• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaan Fenotipik Klon-Klon Mawar Hasil Persilangan Tunggal. Phenotypic Performance of Rose Clones From Single Hybridization.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keragaan Fenotipik Klon-Klon Mawar Hasil Persilangan Tunggal. Phenotypic Performance of Rose Clones From Single Hybridization."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Keragaan Fenotipik Klon-Klon Mawar Hasil Persilangan Tunggal

Phenotypic Performance of Rose Clones From Single Hybridization

Dedeh Kurniasih

1

1Balai Penelitian Tanaman Hias Jl. Raya Ciherang PO. Box 8 sdl. Pacet-Cianjur 43253 Telp :

0263-512607/514138/517055/516684, Faximile : 0263-512607/514138 E-mail : Dekurniasih@yahoo.com

ABSTRACT

The information regarding phenotypic performance is very important in rose hybridization and selection program. The aimed of the study was to revael out information on phenotypic performance in order to obtain superior clone from single crossed rose (Rosa hybrida L.). The thirty genotypes were arranged in a randomized complete block design with three replicates and three sub-sampling for individual genotypes. Observations were made on nine quantitative is panjang tangkai, diameter tangkai, neck length, sum of leaf,

jumlah duri, diameter kuncup, diameter bunga mekar, jumlah petal, vase life of flower and one qualitative

characters is colour of petal. The results of the study showed that phenotypic performance of thirty rose clones had significant difference on all observed characters and the clone number of clone 031-04 showed better performance componed to the others, following by clones number 104-05,026-13,104-03 and 100-31 as proporssing clones.

Keywords : rose, phenotypic, performance, clone PENDAHULUAN

Mawar (Rosa spp.) merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang cukup dikenal dan disukai masyarakat, baik sebagai bunga potong, penghias taman maupun sebagai bunga pot. Permintaan bunga potong mawar di pasar dalam negeri terus meningkat dibandingkan dengan bunga potong lain, terutama dikota-kota besar seperti Bandung dan Jakarta (Kartapradja 1997). Rata-rata produksi mawar tahun 2003 hanya 470.103 tangkai/ha/tahun, sedangkan kebutuhan terus meningkat. Keadaan ini mengakibatkan bunga potong mawar menduduki peringkat pertama dalam volume impor( Satsijadi et al. 2004). Tingginya konsumsi bunga potong mawar, menjadikan komoditas ini sebagai komoditas penting sehingga usaha peningkatan kualitas maupun kuantitas harus dilakukan.

Peningkatan kualitas dan kuantitas bunga potong mawar dilakukan dengan cara memperluas areal tanam, penggunaan klon-klon unggul yang berdaya hasil tinggi dan mempunyai fenotipe yang sesuai dengan selera pasar dan standar kualitas yang telah ditentukan. Dalam rangka mendapatkan klon-klon baru yang unggul, dilakukan introduksi, mutasi dan hibridisasi.

Frey (1964), mengemukakan bahwa kegiatan pemuliaan tanaman melalui tiga fase kegiatan yaitu : 1. Menciptakan variabilitas klon dalam suatu

populasi tanaman.

2. Seleksi klon yang mempunyai gen-gen pengendali karakter yang diinginkan.

3. Melepas kultivar terbaik untuk produksi pertanian.

Suatu kultivar adalah individu heterozygot karena merupakan hasil persilangan dari tetua sebelumnya. Persilangan antar individu yang heterozygot akan menghasilkan keturunan yang berklon heterozygot akibat segregasi alel-alel penyusunnya, sehingga populasi yang dihasilkan juga akan sangat beragam.

Menurut Poehlman dan Sleper (1995), suatu populasi yang terdiri dari bermacam-macam klon jika ditumbuhkan pada lingkungan yang sama, maka fenotipik karakter-karakter seperti daya hasil, karakter pertumbuhan dan kualitas hasilnya akan bervariasi sebab penampilan fenotipik suatu karakter tergantung pada faktor klon dan lingkungan tumbuhnya.

