• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL TES KOMPETENSI BERBAHASA SEBAGAI UPAYA MEMARTABATKAN BAHASA MELAYU DI ASEAN ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL TES KOMPETENSI BERBAHASA SEBAGAI UPAYA MEMARTABATKAN BAHASA MELAYU DI ASEAN ABSTRAK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL TES KOMPETENSI BERBAHASA SEBAGAI UPAYA MEMARTABATKAN BAHASA MELAYU DI ASEAN

Laili Etika Rahmawati, S.Pd., M.Pd.

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Email: Laili.Rahmawati@ums.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model tes kompetensi berbahasa yang dapat digunakan sebagai alat ukur kompetensi berbahasa seseorang. Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan (research and development). Salah satu langkah yang ditempuh untuk mengembangkan instrumen tes kompetensi berbahasa adalah dengan mengkaji bentuk tes bahasa yang telah digunakan sebagai tes standar. Instrumen tes standar yang dikaji dalam penelitian ini adalah instrumen uji kemahiran berbahasa Indonesia (UKBI). Pada awal penelitian dilakukan analisis terhadap instrumen UKBI. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat diketahui kekurangan dan kelebihan model instrumen UKBI. UKBI mempunyai beberapa kekurangan, di antaranya berkaitan dengan bentuk soal, materi yang diujikan, dan kurang jelasnya petunjuk pengerjaan. Kelebihan UKBI adalah mampu menguji kemahiran berbahasa Indonesia seseorang secara komprehensif yang mencakup empat keterampilan berbahasa. Berdasarkan kekurangan dan kelebihan tersebut perlu ada pengembangan model tes kompetensi berbahasa sebagai upaya memartabatkan bahasa Melayu di ASEAN

Kata Kunci: Pengembangan, Tes, Kompetensi, Berbahasa

A. PENDAHULUAN

Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah dalam Seminar Nasional di Universitas Muhammadiyah Surakarta yang diselenggarakan 19 Mei 2014 menyajikan makalah berjudul Pemanfaatan Bahasa dalam Pengembangan Kesadaran Intelektual.

(2)

Dalam makalah tersebut beliau menyampaikan beberapa dasar pemikiran, salah satu dasar pemikiran yang diungkapkan sebagai latar belakang pemilihan topik tersebut adalah pembelajaran bahasa Indonesia yang belum bermartabat. Hal tersebut ditunjukkan dengan beberapa bukti situasi kebahasaan yang terjadi di masyarakat, di antaranya: (1) peminggiran bahasa Indonesia melalui media massa, bahasa luar ruang, bahasa pertemuan resmi, dan bahasa terbitan; (2) pemakaian bahasa “gaul” yang merambah dunia pendidikan sehinga mengacaukan bahasa Indonesia; dan (3) pemakaian bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam kelas SBI atau RSBI.

Permasalahan pemartabatan bahasa tampaknya tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di ASEAN. Bahasa melayu sebagai bahasa ibu masyarakat di ASEAN belum menunjukkan eksistensinya. Bahasa Inggris masih menjadi bahasa yang dianggap lebih bermartabat dibandingkan dengan bahasa Melayu. Anggapan tersebut bukan tanpa alasan. Jika dilihat dari upaya-upaya yang dilakukan oleh negara pengguna bahasa tersebut menunjukkan ada perhatian yang tinggi dalam memertahankan bahasanya. Sebagai contoh, bahasa Inggris mempunyai instrumen tes standar yang diakui secara internasional sebagai persyaratan untuk dapat masuk ke negara-negara tersebut.

Brown (2004:83-86) menyatakan bahwa dalam bahasa Inggris terdapat empat tes kemahiran berbahasa yang dikomersilkan secara internasional, yaitu TOEFL (Test of English as Foreign LAnguage, MELAB (Michigan English Language Assesment Battery), IELTS (International English Language Testing System), dan TOEIC (Tes of English for International Communication). Keempat jenis tes tersebut bertujuan untuk mengukur semua kompetensi berbahasa. Masing-masing jenis tes mempunyai perbedaan dalam pelaksanaannya. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 1. Perbedaan antara TOEFL, MELAB, IELTS, dan TOEIC

TOEFL MELAB IELTS TOEIC

Producer Educational testing service Englis Language Institute, University of Michigan Jointly managed by the University of Cambridge Local Examination Syndicate (UCLES), the British

Council, and IDP

The Chauncy group international, a subsidiary of educational testing service

(3)

