• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI

PT. SINAR SOSRO PABRIK CAKUNG

JL. RAYA SULTAN AGUNG KM. 28

KELURAHAN MEDAN SATRIA

BEKASI 17132, JAWA BARAT

PERIODE 6 MEI- 23 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

ARRAHMAN, S. Farm.

1306434093

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

(2)

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI

PT. SINAR SOSRO PABRIK CAKUNG

JL. RAYA SULTAN AGUNG KM. 28

KELURAHAN MEDAN SATRIA

BEKASI 17132, JAWA BARAT

PERIODE 6 MEI- 23 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

ARRAHMAN, S. Farm.

1306434093

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

(3)
(4)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkah dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Sinar Sosro Pabrik Cakung. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker di Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia. Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa praktek kerja sampai pada penyusunan laporan ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Fajar Ananto Putra., S,Gz, selaku Supervisor Quality Control sekaligus Pembimbing atas ilmu dan pengalaman yang dibagi, serta atas bimbingan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Sinar Sosro Cakung.

2. Bapak Enung Rosyana, selaku Manager Quality Control PT. Sinar Sosro Cakung, atas izin, kesempatan, fasilitas, yang diberikan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker.

3. Seluruh staf dan karyawan PT. Sinar Sosro Cakung, atas bimbingan dalam pengerjaan laporan serta pembelajaran selama Praktek Kerja Profesi Apoteker. 4. Catur Jatmika, S.Farm, M.Si, selaku dosen pembimbing dari Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama menyusun tugas akhir.

5. Dr. Mahdi Jufri, M.Si, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi, UI.

6. Dr. Hayun, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker. 7. Dr. Harmita, Apt., selaku pembimbing akademik dari Program Profesi

Apoteker Fakultas Farmasi UI, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama masa perkuliahan dan PKPA

8. Seluruh teman-teman Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia Angkatan 78 yang saling mendukung dan bekerjasama selama perkuliahan dan pelaksanaan PKPA dan semua pihak yang turut membantu dan memberikan dukungan selama penulis melakukan PKPA.

(5)

pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi para pembaca.

Penulis

(6)

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Cara Produksi Makanan atau Minuman yang Baik (CPMB) ... 3

2.1.1. Lokasi ... 3 2.1.2. Bangunan ... 4 2.1.3. Fasilitas Sanitasi ... 6 2.1.4. Alat Produksi ... 7 2.1.5. Bahan ... 7 2.1.6. Proses Pengolahan ... 7 2.1.7. Produk Akhir ... 8 2.1.8. Laboratorium ... 8 2.1.9. Karyawan ... 8

2.1.10. Wadah dan Pembungkus ... 9

2.1.11. Label ... 9

2.1.12. Penyimpanan ... 9

2.1.13. Pemeliharaan ... 10

2.1.14. Dokumentasi dan Pencatatan ... 11

2.1.15. Penarikan Produk ... 11

2.1.16. Pelatihan dan Pembinaan ... 12

2.2 Tanaman Teh ... 12

2.2.1. Sejarah Masuknya Teh di Indonesia ... 12

2.2.2. Botani Tanaman Teh ... 14

2.2.3. Manfaat Teh Bagi Kesehatan ... 14

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS ... 16

3.1 PT.Sinar Sosro ... 16

3.1.1 Sejarah Umum dan Perkembangan Perusahaan. ... 16

3.1.2 Pengenalan Produk ... 18

3.1.3 Visi dan Misi ... 20

3.2 PT.Sinar Sosro Pabrik Cakung... 21

3.2.1 Struktur Organisasi ... 21

3.2.2 Lokasi dan Tata Letak PT.Sinar Sosro Cakung ... 24

(7)

3.3 Pengawasan Mutu (Quality Control) ... 38

3.3.1 Pengawasan Mutu Sebelum Proses Produksi ... 38

3.3.2 Pengawasan Mutu Selama Proses Produksi ... 46

3.3.3 Pengawasan Mutu Setelah Proses Produksi ... 53

BAB 4. PEMBAHASAN ... 58 4.1 Lokasi ... 58 4.2 Bangunan ... 59 4.3 Fasilitas Sanitasi ... 61 4.4 Alat Produksi ... 63 4.5 Bahan ... 64 4.6 Proses Pengolahan ... 65 4.7 Produk Akhir ... 66 4.8 Laboratorium ... 67 4.9 Karyawan ... 67

4.10 Wadah dan Pembungkus ... 69

4.11 Label ... 70

4.12 Penyimpanan ... 70

4.13 Pemeliharaan ... 71

4.14 Dokumentasi ... 71

4.15 Penarikan Produk ... 72

4.16 Pelatihan dan Pembinaan ... 73

BAB 5. PENUTUP ... 74

5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Saran ... 74

(8)

Lampiran 1. Struktur Organisasi Quality Control ... 77

Lampiran 2. Denah PT.Sinar Sosro Cakung... 78

Lampiran 3. Bagan Pengolahan Air ... 79

Lampiran 4. Standar Kualitas Water Treatment ... 80

Lampiran 5. Skema Aliran Proses Pemasakan Lini II ... 81

Lampiran 6. Skema Aliran Proses Pembotolan Lini II ... 82

Lampiran 7. Skema Aliran Pengolahan Limbah Cair... 83

Lampiran 8. Tabel Baku Mutu Limbah Bagi Kawasan Industri ... 84

(9)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT. Sinar Sosro merupakan pelopor produk teh siap minum dalam kemasan pertama di Indonesia dan di dunia. Usaha PT. Sinar sosro berawal dari tercetusnya ide untuk menjual produk teh siap minum dalam kemasan botol di awal tahun 1970, yaitu lahirnya Teh Botol Sosro yang hingga Februari 2009, PT. Sinar Sosro sudah memiliki 10 kantor pabrik dan 11 kantor penjualan wilyah.

PT. Sinar Sosro terbukti telah menjadi pemimpin atau Market Leader untuk produk minuman berbasis pengolahan teh di Indonesia. Hal ini mendorong PT. Sinar Sosro untuk semakin ketat dalam menjaga dan meningkatkan mutu serta keamanan produk yang dihasilkan. Hal ini diwujudkan dengan melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap kegiatan yang dapat mempengaruhi mutu produk, diantaranya pengadaan bahan baku dan bahan penunjang, proses produksi, dan proses pengemasan produk. Kegiatan ini dilaksanakan oleh bagian Quality Control (Pengawasan Mutu).

Pengolahan produk makanan dan minuman harus dilakukan dengan baik untuk menjaga kualitas produk yang dibuat. Industri makanan dan minuman yang baik, menerapkan Cara Produksi Makanan atau Minuman yang Baik (CPMB) sebagai salah satu faktor penting agar standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan untuk pangan terpenuhi. Hasil produksi berupa makanan dan minuman yang bermutu dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat karena masyarakat merasa aman dan merasa yakin terbebas dari penyimpangan mutu pangan serta bahaya yang mengancam kesehatan. Kepercayaan masyarakat yang meningkat dapat membuat industri makanan dan minuman dapat berkembang menjadi industri yang besar (Badan POM RI, 2003).

Pengolahan produk makanan dan minuman dengan cara yang tidak baik dapat menurunkan kualitas produk yang dibuat. Produk dapat tercemar oleh

(10)

berupa cemaran fisik dan cemaran mikroba. Cemaran fisik meliputi pecahan gelas, pecahan lampu, pecahan logam, paku, potongan kawat, kerikil, dan benda asing lainnya, sedangkan cemaran mikroba meliputi cemaran mikroba penyebab penyakit, virus, dan parasit penyebab keracunan yang berasal dari udara, tanah, air dan tempat-tempat lain yang kotor (Badan POM RI, 2002).

Apoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan dipandang perlu untuk mengetahui kegiatan produksi pangan yang baik dalam hal penjaminan dan pengawasan mutu produk makanan dan minuman. Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia bekerja sama dengan PT. Sinar Sosro Pabrik Cakung menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan pada bulan Mei 2014 untuk para calon apoteker.

1.2 Tujuan

Praktek kerja profesi apoteker ini secara umum bertujuan untuk:

1. Mengetahui dan memahami penerapan CPMB di PT. Sinar Sosro Pabrik Cakung.

(11)

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Cara Produksi Makanan atau Minuman yang Baik (CPMB) (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 23, 1978)

Makanan termasuk didalamnya minuman adalah salah satu bahan pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa serta mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional sehingga masyarakat perlu dilindungi keselamatan dan kesehatannya terhadap produksi dan peredaran makanan dan minuman yang tidak memenuhi syarat. Oleh karena itu, cara produksi yang baik untuk makanan ataupun minuman merupakan salah satu faktor penting untuk memenuhi standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan sehingga perlu ditetapkan suatu pedoman tentang cara produksi yang baik untuk makanan yang termasuk didalamnya adalah minuman.