Penampilan fenotipik merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan (Crowder 1990). Lingkungan yang berbeda dengan daerah asal kemungkinan besar akan dihasilkan klon-klon dengan penampilan fenotipik yang berbeda pula. Lingkungan yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap klon, dan respon klon terhadap lingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan fenotipik tanaman yang bersangkutan.

Fenotipik yang berbeda mencerminkan adanya suatu keragaman yang terbentuk dalam populasi yang diamati. Di samping itu, keragaman karakter dari klon-klon yang diamati dapat diasumsikan bahwa karakter-karakter yang berbeda tersebut menggambarkan perbedaan susunan genetiknya, sehingga klon dengan penampikan fenotipik dapat

(2)

diasumsikan mempunyai susunan genetik yang terbaik pula pada populasi tersebut. Tujuan penelitian ini ialah untuk memperoleh informasi mengenai penampilan fenotipik klon-klon mawar hasil persilangan tunggal.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan mulai Maret 2004 sampai Juli 2005, di kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas, yang berlokasi di ketinggian 1100 meter di atas permukaan laut (dpl.). Jenis tanah di lokasi penelitian adalah Andosol dengan pH 6.0 – 6.2 dan curah hujan bertipe tipe (sangat basah) (Schmidh and Ferguson 1951).

Bahan tanaman yang digunakan berupa bibit yang terdiri atas 30 klon mawar (Rosa hybrida L.) hasil perbanyakan secara okulasi yang berumur dua bulan. Nomor-nomor klon yang digunakan adalah 031.04, 033-01, 062-03, 077-01, 090-04, 136-01, 016-01, 004-01, 008-03, 025-14, 026-13, 027-71, 028-15, 029-51, 029-82, 030-12, 032-09, 100-31, 100-36, 100-45, 100-61, 102-46, 104-03, 104-05, 105-66, 105-80, 106-42, 167-01, 170-01 dan 174-01. Percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) penarikan anak contoh, terdiri atas 30 perlakuan, tiga ulangan dan tiga anak contoh. Jumlah populasi untuk masing-masing perlakuan pada setiap ulangan sebanyak lima tanaman, sehingga setiap ulangan terdapat 150 tanaman, jadi populasi seluruhnya adalah 450 tanaman.

Keragaman antar klon diketahui dengan cara menganalisis masing-masing data berdasarkan model linier rancangan kelompok lengkap teracak penarikan anak contoh dengan model matematik sebagai berikut:

Yijk = µ + τ i + βj + εij + δijk Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan ke-k dalam ulangan ke-j yang

memperoleh perlakuan ke-i µ = Rata-rata umum

τi = Pengaruh perlakuan ke-i (i = 1, 2,3, … ,30)

βj = Pengaruh ulangan ke-j ( j = 1, 2, 3 )

εij = Pengaruh galat pada ulangan ke-j yang

memperoleh perlakuan ke-i

δijk = Pengaruh galat pada pengamatan ke-k dalam

ulangan ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i.

Keragaman antar genotipe diuji dengan menggunakan uji F pada taraf 5%. Bila hasil uji F berbeda nyata dilanjutkan dengan uji gugus rata-rata Duncan. Tingkat keragaman diduga berdasarkan nilai koefisien variasi genetik menurut Singh and Chaudhary (Singh and Chaudhary 1979).

Peubah yang diamati terdiri dari panjang tangkai, diameter tangkai, panjang leher bunga (neck

length), jumlah daun, jumlah duri, diameter kuncup,

diameter bunga mekar, jumlah petal, lama kesegaran bunga (vase life) dan warna petal berdasarkan color

chart dari Royal Horticulture Society London.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis ragam karakter kuantitatif yang disajikan pada Tabel 1., menunjukkan perbedaan yang nyata antar klon yang diuji. Tingkat keragaman ditentukan oleh nilai koefisien keragaman genetik (KVG). Hasil pengamatan terhadap 10 karakter kuantitatif, memperlihatkan perbedaan tingkat keragaman yang cukup tinggi khususnya keragaman genetik. Tingkat keragaman genetik paling tinggi terdapat pada karakter jumlah petal dan jumlah duri. Sementara itu, tingkat keragaman terkecil terdapat pada karakter lama kesegaran bunga

Berdasarkan nilai koefisien keragaman genetik pada Tabel 1, karakter jumlah duri dan jumlah petal memiliki tingkat keragaman yang tinggi karena mempunyai nilai di atas 20%, sehingga peluang perbaikan terhadap ketiga karakter tersebut melalui pemuliaan akan lebih berhasil (Falcorner 1981). Sementara itu karakter yang lainnya termasuk dalam kriteria masih dapat diterima kecuali karakter diameter bunga mekar, dan lama kesegaran bunga yang mempunyai nilai KVG di bawah 6%.

