting untuk dilakukan. Ada juga sebagian dari mereka malas untuk berdiet sedangkan penderita yang kontrol dirinya baik maka akan menjalankan diet dikarenakan mereka menyadari tentang bahaya dari penyakit yang diderita.

Diabetes mellitus ada 2 tipe yaitu diabetes mellitus tipe I dan diabetes mellitus tipe II. Peneliti akan membahas diabetes mellitus tipe II karena tipe II iini yang paling sering dijumpai kemudian penderita mengetahui menderita penyakit diabetes setelah dewasa dan penyakit diabetes ini tidak tergantung dengan insulin. Kebanyakan penderita diabetes tipe II ini berusia 40 tahun ke atas akan tetapi tidak menutup kemungkinan anak-anak menderita diabetes mellitus tipe II.

Diabetes adalah jaringan tubuh yang mengalami kekurangan glukosa karena terhambatnya pembuluh darah. Kemudian muncul gejala kelelahan, lapar gula, dan perasaan mudah tersinggung. Gula yang menumpuk terlalu banyak di dalam pembuluh darah mengakibatkan melambatnya aliran darah dan darah menjadi kental sehingga mengakibatkan gangguan pada pasokan oksigen yang dibawa oleh darah. Padahal untuk dapat bekerja secara optimal, tubuh memerlukan oksigen yang cukup untuk membakar gula menjadi energi. Akibat kekurangan oksigen, tubuh kehilangan tenaga dengan munculnya gejala kelelahan, perubahan suasana hati, sakit kepala, dan jantung bekerja lebih keras. (Mangoenprasodjo,2005)

Adapun komplikasi yang ditimbulkan oleh DM, yaitu berupa komplikasi akut dan komplikasi kronis. Komplikasi kronik berupa kelainan pembuluh darah, yang

(8)

dapat mengakibatkan terjadinya stroke, serangan jantung, komplikasi mata (gangguan retina), ginjal, syaraf, luka dikaki yang tidak kunjung sembuh dan gangguan fungsi seksual atau impoten pada kaum pria. Terjadinya komplikasi-komplikasi ini dapat dicegah dengan pengendalian yang baik, meliputi: pengaturan makanan (diet) dan olahraga yang teratur.

Dalam hal makanan penderita diabetes harus memperhatikan takaran karbohidrat karena karbohidrat mengandung glukosa dan sumber energi. Makanan seperti permen, es krim, jeli, selai, sirup, dan minuman ringan masuk kedalam aliran darah sehingga kadar gula darah langsung meningkat. Kontrol diri dalam mengkonsumsi makanan sangat penting untuk mengatur dan membatasi segala jenis makanan yang mengandung karbohidrat karena jumlah makanan yang ditentukan tidak sama antara penderita diabetes satu dengan penderita diabetes lainnya, tergantung dengan kemampuan tubuh penderita.

Banyak penderita diabetes keliru dengan mengira bahwa yang perlu diperhatikan hanyalah konsumsi gula. Padahal, penanganan diabetes yang baik harus bisa mengontrol diri terhadap konsumsi total karbohidrat daripada hanya mengawasi konsumsi gula. Adapun yang harus diperhatikan oleh penderita diabetes mellitus adalah mempertahankan tubuh, mengurangi konsumsi lemak dan lemak jenuh, meningkatkan konsumsi serat dan olahraga yang teratur. Kemudian kelebihan berat badan harus menjadi perhatian utama karena dengan mencegah dan mengurangi kelebihan berat badan dapat meningkatkan kontrol terhadap gula dan mengurangi komplikasi yang berhubungan dengan diabetes. Diet yang dilakukan hanya pembatasan jumlah dan pengaturan makan dan bukan berarti penderita diabetes tidak mengkonsumsi makanan sama sekali atau

(9)

yang dikenal dengan Pola 3 J yaitu, jumlah dihabiskan, jadwal diikuti, dan jenis dipatuhi. Bila penderita diabetes tidak patuh dalam menjalankan diet maka ada kecenderungan mengalami 25 kali lebih tinggi resiko mengalami kebutaan, 17 kali beresiko terkena penyakit ginjal, 5 kali lebih besar terjadi gangren kaki, 2 kali llebih mudah terkena stroke, 2 kali mengalami jantung koroner. (Tjokroprawiro, 2001).