Cara Produksi Makanan atau Minuman Yang Baik (CPMB) adalah suatu pedoman yang menjelaskan cara memproduksi makanan ataupun agar bermutu, aman, dan layak untuk dikonsumsi. Dasar pertimbangan dibuatnya CPMB adalah Keputusan Menteri Kesehatan RI No.23/MenKes/SK/1978, tertanggal 24 Januari 1978 tentang Pedoman Cara Produksi yang Baik Untuk Makanan dan Buku Pedoman Penerapan Cara Produksi Makanan Yang Baik yang dikeluarkan oleh Direktorat Pengawasan Makanan dan Minuman Dirjen POM Depkes RI tahun 1996. Aspek-aspek CPMB meliputi lokasi, bangunan, fasilitas sanitasi, alat produksi, bahan, proses pengolahan, produk akhir, laboratorium, karyawan, wadah dan pembungkus, label, penyimpanan, pemeliharaan, dokumentasi dan pencatatan, penarikan produk serta pelatihan dan pembinaan.

2.1.1. Lokasi

Lokasi pabrik harus berada di tempat yang bebas dari pencemaran. Lokasi yang dapat menimbulkan pencemaran antara lain daerah persawahan atau rawa,

(12)

penggunaannya dengan bangunan, pekarangan yang tidak terpelihara, timbunan barang yang tidak teratur, tempat penimbunan sampah, tempat bersembunyi atau berkembang biaknya serangga, binatang pengerat dan atau binatang lain, dan tempat yang memiliki saluran pembuangan air yang buruk sehingga terdapat genangan air.

2.1.2. Bangunan

Bangunan harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik dan higiene sesuai dengan jenis makanan dan minuman yang diproduksi sehingga memudahkan pembersihan, sanitasi, dan pemeliharaan. Bangunan unit produksi harus terdiri atas ruangan pokok dan ruangan pelengkap yang letaknya terpisah untuk menghindari pencemaran terhadap makanan atau minuman yang diproduksi. Ruangan pokok harus memiliki luas yang sesuai dengan jenis dan kapasitas produksi, jenis dan ukuran alat produksi, dan jumlah karyawan yang bekerja. Selain itu, ruangan pokok harus mempunyai susunan bagian yang diatur sesuai dengan urutan proses produksi. Ruangan pelengkap harus memiliki luas sesuai dengan jumlah karyawan yang bekerja dan harus mempunyai susunan bagian yang diatur sesuai dengan urutan proses produksi.

Lantai untuk ruangan pokok harus rapat air, tahan terhadap air, garam, asam, atau basa, dan bahan kimia tertentu, memiliki permukaan yang rata dan halus, serta pertemuan antara lantai dengan dinding tidak boleh membentuk sudut mati dan harus melengkung serta rapat dari air. Ruangan pengolahan yang memerlukan pembilasan air, hendaknya mempunyai kelandaian yang cukup ke arah saluran pembuangan dan mempunyai saluran tempat air mengalir atau lubang pembuangan. Lantai ruangan pelengkap harus rapat air, tahan terhadap air, dan memiliki permukaan yang rata dan halus. Ruangan untuk mandi, cuci dan sarana toilet harus mempunyai kelandaian yang cukup ke arah saluran pembuangan.

Dinding ruangan pokok harus memenuhi syarat yaitu tidak membentuk sudut atau landai dengan dibuat sekurang-kurangnya 20 cm ke arah mendatar dengan lantai dan 20 cm di atas permukaan lantai. Pada permukaan bagian dalam dinding harus halus, rata, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah mengelupas,

(13)

air, tahan terhadap air, garam, basa atau bahan kimia lainnya. Selain itu, pertemuan antara dinding dengan dinding dan antara dinding dengan lantai tidak boleh membentuk sudut mati dan harus melengkung serta rapat air.

Dinding ruangan pelengkap harus memenuhi syarat yaitu tidak membentuk sudut atau landai dengan dibuat sekurang-kurangnya 20 cm ke arah mendatar dengan lantai dan 20 cm di atas permukaan lantai harus rapat air. Pada permukaan bagian dalam dinding harus halus, rata, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah mengelupas, dan mudah dibersihkan. Ruangan untuk mandi, cuci dan sarana toilet selain harus memenuhi syarat untuk dinding ruangan pelengkap, sekurang-kurangnya setinggi 2 m dari lantai harus rapat air.

Atap pada ruangan pokok harus terbuat dari bahan yang tahan lama, tahan terhadap air, dan tidak bocor. Langit-langit pada ruangan pokok harus dibuat dari bahan yang tidak mudah melepaskan bagian-bagiannya, tidak terdapat lubang dan tidak retak, tahan lama dan mudah dibersihkan, mempunyai tinggi dari lantai sekurang-kurangnya 3 m, memiliki permukaan dalam yang rata, berwarna terang, dan tidak mudah mengelupas. Untuk tempat pengolahan yang menimbulkan atau menggunakan uap air harus rapat air. Atap pada ruangan pelengkap harus terbuat dari bahan yang tahan lama, tahan terhadap air, dan tidak bocor. Langit-langit pada ruangan pelengkap harus dibuat dari bahan yang tidak mudah melepaskan bagian-bagiannya, tidak terdapat lubang dan tidak retak, tahan lama dan mudah dibersihkan, mempunyai tinggi dari lantai sekurang-kurangnya 3 m, memiliki permukaan dalam yang rata dan berwarna terang.

Ruangan pokok harus memiliki pintu yang terbuat dari bahan yang tahan lama, memiliki permukaan yang rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan, dapat ditutup dengan baik, serta membuka keluar. Pintu ruangan pelengkap harus terbuat dari bahan yang tahan lama, memiliki permukaan yang rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan, serta dapat ditutup dengan baik. Jendela yang digunakan harus memenuhi syarat terbuat dari bahan yang tahan lama, permukaan yang rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan,

(14)

persyaratan kesehatan. Ventilasi dan pengatur suhu ruangan pokok dan ruangan pelengkap, baik secara alami maupun buatan, harus memenuhi syarat, yaitu: a. Cukup menjamin peredaran udara dengan baik dan dapat menghilangkan uap,

gas, asap, bau, debu, dan panas yang dapat merugikan kesehatan. b. Dapat mengatur suhu yang diperlukan.

c. Tidak boleh mencemari hasil produksi melalui udara yang dialirkan.

d. Lubang ventilasi harus dilengkapi dengan alat yang dapat mencegah masuknya serangga dan mengurangi masuknya kotoran ke dalam ruangan serta mudah dibersihkan.

2.1.3. Fasilitas Sanitasi

Bangunan harus dilengkapi dengan fasilitas sanitasi yang dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik dan higiene. Bangunan harus dilengkapi dengan sarana penyediaan air yang pada pokoknya terdiri dari sumber air, perpipaan pembawa, tempat persediaan air, dan perpipaan pembagi. Sarana penyediaan air harus dapat menyediakan air yang cukup bersih sesuai dengan kebutuhan produksi pada khususnya dan kebutuhan perusahaan pada umumnya. Pemasangan dan bahan sarana penyediaan air harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bangunan harus dilengkapi dengan sarana pembuangan yang pada pokoknya terdiri dari saluran dan tempat pembuangan sampah, tempat buangan padat, sarana pengolahan buangan, dan sarana pembuangan buangan yang terolah. Sarana pembuangan harus dapat mengolah dan membuang buangan padat, cair, dan gas yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Pemasangan dan bahan sarana pembuangan harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Persyaratan untuk sarana toilet antara lain: a. Memiliki letak yang tidak terbuka langsung ke ruang proses pengolahan. b. Dilengkapi dengan bak cuci tangan.

c. Diberi tanda pemberitahuan bahwa setiap karyawan harus mencuci tangan dengan sabun atau deterjen sesudah menggunakan toilet serta disediakan dalam jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah karyawan.

(15)

Persyaratan untuk sarana cuci tangan antara lain: a. Ditempatkan pada lokasi yang diperlukan.

b. Dilengkapi dengan air mengalir yang tidak boleh dipakai berulang kali, sabun atau deterjen, handuk untuk mengeringkan tangan dan tempat sampah yang bertutup.

c. Disediakan dalam jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah karyawan.

2.1.4. Alat Produksi

Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk memproduksi makanan harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik dan higiene, serta memenuhi syarat lain yaitu sesuai dengan jenis produksi, permukaan yang berhubungan dengan makanan atau minuman harus halus, tidak berlubang atau bercelah, tidak mengelupas, tidak menyerap air dan tidak berkarat, tidak mencemari hasil produksi dengan jasad renik, unsur atau fragmen logam yang lepas, minyak pelumas, bahan bakar, serta alat yang mudah dibersihkan.

2.1.5. Bahan

Bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong yang digunakan untuk memproduksi makanan dan minuman tidak boleh merugikan kesehatan dan harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan, dan sebelum digunakan harus dilakukan pemeriksaan secara organoleptik, fisika, kimia, mikrobiologi, dan atau biologi. Bahan tambahan yang persyaratannya belum ditetapkan oleh menteri hanya boleh digunakan dengan izin khusus.

2.1.6. Proses Pengolahan

Setiap jenis produk harus ada formula dasar yang menyebutkan antara lain:

a. Jenis bahan yang digunakan (bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong) serta persyaratan mutunya.

(16)

e. Jumlah hasil yang diperoleh untuk satu kali pengolahan.

f. Uraian mengenai wadah, label, serta cara pewadahan dan pembungkusan. g. Cara pemeriksaan bahan, produk antara dan produk akhir.