Analisis varian menunjukkan hasil terdapat empat karakter yang mempunyai keragaman sempit, yaitu karakter diameter tangkai, diamater kuncup, diameter bunga mekar dan lama kesegaran, sedangkan sisanya mempunyai keragaman yang luas (Tabel 1). Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian Darliahet al. (2001), yang menyimpulkan bahwa karakter-karakter di atas mempunyai keragaman yang luas kecuali karakter diamater kuncup. Hal tersebut disebabkan oleh populasi yang berbeda dan cara pendugaan keragaman yang berbeda pula. Pada penelitian ini penyertaan komponen penarikan anak contoh cukup signifikan mengurangi besarnya galat percobaan, sehingga ragam lingkungan menjadi lebih kecil dan ragam genetik menjadi lebih besar karena nilai penyebut yang lebih kecil.

Keragaman yang luas menunjukkan klon-klon dalam populasi tersebut relatif heterogen sehingga memiliki peluang yang besar dalam melakukan seleksi dan akan mempermudah memperoleh karakter yang diinginkan (Darliah 1993). Oleh karena itu suatu karakter pada populasi yang memiliki keragaman genetik yang luas akan memberikan harapan yang besar bahwa pekerjaan seleksi terhadap karakter yang diinginkan dapat berhasil dengan baik. Menurut Falconer (1981), keragaman yang sempit menunjukkan klon-klon yang diuji relatif seragam, sehingga perbaikan tanaman dengan cara seleksi hasilnya tidak efektif

(3)

Hasil uji F pada Tabel 1 menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan dengan probabilitas terendah 0.001, hal ini menunjukkan bahwa semua karakter yang diamati berbeda sangat nyata pada taraf 1%, sehingga uji gugus rata-rata Duncan dilakukan pada semua karakter kuantitatif yang diamati (Tabel 2).

Panjang tangkai klon-klon yang diamati berkisar antara 50 cm sampai 78 cm. Panjang tangkai terpanjang terdapat pada klon 174-01 dan panjang tangkai terpendek terdapat pada klon 100-45. Berdasarkan kelas kualitas yang ditetapkan oleh Hartono dan Faisal (1995), maka 30% (9 klon) dari klon-klon yang diamati termasuk ke dalam kelas ekstra super, 43% (13 klon) termasuk ke dalam kelas super dan sisanya (8 klon) termasuk ke dalam kelas panjang. Kelas ekstra super terdiri atas klon 105-80, 174-01, 029-82, 077-01, 090-64, 030-12, 167-01, 016-01 dan 032-09. Kelas super terdiri atas klon 025-14, 100-61, 105-66, 026-13, 97.104-03, 028-15, 100-31, 031-04, 027-71, 170-01, 004-01, 104-05 dan 136-01. Dengan demikian semua klon yang diamati mempunyai panjang tangkai yang memadai sebagai bunga potong, karena standar bunga potong mawar harus memiliki panjang tangkai tidak kurang dari 40 cm (Hartono dan Faisal 1995). Akan tetapi panjang tangkai kelas ekstra super lebih dikehendaki karena memiliki harga jual yang lebih tinggi (Darliah et al. 2001).

Diameter tangkai bunga klon-klon yang diuji cukup besar yaitu antara 0.41 cm sampai 0.59 cm. Diameter tangkai merupakan komponen pendukung karakter kokohnya tangkai bunga, sehingga yang dikehendaki adalah bunga yang berdiameter tangkai besar karena dengan diameter tangkai yang lebih besar, tangkai bunga akan semakin kokoh, tegar dan tidak merunduk.