Akan tetapi semua tergantung pada kemampuan mengontrol diri penderita diabetes mellitus tipe II dalam menjalankan diet dan olahraga. Penderita yang mampu mengontrol dirinya untuk menjalankan diet akan bisa menikmati hidupnya karena hal itu bisa mencegah atau mengurangi terjadinya komplikasi dan dapat mengembalikan metabolisme gula darah. Diet merupakan salah kunci mengelola diabetes sehingga tidak ada ruginya jika melakukan diet. Menjaga berat badan semuanya bisa dilakukan dengan cara berolahraga. Dengan begitu, keadaan badan penderita menjadi lebih bugar dan penderita merasa lebih sehat. Penderita juga bisa hidup sehat dan bahagia bersama diabetes.

Pada kenyataannya banyak penderita diabetes tipe II, kurang bisa mengontrol diri dalam menjalankan diet malah terkadang jumlah makanan yang dikonsumsi semakin banyak dan tidak bisa meninggalkan kebiasaan makan seperti, makanan fast food atau melakukan rutinitas meminum kopi atau teh setiap hari (dengan kadar gula yang berlebihan). Walaupun penderita sudah mengetahui tentang penyakit diabetes akan tetapi mereka kurang menyadari pentingnya diet.

Mereka merasa tidak perlu melakukan diet karena mereka merasa tersiksa dan lebih baik minum obat yang bisa menurunkan kadar gula darah daripada

(10)

harus bersusah-susah mengurangi makan. Penderita merasa tidak nyaman dan merasa tertekan dengan aturan-aturan untuk mengkonsumsi makanan atau minuman. Mereka juga menganggap bahwa diet yang dilakukan tidaklah penting karena selama ini penderita yang tidak menjalankan diet merasa tubuhnya dalam kondisi yang baik.

Padahal, penderita diabetes membutuhkan kontrol agar bisa mengendalikan diri sendiri dalam mengkonsumsi makanan karena keinginan mereka mengkonsumsi makanan terkadang tidak bisa dikendalikan. Kunci selain menjalani diet dan kontrol diri adalah berolahraga. Sebagian penderita diabetes, merasa tidak perlu melakukan olahraga sehingga biasanya penderita mengalami obesitas karena tidak bisa mengontrol makan dan minum. Diet yang seimbang dan olahraga yang baik bisa mengontrol berat badan. Keadaan yang fisik yang sehat akan memiliki kesempatan untuk bergembira dalam kehidupan karena orang yang mengalami kelelahan akan sangat sulit untuk bersemangat.

Menurut Smet, (1994) Lembaga-lembaga kesehatan nasional Amerika Serikat mengumumkan hasil penelitian selama 10 tahun yang membuktikan bahwa perlakuan yang paling efektif untuk penderita diabetes adalah dalam mengelolaan diri yang kompleks dan memakan waktu supaya dapat mengontrol kadar gula secara ketat. Penderita yang dapat mengontrol diri akan rendah resikonya menderita kebutaan, gagal ginjal, dan komplikasi lain dari diabetes. Perasaan yang positif tentang penyakit yang diderita akan mempengaruhi dalam menghadapi suatu penyakit yang kronis maupun akut sehingga para penderita akan berusaha untuk menjaga kesehatannya. Pengelolaan penyakit diabetes mellitus bisa dilakukan secara psikologis dengan cara berfikir dan

(11)

berperasaan positif akan mengurangi pemicu diabetes kemudian memotivasi diri untuk berperilaku memelihara penyakit bila menderita diabetes mellitus karena keturunan atau genetik, dan melakukan pencegahan terhadap penyakit.

