• Tidak ada hasil yang ditemukan

guineensis Jacq. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion dari bahasa Yunani yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "guineensis Jacq. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion dari bahasa Yunani yang"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit dalam bahasa latin dinamakan juga Elaeis guineensis Jacq. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion dari bahasa Yunani yang berarti minyak dan kata guineensis berasal dari kata Guinea yaitu merupakan nama suatu daerah di Pantai Barat Afrika, sedangkan kata Jacq adalah singkatan dari Jacquin seorang botanis dari Amerika yang pertama membuat susunan taksonomi dari tanaman ini. Tanaman kelapa sawit di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan ditanam pertama kali di Kebun Raya Bogor (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa dan Paeru, 2012).

Buah kelapa sawit dapat menghasilkan minyak berupa minyak dari daging buah (CPO = Crude Palm Oil) dan minyak dari inti/biji (PKO = Palm Kernel Oil). Kedua hasil ini merupakan bahan baku utama pembuatan minyak yang dapat dibuat menjadi minyak goreng, dan bahan baku industri sabun, margarine, dan kosmetik (Pahan, 2008).

Kelapa sawit termasuk komoditi yang banyak diminati oleh investor karena nilai ekonominya cukup tinggi. Para investor menginvestasikan modalnya untuk membangun perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit. Keunggulan dari kelapa sawit ini adalah karena produksi minyaknya melebihi dari komoditi penghasil minyak lainnya seperti kelapa (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa dan Paeru, 2012).

Sentra produksi minyak sawit Indonesia terutama berasal dari tujuh provinsi yang memberikan kontribusi sebesar 81,80% terhadap minyak produksi kelapa sawit Indonesia. Provinsi Riau dan Sumatera Utara merupakan sentra

(2)

produksi terbesar yang berkontribusi masing-masing sebesar 58,52% dan 17,77%. Kemudian disusul oleh Provinsi Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Jambi, Kalimantan Barat, dan Sumatera Barat (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa dan Paeru, 2012).

Untuk memperoleh hasil dan mutu minyak sawit yang banyak dan berkualitas, maka perlu dimulai dari kegiatan budidaya sampai panen kelapa sawit yang baik. Panen dan pengolahan hasil merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Kegiatan ini memerlukan teknik sendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Hasil panen utama dari tanaman kelapa sawit adalah buah kelapa sawit, sedangkan hasil pengolahan buah adalah minyak sawit (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa dan Paeru, 2012).

Panen merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kualitas dan kuantitas produksi. Tanaman kelapa sawit umumnya sudah mulai di panen umur tiga tahun di kebun. Pekerjaan panen meliputi pemotongan tandan buah masak, pengutipan brondolan, dan pengangkutan ke TPH (Sunarko, 2009).

Pengangkutan tandan buah segar ke pabrik mempunyai peranan yang sangat penting dalam tahap kegiatan panen. Tandan buah segar yang baru di panen harus segera diangkut ke pabrik karena harus segera diolah dan tidak boleh melebihi delapan jam setelah di panen. Hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Buah yang tidak segera diolah akan meningkatkan kandungan asam lemak bebas (ALB) dalam minyak sawit. Untuk menghindari hal tersebut, maksimal 8 jam setelah panen buah telah sampai di pabrik dan harus segera diolah agar tidak terjadi kerusakan pada buah lebih lanjut maupun keterlambatan pengolahan. Untuk itu, pemilihan alat angkut

(3)

yang tepat dapat membantu mengatasi masalah kerusakan buah selama pengangkutan (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa dan Paeru, 2012).

Sehubungan dengan pentingnya masalah panen dan pasca panen maka penulis tertarik untuk lebih mendalami bagaimana pelaksanaan kegiatan panen dan pasca panen. Oleh karena itu, pada Laporan Tugas Akhir ini penulis mengambil judul “Teknik Panen dan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) Kebun Sei. Tamaluku, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau”.

1.2. Tujuan

A. Tujuan Umum

Agar mahasiswa memperoleh pengalaman dan kondisi nyata pengelolaan perkebunan terutama dalam kegiatan panen dan pasca panen kelapa sawit sebagai bekal bagi mahasiswa dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja.

B. Tujuan Khusus

1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta memperluas wawasan mahasiswa tentang kegiatan di perusahaan perkebunan terutama menyangkut kegiatan panen dan pasca panen pada tanaman kelapa sawit.

2. Memperluas ilmu pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam pelaksanaan, dan pengawasan panen dan pasca panen yang tepat dan benar.

3. Mengembangkan keterampilan tertentu yang tidak didapatkan selama perkuliahan di kampus khususnya teknik panen dan pasca panen tanaman kelapa sawit.

(4)

1.3. Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh adalah :

1. Mahasiswa dapat mengetahui dan meningkatkan kemampuan dalam kegiatan panen dan pasca panen yang baik dan benar.

2. Memberikan pengalaman dari lapangan yang dapat menghubungkan pengetahuan akademik dengan keterampilan kerja di lapangan.

3. Memberikan pengalaman kerja pada kondisi sesungguhnya sebagai bekal memasuki dunia kerja.

(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Kelapa Sawit

Dalam dunia botani semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus (Pahan, 2008). Taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam sistematika tanaman menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005), diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Divisi : Spermatophyta 2. Sub divisi : Angiospermae 3. Kelas :Monocotyledoneae 4. Ordo : Palmales

5. Famili : Palmaceae 6. Sub famili : Cocoideae 7. Genus : Elaeis

8. Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak, sedangkan kata guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa kelapa sawit berasal dari Guinea (Pahan, 2008).

A. Akar (radix)

Tanaman kelapa sawit memiliki akar serabut yang terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Akar primer umumnya berdiameter 6 mm – 10 mm, akar primer ini tumbuh pada pangkal batang dan menyebar secara horizontal dan menghujam ke dalam tanah dengan sudut yang beragam. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang diameternya 2 mm – 4 mm.

(6)

Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0,7 mm - 1,2 mm dan umumnya bercabang lagi membentuk akar kuarterner (Pahan, 2008) B. Batang (caulis)

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yaitu tanaman yang batangnya tidak mempunyai kambium dan tidak bercabang. Batang tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah, sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah serta kemungkinan juga berfungsi sebagai organ penimbun zat makanan. Batang tanaman berbentuk silinder dengan diameter 20 cm – 75 cm. Tanaman kelapa sawit yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun (Pahan, 2008).

C. Daun (Folium)

Daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun pada tanaman kelapa sawit yang masih muda dan kuncup berwarna kuning pucat. Daun pada tanaman kelapa sawit merupakan tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung maka semakin banyak bahan makanan yang dibentuk, sehingga produksi tanaman akan meningkat (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa dan Paeru, 2012).

Menurut Pahan (2008), daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian yaitu :

 Kumpulan anak daun yang mempunyai helaian dan tulang anak daun.  Batang pelepah yang merupakan tempat anak daun melekat.

(7)

 Seludang daun yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberi kekuatan pada batang.

Kelapa sawit dewasa mempunyai 30 – 40 pelepah daun, kadang hingga 48 pelepah (1 – 2 pelepah berada di bawah tandan). Produksi daun rata-rata 24 – 26 pelepah/tahun, dihitung mulai dari pelepah yang telah membuka. Berdasarkan data publikasi helai, kemudian sewaktu umur 10 tahun jumlahnya mencapai 280 – 300 helai (Sunarko, 2009).

D. Bunga (Flos)

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu yaitu bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon (monoceous), namun tidak pada tandan yang sama namun terkadang ditemukan juga bunga yang bunga jantan dan betinanya terdapat pada satu tandan. Bunga kelapa sawit tumbuh pada ketiak daun dan memiliki morfologi yang berbeda antara bunga jantan dan betina. Bunga jantan bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak meruncing dan garis tengah bunga lebih kecil, sedangkan bunga betina bentuknya agak bulat dengan ujung kelopak agak rata dan garis tengah lebih besar. Kelapa sawit mengadakan penyerbukan silang (cross pollination) yaitu bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lain dengan perantaraan serangga (entiomophillous) dan atau angin (anemophilous) (Sunarko, 2009).

Pahan (2008), melaporkan bahwa kelapa sawit merupakan tanaman monoceous (berumah satu), artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Pada satu pohon kelapa sawit, dari setiap ketiak pelepah akan keluar tandan bunga jantan atau tandan

(8)

bunga betina. Walaupun demikian, kadang-kadang dijumpai juga bunga jantan dan betina pada satu tandan (hermafrodit).