Karakter panjang leher bunga sangat berbeda nyata untuk semua genotipe yang diuji dengan panjang antara 13.90 cm sampai 6.73 cm. Untuk karakter panjang leher bunga belum ada ketentuan yang menyatakan pada panjang leher bunga berapa karakter tersebut dikehendaki. Karakter ini diamati untuk melihat keseimbangan penampilan bunga secara keseluruhan, disamping itu karakter panjang leher bunga dapat dipakai sebagai salah satu karakter penanda pada suatu genotipe untuk membedakan dengan genotipe yang lain.

Hasil pengamatan terhadap jumlah daun, menunjukkan klon 100-36, 062-03, 029-51, 102-46 dan 090-04 mempunyai jumlah daun yang paling sedikit daripada klon yang lain. Belum ada ketentuan mengenai banyak sedikitnya jumlah daun. Kualitas substansi daun seperti daun yang bersih, sehat dan mengkilat merupakan salah satu yang menentukan kualitas mawar (Morey 1969), dan dari segi penyimpanan produsen lebih menyukai bunga yang

berdaun sedikit karena tidak memerlukan tempat yang besar dan pengemasan lebih mudah.

Jumlah duri berkisar antara 24.5-89.6 buah, jumlah duri besar paling banyak terdapat pada klon 174-01. Jumlah duri merupakan karakter yang tidak diinginkan karena akan menyulitkan dalam penanganan pascapanen dan pembuatan rangkaian bunga, sehingga seleksi terhadap klon yang mempunyai jumlah duri relatif sedikit lebih diutamakan. Klon-klon dengan jumlah duri paling sedikit adalah 077-01, 030-02, 100-61, 105-66 dan 016-01.

Diameter kuncup yang dikehendaki tidak kurang dari 2.5 cm, sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan oleh Asbindo (Darliah et al. 2001). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa diameter kuncup berkisar antara 2.27 cm sampai 3.02 cm dan hanya 43% dari klon yang diamati memiliki diameter kuncup kurang dari 2.5 cm. Klon-klon tersebut adalah 170-01, 174-01, 167-01, 062-03, 029-51, 105-80, 136-01, 077-01, 025-14, 033-01, 027-71, 100-61 dan 008-03, maka sebagian besar klon yang diamati mempunyai diameter kuncup yang memenuhi kriteria kelas kualitas yang ditentukan. Diamater kuncup terbesar diperoleh dari klon 028-15 dan terkecil diperoleh dari klon 008-01.

Diameter bunga mekar berkisar antara 7.5 cm sampai 11.8 cm, diameter bunga mekar terbesar diperoleh dari klon 032-09 dan terkecil adalah klon 136-01. Umumnya diameter bunga mekar di atas 8 cm dikelompokan ke dalam bunga yang mempunyai diameter cukup besar. Belum ada ketentuan yang menyatakan besar kecilnya diameter bunga bunga mekar, tetapi menurut (Darliah et al. 2001). diameter bunga dibagi menjadi tiga kelompok yaitu diameter bunga besar dengan ukuran lebih besar dari 9.5 cm, diameter bunga sedang dengan ukuran 8.0 cm sampai 9.5 cm dan diameter bunga kecil dengan ukuran lebih kecil dari 8.0 cm.

Berdasarkan hasil pengamatan terdapat dua klon yang berdiameter bunga mekar di bawah 8 cm yaitu 033-01 dan 136-04. Klon 030-12, 026-13, 028-15, 028-028-15, 029-82, 029-51, 032-09, 025-14, 170-01 dan 027-71 berdiameter bunga mekar di atas 10 cm dan yang lainnya mempunyai diameter bunga mekar antara 8.44 cm sampai 9.98 cm. Oleh sebab itu, 97% klon yang diuji mempunyai diameter bunga mekar yang cukup besar. Dengan demikian klon-klon yang diamati mempunyai diameter bunga mekar di atas 8 cm kecuali klon 033-01 dan 136-01.

