• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kebiasaan Gosok Gigi dan Konsumsi Makanan Kariogenik Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Kebiasaan Gosok Gigi dan Konsumsi Makanan Kariogenik Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Faletehan Health Journal, 4 (4) (2017) 228-232 www. lppm-stikes.faletehan.ac.id/ejournal

ISSN 2088-673X

Hubungan Kebiasaan Gosok Gigi dan Konsumsi Makanan Kariogenik

Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah

Herna Alifiani

1

*, Jamaludin

2

1

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Faletehan Serang Banten, Indonesia

2

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Faletehan Serang Banten, Indonesia

*Corresponding Author: hernaalifiani01@yahoo.com

ABSTRAK

Karies gigi merupakan suatu kerusakan jaringan keras gigi yang bersifat kronis progresif. Insiden karies gigi meningkat meskipun telah dilakukan upaya terbaik oleh para profesional kesehatan gigi untuk mengurangi kejadian karies gigi. Anak-anak pada usia 6-12 tahun mempunyai resiko yang tinggi terhadap karies gigi, karena pada usia tersebut anak-anak mempunyai kebiasaan makan jajanan yang kariogenik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan gosok gigi dan konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang siswa/siswi Sekolah Dasar Kelas 1 sampai 4 di SDN Purwaraja 2 Kabupaten Pandeglang yang diambil dengan teknik Simple Random Sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan gosok gigi dengan kejadian karies gigi (p value=0,000 ) sedangkan konsumsi makanan kariogenik tidak berhubungan dengan kejadian karies gigi (p value=0,741). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa anak dengan kebiasaan gosok gigi yang buruk berisiko 36,8 kali untuk mengalami kareis gigi dibandingkan anak yang memiliki kebiasaan gosok gigi yang baik.

Kata Kunci: Gosok Gigi, Karies Gigi , Kariogenik.

ABSTRACT

The Dental caries is a chronic progressive damage of hard tooth tissue. The Incidence of dental caries increases despite best efforts by dental professionals to reduce dental caries events. Children at 6-12 years old have a high risk of dental caries because at that age children have a habit of consuming a cariogenic food. This study aims to determine the relationship between the habit of tooth brushing and the consumption of cariogenic foods with the incidence of dental caries in children. This research used cross sectional approach. The sample in this study were elementary school students first grade until fourth grade in SDN Purwaraja 2 Kabupaten Pandeglang Indonesia as many as 50 respondent, simple random sampling technique was used. The result shows there is a significant correlation between teeth brushing habit with dental caries (p value = 0,000 ), while food consumption cariogenic no relationship with dental caries(p value = 0,741). The research also shows that children with a poor habit of tooth brushing have a risk 36,8 times for dental caries compared with children with the good habit of tooth brushing.

(2)

Pendahuluan

Karies gigi adalah kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam yang ada dalam karbohidrat melalui perantara mikroorganisme yang ada dalam saliva (Irma & Intan, 2013). Survey World Health Organization (WHO) tahun 2013 menyebutkan sebanyak 87% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies gigi. Di Indonesia, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut sebesar 25.9% dan sebanyak 14 provinsi memililki prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional (Depkes RI, 2014). Menurut Maulani (2014) di negara-negara Eropa, Amerika, dan Asia ternyata 80-95% dari anak-anak dibawah umur 18 tahun mengalami karies gigi.

Karies gigi menjadi salah satu masalah kesehatan serius pada anak usia sekolah, anak usia sekolah adalah anak dalam rentang usia 6 sampai 12 tahun (Potter & Perry, 2010). Karies gigi merupakan salah satu masalah yang paling sering terjadi pada anak usia sekolah, karies gigi dapat merusak struktur gigi dan menyebabkan gigi berlubang dan dapat menyebabkan komplikasi antara lain peradangan dan abses (Harlina, 2011). Karies pada anak-anak biasanya dikarenakan kegemaran anak-anak mengonsumsi makanan yang manis dan lengket juga kebiasaan menggosok gigi yang belum benar (Tamrin, Afrida, & Jamaluddin, 2014).