Orang yang sudah dewasa atau orang tua yang menderita diabetes, bila dilarang terlalu keras akan merasa tertekan karena makanan atau minuman apa yang disukainya tidak boleh dikonsumsi atau dibatasi sehingga akan mengakibatkan keadaan emosi yang kurang terkendali atau bahkan sampai stress bagi penderita. Penderita yang terkena stress psikologis bisa memperburuk penyakit diabetes mellitus.

Perasaan tidak senang akan mengganggu proses pengobatan karena penderita bisa saja dengan sengaja tak mematuhi diet, pengobatan, dan pemeriksaan. Perasaan tidak senang, merasa kehilangan, sedih, dan depresi akan sukar mengontrol kadar gula darahnya. Lachman dan Weaver (Baron dan Bryne, 2005) mengatakan perasaan tidak terkontrol akan mengakibatkan munculnya afek-afek negatif dan peningkatan ketidakpuasan misalnya: perasaan kesal akan bisa tenang dengan cara mengkonsumsi makananyang sebanyak-banyaknya. Hal itu, dapat berdampak pada proses menjalankan diet dan berpengaruh terhadap keadaan psikologis karena diabetesi harus menjalankan serangkaian program pengendalian atau pengobatan diabetes dengan sabar dan keyakinan untuk dapat hidup yang lebih baik.

Pengobatan dalam keadaan tertentu merupakan suatu prosedur perawatan yang perlu dan penting, di mana emosi memiliki peranan yang penting. Perasaan senang, kegembiraan, keceriaan, percaya diri akan bisa membuat seseorang untuk berusaha mencapai sesuatu hal yang diinginkan terwujud. Perasaan

(12)

senang juga akan mempengaruhi kesehatan karena dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Pearsall (McKay and Dinkmeyer, 2005) mengatakan orang yang bergembira jarang mendapatkan sakit dan tidak seserius orang yang tidak bergembira. Ketika benar-benar merasa sakit akan lebih siap untuk mengerahkan kekutan untuk penyembuhan alami yang ada dalam dirinya.

Banyak penderita diabetes yang ada di Indonesia kurang menyadari pentingnya berdiet yang sudah disarankan oleh dokter. Malah sebaliknya para pengidap diabetes mellitus tipe II yang tahu tentang diet malah mengkonsumsi makanan secara berlebihan. Mereka kurang bisa mengontrol diri atau menahan diri untuk mengkonsumsi makanan dikarenakan kurang kesadaran akan kesehatan atau tidak mengetahui tentang diet sehingga mereka mengkonsumsi apa saja yang ada disekelilingnya.

Kurangnya pengetahuan tentang pengendalian diri dalam menghadapi penyakit diabetes mellitus tipe II akan berpengaruh pada perasaan penderita terhadap penyakit diabetes. Kurangnya penyuluhan kesehatan tentang penyakit diabetes mellitus. Penyuluhan kepada pasien sangat penting karena penyakit diabetes mellitus berlangsung seumur hidup, sehingga penderita harus lebih berperan dalam pengelolaan penyakitnya. Oleh karena itu pentingnya kontrol diri dalam melakukan diet bagi penderita diabetes mellitus, maka penderita diabetes mellitus perlu mengetahui tentang diet diabetes mellitus dan melaksanakan dalam upaya pengendalian penyakitnya, serta mencegah berbagai komplikasi dari penyakit diabetes mellitus. Dengan melihat uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui afek positif pada penderita diabetes mellitus tentang kontrol diri dalam menjalankan diet.