Sebenarnya bahasa Indonesia juga telah memiliki instrumen uji kemahiran berbahasa yang dikenal dengan UKBI. UKBI dikembangkan oleh Pusat Bahasa Depdiknas yang sekarang dikenal dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. UKBI diwujudkan dalam bentuk baterai A, B, C, dan D. Atas bobot soal atau tingkat kesukarannya, baterai UKBI dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe 1 dan tipe 2. Tipe 1 dirancang bagi mereka yang memiliki kebutuhan komunikasi yang lebih kompleks untuk tujuan vokasional dan/ atau akademik. Sementara itu, tipe 2 dirancang bagi mereka yang memiliki kebutuhan komunikasi yang lebih sederhana untuk

Education Australia Objectives To test overall proficiency (language ability) To test overall proficiency (language ability) To test overall proficiency (language ability) To test overall proficiency (language ability) Primary Market Almost exclusively U.S. universities and college for admission purposes

Mostly U.S. and Canadian language programs and college; some worlwide educational settings as well Australian, British, Canadian, and New Zealand academic institutions and profesional organizations. American academic institutions are increasing accepting IELTS for admissions purposes Worldwide business, commerce, and industry contexts (workplace settings) Type Computer-based (CB) (and two sections are computer-adapttive) A traditional paper-based (PB) version is also available Paper-based Computer-based

(for reading and writing section); paper-based for listening and speaking modules Computer-based and paper-based versions. Response modes Multiple choise responses; essay Multiple choise responses; essay Multiple choise responses; essay; oral production Multiple choise responses Time Allocation Up to 4 hours (CB); 3 hours (PB) 2.5 to 3.5 hours 2 hours, 45 minutes 2 hours

(4)

tujuan sosial dan/ atau vokasional. Dengan demikian, soal dalam baterai tipe 1 memiliki tingkat kesukaran yang lebih tinggi atau bobot yang lebih berat daripada soal dalam baterai tipe 2. Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan semua seksi UKBI adalah 2 jam 15 menit. Namun, sampai saat ini UKBI belum difungsikan sebagai instrumen tes yang mampu mengangkat martabat bahasa Indonesia. UKBI sebagai instrumen pengukur kemahiran berbahasa Indonesia seseorang masih perlu ditinjau, diperbaiki, dan dikembangkan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai instrumen mampu memartabatkan bahasa Indonesia.

Pengelolaan pelaksanaan UKBI yang terpusat di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang secara operasional dilakukan oleh Balai Bahasa merupakan salah satu faktor yang menghambat penerapan UKBI di masyarakat umum. Diakuinya instrumen tes standar bahasa Inggris secara internasional jika dilihat berdasarkan tabel 1. dipengaruhi oleh peran serta universitas sebagai pengelola dan penyelenggara pelaksanaan tes tersebut. Rahmawati (2013b:95-103) mengungkapkan bahwa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mempunyai peran strategis sebagai fasilitator pelaksanaan UKBI.

Berdasarkan pernyataan di atas, makalah ini bertujuan untuk memaparkan kekurangan dan kelebihan instrumen UKBI. Hal ini dilakukan sebagai langkah awal dalam mengembangkan model tes kompetensi berbahasa. Dengan dikembangkannya model tes kompetensi berbahasa maka pemartabatan bahasa Melayu di ASEAN dapat terealisasi.

B. METODOLOGI PENELITIAN

Pada dasarnya penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan (developmental research). Luaran yang ditargetkan dalam penelitian ini adalah produk instrumen tes kompetensi berbahasa (Indonesia) yang dapat digunakan sebagai alat ukur kompetensi berbahasa seseorang. Pembahasan makalah ini dispesifikasikan dalam sebuah kegiatan awal mengidentifikasi instrumen UKBI. Pengidentifikasian instrumen UKBI merupakan tahap awal yang dilakukan sebagai bentuk studi eksplorasi kekurangan dan kelebihan instrumen tersebut. Pengidentifikasian dilakukan dengan menggunakan teknik analisis isi (content analysis).