Hasil penelitian Hollins (2012) di Montreal Kanada menyatakan bahwa rata-rata usia anak yang mengunjungi klinik kesehatan gigi adalah 4 tahun. Sebelum karies gigi pada anak–anak tersebut diobati, sejumlah 48% anak mengalami sakit pada gigi, 43% anak kesulitan untuk makan makanan tertentu, dan 61% anak sulit makan atau tidak menghabiskan makanan yang disajikan, 35% anak mengalami gangguan tidur, dan 5% anak - anak menerima laporan negatif dari sekolah, seperti kurang aktif di kelas, tidak bermain dengan anak–anak lain.

Kesehatan gigi dan mulut sangat penting karena pencernaan makanan dimulai dengan bantuan gigi. Selain fungsinya untuk makan dan berbicara, gigi juga penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal anak. Pada anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) kesehatan gigi dan

mulut menjadi sangat penting, karena pada usia tersebut merupakan waktu dimana akan tumbuhnya gigi tetap. Pada anak usia 6-12 tahun diperlukan perawatan lebih intensif karena pada usia tersebut terjadi pergantian gigi dan tumbuhnya gigi baru. Oleh sebab itu, salah satu yang mungkin dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan upaya promotif, preventif, dan kuratif pada anak usia sekolah dasar. Pada usia 12 tahun semua gigi primer telah tanggal dan mayoritas gigi permanen telah tumbuh, maka risiko karies semakin tinggi (Anggraini, 2013). Berdasarkan data di Dinas Kesehatan Provinsi Banten (2014) didapatkan data bahwa jumlah kasus karies gigi pada tahun 2014 adalah sebanyak 13.569 orang. Hal ini sejalan dengan survei awal yang dilakukan di SDN Purwaraja 2 Menes Kabupaten Pandeglang, yakni di antara 33 siswa terdapat 19 siswa yang mengalami karies gigi. Dari 33 siswa tersebut sebanyak 30 orang (91%) mempunyai kebiasaan sering jajan disekolah, jajanan yang sering mereka konsumsi sebagian besar makanan yang mengandung pemanis (97%). Jika tidak mendapatkan penanganan yang serius, maka karies gigi dapat menyebabkan beberapa penyakit antara lain peradangan, abses, hipertensi, ginjal, radang otak dan jantung rematik. Hubungan bakteri dalam mulut dengan penyakit kardiovaskuler banyak diteliti, terutama yang berkaitan dengan bakteri endokarditis dan penyakit jantung koroner. Ketua Umum Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) menyatakan bahwa hasil dari sebuah penelitian mengenai sejumlah kasus penyakit jantung, sebanyak 54% pasien memiliki riwayat penyakit gigi(Muftihat, 2011).

Karies gigi merupakan suatu penyakit yang menyerang jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan (Kidd & Bechal, 2012). Mikroorganisme kariogenik utama penyebab karies adalah Streptococcus mutans. Mikroorganisme ini dapat berkolonisasi di permukaan gigi dan cepat menghasilkan asam yang berujung pada proses demineralisasi. Penyebab karies gigi adalah adanya substrat yang mendukung pertumbuhan bakteri seperti adanya karbohidrat terfermentasi pada gigi yang akan menyebabkan bakteri dapat bertahan

(3)

hidup. Penyebab karies gigi yang lain adalah jenis makanan, yaitu makanan yang manis (Saidah & Ismawati, 2014).

Pada umumnya anak sangat menggemari makanan manis seperti gulali, permen dan coklat yang diketahui sebagai substrat yang disukai oleh bakteri dimana selanjutnya dapat melarutkan struktur gigi. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi antara lain adalah karena bakteri streptococus, faktor keturunan, daerah tempat tinggal, jenis makanan, dan kebiasaan menggosok gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan gosok gigi dan konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak.

Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/siswi Sekolah Dasar (SD) Kelas 1 sampai kelas 4 di SDN Purwaraja 2 Kabupaten Pandeglang yaitu sebanyak 123 orang, teknik pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 50 responden. Pada penelitian ini alat pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner, yaitu kuesioner yang berisi data tentang kebiasaan gosok gigi dan konsumsi makanan kariogenik. Sedangkan untuk mengukur karies gigi menggunakan daftar checklist dengan cara observasi gigi responden. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Agustus tahun 2015 di SDN Purwaraja 2 Menes Kabupaten Pandeglang. Hubungan kedua variabel dianalisis dengan menggunakan uji statistik chi square.