(13)

Metode Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus tipe II yang melakukan rawat jalan di rumah sakit umum pusat Dr.Sardjito. Jumlah Subyek dalam penelitian ini adalah 30 orang. Subyek penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik accidental sampling dan pemilihan subyek dilakukan dengan melihat kondisi kesehatan subyek terlebih dahulu. Bila kondisi subyek memungkinkan (kondisi fisik tidak begitu lemas, dapat diajak berbicara) dan bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan maka penelitian bisa dilakukan karena bila dipaksakan akan mempengaruhi tingkat kadar gula.

Adapun ciri-ciri sample penelitian adalah penderita diabetes militus tipe II dan melakukan rawat jalan, usia diatas 40 tahun karena kebanyakan penderita baru mengetahui sudah berusia lanjut kemudian berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala. Metode pengumpulan data dengan menggunakan skala afek positif dan skala kontrol diri. Skala afek positif terdiri dari 20 aitem yang disusun berdasarkan aspek yang dikemukakan Watson (Seligman, 2005). Skala kontrol diri terdiri dari 22 aitem yang disusun berdasarkan aspek yang dikemukakan Averill (Khairunnas, 2006).

Kedua skala menggunakan empat alternatif jawaban yang harus dipilih salah satunya oleh subyek. Skala kontrol diri terdiri dari pernyataan favorable dan

(14)

skor 4, untuk jawaban Sesuai (S) mendapat skor 3, untuk jawaban Tidak Sesuai (TS) mendapat skor 2, dan untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) mendapat skor 1. Sedangkan untuk pernyataan unfavorabel jawaban Sangat Sesuai (SS) mendapat skor 1, untuk jawaban Sesuai (S) mendapat skor 2, untuk jawaban Tidak Sesuai (TS) mendapat skor 3, dan untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) mendapat skor 4.

Skala afek positif menggunakan empat alternatif jawaban yang harus dipilih salah satunya oleh subjek. Skala ini terdiri dari pernyataan favorabel maupun

unfavorabel. Untuk pernyataan favorabel jawaban Sangat Merasakan (SM)

mendapat skor 4, untuk jawaban Merasa Biasa (MB) mendapat skor 3, untuk jawaban Sedikit merasakan (SdM) mendapat skor 2, dan untuk jawaban Tidak Merasakan (TM) mendapat skor 1. Sedangkan untuk pernyataan unfavorabel jawaban Sangat Merasakan (SM) mendapat skor 1, untuk jawaban Merasa Biasa (MB) mendapat skor 2, untuk jawaban Sedikit merasakan (SdM) mendapat skor 3, dan untuk jawaban Tidak Merasakan (TM) mendapat skor 4.

Untuk menguji adanya hubungan antara afek positif dengan kontrol diri dalam menjalankan diet pada penderita diabetes meillitus tipe II digunakan teknik korelasi product moment dari Karl Pearson. Perhitungan statistik dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis komputer dengan program SPSS 11,00.

(15)

Hasil Penelitian

Uji hipotesis dilakukan dengan teknik korelasi product moment dari Karl Pearson karena data memenuhi persyaratan normalitas dan linearitas. Uji korelasi menunjukkan hasil sebagai berikut :

Tabel 1

Korelasi antara Afek Positif dan Kontrol Diri

Variabel Rxy

Korelasi Pearson p

Afek Positive dan Kontrol Diri

0,588 0,000 (p < 0,01)

Dari analisis diatas menunjukkan besarnya koefisiensi korelasi antara variabel

afek positif dan variabel kontrol diri adalah sebesar rxy= 0,588 dan p = 0,000 (p<

0,01). Hal ini berarti ada hubungan yang sangat signifikan antara afek positif

dengan kontrol diri dalam menjalankan diet pada penderita diabetes mellitus tipe

II di RSUP Dr. Sardjito.

Tabel 2

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

KD * PA .588 .346 .965 .931

Hasil analisis juga menunjukkan koefisien determinasi (R squared) variabel afek positif dengan kontrol diri sebesar 0.346, berarti sebesar 34,6% afek positif terhadap kontrol diri.