Jenis kelamin bunga dapat dikenali setelah bunga menonjol di antara ketiak pelepah daun sebelum seludang bunga terbuka. Ciri-ciri bunga jantan adalah berbentuk ramping (lonjong) memanjang, ujung kelopak bunga agak meruncing, dan diameter bunga lebih kecil dari pada bunga betina(Pahan, 2008). E. Buah (Fructus)

Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur sudah dapat menghasilkan buah yang siap dipanen untuk pertama kalinya pada umur 3,5 tahun. Buah terbentuk setelah penyerbukan dan pembuahan dan waktu yang dibutuhkan mulai dari penyerbukan sampai buah matang kurang lebih 5 – 6 bulan. Secara anatomi buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu perikarpium dan biji. Perikarpium terdiri dari kulit buah yang licin dan keras (epicarp), daging buah (mesocarp) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, sedangkan biji terdiri dari kulit biji (endocarp) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga (embryo) (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa dan Paeru, 2012).

Menurut Pahan (2008), pembagian tipe buah berdasarkan warna kulit buah dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu nigrescens, virescen, dan albescen.

 Nigrescens

Buah nigrescens berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu matang. Tipe buah

(9)

nigrescens hampir dominan ditemukan pada varietas tenera yang ditanam secara komersial di Indonesia.

 Virescens

Pada waktu muda, buah virescen berwarna hijau dan ketika matang warnanya berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijau-hijauan.

 Albescens

Pada waktu muda, buah albescen berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah matang berubah menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitam-hitaman.

Komposisi kimia minyak yang berada dalam mesocarp (CPO – crude palm oil) berbeda dengan minyak yang ada dalam endesperm matang (PKO – palm kernel oil) dan secara komersial biasanya diekstrak secara terpisah. Minyak dalam mesocarp mulai disintesis pada 120 setelah hari antesis dan mulai berhenti pada saat buah terlepas dari tangkainya (memberondol). Sintesis minyak yang masih terjadi pada tandan buah yang sudah dipanen dapat diabaikan karena jumlahnya kecil sekali. Hal yang lebih perlu diperhatikan yaitu naiknya kandungan asam lemak bebas (FFA- Free Fatty Acid) pada tandan buah yang menginap di TPH atau loading ramp pabrik (Pahan, 2008).

Memberondolnya buah secara normal terjadi pada 150 – 155 hari setelah antesis (hsa), (dengan selang tertentu : secara individual berkisar 120 – 200 hsa). Semua buah akan memberondol dari tandan buah dalam waktu 2 – 4 minggu atau sedikit lebih lama pada tandan buah yang besar (Pahan, 2008). 2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

(10)

Kelapa sawit akan tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian 0 - 500 m dari permukaan laut. Tinggi tempat dari permukaan laut erat kaitannya dengan suhu udara. Akibat sulitnya mendapatkan areal yang datar sampai dengan bergelombang saat ini, maka areal topografi berbukit sampai dengan curam juga menjadi pertanaman kelapa sawit, namun tentunya dibutuhkan perlakuan khusus dalam hal konservasi tanah. Agar areal berbukit atau curam yang di tanami kelapa sawit dapat menguntungkan, diperlukan pembuatan teras-teras yang terencana dan penataan jalan yang baik (Pahan, 2008).

B. Tanah

Menurut Pahan (2008), kriteria lahan untuk budidaya tanaman kelapa sawit yang cocok adalah sebagai berikut :

- Tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik.

- Tekstur ringan, dikehendaki memiliki pasir 20 – 60 %, debu 10 – 40 %, liat 20 – 50 %.

- Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang.

- Reaksi (pH) tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0 – 6,0 namun yang terbaik adalah pH 5 – 6. Tanah yang mempunyai pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran. Tanah pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut.

(11)

C. Iklim

Keadaan iklim sangat mempengaruhi proses fisiologis tanaman seperti asimilasi, pembentukan bunga, dan penyerbukan. Unsur iklim yang mendukung pertumbuhan kelapa sawit diantaranya adalah cahaya matahari, curah hujan dan suhu. Cahaya matahari dan hujan membantu pembentukan bunga kelapa sawit yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetative dan pembentukan buah (Sunarko, 2009).

Keadaan iklim yang dikehendaki oleh kelapa sawit secara umum adalah sebagai berikut :

1. Curah Hujan

Curah hujan yang ideal bagi kelapa sawit, yakni 2.000 – 2.500 mm/tahun dan tersebar merata setiap tahun. Curah hujan berguna untuk meminimalkan penguapan dari tanah dan tanaman (Sunarko, 2009).

2. Cahaya matahari

Cahaya matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat saat proses asimilasi dan memicu pembentukan bunga dan buah. Lama penyinaran matahari minimum 1.600 jam pertahun atau selama 5 – 7 jam/hari. Suhu optimum bagi kelapa sawit berkisar 27 – 29º C. Kekurangan dan kelebihan cahaya matahari bagi tanaman menyebabkan ketidakstabilan proses asimilasi produksi (Sunarko, 2009).

3. Kelembapan udara dan angin

Kelembapan udara dan angin adalah faktor penting dalam menunjang pertumbuhan kelapa sawit. Kelembapan udara dapat mengurangi penguapan, sedangkan angin berfungsi untuk membantu penyerbukan secara alamiah.

(12)

Kelembapan optimum bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit, yakni 80 – 90% (Sunarko, 2009).

2.3. Varietas Tanaman Kelapa Sawit

Varietas tanaman kelapa sawit dapat dibedakan berdasarkan tebal cangkang /tempurung dan daging buah, serta warna kulit buahnya.

A. Dura

Varietas ini memiliki tempurung yang cukup tebal yaitu antara (2 mm – 5 mm). Daging buah relatif tipis yaitu 35% – 50% terhadap buah, kernel (daging biji) lebih besar dengan kandungan minyak 15% – 17% (Pahan, 2008).

Gambar 1. Penampang buah varietas Dura B. Tenera

Sebagai faktor homozygote tunggal yaitu Dura bercangkang tebal jika dikawinkan dengan Pisifera bercangkang tipis maka akan menghasilkan varietas baru yaitu Tenera. Tenera memiliki cangkang agak tipis (1 mm – 2,5 mm), daging buah tebal, dan rendemen minyak 21% – 23% (Pahan, 2008).

(13)

Gambar 2. Penampang buah varietas Tenera C. Pisifera

Adapun ciri-ciri varietas ini adalah ketebalan cangkang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging buahnya tebal, lebih tebal dari buah Dura, daging biji sangat tipis, tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan. Rendemen minyaknya tinggi (lebih dari 23%). Tandan buahnya hampir selalu gugur sebelum masak, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan sedikit (Pahan, 2008).

Gambar 3. Penampang buah varietas Pisifera 2.4. Pengertian Panen

Panen merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengambil hasil dari tanaman. Untuk tanaman kelapa sawit hasil dari tanaman yang akan di panen adalah Tandan Buah Segar atau sering disebut dengan TBS. Tandan buah segar yang telah dipanen tersebut akan dibawa ke pabrik dan selanjutnya diolah untuk

(14)

diambil produk hasil olahannya yaitu berupa minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO dan Palm Kernel oil/PKO).

Kegiatan panen dalam usaha budidaya tanaman kelapa sawit yang dilakukan oleh perusahaan berupa rangkaian kegiatan yang dimulai dari pengamatan buah yang masak, pemotongan tandan buah masak, pemotongan dan penyusunan pelepah, pengutipan brondolan, melangsir dan mengumpulkan TBS serta brondolan ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) (Chuah Meng Hap, 2005).

2.5. Pelaksanaan Panen

A. Alat panen kelapa sawit

Alat-alat kerja untuk potong buah yang akan digunakan berbeda berdasarkan tinggi tanaman. Penggolongan alat kerja tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu alat untuk memotong TBS, alat untuk bongkar muat TBS dan alat untuk membawa TBS ke TPH (Pahan, 2008).

Menurut Pahan (2008), alat untuk memotong buah/TBS yaitu dodos kecil, dodos besar, pisau egrek, bambu egrek, dan batu asah.

a. Dodos kecil berbentuk seperti tembilang dengan lebar mata 8 cm dan panjang mata 8 cm. Alat ini dipasang pada sepotong gagang kayu dengan panjang sekitar 1,5 m. Dodos kecil digunakan sejak tanaman ditunas pasir (umur 3 tahun) sampai selesai ditunas selektif.

b. Dodos besar berbentuk seperti tembilang dengan lebar mata 14 cm dan panjang mata 12 cm. Alat ini dipasang pada sepotong gagang kayu dengan panjang sekitar 1,5 m. Dodos besar digunakan sejak tanaman

(15)

selesai ditunas selektif sampai tinggi tanaman mencapai 3 meter (berumur sekitar 8 tahun).

c. Pisau egrek berbentuk seperti pisau arit dengan panjang pangkal 20 cm, panjang pisau 45 cm, dan sudut lengkung dihitung pada sumbu sebesar 1350.

d. Bambu egrek merupakan gagang pisau egrek dengan panjang sekitar 10 m, tebal 1 – 1,5 cm, diameter ujung 4 – 5 cm, dan diameter pangkal 5 – 7 cm.

e. Batu asah digunakan untuk mengasah dodos dan pisau egrek supaya tetap terjamin ketajamannya.

