• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL AKUNTANSI MULTI DIMENSI (JAMDI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL AKUNTANSI MULTI DIMENSI (JAMDI)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

573

JURNAL AKUNTANSI MULTI DIMENSI (JAMDI)

Volume 3, Nomor 3, Mei, 2021 (573 – 585) e - Journal ISSN: 2614 – 4239

DOI: http://dx.doi.org/10.96964/jamdi.v.3i1

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PENYALURAN KREDIT PADA BANK

PERSERO YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2018

Muhmmad Kasim1, La Ode Hasiara2

Email: [email protected]; [email protected] Program Studi Keuangan dan Perbankan1, Program Studi Akuntansi Manajerial2

Jurusan Akuntansi. Politeknik Negeri Samarinda. Alamat: Jl. Dr. Sucipto Mangun Kusumo Kampus Gunung Lipan, Telp.0541-260588 Samarinda 75131, Kalimatan Timur-Indonesia.

Abstrak. Tujuan penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh DPK, CAR, LDR, BOPO, ROA, NPL, terhadap penyaluran penyaluran kredit. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan variabel DPK berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit sebesar 0,000 < 0,05 . CAR tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit sebesar 0,509 > 0,05. LDR berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit sebesar 0,000 < 0,05. ROA tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit sebesar 0,414 > 0,05. NPL tidak berpengaruh terhadap penyaluran kreit sebesar 0,230 > 0,05. Namun secara simultan berpengaruh terhadap penyaluran kredit. Simpulan dari 6 variabel DPK, CAR, dan BOPO berpengaruh signifikan , sementaraLDR, ROA,dan NPL tidak ber-pengaruh terhadap penyaluran kreidt

Abstract. The research objective of this study is to determine the effect of TPF, CAR, LDR, BOPO, ROA, NPL on lending. The research method used in this research is a quantitative approach using multiple linear regression. The results showed that the TPF variable had a significant effect on credit distribution by 0.000 <0.05. CAR does not affect lending, amounting to 0.509> 0.05. LDR has a significant effect on lending by 0.000 <0.05. ROA does not affect the lending of 0.414> 0.05. NPL has no effect on credit disbursement of 0.230> 0.05. However, simultaneously it affects lending. In conclusion, the six variables of TPF, CAR, and OEOI have a significant effect, while LDR, ROA, and NPL do not affect credit disbursement.

PENDAHULUAN

Sebagai lembaga keuangan peranan bank sangatlah penting guna meningkatkan perekenomian suatu negara. Bank dapat diartikan sebagai perantara yang menghu-bungkan antara masyarakat yang memiliki kelebihan dana (surplus) dengan masyarakat yang membutuhkan dana (defisit) guna meningkatkan kegiatan usahanya. Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992, tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 mengatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak [1]. Penyaluran dana dalam bentuk kredit merupakan aktivitas pokok dalam industri perbankan yang dapat menghasilkan keuntungan relatif besar. Namun risiko kredit macet yang ditimbulkan juga relatif besar. Untuk meminimalkan dan mengantisipasi hal tersebut, maka Eksekutif bank harus mengelola berdasarkan prinsip kehati–hatian (prudential banking) melalui penentuan reserve requirement,

loan to deposit ratio dan batas maksimum pemberian kredit sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selain itu, prioritas

di dalam alokasi dana bank yaitu mencukupi kebutuhan primary reserve dan secondary reserve.Sehingga sangatlah penting untuk mengantisipasi dalam penyaluran kredit sevbagai investasi yang diberikan bank kepada masyarakat individu atau lembaga [2]. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang dimaksud dengan Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sumber dana yang diandalkan oleh bank adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), dana yang dihimpun bersumber dari masyarakat. Penurunan terhadap nilai Capital Adequancy Ratio (CAR) terhadap suatu bank dapat menghambat bank tersebut dalam menyalurkan pemberian kredit kepada masyarakat, semakin tinggi nilai CAR menyatakan bahwa bank dapat memenuhi kecukupan modalnya dalam menunjang dan serta menanggung risiko-risiko yang ditimbulkan. Dalam hasil penelitian yang dilakukan [3] menunjukan bahwa CAR berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit sedangkan hasil penelitian [4] menunjukan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit. Dalam jumlah penyaluran kredit dilihat

Informasi JAMDI

Masuk di JAMDI : Maret 2021 Review : April 2021 Terbit Mei : Mei 2021 Publish : Juni 2021 Kata kunci:

Rasio-rasio keuangan, dan penyaluran kredit

Keywords:

finacial ratios and bank lending.

K e y w o r d s : f i n a n c i a l r a t i o s a n d b a n k l e n d i n g .

(2)

574

juga dari tingkat likuiditas bank yang diukur dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) guna sebagai indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu bank, dengan kata lain untuk melihat seberapa besar kemampuan bank untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. Dalam hasil penelitian yang dilakukan [4], dan [5] menunjukan bahwa LDR berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit. Semakin rendah nilai BOPO mencerminkan bahwa bank semakin efisien dalam beroperasi dan bank akan dapat mengoptimalkan pada penyaluran kredit. Dalam hasil penelitian yang dilakukan [4], dan [6] menunjukan bahwa BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit. Selain itu laba pada perbankan biasanya diukur dengan menggunakan Return on Asset (ROA) laba tersebut didapatkan dari pendapatan bunga pinjaman dalam penyaluran kredit. Semakin tinggi nilai ROA maka menunjukan bahwa bank menggunakan aktivanya dengan optimal dan mampu memperoleh pendapatan. Dalam hasil penelitian yang dilakukan Galih (2009) menunjukan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit sedangkan hasil penelitian [7], dan [4], serta [8] menunjukan bahwa ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit. Selain dipengaruhi DPK, CAR, LDR, BOPO dan ROA jumlah penyaluran kredit juga dipengaruhi oleh NPL, banyaknya penyaluran kredit yang diberikan akan menimbulkan risiko kredit macet. Dalam hasil penelitian yang dilakukan [4], dan [9] menunjukan bahwa NPL berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit sedangkan hasil penelitian [5] menunjukkan bahwa NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit. Uraian diatas menunjukan bahwa DPK memiliki sumber dana terbesar dalam dunia perbankan dalam melakukan kegiatannya, setiap bank pasti akan bersaing untuk memperoleh dana tersebut dari masyarakat karena dengan dana tersebut bank dapat menyalurkan dananya dalam bentuk kredit secara optimal.