Untuk setiap satuan pengolahan harus ada instruksi tertulis dalam bentuk protokol pembuatan yang menyebutkan antara lain nama makanan, tanggal pembuatan dan nomor kode, jenis dan jumlah bahan yang digunakan, tahap-tahap pengolahan dan hal-hal yang harus diperhatikan selama proses pengolahan, jumlah hasil pengolahan dan hal lain yang dianggap perlu.

2.1.7. Produk Akhir

Produk akhir tidak boleh merugikan kesehatan dan harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan, dan sebelum diedarkan harus dilakukan pemeriksaan secara organoleptik, fisika, kimia, mikrobiologi, dan atau biologi. Produk akhir yang persyaratannya belum ditetapkan oleh menteri, persyaratannya ditentukan sendiri oleh pabrik yang bersangkutan tetapi tetap mengacu pada peraturan menteri kesehatan.

2.1.8. Laboratorium

Perusahaan yang memproduksi jenis makanan atau minuman tertentu yang ditetapkan oleh menteri harus memiliki laboratorium untuk melakukan pemeriksaan terhadap bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong yang digunakan, serta produk akhir. Pemeriksaan yang dilakukan harus ada protokol yang menyebutkan nama makanan, tanggal pembuatan, tanggal pengambilan sampel, jumlah sampel yang diambil, kode produksi, jenis pemeriksaan yang dilakukan, kesimpulan pemeriksaan, nama pemeriksa, dan hal lain yang dianggap perlu.

2.1.9. Karyawan

Karyawan yang bekerja di perusahaan harus memenuhi syarat antara lain: memiliki kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan pekerjaannya; bebas dari luka, penyakit kulit, atau hal lain yang diduga dapat mengakibatkan pencemaran

(17)

mengenakan pakaian kerja termasuk sarung tangan, tutup kepala, dan sepatu yang sesuai; mencuci tangan di bak cuci tangan sebelum melakukan pekerjaan; menahan diri untuk tidak makan, minum, merokok, meludah atau melakukan pekerjaan yang dapat mengakibatkan pencemaran terhadap produk makanan dan minuman, serta tidak merugikan karyawan lain. Perusahaan yang memproduksi makanan dan minuman harus menunjuk dan menetapkan penanggung jawab untuk bidang produksi dan pengawasan mutu yang memiliki kualifikasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, serta diharapkan penanggung jawab bidang produksi tidak merangkap sebagai penanggung jawab pengawasan mutu.

2.1.10. Wadah dan Pembungkus

Wadah dan pembungkus yang digunakan untuk makanan dan minuman harus memenuhi persyaratan yaitu dapat melindungi dan mempertahankan mutu isinya terhadap pengaruh dari luar, tidak berpengaruh terhadap isi, dibuat dari bahan yang tidak melepaskan bagian atau unsur yang dapat mengganggu kesehatan atau mempengaruhi mutu makanan, menjamin keutuhan dan keaslian isinya, tahan terhadap perlakuan selama pengolahan, pengangkutan, dan peredaran, tidak boleh merugikan atau membahayakan konsumen. Sebelum digunakan, wadah harus dibersihkan dan dilakukan sanitasi, serta steril bagi jenis produk yang diisi secara aseptik.

2.1.11. Label

Label makanan harus memenuhi ketentuan yang disebutkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan tentang Label dan Periklanan Makanan yang dibuat dengan ukuran, kombinasi warna dan atau bentuk yang berbeda untuk jenis makanan agar mudah dibedakan.

2.1.12. Penyimpanan

(18)

bahan tambahan, bahan penolong dan produk akhir harus ditandai dan ditempatkan sedemikian rupa serta disimpan dengan sistem kartu. Bahan berbahaya seperti insektisida, rodentisida, desinfektan dan bahan yang mudah meledak harus disimpan dalam ruangan tersendiri dan diawasi sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan atau mencemari bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong dan produk akhir.

Wadah dan pembungkus yang akan digunakan harus disimpan secara rapi di tempat yang bersih dan terlindung dari pencemaran. Label harus disimpan dengan baik dan diatur sedemikian rupa untuk menghindari kesalahan dalam penggunaan. Alat dan perlengkapan produksi yang telah dibersihkan dan dilakukan sanitasi namun belum digunakan harus disimpan sedemikian rupa agar terlindung dari debu atau pencemaran lain.

2.1.13. Pemeliharaan

Bangunan dan bagian-bagiannya harus dipelihara dan disanitasi secara berkala agar selalu dalam keadaan bersih dan berfungsi dengan baik. Pihak pabrik harus melakukan usaha pencegahan masuknya serangga, binatang pengerat, unggas dan binatang lain ke dalam bangunan. Pembasmian jasad renik, serangga dan binatang pengerat dengan menggunakan desinfektan, insektisida atau rodentisida harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu kesehatan manusia dan tidak mencemari bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong dan produk akhir.

Buangan padat harus dikumpulkan untuk dikubur, dibakar atau diolah sehingga aman bagi lingkungan. Buangan air harus diolah dahulu sebelum dialirkan keluar pabrik sedangkan buangan gas harus diatur atau diolah sedemikian rupa supaya aman bagi lingkungan dan tidak mengganggu kesehatan karyawan. Alat dan perlengkapan yang digunakan untuk produksi dan berhubungan langsung dengan produk, harus dibersihkan dan disanitasi secara teratur supaya tidak mencemari produk akhir sedangkan alat dan perlengkapan yang digunakan untuk produksi namun tidak berhubungan langsung dengan produk, harus selalu dalam keadaan bersih. Alat pengangkutan dan alat

(19)

dan tidak boleh merusak barang yang diangkut atau dipindahkan, baik bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong yang digunakan maupun produk akhir. Alat pengangkutan untuk mengedarkan produk akhir harus bersih, dapat melindungi produk, baik fisik maupun mutunya hingga ke tempat tujuan.

2.1.14. Dokumentasi dan Pencatatan

Dokumentasi dan pencatatan yang baik bermanfaat bagi perusahaan dalam meningkatkan jaminan mutu dan keamanan produk, mencegah produk melampaui batas kadaluarsa, serta meningkatkan kredibilitas dan keefektifan sistem pengawasan makanan. Perusahaan harus mempunyai dokumentasi dan pencatatan yang lengkap mengenai hasil produksinya sebagai penelusur suatu produk. Catatan yang diperlukan mencakup tetapi tidak terbatas pada cara produksi atau tahap-tahap proses pengolahan, jumlah dan tanggal produksi dan distribusi produk yang meliputi tujuan, jumlah dan lain-lain. Catatan yang lengkap dan teliti sebaiknya disimpan selama suatu periode tertentu yang melebihi masa simpan produk.

2.1.15. Penarikan Produk

Penarikan produk adalah tindakan menghentikan produk dari peredaran dan hal ini dilakukan bila produk diduga menyebabkan timbulnya penyakit atau keracunan makanan. Tujuan dari penarikan produk adalah mencegah timbulnya korban yang lebih banyak karena mengkonsumsi produk yang membahayakan kesehatan.

Produk yang diduga menimbulkan masalah penyakit atau keracunan makanan, harus dilakukan tindakan tertentu terhadapnya. Manajer atau kepala produksi harus sudah menyiapkan prosedur penarikan produk dari pasaran. Produk lain yang dihasilkan pada kondisi yang sama dengan produk penyebab keracunan seharusnya juga ditarik dari pasaran. Masyarakat diberi peringatan tentang kemungkinan beredarnya produk berbahaya tersebut. Produk yang ditarik

(20)

2.1.16. Pelatihan dan Pembinaan

Pelatihan dan pembinaan terhadap karyawan pengolah makanan dilakukan dengan tujuan memberikan pengetahuan kepada karyawan, baik yang berhubungan langsung maupun yang tidak langsung dengan makanan tentang prinsip dan praktek pengolahan makanan sehingga mendapatkan pengetahuan yang sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan dan meningkatkan kesadaran karyawan mengenai cara produksi makanan yang baik dan peranannya dalam melindungi makanan terhadap pencemaran dan penurunan mutu sebelum melaksanakan tugasnya masing-masing.

Program pelatihan yang diberikan sebaiknya dimulai dari prinsip dasar sampai pada praktek produksi yang baik, meliputi:

a. Pelatihan dasar tentang higiene pribadi dan higiene makanan kepada petugas pengolahan makanan.

b. Prinsip dasar faktor-faktor yang menyebabkan penurunan mutu dan kerusakan termasuk faktor-faktor yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme patogen dan pembusuk serta prinsip dasar faktor-faktor yang dapat mengakibatkan penyakit dan keracunan melalui makanan.

c. Cara produksi makanan yang baik termasuk penanganan, pengolahan, penyimpanan, pengemasan, transportasi serta pentingnya pengetahuan mengenai masa simpan makanan.

d. Petugas yang menangani bahan pembersih kimiawi yang keras atau bahan kimia berbahaya lainnya diberi petunjuk mengenai teknik penanganan yang aman dan prinsip-prinsip dasar pembersihan dan sanitasi peralatan dan fasilitas lainnya (Departemen Kesehatan RI, 1978).