Alat untuk bongkar muat TBS yaitu gancu dan tojok/tombak, gancu terbuat dari besi beton dengan diameter 3/8 inci dan panjangnya disesuaikan dengan kebiasaan pemanen sawit setempat. Sementara tojok/tombak terbuat dari pipa besi dengan ujung besi beton lancip dan panjangnya sekitar 1 – 1,5 m. Alat ini digunakan khusus untuk pemuatan TBS kedalam truk angkut buah (Pahan, 2008).

Alat untuk membawa/mengangkat buah/TBS ke TPH yaitu angkong, goni bekas pupuk, keranjang buah, pikulan, dan tali nilon. Angkong adalah kereta sorong satu roda yang digunakan sebagai tempat atau wadah buah/TBS yang akan dibawa ketempat pengumpulan hasil (TPH). Goni bekas pupuk digunakan sebagai tempat atau wadah buah/TBS yang akan dibawa ketempat pengumpulan hasil (TPH) atau memuat berondolan ke alat transport. Keranjang digunakan sebagai tempat atau wadah buah/TBS (sebagai alternantif) yang akan dibawa ke tempat pengumpulan hasil (TPH). Pikulan terbuat dari kayu, bambu atau cabang kelapa sawit yang panjangnya berkisar 1,5 – 2 meter sebagai alat untuk memikul

(16)

keranjang buah/goni bekas pupuk. Tali nilon digunakan untuk mengikat goni bekas pupuk atau keranjang buah ke pikulan dan mengikat pisau egrek pada bambu egrek (Pahan, 2008).

B. Rotasi dan sistem panen

Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada umumnya menggunakan rotasi panen tujuh hari, artinya satu areal panen harus dimasuki (diancak) oleh pemetik tiap tujuh hari. Rotasi panen dianggap baik bila buah tidak lewat matang, yaitu dengan menggunakan sistem 5/7. Artinya, dalam satu minggu terdapat lima hari panen dan masing-masing ancak panen diulangi (dipanen) pada tujuh hari berikutnya (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa dan Paeru, 2012).

Menurut Pahan (2008), pemberlakuan sistem pengancakan dapat menggunakan sistem yang lain dengan pertimbangan kondisi setempat. Sistem pengancakan potong buah terdiri dari 3 jenis, yaitu:

1. Ancak giring murni

Pada sistem ini, apabila suatu ancak telah selesai dipanen, pemanen pindah keancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor, begitu seterusnya. Kelebihan ancak giring murni, cocok untuk areal yang baru dipanen, dapat diterapkan pada tukang potong buah dalam jumlah besar, buah cepat keluar, distribusi buah mengumpul, memudahkan transport TBS, kemungkinan ancak tertinggal kecil. Sementara, kekurangan ancak giring murni, tanggung jawab karyawan terhadap kondisi ancak rendah, susah ditelusuri karyawan/mandoran yang melakukan kesalahan, output karyawan biasanya rendah, lebih banyak jalan-jalan (Pahan, 2008).

(17)

2. Ancak giring tetap per mandoran

Kelebihan ancak giring tetap permandoran, manajemen pelaksanaan panen berdasarkan sasaran/persentase kerapatan panen dapat dilaksanakan secara sempurna, jumlah tenaga kerja dapat diatur (harus ditambah/dikurangi) sesuai kebutuhan/kondisi kematangan buah (potensi), antara mandor yang satu dengan mandor yang lain dapat bersaing secara sehat, mandor aktif melaksanakan pengawasan dan senantiasa terdidik untuk berfikir, cocok untuk areal yang baru dipanen atau sudah lama, output mandoran dan karyawan bias dipacu dengan pengancakan karyawan yang memperhatiakan kekuatan masing-masing karyawan, menghindari kecemburuan di antara karyawan karena ancak dapat ditukar/bergilir dari pusingan yang satu keselanjutnya. Semetara kekurangan pengancakan sistem ini, tanggung jawab karyawan terhadap ancak masih relative kecil, adanya pelanggaran masih sulit dideteksi. Hal ini bisa dicegah apabila mandor tetap konsisten untuk mengintruksikan agar pemanen senantiasa membuat pancang ancak, kontrol harus ketat. Hal ini sebenarnya sebuah menjadi kewajiban yang terkesan berat jika dibandingkan ancak tetap (Pahan, 2008).

3. Ancak tetap

Pada sistem ini pemanen diberi ancak dengan luas tertentu dan tidak dapat berpindah-pindah. Kelebihan ancak tetap, tanggung jawab karyawan terhadap ancak tinggi, kondisi areal relative bagus karena kesalahan dapat dideteksi dengan mudah, penguasaan terhadap areal oleh karyawan tinggi sehingga lebih mudah mencari solusi sendiri jika menemukan kesulitan kerja.Sementara, kekurangan ancak tetap, pelaksanaan potong buah tidak mengacu pada banyak atau sedikitnya buah karena luas ancaknya telah tertentu

(18)

(ancak tetap), ada kesan bahwa mandor memaksa karena karyawan langsung mengetahui ancak masing-masing. Dalam hal ini, peran mandor mengecil, yakni bukan sebagai pembimbing (kontrol saat kerja), melainkan lebih banyak pendenda (kontrol setelah selesai kerja), distribusi buah menyebar karena kekuatan karyawan berbeda (Pahan, 2008).

C. Kriteria matang buah yang di panen

Tingkat kematangan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna. Buah kelapa sawit yang masih mentah berwarna hijau, karena pengaruh pigmen klorofil. Buah akan berubah menjadi merah atau orange akibat pengaruh pigmen beta karoten. Kondisi tersebut menandakan minyak yang terkandung dalam daging buah telah maksimal dan buah sawit akan lepas dari tangkai tandannya (membrondol), (Sunarko, 2009).

Pardamean (2011) berpendapat bahwa, tingkat kematangan buah akan berpengaruh pada kualitas dan kuantitas minyak sawit yang dihasilkan. Apabila buah dipanen pada keadaan buah yang sudah lewat matang bila diolah akan menghasilkan minyak sawit dengan kandungan asam lemak bebas yang tinggi sehingga kualitasnya menjadi rendah, sebaliknya jika buah yang dipanen adalah buah yang masih mentah, akan menyebakan penurunan kandungan minyak dari buah tersebut.

(19)

Menurut Sunarko (2009), bahwa standar kematangan buah kelapa sawit dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Standar kematangan buah

No Fraksi Jumlah brondolan Sifat fraksi

1. Fraksi 00 (F-00) 0 % Tidak ada Sangat mentah 2. Fraksi 0 (F-0) 1 - 12,5 % buah luar Mentah

3. Fraksi 1 (F-1) 12,5 – 25 % buah luar Kurang matang 4. Fraksi 2 (F-2) 25 – 50 % buah luar Matang 1 5. Fraksi 3 (F-3) 50 – 75 % buah luar Matang 2 6. Fraksi 4 (F-4) 75 – 100 % buah luar Lewat matang 1 7. Fraksi 5 (F-5) Buah dalam ikut membrondol Lewat matang 2 8. Fraksi 6 (F-6) Semuanya membrondolan Tandan kosong Sumber : Sunarko (2009).

Dalam hal ini, pemahaman mengenai derajat kematangan buah ini mempunyai arti penting, tingkat kematangan yang baik adalah fraksi 2 dan 3 (brondolan 1 dan 2 per kg berat tandan), sebab jumlah dan mutu minyak yang akan diperoleh sangat ditentukan oleh faktor ini. Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan.

Apabila pemanen buah dilakukan dalam keadaan lewat matang 1 (fraksi 4), maka minyak yang dihasilkan akan mengandung ALB dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Hubungan rendemen minyak dengan matang buah yang di panen dapat dilihat pada Tabel 2, jika pemanen dilakukan pada buah yang belum matang, maka kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa dan Paeru, 2012).

(20)

Tabel 2. Hubungan rendemen minyak dengan ALB

Fraksi Rendemen Minyak (%) Kadar Asam Lemak

Bebas (%) 0 16 1,6 1 21,4 1,7 2 22,1 2,8 3 22,2 2,1 4 22,2 2,6 5 21,9 3,8

Sumber. (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa dan Paeru, 2012).

D. Kerapatan panen

Kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukkan tingkat kerapatan pohon matang panen didalam suatu areal, baik itu pada sistem blok maupun pada sistem grup. Tujuanya untuk mendapatkan minimal satu tandan yang matang panen. Sebagai contoh, kerapatan panen 1 : 5 artinya setiap 5 pohon akan ditemukan minimal 1 tandan yang matang panen. Agar lebih akurat didalam menetukan kerapatan panen, dapat ditentukan selama satu hari sebelum panen buah, perhitungan dilakukan khususnya pada areal-areal yang keesokan harinya akan dipanen (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa dan Paeru, 2012).