KAJIAN PUSTAKA

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Menurut [10] kredit itu sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu “credere” yang mempunyai arti kepercayaan kreditur terhadap debitur yang artinya bahwa kreditur percaya bahwa debitur akan mengembalikan dana yang telah dipinjam beserta bunga yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak yang bekerja sama. (1) Dana Pihak Ketiga (DPK). Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga) merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank. Simpanan nasabah ini biasanya memiliki bagian terbesar dari total kewajiban bank. Dana pihak ketiga merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank menurut [11]. Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 tentang perbankan penjelasan yang dimaksud Dana Pihak Ketiga adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Sumber dana yang dimaksud antara lain :(a) Giro, yaitu simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahan-bukuan. (b) Deposito, yaitu simpanan yang penarikannya hanya dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. (c) Tabungan, yaitu simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya. (2) Capital Adequacy Ratio (CAR). Menurut [12] Capital Adequacy Ratio merupakan rasio untuk mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama risiko yang terjadi karena bunga gagal ditagih. Menurut [13] standar minimal permodalan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah 8%. Semakin tinggi rasio CAR, semakin meningkat kemampuan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha, termasuk menutup kerugian yang tidak diperkirakan (unexpected loss). (3) Loan to Deposit

Ratio (LDR) Menurut [14]. Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukan deposito berjangka, giro, tabungan dan lain-lain yang

digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman nasabahnya. Tujuan dari perhitungan LDR adalah mengetahui serta menilai seberapa jauh bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan operasi atau kegiatan usahanya. Selanjutnya [4], dan [8] menyatakan Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah ukuran lazim digunakan dalam pengukuran tingkat likuiditas. Semakin rendah LDR menunjukkan bahwa bank semakin likuid. Namun jika sangat rendah, laba bank akan menurun karena rendahnya porsi pendapatan bunga yang diperoleh dari kredit yang diberikan dibandingkan dengan penempatan bank dalam SBI, call money dan surat berharga. (4), dan dan [8] Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Menurut [4] dan [8] Rasio beban Operasi terhadap pendapatan operasi dihitung dengan menggunakan perbandingan antara beban operasi dengan pendapatan operasi atau yang di Indonesia sering disebut dengan BOPO. Mengingat kegiatan utama bank adalah menghimpun dan menyalurkan dana, maka biaya bunga dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan pendapatan bunga.

(3)

575

Sehingga [4], dan dan [8] menyatakan jika BOPO tinggi menyebabkan semangat untuk menyalurkan kredit rendah, karena pendapatannya akan tergerus oleh biaya operasi, sehingga semakin tinggi BOPO semakin memperkecil penyaluran kredit (5)

Return On Assets (ROA). Menurut [4] tingkat laba atau profitability yang diperoleh oleh bank ini biasanya diproksikan dengan return on asset (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan atau

laba keseluruhan. Semakin besar nilai ROA suatu bank semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari penggunaan aset. Rasio ini diperoleh dengan cara membagi laba bersih dengan total aktiva. Selanjutnya [4] dan dan [8] menyatakan return on asset atau dikenal dengan ROA ini merupakan rasio yang mengukur tingkat optimalisasi aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan (laba). Nilai minimum ROA yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah minimal 2%. Agar dapat memenuhi kewajiban terhadap pemegang saham, penilaian atas kinerja pimpinan dan meningkatkan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya inilah yang menjadi alasan mengapa perbankan berusaha memperoleh laba. Dengan nilai ROA yang tinggi, maka bank dapat memberikan kredit untuk mendapatkan pendapatan dana yang dihimpun dari masyarakat oleh bank sekitar antara 80%-90% dari total dana yang dikelola. Sedangkan penyaluran kembali dalam bentuk kredit oleh bank sebesar 70%-80%.(6) Non Performing Loan (NPL). Menurut [4] dan dan [8] Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio keuangan pokok yang dapat memberikan informasi penilaian atas kondisi permodalan, rentabilitas, risiko kredit, risiko pasar dan likuiditas. Biasanya rasio NPL merupakan target jangka pendek perbankan. Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) menetapkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) adalah sebesar 5%, semakin tinggi rasio Non

Performing Loan maka tingkat likuiditas bank terhadap dana pihak ketiga (DPK) akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan

sebagian besar dana yang disalurkan bank dalam bentuk kredit merupakan simpanan dana pihak ketiga (DPK). Menurut [4] dan dan [8]Non Performing Loan (NPL) dapat dijadikan sebagai suatu cara mengukur risiko kredit. Risiko kredit adalah risiko yang kerugian yang terjadi karena pihak peminjam tidak dapat memenuhi kewajiban untuk membayar kembali dana yang dipinjamkannya secara penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya.

Kerangka Konseptual Model Penelitian

Kerangka penelitian menggambarkan alur hipotesis atau dugaan sementara adanya hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen yang digunakan dalam sebuah penelitian. Oleh karena itu, peneliti akan menguji, menganalisis dan membuktikan pengaruh DPK, CAR, LDR, BOPO, ROA dan NPL terhadap Penyaluran Kredit. Kerangka dapat dilhat pada Gambar 2.1 sebagai berikut.

H1 H2 H3 H4 H5 H6

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Model Penelitian

Keterangan :

: Pengaruh parsial

Dana Pihak ketiga (X1)

Return On Assets (X5)

BOPO (X4_

Non Perfoming Loan (X6)

Penyaluran Kredit (Y)

Loan to Deposit Ratio (X3)

Capital Deposit Ratio (X2)

(4)

576

Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji kebenerannya [15]. Untuk mengetahui, menganilisis dan membuktikan pengaruh DPK, CAR, LDR, BOPO, ROA dan NPL terhadap Penyaluran Kredit, maka hipotesis dirumuskan sebagai berikut : (1) Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran Kredit. (2) Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran Kredit. (3) Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran Kredit. (4) Beban Operasional Terhadap Pendapatan Nasional (BOPO) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran Kredit. (5) Return On Assets (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran Kredit. (6) Non Performing Loan (NPL) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran Kredit. (7) DPK, CAR, LDR, BOPO, ROA dan NPL secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.