Hasil dan Pembahasan

Gambaran kejadian karies gigi, kebiasaan godok gigi dan konsumsi makanan kariogenik pda anak usia sekolah disajikan dalam tabel 1. Dari 50 responden yang diteliti, hampir sebagian besar siswa mengalami karies gigi (58%), sebagian besar siswa memiliki kebiasaan gosok gigi yang buruk (60%) dan sebagian besar siswa jarang mengonsumsi makanan kariogenik (78%). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Anggraeni (2013), dimana dari 81 responden yang diteliti hampir sebagian besar yaitu sejumlah 51,9% mengalami kejadian karies gigi dan

sebagian besar (87,7%) responden memiliki kebiasaan gosok gigi yang kurang baik yaitu ≤ 2 kali sehari.

Berdasarkan kebiasaan atau pola konsumsi makanan kariogenik, pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian kecil anak (22%) sering mengonsumsi makanan kariogenik yaitu 5 kali dalam 1 minggu dengan jenis makanan kariogenik yang sering dikonsumsi berupa permen, coklat, biskuit dan roti. Sedangkan sebagian besar anak (78%) jarang mengonsumsi makanan kariogenik yaitu dalam 1 minggu sekitar 2 kali. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Rosidi, Haryani dan Adimayanti (2013) di SDN 1 Gogodalem, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak memiliki tingkat konsumsi makanan kariogenik pada kategori tinggi (85,1%).

Menurut Maulani (2014) makanan kariogenik adalah makanan manis yang lengket yang dapat menyebabkan karies gigi. Sifat makanan kariogenik adalah banyak mengandung karbohidrat, lengket dan mudah hancur di dalam mulut. Makanan yang bersifat kariogenik banyak dikonsumsi oleh anak anak karena rasanya yang manis. Rasa manis merupakan rasa yang paling disukai oleh anak anak termasuk anak usia sekolah.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kejadian Karies Gigi, Kebiasaan Gosok Gigi dan Konsumsi Makanan Kariogenik Pada Anak Usia Sekolah (n=50).

Variabel F %

Kejadian Karies Gigi:

Karies 29 58

Tidak Karies 21 42

Kebiasaan Gosok Gigi:

Buruk 30 60

Baik 20 40

Konsumsi Makanan Kariogenik:

Jarang 39 78

(4)

Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 2. diketahui dari 30 orang responden yang memiliki kebiasaan gosok gigi yang buruk terdapat 26 orang responden (86.7%) yang mengalami karies gigi dan hanya 4 orang responden (13.3%) yang tidak mengalami karies gigi. Sedangkan pada 20 orang responden yang memiliki kebiasaan gosok gigi baik hanya terdapat 3 orang responden (15%) yang mengalami karies gigi dan 17 orang responden (85%) tidak mengalami karies gigi. Hasil uji Chi Square diperoleh hasil p value=0.000 dimana nilai ini lebih kecil dari nilai α yaitu 0.05, sehingga dapat dinyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan gosok gigi dengan kejadian karies gigi. Nilai Odd Ratio (OR) juga menunjukkan bahwa anak dengan kebiasaan gosok gigi yang buruk berisiko sebesar 36,833 kali mengalami karies gigi dibandingkan dengan anak dengan kebiasaan gosok gigi yang baik.

Tabel 2. juga menunjukkan bahwa dari 39 orang responden yang mempunyai kebiasaan jarang mengonsumsi makanan kariogenik terdapat 22 orang responden (56.4%) yang mengalami karies gigi dan 17 orang responden (43.4%) yang tidak mengalami karies gigi. Dari 11 orang responden yang mempunyai kebiasaan sering mengonsumsi makanan kariogenik terdapat 7 orang responden (63,6%) yang mengalami karies gigi dan 4 orang responden (36,4%) yang tidak terkena karies gigi. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh hasil p value=0.741 dimana nilai tersebut lebih besar dari nilai α yaitu 0.05, dengan demikian maka dinyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak usia sekolah. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Kartikasari dan Nuryanto (2014) yang menunjukkan bahwa ada

hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan karies gigi (p value=0.009).