Untuk menghitung kerapatan panen dalam satu areal, dapat mengambil beberapa pohon yang akan digunakan sebagai contoh secara sistematis. Misalnya, didalam 1 blok diambil sebanyak 10 barisan tanaman sebagai barisan pohon contoh, kemudian didalam setiap barisan tersebut ditentukan pula sebanyak 10 batang pohon untuk contoh perhitungan. Dengan demikian, didalam satu blok atau grup akan digunakan sebanyak 100 batang pohon contoh, selanjutnya pada setiap pohon terrsebut dilakukan perhitungan dan pencatatan jumlah tandan yang matang (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa dan Paeru, 2012).

(21)

E. Kebutuhan tenaga panen

Menurut (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa dan Paeru, 2012),untuk menghitung penggunaan tenaga kerja pemanenan buah dapat digunakan rumus sebagai berikut.

Kebutuhan tenaga pemanen = A X B X C X D E Keterangan :

A = luas ancak (kappel) yang akan dipanen (ha) B = keraptan panen

C = rata-rata berat buah (camical) (kg) D = populasi tanaman/ha

E = kapasitas panen /HK

Bagi perkebunan yang tidak melakukan survey kerapatan panen, jumlah tenaga kerja ditentukan berdasarkan perhitungan estimasi produksi dan hari kerja dalam satu tahun yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Kebutuhan tenaga panen = A - B

C X D

Keterangan:

A = Total estimasi produksi/th (kg) B = Panen pada hari libur/th (kontanan) C = Kapasitas panen maksimal/ HK D = Jumlah hari kerja/thn

Ada juga beberapa perkebunan yang tidak melakukan survey kerapatan panen, tetapi menetukan jumlah tenaga kerja dilakukan berdasarkan rata-rata hasil produksi/ha dalam satu tahun yaitu sebagai berikut.

Kebutuhan tenaga panen = A X B C X D Keterangan:

A = Total estimasi produksi/thn (kg) B = Total areal tanaman (ha) C = Kapasitas panen maksimal/ HK D = Jumlah hari kerja/thn

(22)

2.6. Cara panen

Menurut (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa dan Paeru, 2012), ada tiga cara panen yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang didasarkan pada tinggi tanaman. Untuk tanaman yang tingginya 2 – 5 m dilakukan cara panen jongkok menggunakan alat dodos, sementara itu untuk tanaman yang tingginya sudah mencapai 5 – 10 m panen dilakukan dengan cara berdiri dan menggunakan alat panen kampak siam, sedangkan untuk tanaman yang tingginya lebih dari 10 m alat panen yang digunakan adalah egrek bergagang panjang.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan panen adalah sebagai berikut :

1. Persiapan peralatan panen. Peralatan harus tersedia lengkap, alat-alat yang berfungsi sebagai pemotong seperti dodos atau egrek harus selalu tajam. Untuk itu batu asah harus selalu tersedia oleh pemanen, karug untuk tempat brondolan.

2. Pemanen memeriksa areal atau ancak yang akan dipanen, menentukan tandan-tandan yang akan dipanen dengan menggunakan brondolan minimal 10 di bawah piringan.

3. Memangkas pelepah yang terletak di bawah tandan yang akan dipanen. Pelepah di potong dan diletakkan diantara barisan tanaman sehingga tidak mengganggu kelancaran pengangkutan tandan ke tempat pengumpulan hasil (TPH).

4. Pemanenan tandan dengan cara memotong tangkainya, kemudian tangkai tandan dipotong mepet menjadi sependek mungkin berbentuk huruf V.

(23)

Buah-buah yang jatuh dan terselip pada ketiak-ketiak daun diambil dan dikumpulkan dalam karung goni.

2.7. Pengangkutan TBS ke Pabrik

TBS yang baru dipanen harus segera diangkut ke pabrik karena harus segera diolah dan tidak boleh melebihi delapan jam setelah panen. Buah yang tidak segera diolah akan mengalami kerusakan. Pemilihan alat angkut yang tepat dapat membantu mengatasi kerusakan buah selama pengangkutan. Jadwal kedatangan alat angkut kelokasi panen dan pabrik harus diatur sedemikian rupa agar sesampainya dikebun, tandan yang harus diangkut sudah tersedia. Alat angkut yang dapat digunakan dari perkebunan ke pabrik, di antaranya lori, traktor gandengan atau truk (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa dan Paeru, 2012).

Pengangkutan dengan lori dianggap lebih baik dibandingkan dengan alat angkutan lain. Jika menggunakan truk atau traktor gandengan, guncangan selama perjalanan lebih banyak terjadi sehingga kemungkinan adanya pelukaan pada buah lebih banyak. Setelah TBS sampai dipabrik, segera dilakukan penimbangan. Penimbangan penting dilakukan terutama untuk mendapatkan angka-angka yang berkaitan dengan produksi, pembayaran upah pekerja, dan perhitungan rendemen minyak sawit (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa dan Paeru, 2012).

(24)

III. METODE PELAKSANAAN

3.1. Tempat dan Waktu

Kegiatan praktek kerja pengalaman mahasiswa (PKPM) ini merupakan kegiatan dalam penyelesaian studi pada Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh (sebagai Tugas Akhir). Tempat pelaksanaan Tugas Akhir ini adalah di PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) Kebun Sei. Tamaluku, Group First Resources Limited berlokasi di Desa Danau Lancang dan Sekijang, Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Kegiatan ini dimulai pada tanggal 18 April sampai dengan 20 Juni 2015.

3.2. Metode Pelaksanaan

1. Bekerja

Yaitu mahasiswa melakukan pekerjaan dibawah bimbingan Pembimbing Lapang, terutama untuk kegiatan panen dan pasca panen. Dalam pelaksanaannya mahasiswa dapat menghitung prestasi kerjanya. Dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan bergabung bersama karyawan setempat atau tersendiri sesuai dengan kondisi di perusahaan serta atas persetujuan/perintah dari Pembimbing Lapang.

2. Diskusi

Metoda ini dilaksanakan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak ada dilaksanakan di perusahaan PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) kebun Sei. Tamaluku pada saat pelaksanaan Tugas Akhir ini atau kegiatan-kegiatan lain yang dianggap perlu secara metoda diskusi dengan Pembimbing Lapang.

(25)

3. Demonstrasi

Metoda ini didalkukan apabila kegiatan tidak dapat dilaksanakan oleh mahasiswa karena faktor lain atau kondisi yang tidak bisa mendukungnya atau pertimbangan Pembimbing Lapang bahwa suatu pekerjaan tidak dapat dilakukan oleh mahasiswa mengingat faktor keselamatan, ketersediaan alat dan sebagainya.

4. Pengamatan

Metoda ini dilakukan atas dasar pertimbangan Pembimbing Lapang suatu pekerjaan tidak dapat dilakukan oleh mahasiswa mengingat faktor keselamatan, ketersediaan alat dan sebagainya.

5. Pengumpulan data.

Kegiatan pengumpulan data sangat diperlukan bagi mahasiswa sebagai bahan dalam penyusunan laporan seperti data primer diantaranya data kebutuhan alat dan bahan beserta harganya, data tenaga kerja, data kegiatan pemeliharaan, data produksi, data keadaan iklim dan data sekunder yang dianggap perlu.

(26)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

Perkebunan PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) Kebun Sei. Tamaluku, merupakan salah satu perkebunan kelapa sawit milik Group First Resources Limited. Perusahaan perkebunan ini berlokasi di Desa Danau Lancang dan Sekijang, Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau yang berjarak ± 150 km dari kota Pekanbaru. Lokasi kebun dapat dicapai melalui jalan propinsi sepanjang ± 120 km dari Bangkinang, ± 42 km dari pasar Sukarame (Suram) dan berada pada ketinggian 170 meter di atas permukaan laut.

Areal perkebunan PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) mempunyai batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan PT. Sumber Arum Makmur 2 (SAM 2). b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Danau Lancang.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Trans SP 3 Buana. d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Danau Lancang.

4.2. Keadaan Iklim dan Tanah

4.2.1. Iklim

Curah hujan rata-rata selama 7 tahun terakhir (2008 – 2014) di lokasi PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) adalah 1.860 mm/tahun. Data curah hujan rata-rata tahun 2008 – 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(27)

Tabel 1. Data curah hujan tahunan di PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP).

Tahun Curah hujan mm/tahun

2008 4.277 2009 3.562 2010 4.225 2011 2.188 2012 2.327 2013 2.386 2014 1.879 Total CH 7 Tahun 20.884 Rata-Rata CH 7 Tahun 2.978

Sumber : PT. Bumi Sawit Perkasa (2014).

Temperatur udara di lokasi PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) Kebun Sei. Tamaluku antara 280C – 310C, dan lama penyinaran 5 – 7 jam/hari, sedangkan kelembaban udara adalah 71%.