METODE

Metode merupakan teknik atau cara yang digunakan peneliti untuk menemukan tujuan penelitian yang hendak dicapai [16]. selanjutnya [17] menjelaskan untuk menemukan kebenaran ilmoah harus menggunakan metode. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dalam menguji hipotesis yang telah dicanakankan [15], selanjutnya [18] penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) atau penolakan dalam bentuk dokumen data empiris lapangan. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Dana Pihak Ketiga (DPK) (𝑋1)

2. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR) (𝑋2)

3. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Loan to Deposit Ratio (LDR) (𝑋3)

4. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) (𝑋4)

5. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA) (𝑋5)

6. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Non Performing Loan (NPL) (𝑋6)

7. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Penyaluran Kredit (Y)

Defisini Operasional

Defisini operasional merupakan definisi yang berdasar pada karakteristik variabel-variabel yang sedang diteliti agar bersifat operasional terkait dengan proses pengukuran. Definisi operasional memungkinkan sebuah konsep yang bersifat abstrak menjadi suatu konsep operasional agar memudahkan peneliti dalam melakukan pengukuran. Definisi operasional berisi penjelasan variabel yang telah dipilih oleh peneliti. Adapun definisi operasional sebagai berikut :

1. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana Pihak Ketiga (DPK) yaitu simpanan dari pihak ketiga yang berupa simpanan giro, simpanan tabungan dan simpangan deposito. DPK dalam penelitian ini adalah DPK yang terhitung selama tahun 2009 sampai 2018 pada Bank Persero yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk menghitung Dana Pihak Ketiga (DPK) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut [4]:

DPK = (Tabungan + Giro + Deposito)

2. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang dimana bank menampung risiko kerugian yang kemungkinan akan dihadapi. CAR dalam penelitian ini adalah CAR yang terhitung selama tahun 2009 sampai 2018 pada Bank Persero yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk menghitung Capital Adequasi Ratio (CAR) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut [4]:

𝐶𝐴𝑅 =

Modal

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

x 100

Total Jumlah Kredit yang Disalurkan

DPK =

x 100

(5)

577

3. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada pihak ketiga (tidak termasuk antar bank) dan dana pihak ketiga (termasuk tabungan, giro dan deposito). LDR dalam penelitian ini adalah LDR yang terhitung selama tahun 2009 sampai 2018 pada Bank Persero yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk menghitung Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut [4]:

4. Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

5. Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan rasio yang digunakan untuk megukur tingkat efisiensi perbankan dalam melakukan kegiatannya. BOPO dalam penelitian ini adalah BOPO yang terhitung selama tahun 2009 sampai 2018 pada Bank Persero yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk menghitung Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

6. Return On Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan atau laba keseluruhan. ROA dalam penelitian ini adalah ROA yang terhitung selama tahun 2009 sampai 2018 pada Bank Persero yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk menghitung Return On Asset (ROA) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut [4]:

:

7. Non Performing Loan (NPL)

Non Performing Loan (NPL) yaitu perbandingan antara kredit-kredit yang bermasalah dan total kredit yang disalurkan oleh bank. NPL dalam penelitian ini adalah NPL yang terhitung selama tahun 2009 sampai 2018 pada Bank Persero yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk menghitung Non Performing Loan (NPL) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut [4]:

8. Penyaluran Kredit

Penyaluran Kredit merupakan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan guna sebagai salah satu aktifitas utama bank untuk memperoleh pendapatan. Penyaluran kredit dalam penelitian ini adalah Penyaluran Kredit yang terhitung selama tahun 2009 sampai 2018 pada Bank Persero yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk menghitung Penjualan Kredit dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut [4]:

:

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam memperoleh dan mengumpulkan data. Peneliti menggunakan Observasi Nonpartisipan karena data yang digunakan berupa data sekunder dan tidak melibatkan peneliti sebagai partisipan atau kelompok yang diteliti. Data diperoleh melalui teknik dokumentasi berupa pengumpulan, pencatatan dan pengkajian laporan keuangan tahunan Bank Persero yang terdaftar di BEI dan telah dipublikasikan di website resmi BEI (www.idx.co.id).

Teknik Analisis Data

Analisis data yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Penulis ini menggunakan analisis data dengan metode statistik deskriptif. Kemudian [18] menyatakan bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagamana adanya tanpa

𝐵𝑂𝑃𝑂 =

Total Beban Operasional

Total Pendapatan Operasional

x 100

𝑅𝑂𝐴 =

Laba Bersih Sebelum Pajak

Total Asset

x 100

𝑁𝑃𝐿 =

Total Kredit Bermasalah

Total Kredit yang Disalurkan

x 100

Jumlah Penyaluran Kredit = (Jumlah Kredit yang Disalurkan)

𝐿𝐷𝑅 =

Total Kredit

(6)

578

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum.

Uji Asumsi Klasik

Peneliti melakukan uji asumsi klasik untuk menguji pemenuhan asumsi klasik guna menghindari terjadinya estimasi bias, sehingga diperlukan syarat yang memenuhi yaitu data terdistribusi normal, tidak ada hubungan linier, tidak terjadi gejala multiko-linearitas, tidak terjadi gejala heteroskedastisitas, dan tidak terdapat autokorelasi. Regresi dengan metode estimasi Ordinary

Least Squares (OLS) akan memberikan hasil yang Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) jika memenuhi semua asumsi klasik

[18] .

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data terdistribusi normal atau tidak. Bila data berdistribusi normal, maka dapat digunakan uji statistik berjenis parametrik. Sedangkan bila data tidak berdistribusi normal. Maka digunakan uji nonparametreik [15]. Uji Normalitas data dapat dilakukan secara kuantitatif menggunakan Kolmo-gorov-Smirnov (K-S) ataupun dengan melihat tampilan histogram yang terlihat bahwa kurva dependent dan regression standarized residual membentuk gambar seperti lonceng atau penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal atau grafik pada normal probability-plot. Dalam uji K-S, suatu data dikatakan nomal apabila nilai Asympotic Signifincant > 0,05. Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah [18]. H0 : Berdistribusi Normal. HA: Tidak Beristribusi Normal. Apabila nilai sig. < 0,05 secara statistik maka HO ditolak HA diterima,

yang berarti data terdistribusi tidak normal. Apabila nilai sig. > 0,05 secara statistik maka HO diterima Ha ditolak, yang berarti data

terdistribusi normal. Dan berdasarkan hasilpengujian menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal.

Uji Linearitas

Uji linearitas [18] menyatakan bahwa tujuan yang dilakukan dalam pengujian ini untuk mengetahui apakah antara variabel dependen dan varian independen mempunyai hubungan linier. Apabila variabel dependen dengan variabel independen tidak linier, maka analisis regresi dalam penelitian tidak dapat dilanjutkan. Menurut [15] menyatakan kaidah yang digunakan dalam pengujian ini adalah jika nilai p lebih kecil dari 0,05 maka dinyatakan linier, namun apabila nilai p lebih besar atau sama dengan 0,05 maka dinyatakan tidak linier. Apabila variabel dependen dengan variabel independen tidak linier, maka analisis regresi dalam penelitian tidak dapat dilanjutkan. Hasil uji ini dapat diketahui melalui analisis regresi dalam tabel correlation pada output SPSS bagian Sig. (1-tailed).

Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas tercipta [18] karena adanya korelasi antarvariabel bebas, dimana setiap ada perubahan pada suatu variabel bebas akan mengakibatkan variabel bebas lainnya berubah. Oleh karena itu, dalam membuat regresi berganda, variabel bebas yang baik adalah variabel yang mempunyai hubungan dengan variabel terikat, tetapi tidak mempunyai hubungan dengan variabel bebas lainnya. Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat

Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance > 10% atau VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas, sedangkan apabila

nilai tolerance < 10% atau VIF > 10, maka terjadi multikolinearitas. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa nilai VIF < 10, sehingga disimpulkan bahwa model dibentuk dalam penelitian tidak terdapat adanya multikolinearitas.

Uji Autorelasi

Uji Autokorelasi dilakukan [18] bertujuan untuk mengetahui apakah dalam regeresi linier berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.Dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW test) maka akan mendekteksi ada tidaknya autokorelasi. Untuk itu dalam uji DW secara umum dapat diambil patokan bahwa: (1) H0 = Tidak ada autokorelasi, (2) Ha = ada

autokorelasi.

Uji Heterokedastisitas

Priyatno (2013:60) mengatakan heterokedastisitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah heterokedastisitas. Heterokedastisitas menye-babkan penaksir atau estimator menjadi tidak efisien dan nilai koefisien determinasi akan menjadi sangat tinggi. Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dengan melihat pola titik-titik pada scatterplot regresi. Jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heterokedastisitas.

(7)

579

Analisis Regresi Linear Berganda

Menurut Bahri (2018:195) analisis regresi berganda merupakan analisis yang menghubungkan antara dua variabel independen atau lebih dengan variabel dependen. Tujuan analisis regresi berganda adalah untuk mengukur intensitas hubungan dua variabel atau lebih. Menurut [19] mengatakan jika ukuran variabel independen terdapat perbedaan satuan (ada kg, persen, Rp, dll), sebaiknya interprestasi persamaan regresi menggunalan Standardized Beta.

Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah program computer SPSS (Statistica Package for Social Science) Versi 23. berikut persamaan regresi dalam penelitian ini :

Keterangan :

Y = Penyaluran Kredit b1,b2,b3,b4, b5, b6 = Koefisien Regresi

X1 = Dana Pihak Ketiga (DPK)

X2 = Capital Adequacy Ratio (CAR)

X3 = Loan To Deposit Ratio (LDR)

X4 = Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

X5 = Return On Asset (ROA)

X6 = Non Performing Loan (NPL)

𝑒 = Error

Pengujian Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini di uji menggunakan analisis regresi linear berganda sehingga dapat mengetahui sejauh mana pengaruh DPK, CAR, LDR, BOPO, ROA dan NPL terhadap Penyaluran Kredit. Dalam menguji hipotesis secara simultan (bersama-sama) apakah DPK, CAR, LDR, BOPO, ROA dan NPL berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit dilakukan Uji F (F Test). Sementara itu, dalam menguji hipotesis secara parsial (individual) apakah DPK, CAR, LDR, BOPO, ROA dan NPL berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit dengan menggunakan Uji t. Uji Parsial (Uji-t), [19] uji koefisien regresi bertujuan untuk menguji hipotesesi tentang pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Misalnya hipotesis menyatakan bahwa X1 berpengaruh terhadap Y dan X2 berpengaruh terhadap Y. Uji Statistik t digunakan untuk menunjukkan

seberapa jauh pengaruh satu variabel dependen secara individual dalam menerangkan variabel dependen [19] Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut: (1) Menentukan tingkat signifikan sebesar 5% (0,05). (2) Membandingkan tingkat signifikan (α=0,05) dengan tingkat signifikan t yang diketahui secara langsung dengan menggunakan SPPSS dengan kriteria : (a) Nilai signifikan t < 0,05 berarti HO ditolak dan Ha diterima, hal ini artinya bahwa variabel independen secara individu dan signifikan mempengaruhi

variabel dependen. (b) Nilai signifikan t > 0,05 berarti HO diterima dan Ha ditolak, hal ini artinya bahwa variabel inde-penden

secara individu dan signifikan tidak mempengaruhi variabel dependen. (3) Membandingkan t hitung dengan t tabel dengan kriteria sebagai berikut : (a) Apabila t hitung < t tabel maka HO diterima. Artinya, variabel independen secara individual tidak

ber-pengaruh terhadap variabel dependen. (b) Apabila t hitung > t tabel maka HO ditolak. Artinya, variabel independen secara

individual berpengaruh terhadap variabel dependen.

Uji Pengaruh Simultan (Uji-F)

Uji simulat [18] menyatakan Uji F dilakukan untuk menguji apakah model yang digunakan signifikan atau tidak, sehingga dapat dipastikan apakah model tersebut dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut : (1) Menentukan tingkat signifikan yaitu sebesar 5% (0,05). Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan kriteria sebagai berikut: (a) Apabila F hitung < F tabel, maka HO

diterima dan Ha ditolak. Artinya, variabel independen secara bersama-sama (simultan) tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen. (b) Apabila F hitung > F tabel, maka HO ditolak dan Ha diterima. Artinya, variabel independen secara bersama-sama

(simultan) berpengaruh terhadap variabel dependen.

Koefisien Determinasi (𝐑𝟐/R square)

Koefisien determinasi (R2/R square [19] menyatakan bahwa koefisien determinasi adalah pada intinya mengukur seberapa

jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu). Untuk dapat memberi interprestasi terhadap kuatnya hubungan tersebut, maka dapat digunakan pedoman

(8)

580

sebagai berikut : (1) Jika nilai R2 kecil atau mendekati 0 (nol), maka kemampuan variabel-vaiabel independen dalam menjelaskan

variasi dependen amat terbatas. Disimpulkan bahwa pengaruh variabel independen terhadap dependen lemah. (2) Jika nilai R2

besar atau mendekati 1 (satu), maka variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan dan mendekati sempuran.

Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskripsi [19] menyatakan bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagamana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum. Teknik ini digunakan untuk menganalisis data mengenai variabel independen yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Return On Asset (ROA) dan Non Performing Loan (NPL). Sementara itu variabel dependennya adalah Penyaluran Kredit. hasil analisis statistik deskriptif dapat dilihat pada table 1.