2.2 Tanaman Teh

2.2.1. Sejarah Masuknya Teh di Indonesia

Teh dikenal di Indonesia sejak tahun 1686 ketika Dr. Andreas Cleyer (Orang Belanda) membawa teh ke Indonesia sebagai tanaman hias. Tahun 1728, pemerintah Belanda mendatangkan biji-biji teh dari Cina untuk dibudidayakan di Jawa. Usaha itu tidak terlalu berhasil dan baru berhasil setelah tahun 1824 yaitu

(21)

mempromosikan usaha pembudidayaan dengan bibit teh dari Jepang. Usaha teh pertama dipelopori oleh Jacobson pada tahun 1828 dan sejak saat itu, teh menjadi komoditas yang menguntungkan pemerintah Hindia Belanda di Indonesia. Pada masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat melalui politik Tanam Paksa. Setelah itu, pada masa kemerdekaan RI, usaha perkebunan dan perdagangan teh diambil alih oleh pemerintah RI.

2.2.2. Botani Tanaman Teh

Menurut taksonomi ilmu botani, tanaman teh tergolong dalam: Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Guttiferales Famili : Tehaceae Genus : Camellia

Spesies : Camellia sinensis

Dalam ilmu botani, teh dibedakan menjadi 3 jenis yaitu teh Sinensis/Bohea/teh Cina/teh Jawa, teh Assamica, dan teh Kamboja atau Cambodiensis. Tanaman teh yang dikembangkan di Indonesia yaitu teh Jawa dengan ciri-ciri yaitu tinggi tanaman mencapai 3-9 m dengan pertumbuhan yang agak lambat, jarak cabang dengan tanah sangat dekat, daun kecil, pendek, ujung tumpul dan berwarna hijau tua, serta memiliki hasil produksi yang sedikit tetapi kualitasnya baik.

Teh tumbuh subur di daerah pegunungan dengan iklim tropis atau subtropis dengan ketinggian 200-2000 m di atas permukaan laut dan suhu ideal untuk tumbuh yaitu 14-25oC. Tanaman teh membutuhkan sinar matahari yang cukup dan hujan yang merata sepanjang tahun dengan minimum curah hujan 2000

(22)

Cara pemetikan daun teh yaitu dengan memetik kuncup daun teratas (peko) ditambah ranting muda dan satu atau dua daun di bawahnya. Cara pemetikan ini mempengaruhi kualitas dan kuantitas teh yang dihasilkan. Di perkebunan, teh dipangkas secara berkala hingga tingginya hanya 1 m untuk mempermudah proses pemetikan dan untuk menghasilkan pucuk daun yang lebih baik. Teh dapat dipetik daunnya secara terus menerus setelah berumur 4-5 tahun selama 40 tahun.

2.2.3. Jenis-Jenis Teh

Dalam bisnis, dikenal 3 penggolongan besar teh ditinjau dari prosesnya, yaitu:

1. Black Tea (Teh Hitam), merupakan teh yang pengolahannya melalui proses fermentasi penuh.

2. Oolong Tea (Teh Oolong atau Chinese Tea), merupakan teh yang pengolahannya melalui proses setengah fermentasi.

3. Green Tea (Teh Hijau), merupakan teh yang pengolahannya tidak melalui proses fermentasi sama sekali.

Di Indonesia, teh yang paling popular adalah Jasmine Tea atau Teh Melati yaitu jenis teh hijau yang dicampur dengan bunga melati dan bunga gambir sehingga menimbulkan aroma wangi yang khas. Pengolahannya yaitu melalui proses pencampuran atau blending.

2.2.4. Manfaat Teh Bagi Kesehatan

Teh memiliki banyak sekali manfaat bagi kesehatan tubuh manusia, antara lain:

1. Memperkuat Gigi dan Mencegah Karies pada Gigi

Unsur flourida (F) yang cukup tinggi pada teh dapat membantu dalam mencegah tumbuhnya karies pada gigi serta dapat memperkuat gigi.

2. Mengurangi Resiko Keracunan Makanan

Unsur katekin (salah satu unsur dalam polifenol) telah terbukti bahwa unsur tersebut memiliki kemampuan untuk menghentikan pertumbuhan beberapa

(23)

bakteri yang menyebabkan keracunan makanan (menurut penelitian dari Taiwan dan Jepang).

3. Memperkuat Daya Tahan Tubuh

Dengan adanya vitamin C dan vitamin E maka teh dapat juga membantu memperkuat daya tahan tubuh.

4. Menyegarkan Tubuh

Teh mengandung sejenis kafein yang berbeda dengan kopi dan teh dapat merangsang sistem syaraf tubuh manusia sehingga pengambilan oksigen ke dalam tubuh lebih lancar.

5. Mencegah Tekanan Darah Tinggi

Epigallocatechin dan epicatechin gallat yang merupakan varian dari katekin tenyata mampu bertindak sebagai inhibitor dari pada angiotensin transferase yaitu enzim penyebab tekanan darah tinggi. Lebih lanjut dapat pula disimpulkan bahwa dengan kemampuan katekin untuk mencegah tekanan darah tinggi, mengurangi kadar kolesterol dalam darah dan menangkal radikal bebas maka katekin juga bisa mengurangi resiko penyakit kardiovaskular. 6. Menangkal Kolesterol

Katekin juga telah terbukti dapat mengurangi penimbunan kolesterol dalam darah dan mempercepat pembuangan kolesterol melalui feses.

7. Mengoptimalkan Metabolisme Gula

Mangan (Mn) yang terkandung dalam teh bisa membantu penguraian gula menjadi energi. Dengan demikian teh bisa membantu menjaga kadar gula dalam darah.

8. Mencegah Pertumbuhan Kanker

Katekin (salah satu unsur dalam polifenol) dapat menghambat terjadinya mutasi pada sel -sel tubuh dan menetralisir radikal bebas.

9. Menurunkan Berat Badan

Kandungan katekin dalam teh mampu mengurangi penimbunan kadar lemak dalam tubuh. Teh juga mampu memberikan efek rasa kenyang. Oleh karena

(24)

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

3.1. PT. Sinar Sosro

3.2.1. Sejarah Umum dan Perkembangan Perusahaan

Keluarga Sosrodjojo mulai merintis usaha teh wangi pada tahun 1940 di sebuah kota kecil di Jawa Tengah bernama Slawi. Salah satu teh wangi milik Keluarga Sosrodjojo yang diperkenalkan pertama kali itu bermerek Teh Wangi merek Cap Botol (PT. Sinar Sosro, 2012).

Tahun 1965, Teh Wangi merek Cap Botol yang sudah dikenal di daerah Jawa mulai diperkenalkan di Jakarta. Teknik mempromosikannya dinamakan strategi Promosi Cicip Rasa dibawah kordinator Bapak Soetjipto Sosrodjojo, putera keempat dari Bapak Sosrodjojo. Secara rutin, tim promosi Teh Wangi merek Cap Botol mendatangi tempat – tempat keramaian dengan menggunakan mobil dan alat – alat propaganda seperti memutar lagu – lagu untuk menarik perhatian dan mengumpulkan massa. Lalu Teh Wangi merek Cap Botol dibagikan secara cuma – cuma. Saat bersamaan juga diadakan demo menyeduh Teh Wangi merek Cap Botol yang hasil seduhannya dibagikan kepada pengunjung (PT. Sinar Sosro, 2012).

Alternatif cara pembagian teh ada beberapa tahap. Pada tahap pertama pemasakan air, penyeduhan teh sampai pembagian ke tiap cangkir, lalu dibagikan kepada pengunjung di keramaian. Kemudian pada tahap kedua pemasakan air dan penyeduhan teh dilakukan di kantor dan dibawa ke keramaian dengan wadah panci – panci. Pada tahap ketiga pemasakan air dan penyeduhan teh dilakukan di kantor dan dibawa ke keramaian dengan wadah–wadah bekas botol limun atau kecap yang sudah dibersihkan (PT. Sinar Sosro, 2012).

Setelah bertahun–tahun dilakukan strategi promosi Cicip Rasa, pada tahun 1969 muncul gagasan menjual air teh siap minum dalam kemasan botol. Tahun 1970, dikeluarkan air teh siap minum dalam kemasan botol dengan merek Teh Cap Botol. Tahun 1972, desain botol diubah dengan merek Teh Botol bertahap selama dua tahun (PT. Sinar Sosro, 2012).Tahun 1974, dengan didirikannya PT

(25)

bertahan hingga sekarang. Pabrik tersebut merupakan pabrik teh siap minum dalam kemasan botol pertama di Indonesia dan pertama di dunia (PT. Sinar Sosro, 2012).

Jika dilihat kembali ke awal tentang sejarah bermulanya usaha keluarga Sosrodjojo di Slawi, maka dapat dikenal siapa pendiri awal bisnis sosro ini. Beliau adalah Bapak Sosrodjojo (alm) dan disebut dengan generasi ke -1 dimana lokasi pemasaran masih berkisar di daerah Slawi dan Tegal – Jawa Tengah dan berdomisili di kota Slawi. Kemudian bisnis yang mulai berkembang ini, diteruskan oleh beberapa putra Bapak Sosrodjojo yang disebut dengan generasi ke–2 yaitu :

a. Bapak Soemarsono Sosrodjojo (alm) b. Bapak Soegiharto Sosrodjojo

c. Bapak Soetjipto Sosrodjojo (alm) d. Bapak Surjanto Sosrodjojo

Pada generasi ke–2 inilah inovasi teh siap minum dilakukan dengan pendistribusian secara nasional dan berkantor di kawasan Cakung – Bekasi (dahulu bernama Ujung Menteng). Pada saat sekarang, bisnis keluarga Sosro sudah memasuki generasi ke–3 dengan pengembangan usaha minuman ke berbagai variasi citra rasa, target segmen, benefit dan kemasan. Setelah itu, cakupan distribusi produknya telah merambah ke kawasan internasional dan tetap menempati kantor usaha di wilayah Cakung (PT. Sinar Sosro, 2012).