(5)

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UKBI merupakan tes baku yang dikembangkan sesuai dengan teori pengujian modern dan dirancang untuk mengukur kemahiran seseorang dalam berbahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulis. UKBI telah diujikan kepada penutur bahasa Indonesia yang berasal dari beragam strata sosial, pekerjaan, dan latar belakang pendidikan. Selain itu, UKBI juga telah diujikan kepada penutur asing (Solihah dan Dony, 2005:1). Deskripsi tentang UKBI dapat dipaparkan berdasarkan tiga kategori, yaitu: (1) pemeringkatan UKBI; (2) Materi UKBI; dan (3) Komposisi UKBI.

a. Pemeringkatan UKBI

Solihah dan Dony (2005:3) menyatakan bahwa untuk menempatkan kemahiran berbahasa peserta uji, UKBI menentukan tujuh peringkat kemahiran berbahasa Indonesia dan ditafsirkan ke dalam tujuh predikat. Ketujuh peringkat dan predikat tersebut ditentukan berdasarkan rentang skor yang ditetapkan dalam UKBI. Berikut adalah tabel pemeringkatan hasil UKBI.

Tabel 2. Pemeringkatan Hasil UKBI

Tim UKBI (2003: 11-13) mendeskripsi ketujuh peringkat itu adalah sebagai berikut.

Peringkat I, Istimewa, predikat yang menunjukkan bahwa peserta uji memiliki kemahiran yang sempurna dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. Dalam berkomunikasi untuk keperluan akademik dan lain-lain, yang bersangkutan tidak mengalami kendala.

Rentang Skor Peringkat Predikat

816-900 I Istimewa 717-815 II Sangat unggul 593-716 III Unggul 466-592 IV Madya 346-465 V Semenjana 247-345 VI Marginal 162-246 VII Terbatas

(6)

Peringkat II, Sangat unggul, predikat yang menunjukkan bahwa peserta uji memiliki kemahiran yang sangat tinggi dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. Dalam berkomunikasi untuk keperluan akademik yang kompleks, yang bersangkutan mungkin masih mengalami kendala, tetapi tidak untuk keperluan yang lain.

Peringkat III, Unggul, predikat yang menunjukkan bahwa peserta uji memiliki kemahiran yang tinggi dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. Dalam berkomunikasi untuk keperluan akademik dan vokasional yang kompleks, yang bersangkutan mungkin masih mengalami kendala.

Peringkat IV, Madya, predikat yang menunjukkan bahwa peserta uji memiliki kemahiran yang cukup dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. Dalam berkomunikasi untuk keperluan vokasional yang kompleks, yang bersangkutan masih mengalami kendala dan kendala tersebut makin besar dalam berkomunikasi untuk keperluan akademik.

Peringkat V, Semenjana, predikat yang menunjukkan bahwa peserta uji memiliki kemahiran yang cukup dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia baik lisan maupun tulis. Dalam berkomunikasi untuk keperluan akademik, yang bersangkutan sangat terkendala. Untuk keperluan vokasional dan sosial yang kompleks, yang bersangkutan masih mengalami kendala, tetapi tidak terkendala untuk keperluan vokasional dan sosial yang tidak kompleks.

Peringkat VI, Marginal, predikat yang menunjukkan bahwa peserta uji memiliki kemahiran yang kurang dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. Dalam berkomunikasi untuk keperluan sosial yang tidak kompleks, termasuk keperluan survival, yang bersangkutan masih mengalami kendala. Akan tetapi, untuk keperluan sosial yang kompleks, yang bersangkutan masih mengalami kendala. Hal ini berarti yang bersangkutan belum siap berkomunikasi untuk keperluan vokasional, apalagi untuk keperluan akademik.

Peringkat VII, Terbatas, predikat yang menunjukkan bahwa peserta uji memiliki kemahiran yang sangat kurang dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. Dengan kemahiran ini, yang bersangkutan hanya siap berkomunikasi untuk keperluan survival. Pada saat yang sama,

(7)

predikat ini juga menggambarkan potensi yang bersangkutan dalam berkomunikasi masih sangat besar kemungkinannya untuk ditingkatkan.

b. Materi UKBI

Materi UKBI berupa penggunaan bahasa Indonesia yang digunakan dalam berbagai bidang, seperti sejarah, kebudayaan, hukum, dan ekonomi. Materi itu diambil dari berbagai sumber, antara lain, media massa (elektronik an cetak) dan/ atau buku-buku. Dengan materi itu, UKBI menguji kompetensi berkomunikasi lisan dan tulis dalam bahasa Indonesia, baik yang menyangkut kemampuan reseptif maupun kemampuan produktif. Kemampuan reseptif berkaitan dengan pemahaman isi wacana lisan dan isi wacana tulis serta kepekaan terhadap kaidah bahasa Indonesia. Kemampuan reseptif diujikan dalam bentuk soal pilihan ganda dengan empat opsi. Kemampuan produktif berkaitan dengan keterampilan menggunakan bahasa Indonesia secara tulis dan lisan. Keterampilan menggunakan bahasa Indonesia tulis diukur melalui penyusunan wacana tulis. Keterampilan menggunakan bahasa Indonesia lisan diukur melalui wawancara yang meliputi monolog dan dialog (Tim UKBI, 2003: 4).