Jumlah petal berkisar antara 20-93, dengan jumlah terbesar terdapat pada klon 016-01, 029-01 dan 028-15 yang masing-masing mempunyai 83, 75 dan 62 helai. Sementara itu, jumlah petal paling sedikit terdapat pada klon 033-01 dan 136-01 dengan 21 helai petal. Jumlah petal bunga potong mawar yang ideal adalah 25-35 helai. Pada kisaran jumlah tersebut, kuntum bunga akan berbentuk tipe ganda,

(4)

artinya setiap kuntum bunga mempunyai lebih dari 20 helai petal yang tersusun dalam beberapa lapis atau lingkaran (Darliah et al. 2001). Jumlah petal tersebut memadai untuk membentuk kuntum bunga

yang baik sebagai bunga potong, yaitu cukup padat dan penuh dengan susunan petal tidak terlalu terbuka

pada saat mekar penuh.

Tabel 1 Keragaman, Koefisien Variasi Genetik dan Dua Kali Standar Deviasi Genetik Karakter Kuantitatif yang Diamati Karakter Keragaman (σ2 ) KVG 2σ2g Kriteria Pr > F Genetik (σ2 g) Fenotipe (σ2 p ) Lingkungan (σ2 e )

Panjang Tangkai 62.106 76.691 14.5853 12.928 15.761 Luas 0.0001

Diameter Tangkai 0.002 0.004 0.0014 8.632 0.091 Sempit 0.0002

Jumlah Daun 5.379 6.354 0.9752 16.204 4.638 Luas 0.0001

Panjang Leher Bunga 2.567 2.649 0.0820 17.610 3.204 Sempit 0.0001

Jumlah Duri 244.996 298.474 53.4780 29.520 31.305 Luas 0.0001

Diameter Kuncup 0.027 0.029 0.0021 6.453 0.330 Sempit 0.0001

Diameter Bunga Mekar 0.002 0.002 0.0002 4.129 0.082 Sempit 0.0001

Jumlah Petal 265.200 272.783 7.5828 40.773 32.570 Luas 0.0001

Lama Kesegaran Bunga 0.068 0.126 0.0582 3.415 0.520 Sempit 0.0010 Tabel 2. Hasil Uji Duncan pada Berbagai Karakter Tangkai 30 Klon Mawar yang Diuji.

No. Nomor Klon

Karakter Tangkai yang Diamati Panjang Tangkai

(cm)

Diameter Tangkai

(cm)

Panjang Leher Bunga (cm)

Jumlah Daun (helai) Jumlah Duri (buah)