Filosofi keluarga Sosrodjojo adalah didasari niat baik, bahwa produk Sosro selalu mengutamakan mutu dan tidak membahayakan kesehatan masyarakat, serta proses produksinya ramah lingkungan. Penyempurnaan dari penjabaran niat baik direalisasikan kedalam produk-produk Sosro melalui peduli 3K yakni Kebersihan, Kualitas dan Keamanan. Penjabaran filosofi Sosro kedalam produk yaitu :

a. Tanpa Zat Pewarna b. Tanpa Bahan Pengawet

(26)

Sosro misalnya, bahan baku yang digunakan adalah daun teh hijau terbaik yang dicampur dengan bunga melati (lebih dikenal dengan jasmine tea) dan campuran gula pasir terbaik yang memiliki standar warna, rasa dan ukuran yang dikontrol ketat (PT. Sinar Sosro, 2012).

Pengolahannya dengan menggunakan mesin modern dari Jerman yang dilakukan untuk menghasilkan produk terbaik dengan standar terjaga. Untuk mendapatkan bahan baku terbaik dengan kualitas unggul maka keluarga Sosrodjojo memiliki sendiri perkebunan teh yang tersebar di berbagai wilayah di Jawa Barat. Pabrik Peracikan Teh Wangi dan Pengepakan Teh Seduh atau Teh Celup Sosro terletak di Slawi (Jawa tengah). Sedangkan pabrik sosro yang membuat teh dalam kemasan siap minum tersebar di Pulau Jawa dan Sumatera, yaitu terletak di:

a. Medan (Sumatera Utara) b. Pandeglang (Jawa Barat ) c. Cakung (Jakarta)

d. Tambun (Bekasi – Jawa Barat) e. Mojokerto (Jawa Timur) f. Ungaran (Jawa Tengah) g. Gresik (Jawa Timur) h. Gianyar (Bali)

i. Cibitung (Jawa Barat)

j. Palembang (Sumatera Selatan)

3.2.2. Pengenalan Produk

Sosro saat ini sudah memiliki beberapa aneka jenis produk dan kemasan dari teh seduhnya, teh celup, teh siap minum bercita rasa buah dan jus buah. Karena mendapat dukungan dari sistem distribusi yang canggih, maka produk– produk Sosro berhasil menjangkau konsumen di seluruh pelosok propinsi di Indonesia dan luar negeri (PT. Sinar Sosro, 2012). Terdapat 2 kategori merek produk yaitu Umbrella Brand dan Non Umbrella Brand.

(27)

Produk Umbrella Brand meliputi: 1. Teh Botol Sosro

a. Teh Botol Sosro b. Teh Botol Kotak c. Teh Botol PET d. Teh Botol Pouch 2. Fruit Tea

a. Fruit Tea Botol b. Fruit Tea PET c. Fruit Tea Pouch d. Fruit Tea Genggam e. Fruit Tea Can 3. Joytea Green

a. Joytea Green Botol b. Joytea Green PET

Produk Non Umbrella Brand meliputi: 1. S-Tee

2. Prim-A 3. Tebs Botol

Tebs Can

4. Happy Jus TWA 5. Happy Jus Pouch 6. Country Choice

Untuk memenuhi kebutuhan konsumen agar mendapatkan produk terbaik dengan mutu tetap terjaga, maka Sosro melakukan langkah sertifikasi produk. Saat ini, terdapat 6 sertifikat yang telah berhasil diraih oleh PT.Sinar Sosro yaitu diantaranya (PT. Sinar Sosro, 2012) :

(28)

2. Sertifikat ISO 14000 yaitu sertifikat sistem manajemen lingkungan untuk menjamin keamanan lingkungan.

3. Sertifikat Halal yang dikeluarkan oleh LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika MUI) bekerja sama dengan Departemen Agama, BPOM, dan Balai POM daerah untuk menjamin kehalalan bahan baku, proses dan produknya.

4. Sertifikat SNI (Standar Nasional Indonesia) dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Produk Departemen Perindustrian.

5. Sertifikat HACCP yaitu sertifikat sistem manajemen keamanan makanan untuk menjamin produk yang aman bagi konsumen.

6. Sertifikat Higiene dan Sanitari sebagai salah satu persyaratan untuk ekspor yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan.

3.2.3. Visi dan Misi (PT Sinar Sosro, 2005)

Visi PT. Sinar Sosro adalah menjadi perusahaan air minum yang dapat melepaskan dahaga, kapan saja dan dimana saja serta memberikan nilai tambah kepada semua pihak terkait (Total Beverage Company). Perusahaan ini memiliki misi, yaitu:

1. Membangun merk Sosro sebagai merk teh yang alami, berkualitas dan unggul. 2. Melahirkan merk dan produk minuman baru, baik yang berbasiskan teh maupun non-teh dan menjadikannya pemimpin pasar dalam kategori masing-masing.

3. Membangun dan memimpin jaringan distribusi.

4. Menciptakan dan memelihara komitmen terhadap pertumbuhan jangka panjang, baik dalam volume penjualan maupun penciptaan pelanggan.

5. Membangun sumber daya manusia dan melahirkan pemimpin yang sesuai dengan nilai-nilai utama perusahaan.

6. Memberikan kepuasan kepada pelanggan. 7. Memberikan kontribusi terhadap devisa negara.

(29)

3.2. PT. Sinar Sosro Pabrik Cakung

3.2.1. Struktur Organisasi (PT Sinar Sosro, 2005)

Didalam suatu perusahaan terdapat berbagai macam pekerjaan untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Pada perusahaan kecil umumnya pemilik juga merangkap sebagai pelaksana. Tetapi untuk sebuah perusahan besar pembagian tugas sudah terperinci. Perusahaan besar biasanya menggunakan suatu struktur organiasasi untuk memperjelas jabatan – jabatan apa saja yang terdapat pada perusahaan tersebut dan didukung oleh Job description yang jelas.

Dengan kata lain, struktur organisasi merupakan gambaran urutan dan keterkaitan dari jabatan – jabatan yang ada dalam suatu perusahaan yang berguna sebagai pemersatu kerjasama antara pekerja yang satu dengan pekerja yang lain untuk mencapai tujuan perusahan. Struktur organisasi hendaknya dibuat dengan jelas agar pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya, demikian pula dengan PT. Sinar Sosro.

Struktur organisasi PT. Sinar Sosro Pabrik Cakung dikepalai oleh seorang general manajer. General manajer membawahi manajer produksi dan maintenance, manajer pengawasan mutu, asisten manajer pengawasan mutu eksternal, supervisor PBPI dan forklipt, sekretaris, PGAM (Personalia and General Affair Manager), AFM (Accounting Finance Manager) dan supervisor pembelian. Masing-masing jabatan pada struktur organisasi memiliki tugasnya masing-masing yang telah ditetapkan perusahaan. Uraian tugas masing-masing-masing-masing jabatan adalah sebagai berikut:

1. Manajer Umum (General Manager)

Bertugas membantu direktur operasi dalam memastikan seluruh kegiatan pengoperasian pabrik agar berlangsung secara lancar dan efisien, dalam hal ini mencakup kegiatan produksi, pemeliharaan dan permesinan, pembelian, pengawasan mutu, personalia dan umum dan gudang, demi tercapainya tujuan perusahaan.

(30)

2. Asisten Manajer Pengawasan Mutu Eksternal

Bertugas membantu general manajer memastikan mutu produk yang memenuhi spesifikasi dan standar mutu yang telah ditentukan serta bertanggung jawab atas perencanaan pengawasan mutu seluruh produk Sosro. 3. Manajer Pengawasan Mutu (Quality Control)

Bertugas membantu general manajer dalam melaksanakan operasi produksi yang senantiasa memenuhi spesifikasi mutu dan standar mutu yang telah ditentukan. Selain itu manajer ini juga harus bertanggung jawab atas teknik dan kegiatan operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan mutu. Dalam melaksanakan tugasnya, manajer ini dibantu oleh enam bidang yang berada langsung dibawahnya dan bertanggung jawab terhadap manajer pengawasan mutu, yaitu:

a. Inspektor Bahan Datang (Incoming material inspector)

Bagian ini bertugas mengelola dan mengawasi bahan baku dan bahan lain (bahan pengemas) yang baru didatangkan dari perusahaan pemasok dan akan digunakan untuk proses produksi.

b. Inspektor Lapangan (inspector manufacturing)

Bertugas mengawasi jalannya proses produksi agar senatiasa menghasilkan produk yang terjamin mutunya dan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.

c. Analis Fisika dan Kimia

Bertugas menganalisa bahan baku yang menunjang jalannya produksi dan menganalisa produk yang siap dipasarkan maupun produk non standar. d. Inspektor Karantina

Bertugas menerima produk-produk karantina yaitu produk yang diduga bermasalah dan menyeleksinya apakah layak untuk diedarkan.

e. Analis Mikrobiologi

Bertugas untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan tidak mengandung mikroorganisme-mikroorganisme yang dapat merugikan kesehatan konsumen. Analisis ini dilakukan pada produk yang sedang dan telah melalui masa inkubasi.