Hasil penelitian Khotimah, Suhadi & Purnomo (2013) tentang Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian karies gigi pada anak usia 6-12 tahun di SD Negeri Karangayu 03 Semarang menunjukkan bahwa persentase anak yang tidak mengalami karies gigi lebih banyak pada anak yang jarang mengonsumsi makanan kariogenik dibandingkan dengan anak yang sering mengonsumsi makanan kariogenik. Responden yang sering mengonsumsi makanan kariogenik dan tidak mengalami karies gigi sebanyak 5 orang responden (21,5%), sedangkan pada responden yang jarang mengonsumsi makanan kariogenik dan tidak mengalami karies gigi jumlahnya sebanyak 15 orang responden (42,9%).

Sifat makanan kariogenik yang lengket dan mudah melekat pada gigi menyebabkan paparan gula dengan permukaan gigi semakin lama dan susah dibersihkan terutama pada gigi yang digunakan untuk pengunyahan dan memiliki pit dan fisur yang dalam seperti gigi molar pertama permanen. Makanan kariogenik juga mengandung sukrosa yang memiliki kemampuan yang lebih mendukung terhadap perkembangan dan pertumbuhan bakteri serta memicu pembentukan polisakarida ekstraselluler lebih cepat. Bakteri akan memfermentasikan sisa-sisa makanan yang masih lengket dan membentuk polisakarida ekstraselluler yang menyebabkan bakteri dapat lebih melekat pada permukaan gigi sehingga mengurangi permiabilitas plak yang membuat plak tidak mudah untuk dinetralisir kembali keasamannya yang memicu karies lebih cepat terjadi (Budisuari, 2010).

Tabel 2. Hubungan Antara Kebiasaan Gosok Gigi dengan Kejadian Karies Gigi pada anak usia sekolah (n=50)

Variabel

Kejadian Karies Gigi

Total OR

(95% CI) P Value Karies Tidak Karies

f % F % f %

Kebiasaan Gosok Gigi

36.833 0.000

Buruk 26 86.7 4 13.3 30 100

Baik 3 15 17 85 20 100

Konsumsi Makanan Kariogenik

- 0.741

Jarang 22 56.4 17 43.6 39 100

(5)

Makanan kariogenik yang masuk dalam rongga mulut akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai dalam kondisi asam dalam waktu 1-3 menit. Kondisi asam ini, akan berlangsung selama 30-60 menit dan memicu terjadinya demineralisasi email. Secara alamiah, rongga mulut juga melakukan remineralisasi oleh saliva sehingga proses demineralisasi dapat dikendalikan, namun jika frekuensi konsumsi makanan kariogeniknya sering dan berulang-ulang, pH plak akan terus bersifat asam dan memicu terjadi demineralisasi yang lebih besar (Kidd & Bechal, 2012)

Hasil penelitian ini juga mendukung pernyataan Khotmi (2011) yang menyatakan bahwa penyebab utama karies gigi adalah pola hidup yang tidak sehat, terutama berkaitan dengan menyikat gigi sesudah makan. Sisa-sisa makanan yang tertinggal disela-sela gigi jika tidak segera dibersihkan akan diuraikan oleh bakteri. Keberadaan bakteri di dalam mulut merupakan suatu hal yang normal. Bakteri dapat mengubah semua makanan, terutama gula menjadi asam. Bakteri yang paling berperan pada kejadian karies gigi adalah Streptococcus Mutans.

Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih, serta dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi misalnya dari email ke dentin atau ke pulpa, salah satu penyebab karies adalah karbohidrat. Tanda awal dari lesi karies adalah sebuah yang tampak berkapur di permukaan gigi yang menandakan adanya demineralisaisi. Daerah ini dapat menjadi tampak coklat dan membentuk lubang. Proses sebelum ini dapat kembali ke asal (reversibel), namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengilat dapat menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif (Tarigan, 2013).