4.2.2. Tanah

Areal perkebunan PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) Kebun Sei. Tamaluku terdiri dari areal dengan tanah gambut seluas 3.573,36 ha dan areal dengan tanah mineral 1.164,71 ha.

4.3. Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Luas areal yang dikelola pada PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) Kebun Sei. Tamaluku adalah 6.377,58 ha dengan rincian dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Untuk lebih jelasnya areal yang dikelola oleh perusahaan ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

(28)

Tabel 2. Luas areal konsesi dan tata guna lahan PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP).

No Afdeling

Kategori

Ditanami Jalan Parit dan Bangunan/

(ha) (ha) Sungai Emplasmen

1. Afdeling 1 594,15 39,95 - 10,20 2. Afdeling 2 570,56 31,80 - 1,04 3. Afdeling 3 716,14 57,16 - 0,40 4. Afdeling 4 709,87 57,96 - 0,37 5. Afdeling 5 760,91 54,21 - 0,38 6. Afdeling 6 701,51 48,74 - 0,35 7. Afdeling 7 684,93 30,71 - - 8. KKPA 1 1.087,51 21,38 2,21 0,12 9. KKPA 2 552,00 19,12 2,40 - Jumlah Total 6.377,58 361,03 4,61 12,86

Sumber : PT. Bumi Sawit Perkasa (2014).

4.4. Keadaan Tanaman dan Produksi

PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) mengelola kebun inti dan kebun plasma Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA). Kebun inti yang dikelola perusahaan terdiri dari 6 Afdeling yaitu Afdeling 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 sedangkan untuk kebun plasma ada 2 kebun yaitu KKPA-1 dan 2. Semua kegiatan kebun inti dikelola oleh perusahaan dan untuk kebun KKPA tenaga kerja disediakan oleh masyarakat. Areal kebun perusahaan ini dibagi ke dalam 2 rayon yaitu Rayon A dan Rayon B. Tiap-tiap rayon dipimpin oleh seorang Field Manager yang membawahi 4 Afdeling. Untuk Rayon A terdiri dari Afdeling 1 dan 2 ditambah KKPA 1 dan 2 dan Rayon B terdiri dari Afdeling 3, 4, 5, 6 dan 7.

Jenis kelapa sawit yang ditanam di perusahaan ini yaitu berasal dari bibit Papua Nugini (PNG) dan Sinarmas (Damimas) dengan tahun tanam yang berbeda-beda. Untuk kebun inti dan KKPA-2 tahun tanamnya 2006 yang telah berumur 9 tahun setelah tanam dan memasuki TM 6.

(29)

Produksi tanaman di kebun BSP ini secara keseluruhan mengalami peningkatan setiap tahunnya, mulai dari tahun pertama menghasilkan atau TM 1 sampai TM 4. Produksi TBS per tahunnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Produksi TBS 5 tahun terakhir.

No Tahun Produksi (Kg) 1. 2010 38.348.670 2. 2011 57.218.660 3. 2012 72.964.380 4. 2013 77.676.450 5. 2014 81.190.280

Sumber : PT. Bumi Sawit Perkasa (2014).

Dari tabel diatas dapat dilihat, bahwa di PT. Bumi Sawit Perkasa hasil produksi kelapa sawit selalu untuk lima tahun terakhir mulai dari tahun 2010 – 2014 selalu ada peningkatan dari tahun ke tahunnya. Pada tahun 2014 produksi kelapa sawit di PT. Bumi Sawit Perkasa mencapai 81.190.280 kg dengan luasan kebun 1.164.17 Ha, jadi dalam satu hektar produksi kelapa sawit di PT. Bumi Sawit Perkasa mecapai 69.740 kg per tahun.

4.5. Panen dan pasca panen kelapa sawit a. Persiapan panen

Persiapan panen dilaksanakan mulai dari persiapan alat dan bahan, selanjutnya ditentukan penentuan matang panen (masaknya buah), rotasi dan sistim panen, dan manajemen pelaksana panen.

Alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan panen dan pengangkutan TBS ke PKS pada PT. Bumi Sawit Perkasa kebun Sei Tamaluku ini adalah Dodos, Gancu, Kampak/Parang, Gerobak, Batu asah, Truck, Tojok, Garukan, Timbangan Automatic, Komputer, Alat tulis.

(30)

Rotasi panen di PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) digunakan rotasi 6/7 hari, artinya ada 6 hari panen dalam satu minggu, pada seksi yang berbeda kemudian satu hari diberikan libur untuk para karyawan.

Kriteria matang panen yang dipakai di PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) ditentukan berdasarkan jumlah brondolan sawit yang sudah jatuh minimal 10 brondolan. Penentuan jumlah buah yang memberondol adalah berdasarkan berat tandan buah panen sebelumnya. Cara perhitungannya adalah menghitung jumlah buah yang dipanen pertandan, kemudian tentukan berat buah keseluruhan setelah itu berat tandan keseluruhan dibagi jumlah tandan, dapatlah Berat Janjang Rata-rata (BJR) pertandan.

b. Kebutuhan tenaga panen

Di PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) jumlah tenaga kerja pemanen untuk dala satu afdeling 32 orang. Tenaga panen ditentukan berdasarkan kapasitas panen maksimal/HK. Pada PT. Bumi Sawit Perkasa ini kepada tenaga panen diberikan ancak 1,8 Ha/hari, atau 8 lorong. Perhitungan biaya pemanen ditentukan berdasarkan tonase TBS pemanen yaitu 1 Ton TBS dihargai Rp. 89.000,-.

c. Cara panen SOP pelaksanaan panen pada PT. Bumi Sawit Perkasa ini dilakukan seperti berikut ini :

a. Siapkan alat panen dan pemanen menuju ancak masing-masing.

b. Pemanen mendatangi tiap pokok kelapa sawit satu demi satu, dan mengamati ada-tidaknya tandan matang dengan melihat berondolan dipiringan atau ke ketiak pelepah sebanyak kriteria matang panen (10 brondolan/tandan).

c. Apabila tandan buah yang diamati telah matang panen, maka pelepah yang menyangga tandan tersebut dipotong lebih dulu dengan dodos atau egrek.

(31)

d. Potong tandan buah secara mepet ke buah dengan kemiringan dodos 450, pelepah diletakkan di gawangan mati atau antar pokok.

e. Tangkai tandan buah dipotong pendek berbentuk huruf “V“ dengan kampak atau panjang tangkai maksimal 2 cm. Kutip semua brondolan yang terdapat pada ketiak pelepah dan piringan

f. Selesai pokok satu, pindah ke pokok berikutnya sampai dua barisan hingga pasar pikul tersebut selesai dipanen.

g. Tandan Buah Segar (TBS) dan berondolan yang telah dikumpulkan diangkat dan dilangsir ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) dengan menggunakan gancu dan gerobak sorong, TBS diusahakan jangan terluka.

h. Setiba Di TPH, TBS disusun berjejer 5 - 5 atau 10 - 10 tandan dengan tangkai posisi keatas dan menghadap ke jalan, kemudian masukkan berondolan kedalam karung terbuka dan letakkan disamping susunan TBS. i. Tuliskan nomor potong, nomor blok, dan nomor TPH serta jumlah TBS pada

tangkai tandan buah yang telah dipotong. d. Pengangkutan TBS ke Pabrik.

Pengangkutan TBS adalah transfer buah dari kebun menuju PKS. Buah kelapa sawit hasil panen (TBS) harus segera diangkut ke pabrik agar dapat segera diolah.

Adapun prosedur kerja pengangkutan TBS ke pabrik di PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) yaitu sebagai berikut :

a. Mobil truk (colt diesel) pengangkut buah menuju ke TPH harus sesuai menurut blok panen, mandor mengawasi TBS yang akan diangkut.

b. Buah dimasukan kedalam truk oleh pemuat menggunakan tojok, Brondolan yang ada didalam karung dimasukan ke dalam bak truk, usahakan jangan

(32)

sampai tercecer dan harus dikutip bersih brondolan yang berjatuhan di TPH maupun di Jalan.

c. Jika buah habis pada satu TPH maka mobil pindah ke TPH selanjutnya Hingga bak mobil terisi penuh dengan kapasitas maksimum yaitu 7,5 Ton. d. Krani mengisi buku produksi dan surat pengantar TBS dan TBS dibawa ke

PKS dengan membawa surat pengantar TBS

e. Setelah sampai di PKS, supir harus melapor ke petugas satpam di pos keamanan dengan menunjukkan surat pengantar. Setelah diperiksa, maka mobil dapat masuk ke PKS.