(31)

f. Analis Pengolahan Limbah

Bertugas untuk menangani limbah padat, gas, dan cair yang dihasilkan oleh pabrik.

4. Manajer Produksi dan Maintenance

Bertugas membantu general manajer dalam memastikan berlangsungnya pelaksanaan operasi produksi dan pengendalian mutu yang lancar dan efisien dalam memenuhi target produksi yang telah ditetapkan serta membantu general manajer dalam memastikan terselenggaranya pemeliharaan, perawatan dan perbaikan mutu alat-alat pabrik serta suplai listrik secara tepat dan efisien dalam rangka mendukung pengoperasian pabrik secara lancar dan bertanggung jawab kepada direktur operasi.

5. Manajer Pembelian

Bertugas membantu general manajer dalam mengarahkan dan mengkoordinasikan kegiatan pengadaan bahan baku, suku cadang dan bahan perbaikan produksi lain agar kebutuhan produksi senantiasa dapat terpenuhi secara optimal.

6. Manajer Personalia dan Umum (PGAM)

Bertugas untuk mengelola kegiatan bagian personalia dan umum. Selain itu juga bertugas mengatur kelancaran kegiatan ketenagakerjaan, hubungan industrial dan umum serta menyelesaikan masalah yang timbul dalam perusahaan.

7. AFM (Accounting Finance Manager)

Bagian ini bertugas membantu general manajer mengenai akuntansi dan keuangan pabrik.

(32)

8. Supervisor PBPI dan Forklift

Bertugas memastikan kelangsungan kegiatan pergudangan yang terkendali dengan baik dari kemasan/peti botol (PB) maupun produk jadi/peti isi (PI) dan ketersediaan forklift.

9. Sekretaris

Bertugas membantu general manajer di bidang kesekretariatan dan administrasi pabrik

3.2.2. Lokasi dan Tata Letak PT. Sinar Sosro Cakung

PT. Sinar Sosro berlokasi di Jalan Raya Sultan Agung Km 28 Kelurahan Medan Satria Bekasi 17132 Jawa Barat yaitu tepat di perbatasan antara Bekasi dan Jakarta. Bangunan pabrik mencakup unit pengolahan air (water treatment), unit pemasakan (kitchen), unit pemanasan air (boiler), unit pembotolan (bottling) atau sering disebut dengan istilah line, gudang bahan baku, gudang barang karantina, gudang produk jadi dan sparepart, laboratorium Quality Control, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan area perkantoran. Bangunan pabrik dibangun berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik dan higiene sesuai dengan jenis minuman yang diproduksi, dapat dibersihkan dengan mudah, disanitasi dan dipelihara. PT. Sinar Sosro memiliki tata letak bertipe garis, yaitu mesin-mesin dan peralatan di dalamnya disusun berdasarkan urutan proses produksi sehingga diharapkan dapat mempermudah penanganan bahan, meningkatkan efisiensi produksi dan menjaga kenyamanan karyawan. Wilayah perusahaan dilengkapi dengan masjid, kantin, koperasi, ruang istirahat karyawan dan poliklinik kesehatan untuk karyawan.

3.2.3. Ketenagakerjaan (PT Sinar Sosro, 2005)

Sebuah perusahaan dalam menjalankan kegiatan produksinya tidak dapat lepas dari orang-orang yang mengendalikan kegiatan produksinya sebagai penggerak dalam perusahaan untuk mencapai target produksi yang telah ditetapkan. Walaupun perusahaan tersebut sebagian besar menggunakan mesin -

(33)

mesin otomatis tetapi tetap membutuhkan tenaga manusia dalam pengoperasiannya dan mengatur kegiatan dalam perusahaan.

PT. Sinar Sosro memiliki tenaga kerja yang terdiri dari karyawan tetap dan karyawan harian. Jam kerja pada PT. Sinar Sosro sesuai dengan aturan DEPNAKER yaitu 40 jam per minggu. Pembagian jam kerja dibedakan antara staff office dengan staff produksi. Setiap hari Senin sampai, Jumat staff office bekerja pada pukul 08.30 sampai 17.30 WIB (1 jam istirahat) sedangkan staff produksi dibagi menjadi 3 shift. Shift 1 bekerja pada pukul 23.00 sampai 07.00 WIB, shift pukul 07.00 sampai 15.00 WIB, dan shift 3 pukul 15.00 sampai 23.00 WIB. Pada hari Sabtu, jadwal kerja staff office dan staf produksi hanya lima jam dengan pembagian shift menjadi empat. Shift 1 bekerja pada pukul 23.00-07.00 WIB, shift 2 pukul 07.00-12.00 WIB, shift 3 pukul 12.00-17.00 WIB dan shift 4 pukul 17.00-22.00 WIB. Karyawan akan mengalami rotasi kerja setiap minggu sesuai formasi kerjanya.

PT. Sinar Sosro memberikan fasilitas dan tunjangan untuk kesejahteraan karyawan. Fasilitas yang tersedia antara lain masjid, poliklinik, tempat istirahat, koperasi, sarana olahraga, kantin dan kamar mandi. Sedangkan tunjangan yang diberikan meliputi perawatan kesehatan dengan biaya perawatan ditanggung perusahaan, asuransi tenaga kerja, asuransi kesehatan, tunjangan hari raya (THR) dan jaminan hari tua. Cuti yang dapat diambil oleh karyawan adalah cuti kerja, cuti melahirkan, cuti nikah dan cuti bila ada anggota keluarga dalam satu rumah yang meninggal dunia. Lamanya cuti kerja dibatasi 12 hari dalam satu tahun. Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja maka karyawan diwajibkan untuk menggunakan alat-alat keselamatan kerja yang telah disediakan. Karyawan di departemen produksi diwajibkan mengenakan sepatu karet bergigi, sarung tangan, penutup telinga (ear plug), penutup kepala, dan masker sedangkan karyawan laboratorium pengawasan mutu (Quality Control) diharuskan mengenakan jas laboratorium.

(34)

3.2.4. Produk

PT. Sinar Sosro pabrik Cakung merupakan pabrik induk dengan produksi terlengkap. Berikut merupakan klasifikasi produk yang telah dihasilkan berdasarkan pembagian lini atau bottling yaitu:

Lini 2 : S-Tee

Lini 3 : Teh Botol Sosro atau Frutty Botol Lini 4 : Tebs

Lini 5 dan 6 : Teh Botol PET Reguler, Teh Botol PET Less Sugar, Teh Botol Jasmine, S-Tee 350 mL

Lini 7 : Teh Botol PET Reguler 450 mL Lini 8 : Bag in Box

Selain itu, diproduksi pula Joytea Green serta Xian Lu Green Tea Jasmine Flavour Low Sugar dan No Sugar yang merupakan produk khusus ekspor.

3.2.5. Teknologi Proses Produksi 1. Bahan

Dalam proses produksi Teh Botol Sosro, S-Tee, Fruit Tea, Tebs dan Joy Green Tea memerlukan bahan baku utama berupa teh, gula pasir industri dan air. Sedangkan bahan pembantu yang digunakan untuk produksi Fruit Tea dan Tebs adalah asam sitrat, asam askorbat, konsentrat buah dan perasa (flavour) yang memiliki cita rasa khas buah pada masing-masing produk. Khusus untuk produk Tebs digunakan gas CO2 karena merupakan minuman bersoda dalam kemasan

botol.

2. Bahan Baku a. Teh

Teh yang digunakan untuk produksi Teh Botol Sosro (TBS) dan Teh Botol PET adalah teh hijau kering beraroma melati kualitas superior (SPRR) yang dipasok langsung dari PT. Gunung Slamat, Slawi, Jawa Tengah. Sedangkan untuk produksi S-Tee dan Teh Botol Less Sugar digunakan teh hijau kering kualitas GS007J2 (TPC), produksi Fruit Tea dan Tebs digunakan teh hitam (Black Tea),

(35)

A2KMN yang dipasok oleh perusahaan yang sama. Teh dikemas dalam kantung

plastik transparan yang disebut pula sebagai ukuran satu bal. Setiap satu kantung plastik atau satu bal masing-masing teh yaitu jenis Superior (SPRR) berkapasitas 25,5 kg, jenis black tea berkapasitas 40 kg, jenis GS007J2 berkapasitas 25 kg, dan jenis A2KMN berkapasitas 25 kg. Kantung plastik tersebut lalu dikemas dalam

karung goni, yang setiap karungnya terdiri dari tiga kantung plastik atau tiga bal. b. Gula pasir

Gula pasir yang digunakan adalah gula pasir industri (refined sugar). Untuk memenuhi kebutuhan gula pasir ini diperoleh dari pemasok lokal yaitu dari PT. Sugar Labinta Lampung dan juga didatangkan dari Thailand (Nakorn Phet Sugar). Gula pasir tersebut dikemas dalam karung dengan satu karung berkapasitas 50 kg.

c. Air

Sumber air untuk proses produksi dan kebutuhan lainnya diperoleh dari sumber air tanah berupa sumur-sumur dalam (artehsis) sebanyak sembilan buah yang berada di lokasi pabrik dengan kedalaman 150 - 200 meter. Sumber air ini dipompa melalui pompa bertekanan tinggi (high pressure) yang dialirkan kedalam bak penampung (reservoar). Dari sembilan buah sumur dalam tersebut, delapan diantaranya berada di wilayah Bekasi, Jawa Barat sedangkan satu berada di wilayah Cakung, Jakarta Timur. Selain untuk proses produksi, air juga digunakan untuk keperluan pembersihan peralatan produksi, lokasi produksi serta untuk keperluan fasilitas umum kantor.