Pembahasan

Penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan yang positif antara afek positif dengan kontrol diri dalam menjalankan diet pada penderita diabetes mellitus tipe II, selama melakukan rawat jalan. Sedangkan besarnya pengaruh afek positif terhadap kontrol diri dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi ganda (R) sebesar 0,346 atau sebesar 34,6%. Sedangkan sisanya sebesar 65,4%

(16)

dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian seperti kondisi lingkungan, dukungan keluarga, dan informasi.

Hasil uji hipotesis berdasarkan korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara afek positif dengan kontrol diri dalam menjalankan diet pada penderita diabetes mellitus tipe II. Semakin tinggi afek positif penderita diabetes mellitus maka semakin tinggi pula kontrol diri dalam menjalankan diet pada penderita diabetes mellitus. Sebaliknya semakin rendah afek positif seseorang maka semakin rendah pula kontrol diri seseorang dalam menjalankan diet. Hal ini dapat ditunjukkan besarnya korelasi (r) sebesar 0,588 dengan probabilitas 0,000.

Perasaan positif dan pikiran positif akan mempengaruhi seseorang dalam bertindak dan dapat membantu pemulihan bahkan penyembuhan penyakit yang diderita. Goleman mengumpulkan bukti-bukti penelitian ilmiah yang menunjukkan bahwa perasaan sangat mempengaruhi kesehatan. Penemuan baru dalam lima sampai sepuluh tahun terakhir menunjukkan bahwa kondisi pikiran dapat mempengaruhi kekuatan sistem kekebalan tubuh dan ketangguhan sistem kardiovaskuler.

Penelitian dari sebuah institusi kesehatan di Amerika menyebutkan bahwa umur setiap sel di dalam tubuh adalah sekitar 120 hari, sel darah merah mengalami proses regenerasi dan degenerasi ketika berumur 120 hari. Sel akan dihancurkan dilimpa dan sumsum tulang akan secara konstan memproduksi sel-sel darah baru sehingga terjadi sirkulasi yang terus menerus.

Tubuh manusia memiliki kekuatan regenerasi dan seluruh kegiatan sel-sel dalam tubuh dikendalikan oleh menara kontrol atau yang disebut dengan pikiran

(17)

sadar, yang berarti pikiran yang mampu mengendalikan segala perilaku. Pikiran yang positif akan menghasilkan perasaan dan perilaku yang positif juga. Oleh karena itu, seseorang bisa mengendalikan pikiran bawah sadar melalui kebiasaan. (Kurniali dan Erningpraja, 2005)

Penderita diabetes yang menggunakan potensi perasaan yang positif untuk hidup lebih sehat dapat menggurangi penderitaan disaat sakit dan bahkan bisa menyembuhkan diri sendiri atau orang lain dari penyakit yang diderita. Bila ada keinginan untuk sehat maka penderita akan berusaha menahan diri dalam mengkonsumsi makanan, melakukan olahraga yang sesuai dengan kondisi tubuh, dan memeriksakan kesehatan diri ke dokter. Sikap positif dari penderita akan membantu proses penyembuhan karena didalam tubuh memiliki mekanisme penyembuhan secara alami dan memiliki kemampuan yang luar biasa untuk memperbaiki bagian-bagian yang rusak asal dalam kondisi keseimbangan yang optimal.

Penelitian yang dilakukan Ader (Kurniali dan Erningpraja, 2005) mengatakan bahwa sistem imunitas di tubuh kita “mendengarkan” apa yang dikatakan mental, ada dua keadaan yang mempengaruhi sistem imunitas yaitu keadaan positif dan negatif. Kondisi perasaan yang menekan amarah, pemusuhan, depresi, kesedihan, mengasihi diri sendiri, rasa bersalah, putus asa, gugup, cemas, dan lain-lain dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan mempengaruhi kesehatan secara umum. Jika pikiran negatif cenderung menurunkan kualitas kesehatan karena tanpa disadari telah melemahkan sistem imunitas dalam tubuh dan menghambat proses regenerasi dari sel-sel tubuh.