Tabel 1. Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation DPK 40 40241954 944268737 399538553,35 248328707,168 CAR 40 1320,00 2296,00 1770,6000 262,16063 LDR 40 6140,00 10886,00 8726,4000 1246,30714 BOPO 40 5993,00 8919,00 7329,2250 797,54516 ROA 40 112,00 515,00 299,1250 107,74404 NPL 40 155,00 477,00 274,3000 83,58910 KREDIT 40 38737202 843598404 341906084,55 223789215,082 VailidN (Listwise) 40

Sumber: Data olahan output SPSS Versi 23, 2020)

N = Jumlah data penelitianMinimum = Nilai Trendah Maximum = Nilai Tertinggi Mean = Nilai Rata-rata Std. Deviation= Nilai Penyimpangan

Hasil perhitungan statistik deskriptif pada Tabel t dapat dilihat bahwa DPK memiliki nilai terendah sebesar Rp 40.241.954,- pada PT Bank Tabungan Negara Tbk. tahun 2009 dan nilai tertinggi sebesar Rp 944.268.737,- pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. tahun 2018, serta untuk nilai rata-rata sebesar Rp 399.538.553,- dengan standar deviasi sebesar Rp. 248.328.707,-. Selanjutnya variabel CAR memiliki nilai terendah sebesar 13,20 pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. tahun 2009 dan nilai tertinggi sebesar 22,96 pada PT Bank Rakyat Indoneisa Tbk. tahun 2017, serta untuk nilai rata-rata sebesar 1770 dengan standar deviasi sebesar 262. Sedangkan untuk variabel LDR memiliki nilai terendah sebesar 61,40 pada PT Bank Mandiri Tbk. tahun 2009 dan nilai tertinggi sebesar 108,86 pada PT Bank Tabungan Negara Tbk. tahun 2014, serta untuk nilai rata-rata 8726 denga nilai deviasi 1246. Setelah itu variabel BOPO memiliki nilai terendah 59,93 pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. tahun 2012 dan nilai tertinggi sebesar 89,19 pada PT Bank Tabungan Negara Tbk. tahun 2014, serta untuk nilai rata-rata 73,29 dengan standar deviasi sebesar 7,97. Selanjutnya variabel ROA memiliki nilai terendah sebesar 1,12 pada PT Bank Tabungan Negara Tbk. tahun 2014 dan nilai tertinggi sebesar 5,15 pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. tahun 2012, serta untuk nilai rata-rata sebesar 299 dengan standar deviasi sebesar 107. Selanjutnya untuk variabel NPL memiliki nilai terendah sebesar 1,55 pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. tahun 2013 dan nilai tertinggi sebesar 4,77 pada PT Bank Negara Indonesia Tbk. tahun 2009, serta untuk nilai rata-rata sebesar 274 dengan standar deviasi 83. Sementara itu untuk variabel Penyaluran Kredit memiliki nilai terendah Rp 38.737.202,- pada PT Bank Tabungan Negara Tbk. tahun 2009 dan nilai tertinggi sebesar Rp 843.598.404,- pada PT Bank Rakyat Indoneisa Tbk. tahun 2018, serta untuk nilai rata-rata Rp. 341.906.084,- dengan nilai standar deviasi Rp 223.789.215,00.

Uji Asumsi Klasik

Peneliti melakukan uji asumsi klasik untuk menguji pemenuhan asumsi klasik guna menghindari terjadinya estimasi bias sehingga diperlukan syarat yang memenuhi yaitu data terdistribusi normal, tidak ada hubungan linier, tidak terjadi gejala multiko-linearitas, tidak terjadi gejala heteroskedastisitas, dan tidak terdapat autokorelasi. Uji Normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi variabel dependen dan variabel independen terdistribusi normal. Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode Analisis Grafik dan metode Kolmogorov-Smirnov. Uji Linearitas. Uji linearitas

(9)

581

digunakan untuk menjelaskan apakah terdapat hubungan linier secara signifikan dari dua variabel yang diteliti. Hubungan antara variabel dikatakan linier jika signifikan (linearity < 0,05). Uji Multikolinearitas. Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Secara statistik ada ata tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat Variance Inflation Factor (VIF). Berdasarkan hasil uji menunjukkan bahwa VIF tertinggi sebesar 7,030. Hasil uji tersebut menunjukkan nilai VIF berada di bawah nilai VIF < 10, sehingga dari hasil tersebut menunjukkan dalam model tidak terdapat adanya multikolinearitas.

Uji Autokorelasi. Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji adanya korelasi secara linear antara kesalahan penganggu periode t

dan kesalahan penganggu di periode t-1 (periode sebelumnya). Uji ini dapat diketahui dengan cara metode Durbin Watson. Berikut ini adalah hasil uji autokorelasi, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 ,998a ,995 ,994 17146960,225 1,370

a. Predictors: (Constant), NPL, LDR, CAR, ROA, DPK, BOPO

b. Dependent Variable: KREDIT

(Sumber: Data olahan output SPSS Versi 23, 2020)

R = Koefisien Korelasi Std. Err = Nilai Kesalahan Model Regresi. R2 = Koefisien Determinasi Adjusted R Square = Nilai R2

Disesuaikan. Durbin Watson = Nilai Residual Model Regresi. H0 = Tidak ada autokorelasi. HA = Ada autokorelasi. Berdasarkan

Tabel 3. di atas dapat dilihat nilai DW sebesar 1,370. Kriteria keputusan nilai Durbin Watson dengan melihat jumlah (n) = 40,

jumlah variabel independen (k) = 6 dan tingkat signifikan 0,05 sehingga memperoleh nilai dL = 1,1754 dan dU = 1,8538. Oleh karena itu nilai DW = 1,370 berada dibawah dL = 1,1754. Jadi nilai DW berada ditengah antara 0 dan dL yaitu 0 < 1,370 < 1,1754. Berdasarkan hasil pengujian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Uji Heterokedastisitas. Uji Heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah terdapat ketidak-samaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam model regresi. Pada penelitan ini, menggunakan metode Uji Park dan berikut hasil uji heterokedastisitas. Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan, tampak tidak terjadi adanya Heterokedastisitas.

Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis ini dilakukan untuk meramalkan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk mem-buktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi/hubungan kausal antara dua variabel atau lebih dengan satu variabel terikat. Berikut ini hasil analisis regresi linear berganda yang diolah dengan program SPSS versi 23. Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 2. Jika ukuran variabel independen terdapat perbedaan satuan (ada kg, persen, Rp, dll), sebaiknya interprestasi persamaan regresi menggunalan Standardized Beta.

Pengujian Hipotesis. Uji Parsial (Uji-t)

Pengujian uji-t digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Jika hasil uji-t menunjukkan angka yang lebih kecil dari 5% atau 0,05, maka Ha diterima dan HO ditolak.