1 031.04 71.44 b 0.487 bcdefghi 8.80 ijklm 16.15 bc 54.53 cdef

2 033-01 53.94 efghi 0.558 abcd 7.19 no 14.30 def 49.75 defgh

3 062-03 54.95 efghi 0.418 ghi 10.13 cdefgh 10.23 lm 46.59 defghi

4 077-01 49.73 i 0.510 abcdefghi 11.03 bc 11.58 ijklm 24.48 m

5 090-04 51.48 ghi 0.474 cdefghi 10.31 cdefg 11.51 ijklm 42.69 fghijk

6 136-01 62.94 c 0.587 a 8.12 lmn 16.43 bc 58.45 cde

7 016-01 62.87 c 0.558 abcd 9.58 efghij 15.45 bcd 31.65 jklm

8 004-01 57.36 defgh 0.496 abcdefghi 9.90 defghi 11.45 ijklm 41.55 fghijk

9 008-03 60.70 cde 0.527 abcdef 9.77 efghi 17.22 b 42.72 fghijk

10 025-14 58.22 cdefg 0.476 cdefghi 9.66 efghij 12.54 fghijk 54.25 cdef

11 026-13 69.92 b 0.424 ghi 11.41 b 16.58 bc 54.60 cdef

12 027-71 54.20 efghi 0.429 fghi 8.20 klmn 13.67 efg 37.67 hijklm

13 028-15 58.91 cdef 0.537 abcde 10.96 bcd 13.55 efgh 44.60 efghijk

14 029-51 58.01 cdefg 0.458 defghi 10.38 bcdef 10.95 klm 55.58 cdef

15 029-82 54.66 efghi 0.555 abcd 9.04 hijklm 13.32 fghi 51.31 cdefgh

16 030-12 53.33 fghi 0.460 defghi 8.01 mn 15.10 cde 25.67 lm

17 032-09 54.07 efghi 0.477 bcdefghi 9.51 efghij 10.71 klm 39.26 ghijkl

18 100-31 58.79 cdef 0.450 efghi 8.03 mn 12.99 fghij 61.62 cd

19 100-36 52.36 fghi 0.410 i 8.04 mn 10.10 m 37.48 hijklm

20 100-45 49.47 i 0.566 abc 5.68 p 14.20 def 45.92 efghij

21 100-61 55.63 defgh 0.459 defghi 9.22 ghijkl 13.17 fghij 25.63 lm

22 102-46 53.20 fghi 0.467 cdefghi 9.32 fghijk 11.41 jklm 41.26 fghijk

23 104-03 61.82 cd 0.518 abcdefg 10.60 bcde 16.31 bc 37.08 hijklm

24 104-05 73.05 ab 0.415 hi 13.90 a 12.99 fghij 53.30 cdefg

25 105-66 51.08 ih 0.485 bcdefghi 8.59 jklm 12.87 fghij 30.70 klm

26 105-80 51.42 ghi 0.510 abcdefghi 7.29 no 13.01 fghij 74.54 b

27 106-42 54.94 efghi 0.506 abcdefghi 6.73 o 15.89 bcd 36.91 hijklm

28 167-01 53.88 fghi 0.525 abcdef 8.95 ijklm 12.03 ghijkl 34.34 ijklm

29 170-01 51.51 ghi 0.512 abcdefgh 7.18 no 11.69 hijklm 65.32 bc

30 174-01 77.56 a 0.577 ab 7.90 mn 19.35 a 89.55 a

Keterangan : Nilai kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata (P>0.05) menurut uji Duncan multiple range test.

(5)

Lama kesegaran bunga berkisar antara 7.1-8.2 hari sehingga karakter tersebut mempunyai tingkat keragaman yang paling kecil. Klon 016-01dan 028-15 mempunyai lama kesegaran bunga yang paling lama, sedangkan yang paling cepat diperoleh dari klon 077-01. Namun demikian semua klon yang diuji digolongkan mempunyai lama kesegaran yang memenuhi standar, karena bunga potong mawar yang baik harus mempunyai lama kesegaran selama lima sampai enam hari (Hartono dan Faisal 1995). Pertimbangan yang mendasari ketentuan tersebut adalah waktu yang dibutuhkan saat pengiriman dan lamanya wakt kesegaran bunga yang bisa dinikmati konsumen. Oleh sebab itu, konsumen lebih menyukai bunga yang lama kesegarannya lebih lama, sehingga bunga dengan lama kesegaran lebih lama akan lebih disukai

Disamping karakter kuantitatif, karakter kualitatif warna petal juga diamati. Warna petal merupakan salah satu karakter penting pada bunga mawar. Warna petal yang paling disukai oleh konsumen dalam negeri saat ini adalah warna merah, walaupun demikian warna-warna lain masih tetap

disukai konsumen. Hasil pengamatan terhadap warna petal menunjukkan nomor-nomor warna yang berbeda, kecuali klon 16-01 dengan 062-03, 027-71 dengan 028-15 dan 025-14 dengan 026-13, hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 3. Warna-warna klon tersebut menunjukkan nomor warna yang sama. Akan tetapi bila dilihat dari tekstur warna dan kecerahan, tidak ada warna bunga yang sama bahkan pada persilangan dengan tetua yang sama. Tingkat perbedaan tekstur warna dan kecerahan tersebut tidak dapat ditentukan dengan menggunakan color chart yang digunakan dalam penelitian ini. Warna-warna bunga klon yang digunakan dalam penelitian ini sangat beragam mulai dari warna merah gelap, merah, merah-orange, orange, merah jambu, kuning sampai putih.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Klon-klon mawar yang diuji mempunyai penampilan fenotipik yang beragam dan (2) Klon terbaik pada populasi ini adalah klon nomor 031-04, sedangkan klon 104-05, 026-13, 016-01, 104-03 dan 100-31 merupakan klon-klon harapan.