c. Komposisi Soal

UKBI diwujudkan dalam bentuk baterai A, B, C, dan D. Atas bobot soal atau tingkat kesukarannya, baterai UKBI dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe 1 dan tipe 2. Tipe 1 dirancang bagi mereka yang memiliki kebutuhan komunikasi yang lebih kompleks untuk tujuan vokasional dan/ atau akademik. Sementara itu, tipe 2 dirancang bagi mereka yang memiliki kebutuhan komunikasi yang lebih sederhana untuk tujuan sosial dan/ atau vokasional. Dengan demikian, soal dalam baterai tipe 1 memiliki tingkat kesukaran yang lebih tinggi atau bobot yang lebih berat daripada soal dalam baterai tipe 2. Komposisi setiap baterai adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Komposisi Soal UKBI

Baterai Seksi I II III IV V A V v V V V B V v V V C V v V V D V v V

(8)

Seksi I: Mendengarkan/ Menyimak (40 butir soal, ±25 menit), seksi ini bertujuan untk mengukur kemampuan memahami informasi yang diungkapkan secara lisan, baik dalam bentuk dialog maupun monolog yang membahas berbagai situasi, kondisi, dan topik. Seksi ini terdiri atas empat buah dialog dan empat buah monolog. Setiap dialog dan monolog diiringi lima butir soal pilihan ganda yang harus dijawab sekaligus ketika dialog dan monolog tersebut diperdengarkan.

Seksi II, Merespons Kaidah (25 butir soal, 20 menit), seksi ini bertujuan untuk mengukur kemampuan merespons kaidah bahasa Indonesia ragam formal: ejaan, bentuk dan pilihan kata, serta struktur kalimat. Soal dalam seksi ini terdiri atas satu atau dua kalimat yang memiliki dua bagian yang bergaris bawah dan bercetak tebal. Salah satu bagian itu berisi kesalahan dalam penerapan kaidah bahasa Indonesia. Peserta harus menentukan satu bagian yang berisi kesalahan dan menentukan salah satu dari dua pilihan jawaban di bawahnya sebagai jawaban yang betul.

Seksi III, Membaca (40 butir soal, 45 menit), seksi ini bertujuan untuk mengukur kemampuan memahami informasi yang disampaikan dalam bentuk wacana tulis atau bacaan. Bacaan tersebut disajikan dalam berbagai laras bahasa bidang ilmu. Dalam seksi ini terdapat lima bacaan yang masing-masing diiringi delapan butir soal pilihan ganda.

Seksi IV, Menulis (100-200 kata, 30 menit) seksi ini bertujuan untuk mengukur kemampuan menggunakan bahasa Indonesia tulis sehubungan dengan informasi yang terdapat dalam diagram, tabel, atau gambar lain.

Seksi V: Berbicara (monolog dan/ atau dialog, ± 15 menit), seksi ini bertujuan untuk mengukur kemampuan menggunakan bahasa Indonesia lisan sehubungan dengan informasi yang berkaitan dengan diagram, tabel, atau gambar lain.

Secara teoretis UKBI dikembangkan dalam rancangan yang ideal karena dikembangkan untuk mengukur semua aspek keterampilan berbahasa. Hal inilah yang menjadi kelebihan instrumen tersebut. Secara praktis, instrumen tersebut menunjukkan kekurangan. Adapun kekurangan instrumen UKBI akan dipaparkan berikut ini.

(9)

1. Bentuk tes

UKBI tergolong sebagai tes diskret. Hal tersebut ditunjukkan dengan bentuk tes UKBI untuk mengukur kemampuan mendengarkan, respons kaidah, dan membaca masih berbentuk tes pilihan ganda meskipun keterampilan berbicara dan menulis sudah dilaksanakan dalam wujud unjuk kerja. Selain itu, tes respons kaidah dalam UKBI menunjukkan bahwa tes tersebut masih menekankan unsur kebahasaan yang tidak secara langsung dimasukkan secara kontekstual.