Penimbangan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Mobil dan TBS ditimbang, sehingga diproleh berat bruto. Setelah selesai, surat pengantar ditahan untuk sementara waktu sampai muatan buah selesai diturunkan di peron atau tempat dilakukan sortasi buah.

b. TBS diturunkan di stasiun loading ramp. Mobil harus benar-benar kosong tanpa ada buah yang tertinggal di dalam bak mobil.

c. Mobil kembali ke jembatan timbang untuk dilakukan penimbangan ulang sehingga diperoleh berat TBS sesungguhnya.

d. Selisih bruto dengan berat mobil, maka diperoleh berat netto.

e. Operator harus membawa surat terima buah untuk diserahkan kepada kerani afdeling.

Sortasi TBS dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Sortasi diakukan setelah diturunkannya TBS pada peron atau sebelum TBS masuk kedalam loading ramp, dengan cara mengambil 100 sampel TBS dan dilakukan sortasi sesuai kriteria sebagai berikut:

(33)

 Buah segar (tidak over night)

 Buah masak atau telah membrondol minimal 5 buah brondolan

 Tandan tidak boleh bergagang panjang, maksimal 2,5 cm diukur dari pangkal tandan

 Tidak terdapat tandan kosong  BJR lebih dari 5 kg

 Brondolan bebas dari sampah, pasir, batu dan lainnya.  Selain dari yang diatas dikenakan denda.

Pengawasan panen.

Pengawasan panen dilakukan oleh mandor panen Assisten afdeling, Divisi Manager, dan Pimpinan. Pengawasan dilakukan terhadap kualitas produksi (output dan pencapaian tonase produksi), kualitas mutu buah dan ancak. Dengan demikian akan diperoleh hasil sebagai berikut :

- Semua buah matang normal tidak ada yang tertinggal di pokok. - Gagang buah harus dipotong rapat (minimum 2 cm).

- Semua buah yang sudah dipanen harus diangkut ke TPH, jangan ada yang tertinggal di piringan atau di pasar rintis.

- Buah mentah yang terlanjur dipanen tidak dibenarkan ditinggal di dalam blok, apalagi diperam di kebun.

- Semua brondolan harus dikumpulkan dan dibawa ke TPH. Pelaporan hasil panen

Perusahaan kelapa sawit PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) melakukan evaluasi secara administratif yang dituangkan dalam laporan. Laporan terdiri dari laporan harian, mingguan, tahunan.

(34)

Laporan harian adalah hasil pelaksanaan kegiatan harian yang telah direncanakan baik perawatan maupun panen. Laporan harian diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah HK serta biaya alat dan bahan yang akan digunakan dalam satu hari.

Laporan bulanan adalah rekapitulasi selama satu bulan kerja dari kerja harian dan prestasi kerja satu bulan kerja dari laporan kerja harian dan prestasi kerja satu bulan. Pada laporan ini dibahas hal-hal yang menyebabkan biaya lebih tinggi anggaran, output yang rendah, dan pemakaian bahan yang tidak sesuai.

Untuk mendorong, memacu dan meningkatkan mutu kerja karyawan dalam mengerjakan pekerjaan di lapangan perlu adanya suatu motivasi agar karyawan termotivasi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Bentuk motivasi dapat berupa imbalan dan penyediaan fasilitas oleh perusahaan. Sebagai berikut yang telah disediakan oleh PT. Bumi Sawit Perkasa ini :

1. Gaji/Upah

Gaji pokok untuk karyawan harian tetap diberikan sesuai dengan jumlah hari kerja. Sedangkan Pegawai Bulanan Tetap diberikan gaji pokok dan di tambah jatah beras

2. Premi/Upah lembur

Premi untuk karyawan panen buah diberikan apabila hasil kerjanya dalam satu hari melebihi basis/norma kerja potong buah. Premi untuk Pegawai Harian Lepas maupun Pegawai Bulanan Tetap diberikan apabila melebihi 7 jam kerja dalam 1 hari.

(35)

3. Tunjangan dan bonus

Tunjangan diberikan kepada karyawan berupa Tunjangan Hari Raya (THR) dan bonus. THR diberikan oleh perusahaan menjelang hari raya Idul Fitri. Sedangkan bonus dberikan diberikan berdasarkan pendapatan/keuntungan dari perusahaan per tahunnya.

4. Cuti

Hak cuti yang diberikan kepada karyawan adalah 12 hari kerja dalam satu tahun, disamping itu cuti juga diberikan kepada karyawan yang mendapat kemalangan, cuti melahirkan dan cuti bulanan (khusus wanita).

5. Fasilitas

Adapun fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan adalah berupa :

a. Asuransi Kesehatan (AsKes) b. Perumahan

c. Listrik d. Beras e. Air

f. Rumah pamong (penitipan anak) dan fasilitas pendidikan anak g. Sarana ibadah/mesjid

h. Sarana olah raga

i. Transportasi berupa bus sekolah j. Poliklinik

4.6 Pembahasan

Keadaan iklim yang dikehendaki oleh kelapa sawit secara umum adalah sebagai berikut :

(36)

Menurut Sunarko (2009), curah hujan yang ideal bagi kelapa sawit, yakni 2.000 – 2.500 mm per tahun dan distribusinya merata setiap tahun. Curah hujan yang merata dapat menurunkan penguapan dari tanah dan tanaman kelapa sawit. Bila tanah dalam keadaan kering, akar tanaman sulit menyerap mineral dari dalam tanah.

Jika dilihat dari data curah hujan di PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP), curah hujan rata-rata per tahunnya adalah 1.860 mm/tahun. Kondisi ini ternyata masih bisa memberikan pertumbuhan dan produksi bagi tanaman sawit di PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) karena ketersediaan air masih cukup dimana lahannya dekat dengan sungai dan parit alami.

Cahaya matahari diperlukan untuk berlangsungnya proses fotosintesis pada tanaman sawit, dan ini menentukan terhadap pembungaan dan produksi buah. Lama penyinaran matahari yang optimum bagi kelapa sawit adalah 5 – 7 jam/hari. Suhu optimum bagi kelapa sawit berkisar 27 – 29 ºC (Sunarko, 2009).

Suhu udara di lokasi PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) Kebun Sei. Tamaluku antara 28 0C – 31 0C, dan lama penyinaran 5 – 7 jam/hari. Dari data yang diperoleh di PT. Bumi Sawit Perkasa, suhu dan lama penyinaran cahaya matahari sudah sesuai dengan kritera untuk budaya tanaman kelapa sawit.

Kelembaban udara dapat mengurangi penguapan, sedangkan angin berfungsi untuk membantu penyerbukan secara alamiah. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit, yakni 80 – 90% (Sunarko, 2009). Sedangkan di PT. Bumi Sawit Perkasa kelembaban udaranya adalah 71%, meskipun kelembapan udara di PT. Bumi Sawit Perkasa kurang sesuai dengan teori yang ada, namun kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik, karena masih terpenuhinya kebutuhan air bagi kelapa sawit dari dalam tanah.

(37)

Menurut Pahan (2008), sifat tanah untuk lahan budidaya tanaman kelapa sawit yang cocok adalah sebagai berikut :

- Tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik.

- Reaksi (pH) tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0 – 6,0 namun yang terbaik adalah pH 5 – 6. Tanah yang mempunyai pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran. Tanah pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut.

Areal perkebunan PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) Kebun Sei. Tamaluku terdiri dari areal dengan tanah gambut seluas 3.573,36 ha dan areal dengan tanah mineral 1.164,71 ha. Pada tanah mineral ph tanah pada kebun berkisar antara 4 – 5 dan sudah sesuai dengan kriteria dan ketebalan solumnya 76 cm dan tanaman kelapa sawit tumbuh dengan baik. Sedangkan untuk tanah gambut ph tanah berkisar antara 4,0, dan kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik.

Menurut (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa dan Paeru, 2012), ada tiga cara panen yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang didasarkan pada tinggi tanaman. Untuk tanaman yang tingginya 2 – 5 m dilakukan cara panen jongkok menggunakan alat dodos, sementara itu untuk tanaman yang tingginya sudah mencapai 5 – 10 m panen dilakukan dengan cara berdiri dan menggunakan alat panen kampak siam, sedangkan untuk tanaman yang tingginya lebih dari 10 m alat panen yang digunakan adalah egrek bergagang panjang.

(38)

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan panen di adalah sebagai berikut :

 Persiapan peralatan panen. Peralatan harus tersedia lengkap, alat-alat yang berfungsi sebagai pemotong seperti dodos atau egrek harus selalu tajam. Untuk itu batu asah harus selalu tersedia oleh pemanen, keranjang atau goni untuk tempat brondolan.

 Pemanen memeriksa areal atau ancak yang akan dipanen, menentukan tandan-tandan yang akan dipanen dengan menggunakan brondolan minimal 10 yang ada dibawah piringan.

 Memangkas pelepah yang terletak di bawah tandan yang akan dipanen. Pelepah dipotong dan diletakkan diantara barisan tanaman sehingga tidak mengganggu kelancaran pengangkutan tandan ke tempat pengumpulan hasil (TPH).