Hasil penelitian ini juga tentunya mendukung dinyatakannya usia 12 tahun sebagai umur pemantauan global/Global Monitoring Age untuk karies karena gigi permanen diperkirakan sudah mengalami erupsi pada usia 12 tahun kecuali gigi molar tiga. Umur 12 tahun ditetapkan sebagai Anak usia sekolah dasar dan disebut juga sebagai masa sekolah. Pada periode ini anak sudah

menampakkan kepekaan untuk belajar sesuai dengan sifat ingin tahunya. Anak umur 6-12 tahun mempunyai gigi campuran antara gigi sulung dan gigi permanen, karena pada masa ini masih berlangsung pergantian dari gigi sulung ke gigi permanen. Tingginya angka kejadian karies gigi pada anak usia sekolah tentunya menjadi pertimbangan perlunya menjaga kesehatan gigi anak sejak awal agara anak mempunyai gigi permanen yang baik, sehingga gigi permanen dapat berfungsi sebagaimana mestinya sejak anak-anak sampai seterusnya. (Desmita, 2012).

Menurut Potter and Perry (2010) pada usia anak sekolah sering disebut masa-masa laten yang rawan, karena pada masa itulah gigi mulai tanggal satu persatu dan gigi pertama permanen mulai tumbuh. Pada ini penting bagi orang tua untuk selalu memantau kesehatan mulut dan gigi anak, diantaranya bagaimana cara dan kapan waktunya menggosok gigi. Waktu yang disarankan untuk menggosok gigi adalah sebelum tidur, sebelum sarapan dan sesudah makan. Menyikat gigi sebelum tidur bertujuan untuk membersihkan plak, karena ketika tidur aliran saliva akan berkurang sehingga efek bufer akan berkurang. Berkurangnya air ludah menyebabkan asam menjadi lebih pekat dan kemampuan untuk merusak gigi menjadi lebih besar. Menyikat gigi sebelum sarapan akan mengurangi potensi erosi mekanis pada permukaan gigi yang telah demineralisasi (Ramadhan, 2010; Tarigan, 2013). Berdasarkan hasil penelitian ini dan beberapa hasil penelitian sebelumnya tentunya menunjukkan bahwa menyikat gigi menjadi suatu aktivitas yang sangat baik untuk terus dilatih dan dibiasakan pada anak. Anak perlu dilatih secara intensif untuk menjadi mandiri dalam melakukan perawatan gigi dengan menggosok gigi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa makanan kariogenik sebagai makanan yang sangat disukai anak anak usia sekolah tidak akan menjadi masalah terhadap kesehatan gigi jika diikuti dengan kebiasaan menggosok gigi yang baik. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar anak usia sekolah mengalami karies gigi yaitu sebesar 58%. Anak usia sekolah juga mempunyai kebiasaan gosok gigi yang buruk

(6)

yaitu sebesar 60% dan sebagian besar anak yaitu sebesar 78% jarang mengonsumsi makanan kariogenik. Terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan gosok gigi dengan kejadian karies gigi, namun tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara kebiasaan konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa anak dengan kebiasaan gosok gigi yang buruk berisiko besar mengalami kareis gigi dibandingkan anak yang memiliki kebiasaan gosok gigi yang baik. Dengan demikian kebiasaan gosok gigi menjadi perilaku yang dapat melindungi anak usia sekolah dari kejadian karies gigi meskipun dengan kebiasaan konsumsi makanan kariogenik.

Referensi

Anggraeni, I. N. (2013). Hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi jajanan kariogenik dan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak sekolah kelas 1-6 di SDN I

Watuaji Keling Jepara.

http://download.portalgaruda.org/article. Budisuari, M. (2010). Hubungan Pola Makan dan

Kebiasaan Menyikat Gigi dengan Kesehatan Gigi dan Mulut ( Karies) di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan ; Vol.13 No 1 2010 :83-91.

Departemen Kesehatan RI. (2014). Laporan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan: Jakarta

Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Harlina. (2011). Kesehatan Gigi dan Mulut. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Hollins, C. (2012). Leviso’s Textbook for Dental Nurse. (10th Edition). Oxford: Willey-Blackwell.

Irma, Indah, Z & Intan, Ayu, S. (2013). Penyakit Gigi, Mulut dan THT. Yogyakarta: Nuha Medika.