Selain hal tersebut, instrumen tes mendengarkan setiap butir soal yang ditanyakan tidak berdasarkan rangsang suara yang diperdengarkan. Hal ini berdampak pada kemampuan seseorang menjawab pertanyaan. Jika peserta uji tidak mampu menjawab soal dengan benar bisa jadi bukan karena tidak mampu mendengarkan, melainkan karena terlewat rangsang suara yang diperdengarkan secara tidak beraturan.

Soal yang berupa gambar dalam mengukur kemahiran berbicara dan menulis dapat menimbulkan masalah jika gambar yang dijadikan soal tidak jelas. Selain itu kemampuan peserta tes yang berbicara dan menulis hanya berdasarkan gambar maka kemampuannya untuk mengungkapkan argumen secara tidak langsung dibatasi.

2. Materi yang diujikan

Materi yang diujikan dalam instrumen tes UKBI belum dikategorikan ke dalam bidang ilmu, misalnya IPA dan IPS. Hal ini mengakibatkan adanya ketimpangan dalam mengerjakan soal yang dilatarbelakangi oleh perbedaan pemahaman pengetahuan awal (skemata). Misal, orang yang mempunyai latar belakang bidang keilmuan sosial akan mengalami kesulitan saat mengerjakan soal yang berlatar belakang ilmu alam, begitu pula sebaliknya. Maka dari itu materi yang digunakan sebagai bahan uji UKBI harus dikategorikan berdasarkan latar belakang keilmuan peserta tes. 3. Petunjuk Mengerjakan

Dalam petunjuk mengerjakan UKBI ada syarat bahwa buku uji tidak boleh dicorat-coret. Hal ini sangat membatasi peserta uji yang mempunyai strategi pengerjaan soal yang terbiasa menuliskan terlebih dahulu jawaban pada buku uji. Selain itu, petunjuk dalam mengerjakan soal merespons kaidah membuat peserta uji bingung karena dapat menjebak peserta uji memilih dua pilihan dalam satu soal.

(10)

Berdasarkan uraian di atas, maka pengembangan model tes kompetensi berbahasa Indonesia diperlukan untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pengujian kompetensi berbahasa dewasa ini yang masih cenderung pada tes yang bersifat diskret. Adapun beberapa strategi yang dapat dilakukan di antaranya sebagai berikut.

1. Bentuk tes dapat dimodifikasi dengan cara menyesuaikan dengan bentuk-bentuk tes standar bahasa Inggris yang telah diakui oleh masyarakat secara internasional. Rahmawati (2012:43-50) memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan tes kompetensi berbahasa yang bersifat diskret dapat dilakukan dengan mengadaptasi bentuk tes IELTS sebagai instrumen pengukur kompetensi komunikatif berbahasa Indonesia. Hal ini relevan dengan hasil penelitian Behfrouz dan Nahvi (20013:30-39) yang menyimpulkan bahwa variasi bentuk soal berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan tes, khususnya membaca. 2. Materi yang diujikan dapat dikembangkan dengan

mempertimbangkan skemata peserta uji. Penelitian Alibakhshi (2011:1304-1310) yang menyimpulkan bahwa pengembangan tes berbahasa harus mempertimbangan pengetahuan akademik secara umum yang dimiliki oleh peserta yang akan diuji.

3. Ketidakjelasan petunjuk pengerjaan soal dapat diatasi dengan menyederhanakan petunjuk mengerjakan sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda dan mudah dipahami.

Rahmawati (2013a:457-462) dalam Seminar Internasional PIBSI XXXV di Solo menawarkan sebuah model instrumen tes bahasa Indonesia bagi penutur asing. Pada saat dipresentasikan ada kekhawatiran dari beberapa peserta jika model instrumen tes bahasa Indonesia bagi penutur asing diterapkan di Indonesia maka hal ini justru menghambat berkembangnya negara Indonesia karena orang luar negeri yang datang ke Indonesia akan merasa enggan jika ada syarat tes masuk ke negara Indonesia.

Sanggahan tersebut perlu diluruskan bahwa tes dikembangkan bukan semata-mata berfungsi sebagai alat penilaian. Tes dapat dimanfaatkan sebagai instrumen diagnosis kemampuan awal dan kemampuan akhir atau kemampuan sebelum mendapat pembelajaran dan kemampuan setelah mendapatkan pembelajaran. Berdasarkan hasil diagnosis itulah dapat dimanfaatkan sebagai tolok ukur kompetensi berbahasa seseorang. Dengan hal semacam ini maka pemartabatan bahasa Melayu di ASEAN dapat terealisasi.