Tabel 3. Hasil Uji Duncan pada Karakter-Karakter Bunga 30 Klon Mawar yang Diuji. No. Nomor

Klon

Karakter Bunga dan Daun yang Diamati Diameter Kuncup (cm) Diameter Bunga Mekar (cm) Jumlah Petal (helai) Lama Kesegaran Bunga (hari) Warna Petal (group)

1 031.04 2.57 cd 9.00 fghij 8.11 a 8.11 a Red 46A

2 033-01 2.39 efg 7.98 kl 7.37 cdef 7.37 cdef Grayed purple 187A

3 062-03 2.46 cdef 9.67 defghi 7.24 ef 7.24 ef Red purple 66A

4 077-01 2.41 ef 9.47 defghij 7.09 f 7.09 f Red purple 65C

5 090-04 2.51 cde 8.44 jkl 7.50 bcdef 7.50 bcdef Red 53A

6 136-01 2.44 def 7.56 l 8.09 a 8.09 a Orange red 38A

7 016-01 2.79 ab 10.24 cde 8.15 a 8.15 a White 155C

8 004-01 2.74 b 11.39 a 7.72 abcd 7.72 abcd Green white 157D

9 008-03 2.25 h 9.28 efghij 7.48 bcdef 7.48 bcdef Red 53A

10 025-14 2.41 ef 10.22 cde 7.54 bcdef 7.54 bcdef Green white 157C

11 026-13 2.53 cde 11.42 a 7.36 cdef 7.36 cdef White 155C

12 027-71 2.32 fgh 11.18 ab 7.29 def 7.29 def Green white 157B

13 028-15 2.89 a 10.90 abc 8.13 a 8.13 a Green white 157A

14 029-51 2.45 cdef 9.66 defghi 7.49 bcdef 7.49 bcdef Green white 157D 15 029-82 0.84 ab 9.31 efghij 7.56 bcde 7.56 bcde Red purple N57A

16 030-12 2.52 cde 10.39 bcd 7.54 bcdef 7.54 bcdef Yellow 7B

17 032-09 2.76 b 11.79 a 7.79 abc 7.79 abc Green white 157C

18 100-31 2.51 cde 9.61 defghi 7.73 abcd 7.73 abcd Red purple N57B

19 100-36 2.57 cd 8.94 ghijk 7.63 bcde 7.63 bcde Red 48B

20 100-45 2.60 c 8.67 hijk 8.09 a 8.09 a Red 43B

21 100-61 2.27gh 8.64 ijk 7.47 bcdef 7.47 bcdef Red 46B

22 102-46 2.53 cde 8.92 ghijk 7.28 def 7.28 def Red 45B

23 104-03 2.58 cd 9.84 defg 7.50 bcdef 7.50 bcdef Red 50A

24 104-05 2.51 cde 8.79 hijk 7.33 cdef 7.33 cdef Red 45A

25 105-66 2.52 cde 9.98 cdef 7.59 bcde 7.59 bcde Orange 27C

26 105-80 2.44 def 9.70 defgh 7.56 bcde 7.56 bcde Red purple 62A

27 106-42 2.58 cd 8.82 ghijk 7.91 ab 7.91 ab Red 52B

28 167-01 2.46 cdef 8.46 jkl 7.85 ab 7.85 ab Red 44A

29 170-01 2.48 cde 9.03 fghij 7.62 bcde 7.62 bcde Red purple 63C

(6)

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata (P>0.05) menurut uji Duncan multiple range test.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Mr. De Vries (instansi...) atas kerjasamanya dan Ir. Darliah, MS (instansi....) yang telah mengijinkan klon-klonnya untuk saya gunakan dalam penelitian ini dan Nina Rosana serta Nanang yang telah banyak membantu di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Allard RW. 1960. Principle of Plant Breeding. John Wiley and Sons, New York.

Crowder LV. 1990. Genetika Tumbuhan. Lilik

Kusdiarti, penterjemah; Gadjah Mada University Press, Jogyakarta. Terjemahan dari: Plant Genetics.