Tabel 3 Hasil Uji Parsial (Uji-t) Coeffisientsa

Model

Unstanrdized Coeffisients Standardized

t Sig B Std.Error Beta 1 (Constant) -179437810,659 795222230,178 -2,256 0,031 DPK ,924 ,022 1,025 42,725 ,031 CAR 10358,018 15521,213 ,012 ,667 ,000 LDR 22388,524 3300,484 ,125 6,783 ,509 BOPO -9075,222 9127,996 -,032 -,994 ,000 ROA -46954,935 56701,331 -,023 -,828 ,327 NPL 69261,496 56670,310 ,026 1,222 ,414

a.Dependent variable: KREDIT

Sumber : data olahan output SPSS Versi 23, 2021 Model = Variabel Independen Sig. = Nilai Probabilitas

(10)

582

Beta & B = Nilai Koefisien Regresi. T = Nilai t hitung

Std. Error = Nilai Kesalaham Model Regresi. Ha = Ada Pengaruh. HO = Tidak ada pengaruh. Berdasarkan Tabel 3. Di atas

dapat disimpulkan dari hasil pengolahan data dengan uji parsial (uji-t) dapat dijelaskan sebagai berikut : 1 Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Penyaluran Kredit.

Variabel DPK (X1) memiliki nilai signifikansi-t sebesar 0,000 dan koefisien regresi 1,025. Nilai signifikansi-t yang dihasilkan

lebih kecil dari nilai 0,05 (0,000 < 0,05). Selain itu nilai statistik t hitung menghasilkan lebih besar dari t tabel (42,725 > 2,034). Hal ini menunjukkan bahwa variabel DPK berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa HA diterima HO ditolak.

2 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Penyaluran Kredit

Variabel CAR (X2) memiliki nilai signifikansi-t sebesar 0,509 dan koefisien regresi 0,012. Nilai signifikansi-t yang dihasilkan

lebih besar dari nilai 0,05 (0,509 > 0,005). Selain itu nilai statistik t hitung lebih kecil dari t tabel (0,667 < 2,034). Hal ini menunjukkan bahwa variabel CAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa HO diterima HA ditolak.

3 Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Penyaluran Kredit

Variabel LDR (X3) memiliki nilai signifikansi-t sebesar 0,000 dan koefisien regresi 1,025. Nilai signifikansi-t yang dihasilkan

lebih kecil dari nilai 0,05 (0,000 < 0,05). Selain itu nilai statistik t hitung menghasilkan lebih besar dari t tabel (6,783 > 2,034). Hal ini menunjukkan bahwa variabel DPK berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa HA diterima HO ditolak.

4 Pengaruh Beban Operasional terhadap Pendpatan Operasional (BOPO) terhadap Penyaluran Kredit

Variabel BOPO (X4) memiliki nilai signifikansi-t sebesar 0,327 dan koefisien regresi -0,032. Nilai signifikansi-t yang dihasilkan

lebih besar dari nilai 0,05 (0,327 > 0,005). Selain itu nilai statistik t hitung lebih kecil dari t tabel (-0,994 < 2,034). Hal ini menunjukkan bahwa variabel BOPO Berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa HO diterima HA ditolak.

5 Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Penyaluran Kredit

Variabel ROA (X5) memiliki nilai signifikansi-t sebesar 0,414 dan koefisien regresi -0,023. Nilai signifikansi-t yang dihasilkan

lebih besar dari nilai 0,05 (0,414 > 0,005). Selain itu nilai statistik t hitung lebih kecil dari t tabel (-0,828 < 2,034). Hal ini menunjukkan bahwa variabel ROA berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa HO diterima HA ditolak.

6 Pengaruh Non Performing Ratio (NPL) terhadap Penyaluran Kredit

Variabel NPL (X6) memiliki nilai signifikansi-t sebesar 0,230 dan koefisien regresi 0,026. Nilai signifikansi-t yang dihasilkan

lebih besar dari nilai 0,05 (0,026 > 0,005). Selain itu nilai statistik t hitung lebih kecil dari t tabel (1,222 < 2,034). Hal ini menunjukkan bahwa variabel NPL berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa HO diterima HA ditolak.

Uji Pengaruh Simultan (Uji-F)

Uji signifikan simultan dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Jika nilai statistik F hitung > F tabel, artinya independen berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap penyaluran kredit. hasil uji-F dapat dilihat dalam Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji – F Tabel ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1943480296603032580,000 6 323913382767172100,000 1101,678 ,000b

Residual 9702602083539646,000 33 294018244955746,900 Total 1953182898686572290,000 39

a. Dependent Variable: KREDIT

b. Predictors: (Constant), NPL, LDR, CAR, ROA, DPK, BOPO

Sum Of Squares = Nilai Total Pengkuadratan dari residual

(11)

583

F = Nilai F Hitung

Sig. = Nilai Probabillitas

Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 5. dapat dilihat bahwa nilai statistik F hitung menunjukkan angka sebesar 1101,678 yang berarti lebih besar dari F tabel dengan (df n1=6, df n2=33, apha=0,05) sebesar 2.39 (1101,678 > 2,39). Hasil ini menunjukkan bahwa variabel DPK, CAR, LDR, BOPO, ROA dan NPL berpengaruh signifikan secara bersama-sama (simultan) terhadap penyaluran kredit.

Koefisien Determinasi (R2/R Square)

Koefisien Determinasi (R2/R Square) digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan dan ketepatan model regresi

dalam menerangkan variasi variabel dependen. nilai R2 berfungsi menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel independen

secara keseluruhan terhadap variabel dependen. sementara itu, koefisien korelasi (r) menunjukkan hubungan yang erat antara variabel independen yang terdiri dari DPK, CAR, LDR, BOPO, ROA dan NPL terhadap penyaluran kredit. hasil dari Koefisien Determinasi dapat dilihat dalam Tabel 6. sebagai berikut.

Tabel 5. Hasil Koefisien Determinasi Model Summaryb

Model R R. Square Adjusted R Square Std.Error of the Estimate

1 ,998a ,995 ,994 17146960,225

R = Koefisien Korelasi Std. Error = Nilai Kesalahan Model Regresi R2 = Koefisien Determinasi Adjusted R Square= Nilai R2 Disesuaikan

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5. dapat dilihat bahwa nilai R sebesar 0,998 atau 99,80% yang berarti bahwa hubungan antara variabel DPK, CAR, LDR, BOPO, ROA dan NPL terhadap penyaluran kredit dalam kategori kuat. Sementara itu, nilai R2 dan Adjust R2 berturut-turut sebesar 0,995 atau 99,50% dan 0,994 atau 99,40%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel

penyaluran kredit diterangkan oleh DPK, CAR, LDR, BOPO, ROA dan NPL sebesar 99,40% sedangkan sisanya yaitu sebesar 0,60% diterangkan oleh variabel-variabel lain diluar penelitian ini.