(18)

Keadaan positif seperti: perasaan senang, ketenangan, optimisme, keyakinan, sukacita, kemurahan hati, kasih sayang, dan pikiran yang baik cenderung meningkatkan kualitas kesehatan. Hal ini juga dikatakan oleh Mc Clelland di Harvad (Kurniali dan Erningpraja, 2005) bahwa pikiran yang dirasakan dapat mempengaruhi kualitas kesehatan. Kemampuan menerima diri dengan berfikir yang positif akan meningkatkan sebuah pengharapan yang baru dengan begitu penderita akan lebih semangat untuk menyongsong hari esok yang lebih baik sehingga dapat memotivasi untuk memahami, mencintai, memelihara, dan merawat tubuh sehingga bisa berfungsi optimal.

Proses penyembuhan juga membutuhkan bantuan dari orang terdekat atau keluarga. Dukungan dari keluarga sangat dibutuhkan karena hidup penderita akan sangat berarti (adanya pengharapan), merasa diperhatikan dan efek sugestif yang paling besar untuk kesembuhan. Keluarga juga dapat membantu dalam menjalankan diet seperti, membantu mengatur makanan atau mengingatkan penderita dalam mengkonsumsi makanan.

Pada saat melakukan observasi dan penelitian, kebanyakan dari pasien diabetes yang rajin melakukan rawat jalan dikarenakan adanya asuransi kesehatan. Keadaan ekonomi merupakan salah satu yang mempengaruhi dalam mengontrol perilaku penderita diabetes seperti melakukan pemeriksaan setiap bulannya atau mengecek kadar gula dalam darah. Diabetes adalah penyakit yang harus memeriksakan diri minimal satu bulan sekali.

Memiliki keinginan hidup sehat adalah sebuah pilihan yang harus diputuskan, pilihan dapat berupa keputusan untuk tetap hidup, keputusan untuk sembuh dari penyakit, keputusan untuk hidup lebih lama, keputusan dapat menikmati hari tua

(19)

atau menyerahkan semua pada nasib tanpa usaha. Mengendalikan kesehatan dapat dilakukan dengan membangun sikap positif dan perasaan yang positif. Untuk hidup sehat tergantung dari keputusan penderita diabetes karena semua keputusan berada dari dalam individu itu sendiri.

Kelemahan dari penelitian ini adalah terbatasnya subyek penelitian dikarenakan kondisi kesehatan subyek yang kurang sehat dan kebanyakan sudah berusia lanjut. Alat ukur yang hampir mirip antara variabel afek positif dengan variabel kontrol diri. Untuk itu, pada penelitian selanjutnya hendaknya hal-hal seperti itu dapat diatasi sehingga akan lebih dalam mengali perasaan positif dan kontrol diri dari penderita diabetes mellitus.

Kesimpulan

Hasil penelitian telah membuktikan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara afek positif dengan kontrol diri pada penderita diabetes mellitus tipe II dalam menjalankan diet dengan perolehan koefisien korelasi sebesar r= 0,588 dan p= 0,00. Semakin tinggi afek positif seseorang maka semakin tinggi pula tingkat kontrol diri dalam menjalankan diet pada penderita diabetes mellitus. Afek positif memiliki sumbangan efektif sebesar 34,6% terhadap kontrol diri. Hal ini berarti masih terdapat 65,4% berasal dari sumbangan variabel lain yang turut berperan dalam menentukan faktor kontrol diri namun tidak diperhatikan dalam penelitian in.