Darliah. 1993. Penampilan SIfat-Sifat Kuantitatif Beberapa Kultivar Mawar (Rosa hybrida L.) Warna Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 40(4):1-2.

Darliah I, Suprihatin DP, Handayani W, Herawati T dan Sutater T. 2001. Keragaman Genetik, Heritabilitas dan Penampilan Fenotipik 18 Klon Mawar di Cipanas. J. Hort. 11(3): 148-154.

Falconer DS. 1981. Introduction to Quantitative

Genetics. Ed ke-2. Longman, New York.

Frey KJ. 1964. Adaptation Reaction of Oat Strains Selected Under Stress and Non Stress Environment. Crop Sci. 4:55-58.

Gaspersz V. 1991. Teknik Analisis dalam Penelitian

Percobaan. Tarsito, Bandung Kartapradja R.

1997. Perbaikan Varietas dan Teknologi

Produksi Bunga Mawar. Monograf Mawar.

Balai Penelitian Tanaman Hias, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Litbang Pertanian, Jakarta.

Gomez KA. and Gomez AA. 1984. Statistical

Procedures for Agricultural Research. A

Wiley-Interscience Publ., New York.

Hartono SH. dan Faisal H. 1995. Perlakuan segar bunga potong. Bul. Asbindo no. 17:4.

Morey D. 1969. Selection Criteria for Breeding. Dalam Mastalerz, JW. and RW. Langhans (ed.). Roses, A Manual on The Culture,

Management, Diseases, Insects, Economics, and Breeding of Greenhouse Roses.

Pennsylvania Flower Grower Publ.. New York.:

Poehlman JM. and Sleper DA. 1995. Breeding Field

Crops. ed ke-4. Iowa State University Press,

Ames AVIPbl. Company.

Satsijati, Nurmalinda, Ridwan H, Herlina D, Supriadi H, Rahardjo IB, Effendie K dan Marwoto B.

2004. Profil Komoditas Tanaman Hias

Menunjang Strategi Penelitian untuk Pengembangan Agribisnis Florikultura:

Laporan Akhir. Balai Penelitian Tanaman Hias, T. A. 2004.

Schmidt FH. and Fergusson JAH. 1951. Rainfall

Types on Wet and Dry Periods Ratio for Indonesia with New Guinea. Kementerian

Perhubungan Jawatan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.

Singh RK. and Chaudhary BD. 1979. Biometrical

Methods In Quantitative Genetic Analysis.

Referensi

Dokumen terkait

Majdnem kétszáz évvel az arab nacionalizmus legkorábbi megjelenése előtt a szíriai arab ulema tagjai már érezték az emocionális és pszicho- lógiai erőt, amit a

  Niosom dibuat dari hidrasi proniosom Proniosom dibuat dengan menyemprotkan surfaktan dalam pelarut organik ke serbuk sorbitol kemudian menguapkan pelarutnya, tetapi

Dikarenakan karet sebagai komoditi perdagangan utama bagi perekonomian nasional maka pemerintah pusat Indonesia mengeluarkan serangkaian kebijakan dalam upaya

Metode yang digunakan dalam pembuatan SISTEM INFORMASI DOKUMENTASI DAN PENGOLAHAN BIAYA PADA NOTARIS DAN PPAT ISMU BUDI EKO KUNCORO PUTRO, S.H, M.Kn serta penyusunan

Beberapa benda uji dengan kasus yang berbeda yaitu Beam J4 (Burns and Siess 1962), Beam OA (Bresler dan Scordelis 1963) dan Beam A4 (Ahmad et al. dianalisis untuk memvalidasi

Dari hasil perhitungan kapsitas tiang pancang dapat diketahui dengan diameter 40 cm dan kedalaman sekitar -14 meter sudah mampu menahan gaya yang bekerja untuk kapal 7000 DWT

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan Payoff (keuntungan) dari kontrak asuransi jiwa indeks-terjamin yang sesuai dengan forward cliquet option pada

Berdasarkan pendapat informan di atas dapat ditegaskan bahwa keberadaan Pura Lingsar dalam kaitannya dengan pujawali, terlihat dari upacara yajña seperti