3. Bahan Pembantu

Disamping bahan utama dalam proses produksi, PT. Sinar Sosro juga menggunakan bahan pembantu yaitu bahan-bahan yang menunjang proses produksi yang dalam hal ini adalah bahan-bahan kimia yang digunakan untuk keperluan produksi. Bahan-bahan pembantu yang digunakan antara lain:

(36)

b. Pasir silika

Pasir silika digunakan untuk menyaring partikel-partikel padat seperti lumpur dan pasir yang terbawa yang terdapat dalam air. Bahan pembantu ini digunakan dalam sand filter.

c. Karbon aktif

Karbon aktif digunakan dalam carbon filter yang berfungsi untuk menghilangkan warna, rasa dan bau pada air. Warna, rasa dan bau pada air yang timbul dapat berasal dari kandungan airnya sendiri yang kurang baik atau dapat pula berasal dari proses klorinasi yang berlangsung dalam bak reservoar. d. HCl (32%) dan NaOH (48%)

HCl digunakan untuk regenerasi penukar kation (cation exchanger) sedangkan NaOH digunakan untuk meregenerasi penukar anion (anion exchanger), pencucian botol pada bottle washer dan pencucian (cleaning) peralatan produksi.

e. NaCl

NaCl digunakan untuk regenerasi pelunak air (water softener). f. Kiezelguhr

Kiezelguhr merupakan bahan diatomit berbentuk serbuk putih yang terdapat pada cosmos filter dan digunakan untuk menyaring hasil ekstraksi Teh Cair Pahit (TCP).

g. Soda kaustik (48%)

Soda kaustik digunakan sebagai bahan pembersih utama pada pencucian botol karena fungsinya yang dapat mengemulsikan dan menyabunkan lemak, menggumpalkan dan menghidrolisa protein, melarutkan karbohidrat, menguraikan zat-zat yang sulit mengurai dan membunuh kuman-kuman.

h. Diverbot additive (DIVO 650)

Diverbot additive digunakan pula pada pencucian botol karena fungsinya yang dapat mengkilapkan botol.

i. Bahan-bahan lain

Bahan-bahan pembantu lain yang digunakan yaitu biru metilen untuk menguji ada tidaknya residu botol (blooming test, spot mikrobiologi), phenolftalein

(37)

untuk mencetak kode produksi pada botol, Amercor 8760 sebagai anti korosi pada boiler, Advantage Plus 1400 untuk memisahkan logam besi dan lumpur atau sludge conditioner yang terkandung dalam air boiler, Adjunct H.L sebagai pengatur pH dan pengatur kandungan hidrat alkalinitas pada boiler, Catalyzed Sulfite untuk menghilangkan oksigen terlarut yang terdapat pada air boiler, Chain Lube sebagai bahan pelumas pada konveyor di unit pembotolan, dan parafin untuk mengkilapkan peralatan yang digunakan dalam proses produksi.

4. Bahan Pengemas

Bahan-bahan pengemas yang digunakan dalam proses produksi adalah: a. Botol

Bahan pengemas yang digunakan oleh PT. Sinar Sosro Cakung untuk produksinya terdiri dari pengemas primer, sekunder dan tersier yang berfungsi untuk menjaga mutu produk, mempermudah distribusi dan untuk keperluan promosi. Bahan pengemas primer merupakan bahan pengemas yang langsung kontak dengan produk untuk menjaga kualitas produk. Botol merupakan pengemas primer. Botol yang digunakan dalam produk Teh Botol Sosro, S-Tee, Tebs, Fruit Tea botol dan Joy Green Tea merupakan botol kaca yang tidak berwarna, berbentuk sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan kecuali S-Tee dan Tebs, dicantumkan logo Sosro pada bagian badannya. Selain botol kaca, beberapa produk sosro dikemas dalam botol PET. Jenis botol plastik yang digunakan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Jenis botol PET yang digunakan diantaranya berwarna hijau untuk produk Joy Tea, PET berwarna coklat untuk produk TBS jenis Reguler dan Less Sugar, serta PET tidak berwarna atau clear untuk produk Fruit Tea. Botol kaca dapat digunakan berulang kali kecuali jika botol telah cacat atau kusam. Sedangkan botol PET merupakan kemasan sekali pakai.

b. Tutup botol (Crown Cork)

(38)

Sosro dan nama perusahaan Sosro pembuat produk teh botol. Tutup botol merupakan kemasan sekali pakai.

c. Screw Cap

Screw Cap adalah jenis tutup botol yang digunakan untuk produk botol PET yang terbuat dari plastik yaitu Polypropylene. Tutup botol ini juga merupakan kemasan sekali pakai. Terdapat dua jenis screw cap yang digunakan, yaitu one piece dan two piece. Pada jenis one piece, screw cap terbuat dari bahan PET (Polietilen Terephtalat), sedangkan untuk jenis two piece, screw cap terdiri dari bahan PET dan seal dari bahan PVC.

d. Krat

Krat merupakan bahan pengemas sekunder yang tidak kontak langsung dengan produk. Krat terbuat dari polietilena. Satu krat dapat memuat 24 botol kaca dan pada setiap krat dicantumkan pula logo Sosro. Krat digunakan untuk distribusi lokal sedangkan untuk ekspor digunakan kardus.

e. Palet

Palet termasuk kemasan tersier. Palet terbuat dari rangkaian kayu yang digunakan sebagai alas dari tumpukan peti botol (PB), peti isi (PI) dan bahan baku. Palet digunakan untuk mempermudah dalam pengangkutan dalam lingkungan pabrik oleh forklift dan memungkinkan krat-krat tersusun rapi sehingga tidak menghabiskan banyak tempat pada penyimpanan. Satu palet dapat memuat 60 krat yang setara dengan 1440 botol.

f. Label

Label merupakan pelengkap pengemas yang digunakan untuk mencantumkan komposisi bahan-bahan serta informasi produk lainnya.

5. Peralatan Produksi

Peralatan produksi yang digunakan dalam proses produksi di PT. Sinar Sosro adalah sebagai berikut:

A. Peralatan Water Treatment

(39)

Pompa tekanan tinggi yang beroperasi secara otomatis ini digunakan untuk menyedot air dari sumur dalam (artehsis) yang kemudian ditampung dalam bak reservoar.

ii. Reservoar

Reservoar merupakan bak beton besar tempat penampungan sementara air dari sumur yang belum diolah. Di reservoar, pengolahan air berawal melalui tahap klorinasi. Dengan konsentrasi klorin 2-4 ppm. Tujuan penambahan klorin adalah untuk membunuh bakteri.

iii. Penyaring Pasir (Sand Filter)

Sand filter adalah tangki air yang dialirkan dari bak reservoar berisi pasir kuarsa yang berfungsi untuk menyaring partikel-partikel padat seperti lumpur. Sand filter yang berupa pasir silica 80% akan mengikat ion Fe+ dan Mn+ yang ada di dalam tangki air. Jumlah Sand filter adalah empat buah dengan tiga diantaranya dioperasikan secara bersamaan dan satu lainnya digunakan sebagai cadangan. Hal yang perlu dikontrol pada air yang keluar setelah melalui sand filter adalah turbidity. Turbidity harus kurang dari 4, namun jika terjadi hasil lebih dari 4, maka harus dilakukan regenerasi sand filter dengan cara backwash. iv. Penyaring Karbon I (Carbon Filter I)

Carbon filter I berisi karbon aktif yang digunakan untuk mengikat warna, bau dan rasa serta sisa klorin (alur proses dechlorination) yang masih terdapat pada air yang berasal dari sand filter. Carbon filter tank berjumlah dua buah yaitu carbon filter IA dan IB yang beroperasi secara bersamaan. Air yang telah melewati karbon filter harus memiliki kadar klorin nol (0) dengan pH, kesadahan, dan alkalinitas yang besar. Jika kadar klorin tidak nol, maka harus dilakukan regenerasi dengan cara backwash dan steaming.

v. Penukar Kation (Cation Exchanger)

Tangki cation exchanger berisi resin penukar kation yang berfungsi untuk mengikat ion-ion positif (kation) seperti Ca2+, Mg2+ dan Na+ yang terdapat pada air dari carbon filter I. Pada penukar kation digunakan larutan HCl

(40)

maksimum air yang keluar dari penukar kation sebesar 4,5. Cation exchanger berjumlah dua buah dengan satu diantaranya sebagai cadangan.

vi. Penukar Anion (Anion Exchanger)

Anion exchanger berisi resin yang berfungsi untuk mengikat ion-ion negatif (anion) yang terdapat pada air dari cation exchanger. Media regenerasi yang digunakan untuk penukar anion adalah larutan NaOH. Anion exchanger berjumlah dua buah dan satu diantaranya berfungsi sebagai cadangan.