Pengaruh DPK terhadap Penyaluran Kredit

Hasil penelitian memperlihatkan nilai signifikan variabel DPK sebesar 0,000 dan dibawah tingkat signifikansi 5% atau 0,05 yang berarti bahwa DPK berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit. Semakin tinggi nilai DPK yang dihimpun oleh perbankan maka akan mendorong peningkatan jumlah kredit yang disalurkan begitu pula sebaliknya. Hal ini sejalan dengan fungsi bank sebagai perantara keuangan (financial intermediary). Selain itu, penyaluran kredit merupakan aktivitas paling utama bagi bank untuk menghasilkan profit. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh [4], dan [20] menunjukan bahwa DPK berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit.

Pengaruh CAR terhadap Penyaluran Kredit

Hasil penelitian memperlihatkan nilai signifikan variabel CAR sebesar 0,509 dan di atas tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Selain itu nilai statistik t hitung menghasilkan lebih kecil dari t tabel (0,667 < 2,034) yang berarti bahwa CAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit. Hasil penelitian ini mengindifikasikan bahwa peningkatan atau penurunan CAR selama periode penelitian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penyaluran kredit. rata-rata CAR bank persero yang terdaftar di BEI periode 2009-2018 berada pada kisaran 17% yang cukup jauh diatas ketentuan minimal yang disyaratkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 14%. Tingginya nilai CAR disebabkan oleh sebagian besar dana yang telah diperoleh dari aktivitas perbankan dialokasikan pada cadangan minimum bank atau digunakan untuk menutupi potensi kerugian yang diakibatkan oleh kegiatan aktivitas bank. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh [4], dan [21] menunjukan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit.

Pengaruh LDR terhadap Penyaluran Kredit

Hasil penelitian memperlihatkan nilai signifikan variabel LDR sebesar 0,000 dan dibawah tingkat signifikansi 5% atau 0,05 yang berarti bahwa LDR berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit. Tingginya nilai LDR pada perbankan maka penyaluran kredit akan semakin tinggi dan kesempatan untuk memperoleh laba juga semakin luas, namun jika sudah mencapai tingkat rasio yang dapat membahayakan kinerjanya, bank harus mengambil keputusan untuk mengurangi jumlah kredit. Hasil

(12)

584

penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang telah dilakukan [4], dan [21] menunjukan bahwa LDR berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit.

Pengaruh BOPO terhadap Penyaluran Kredit

Hasil penelitian memperlihatkan nilai signifikan variabel BOPO sebesar 0,327 dan di atas tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Selain itu nilai statistik t hitung menghasilkan lebih kecil dari t tabel (-0,994 < 2,034) yang berarti bahwa BOPO berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit. Hasil penelitian ini mengindifikasikan bahwa semakin kecil nilai BOPO suatu bank berarti semakin efisien biaya operasional bank yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank tersebut dalam kondisi yang bermasalah. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan Febrianto (2013) menunjukan bahwa BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit.

Pengaruh ROA terhadap Penyaluran Kredit

Hasil penelitian memperlihatkan nilai signifikan variabel ROA sebesar 0,414 dan di atas tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Selain itu nilai statistik t hitung menghasilkan lebih kecil dari t tabel (0,828 < 2,034) yang berarti bahwa ROA berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit. Hasil penelitian ini mengindifikasikan bahwa peningkatan atau penurunan ROA selama periode penelitian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penyaluran kredit. rata-rata ROA bank persero yang terdaftar di BEI periode 2009-2018 berada pada kisaran 2,99% yang cukup jauh diatas ketentuan minimal yang disyaratkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 0,5%. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan [4], dan [20] menunjukan bahwa ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit.

Pengaruh NPL terhadap Penyaluran Kredit

Hasil penelitian memperlihatkan nilai signifikan variabel NPL sebesar 0,230 dan di atas tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Selain itu nilai statistik t hitung menghasilkan lebih kecil dari t tabel (1,222 < 2,034) yang berarti bahwa NPL berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit. Hasil penelitian ini mengindifikasikan bahwa peningkatan atau penurunan NPL selama periode penelitian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penyaluran kredit. rata-rata NPL bank persero yang terdaftar di BEI periode 2009-2018 berada pada kisaran 2,74% yang cukup jauh diatas ketentuan minimal yang disyaratkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 5%. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan [4], dan [20] menunjukkan bahwa NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terkait pengararuh DPK, CAR, LDR BOPO, ROA dan NPL terhadap Penyaluran Kredit pada Bank Persero yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2018. Dapat disimpulkan bahwa : (1) Dana Pihak Ketiga mempunyai pengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit. Semakin besar nilai DPK yang dikeloka oleh bank maka semakin besar pula kredit yang diberikan kepada masyarakat. (2) Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan terhadap Penyaluran Kredit. Nilai CAR disebabkan oleh sebagian besar dana yang telah diperoleh dari aktivitas perbankan dialokasikan pada cadangan minimum bank atau digunakan untuk menutupi potensi kerugian yang diakibatkan oleh kegiatan aktivitas bank. (3) Loan to Deposit Ratio (LDR) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit. nilai LDR pada perbankan maka penyaluran kredit akan semakin tinggi dan kesempatan untuk memperoleh laba juga semakin luas, namun jika sudah mencapai tingkat rasio yang dapat membahayakan kinerjanya, bank harus mengambil keputusan untuk mengurangi jumlah kredit. (4) Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan terhadap Penyaluran Kredit. Semakin kecil nilai BOPO suatu bank berarti semakin efisien biaya operasional bank yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank tersebut dalam kondisi yang bermasalah. (5) Return On Asset (ROA) mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan terhadap Penyaluran Kredit. Hasil penelitian ini mengindifikasikan bahwa peningkatan atau penurunan ROA selama periode penelitian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penyaluran kredit. (6) Non Performing Loan (NPL) mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan terhadap Penyaluran Kredit. Berapapun nilai NPL tidak mempengaruhi besar kecilnya jumlah kredit yang disalurkan. (7) Variabel DPK, CAR, LDR, BOPO, ROA, dan NPL secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit pada Bank Persero yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2018. Artinya bahwa semakin tinggi nilai DPK, CAR, LDR, BOPO, ROA, dan NPL maka tingkat penyaluran kredit semakin meningkat dan semakin rendah nilai DPK, CAR, LDR, BOPO, ROA, dan NPL maka tingkat penyaluran kredit juga semakin menurun.