 Pemanenan tandan dengan cara memotong tangkainya, kemudian tangkai tandan dipotong mepet menjadi sependek mungkin berbentuk huruf V. Buah-buah yang jatuh dan terselip pada ketiak-ketiak daun diambil dan dikumpulkan dalam karung goni.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan panen di PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) adalah sebagai berikut :

 Persiapan peralatan panen. Alat yang digunakan dalam memanen tanaman kelapa sawit di PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) adalah egrek dan karung sebagai tempat brondolan.

 Pemanen memeriksa areal atau ancak yang akan dipanen, menentukan tandan-tandan yang akan dipanen dengan cara mengetahui brondolan yang ada di piringan minimal 10 brondolan.

(39)

 Memangkas pelepah yang tidak produktif, dan tandan yang dipotong diletakkan diantara barisan tanaman sehingga tidak mengganggu kelancaran pengangkutan tandan ke tempat pengumpulan hasil (TPH).

 Pemanenan tandan dengan cara memotong tangkainya, kemudian tangkai tandan dipotong mepet menjadi sependek mungkin berbentuk huruf V dan semua brondolan yang berda di piringan dikutip kemudian dimasukkan dalam karung.

Di PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP), cara penen yang diterapkan sudah sesuai dengan teori, namun ada juga terdapat pemanen yang kurang mematuhi dengan intruksi yang disampaikan, dalam pemotongan pelepah kurang mepet, brondolan yang tersangkut di ketiak pelepah tidak diambil dan penyusunan pelepah yang kurang rapi. Untuk mengatasi masalah tersebut ancak yang bermasalah di beri sangsi seperti denda.

Kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukkan tingkat kerapatan pohon matang panen didalam suatu areal, baik itu pada sistem blok maupun pada sistem grup. Tujuanya untuk mendapatkan minimal satu tandan yang matang panen. Sebagai contoh, kerapatan panen 1 : 5 artinya setiap 5 pohon akan ditemukan minimal 1 tandan yang matang panen. Agar lebih akurat didalam menetukan kerapatan panen, dapat ditentukan selama satu hari sebelum panen buah, perhitungan dilakukan khususnya pada areal-areal yang keesokan harinya akan dipanen (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa dan Paeru, 2012).

Untuk menghitung kerapatan panen dalam satu areal, dapat mengambil beberapa pohon yang akan digunakan sebagai contoh secara sistematis. Misalnya, didalam 1 blok diambil sebanyak 10 barisan tanaman sebagai barisan pohon contoh, kemudian didalam setiap barisan tersebut ditentukan pula

(40)

sebanyak 10 batang pohon untuk contoh perhitungan. Dengan demikian, didalam satu blok atau grup akan digunakan sebanyak 100 batang pohon contoh, selanjutnya pada setiap pohon terrsebut dilakukan perhitungan dan pencatatan jumlah tandan yang matang (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa dan Paeru, 2012).

Pada PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP), cara perhitungan angka kerapatan panen adalah sebagai berikut :

1. Menentukan taksasi untuk panen besok hari, sehingga kegiatan AKP di lakukan sehari sebelum panen.

2. Luasan sampel di ambil 10% dari luas seksi panen.

3. Dalam satu seksi panen di bagi menjadi 2 mandoran panen, mandoran A dan B.

4. Dalam satu blok terdapat 63 pasar pikul, kemudian jumlah baris 126 - 127 baris.

5. Kemudian di bagi 2 sehingga didapatkan pada baris ke 63 baris, pemisah antara mandoran A ban B.

6. Dalam satu blok terdapat 63 pasar pikul diambil sampel 10% dan didapatkan 6 pasar pikul untuk dijadikan sampel dibagi 2 mandoran sehingga didapat 3 pasar pikul permandoran.

7. Dalam satu pasar pikul dijadikan sampel 2 baris tanaman, untuk 1 mandoran 3 pasar pikul maka 6 baris.

8. Untuk mandoran A sampel yang diambil dari baris 3 – 4, baris 13 – 14 baris, dan 23 – 24 baris, 33 – 34 baris, 43 – 44 baris, 53 dan 54 baris.

Di PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) dalam pengambilan angka kerapatan panen berbeda dengan teori, tetapi dengan cara ini hasil yang didapatkan untuk panen esok harinya tidak jauh berbeda dengan perkiraan.

Teknik panen yang baik bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak maksimum dengan kualitas yang paling baik. Agar panen berjalan lancar, tempat pengumpulan hasil (TPH) harus dipersiapkan dan jalan pengangkutan hasil (pasar pikul) diperbaiki untuk memudahkan pengangkutan hasil panen dari

(41)

kebun ke pabrik. Para pemanen juga harus mempersiapkan peralatan yang akan digunakan. Pemanenan kelapa sawit perlu memperhatikan beberapa ketentuan umum agar tandan buah segar (TBS) yang dipanen sudah matang, sehingga minyak kelapa sawit yang dihasilkan bermutu baik (Siregar, 2012).

Teknik panen yang dilakukan kebun PT. Bumi Sawit Perkasa sudah berjalan dengan baik. Tetapi masih kurang memperhatikan karyawan yang benar ahli dalam memanen. Hal ini berpengaruh terhadap kualitas buah yang dipanen. Masih banyak buah yang tidak sesuai terhadap kriteria buah yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan secara fisiologi. Secara visual dapat dilihat dari perubahan warna kulit buah menjadi merah jingga, sedangkan secara fisiologi dapat ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal. Pada saat ini kriteria umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah berondolan kurang sepuluh butir. Tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun, jumlah berondolan sekitar 15 – 20 butir. Namun, secara peraktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat dua berondolan (Fauzi, widyastuti, satyawibawa, dan peru, 2012).

Kriteria matang panen di PT. Bumi Sawit Perkasa yaitu dengan melihat brondolan 10 brondolan segar yang sudah jatuh pada piringan yang berasal dari satu pohon. Atau dengan kata lain fraksi panen yang digunakan kebun PT. Bumi Sawit Perkasa yaitu fraksi 2. Meskipun kriteria matang panen telah ditentukan 10 brondolan pertandan, namun di lapangan masih banyak ditemukan buah yang

(42)

tidak sesuai kriteria. Penyebab hal ini terjadi adalah tenaga pemanen yang di pakai belum mengetahui bentuk dan kriteria buah matang yang akan di panen di PT. Bumi Sawit Perkasa, salah satu pemanen ditanya kenapa memanen buah yang mentah alasannya untuk mendapatkan premi kemudian pekerjaan untuk keesokan harinya lebih ringan, dan pemanen malas mengutip brondolan apabila sawit yang dipanen sudah membrondol 10 butir pastinya kalau sudah buah dipotong dan buah jatuh kebawah brondolan akan lebih banyak.

Tandan buah dengan gagang panjang juga sangat mempengaruhi kualitas minyak yang akan dihasilkan. Standar maksismal panjang gagang TBS di kebun PT. Bumi Sawit Perkasa adalah 2 cm.

Menurut Rustam 2011, apabila panjang gagang terlalu panjang maka mengakibatkan kualitas minyak CPO yang dihasilkan rendah, selain itu pada saat pengepresan dipabrik, tandan ini menghisap kembali minyak yang telah keluar. Melihat survei gagang panjang di kebun PT. Bumi Sawit Perkasa masih banyak terdapat gagang yang panjang. Hal ini disebabkan karena pemanen malas dan sudah kelelahan memotong tandan bergagang panjang. Selain itu karena pemanen ingin cepat mendapatkan buah yang dipanen banyak maka pemanen tidak memperhatiakan apakah gagang yang dipotong masih cukup panjang atau tidaknya, sehingga masih banyak buah yang terdapat di lapangan. Kegiatan ini juga diberikan finalty pihak kebun, yaitu akan dikenakan seperti denda dengan cara pemotongan tonase yang didapatkan, dengan cara melihat berapa banyak gagang panjang yang terdapat di TPH.

Acuan pemanen dalam melihat buah matang yaitu perubahan warna kulit buah dan mesocarp. Hal ini mengakibatkan masih banyaknya ditemukan buah mentah yang dipanen. Pengamatan warna mesocarp tidak dianjurkan karena

(43)

perubahan warna kulit dapat dipengaruhi oleh musim dan intensitas cahaya matahari. Pengamatan mesocarp dengan melukai daging buah tidak dianjurkan karena akan meningkat kadar ALB pada buah. Sehingga pihak perusahaan menentukan kriteria matang buah dengan berdasarkan brondolan yang jatuh 30 brondolan alami yang jatuh di piringan.

Sistem ancak panen yang digunakan PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) adalah ancak giring tetap per mandoran. Pelaksanaan panen berdasarkan sasaran/persentase kerapatan panen dapat dilaksanakan secara sempurna, jumlah tenaga kerja dapat diatur (harus ditambah/dikurangi) sesuai kebutuhan/kondisi kematangan buah.