vii. Penyaring Karbon II (Carbon Filter II)

Carbon filter II digunakan untuk proses penyaringan kembali sebelum air dialirkan ke tangki penyangga sehingga air tidak lagi mengandung ion-ion yang dapat menurunkan mutu air. Carbon filter II berjumlah dua buah, namun hanya satu saja yang digunakan dan satu lainnya berfungsi sebagai cadangan.

viii. Pelunak Air (Water Softener)

Water softener ini berisi resin yang dapat mengikat ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang terkandung dalam air yang dapat mengakibatkan terjadinya kesadahan turun dengan pH tetap 7-7,5. Penggantian media garam (NaCl) dapat digunakan untuk proses regenerasi pada Water Softener untuk siap digunakan kembali selain menggunakan metode backwash.

ix. Tangki Penyangga (Buffer Tank)

Tangki penyangga merupakan tempat penampungan sementara air dan sekaligus berfungsi sebagai penyangga yang dapat menjamin ketersediaan air untuk proses di unit pemasakan. Jumlah tangki penyangga (buffer tank) sebanyak delapan buah dengan satu diantaranya digunakan sebagai cadangan. Ada 4 macam air yang dikelompokkan dalam 4 buffer tank yaitu Buffer S-Tee, Buffer Teh Botol Sosro, Buffer Joy Tea, dan air Tebs. Perbedaan ini disesuaikan dengan spesifitas air baku yang akan digunakan untuk masing-masing produk.

(41)

B. Peralatan Kitchen

i. Tangki Ekstraksi Teh (Tea Extraction Tank)

Tangki ekstraksi teh digunakan untuk mengekstraksi teh kering dengan air panas menjadi Teh Cair Pahit (TCP). Pada proses ekstraksi teh, suhu yang dibutuhkan adalah ± 100oC dengan kapasitas air 4000 L.

ii. Penyaring Niagara

Penyaring niagara terdiri dari lempengan filter dari bahan stainless steel dengan lubang yang agak besar untuk menahan teh kering ketika proses sirkulasi dari tangki ekstraksi.

iii. Penyaring kosmos (Cosmos Filter)

Cosmos filter terdiri dari lempengan filter dari bahan stainless steel yang berfungsi untuk menyaring teh cair pahit dari tangki ekstraksi teh sebelum dialirkan ke tangki pencampuran agar seduhan teh tersebut bebas dari kotoran. Pada penyaring kosmos dibutuhkan bahan pembantu penyaringan yaitu Filter Acid Cell Atom.

iv. Tangki Pelarutan Gula (Sugar Dissolving Tank)

Tangki pelarutan gula digunakan untuk mencampur gula dari hopper dengan air dari water softener. Suhu pada tiap Sugar Dissolving Tank berbeda, 70o C-80oC pada kitchen untuk lini 2, 3, 5 dan 6, sedangkan pada kitchen lini 4 untuk produk Tebs sekitar 90oC.

v. Tangki Pencampuran (Mixing Tank)

Pada tahap ini, Teh Cair Pahit (TCP) hasil penyeduhan teh, sirup gula hasil pelarutan gula dan air dicampur di dalam tangki ini sehingga terbentuk TCM (Teh Cair Manis) hingga kapasitas 9000 Liter. Tangki pencampuran berjumlah delapan buah yaitu masing-masing untuk lini II, III, IV dan V/VI. Mixing tank merupakan tangki pencampuran antara Teh Cair Pahit (TCP) dari tangki ekstraksi teh dengan larutan gula dari tangki pelarutan gula, air untuk pengenceran dan bahan tambahan lainnya.

(42)

Sumber panas dari PHE berasal dari uap panas boiler. Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga suhu steril teh cair manis.

C. Peralatan Bottling i. Depalletizer

Depalletizer merupakan alat yang digunakan untuk membongkar tumpukan krat yang tersusun di atas palet. Depalletizer hanya digunakan untuk pembongkaran krat pada lini II dan lini III.

ii. Decrater

Decrater digunakan untuk memisahkan botol-botol kosong dari krat yang akan mengalami proses pencucian.

iii. Pencuci krat (Crate Washer)

Crate washer merupakan rangkaian alat konveyor berjalan yang digunakan untuk mencuci krat dengan proses pembalikkan krat dan penyemprotan dengan air panas.

iv. Pencuci Botol (Bottle Washer)

Semua proses dalam bottle washer melibatkan temperatur panas, digunakan untuk mencuci botol. Bottle Washer pada lini II memiliki 29 lubang masuk (bar feeder) sedangkan lini III memiliki 64 lubang masuk. Pada bottle washer terdiri dari proses pre soaking (50-60oC) dan perendaman dengan soda kaustik, proses lye 1 (70oC-80oC), lye 2 (80oC-90oC), lye 3 (80oC-90oC), hot water 1 (85oC-95oC), hot water 2 (85oC-95oC) dan fresh water (95oC-100oC).

v. Empty Bottle Inspection (EBI)

Empty Bottle Inspection merupakan alat pendeteksi adanya kotoran, benda asing atau keretakan yang terdapat pada dasar botol. Botol yang telah dicuci di bottle washer diperiksa kembali kebersihannya dari pengotor dan benda asing dengan cara melewatkannya pada EBI. Apabila terdapat botol yang masih kotor, terdapat benda asing, basah atau tidak memenuhi standar maka secara otomatis botol itu akan terpisah sebelum masuk kedalam filler. Pada lini II digunakan alat OPI Scan, sedangkan pada lini III digunakan alat filtec dan supra yang mempunyai daya akurasi yang paling tinggi dibandingkan OPI Scan.

(43)

vi. Konveyor

Konveyor digunakan untuk proses pemindahan produk Teh botol, S-Tee, Tebs, Joy Green Tea dan Fruit Tea botol pada unit pembotolan. Konveyor yang digunakan adalah jenis konveyor sabuk (belt conveyor).

vii. Konveyor magnetik

Konveyor magnetik merupakan konveyor berjalan yang digunakan untuk proses pemindahan tutup botol (crown cork) yang diberi sinar ultraviolet untuk menjaga kesterilan tutup botol tersebut. Tipe Konveyor magnetik yang digunakan merupakan konveyor magnetik tertutup.

viii. Forklift

Forklift merupakan alat transportasi di dalam lingkungan pabrik yang digunakan untuk proses pemindahan palet berisi krat di lokasi gudang.

3.2.6. Sumber energi

Energi untuk keperluan proses produksi P.T Sinar Sosro berasal dari energi listrik, energi uap, energi udara bertekanan dan energi bahan bakar.

a. Energi Listrik

Listrik digunakan sebagai energi penggerak motor-motor produksi, penerangan, alat-alat perkantoran, pendingin ruangan (AC), kompresor dan lain-lain. Sumber energi listrik utama berasal dari PLN dengan kapasitas terpasang 1750 KW dan kapasitas terpakai sekitar 1200 KW. Voltase listrik berkisar antara 380 - 400 volt. Sumber energi listrik lainnya adalah Gen Set (Generator Set) yang terdiri atas turbin, diesel dan air yang berjumlah empat buah dan masing-masing berkapasitas 330 KW serta menggunakan bahan bakar solar. Gen Set ini digunakan jika arus listrik dari PLN padam.

b. Energi Uap

Sumber energi uap berasal dari boiler jenis pipa api yang berjumlah tiga unit. Dua unit berkapasitas 3,2 ton per jam dan satu unit berkapasitas 10 ton per jam. Namun yang digunakan dalam proses produksi hanya dua unit saja yaitu

Gambar

Tabel 1 Mikroorganisme dalam teh
Tabel 2. Mikroorganisme dalam teh
Tabel 4. Hasil Perhitungan Jumlah Bakteri Hari Ke-4

Referensi

Dokumen terkait

Penerimaan bahan baku di rumah sakit X didasarkan pada standar spesifikasi yang telah ditetapkan. Bahan baku makanan cair diperoleh dari gudang bahan baku yang juga

Melakukan analisa sampel bahan baku yang telah diambil oleh bagian QAO untuk mengetahui kelayakan bahan baku untuk digunakan sesuai dengan standar mutu yang telah

Apakah bahan baku, bahan tambahan pangan, bahan penolong, dan produk akhir diberi tanda untuk membedakan yang memenuhi syarat dengan yang tidak memenuhi syarat?. Apakah bahan

memproduksi Kacang Sangrai yakni : Perhitungan biaya bahan penolong Bahan penolong adalah bahan yang digunakan untuk melengkapi bahan utama atau bahan baku yang menjadi

Menentukan kelayakan dan spesifikasi dari satu bahan baku dan bahan penolong yang akan dipakai dalam proses produksi.. Merencanakan dan menentukan suatu pengontrolan mutu baik

Pancakarsa Bangun Reksa menggunakan suatu standar mutu untuk mengendalikan bahan baku, proses produksi, serta produk jadi agar memenuhi spesifikasi yang

Mampu melaksanakan satu tugas spesifik dalam penanganan bahan baku/bahan penolong/bahan tambahan pangan/bahan pangan lainnya/bahan kemasan, proses produksi,

Bahan makanan yang digunakan dalam proses produksi, baik bahan baku, bahan tambahan maupun bahan penolong, harus disimpan dengan cara penyimpanan yang baik karena kesalahan