(20)

Saran-saran

Dalam penelitian ini tentunya masih banyak kekurangan sehingga peneliti merasa perlu adanya saran-saran membangun yang ditujukan pada beberapa pihak supaya manfaat yang diperoleh lebih komprehensif dan aplikatif. Saran-saran tersebut ditujukan pada :

1. Penderita diabetes mellitus tipe II

a. Subyek diharapkan dapat berperasaan positif terhadap diri sendiri sehingga bisa dengan rela menerima penyakit yang diderita dan bisa merawat penyakit tanpa merasa terbebani.

b. Disarankan kepada subyek penelitian untuk dapat mengendalikan diri dalam menjalankan treatment (diet) sehingga bisa hidup lebih lama.

2. Rumah sakit atau Poliklinik

Poliklinik yang menangani penderita diabetes agar dapat memberikan pelayanan yang lebih menyeluruh, tidak hanya pelayanan secara medis namun juga secara psikologis, misalnya dengan melakukan treatmen atau konseling yang mengarah pada bagaimana cara mengontrol diri dalam berdiet dengan perasaan senang. Penyatuan aspek medis dan psikologis yang positif akan mendukung penyembuhan pasien.

3. Saran untuk Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti berikutnya disarankan untuk tidak menuliskan apapun disampul depan angket yang akan disebarkan pada subyek agar tidak mempengaruhi subyek dalam mengisi angket.

b. Usahakan menambah variabel yang lain sebagai variabel sertaan untuk memperkuat hipotesis.

(21)

c. Memperhatikan kondisi penderita pada saat melakukan penelitian karena kondisi setiap orang berbeda-beda.

DAFTAR PUSTAKA

Baron.R.A.dan Byrne.D. 2005. Psikologi Sosial Jilid II (terjemahan), edisi sepuluh. Jakarta: Erlangga

Erningpraja.I. dan Kurniali.P.C. 2005. Control Your Mind Control Your Health. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Goleman.D. 2005. Emotional Intelligence. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Khairunnas. 2006. Hubungan Intensitas Menonton Tayangan Film Religius dengan Kontrol Diri Remaja Muslim. Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Islam Indonesia

Mangoenprasodjo. A.S. 2005. Hidup Sehat dan Normal dengan Diabetes.

Yogyakarta: Think Fresh

McKay dan Dinkmeyer. 2005. The Power of Emotional Choice. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Prawitasari.S. 2006. Pengaruh Positive Affectivity dengan Kecerdasan Emosi dan Kebermaknaan Hidup. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Seligman. M.E.P. 2005. Authentic Happiness, Menciptakan Kebahagiaan dengan Psikologi Positif, (terjemahan). Bandung: PT Mizan Pustaka

(22)

Taylor. S.E. 1995. Health Psychology fifth edition. New York: Mc. Graw Hill Inc.

Tjokroprawiro.A. 2001. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes. Jakarta: PT Gramedia pustaka Utama.

Referensi

Dokumen terkait

Firewall atau packet filtering yang digunakan untuk melindungi jaringan lokal dari serangan atau gangguan yang berasal dari jaringan internet bekerja pada layer

Tiada usaha yang meluas diambil oleh Kerajaan Malaysia untuk mengenal pasti mangsa perdagangan manusia di kalangan kumpulan pendatang yang mudah terdedah pada bahaya seperti

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yaitu penambahan berbagai konsentrasi ammonium sulfat (ZA) pada media nata de sago dapat dilihat dari parameter

[r]

11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar, serta Rencana Pembangunan Nasional Jangka Panjang.Masalah yang ada di Jawa Tengah adalah masih

Akan tetapi karena pada hasil regresi dengan metode Error Correction Model didapatkan nilai Error Correction yang signifikan maka dapat disimpulkan bahwa model Perbedaan Suku Bunga

Saat ini, seluruh subyek tidak ada yang melakukan terapi psikologis, yang berperan dalam penurunan trauma adalah dukungan keluarga yaitu suami/istri dimana subyek yang telah

Hendrarti dengan penelitiannya yang berjudul Kesehatan Reproduksi Perempuan Dalam Media Cetak (2007), Ia memaparkan bahwa terdapat beberapa kejanggalan,