Menurut Pahan I, (2008) kekurangan pengancakan sistem ini, tanggung jawab karyawan terhadap ancak masih relative kecil, adanya pelanggaran masih sulit dideteksi. Hal ini bisa dicegah apabila mandor tetap konsisten untuk mengintruksikan agar pemanen senantiasa membuat pancang ancak, control harus ketat. Hal ini sebenarnya sebuah menjadi kewajiban yang terkesan berat jika dibandingkan ancak tetap.

Rotasi panen adalah waktu yang dibutuhkan antara panen terakhir dengan panen berikutnya dalam satu blok panen yang sama. Sedangkan blok panen adalah luasan areal panen yang dibagi menjadi beberapa bagian. Rotasi panen yang digunakan dikebun PT. Bumi Sawit Perkasa adalah 6/7 kali dalam satu minggu ada enam hari panen (senin-sabtu) dan satu hari libur.

Pada saat kondisi buah sedikit (musim trek) rotasi dapat mencapai < 8 hari. Sedangkan disaat buah banyak rotasi panen dapat mencapai > 10 hari. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas buah. Apabila rotasi panen semakin panjang (lama), maka kerapatan panen semakin meningkat, tetapi kualitas

(44)

cenderung menurun. Sedangkan rotasi terlalu cepat dapat mengakibatkan pemanen memotong buah mentah (untuk mengejar basis borong) dikarenakan kerapatan panen telah menurun dan juga menyebabkan biaya panen meningkat (komponen biaya meningkat, output menurun) sehingga rotasi panen perlu dijaga agar tetap normal (Pahan, 2008).

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari, artinya dalam satu areal panen harus dimasuki (diancak) oleh pemetik 7 hari (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa, dan Peru, 2012).

Tenaga kerja pemanen adalah faktor penting yang sangat diperlukan pada kegiatan pemanenan. Untuk itu diperlukan perencanaan dan pengorganisasian tenaga panen agar pemanenan TBS pada hari yang telah direncanakan berjalan dengan baik. Untuk perhitungan tenaga kerja pemanen berdasarkan luas kaveld panen dan kerapatan panen. Perhitungan tenaga panen berdasarkan luas seksi panen :

TK = Luas blok/standar luasan pemanen = 30 ha/ 1,8 ha

= 16 orang

Sedangkan perhitungan tenaga panen berdasarkan kerapatan panen : Luas seksi panen (ha) x AKP x BJR (kg) x Populasi tanaman/ha

Basis panen (kg)

Data peningkatan kadar ALB akibat TBS lama diolah dapat disebabkan oleh adanya kerusakan dipabrik, buah menginap dilapangan yang disebabkan adanya kerusakan saat transportasi.

(45)

Tabel 4. Peningkatan ALB akibat TBS lama diolah atau di lapangan

Sumber : Prabowo (2007).

Menurut Sastrosayono (2006), pengangkutan buah dari kebun ke pabrik harus dilakukan secepat mungkin, maksimal 8 jam setelah panen. Buah kelapa sawit yang dipotong hari ini harus diolah langsung agar asam lemak bebas (ALB) tidak tinggi. ALB yang tinggi menyebabkan minyak mudah membeku pada suhu kamar sehingga menyulitkan dalam proses pemasaran minyak nantinya.

Pengangkutan buah yang ada pada kebun PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) tidak dapat dilakukan dalam waktu 24 jam karena buah yang dipanen pada pagi hari harus segera diangkut dari kebun ke Loading Ramp pada siang hari dan selesai pada sore hari. Lokasi kebun yang cukup jauh dari pabrik juga menjadi kendala keterlambatan pengangkutan buah ke pabrik.

0

50,4

3,9

1

50,6

5,01

2

50,5

6,09

3

48,66

6,9

(46)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dalam pelaksanaan pembuatan Laporan Tugas Akhir ini dapat diperoleh beberapa kesimpulan antara lain :

 Kegiatan panen di PT. Bumi Sawit Perkasa (BSP) dimulai dari perencanaan panen yaitu menentukan angka kerapatan panen.

 Sistem panen yang dilakukan diperusahaan ini menggunakan sistem ancak giring tetap permandoran.

 Pelaksanaan panen dilakukan sesuai SOP yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

 Apabila terjadi kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pekerja maupun personil akan di beri sanksi berupa teguran, surat peringatan dan dapat pula denda berupa uang.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dalam pelaksanaan pembuatan Laporan Tugas Akhir antara lain :

 Untuk kegiatan pelaksanaan panen dalam mencari Angka Kerapatan Panen (AKP), mandor panen harus benar-benar melakukan kegiatan tersebut supaya data yang didapat lebih akurat dalam menentukan tenaga kerja pemanen, pemuat, kemudian dapat ditentukan berapa jumlah mobil dan yang akan dipakai.

(47)

 Dalam pelaksanaan pengawasan panen dan pasca panen asisten Afdeling harus memeriksa hasil kerja 10 tenaga kerja panen yang meliputi pemeriksaan mutu buah di TPH dan kualitas ancak panen minimum masing-masing 1 TPH.

 Untuk perusahaan, agar mendapatkan kualitas buah yang memenuhi standar perusahaan sebaiknya (mandor) lapangan dan assisten afdeling lebih meningkatkan pengawasan pada saat kegiatan pemanenan dan pasca panen dana untuk pencapaian target produksi yang harus diraih sebaiknya melakukan panen sesuai kriteria panen yang tepat, meminimalkan buah restan di lapangan (overnight bunch), menjaga pelepah optimal sesuai umur tanam dan pengeloalan air.

 Setiap personil yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan panen dan pasca panen harus memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaannya mulai dari asisten Afdeling, mandor panen, kerani buah serta tenaga kerja panen dan pemuat.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Chuah Meng Hap. 2005. Buku Pedoman Standar Manajemen Kerja Kebun Kelapa Sawit. Departemen Agronomi Incasi Raya Group. Kiliranjao (Sumbar). Fauzi, Y. Y,E. Widyastuti, I. Satyawibawa dan R. Hartono. 2012. Kelapa Sawit,

Budidaya Pemanfaatan Hasil & Limbah, Analisis Usaha & Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal.

Lubis, R.E dan Widanarko, A. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta

Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal.

Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal.

Pardamean. 2011. Sukses Membuka Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 300 hal.

Prabowo, 2007. Perkebunan Kelapa Sawit Cepat Panen. Infra Pustaka. Jakarta Sastrosayono, S. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta Siregar, AR. 2012. Panen dan Penanganan Pasca Panen pada Tanaman Kelapa

Sawit. http://www.wordpress.com. 29 Juni 2015.

Sunarko. 2009. Budidaya dan pengolahan kebun kelapa sawit dengan sistem kemitraan. Agromedia Pustaka. Jakarta. 178 hal.

Tim penulis. 2014. Budidaya kelapa sawit. PT. Bumi Sawit Perkasa. First Resources.

(49)

Lampiran 1.

(50)

Lampiran 2.

Gambar Kegiatan Panen dan Pasca Panen

1. Panen Tandan Buah Segar (TBS).

2. Pengutipan brondolan 3. Pengangkutan buah ke TPH

(51)

5. Muat TBS 7. Penimbangan TBS

8

8.Buah diturunkan di Peron dan masuk loading rump

Gambar

Gambar 1. Penampang buah varietas Dura  B. Tenera
Gambar 2. Penampang buah varietas Tenera  C. Pisifera
Tabel 1.  Standar kematangan buah
Tabel 2. Hubungan rendemen minyak dengan ALB
+7

Referensi

Dokumen terkait

seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang

Pengelolaan Pembiayaan di MTs Al-Ikhlas Campaka dilaksanakan dengan proses :Penganggaran (Perencanaan anggaran): Penganggaran pembiayaan telah dilaksanakan secara baik

Berdasarkan bobot kriteria kompetensi tersebut maka akan dilakukan penilaian kinerja karyawan berdasarkan kompetensi serta karyawan yang dinilai hanya pada bagian

Belahan dilapis menurut bentuk yaitu belahan dilapis dengan kain lain yang sama bentuknya. Belahan ini banyak digunakan pada tengah muka pakaian, tengah belakang atau pun ujung

memulakan pengajaran dengan mengeluarkan wang kertas yang pelbagai jenis. Sekaligus, dapat menghilangkan rasa jemu dan bosan terhadap pengajaran dan pembelajaran. 3) Guru

Penelitian ini adalah penelitian pre-eksperime yang bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran debat sebelum menggunakan media

Penelitian ini dimaksudkan untuk pembuatan membran ultrafiltrasi yang mempunyai ketahanan terhadap fouling dengan modifikasi metode inversi fase melalui polimerisasi

Untuk identifikasi masalah 2 dianalisis dengan menggunakan model regresi berganda untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor (pendidikan ibu rumah tangga, pekerjaan, pendapatan