(13)

585

[1] Hasiara , La Ode et al., “Laba akuntansi dan laba ekonomi pada petani sawah di desa bakungan kecamatan loa janan kabupaten kutai kartanegara,” vol. 2018, pp. 97–103, 2018.

[2] Hasiara, La Ode, “Analisis Teori Keputusan Investasi, dan Analisis Ieverage Pemilihan Sumber Pendanaan Perusahaan,” vol. 8, no. 3, pp. 668–682, 2007, doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.

[3] Makmur; Hasiara, La Ode, “Jurnal Akuntansi Mmulti Dimensi,” J. Akunt. Multi Dimens., vol. 2, no. 2, pp. 82–88, 2019. [4] Hasiara, La Ode, "Manajemen Keuangan Berbasis Hasil Penelitian. Malang: Tunggal Mandiri, 2015.

[5] C. A. Pratama, Devi Farah Azizah, and F. Nurlaily, “Effects of Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Current Ratio (CR) and Debt to Equity Ratio (DER) on Stock Prices,” Bus. Adm. J., vol. 66, no. 1, pp. 10–17, 2019, [Online]. Available: administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id.

[6] F. E. Ningsih and N. F. Nuzula, “Pengaruh Environmental Management Terhadap Profitabilitas ( Studi Pada Perusahaan Peralatan Elektronik Dan Kimia First Section Yang Terdaftar Di Japan Exchange Group ( Jpx ) Periode 2014-2016 ),” J.

Adm. Bisnis, vol. 66, no. 1 Januari 2019, pp. 47–55, 2019.

[7] M. Jannah and M. Dzulkirom AR, “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Perusahaan ( Studi Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Tercatat Di BEI Periode 2013-2017,” J. Adm. Bisnis, vol. 73, no. 2, pp. 36–46, 2019.

[8] D. A. P. Sari and S. Worokinasih, “Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Initial Public Offering ( IPO ) ( Studi pada Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2015 ),” J.

Adm. Bisnis, vol. 78, no. 1, pp. 10–18, 2020, [Online]. Available:

http://administrasibisnis.studentjournal.-ub.ac.id/index.php/jab/article/view/2970/3354.

[9] M. Dewi, “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Pendekatan Rgec (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital),” Ihtiyath J. Manaj. Keuang. Syariah, vol. 2, no. 2, 2018, doi: 10.32505/ihtiyath.v2i2.710. [10] M. I. Hanafi and S. R. Handayani, “Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham (Studi Pada Sektor

Property dan real Estate yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2015-2017),” J. Adm. Bisnis, vol. 74, no. 1, pp. 1–9, 2019.

[11] S. Terhadap, P. Informasi, N. Studi, and B. N. I. Syariah, “Factors That Influence The Quality Of Sharia Bank Website Services,” vol. 6, no. 1, pp. 30–41.

[12] C. A. Latif, “Pembiayaan Mudharabah Dan Pembiayaan Musyarakah Di Perbankan Syariah,” Akunt. Syari‟ah Fak. Syari‟ah

dan Huk. UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2020.

[13] K. A. Rahayu and D. Setiawan, “Apakah konvergensi International Financial Reporting Standards meningkatkan relevansi nilai informasi akuntansi?,” J. Ekon. dan Bisnis, vol. 22, no. 1, pp. 63–82, 2019, doi: 10.24914/jeb.v22i1.2101.

[14] S. Tinggi and I. Ekonomi, “Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Murabahah Pada Bank,” vol. 3, no. 2, pp. 69–79, 2019. [15] Hasiara, La Ode; Ahyar M. Diah; Sudarlan, "Metode Penelitian Terapan Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Pendidikan Vokasi

Khusus Humaniora, 1st ed. Malang, 2019.

[16] Hasiara, La Ode, "Penelitian Multi Kasus dan Multi Situs. Malang: Internasional Research and Development for Human Beings, 2019.

[17] Hasiara, La Ode, "Buku Metode Penelitian Multi-Paradigma Satu (Membangun Reruntuhan Metode Penelitian Yang

Berserakan), 1st ed. Malang, 2012.

[18] W. J. Haryadi Sarjadi, “SPSS vs Lisrel Sebuah Pengantar Aplikasi Untuk Riset.” Salemba Empat, Jakarta., Jakarta Indonesia, pp. iii–210, 2011.

[19] W. A. Jogyanto Hartono, “Konsep Aplikasi PLS (Partial Lesquare) Untuk Penelitian Empiris.” FakultasIlmu Ekonomi dan Bisnis Universitas Gaja Madah, Yogyakarta, Indonesia., pp. iii–178, 2016.

[20] P. Olawale Odewole, “The Trends and Patterns of the Capital Structure and Performance of the Nigerian Banks,” Int. J.

Financ. Bank. Res., vol. 2, no. 3, p. 72, 2016, doi: 10.11648/j.ijfbr.20160203.13.

[21] K. M. Anwarul Islam, “Mobile Banking Operations and Banking Facilities to Rural People in Bangladesh,” Int. J. Financ.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Model Penelitian            Keterangan :
Tabel 1. Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
Tabel 3 Hasil Uji Parsial (Uji-t) Coeffisients a Model
Tabel 4. Hasil Uji – F Tabel ANOVA a

Referensi

Dokumen terkait

berpengaruh secara signifikan terhadap penyaluran kredit bank adalah cerminan dari tingginya rasio BOPO pada periode penelitian yang menjelaskan bahwa tingginya

Penelitian tersebut menemukan bukti bahwa variabel NPL tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penyaluran kredit bank umum, selanjutnya mencermati perilaku BOPO dapat

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Dalam penelitian ini rasio-rasio keuangan CAR, dan BOPO, untuk bank umum syariah berpengaruh terhadap ROA signifikan,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: ROA, CAR, BOPO, NPF, dan Jumlah Karyawan tidak berpengaruh signifikan terhadap Market Share Bank Umum Syariah periode

Hasil dari analisis data dengan regresi log linier berganda diperoleh bahwa variabel PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan variabel jumlah penduduk berpengaruh

Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukan bahwa 1) cost of fund berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR)

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah nasabah berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit gadai, harga emas berpengaruh signifikan terhadap

KESIMPULAN Hasil penelitian membuktikan bahwa corporate governance berpengaruh positif signifikan, kinerja keuangan ROA dan NIM berpengaruh positif signifikan, sedangkan LDR