Kartikasari, Y.H & Nuryanto. (2014). Hubungan Kejadian Karies Gigi Dengan Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar. Journal Of Nutrition Collage, 3(3), 414-421

Kidd, E.A.M & Bechal, S.J. (2012). Dasar-Dasar Karies, Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Khotmi, A. (2011). Gigiku Sehat Terawat. Jakarta: PT. Sunda Kelapa Pustaka

Khotimah, K., Suhadi & Purnomo. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan kejadian karies Gigi pada Anak Usia 6-12 Tahun di SD Negeri Karangayu 03 Semarang. Jurnal Ilmiah kesehatan Diagnosis. Vol 4. No 5. Tahun 2014

Maulani, C. (2014). Kiat Merawat Gigi Anak Panduan Orang Tua dalam Merawat dan Menjaga Kesehatan Gigi Bagi Anak-Anaknya. Jakarta: Elex Media Komputindo Muftihat. (2011). Karies gigi dapat

mengakibatkan sakit jantung. 13 juli 2015. http://muftihat.blogspot.com/2011/07/karies-gigi-dapat-mengakibatkan-sakit.html

Potter., PA & Perry, A.G. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. (Edisi 7). Vol. Jakarta : EGC

Ramadhan. (2010). Serba-serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta : Bukune.

Rosidi, A., Haryani, S, & Adimayanti, E. (2013). Hubungan Antara Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak SDN 1 Gogodalem Kec. Bringin Kab. Semarang: Akper Ngudi Waluyo Ungaran

Saidah, M & Ismawati R. (2014). Pengembangan buku panduan memilih makanan jajanan sehat untuk anak usia 10 - 11 tahun. E-Jornal Boga. Vol. 03. No.02.

Tamrin, M., Afrida, & Jamaluddin, M. (2014). Dampak Konsumsi Makanan Kariogenik Kebiasaan Menyikat Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi pada Anak Sekolah. Journal of Pediatric Nursing, 1, 14–18.

(7)

Tarigan, R. (2013). Karies gigi edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

World Health Organization (WHO). (2013). Risk to oral health and intervention. World Health Organization: Geneva

Gambar

Tabel  1.  Distribusi  Frekuensi  Kejadian  Karies  Gigi,  Kebiasaan  Gosok  Gigi  dan  Konsumsi  Makanan  Kariogenik  Pada  Anak Usia Sekolah (n=50)
Tabel  2.  juga  menunjukkan  bahwa  dari  39  orang  responden  yang  mempunyai  kebiasaan  jarang  mengonsumsi  makanan  kariogenik  terdapat  22  orang  responden  (56.4%)  yang  mengalami  karies  gigi  dan  17  orang  responden  (43.4%)  yang  tidak

Referensi

Dokumen terkait

Cara produk diterima dalam pikiran pembeli lewat usaha yang dibuat oleh pemasar untuk menciptakan atmosfer atau citra mengenai produk. Kelima P dari pemasaran membantu

HUBUNGAN PEMAHAMAN ANTARA PROSEDUR PELAKSANAAN, PENGGUNAAN DANA, MONITORING DAN SUPERVISI DENGAN KEPATUHAN PELAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA BOS TAHUN 2015 DI

Seharusnya pada suhu 900 0 C sudah termasuk suhu yang tinggi untuk mencapai fase austenite yang diinginkan, namun pada kenyataanya dari pengujian spesimen ini karbon

Menyimak tabel di atas, tampak dengan jelas bahwa hanya 76% responden yang menjawab bahwa terhadap implementasi pendaftaran tanah sistematis lengkap (PTSL) hak

Dalam kepentingan yang lebih teknis, banjir dapat di sebut sebagai genangan air yang terjadi di suatu lokasi yang diakibatkan oleh : (1) perubahan tata guna lahan di Daerah

KUBE SEJAHTERA VII, PROJO TAMANSARI 019.. KUBE SEJAHTERA VII, PROJO

Berdasarkan Hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat Hubungan Perilaku Penggunaan Gadget dengan Kualitas Tidur Di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Untuk memproduksi coran komponen otomotif (1) terlebih dahulu dipilih bahan yang tidak tercampur dengan bahan-bahan lain; (2) menggunakan dapur krusibel yang terbuat