(11)

D. PENUTUP 1. Kesimpulan

Salah satu langkah yang ditempuh untuk mengembangkan instrumen tes kompetensi berbahasa adalah dengan mengkaji bentuk tes bahasa yang telah digunakan sebagai tes standar. instrumen tes standar yang dikaji dalam penelitian ini adalah instrumen uji kemahiran berbahasa Indonesia (UKBI). Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat diketahui kekurangan dan kelebihan model instrumen UKBI. UKBI mempunyai beberapa kekurangan, di antaranya berkaitan dengan bentuk soal, materi yang diujikan, dan kurang jelasnya petunjuk pengerjaan. Kelebihan UKBI adalah mampu menguji kemahiran berbahasa Indonesia seseorang yang mencakup empat keterampilan berbahasa. Berdasarkan kekurangan dan kelebihan tersebut perlu ada pengembangan model tes kompetensi berbahasa sebagai upaya memartabatkan bahasa Melayu di ASEAN

2. Saran

Pengembangan model tes kompetensi berbahasa perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak sehingga dapat direalisasi. Terealisasinya model tes kompetensi berbahasa merupakan wujud nyata pemartabatan bahasa Melayu di ASEAN. Tidak perlu ada kekhawatiran fungsi tes yang dikembangkan karena tes dikembangkan bukan semata-mata sebagai alat melakukan penilaian tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya mendiagnosis kompetensi awal sebelum belajar dan kompetensi akhir setelah belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Alibakhshi, Goudarz. 2011. “External Validity of TOEFL Section of Doctoral Entrance Examination in Iran: A Mixed Design Study”. Dalam Theory and Practice in Language Studies, Vol 1, No 10, halaman 1304-1310.

Behfrouz, Behnam dan Nahvi, Elham. 2013. “The Effect of Task Characteristics on IELTS Reading Performance. Open Journal of Modern Linguistics Vol 3, No 1, halaman 30-39.

(12)

Brown, H. Douglas. 2004. Language Assesment, Principles and Classroom Practice. San Fransisco: Longman.

Rahmawati, Laili Etika. 2012. “Adaptasi Bentuk Tes International English Language Testing System (IELTS) sebagai Instrumen Pengukur Kompetensi Komunikatif Berbahasa Indonesia”. Dalam Jurnal LOA Volume 8, Nomor 1, Juni 2012 halaman 43-50.

___________________. 2013a. “Model Instrumen Tes Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing”. Dalam Prosiding Seminar Internasional PIBSI XXXV halaman 457-462. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

__________________. 2013b.”Peran Strategis Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia sebagai Fasilitator Pelaksanaan UKBI”. Dalam Jurnal LOA Volume 9 Nomor 2 Desember 2013 halaman 95-103.

Solihah, Atikah dan Dony Setiawan. 2005. Bedah Soal UKBI. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Peniikan Nasional.

Tim UKBI. 2003. Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, Depdiknas.

Gambar

Tabel 1. Perbedaan antara TOEFL, MELAB, IELTS, dan TOEIC
Tabel 2. Pemeringkatan Hasil UKBI

Referensi

Dokumen terkait

karena majas merupakan gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran dari pengarang.. Dari

Pada proses substantive testing terdapat beberapa pengujian kontrol terhadap kondisi eksisting struktur organisasi keberlangsungan layanan Jasa Pengiriman yaitu pengujian

kali sehingga revisi yang dilakukan lebih terbatas. Sejauh ini penelitian mengenai instrumen evaluasi yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan problem

Padahal kalau melihat dari jumlah Link yang ada, cukup banyak halaman pada situs sehingga akan jauh lebih baik jika terdapat Link yang menuju site map.. 2.2 Analisis Halaman

Data primer peneliti adalah teks berita yang peneliti ambil dari situs www.Tribunnews.com, peneliti melakukan observasi pada objek penelitian yaitu teks berita

Kliring merupakan jasa penyelesaian utang piutang antar bank dengan cara saling menyerahkan warkat-warkat yang akan dikliringkan dilembaga kliring (Penagihan warkat seperti cek atau

Prilikom istraživanja provjereni su utjecaji kretanja inflacije, gospodarske aktivnosti, kamatnih stopa nacionalnih centralnih banaka, bankovne aktivnosti, monetarne mase,

Dari indikator-indikator yang terdapat pada faktor baru, yaitu indikator B20 adalah user dapat dengan mudah menggunakan tools dari IT Service Desk berupa Remedy – IT